Anda di halaman 1dari 12

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM

MEMBANGUN PERPUSTAKAAN KONVENSIONAL MENUJU


DIGITAL LIBRARY

Disusun oleh:
SITI FATIMAH
018196573
sitifarahfatimah@gmail.com
Program Studi : S1 Ilmu Perpustakaan

Abstrak
Perkembangan yang sangat pesat di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dewasa ini menyumbang pengaruh yang sangat besar di segala bidang
kehidupan tidak terkecuali dunia perpustakaan. Pemanfaatan komputer di dunia
perpustakaan baik layanan sirkulasi maupun layanan teknis yang dikenal dengan
istilah otomasi perpustakaan merupakan awal kelahiran adanya perpustakaan
digital. Adanya perpustakaan digital ini memberikan berbagai kemudahan bagi
para pemakai. Pengguna perpustakaan dapat memperoleh berbagai informasi
yang diinginkan asalkan terhubung dengan komputer server dan jaringan.

Kata-kata kunci : Teknologi informasi dan komunikasi, Perpustakaan Konvensional,


Digital Library (Perpustakaan digital).

Pendahuluan
Menjelang akhir abad ke-dua puluh merupakan era perkembangan yang
sangat pesat di berbagai bidang teknologi. Pesatnya perkembangan teknologi ini
merupakan indikator utama pada kemajuan informasi di berbagai bidang termasuk
dunia perpustakaan. Terlebih dengan adanya jaringan internet yang begitu maju
maka seolah-olah menuntut perpustakaan untuk melakukan suatu perubahan di
segala layanannya. Lambat laun, mau tidak mau, terpaksa atau tidak,
perpustakaan harus beralih dari yang tadinya berbasis konvensional menjadi
perpustakaan digital atau lebih keren dengan sebutan digital library. Perubahan
perpustakaan yang berbasis konvensional menuju perpustakaan digital ini diawali
dengan adanya penggunaan komputer di setiap bagian layanan perpustakaan baik
layanan penelusuran, layanan rujukan, layanan teknis, maupun layanan sirkulasi.
Sementara itu, tuntutan dari para pemakai yang menghendaki adanya
pergeseran layanan perpustakaan menjadi salah satu faktor penting yang harus

1
mendapat perhatian lebih dari pustakawan. Dengan begitu, tidak ada alasan bagi
pustakawan untuk tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan
kemajuan dunia perpustakaan ini. Oleh karena semua pekerjaan pustakawan di
era modern ini berbantuan komputer, maka seyogyanya pustakawan dapat
menguasai pemahaman tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau
dengan kata lain pustakawan harus melek informasi.
Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh Teknologi Informasi dan
Komunikasi di bidang perpustakaan memunculkan kegiatan baru yang disebut
sebagai otomasi perpustakaan. Otomasi perpustakaan merupakan penggunaan
komputer untuk mempermudah pengerjaan tugas di perpustakaan terutama tugas
yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan setiap harinya seperti
layanan sirkulasi. Lahirnya otomasi perpustakaan ini merupakan tonggak awal
berdirinya perpustakaan digital.

A. TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Teknologi informasi merupakan istilah yang mulai muncul sekitar awal
tahun 1970-an tatkala komputer mulai menyebar. Istilah Teknologi Informasi (TI)
kemudian berubah menjadi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kadang-
kadang di Indonesia istilah teknologi dan komunikasi informasi dikenal juga
dengan nama telematika. Teknologi Komunikasi dan Informasi adalah perangkat
keras dan perangkat lunak yang memungkinkan masyarakat untuk menciptakan,
mengumpulkan, konsolidasi, dan mengomunikasikan informasi dalam format
multimedia dan berguna untuk berbagai kepentingan masyarakat. Teknologi
informasi dan Komunikasi ini mempunyai dua komponen utama yaitu komputer
dan telekomunikasi. (Sulistiyo Basuki, 2010).
Dalam dunia perpustakaan, Teknologi Informasi dan Komunikasi mulai
memasuki perpustakaan perguruan tinggi Indonesia sekitar awal tahu 1980-an
ketika beberapa pustakawan serta teknolog informasi mulai mempelajari
CDS/ISIS di AIT, Bangkok. Kegiatan tersebut kemudian merebak ke
perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus. Hampir semua
perpustakaan mulai menggunakan komputer sebagai alat bantu kerja seperti
pengolahan koleksi, pelayanan pemakai, dan penyampai koleksi. Bahkan telah

2
banyak perpustakaan yang menggunakan teknologi informasi sebagai media
simpan dan penyebaran informasi dalam bentuk digital. (Purwono, 2010)
Menurut Purwono (2010), penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
perpustakaan berdasarkan fungsinya terbagi dalam beberapa bentuk, antara lain:
a. Automasi perpustakaan
Pekerjaan yang menggunakan teknologi komputer meliputi aktivitas
perpustakaan bidang pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan
pustaka, pengelolaan anggota dan statistik.
b. Sistem Informasi Manjemen (SIM) Perpustakaan
Pekerjaan yang dapat diintegrasikan dengan sistem automasi perpustakaan
dan diikuti dengan sistem pendukung keputusan.
c. Perpustakaan digital
Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan,
mendapatkan, dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan dalam
format digital.
d. E-learning
Penerapan teknologi informasi dalam bentuk jaringan, sebagai upaya
menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah.

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan memberikan


berbagai kemudahan baik bagi pustakawan maupun bagi masyarakat pemakai.
Bagi pustakawan, TIK berperan dalam efisiensi pekerjaan, peningkatan
kemampuan pustakawan dalam penguasaan informasi, serta kecepatan akses
pelayanan kepada pemakai baik layanan sirkulasi, layanan penelusuran, maupun
layanan rujukan. Sedangkan bagi pemakai, keberadaan teknologi informasi dan
komunikasi berperan dalam peningkatan pengetahuan informasi serta peningkatan
dalam melek teknologi sehingga masyarakat pemakai bukanlah masyarakat yang
gaptek. Masyarakat pemakai akan berubah menjadi masyarakat yang tergantung
pada informasi baik dalam keidupan sehari-hari, pendidikan maupun dalam pola
kerja.
B. ARAH PERKEMBANGAN PERPUSTAKAAN
Perpustakaan pada zaman dahulu lebih dianggap berkaitan erat dengan
buku, majalah, surat kabar, dan koleksi lain yang berbasis kertas. Bagi orang
awam, pengertian perpustakaan itu akan berkaitan dengan gedung, buku, petugas,

3
dan pengunjung. Namun jika dilihat lebih lanjut ke dalam gedung, maka akan
menjumpai jenis pengunjung yang berbeda sehingga akan timbul berbagai jenis
perpustakaan. Adapun timbulnya berbagai jenis perpustakan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Sulistiyo Basuki (2010) dalam buku yang berjudul
Pengantar Ilmu Perpustakaan, faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya
berbagai jenis perpustakaan adalah sebagai berikut:
a. Tanggapan (respons) terhadap berbagai jenis materi perpustakaan, misalnya
buku, majalah, film, rekaman suara dan sejenisnya. Berbagai perpustakaan
menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai jenis bahan
perpustakaan. Ada perpustakaan yang mengkhususkan diri pada buku saja,
ada yang mengumpulkan rekaman saja, ada yang mengumpulkan laporan
penelitian saja, bahkan ada juga yang mengkhususkan diri pada koleksi peta
dan atlas.
b. Tanggapan terhadap keperluan informasi berbagai kelompok pembaca.
Dalam masyarakat terdapat berbagai kelompok pembaca, misalnya anak,
pelajar, mahasiswa, peneliti, ibu rumah tangga, remaja, dan sejenisnya.
Sebagai pembaca, mereka memerlukan bahan bacaan yang berbeda-beda
tingkat intelektual, penyajian bentuk fisik, dan ukuran huruf. Oleh karena
kebutuhan yang berbeda, maka tumbuhlah perpustakaan yang
mengkhususkan diri untuk kelompok pembaca tertentu, misalnya untuk ibu
rumah tangga dan masyarakat umum yang dilayani oleh perpustakaan
umum, peneliti dilayani oleh perpustakaan khusus, perpustakaan perguruan
tinggi melayani dosen dan mahasiswa, sedangkan anak sekolah dilayani
oleh perpustakaan sekolah.
c. Tanggapan yang berlainan terhadap spesialisasi subjek, termasuk ruang
lingkup subjek serta rincian subjek yang bersangkutan. Perkembangan ilmu
berimbas terhadap perpustakaan. Ilmu dapat dipecah menjadi ilmu-ilmu
baru, dapat pula dua ilmu atau lebih lebur menjadi ilmu baru.
Seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi, definisi
perpustaaan yang juga semakin berkembang ini tidak dapat dipisahkan dari materi
atau jenis koleksinya. Mula-mula materi perpustakaan berbasis tercetak,
kemudian untuk memudahkan pengolahan, temu balik, dan kemudahan bagi
pemakai, maka perpustakaan mulai menggunakan teknologi informasi sehingga

4
perpustakaan menjadi terotomasi. Apabila perpustakaan mula-mula koleksinya
berbasis kertas, kemudian ditambah dengan multimedia, ditambah lagi dengan
koleksi berbentuk data analog maka terbentuklah perpustakaan elektronik.
Sesudah itu, banyak materi perpustakaan diproduksi dalam bentuk digital, seperti
e-books atau dialih bentuk dalam wujud digital sehingga terbentuklah
perpustakaan digital (Sulistiyo Basuki, 2010). Definisi perpustakaan dapat dilihat
dari materi koleksinya yaitu sebagai berikut:
1. Perpustakaan Konvensional dengan Materi Berbasis Kertas
Definisi perpustakaan dengan materi berbasis kertas adalah ruangan,
bangunan atau gedung tempat berkumpulnya buku, majalah, surat kabar, dan
materi berbentuk lain seperti atlas, peta, dan manuskrip yang disimpan menurut
tata aturan dan susunan tertentu serta disimpan dengan tujuan untuk bacaan,
keperluan belajar, dan penelitian. Perpustakaan (termasuk di dalamnya pusat
dokumentasi dan informasi ) menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan dan
Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 adalah sebuah unit kerja yang
memiliki sumber daya manusia, ruangan khusus dan koleksi bahan pustaka yang
sekurang-kurangnya terdiri dari 1.000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang
sesuai dengan jenis perpustakaan yang bersangkutan dan dikelola menurut sistem
tertentu.
Di dalam perpustakaan, terdapat organisasi dan sistem yang mengatur
perjalanan bahan pustaka mulai dari pengadaan, pengolahan, hingga pelayanan
dan penyajian kepada pengguna perpustakaan. Adapun pengelolaan teknis bahan
pustaka mulai dari pengadaan sampai dengan pelayanan dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut:
a. Pengadaan bahan pustaka
Kegiatan pengadaan bahan pustaka diawali dengan proses seleksi bahan
pustaka. Seleksi merupakan proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan
ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Langkah pertama,
pustakawan harus mengetahui bahan pustaka yang paling baik dan cocok dengan
kebutuhan perpustakaan. Selanjutnya, bahan pustaka tersebut disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pada akhirnya, pelaksanaan seleksi dilakukan dengan
penelusuran untuk memilih materi-materi bahan pustaka yang diinginkan.

5
Menurut Yuyu Yulia dan Janti Gristinawati (2009), pengadaan bahan
pustaka merupakan kegiatan yang merupakan implementasi dari keputusan dalam
melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan
pustaka yang telah dipilih. Adapun pengadaan bahan pustaka dapat diperoleh
dengan cara membeli, tukar-menukar, dan hadiah.
b. Pengolahan bahan pustaka
Kegiatan yang dilakukan terhadap bahan pustaka setelah diterima baik dari
pembelian, tukar – menukar, dan hadiah adalah inventarisasi bahan pustaka.
Sebelum melakukan inventarisasi, bahan pustaka yang diterima harus diperiksa
terlebih dahulu apakah sesuai dengan surat pengantar, cocok dengan pesanan atau
tidak. Di samping itu, kondisi fisik bahan pustaka juga harus diketahui, apakah
dalam keadaan baik, lengkap, ataukah terdapat kerusakan.
Secara garis besar, proses pengolahan bahan pustaka setelah bahan pustaka
diterima dan cocok dengan pesanan (jika pengadaan dilakukan dengan cara
membeli) meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1. Pemberian stempel
Pemberian stempel berupa stempel kepemilikan perpustakaan, stempel
institusi / lembaga induk, stempel tanggal pembelian, dan stempel nomor
inventaris. Stempel dibubuhkan pada halaman yang kosong agar tidak
menutupi informasi yang tertulis di dalam bahan pustaka.
2. Inventarisasi bahan pustaka
Invetarisasi adalah pencatatan data fisik bahan pustaka ke dalam buku
induk. Data fisik bahan pustaka yang diinputkan ke dalam buku inventaris
biasanya meliputi nomor, tanggal, nomor inventaris, judul, pengarang,
penerbit, tahun, jumlah eksemplar, bahasa, harga, asal bahan pustaka, jenis,
dan keterangan.
3. Katalogisasi bahan pustaka
Menurut Sulistia, dkk (2009) dalam buku yang berjudul Manajemen
Perpustakaan Sekolah, katalog perpustakaan adalah catatan lengkap
mengenai koleksi suatu perpustakaan yang disusun menurut aturan tertentu
secara sistematis. Bentuk katalog dalam perpustakaan konvensional
biasanya berupa katalog berkas, katalog kartu, dan katalog buku.
4. Klasifikasi bahan pustaka
Sulistia, dkk (2009) mendefinisikan klasifikasi sebagai penggolongan /
pengelompokan secara sistematis dari sejumlah objek, gagasan buku atau

6
benda-benda lain ke dalam klas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri
yang sama. Penggolongan ini disesuaikan menurut pokok bahasan,
persoalan / menurut subjeknya. Dalam menentukan subjeknya, klasifikasi
dapat diketahui melalui pendekatan judul, kata pengantar, daftar isi,
pendahuluan, teks, bibliografi, serta melalui rekomendasi dari penerbit.
Sistem klasifikasi yang umumnya dipakai perpustakaan adalah
Bibliographical Classification (BC), Colon Classification (CC), Dewey
Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC),
serta Library of Congres Clasification (LCC).
5. Pembuatan kartu, kantong, dan label bahan pustaka
Sebagai tahap akhir dari pengolahan bahan pustaka adalah pembuatan
kelengkapan fisik berupa kartu, kantong, dan label bahan pustaka. Kartu
pustaka berguna sebagai arsip / perwakilan dari bahan pustaka apabila
pustaka tersebut sedang dipinjam keluar. Dalam kartu pustaka ini tertera
nomor panggil, judul pustaka, nama pengarang, kolom data peminjam, serta
kolom tanggal peminjaman. Kantong kartu berfungsi untuk menempatkan
kartu pustaka. Kantong ini ditempelkan di bagian dalam kulit buku
belakang. Pada kantong kartu buku tertera nomor panggil, judul pustaka,
nama pengarang, dan nomor inventaris agar mudah dalam mengecek
apakah kartu pustaka dan pustakanya sesuai. Sedangkan label berguna
untuk memudahkan penempatan dan penemuan kembali bahan pustaka.
Label berisi nomor panggil buku yang meliputi nomor klasifikasi, tiga huruf
pertama nama pengarang, dan satu huruf kecil pertama judul buku.
6. Pelayanan bahan pustaka
Setelah pengolahan teknis bahan pustaka selesai, maka bahan pustaka siap
untuk dipinjamkan kepada pengguna dengan sistem pelayanan sebagai
berikut:
a. Sistem pelayanan terbuka, dimana sistem ini memberi kesempatan seluas
– luasnya kepada pengguna untuk menggunakan fasilitas yang tersedia
termasuk mengambil / melayani sendiri bahan pustaka mana yang akan
dipinjam.

7
b. Sistem pelayanan tertutup, dimana sistem ini memberi kesempatan yang
terbatas kepada pengguna untuk memperoleh bahan pustaka yang
diinginkan.
2. Perpustakaan Terotomasi (Automated Library)
Perpustakaan terotomasi adalah perpustakaan yang dalam menjalankan
seluruh kegiatannya dilaksanakan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) atau dengan kata lain berbantuan komputer. Adapun materi
atau bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan terotomasi sama dengan
perpustakaan konvensional.
Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk kepentingan
perpustakaan terotomasi pada hakikatnya untuk pengembangan koleksi,
pengolahan bahan pustaka, serta pelayanan bahan pustaka.
a. Pengembangan koleksi meliputi survai bahan pustaka, seleksi, verifikasi,
pemesanan, serta pembelian buku. Pengadaan koleksi juga erat kaitannya
dengan katalogisasi karena materi yang dibeli kemudian dikatalog. Jadi,
data pengadaan bahan pustaka seperti pengarang, judul dan sebagainya yang
berasal dari data pemesanan dapat dilanjutkan sebagai data katalogisasi.
(Sulistiyo Basuki, 2010)
b. Pengolahan bahan pustaka berupa penentuan nomor klasifikasi, penentuan
subjek, pembuatan dan pemasangan sistem barcode dan sistem keamanan
koleksi, serta katalogisasi.
c. Pelayanan bahan pustaka kepada pengguna meliputi :
 Penelusuran katalog melalui OPAC
 Sistem peminjaman, pengembalian, penagihan keterlambatan, denda,
dan reservasi bahan pustaka.
 Sistem pelaporan dan pembuatan statistik pengunjung
 Sistem pencatatan anggota dan sistem pencatatan otomatis bagi
pengunjung perpustakaan.
Yuyu Yulia dan B. Mustafa (2010) menyebutkan bahwa tujuan utama sistem
otomasi perpustakaan adalah untuk meningkatkan mutu layanan di perpustakaan.
Ini berarti dengan adanya kualitas yang meningkat maka akan membawa
keuntungan baik bagi pustakawan maupun pemakai. Dengan otomasi
perpustakaan, pekerjaan akan menjadi mudah, cepat selesai, terpadu, praktis, dan
akurat.

8
Dalam otomasi perpustakaan tentu saja yang terpenting adalah penggunaan
teknologi informasi atau komputer secara terpadu. Hal ini berarti bahwa di
samping memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten, otomasi
perpustakaan juga memerlukan berbagai perangkat berupa perangkat keras,
perangkat lunak, dan database. Perangkat keras berupa komputer, printer,
scanner, barcode scanner, peralatan keamanan koleksi, modem untuk internet,
CD writer, harddisk, kabel, dan masih banyak lainnya. Perangkat lunak yang
digunakan untuk otomasi perpustakaan berupa aplikasi untuk pengembangan
koleksi misalnya BookWise, aplikasi untuk pengolahan misalnya CDS/ISIS, serta
aplikasi untuk pelayanan seperti OPAC. Sedangkan data atau database adalah data
bibliografi atau data mengenai pengguna secara terstruktur dan saling berkaitan.
Database merupakan komponen yang paling penting dalam otomasi perpustakan.
Tanpa adanya data atau database, maka otomasi perpustakaan akan sia-sia (Yuyu
Yulia dan B. Mustafa, 2010).
3. Perpustakaan Digital (Digital Library)
Teknologi informasi yang telah berperan penting dalam menciptakan
otomasi perpustakaan yang diperkuat dengan perkembangan internet dan sumber
informasi baru yang begitu cepat merambah merupakan tonggak awal lahirnya
perpustakaan digital. Perpustakaan digital atau digital library adalah organisasi
yang menyediakan sumber-sumber dan staf ahli untuk menyeleksi, menyusun,
menyediakan akses, menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan, dan
mempertahankan kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga
selalu tersedia dan murah untuk digunakan oleh komunitas tertentu atau
ditentukan. (Abdul Rahman Saleh, 2014)
Perpustakaan digital yang seluruh koleksinya berupa format digital ini
memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan perpustakaan konvensional.
Kelebihan tersebut menurut Abdul Rahman Saleh (2014) adalah sebagai berikut:
a. Menghemat ruangan
Karena koleksi perpustakaan digital adalah dokumen – dokumen berbentuk
digital maka penyimpanannya akan sangat efisien. Sementara itu, perpustakaan
konvensional yang koleksinya berupa buku atau dokumen tercetak memerlukan
ruangan yang besar.
b. Akses ganda (multiple access)

9
Pada perpustakaan konvensional, jika sebuah buku dipinjam oleh seorang
anggota maka anggota perpustakaan lain yang ingin meminjam harus menunggu
buku tersebut dikembalikan lebih dulu. Perpustakaan digital tidak demikian.
Setiap pemakai dapat secara bersamaan menggunakan sebuah koleksi buku digital
yang sama baik untuk dibaca maupun untuk diunduh.
c. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
Perpustakaan digital dapat diakses dari mana saja dan kapan saja dengan
catatan ada jaringan komputer sehingga antara komputer dan server dapat
berhubungan dengan komputer pengguna.
d. Koleksi berbentuk multimedia
Koleksi perpustakaan digital tidak hanya bersifat teks atau gambar saja akan
tetapi dapat berbentuk kombinasi antara teks, gambar, dan suara.
e. Biaya lebih murah dalam penggandaan (e-book misalnya) dan distribusi
koleksi.
Komponen perpustakaan digital menurut Abdul Rahman Saleh (2014) :
a. Komputer dengan komponen perangkat keras berupa :
1. Masukan (input), berupa alat scanner, mouse, dan keyboard
2. Tempat penyimpanan (storage), berupa Random Access memory (RAM),
Read Only Memory (ROM), disket, harddisk, Compact Disk, Flashdisk.
3. Control, untuk mengkoordinasikan sehingga semua unit bekerja sama
sebagai suatu sistem.
4. Proses, suatu input mengirimkan data ke penyimpanan (storage) program
yang tersimpan disebut software library.
5. Keluaran (output) berupa monitor dan printer.
b. Perangkat lunak atau software berupa application software yaitu perangkat
lunak yang kegunaannya sudah ditentukan. Perangkat lunak untuk membuat
dokumen digital diantaranya adalah microsoft word, microsof excel,
microsoft power point, dan adobe acrobat.
c. Jaringan atau internet. Informasi didistribusikan melalui jaringan internet.
Dalam mengoperasikan internet tidak membutuhkan keahlian khusus,
sehingga jumlah data dan informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat.
Bahan pustaka dan distribusi koleksi untuk perpustakaan digital menurut
Abdul Rahman Saleh (2014) adalah sebagai berikut :
Dokumen digital dapat berasal dari dua sumber, yang pertama berasal asli
dari berkas komputer yang diketik dan disimpan di dalam komputer, sedangkan
yang kedua berasal dari dokumen tercetak yang dialihbentukkan dengan cara

10
dipindai. Format dokumen digital yang sering kita temui berupa Rich text format
untuk teks dengan ekstensi RTF, ASCII teks file atau format teks murni dengan
ekstensi TXT, format dokumen Ms Word dengan ekstensi DOC dan DOCX,
format dokumen spread sheet dari MS Word dengan ekstensi XLS dan XLSX,
format dokumen persentasi dari MS Word dengan ekstensi PPT dan PPTX, format
gambar dengan ekstensi GIF dan JPG, serta format dokumen Portable Document
Format (PDF).
Hasil produksi perpustakaan digital yang dapat didistribusikan dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu seperti ContentDM, MySIPSISPro,
DSpace, Eprints, Greenstone, SliMS, Ganesha Digital Library (GDL), dan masih
banyak lagi. Penyebarluasan hasil tersebut ke masyarakat pengguna mengikuti
bentuk penyimpanannya seperti menggunakan CD-ROM, DVD-ROM, serta
menggunakan jaringan lokal, atau menggunakan internet. Dengan demikian,
pemakai dapat melakukan penelusuran secara efektif dan efisien (Saleh, 2014).
Penutup
Perpustakaan merupakan tempat untuk mengolah dan memperoleh informasi.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, perpustakaan
harus memanfaatkan keberadaanya sehingga dapat memberikan informasi yang
mutakhir kepada pengguna. Apapun jenis perpustakaan dan koleksinya, baik
perpustakaan konvensional, perpustakaan terotomasi, bahkan perpustakaan digital
harus mengutamakan pemenuhan kebutuhan informasi para pemakainya.
Daftar Pustaka
Sulistia, dkk. (2009). Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Universitas
Terbuka.

Yulia, Yuyu dan Janti Gristinawati Sujana. (2009). Pengembangan Koleksi.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Sulistyo, Basuki. (2010). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Purwono (2010). Kerja sama dan Jaringan Perpustakaan. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Yulia, Yuyu dan B. Mustafa. (2010). Pengolahan Bahan Pustaka. Jakarta :


Universitas Terbuka.

11
Saleh, Abdul Rahman dan Rita Komalasari. (2011). Manajemen Perpustakaan.
Jakarta : Universitas Terbuka.

Saleh, Abdul Rahman. (2014). Pengembangan Perpustakaan Digital. Tangerang


Selatan : Universitas Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai