Rangkuman
PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA
PUST-2134
MODUL I
SISTEM INFORMASI DI PERPUSTAKAAN
I. ORGANISASI INFORMASI
Yang dimaksud dengan Informasi adalah Informasi Rekam yaitu pengetahuan yang
dikomunikasikan melalui pelbagai media rekam. Jika dilihat dari bentuk penyajiannya,
informasi rekam dapat dituangkan dalam berbagai bentuk media, yaitu : (1 ) Media cetak
biasa,;(2) Media Cetak Mikro, seperti mokrofilm dan mikrofis ; (3) Media pandang.
Dengan berlimpahnya informasi maka semakin sulit untuk memperoleh informasi yang tepat
dari sejumlah bahan pustaka tersebut. Oleh karena itudiperlukan adanya pengaturan atau
organisasi supaya informasi rekam yang ada dapat ditemukan kembali secara tepat bila ada
yang memerlukannya.
Di perpustakaan, organisasi informasi berkisar pada pelbagai kegiatan yang bertujuan
supaya setiap bahan pustaka dalam koleksi perpustakaan dapat :
(1) diketahui tempat fisiknya melalui nomor panggil, dan (2) dikenali melalui sajian ringkas
dari bahan pustaka yang disebut dengan cantuman bibliografi.
Dengan organisasi informasi, perpustakaan membangun sistem informasi untuk
menunjang temu kembali informasi dari koleksi bahan pustaka. Untuk itu perpustakaan dapat
dipertimbangkan untuk dikatakan sebagai sistem informasi dalam konsep yang mendasar.
Kerangka dasar sistem informasi memberikan garis besar yang sederhana, serta menunjukan
bagian-bagian utama yang sama pada semua lembaga simpan dan temu kembali informasi,
seperti perpustakaan, kearsipan, pusat dokumentasi dan informasi, tanpa memperhatikan
tingkat mekanisasi mauoun jenis informasi yang dikelola lembaga-lembaga tersebut.
Dalam sistem informasi terdapat 4 (empat) komponen yaitu : (1) bahan pustaka; (2)
susunan koleksi; (3) katalog; (4) pengguna. Di samping empat komponen di atas terdapat dua
proses yang terjadi yaitu pengindeksan yang merupakan kegiatn pokok dalam pengaturan
bahan pustaka yang ada, serta sistem temu kembali yang dilakukan oleh pengguna untuk
menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan..
I. SEJARAH PENGATALOGAN
Peraturan pengatalogan sudah sejak lama dibuat. Pada awalnya disusun oleh
pustakawan perorangan, yaitu Antonio Panizzi dari British Museum menyusun Rules for
Compiling of the Catalogue (1841) dan Charles Ammi Cutter dari Amerika menyusun Rules
for a Dictionary Catalogue (1903). Mulai permulaan abad XX, peraturan pengatalogan selalu
dibuat oleh sebuah komisi atau panitia khusus, yaitu Library of Congress menerbitkan Rules
of Printed Cards (1903 hingga 1930-an) dan Rules for Descriptive Cataloguing (1949).
American Library Assosiation mengeluarkan Rules (1908,1941,1949). American Library
Assosiation bekerjasama dengan Library Assosiation (Inggris) membentuk “Catalog Code
Revision Commitee” sebagai usaha bersama menyusun peraturan katalog. Pada tahun 1967
terbit sebuah pedoman yang berjudul Anglo-American Cataloguing Rules yang dikenal
dengan sebutan ACCCR1. Sebagai tindak lanjut ke rah penyeragaman peraturan
pengatalogan, pada tahun 1988 terbitlah Anglo-American Cataloguing Rules edisi 2
(ACCR2) yang merupakan revisi dari ACCR1 sebagai hasil kerja sama antara American
Library Assosiation, Library Assosiation (Inggris), Library of Congress dan Canadian Library
Assosiation.
Kegiatan Pengatalogan adalah proses pembuatan katalog, ynag merupakan kegiatan
merekam data bibliografi seperti pengarang, judul, tempat terbit, nama penerbit, jumlah
halaman dan lain sebagainya. Untuk itu pengatalog perlu mengenali dengan baik bagian-
bagian sebuah buku. Bagian-bagian buku terdiri dari : (1) kulit buku; (2) punggung buku; (3)
halaman kosong; (4) halaman judul sungkat (half title); (5) judul seri; (6) halaman judul; (7)
halaman balik judul (verso-recto); (8) halaman persembahan (dedication); (9) kata pengantar;
(10) daftar isi; (11) pendahuluan; (12) naskah (teks); (13) indeks; (14) bibliografi; (15)
glossary; (16) kolofon; (17) Nomor halaman yang terdiri dari angka Romawi kecil dan
Angka Arab.
I. ANALISIS SUBJEK
Pengindeksan subjek adalah kegiatan melakukan identifikasi tentang subjek atau
pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan pustaka. Dalam pengertian umum orang
menyebut pengindeksan subjek dengan istilah klasifikasi. Klasifikasi merupakan bagian
kegiatan manusia yang membantu manusia menyusun pikiran dan kesan yang semula tidak
teratur menjadi teratur.
Klasifikasi di perpustakaan juga dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat
pemakai dalam memilih dan mendapatkan buku-buku yang diperlukan secara cepat dan tepat.
Dalam melakukan klasifikasi bahan pustaka, tahap pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan analisis subjek yaitu untuk mengetahui mengenai apa atau tentang apa bahan
pustaka tersebut. Kegiatan analisis subjek ini merupakan hal yang sangat penting dan
memerlukan kemampuan intelektual, karena disinilah ditentukan pada subjek apa suatu bahan
pustaka ditempatkan. Untuk melaksanakan kegiatan analisis subjek ini ada dua hal yang perlu
dikenali atau dipahami tentang suatu bahan pustaka, yaitu jenis konsep dan jenis subjek.
Ada tiga jenis konsep yaitu:
1. Disiplin ilmu yang terdiri displin fundamental dan sub-displin
2. Fenomena, yang menjadi fenomena dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu: (1) objek
konkret, dan (2) objek abstrak.
Fenomena merupakan perwujudan faset-(faset) displin terkait. Karena itu terhadap
fenomena perlu diadakan analisis faset. Menurut Ranganathan ada 5 (lima) faset mendasar
yang dikenal dengan akronim PMEST, yaitu:
P = Personality (wujud, meliputi jenis, produk, atau tujuan)
M = Matter (bahan atau material)
E = Energy (kegiatan atau masalah)
S = Space (tempat geografis)
T = Time (waktu)
3. Bentuk
Bentuk ialah cara bagaimana suatu subjek disajikan. Dalam hal ini ada tiga jenis
konsep bentuk, yaitu: (1) bentuk fisik, (2) bentuk penyajian, (3) bentuk intelektual.
Dalam kegiatan analisis subjek, secara umum bahan pustaka terbagi dalam
bermacam-macam jenis subjek. Secara umum yang dapat dikelompokkan dalam 4 (empat)
kelompok, yaitu (1) subjek dasar, (2) subjek sederhana, (3) subjek majemuk, (4) subjek
kompleks.
Dalam subjek kompleks terdapat 4 fase yaitu: (1) fase bias, 9@) fase pengaruh, (3)
fase alat, (4) fase perbandingan.
Untuk menterjemahkan hasil analisis subjek kompleks ke dalam bahasa indeks,
adakalanya sistem bahasa indeks tersebut dapat menampung subjek yang kompleks tersebut,
misalnya sistem klasifikasi UDC (Universal Decimal Classification), tetapi ada juga sistem
bahasa indeks yang harus memilih salah satu dari beberapa subjek tersebut, misalnya pada
bagian klasifikasi DDC ( Dewey Decimal Classification).
Dengan mengenali jenis subjek dan jenis konsep di atas, maka dalam menentukan
suatu bahan pustaka dapat diperoleh suatu urutan yang tertentu, yaitu: DISIPLIN
ILMU/FENOMENA/BENTUK.
Kegiatan selanjutnya adalah subjek tersebut diterjemahkan ke dalam suatu kode atau
bahasa indeks tertentu. Bahasa indeks merupakan bahasa terawasi (controlled langue),
sedangkan hasil dari analisis subjek disebut dengan bahasa alamiah (natural langue).
Kegiatan menerjemahkan ini merupakan deskripsi indeks untuk bahan pustaka tersebut. Ada
beberapa sistem bahasa indeks, yaitu (1) Daftar tajuk subjek, (2) Thesaurus, (3) Skema
klasifikasi.
I. PENENTUAN NOTASI
A. PENENTUAN SUBJEK
Dalam upaya menentukan suatu subjek yang terkandung dalam buku, maka perlu
dilakukan penelaahan terlebih dahulu terhadap isi buku. Hal ini bisa dilakukan melalui
sumber informasi berikut ini :
1. Halaman Judul Buku
2. Daftar Isi
3. Jaket Buku
4. Kata pengantar atau pendahuluan
5. Isi buku (sebagian atau seluruhnya
6. Daftar Pustaka atau Bibliografi
7. Sumber lain seperti bibliografi, katalog dalam terbitan
8. Konsultasi pakar
B. PENENTUAN NOTASI
Apabila subjek sebuah buku sudah diketahui berdasarkan analisis subjek, langkah
selanjutnya adalah menentukan notasi klasifikasinya berdasarkan bagan klasifikasi ( Bagan
Klasifikasi DDC). Dalam menentukan notasi klasifikasi sebuah buku ada beberapa
pendekatan yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan pendekatan langsung ke bagan
klasifikasi atau melalui penelusuran indeks.
Dalam penentuan notasi mungkin perlu dipertimbangkan apkah selain notasi dasar
diperlukan juga penggunaan notasi-notasi tambahan, misalnya dalam bentuk penyajian,
penambahan wilayah, dan sebagainya dengan menggunakan tabel tambahan yang disediakan
dalam sistem klasifikasi DDC.
Jika dilihat dari tata bahasanya, terdapat beberapa bentuk tajuk subjek, yaitu:
1. Tajuk tunggal
2. Tajuk ganda
3. Tajuk dengan subdivisi.
MODUL I
RUANG LINGKUP KEGIATAN PENGEMBANGAN KOLEKSI
Tujuan utama dari perpustakaan dan unit informasi lainnya adalah untuk membantu dalam
transfer informasi dan pengembangan pengetahuan.
Transfer informasi dapat digambarkan sebagai proses kegiatan yang berkesinambungan,
terdiri dari 9 komponen :
1. identifikasi
2. seleksi
3. pengadaan
4. organisasi
5. pengolahan
6. penyimpanan
7. interprestasi
8. pemanfaatan
9. penyebaran
A. KOLEKSI PERPUSTAKAAN
Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikmpulkan, diolah, dan disimpan
untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka.
Bahan pustaka dikelompokkan dalam dua bentuk:
1. Tercetak
a. Buku
b. Bukan buku (peta, gambar,brosur)
2. Tidak tercetak
a. Rekaman gambar
b. Rekaman suara
c. Rekaman data/magnetic
Ragam koleksi yang harus tersedia dalam perpustakaan :
1. koleksi rujukan
Koleksi rujukan adalah merupakan tulang pnggung perpustakaan dalam menyediakan
informasi yang akurat. Berbagai bentuk informasi ditemukan dalam koleksi rujukan seperti
fakta, data.
2. bahan ajar
Bertujuan dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kurikulum.
3. terbitan berseri
koleksi ini adalah untuk melengkapi koleksi yang tidak terdapat dalam bahan ajar dan
rujukan.
4. terbitan pemerintah
berbagai terbitan pemerintah seperti lembaga Negara, himpunan peraturan Negara sering
dimanfaatkan para pemakai perpustakaan.
5. muatan lokal
muatan lokal, meliputi koleksi lokal dan literatur kelabu. Literature kelabu antara lain seperti
skripsi, tesis, makalah seminar,laporan penelitian, publikasi internal dan lain sebagainya
6. bahan bacaan untuk rekreasi intelektual
B. PENGEMBANGAN KOLEKSI
Pengembangan koleksi adalh suatu proses kegiatan yang mencakup sebuah kegiatan yang
menyangkut dengan pengembangan koleksi perpustakaan.
3. Perpustakaan sekolah
Adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah
yang bersangkutan yang bertujuan :
1. Pendidikan
2. Informasi
3. Pengembangan pribadi dan watak
4. Penelitian sederhana dan rekreasi
4. Perpustakaan khusus
Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan suatu departemen Negara yang
bertujuan menunjang kegiatan badan induknya.
5. Perpustakaan Nasional
Adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh Negara yang bertujuan menyiapkan semua
bahan pustaka yang diterbitkan di suatu Negara.
Pada dasarnya sebuah karya tulis dibuat oleh pengarang dan diterbitkan oleh penerbit.
Berikut ini adalah beberapa komponen dari system distribusi bahn pustaka :
1. pengarang
2. penerbit
3. toko buku
4. perpustakaan.
MODUL II
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOLEKSI
MODUL III
1. Kajian Pengguna
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi Kajian pengguna, antara lain :
a. Mengenal masyarakat yang dilayani
b. Diperlukannya kajian pengguna
c. Unsur-unsur kajian
1. Siapa yang melakukan pengumpulan data ?
2. Informasi apakah yang diinginkan oleh perpustakaan ?
3. Bagaimana metodenya untuk menghasilkan informasi yang diinginkan ?
4. Bagaimana memanfaatkan data tersebut ?
Keuntungan melakukan kajian bagi staf perpustakaan adalah :
a. Paling memahami data mana yang bermanfaat.
b. Keterlibatan langsung meningkatkan komitmen pada masyarakat yang harus dilayani.
c. Kesediaan untuk menerima dan mengimplementasikan hasil survei lebih besar.
d. Merupakan proses belajar yang membekali staf dengan pengalaman dan keterampilan
tambahan.
Kelemahan melakukan kajian bagi staf perpustakaan adalah :
a. Belum memiliki pengalaman dan keahlian yang diperlukan.
b. Mengurangi waktu untuk pekerjaan rutin di perpustakaan.
c. Dapat menimbulkan bias (pengaruh perasaan subjektif).
d. Hal-hal yang akan dikaji
Ada 11 data yang mengenai aspek yang akan dikaji, antara lain :
1. Historis
2. Geografis
3. Transportasi
4. Administratif
5. Politik
6. Kependudukan
7. Ekonomi
8. Sistem komunikasi
9. Organisasi sosial dan pendidikan
10. Organisasi kebudayaan dan rekreasi
11. Perpustakaan dan unit informasi lain dalam komunitas yang sama.
e. Cara dan di amna data dikumpulkan
Pada dasarnya kajian komunitas dapat dibagi dalam empat jenis pendekatan sebagai berikut :
1. Pemberi informasi kunci
2. Forum komunitas
3. Indikator sosial
4. Survei lapangan
f. Cara menginterprestasikan data.
2. Evaluasi Koleksi
Tugas utama setiap perpustakaan adalah membangun koleksi yang kuat demi kepentingan
pengguna perpustakaan. Dalam pengelolaan koleksi salah satu kegiatan yang penting adalah
pengembangan koleksi yang mencakup semua kegiatan untuk emeperluas koleksi yang ada di
perpustakaan, terutama dalam aspek seleksi dan evaluasi.
Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik dari segi ketersediaan
koleksi itu bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi itu oleh pengguna. Tujuan dari
evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi menurut Perpustakaan Perguruan Tinggi
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi.
2. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi.
3. Mengikuti perubahan, perkembangan soaial budaya, ilmu dam teknologi.
4. Meningkatkan nilai informasi.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi.
6. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi.
Tujuan dilakukannya evaluasi koleksi dapat dibedakan berdasarkan dua kategori, yaitu tujuan
Internal dan tujuan Eksternal.
Dalam setiap kategori ada sejumlah metode evaluasi khusus, sebagai berikut.
1. Terpusat pada koleksi
a. Daftar pencocokan, bibliografi, dan katalog
b. Pendapat dari pakar
c. Perbandingan data statistik
d. Berbagai standar koleksi
2. Terpusat pada Penggunaan
a. Kajian sirkulasi
b. Pendapat pengguna
c. Analisis terhadap statistik pinjam antarperpustakaan
d. Kajian sitiran
e. Kajian penggunaan di tempat (ruang baca)
f. Ketersediaan koleksi di rak
g. Kajian simulasi penggunaan
h. Uji penyampaian dokumen
MODUL IV
1. Proses Seleksi
Pengertian seleksi adalah Proses mengidentifikasi bahan pustaka yang akan ditambah pada
koleksi yang telah ada di perpustakaan.
Dalam proses seleksi ada beberapa hal yang akan dibahas seperti berikut ini :
A. Orang Yang Melakukan Seleksi
Pada prinsipnya personalia yang dapat melakukan seleksi bahan pustaka mencakup :
1. Pustakawan
2. Spesialis subyek termasuk guru / dosen
3. Pimpinan di organisasi induk
4. Komisi perpustakaan, apabial ada
5. Anggota lain
Pada intinya pustakawan dalam melakukan seleksi atau pemilihan hendaknya melihat tiga hal
berikut ini :
1. Fungsi perpustakaan
2. Ruang lingkup bidang yang dicakup
3. Masyarakat pengguna yang dilayani.
B. Prinsip Seleksi
Seleksi atau pemilihan menurut ALA Glossary of Library Terms adalah suatu proses
pengambilan keputusan dalam mengidentifikasi sumber informasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan pemakai perpustakaan.
Ada beberapa pandangan dalam membangun suatu koleksi perpustakaan, seperti berikut ini :
a. Pandangan Tradisional
b. Pandangan Liberal
c. Pandangan Pluralistik
Kriteria evaluasi yang dijadikan dasar dalam memilih buku, seperti berikut ini :
1. Tujuan, cakupan, dan Kelompok Pembaca
2. Tingkat Kesulitan
3. Otoritas, Kejujuran, Kredibilitas Pengarang, dan Penerbit
4. Bidang Subyek
5. Perbandingan
6. Faktor Waktu (Kedaluwarsaan)
7. Format Fisik
8. Harga
9. Menunjang Kurikulum
10. Permintaan
C. Variasi Dalam Seleksi
Variasi seleksi berdasarkan jenis-jenis perpustakaan :
1. Perpustakaan Perguruan Tinggi
2. Perpustakaan Umum
3. Perpustakaan Sekolah
2. Alat Bantu Seleksi
Alat bantu seleksi adalah Berbagai dokumen yang memuat informasi mengenai buku-buku
lama dan baru. Ada beberapa jenis alat bantu seleksi yang masing-masing mempunyai fungsi
tertentu serta kelebihan dan kelemahannya. Secara garis besar alat bantu seleksi dapat dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Alat bantu seleksi yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah sebuah
atau sekelompok buku akan dimasukkan ke koleksi perpustakaan karena informasi yang
diberikan dalam alat tersebut tidak terbatas pada data bibliografi, tetapi juga mencakup
keterangan bahan pustaka tersebut dan keterangan lain yang diperlukan untuk mengambil
keputusan. Informasi ini bisa diberikan dalam bentuk anotasi singkat saja, bisa berupa
tinjauan (review) dengan panjang yang bervariasi.
2. Alat identifikasi dan verifikasi, yaitu alat bantu koleksi yang hanya mencantumkan data
bibliografi bahan pustaka. Alat seperti ini dipakai untuk mengetahui judul yang telah terbit
atau yang akan diterbitkan dalam bidang tertentu, dari pengarang atau penerbit tertentu, di
negara tertentu atau dalam kurun waktu tertentu. Alat bantu ini dipakai untuk melakukan
verifikasi, apakah judul atau nama pengarang tepat, berapa harganya, terbitan berseri atau
bahan pandang dengar, masih ada di pasaran atau tidak, dan sebagainya.
Istilah pengadaan adalah kegiatan yang merupakan implementasi dari keputusan dalam
melakukan seleksi yang mencakup semua kegiatan untuk mendapatkan bahan pustaka yang
telah dipilih dengan cara membeli, tukar menukar dan hadiah termasuk dalam menyelesaikan
administrasinya.
A. Kendala Dalam Pembelian Buku
1. Terbitan dalam negeri
2. Prosedur pembayaran
3. Ketersediaan dana
4. Katalog penerbit
5. Administrasi
B. Cara Pembelian Buku
Daftar buku yang dibeli minimal harus berisi data bibliografi berikut ini :
1. Judul Buku
2. Nama Pengarang
3. Nama Penerbit
4. Tahun Terbit
5. ISBN
6. Jumlah
7. Harga
Pengadaan buku dengan melalui pembelian bisa dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut :
1. Pembelian secara langsung ke penerbit.
2. Toko Buku
3. Agen yang dikenal dengan istilah jobber atau vendor baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.
Ada beberapa cara yang ditawarkan baik oleh penerbit maupun agen buku dalam pemesanan
buku oleh perpustakaan, yaitu sebagai berikut :
1. Approval Plan.
2. Blanket Order.
3. Standing Order.
Cara ini biasanya dilakukan bagi perpustakaan-perpustakaan besar dan memiliki dana yang
cukup besar pula. Perpustakaan tinggal memilih cara-cara yang ditawarkan yang sesuai
dengan kebijakan perpustakaannya.
D. Penerimaan Buku
Penerimaan buku adalah sebagai berikut :
1 Memeriksa secara teliti bahan pustaka yang diterima dan surat pengantarnya.
2 Mencocokkan bahan pustaka yang diterima dan arsip daftar pesanan.
3 Menyisihkan bahan pustaka yang tidak sesuai dangan pesanan, cacat atau rusak disertai
dengan permintaan penggantian.
4 Menandatangani tanda terima atau faktur dan mengembalikannya kepada pengirim.
5 Membuat berita acara penerimaan.
MODUL VI
1. Terbitan Berseri dan Seleksi Terbitan Berkala
MODUL VI
2. Pengadaan Terbitan Berkala
MODUL VII
1. Macam-macam Bahan Nonbuku dan Pemanfaatannya.
A. Macam-Macam Bahan Nonbuku.
Berikut ini akan dijelaskan lebih terperinci lagi berbagai macam jenis bahan nonbuku yang
lazim terdapat di perpustakaan.
1. Rekaman Suara.
Pustaka ini adalah rekaman suara dalam berbagai bentuk, misalnya piringan hitam, pita,
piano rools, rekaman suara atas film.
Dilihat dari isinya, ada beberapa jenis rekaman suara diantaranya adalah berikut ini :
a. Rekaman musik.
b. Sandiwara.
c. Pembacaan Puisi.
d. Wawancara.
e. Seminar.
f. Ceramah.
g. Pelajaran bahasa.
h. Dongeng.
2. Gambar Hidup.
a. Film.
Film adalah gambar hidup yang merupakan perkembangan dari gambar biasa.
b. Rekaman Video.
Rekaman Video adalah istilah umum yang mencakup semua bentuk video, diantaranya yang
berbentuk kaset video, dan piringan video.
c. Bahan Grafika.
Bahan grafika sebagai bahan tak tembus cahaya atau buram.
Contoh bahan grafika : gambar, bagan, flipchart, filmstrip, flashcard, dll.
d. Bahan Kartografi.
Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi grafika dari bumu, bagian
bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badan ruang angkasa lainnya.
e. Bentuk Mikro.
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua dokumen yang
emnggunakan media film dan tidak dapat dibaca tanpa menggunakan alat bantu yaitu
microreader.
f. Sumber Daya Elektronik.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi maka informasi dapat dituangkan ke
dalam media elektronik. Bahan pustaka yang termasuk ke dalam jenis ini dikenal dengan
istilah sumber daya elektronik..
B. Pemanfaatan Bahan Nonbuku.Bahan nonbuku Mmerupakan alat yang paling baik untuk
menyebarkan informasi. Dengan adanya perubahan pola ini perpustakaan perlu
menyesuaikan koleksinya sesuai dengan perkembangan teknologi
MODUL VII
1. Proses Pengadaan Bahan Nonbuku
A. Kriteria Seleksi.
Ada beberapa kriteria umum yang perlu di pertimbangkan dalam seleksi bahan nonbuku,
yaitu berikut ini.
1. Kualitas Isi.
2. Kualitas Teknis.
3. Kualitas fisik.
4. Produsen/distributor.
Selain kriteria umum di atas, ada beberapa kriteria khusus untuk beberapa jenis bahan
nonbuku sebagai berikut ini.
1. Bentuk Mikro
Untuk bahan pustaka dalam bentuk mikro, kualitas fisik sama pentingnya dengan kualitas isi.
Untuk isi dapat digunakan kriteria bahan tercetak, misalnya buku atau terbitan berseri.
2. Bahan Pandang Dengar.
Dalam memilih bahan pandang dengan, kualitas fisik perlu diperhatikan pula. Pada umumnya
bahan pandang dengar tidak dapat dilihat sebelum dibeli, kecuali film.
3. Bahan Kartografi.
Untuk bahan kartografi, peta harus dapat memberikan informasi yang cukup banyak. Tanda-
tanda yang di pakai sebaiknya standar, serta skala yang digunakan harus cocok dengan
kebutuhan perpustakaan.
4. Sumber Daya Elektronik.
Dalam melakukan seleksi bahan pustaka bentuk elektronik, harus dipertimbangkan perangkat
keras yang tersedia. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi alat seleksi,
diantaranya adalah berikut ini:
a. Tujuan alat bantu tersebut.
b. Cakupan.
c. Kecepatan.
d. Siapa penulis tinjauan.
e. Isi tinjauan.
f. Data bibliografi.
g. Penyajiian.
h. Kegunaan.
i. Format fisik.
j. Harga.
MODUL VIII
1. Inventarisasi Berbagai Jenis Bahan Pustaka
A. Tujuan.
Kegiatan stoke opname bertujuan untuk :
1. Mengetahui dengan cepat profil koleksi perpustakaan.
2. Mengetahui jumlah dokumen menurut klasifikasi dengan tepat.
3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi, yang mencerminkan kondisi dokumen.
4. Mengetahui dengan tepat dokumen yang tidak ada katalognya.
5. Mengetahui dengan tepat dokumen yang dinyatakan hilang.
6. Mengetahui dengan tepat kondisi dokumen, apakah dalam keadaan rusak atau tidak
lengkap.
Kegiatan stock opname merupakan suatu kegiatan yang memiliki keuntungan juga
kerugiannya. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah berikut ini:
1. Dapat disusun daftar dokumen yang perlu disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik dari
segi subjek, tahun, dan kondisi dokumen.
2. Dengan diketahuinya dokumen yang hilang, menunjukkan dokumen tersebut diminati
pengguna.
3. Dapat diketahui laju kehilangan dokumen di suatu perpustakaan.
4. Dapat diperoleh susunan dokumen yang rapi dan sesuai dengan urutannya di rak.
5. Dapat dilakukan pembersihan dokumen dari debu dan kotoran lainnya.
Ada beberapa kerugian apabila kegiatan stock opname dilakukan, yaitu berikut ini :
1. Mengurangi kenyamanan bagi pengguna karena selama kegiatan semua dokumen yang
sedang dipinjam ditagih untuk dikembalikan.
2. Selama kegiatan stock opname, banyak perpustakaan tidak memberikan pelayanannya
kepada pengguna.
3. Memerlukan biaya yang relatif mahal.
Dalam melaksanakan kegiatan stock opname, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
yaitu sebagai berikut :
1. Menggunakan Daftar Pengadaan.
Pada metode ini daftar pengadaan dicocokkan langsung dengan dokumen dalam rak.
2. Menggunakan Daftar / Registrasi Yang Berisi Nomor Induk.
Seperti metode dengan daftar pengadaan, dengan metode ini daftar yang berisi nomor induk
disiapkan, dan dicocokkan dengan dokumen di rak.
3. Lembar Lepas Berisi Nomor Induk.
Lembar lepas ini berisi nomor induk yang dibatasi sampai 100 nomor. Kemudian lembar
lepas ini digandakan sesuai dengan jumlah petugas.
4. Kartu Uji.
5. Menghitung Dokumen.
6. Berdasarkan Sampel / Contoh.
7. Dengan Bantuan Komputer.
8. Shelf List.
MODUL IX
1. Perawatan Bahan Pustaka.
Tujuan perawatan dan pelestarian bahan pustaka adalah melestarikan kandungan informasi
bahan pustaka dengan alih bentuk menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya
selengkap mungkin agar bahan pustaka itu dapat digunakan secara optimal dalam jangka
waktu yang cukup lama.
Perawatan koleksi bahan pustaka meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Reproduksi bahan pustaka.
2. Penjilidan dan laminasi.
3. Pencegahan faktor-faktor perusak koleksi.
Indonesia sebagai daerah tropis memiliki berbagai musuh buku. Secara garis besar, ada tiga
faktor utama penyebab kerusakan bahan pustaka, yaitu faktor fisik atau mekanis, faktor
kimiawi atau iklim, dan faktor hayati. Perlu diingat bahwa mencegah itu lebih murah
daripadamemperbaiki yang sudah rusak.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan perawatan dan pelestarian bahan pustaka maka
diperlukan tenaga untuk merealisasikan kegiatan itu. Dalam kedinasan tentunya tenaga-
tenaga itu harus berada dalam suatu struktur organisasi. Berdasarkan jenis dan besar kecilnya
(ukuran) perpustakaan maka dakemukakan beberapa model organisasi perawatan dan
pelestarian bahan pustaka.
Perawatan dan pelestarian bahan pustaka di indonesia masih menglami berbagai kendala,
seperti kurangnya tanaga pelestarian, belum adanya lembaga pendidikan yang
mengkhususkan diri pada bidang keahlian ini, dan belum jelasnya tingkat pendidikan yang
dibutuhkan untuk keahlian ini. Di samping itu, banyak pimpinan serta pemegang kebijakan
belum memahami pentingnya pelestarian bahan pustaka sehingga mengakibatkan kurangnya
dana, perhatian, dan fasilitas yang tersedia. Setiap kegiatan perawatan dan pelestarian bahan
pustaka itu diberlakukan pada suatu kondisi tertentu, tergantung pada keadaan bahan pustaka
itu sendiri dan keadaan perpustakaan.
E. Kriteria Penyiangan
Penyiangan bukanlah proses yang cepat dan tidak dapat dikerjakan secara terpisah dari
proses-proses lain dalam pengembangan koleksi. Adapun kriteria penyiangan adalah sebagai
berikut :
1. Pustakawan harus memiliki peraturan tertulis mengenai penyiangan.
2. Hendaknya pustakawan meminta bantuan spesialis subjek dari bahan pustaka yang di
siangi.
3. kriteria umum penyiangan adalah :
a. subjek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna.
b. Bahan pustaka yang suddah usang isinya.
c. Edisi terbaru sudah ada.
d. Bahan pustaka yang rusak yang tidak dapat diperbaiki kembali.
e. Bahan pustaka yang sudah tidak lengkap dan tidak dapat diusahakan lagi gantinya.
f. Bahan pustaka yang jumlah duplikatnya banyak, tapi frekuensi pemakaiannya rendah.
g. Bahan pustaka terlarang.
h. Hadiah yang diperoleh tanpa diminta, dan memang tidak sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
i. Bahan pustaka yang tidak digunakan lagi, dan tidak dibutuhkan.
F. Kriteria untuk menyingkirkan koleksi ke gudang.
a. faktor yang menjadi pertimbangan dalam menggudangkan buku :
1. Kajian terhadap keadaan buku di rak.
2. Nilai sebuah judul buku dalam subjek yang dibahas buku itu.
3. Nilai historis yang dikandung oleh isi buku itu untuk bidang ilmu yang dibahasnya.
4. Keberadaan edisi lain buku itu.
5. Keberadaan buku lain dari subjek yang sama.
6. Tingkat pemanfaatan buku.
7. Kondisi fisik buku tersebut.
8. banyaknya buku harus seimbang dari pemasukan dan penggudangan.
b. alternatif untuk memilih buku yang akan digudangkan :
1. Penilaian dari satu atau lebih pakar pakar dari bidang ilmu yang sama dengan subjek buku
yang dinilai.
2. penilaian terhadap pemanfaatan buku itu oleh pengguna dan karakteristik buku itu.
3. kombinasi dari kedua pendekatan diatas.
G. Prosedur Penyiangan.
1. Pustakawan mengadakan pemilihan bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi
berdasarkan pedoman penyiangan.
2. Pustakawan perlu mendata buku yang perlu disiangi.
3. Sertakan data pemanfaatan buku agar keputusan membuat penyiangan akurat.
4. Untuk mempercepat penyiangan pustakawan bisa membuat daftar dari bahan pustaka yan
sudah waktunya dikeluarkan dari koleksi.
5. Buku yang dikeluarkan dari koleksi kartu bukunya harus dikeluarkan.
6. buku tersebut harus di cap.
7. apabila bahan pustaka tersebut masih bisa dipakai orang lain maka dapat disisihkan.
8. bila pustakawan ragu maka buku tersebut digudangkan dahulu.
9. bila buku itu dalam beberapa tahun tidak dicari maka bisa dikeluarkan dari perpustakaan
10. bahan pustaka yang dikeluarkan pari perpustakaan dibuatkan berita acara, dan beberapa
prosedur administrasi lainnya dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.