Anda di halaman 1dari 14

OBSERVASI LAPANGAN

DI PERPUSTAKAAN TERPADU
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

SELASA, 17 MEI 2022

OLEH :
RONNY EKA SAPUTRA

UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2022

i|P a g e
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi
lapangan Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang. Laporan ini
disusun dalam rangka tugas Mata Kuliah Pembinaan Minat Membaca. Tak lupa pula
ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam penyelesaian
laporan ini.
Di dalam laporan ini, membahas tentang tugas mata kuliah Pembinaan Minat
Baca. Sehingga disini penulis bukan hanya mendapatkan materi yang telah
disampaikan oleh pengajar, namun sebuah pengetahuan dan pengalaman yang
langsung penulis dapatkan melalui kegiatan observasi yang terjun langsung ke
Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.
Dipastikan masih terdapat banyak kekurangan dalam laporan ini, baik dari
segi penulisan, bahasa yang digunakan, maupun teori yang dikutip. Maka dari itu,
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan laporan
observasi yang akan mendatang. Penulis juga berharap, semoga dengan adanya
laporan observasi ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Amiin
Ya Robbal Alamiin.

Tanjungpinang, 17 Mei 2022


Penulis,

Ronny Eka Saputra

ii | P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Ruang Lingkup ........................................................................................
C. Maksud dan Tujuan ................................................................................
D. Sistematika Penulisan .................................................................................

BAB II PERPUSTAKAAN TERPADU POLTEKKES KEMENKES


TANJUNGPINANG BESERTA PERMASALAHANNYA
A. Kondisi Umum Perpustakaan
1. Sejarah Singkat Berdirinya Perpustakaan .......................................
2. Struktur Organisasi ...........................................................................
3. Profil Perpustakaan ..........................................................................
B. Paparan Tentang usaha yang dilakukan pihak perpustakaan dalam
membangun minat baca atau gerakan literasi serta metode pengembangan
minat baca di Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
.................................................................................................................
C. Rekomendasi Hasil Analisis....................................................................

BAB III SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan .................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

Daftar Pustaka

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu negara dikatakan maju atau tidaknya dapat dilihat dari sejauh mana
kemampuan dan kebiasaan warga negaranya untuk membaca. Melalui
membaca, seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya. Terlebih lagi, saat
ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangatlah cepat
sehingga dunia semakin kompetitif dalam menyaring sumber daya manusia.
Bila seseorang ingin maju dan menguasai IPTEK maka harus menjadikan
membaca sebagai alat utama dalam mencapainya. Salah satu contoh negara
maju yang memiliki minat baca tinggi adalah Jepang. Jepang memiliki suatu
kebiasaan yang telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakatnya,
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan membaca. Kegiatan membaca di sana
menjadi sebuah budaya positif yang dapat dilakukan dimana saja. Dengan
tingginya budaya membaca ini membawa jepang sebagai negara di benua
Asia yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi sebesar
0,884 pada tahun 2010.
Membaca adalah proses berpikir yang kompleks, terdiri atas sejumlah
kegiatan seperti memahami kata atau kalimat yang ditulis, menginterprestasi
konsep-konsep serta menyimpulkannya.2 Kalau tidak membaca, cakrawala
pemikiran seseorang tidak akan terbuka selain itu kemajuan negara pun
terhambat. Oleh karena itu, membaca perlu ditumbuhkan khususnya di dunia
pendidikan karena kegiatan membaca ini merupakan kunci untuk membuka
jendela dunia sehingga dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman mahamahasiswa. Selain itu, membaca juga menjadi salah satu
hal yang mempengaruhi hasil belajar mahamahasiswa.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup observasi ini adalah Perpustakaan Terpadu Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang. Aspek yang diamati adalah usaha yang dilakukan
pihak perpustakaan dalam membangun minat baca atau gerakan literasi serta
metode pengembangan minat bacanya pada Perpustakaan Terpadu Polkestan.

C. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan observasi ini adalah untuk melihat apakah Perpustakaan
Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang telah melakukan usaha yang
dilakukan pihak perpustakaan dalam membangun minat baca atau gerakan
literasi serta metode pengembangan minat bacanya.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini menggunakan font Arial dengan size 12.
Laporan ini terdiri dari BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, ruang
lingkup, maksud dan tujuan dan sistematika penulisan. BAB II berisi tentang
Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang beserta
permasalahannya yang terdiri dari kondisi umum perpustakaan, paparan tentang
pelaksanaan usaha yang dilakukan pihak perpustakaan dalam membangun
minat baca atau gerakan literasi serta metode pengembangan minat bacanya.
BAB III terdiri dari simpulan dan saran.

1|P a g e
BAB II
PERPUSTAKAAN TERPADU POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
BESERTA PERMASALAHANNYA

2|P a g e
A. Kondisi Umum
1. Sejarah singkat
Sejarah Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang tidak
terlepas dari sejarah berdirinya Politeknik Kesehatan induk yaitu
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau yang berkedudukan di
Pekanbaru Provinsi Riau. Pada awalnya institusi pendidikan kesehatan
milik Departemen Kesehatan yang ada di Provinsi Riau hanya ada 2
buah jenjang pendidikan menengah yaitu Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) yaitu SPK Pekanbaru dan SPK Tanjungpinang, akan tetapi
karena tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap pelayanan
keperawatan dan kebidanan yang berkualitas maka dibuka jenjang
pendidikan tinggi kesehatan setingkat Akademi.
Pada tahun 1997 berdirilah Akademi Keperawatan (AKPER)
yang bergabung dengan manajemen SPK di Pekanbaru, yang
selanjutnya pada tahun 1998 dipindahkan dan bergabung dengan
manajemen SPK Tanjungpinang yang dipimpin oleh Direktur Ibu
Tiurma, S.Kp. Akademi Kebidanan dimulai tahun 1998 dan bergabung
dengan manajemen SPK Pekanbaru dipimpin oleh Direktur Ibu Sofiah
Saimin, B.Sc, S.K.M. Melalui kebijakan konversi jenjang pendidikan
menengah (JPM) ke jenjang pendidikan tinggi (JPT) yang ditetapkan
oleh PusKemenkes Tahun 1988. Dengan adanya perubahan status
dari jenjang pendidikan menengah ke jenjang pendidikan tinggi, serta
diikuti dengan Undang-Undang system pendidikan nasional dengan
perubahan disetiap komponen sistem pendidikan terutama pilar
kependidikan yang berubah kepada penerapan Tri Darma Perdosenan
Tinggi.
Akademi Kesehatan Depatemen Kesehatan yang hanya
memiliki 2 (dua) jurusan, belum memenuhi standar untuk pembentukan
Politeknik Kesehatan (Poltekkes), maka pengembangan Jurusan
merupakan rencana yang telah dicanangkan sejak awal berdirinya
Poltekkes. Pada tahun 2004 melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor HK.00.06.1.4.2.02226 tanggal 1 Juli 2004
tentang penataan lokasi pelaksanaan program studi pada beberapa
Jurusan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau, maka dibuka:
1. Jurusan Gizi di Pekanbaru
2. Jurusan Keperawatan di Pekanbaru
3. Jurusan Kebidanan di Pekanbaru
4. Program Studi Keperawatan di Tanjungpinang
5. Program Studi Kebidanan di Tanjungpinang
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka terbentuklah
Provinsi Kepulauan Riau yang secara administratif terpisah dengan
Provinsi Riau, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002
yang merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota

3|P a g e
Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun,
Kabupaten Natuna, dan Kabupaten Lingga.
Dipandang perlu untuk menyelenggarakan pendidikan tenaga
kesehatan untuk mencukupi kebutuhan akan jumlah dan jenis tenaga
kesehatan guna menjangkau pelayanan kesehatan di seluruh
daerah/pulau terluar. Pendidikan tenaga kesehatan yang nantinya
diharapkan menghasilkan tenaga kesehatan terutama yang berasal
dari masyarakat kepulauan sendiri, yang terampil dan unggul dibidang
kesehatan dan mempunyai wawasan tentang geografis dan
demografis di Provinsi Kepulauan Riau. Sehingga lulusan yang
dihasilkan bersedia bekerja di daerah Kepulauan Riau. Selain itu,
pendidikan kesehatan yang diselenggarakan juga harus memiliki
tenaga operasional dan staf pengajar yang mempunyai komitmen
yang kuat untuk dapat bertahan di institusi pendidikan kesehatan di
Provinsi Kepulauan Riau.
Dalam perkembangan selanjutnya, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Riau yang kedudukan manajemen berpusat di Pekanbaru,
menyulitkan koordinasi managemen keuangan, kepegawaian,
akademik bagi program studi yang berada di Tanjungpinang, dengan
jarak yang cukup jauh dan sarana dan prasarana yang terbatas,
pelaksanaan kegiatan managemen di Tanjungpinang seringkali
terlambat dan adanya Undang-Undang Otonomi Daerah sehingga
sejak tahun 2009, timbulah rencana pemisahan managemen
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau dengan managemen
Tanjungpinang untuk membentuk Poltekkes Tanjungpinang. Dengan
adanya rencana tersebut memberikan masukan untuk pembentukan
satu jurusan, guna memenuhi standar Politeknik Kesehatan di
Tanjungpinang.
Pemilihan jurusan, didasarkan akan kebutuhan SDM dari stake
holder di Tanjungpinang. Banyaknya permintaan dari stake holder
khususnya sumber daya manusia yang ahli dalam kesehatan
lingkungan, memberikan andil bagi pembentukan Jurusan Kesehatan
Lingkungan di Tanjungpinang, berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor HK.03.05.I/II/4/5019.1/2008 tanggal 11

4|P a g e
November 2008 sehingga pada tanggal 31 Agustus 2009
dibentuklah Jurusan Kesehatan Lingkungan yang berada di
Tanjungpinang. Dengan dibentuknya 3 Prodi ini maka terpenuhilah
persyaratan untuk membentuk Politeknik Kesehatan di Provinsi
Kepulauan Riau. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan No.
1988/MENKES/PER/IX/2011 Tanggal 27 September 2011, maka
secara resmi berdiri Politeknik Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau
dengan nama Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungpinang
sebagai Poltekes baru dijajaran Politeknik Kesehatan Kemenkes RI.
2. Struktur Organisasi
Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
adalah salah satu Unit di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang. Yang
dipimpin oleh seorang Kepala Unit.

3. Profil Perpustakaan
Perpustakaan Terpadu Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang adalah
salah satu unit di Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang yang berada di

5|P a g e
Gedung Gurindam 2. Perpustakaan memiliki 1 pustakawan dan 2 staf
perpustakaan. Perpustakaan dipimpin oleh Kepala unit. Perpustakaan
memiliki Layanan keanggotaan, layanan Pendidikan pemakai, layanan
sirkulasi, layanan rujukan, layanan penelusuran, dan layanan bebas
Pustaka.
Perpustakaan memiliki Visi yaitu Menjadikan pusat pengelola dan
penyebaran informasi berbasis teknologi informasi guna
mendukung pelaksanaan pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
Misi perpustakaan yaitu Menyediakan koleksi bahan pustaka yang
terkini dan relevan untuk menunjang kegiatan pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, Meningkatkan
kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi guna mendukung
kebutuhan informasi bagi civitas akademika, dan Meningkatkan literasi
informasi pemustaka.

B. Paparan tentang pelaksanaan usaha yang dilakukan pihak perpustakaan


dalam membangun minat baca atau gerakan literasi serta metode
pengembangan minat bacanya.

Mengkaji kegiatan membaca maka tidak akan terlepas dari


pembahasan tentang minat baca sebagai kunci untuk membangun bangsa.
Melalui minat baca, mutu pendidikan dapat ditingkatkan sehingga pada
gilirannya dapat meningkatkan kualiatas sumberdaya manusia. Oleh karena
itu, minat baca yang tinggi merupakan suatu keadaan yang sangat
diharapkan atau dituntun oleh semua pihak untuk dikembangkan. Minat baca
merupakan dorongan yang dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan yang
kemudian diikuti dengan perasaan senang dan ketertarikan terhadap kegiatan
membaca. Menurut pengertian ini kegiatan membaca tergolong sebagai
perilaku atau tindakan yang muncul dari rasa senang untuk membaca.
Menurut Sutarno minat baca adalah keinginan atau kecenderungan hati yang
tinggi terhadap bahan bacaan atau koleksi perpustakaan. Bahan bacaan yang
diminati adalah yang mengandung manfaat, nilai, yang sesuai dengan apa
yang dikehendaki pembaca. Dari pemaparan ini keinginan untuk membaca
bergantung dari manfaat bahan bacaan atau koleksi yang dibaca.
Dalam upaya meningkatakan minat baca ada beberapa startegi yang
dapat dilakukan. Pertama, mendesai kurikulum atau sistem pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik membaca bahan bacaan yang terkait
kurikulum atau sistem pembelajaran yang ada. Kedua, pendidik
merekomendasikan bahan bacaan yang terkait dengan tugas-tugas
pembelajaran. Ketiga, tersedianya sarana sumber informasi/perpustakaan
yang memadai. Keempat, pemerataan akses informasi seperti
dikembangkannya taman bacaan di desa. Kelima, menumbuhkan kesadaran
kepada masyarakat akan pentingnya kebiasaan membaca.7 Beberapa
strategi di atas merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pihak
pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan minat baca di Indonesia.

6|P a g e
Strategi yang dapat ditempuh oleh pihak pendidikan selain mendesain
kurikulum atau sistem pembelajaran dan merekomendasikan bahan bacaan
yang terkait dengan tugas-tugas pembelajaran dapat juga dengan
mengembangkan perpustakaan sekolah yang merupakan faktor pendorong
dari luar dalam meningkatkan minat baca di lingkungan sekolah. Ada
beberapa usaha yang dapat diterapkan oleh perpustakaan sekolah dalam
menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Memilih bahan bacaan yang menarik.
2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran dikaitkan
3. dengan tugas-tugas di perpustakaan.
4. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan bacaan
5. yang menarik.
6. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa.
7. Melakukan berbagai promosi.
8. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba dan kegemaran
9. membaca.
10. Mengaitkan bulan Mei setiap tahun sebagai bulan buku
11. nasional.
12. Memberikan penghargaan kepada pengunjung yang sering
13. meminjam buku.
14. Menanamkan kesadaran dalam diri pemakai perpustakaan
15. bahwa membaca sangat penting.
Berdasarkan pemaparan di atas, strategi yang diusulkan lebih
menekankan kepada kegiatan yang berkaitan langsung dengan buku. Menurut
Sudarnoto strategi dan program yang dapat diterapkan dalam menumbuhkan
kebiasaan membaca adalah melakukan tour perpustakaan, menyediakan
sumber bacaan yang bervariasi, memberikan kesempatan untuk meminjam
buku pada saat libur, membuat slogan tentang manfaat membaca, membaca
dengan suara keras, lingkar sastra, menuturkan cerita (mendongeng),
mengundang penulis cerita, membaca cepat, mendramatisasikan cerita,
membuat ilustrasi pada buku cerita, mengadakan kuis, forum buku atau book
talk, memperkenalkan suatu cerita, pemutaran film dan membaca, pameran
perpustakaan, mendisplay karya mahamahasiswa, membuat pertunjukan
wayang atau boneka, workshop menulis cerita dan surat kabar, apresiasi puisi
dan kontes deklamasi. Unsur yang ada dalam strategi ini terdiri dari
mahamahasiswa, dosen dan pustakawan yang dalam penerapan strategi
langsung berkaitan dengan buku seperti membaca, menulis, membuat drama
dan sebagainya. Selanjutnya Andi Prastowo mengulas tentang beberapa
upaya yang bisa dilakukan oleh pustakawan sekolah untuk membangkitkan
rasa senang dan gairah membaca para mahamahasiswa. Pertama,
memperkenalkan buku-buku. Kedua, memperkenalkan riwayat hidup para
tokoh, yang perlu ditekankan pada cara ini adalah kegigihan tokoh-tokoh
tersebut dalam hal membaca, belajar mandiri untuk menambah pengetahuan
sehingga menjadi tokoh yang besar dan masyhur. Ketiga, memperkanalkan
hasil karya para sastrawan. Upaya di atas lebih menitikberatkan kepada
perkenalkan para tokoh dalam dunia membaca serta karya yang dihasilkan.
Peranan dosen dalam membangkitkan minat baca mahamahasiswa
juga penting. Dalam hal ini ada beberapa upaya yang dapat lakukan oleh

7|P a g e
dosen. Pertama, perbaikan metode belajar dan mengajar yang selama ini
bersifat textbook centered kepada metode yang lebih membuka kemungkinan
penggunaan bahan bacaan yang lebih luas dan bervariasi. Kedua, memberikan
motivasi kepada peserta didik. Ketiga, memberikan kebiasaan membaca yang
intensif sejak awal. Keempat, melengkapi koleksi perpustakaan dengan bahan
bacaan yang sesuai kurikulum. Kelima, dosen bekerjasama dengan
perpustakaan untuk mempromosikan cara pendayagunakan perpustakaan,
fasilitas dan koleksi apa saja yang ada di perpustakaan. Keenam, dosen
menanamkan kebiasaan membaca kepada mahamahasiswa melalui
pemberian tugas-tugas seperti kliping, meringkas buku dan lain sebagainya.
Peranan dosen dalam meningkatkan minat baca sangat penting karena
berkaitan dengan pencapaian cita atau tujuan sekolah. Selain itu juga sangat
menentukan bagi mahasiswa agar memiliki wawasan dan informasi yang lebih
banyak lagi.
Beberapa hal di atas merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh
pemerintah, pustakawan dan dosen secara konkrit untuk meningkatkan minat
baca. Sehingga perpustakaan tidak hanya sebagai tempat menyediakan buku-
buku bacaan yang digunakan dalam proses pembelajaran saja, tetapi juga
dapat menjadi sumber belajar dan informasi serta meningkatkan keinginan
para penggunanya untuk membaca dan menghabiskan waktu dengan
membaca.
Selain itu, pustakawan juga dapat berkolaborasi dengan dosen kelas
dalam mensukseskan strategi di atas seperti pengadaan lomba yang berkaitan
langsung dengan buku misalnya puisi, berlaku juga untuk sebaliknya dosen
pun dapat berkolaborasi dengan pustakawan dalam proses pembelajaran
dengan cara membuat tugas yang berkaitan dengan perpustakaan.
Perpustakaan sekolah merupakan faktor pendorong dari luar dalam
meningkatkan minat baca di lingkungan sekolah. Peran perpustakaan sangat
sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan
membaca tidak bisa lepas dari ketersedian bahan bacaan yang memadai. Ada
beberapa peran yang dapat diterapkan oleh perpustakaan sekolah dalam
menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan sekolah adalah
sebagai berikut :
1. Memilih bahan bacaan yang menarik.
2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran dikaitkan
dengan tugas-tugas di perpustakaan.
3. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan bacaan
yang menarik.
4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa.
5. Melakukan berbagai promosi.
6. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba dan kegemaran
membaca.
7. Mengaitkan bulan Mei setiap tahun sebagai bulan buku
nasional.
8. Memberikan penghargaan kepada pengunjung yang sering
meminjam buku.
9. Menanamkan kesadaran dalam diri pemakai perpustakaan
bahwa membaca sangat penting
Berdasarkan pemaparan di atas, strategi yang diusulkan lebih
menekankan kepada kegiatan yang berkaitan langsung dengan bahan

8|P a g e
bacaan baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Namun,
membuat pengguna perpustakaan memanfaatkan bahan bacaan yang ada di
perpustakaan bukanlah hal mudah, oleh karena itu petugas perpustakaan
harus dapat mengatur strategi ataupun program yang dapat mendorong
pengguna perpustakaan agar menggunakan atau memanfaatkan
perpustakaan secara optimal.

C. Analisis Minat Baca Mahamahasiswa


Dari hasil observasi juga ditemukan mahasiswa tidak hanya membaca
atau meminjam buku dalam satu jenis saja karena mereka datang ke
perpustakaan tidak hanya untuk membaca atau meminjam buku yang
berkaitan dengan pelajaran tapi juga ada yang membaca atau meminjam
untuk hiburan seperti novel atau sejenisnya. Namun sebagian dari mereka
juga mengakui referensi di perpustakaan kurang lengkap, misalnya untuk
informasi perkuliahan 15, sehingga mereka merasa buku yang ada di
perpustakaan belum mencukupi kebutuhan mereka dalam mencari informasi.
Dengan hal tersebut diharapkan dapat membantu proses pembelajarana dan
memenuhi kebutuhan informasi para penggunanya.

9|P a g e
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dengan kurangnya koleksi yang ada diperpustakaan menjadi salah
satu penyebab kurangnya minat baca.

B. Saran
Perlu adanya penambahan koleksi yang bersifat umum dan hiburan
agar menjadi minat baca bagi pemustaka.

10 | P a g e
11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai