KAJIAN PUSTAKA
sebagai berikut:
“perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian
integral dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya bertugas
Senada dengan hal itu, Sutarno (2006, 36) juga mengemukan sebagai berikut:
6
Pendapat lainnya juga dikemukan oleh Qalyubi (2003, 10) sebagai
berikut:
perguruan tinggi merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari suatu
lembaga induknya, yang bersama-sama dengan unit lain membantu perguruan tinggi
7
Selain itu, Hermawan (2006, 34) juga mengemukan pendapatnya tentang
hanya memiliki tujuan tetapi juga memliki fungsi yang akan mendukung dalam
8
3. Ditinjau dari segi pelaksanaan, pada setiap fungsi perpustakaan
perguruan tinggi dibedakan dua macam sifat fungsi:
a. Fungsi yang bersifat akademi edukatif.
b. Fungsi yang bersifat administrative teknis.
9
penelitian dosen, mahasiswa, dan staf non edukatif dapat dilakukan
berdasar data data yang diperoleh dari perpustakaan.
4. Tempat rekreasi atau hiburan, mahasiswa dapat mengandalkan
perpustakaan untuk mengurangi ketegangan setelah lelah belajar
dengan bahan bacaan ringan dan menghiburkan yang ada di
perpustakaan.
kepada pemustaka.
2.1.3 Pustakawan
Kata pustakawan berasal dari kata “pustaka” yang ditambah dengan kata
“wan” yang artinya sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat
dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Dalam bahasa inggris pustakawan
10
“Pustakawan adalah seseorang yang berkarya secara profesional dibidang
perpustakaan dan informasi serta melaksanakan kegiatan perpustakaan
dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan
informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”.
pemustaka.
1.1.4 Pemustaka
yang disedikan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun
fasilitas lainnya)”. Selain itu, hal senanda juga dikemukan oleh Hermawan (2006,
11
1. Anggota (members)
Dalam hal ini yang dianggap sebagai pemustaka adalah mereka yang
telah menjadi anggota perpustakaan.
2. Pembaca (readers)
Dalam hal ini menunjukan bahwa tugas utama perpustakaan adalah
menyediakan bahan bacaan bagi pemustaka atau tempat dimana orang
dapat membaca berbagai jenis bahan pustaka.
2. Pelanggan (customers)
Dalam hal ini hubungan antara perpustakaan dengan pemustaka sudah
seperti hubungan antara penjual dengan pembeli.
3. Klien (clien)
Dalam hal ini hubungan perpustakaan dengan pemustaka sudah seperti
hubungan antara seorang pengacara dengan orang yang dibela.
4. Patron (Patrons)
Dalam banyak hal para pemerhati, pembina, dan penyantun
perpustakaan merupakan bagian dari pemustaka yang harus menjadi
perhatian perpustakaan.
Dari pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa pemustaka adalah
12
2.2 Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil
aau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur
pokok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan di dalam organisasi, kegiatan
merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
tercapai, baik secara kualitas maupun waktu, orientasinya pada keluaran yang
dihasilkan”.
keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) tepat
2.3 Informasi
suatu rekaman fenomena yan diamati, atau bisa juga berupa putusan putusan yang
terorganisasi dan teranalisis (data yang sudah diolah) dan hasil pengolahan data
dan telah diberikan rumusan makna padanya”. Menurut Shannon dikutip Maryam
13
(2009, 4) “informasi adalah simbol-simbol yang dipertukarkan dalam
simbol-simbol itu dari satu titik ke titik lain di tempat lainnya”. Pendit
oleh bahasa manusia dalam komunikasi sebagai bagian tak terpisahkan dari
rekaman, data, fakta, keterangan, dan dokumen yang dikomunikasikan baik secara
terhadap masalah yang diteliti. Menurut Tan dikutip oleh Yusuf (1995, 3-4)
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat
atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang.
Kebutuhan kognitif ini dapat memberi kepuasaan atas hasrat
keingintahuan dan penyelidikan seseorang
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat
menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai
media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan
alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Orang membeli radio,
14
televisi, menonton film, dan membaca buku-buku bacaan ringan
dengan tujuan untuk mencari hiburan.
3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Integrative Needs).
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kreadibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan ini berasal dari
hasrat seseorang mencari harga diri.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan
kekeluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasarkan
oleh seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.
5. Kebutuhan Berkhayal
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk mencari
hiburan atau pengalihan. kultau yang dikutip dari agus mengemukan
bahwa kebutuhan informasi terjadinya karena kesenjangan dalam diri
manusia, yaitu antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan
yang dibuthkan.
kebutuhan informasi juga sebagai bagian dari tuntutan kehidupan dan penunjang.
15
2.3.2 Sumber-sumber Informasi
16
2. Non-Print Resources (Sumber-sumber Non Tercetak)
a. Microform
Microform adalah isitilah yang biasa digunakan untuk menunjukan
bahan media sumber informasi yang brisi imej data yang
diperkecil. Microform yang umumnya diproduksi adalah dalam
bentuk rol dan lembaran film.
b. CD-ROM
CD-ROM adalah singkatan dari “Compact Disc Read-Only-
Memory” adalah medium penyimpanan data optic yang tidak
mudah hilang , menggunakan format fisik yang sama sebagai audio
CDs. CD-ROM ini dapat dibaca pada komputer dengan
meggunakan CD-ROM drive.
c. E-BOOK
Elektronik buku (e-book) disebut bentuk digital dari buku biasa
(tercetak) yang membutukan personal computers, mobile phone,
atau alat khusus untuk membacanya yang disebut ebook reader
atau ebook devices.
d. E-JOURNAL
Elektronik journal (e-journal) adalah bentuk digital dari journal
biasa. E-journal menyediakan seperangkat alat yang memperkaya
nilai suatu jornal konvensial (terbitan atau kajian secara mendalam)
sehingga dapat menjawab tantangan globalisasi.
3. Audio Visual
a. Bagan
Lembaran kertas, cardboard, atau bahan sejenisnya dimana
informasi digambarkan dalam bentuk tabel, diagram, skema atau
berupa gambar.
b. Peta
Gambaran letak geografis dari bagian dunia serta gambaran
pertanian di dunia atau dapat juga merupakan peta potensi sumber
alam.
c. Realia
Istilah yang digunakan untuk objek yang sebenarnya misalnya fosil
tengkorak manusia purba.
d. Foto
Gambar hasil pemotretan suatu objek.
e. Film
Bahan yang berbentuk lembaran tipis dan transparan, dilapisi
dengan emulsi yang sangat peka terhadap cahaya. Film ada dua
macam yaitu yang berwarna ada yang hitam putih.
f. Piringan hitam
Plat bundar yang permukaanya dilapisi dengan asetat yang bila
diputar dengan alat pemutar (player) dapat menghasilkan suara.
17
g. Slide
Merupakan bahan atau gambar grafis dari hasil pemotretan dengan
film 35 mm diberi bingkai pada keempat sisinya dan dapat
diproyeksikan pada layar dengan menggunakan proyektor slide.
h. Transparansi
Bahan tembus cahaya yang diisi dengan gambar atau tulisan,
terbuat dari asetat atau sejenisnya.
i. Rekaman Video
Rekaman gambar pita video yang kmudian diperlihatkan pada
layar televisi. Pita video ini adalah berupa pita magnet. Suara dan
gambar direkam secara bersama-sama dalam pita video tersebut.
Gulungan pita video ditempatkan dalam kotak (casette).
j. Pita Suara (Kaset)
Pita magnetik tempat merekam suara. Pita ini dpaat berbentuk
gulungan (real-to-reel) dan ada pula yang berbentuk kaset. Untuk
mendengarkan suara yang terekam pada pita ini diperlukan alat
player atau casette player.
informasi dan sebuah penyampaian pesan komunikasi yang dapat terjadi jika
kepada pemustaka di sebuah organisasi atau instusi oleh pustakawan atau petugas
informasi).
18
Pendapat lainnya, Rohanda (1995, 7) menyatakan bahwa “diseminasi
informasi adalah proses kerja tentang bagaimana agar informasi tersebut dapat
memiliki cara dan proses terjadinya yaitu melalui penyaluran informasi, saluran
informasi adalah:
19
sehingga tercipta suasana yang mengundang. Pada waktu masuk
perpustakaan, pengguna harus merasa ia disambut dan bukan merasa
bahwa kedatangannya tidak diharapkan. Pustakawan seharusnya
membantu memberikan penjelasan secara pribadi kepada pengunjung
baru atau membuat selembaran yang menerangkan tata kerja
perpustakaan dan jasa yang diberikan, misalnya bagaimana
menggunakan opac, mencari objek melalui daftar klasifikasi, koleksi
apa saja yang ada diprpustakaan dan kebijakan peminjaman.
3. Menyediakan jasa referensi yang baik. Usahakan koleksi tetap baru.
Usahakan agar buku-buku yang sering diperlukan tersedia, misalnya
buku referensi, peta, buku pegangan dasar dan lain-lain tidak
dipinjamkan. Daftar tambahan koleksi harus dibuat secara teratur
(sebaiknya setiap tiga bulan) agar pengguna mengetahui buku-buku
baru dibeli perpustakaan. Pustakawan adalah orang yang paling tahu
mengenai apa yang terdapat diperpustakaan karena ia yang membuat
katalog dan menentukan nomor klas dari koleksi. Tugas pustakawan
adalah memberi tahu pengguna informasi apa yang terdapat dalam
buku atau koleksi yang mereka butuhkan dan di mana letak buku atau
koleksinya.
terbagi menjadi dua yaitu penyebaran aktif dan penyebaran pasif. Penyebaran
aktif adalah unit informasi yang secara aktif berusaha mengantisipasi kebutuhan
a. Jasa Referal
Jasa referal tidak disediakan bagi pengguna dokumen atau
informasi yang aktual yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
tetapi memandunya ke sumbersumber sekunder seperti terbitan-
20
terbitan sekunder, unit-unit informasi, organisasi-organisasi
profesional, lembaga-lembaga riset atau para spesialis sebagai
individu sehingga ia dapat memperoleh jawabannya.
b. Jasa Informasi Kilat
Jasa ini dirancang untuk memberitahu pengguna informasi
mengenai apa sajakah yang baru diterima atau diperoleh unit
informasi. Jasa ini memegang peranan penting dalam hal
memperbaharui teknik-teknik, ilmu pengetahuan, dan seluk beluk
managemen langgannya.
c. Daftar Pengadaan
Daftar pengadaan ini diterbitkan oleh unit informasi secara reguler
pada kurun waktu tertentu. Daftar ini menunjukan dokumen-
dokumen apa saja yang telah diterima sejak yang terakhir. Pada
umumnya daftar ini menyebutkan judul, pengarang dan
menyebutkan daftar pustaka referens serta mengatur informasi
secara alfabetis menurut tipe dukumen atau menurut beberapa
kategori subyek secara umum. Daftar ini dapat mencapai jumlah
yang secara terbatas dn kemudian akan menjadi efektif
penggunaannya apabila tidak terlalu lama digunakan.
d. Buletin Daftar Isi
Buletin daftar isi adalah terbitan berkala yang pada umumnya
diproduksikan dengan cara memfotokopi daftar isi terbitan berkala
yang sudah diseleksi atau yang sering ditanyakan.
e. Buletin Bibliografi
Buletin ini terbit secara teratur dan pada umumny setiap bulan dan
berdasarkan deskripsi bibligrafis yang diterima oleh unit informasi
atau perpustakaan sejak terbitan yang terakhir. Tujuan utama
buletin bibliografi adalah menarik perhatian pengguna kepad
terbitan-terbitan
terbaru dan setiap enam bulan atau setiap tahun menyediakan
penelusuran retrospektif.
f. Indeks
Indeks adalah daftar isitilah yang disusun secara alfabetis atau
dalam bentu lain (kata, konsep, formula, nomor) ang menerangkan
tentang dokumen-dokumen.
21
kebutuhan atau diminati. Keefektifan suatu penyebaran informasi
22
4. Keterbatasan Teknik
Misalnya keterbatasan, dalam mengolah dokumen, kurangnya
peralatan tertentu, dan staf yang tidak memadai yang semuanya
merugikan kualitas jasa informasi.
5. Keterbatasan akibat Kekurangan Manajerial
Misalnya kurangny kontak antara unit informasi dengan pemustaka,
kurangnya pengetahuana akan jasa informasi dan kurangnya
mengetahui keperluan sebenarnya dari pemustaka atau pemakai
informasi.
23
2.5 Grey Literature
yang merupakan hasil karya ilmiah, makalah seminar, terbitan pemerintah. Anger
dikutip Adi (2008, 65) mengemukan bahwa “grey literature adalah bahan pustaka
yang tidak tersedia di deretan buku untuk dijual, dibuat untuk keperluan khusus
atau untuk kalangan terbatas, misalnya prosiding, tugas akhir, disertasi, laporan
pengertian adalah:
suatu istilah yang digunakan untuk kumpulan bahan pustaka yang diterbitkan
lainnya berupa makalah seminar penelitian, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi,
24
terbitan pemerintah, dan lain-lain yang dibuat untuk keperluan khusus atau untuk
Pada umumnya dokumen grey literature tidak dapat dipinjamkan dan yang
tercetak hanya boleh di baca di tempat saja. Tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi,
laporan penelitian dan pidato pengukuhan merupakan contoh jenis grey literature.
Rompas dikutip oleh Huda (2007, 19) menggolongkan jenis literatur abu-abu
1. Karya tulis ilmiah yang dapat berupa penelitin, survey dan evaluasi.
2. Karya persyatan akdemika dapat berupa skripsi, tesis, dan disertasi.
3. Buku pedoman dan petunjuk yang dibuat mengiringi sebuah produk
barang baru berupa alat, metode atau suatu peraturan dan undang-
undang, laporan-laporan penelitian, liputan pristiwa, organisasi atau
instansi, perkembangan bidang ilmu tertentu dan sebagainya,
bibliografi, katalog dan daftar.
disebutkan bahwa literatur abu-abu (grey literature) meliputi semua karya ilmiah
Dari kedua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumen literatur abu-
abu (grey literature) terdiri dari karya ilmiah dan non ilmiah yang dihasilkan
25
perhimpunan, lembaga atau asosiasi lainnya berupa makalah seminar, laporan
2.6 Repository
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa repository adalah suatu tempat dimana
data atau spesimen disimpan dan dipelihara untuk ditemukan kembali dimasa
yang akan datang. Suatu repository dapat berupa :
1. Tempat data disimpan.
2. Tempat data digital disimpan.
3. Tempat e-print diletakkan.
4. Tempat beberapa file atau database diletakkan untuk didistribusikan
melalui suatu jaringan.
5. Penempatan komputer yang secara langsung memberi akses kepada
pengguna tanpa keharusan masuk dalam suatu jaringan.
6. Tempat untuk menyimpan spesimen, mencakup serum atau pecahan
biologi lainnya.
7. Tempat sesuatu disimpan untuk kemungkinan digunakan kembali.
26
2.6.1 Tujuan Repository
Repository merupakan hal yang penting bagi suatu perguruan tinggi yang
sebagai berikut :
merupakan output dari institusi khususnya hasil riset. Menurut Sutedjo (2014)
27
1. Untuk mengumpulkan karya ilmiah-intelektual sivitas akademika dalam
satu lokasi agar mudah ditemukan kembali baik melalui Google maupun
mesin pencari lainnya.
2. Untuk menyediakan akses terbuka terhadap karya ilmiah-intelektual yang
dihasilkan sivitas akademika dan menjangkau khalayak lebih luas lagi
dengan tempat dan waktu yang tak terbatas.
3. Untuk meningkatkan dampak dari karya ilmiah-intelektual yang dihasilkan
sivitas akademika.
4. Untuk mempromosikan karya ilmiah-intelektual yang dihasilkan sivitas
akdemika.
5. Sebagai etalase dan tempat penyimpan yang aman untuk hasil penelitian
sivitas akademika.
6. Untuk menyediakan URL jangka panjang bagi karya ilmiah-intelektual
hasil penelitian sivitas akademika.
7. Apabila terjadi plagiasi terhadap karya ilmiah-intelektual yang dipublish di
Repositori Institusi akan mudah diketahui dan ditemukan.
8. Untuk menghubungkan publikasi sivitas akademika atau peneliti dari
halaman web mereka (web personal dosen atau peneliti).
Adapun fungsi dari repository menurut Joaquin (1996, 1-3), yaitu sebagai berikut:
sebagai berikut :
28
c. Modifikasi dan pembaruan repository.
3. Fungsi relokasi: mengelola lokasi repository untuk antarmuka, termasuk
lokasi dari fungsi-fungsi manajemen yang mendukung.
4. Fungsi jenis repository: mengelola spesifikasi jenis repository dan tipe
hubungan.
5. Fungsi perdagangan: menangani iklan dan penemuan antarmuka.
Dari kedua pendapat para ahli dapat dipahami bahwa fungsi repository adalah
pembelajaran.
29
Perpustakaan yang telah mempunyai repository yang sudah mapan.
Bisa dilakukan dengan jalan berkunjung ke Perpustakaan yang
repositorynya sudah eksis atau dengan jalan mempelajari portalnya
melalui akses online. Dari hasil benchmarking dan analisis SWOT
akan dapat ditentukan strategi perencanaan seperti apa yang akan
diambil untuk membangun dan mengembangkan repository yang dicita
citakan.
2. Sumberdaya Manusia
Mengelola dan mengembangkan repository institusi diperlukan tenaga
yang berkompeten baik di bidang IT dan kepustakwanan, serta
terampil secara teknis dan non teknis. Untuk itu perlu dilakukan
pembinaan secara rutin dan terus menerus untuk menjaga performa dan
hati melalui outbond training-team building, olah raga bersama, serta
pembinaan rokhani. Dengan pembinaan tersebut staf perpustakaan
maupun pustakawan diharapkan akan selalu siap, ada chemistry antar
staf atau pustakawan, bisa menjaga komitmen untuk mengelola dan
mengembangkan repository institusi. Untuk mengelola dan
mengembangkan sistem repository perlu sumberdaya manusia dengan
kualifikasi sebagai berikut:
a. Pustakawan
Tenaga pustakawan sebagai tenaga yang mampu mendiskripsikan,
menganalisis subjek dokumen, mengklasifikasikan dan lainnya
untuk keperluan temu kembali dokumen yang tersimpan di
repository institusi. Pustakawan juga bisa bertindak sebagai analis
sistem. Kualifikasi pendidikan yang diperlukan D3 dan S1 bidang
ilmu perpustakaan.
b. Tenaga Teknis untuk Pemprosesan Data
Tenaga yang mampu untuk melakukan alih bentuk atau media serta
pengolahan data lanjutan pasca alih media (seperti watermark,
viewer dan proteksi) dan melakukan entry data serta unggah karya
ilmiah-intelektual ke dalam sistem. Dengan kata lain tenaga teknis
lebih terfokus pada pekerjaan yang sifatnya teknis dalam
pengolahan bahan yang akan diunggah dan di terbitkan (publish)
ke dalam sistem. Kualifikasi tidak harus pustakawan, namun
tenaga administrasi, D1 komputer, atau siswa atau mahasiswa yang
magang kerja dan tenaga praktek kerja.
c. Tenaga Teknologi Informasi (IT)
Tenaga teknologi informasi yang dimaksud disini adalah tenaga
yang mempunyai kemampuan tentang hardware dan software
(pemrograman), tidak harus sarjana bidang komputer. Asal
mempunyai kemampuan di bidang hardware dan software.
Tugasnya adalah untuk mengelola dan mengembangkan sistem
sesuai kebutuhan repository institusi, sekalipun perangkat
lunaknya berasal dari opensource. Disamping itu ada tugas lain
yang tidak kalah penting yaitu 1) merawat sistem dari gangguan
teknis yang terjadi sewaktu waktu. 2) melakukan backup data
30
secara periodik untuk menghindari kehilangan data akibat suatu hal
yang tidak terduga. 3) memperbaiki dan merawat komputer dan
alat kerja yang digunakan tenaga pustakawan dan tenaga teknis
untuk pemrosesan data. Minimal ada 2 orang tenaga, satu orang
untuk hardware dan satu orang untuk software.
3. Perangkat Keras dan Lunak (Hardware dan Software)
Membangun sistem repository institusi tidak akan terlepas dari
kebutuhan yang disebut perangkat keras dan lunak. Kebutuhan
minimal akan perangkat keras dan lunak yang harus tersedia untuk
membangun, mengelola dan mengembangkan repository institusi
sebagai berikut:
a. Komputer Server
Seperti diketahui komputer merupakan alat utama untuk
melakukan pemrosesan data. Pada implementasi diperlukan sebuah
komputer yang berfungsi sebagai server repository institusi. Di
dalam server inilah di install perangkat lunak repository Institusi
dan sekaligus sebagai tempat menyimpan informasi muatan lokal
yang sudah dialih bentuk atau mediakan. Oleh karenanya komputer
server harus mempunyai spesifikasi yang bagus dan handal,
sehingga ketika diakses oleh pemustaka tidak menimbulkan
masalah.
b. Alat Bantu Alih Media
Koleksi dalam bentuk tercetak dialihkan dalam bentuk digital,
untuk itu diperlukan perangkat bantu berupa hardware dan
software.
c. Jaringan Internet Komputer
Server repositori institusi harus senantiasa terhubung dengan
jaringan internet sepanjang 24 jam. Harus stabil terutama terhadap
pasokan listrik untuk menjamin pengakses informasi yang
disimpan di repository institusi. repository institusi juga harus
dilengkapi dengan security system agar tidak mudah diganggu atau
bahkan dibobol pihak pihak yang tidak bertanggungjawab yang
berniat buruk terhadap keberadaan repository institusi. Pasokan
kebutuhan bandwith koneksi harus mencukupi sesuai dengan
jumlah pengakses setiap harinya. Hal ini juga terkait dengan
bentuk dokumen digital yang rata rata memiliki ukuran besar, akan
dapat menghabiskan bandwith jika jumlah pengunjungnya banyak.
Oleh karena itudalam kondisi seperti ini bila Perpustakaan
bertindak sebagai pengelola repository institusi harus
berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat Komputer
ataulembaga sejenis.
d. Software Repository
Untuk menjalankan repository institusi diperlukan software atau
perangkat lunak. Pilihan perangkat lunak tergantung kebutuhan dan
ada 3 jalur yang bisa ditempuh yaitu membangun sendiri, membeli
produk yang sudah jadi dan memanfaatkan aplikasi opensource.
31
Membangun sendiri berarti harus mempunyai staf yang
mempunyai pengetahuan tentang pemrograman atau menyewa
tenaga outsourcing dan mempunyai tenaga pustakawan yang
bertindak sebagai analis system. Sementara itu bisa juga
menggunakan paket perangkat lunak (software) yang tersedia
gratis untuk menjalankan repository yaitu: Dspace (dikembangkan
MITUS), Eprints (University of Southampton UK), Fedora,
Inveno, Sobek CM dan GDL KMRG-ITB. Pemilihan penggunaan
perangkat lunak yang tepat akan sangat membantu mempermudah
pustakawan untuk mengorganisasi informasi muatan lokal yang
akan di publish atau diterbitkan.
e. Format Metadata
Seperti diketahui metadata merupakan struktur data yang berisi
hal-hal yang menjelaskan tentang sebuah file, informasi bibliografi
atau data itu sendiri seperti: judul, pengarang, abstrak dan lainnya.
Jenis metadata yang tersedia juga cukup banyak dan bervariasi.
Pertimbangan yang dipakai dalam memilih format metadata adalah
memiliki kompatibilitas dengan sistem yang lain, untuk itu
sebaiknya pilih format metadata yang standar yang sudah banyak
dipakai oleh berbagai sistem repository. Dengan memiliki
metadata koleksi yang sama, maka sebuah sistem repositori akan
mudah melakukan proses interoperability dengan sistem yang lain.
Salah satu jenis metadata standar yang populer digunakan di
berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia adalah Dublin Core
Metadata.
perpustakaan dapat menyimpan ribuan bahkan jutaan karya tulis atau karya
ilmiah serta dapat diakses oleh banyak orang dalam waktu bersamaan dengan
cepat, tepat dan akurat. Repository merupakan kumpulan karya ilmiah yang
32
digitalisasikan. Menurut Pendit (2007, 244-245) proses digitalisasi dibedakan
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa proses digitalisasi terdiri dari 3
tahap yaitu scanning yaitu perubahan format dari bentuk tercetak kebentuk berkas
digital, editing yaitu proses mengolah berkas digital didalam komputer dengan
cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan
sebagainya dan uploading yaitu proses pengisian (input) metadata dan meng-
33