Anda di halaman 1dari 21

i

BOOK CHAPTER

DEVELOPMENT PERPUSTAKAAN DIGITAL

Penulis :

Afina Syabila Rahma


Alfira Okta Mayangsari
Vadilatun Nisa
Nabilla Dwi Angelina
Eliya Uslifatul Janah
Dr. Mohammad Syahidul Haq, S.Pd., M.Pd.

Editor :
Vadilatun Nisa, Eliya Uslifatul Janah

Design Cover:
Eliya Uslifatul Janah

Layout:
Vadilatun Nisa

i
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, Book
Chapter "Development Perpustakaan Digital" dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana. Buku ini dirancang untuk memberikan manfaat bagi seluruh mahasiswa di
Fakultas Ilmu Pendidikan, serta mahasiswa di seluruh tingkat Universitas. Tujuan
dari Book Chapter ini adalah untuk menjadi panduan bagi mahasiswa dan dosen
yang mengambil mata kuliah Manajemen Digitalisasi Perpustakaan, serta untuk
membantu memberikan pemahaman, sehingga buku ini dapat disusun berdasarkan
dengan Rencana pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Surabaya.
Buku ini menggali lebih dalam ke dalam dunia Manajemen Digitalisasi
Perpustakaan. Manajemen digitalisasi perpustakaan adalah rangkaian kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan penerapan
teknologi digital dalam kegiatan operasional dan pelayanan perpustakaan. Fokus
utamanya adalah mengubah atau meningkatkan fungsi-fungsi tradisional
perpustakaan ke dalam bentuk yang dapat diakses dengan lebih efisien, ekonomis,
dan mudah oleh pengguna dalam lingkungan digital.
Kami telah mengumpulkan kontribusi dari para ahli dalam bidang ini, sehingga
anda dapat yakin bahwa informasi yang anda temukan di sini adalah yang terkini
dan relevan. Kami berharap buku ini akan menjadi sumber pengetahuan yang
bermanfaat bagi para profesional pustakawan, mahasiswa, dan semua orang yang
tertarik untuk memahami lebih dalam bagaimana sebuah perpustakaan digital
dikelola dengan baik.
Terima kasih kepada semua penulis yang telah berkontribusi pada buku ini,
serta kepada para pembaca yang telah memilih untuk memahami manajemen
digitalisasi perpustakaan dengan lebih mendalam. Semoga bab ini memberikan
wawasan berharga dan inspirasi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan
kualitas kerja di perkantoran Anda.
Surabaya, 1 Maret 2024

Editor

ii
DAFTAR ISI

BOOK CHAPTER ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 4 DEVELOPMENT PERPUSTAKAAN DIGITAL .................................. 1
A. Pendahuluan .................................................................................................. 1
B. Development Perpustakaan Digital................................................................ 2
1. Sejarah Perpustakaan Digital ..........................................................................2
2. Koleksi dan Sumber Daya Perpustakaan Digital ..........................................5
3. Manfaat Perpustakaan Digital .........................................................................8
4. Tantangan dan Hambatan dalam Pengembangan Perpustakaan Digital ....9
5. Isu dan Etika Pengembangan Perpustakaan Digital ...................................12
6. Masa Depan Perpustakaan Digital ...............................................................14
C. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

iii
BAB 4
DEVELPOMENT PERPUSTAKAAN DIGITAL

Afina Syabila Rahma


Alfira Okta Mayangsari
Vadilatun Nisa
Nabilla Dwi Angelina
Eliya Uslifatul Janah

Mahasiswa S1-Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

A. Pendahuluan
Perpustakaan memegang peranan penting dalam meningkatkan
pengetahuan dan pendidikan di masyarakat. Perpustakaan juga merupakan lembaga
kelembagaan Memberikan pelayanan publik dengan menyediakan bahan
perpustakaan kepada masyarakat umum. Menurut Undang-Undang Perpustakaan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007, perpustakaan adalah lembaga yang
mengelola koleksi hasil karya manusia untuk melengkapi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan hiburan bagi pengguna perpustakaan.
(Komalasari. Rita, 2015).
Perpustakaan sebagai media pendidikan terbuka dan media pendidikan
memiliki peran penting dalam mendidik masyarakat. Sebagai media pendidikan,
perpustakaan tidak hanya menjadi sumber data dan informasi bagi semua orang,
namun lebih dari itu, perpustakaan juga menjadi media pembelajaran yang
mengakar yang mendukung peningkatan kualitas pengajaran terbuka.
(Nashihuddin, 2020). The International Federation Library Association Afiliasi
mengadvokasi berbagai program pengaturan dan dukungan untuk mengakses data,
pemanfaatan inovasi data dan komunikasi (TIK), budaya pendidikan yang meluas,
dan penggunaan pembelajaran jangka panjang. (IFLA, 2017).

1
Memasuki era digital saat ini, semua sudut pandang kehidupan telah
berubah menjadi lebih maju, tak terkecuali segmen perpustakaan. Perpustakaan
juga harus dapat memajukan kualitas administrasi di dalam perpustakaan dan
menambah jenis koleksi perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan data dari klien,
mengingat kebutuhan data terus berkembang setiap harinya. Pada dasarnya,
perpustakaan harus memenuhi kebutuhan data dari klien, perpustakaan yang
memberikan data harus memiliki aset manusia atau kurator yang terus menerus
mengikuti perkembangan inovasi data. (Ridwan & Fajarini, 2023). Sehingga
diharapkan pustakawan pada masa kini dan masa yang akan datang benar-benar
mengerti teknologi informasi yang berhubungan dengan perpustakaan atau sering
disebut dengan Perpustakaan Digital.
Perpustakaan Digital dapat berupa kumpulan sumber daya yang
memberdayakan latihan untuk membuat, mencari, dan mendapatkan aset
elektronik. Dalam peningkatannya mempersiapkan agar dalam menyimpan,
mencari data, dan mengontrol informasi dalam konten, gambar, suara atau media
gambar dapat disebarkan melalui jaringan (Hartono, 2020). Perpustakaan Digital
juga merupakan alternatif yang memungkinkan perpustakaan untuk meningkatkan
layanan perpustakaan mereka. Karena dengan kerangka kerja komputerisasi ini,
perpustakaan dapat mengubah data yang dapat diakses dari kelompok tercetak
menjadi kelompok elektronik atau terkomputerisasi. Dalam dunia yang sempurna,
setiap perpustakaan harus memanfaatkan inovasi data yang berkembang untuk
meningkatkan administrasi kepemilikan perpustakaannya, misalnya dengan
menjalankan perpustakaan berbasis layanan terbuka atau open access sehingga
perpustakaan dapat diakses di mana saja dan kapan saja. (Sahidi., 2017).

B. Development Perpustakaan Digital


1. Sejarah Perpustakaan Digital
Pada tahun 1945, Vannevar Bush memperkenalkan ide yang menjadi
konsep dasar pengembangan perpustakaan digital dalam artikelnya yang
berjudul "As We May Think". Ia menggambarkan impian tentang sebuah "meja

2
kerja" untuk para ilmuwan yang dikenal sebagai “Memex” (dibaca: 'mi.meks').
Meja kerja tersebut adalah meja interaktif yang dilengkapi dengan layar kaca
dan berfungsi sebagai mesin memori. Ini memungkinkan penyimpanan semua
jenis dokumen, artikel, buku, dan surat yang relevan bagi seorang ilmuwan.
Pemilik meja tersebut dapat dengan mudah menelusuri, membaca,
menganalisis, dan menghubungkan berkas-berkas tersebut secara otomatis.
Mereka dapat membuka dokumen untuk dibaca, mengakses berkas untuk
ditulis, dan menutupnya kembali apabila sudah tidak dibutuhkan (Badruzzaman
et al., 2023).
Pemikiran Bush tersebut muncul sebagai hasil dari kesulitan dalam
penyimpanan manual informasi yang menghalangi akses terhadap penelitian
yang telah diterbitkan. Bush bermaksud untuk menyusun cara agar informasi
dan pengetahuan dalam berbagai bentuk dan format bisa diorganisir dengan
baik, sehingga dapat disimpan dan ditemukan lagi secara mudah saat
dibutuhkan.
Perkembangan perpustakaan digital berawal dari otomatisasi fungsi-fungsi
perpustakaan menggunakan bantuan komputer. Proses otomatisasi ini mulai
berkembang pada tahun 1980-an, meskipun hanya diterapkan pada
perpustakaan-perpustakaan besar karena biaya investasinya yang tinggi. Pada
periode tersebut, juga telah dimulai upaya untuk menggabungkan teks secara
keseluruhan ke dalam pusat data elektronik. Sebagai contoh, Library of
Congress di Amerika Serikat yang telah mengimplementasi sistem tampilan
dokumen elektronik (electronic document imaging systems) untuk keperluan
riset dan operasional perpustakaan.
Pada awal tahun 1990-an, peningkatan program komputer telah
mengotomatisasi hampir semua kapasitas perpustakaan, termasuk Online Open
Access Catalogue (OPAC), kontrol sirkulasi, perolehan bahan pustaka, kredit
antar perpustakaan (Sick), administrasi koleksi, administrasi keikutsertaan, dan
lain-lain. Dengan perkembangan Local Zone Organize (LAN) dan Wide Region
Arrange (Pale) pada masa ini, komunikasi antar perpustakaan menjadi lebih

3
sederhana dan lancar. Kantor yang terlihat online atau data yang tidak dapat
diakses terlihat memanfaatkan inovasi peer to peer yang diciptakan. Pada masa
ini, administrasi tampilan online seperti Discourse, Information Star, Medline,
dan sejenisnya mulai dikenal luas (Maslamah, 2022).
Pada tahun 1994, Library of Congress merancang National Digital Library
yang menghubungkan pertunjukan laporan elektronik, kapasitas dan tampilan
konten elektronik, dan kemajuan lainnya ke koleksi cetak dan noncetak tertentu.
Pada saat itu, pada bulan September 1995, enam perguruan tinggi di Amerika
Serikat mendapatkan subsidi untuk melakukan penelitian perpustakaan
terkomputerisasi tentang usaha. Penyelidikan ini, yang didukung oleh dana dari
NSF/ARPA/NASA, melibatkan para analis dari beragam sektor, organisasi
pendistribusian dan percetakan, perpustakaan, dan pemerintah Amerika Serikat.
Perluasan ini sangat bermanfaat sehingga menjadi dasar dari penyelidikan
perpustakaan tingkat lanjut di seluruh dunia (Widayanti, 2016).
Peningkatan inovasi data di Indonesia yang menjadi dasar bagi
komputerisasi perpustakaan dan perpustakaan canggih dimulai pada akhir tahun
1970-an dengan berdirinya jaringan partisipasi ilmu pengetahuan dan inovasi
berbasis komputer yang dikenal dengan IPTEKNET. Pada tahun 1980-an,
University Network (UNINET) berdiri sebagai wadah bagi perguruan tinggi.
Kemajuan komputerisasi perpustakaan di Indonesia berawal dengan
didirikannya Perpustakaan Inovasi di Bandung (TTB) dan Institut Listrik
Manajemen Kelistrikan (ILMK) yang memelopori penggunaan komputer
pribadi (PC) untuk administrasi perpustakaan. Pada akhir tahun 1980-an,
banyak perpustakaan di Indonesia yang menggunakan CDS/ISIS untuk
mengadministrasikan informasi daftar pustaka mereka.
Sejak tahun 1980-an hingga 1990-an, terjadi peningkatan signifikan dalam
penggunaan otomasi di berbagai perpustakaan Indonesia, termasuk semua
perguruan tinggi negeri (PTN). Proses ini dimulai melalui proyek Bank Dunia
XXI yang dipimpin oleh Unit Koordinasi Kegiatan Perpustakaan (UKKP)
dengan membeli perangkat lunak Dynix sebagai langkah awalnya. Seiring

4
berjalannya waktu, berbagai inovasi perangkat lunak otomasi perpustakaan
mulai muncul, seperti Spectra oleh UK Petra Surabaya, SIPISIS oleh
Perpustakaan IPB, Adonis oleh Perpustakaan Universitas Andalas, ISISonline
dan GDL oleh Perpustakaan ITB, Laser oleh perpustakaan UMM, Digilib oleh
perpustakaan USU, BDeL oleh Universitas Bina Darma Palembang, LEIC oleh
Universitas Syah Kuala, LEIC oleh Politeknik Negeri Sriwijaya, Digital
Library oleh Widya Mandala Surabaya, LONTAR oleh Universitas Indonesia,
serta berbagai inovasi lainnya (Saleh, 2016).
Banyak universitas sekarang mengharuskan mahasiswanya untuk
menyerahkan makalah mereka ke perpustakaan dalam format soft file.
Kemudian perpustakaan mengirimkan karya tersebut ke server. Akses ke server
ini terbuka bagi pihak luar, dan aktivitas serta kutipan dari pihak luar akan
mempengaruhi reputasi universitas secara global. Untuk mahasiswa jarak jauh,
layanan ini memungkinkan akses ke perpustakaan digital tanpa harus berada di
lokasi fisik perpustakaan. Di Indonesia, layanan semacam ini diwujudkan
melalui berbagai platform seperti video pembelajaran dan katalog online. Untuk
pengelolaan server yang lebih baik, pengalaman dari berbagai universitas
menjadi tambahan penting. Oleh karena itu, pimpinan perguruan tinggi
menyebarkan surat edaran kepada dosen untuk menyimpan karya mereka di
perpustakaan dan server. Jika dokumen belum berbentuk digital, proses
digitalisasi akan diperlukan (Fitriah, 2020).
2. Koleksi dan Sumber Daya Perpustakaan Digital
Koleksi perpustakaan digital memudahkan para pengguna untuk
mengakses sumber daya informasi dari mana saja dan kapan saja melalui
internet. Keberadaan koleksi digital ini menyediakan kesempatan yang lebih
luas untuk para peneliti, mahasiswa, serta masyarakat umum guna memperoleh
informasi yang mereka butuhkan tanpa terbatas oleh waktu dan ruang. Dengan
kemajuan teknologi, pengelolaan koleksi digital juga semakin terintegrasi
dengan berbagai platform dan sistem manajemen perpustakaan yang
memudahkan proses pencarian, akses, dan penggunaan informasi. Beberapa

5
koleksi yang ada di perpustakaan digital biasanya dalam bentuk sebagai berikut
(Asari et al., 2023, pp. 7–15):
1. E-book
E-book adalah versi elektronik dari buku cetak yang dapat diakses melalui
internet. E-book biasanya tersedia dalam berbagai format file, seperti PDF,
ePub, dan Mobi, yang dapat dibaca menggunakan perangkat seperti
komputer, tablet, atau e-reader. Terdapat dua kategori utama e-book, yaitu
yang dapat digunakan secara daring melalui koneksi internet. Jadi pengguna
dapat membacanya langsung di peramban web. Atau e-book yang dapat
diakses secara offline tersedia dalam format yang dapat diunduh, seperti file
PDF atau ePub, sehingga dapat diakses tanpa koneksi internet.
2. E-journal
E-journal adalah jurnal ilmiah yang menyediakan artikel ilmiah secara
elektronik. Mereka dapat diakses secara online atau offline dan biasanya
diterbitkan dalam bentuk digital. Pengguna dapat mengakses e-journal
melalui berbagai platform, termasuk situs web penerbit, database
perpustakaan, atau platform jurnal ilmiah. Penggunaan e-journal semakin
meningkat karena kemudahan akses dan kemampuannya untuk
menyediakan informasi ilmiah yang terkini dan relevan.
3. E-database
E-database adalah sumber daya digital yang menyimpan berbagai jenis
informasi dalam bentuk basis data, seperti bibliografi, referensi, koleksi
tugas akhir, dan lain-lain. Pengguna dapat mencari dan mengakses
informasi dalam e-database menggunakan alat pencarian yang disediakan.
Mereka juga dapat menyediakan akses ke berbagai jenis sumber daya,
seperti artikel jurnal, buku elektronik, dan data referensi.

4. E-Consortia
E-Consortia adalah penyedia layanan yang menyediakan akses tanpa batas
ke ribuan jurnal elektronik, e-book, dan database melalui konsorsium atau

6
asosiasi. Layanan ini memungkinkan institusi, terutama di bidang
pendidikan dan penelitian, untuk mengakses berbagai sumber daya
elektronik dengan biaya yang lebih terjangkau daripada langganan individu.
5. E-Repository
E-Repository adalah platform yang menyediakan akses ke berbagai konten
digital lokal dari civitas akademika perguruan tinggi tertentu. Konten ini dapat
berupa tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan berbagai jenis dokumen
akademik lainnya. E-Repository membantu dalam berbagi dan menyimpan
informasi akademik secara efisien. Mereka juga memfasilitasi akses terbuka
terhadap hasil penelitian dan karya ilmiah, meningkatkan visibilitas dan
aksesibilitas mereka secara global.
Sebelum koleksi-koleksi tersebut dapat dibuka dan dibaca oleh pengguna,
terdapat proses digitalisasi perpustakaan yang perlu dilakukan. Proses
digitalisasi ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas terhadap sumber
informasi, tetapi juga mengoptimalkan pengelolaan koleksi serta memberikan
keamanan data yang lebih baik. Proses digitalisasi perpustakaan ini dapat
dibedakan menjadi tiga kegiatan utama yang membentuk sebuah rangkaian
proses yang terstruktur. Ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
(Subrata, 2009):
1. Scanning, merupakan proses di mana dokumen dalam bentuk cetak
dipindai menjadi berkas digital, umumnya dalam format PDF. Proses ini
memungkinkan dokumen yang awalnya dalam bentuk fisik dapat diubah
menjadi format yang dapat diakses secara elektronik.
2. Editing, melibatkan pengolahan berkas PDF di dalam komputer, seperti
memberikan password, watermark, dan menyusun daftar isi atau hyperlink.
Proses OCR (Optical Character Recognition) juga termasuk dalam tahap
editing, di mana gambar dokumen diubah menjadi teks yang dapat diedit.
Misalnya, dokumen dalam bentuk gambar hasil pemindaian dapat diubah
menjadi teks yang dapat dimanipulasi menggunakan program pengolahan
kata.

7
3. Uploading, di mana metadata dan berkas dokumen yang telah diproses
diunggah ke dalam digital library. Berkas yang diunggah biasanya berupa
PDF yang berisi full text karya akhir, mulai dari halaman judul hingga
lampiran.
Pada akhirnya, hasil dari proses digitalisasi disimpan di dua server yang
berbeda. Server pertama terhubung dengan intranet, menyimpan metadata dan
full text karya akhir yang dapat diakses oleh pengguna di dalam Local Area
Network (LAN) perpustakaan. Sedangkan server kedua terhubung dengan
internet, dan hanya menyimpan metadata dan abstrak karya. Pemisahan kedua
server ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan data. Dengan demikian,
pengguna di dalam LAN perpustakaan dapat mengakses full text karya,
sementara pengguna dari luar LAN hanya dapat mengakses abstraknya saja.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa akses ke karya-karya akademik
terjaga dengan baik sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perpustakaan.
3. Manfaat Perpustakaan Digital
Tentu saja perpustakaan digital memiliki banyak sekali manfaat yang dapat
dirasakan oleh penggunanya. Adapun manfaat perpustakaan digital ialah:
1. Lebih banyak ruang perpustakaan: Perpustakaan digital memiliki
ruang perpustakaan yang lebih besar karena koleksi buku dalam format
dokumen, memungkinkan pengguna untuk memilih dan membaca
berbagai jenis buku.
2. Tidak terikat oleh ruang dan waktu: Karena buku ini berbentuk
dokumen, pengguna dapat menggunakannya setiap saat dan dimanapun
tidak harus ke perpustakaan terlebih dahulu.
3. Koleksi dapat berupa multimedia: Koleksi perpustakaan digital dapat
dalam format yang menggabungkan teks, gambar, dan audio, serta dapat
menyimpan dokumen yang hanya berisi video dan audio (film) yang
tidak dapat digantikan dengan teks.

8
4. Biaya lebih rendah: Ada kemungkinan bahwa biaya untuk dokumen
digital cenderung rendah, tetapi tidak sepenuhnya benar karena
menghasilkan sebuah buku mungkin memerlukan biaya yang cukup
tinggi. Tetapi, mengingat sifat e-book yang bisa direplikasi dalam
jumlah tidak terbatas, maka dapat disimpulkan bahwa dokumen digital
sangat murah (Sunu, 2014).
5. Koleksi multimedia: Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada
teks atau gambar saja; mereka berisi perpaduan suara dan teks gambar
atau bahkan film, yang tidak dapat digantikan dengan teks (Saleh,
2014).
Di era teknologi yang semakin maju, perpustakaan digital yang dapat
meningkatkan minat membaca dan menyediakan segudang informasi secara
cepat dan nyaman merupakan kebutuhan nyata bagi semua orang, terutama
kaum milenial. Penggunaan perpustakaan digital sangat bermanfaat karena
dapat mengurangi jumlah bahan cetak di tingkat lokal, perpustakaan digital
mengoptimalkan jangkauan elektronik, serta koleksi digital mewujudkan nilai
berkelanjutan karena tidak memerlukan pemeliharaan (Andita, 2022).
4. Tantangan dan Hambatan dalam Pengembangan Perpustakaan Digital
Kemajuan teknologi informasi membawa implikasi positif berupa
peningkatan kecepatan proses dan kapasitas penyimpanan data yang lebih
besar. Tantangannya adalah bagaimana perpustakaan dapat mengikuti
perkembangan ini. Di Indonesia, perpustakaan harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan tersebut (Saleh, 2016a).
1. Melakukan Otomasi Perpustakaan
Langkah yang bisa diambil adalah dengan mengotomatisasi sistem
perpustakaan, terutama dalam hal administrasi seperti pembuatan katalog.
Pada awalnya, fokus utama otomatisasi adalah pada pembuatan katalog
untuk melisting buku-buku dalam koleksi perpustakaan. Namun, integrasi
melalui struktur regulasi distribusi (seperti sewa menyewa, pembalikan,
denda, dan analisis aktivitas keuangan) masih perlu ditingkatkan. Dalam hal

9
ini, pengembangan perpustakaan digital dapat menjadi solusi yang efektif
untuk menyederhanakan proses administrasi dan meningkatkan
aksesibilitas koleksi perpustakaan secara online.
2. Memperluas Integrasi Fungsi Otomasi Perpustakaan
Komputer yang sebelumnya hanya digunakan untuk menampilkan
arsip digital, sekarang harus bisa digunakan guna mengelola pergantian
barang juga. Hal itu disebut sebagai sistem terintegrasi, di mana
perpustakaan dapat menampilkan katalog online yang tidak hanya berfungsi
sebagai daftar buku, tetapi juga sebagai basis data untuk semua transaksi
seperti sewa menyewa, pengembalian, pembayaran denda, penarikan yang
tertunda, dan statistik distribusi. Dengan adanya sistem ini, pengelola
perpustakaan bisa melacak kegiatan penyewaan dengan lebih rinci untuk
memenuhi kebutuhan pengguna.
3. Penggunaan Teknologi Informasi
Selanjutnya, perpustakaan harus menggunakan teknologi informasi
guna memfasilitasi interaksi antar perpustakaan. Contohnya, dengan
menyediakan layanan pencarian online yang bisa dijangkau diluar
perpustakaan. Selain itu, perpustakaan bisa memanfaatkan koneksi ini
untuk berkomunikasi melalui email, serta melakukan komunikasi terkait
peminjaman antar perpustakaan jika diperlukan.
4. Pelengkapan Informasi
Langkah berikutnya dalam perkembangan perpustakaan adalah
menyediakan informasi lebih dari sekadar katalog, tetapi juga dalam hal
berkomunikasi melalui email, khususnya untuk konten yang tersedia secara
bebas atau tidak terikat oleh hak cipta. Dokumen seperti grey literature atau
penyimpanan tak terstruktur sering kali termasuk dalam kategori ini.
Namun, untuk memperlihatkan dokumen yang telah diberi hak cipta,
perpustakaan perlu mematuhi regulasi yang berjalan.
Ada tiga aspek khusus yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
perpustakaan digital, yaitu information privacy (privasi informasi), information

10
security (keamanan informasi), dan copyright (hak cipta) (Al-Suqri & Afzal,
2007).
1. Information Privacy (Privasi Informasi)
Mengacu pada perlindungan terhadap informasi pribadi pengguna.
Perpustakaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan data
pribadi yang dikumpulkan dari pengguna. Dalam perpustakaan digital,
sistem manajemen komputer secara otomatis merekam data seperti nama
pengguna, alamat, situs web, alamat email, dan sejenisnya. Dengan
demikian, sangat penting bagi perpustakaan agar mengimplementasikan
langkah-langkah keamanan yang tepat agar dapat melindungi privasi
informasi pengguna dan memastikan bahwa data pribadi tersebut tidak
disalahgunakan atau dijangkau oleh individu yang tidak memiliki izi.
2. Information Security (Keamanan Informasi)
Keamanan Informasi merupakan upaya untuk menjaga informasi dari
pihak yang tidak berwenang, pencurian, penghapusan. Ini mencakup dua
aspek utama: keamanan informasi pribadi pengguna dan perlindungan
sistem jaringan komputer berkenaan dengan ancaman baik dari dalam
(seperti virus komputer) ataupun dari luar (seperti serangan peretas). Dalam
konteks perpustakaan digital, ini melibatkan tahap-tahap untuk menghalangi
akses ilegal ke data pengguna dan sistem, serta untuk memastikan integritas
dan kerahasiaan informasi yang disimpan.
3. Copyright Hak cipta
Hak cipta merupakan mekanisme pengamanan atas kepemilikian
intelektual yang mengatur penggunaan dan distribusi karya-karya kreatif.
Dalam hal koleksi tercetak, Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 telah
mengatur hak cipta melalui pasal 47, yang memungkinkan perpustakaan
untuk membuat satu salinan dari karya tersebut untuk maksud pembelajaran
dan riset. Tetapi, pada perpustakaan digital, penegakan hak cipta menjadi
rintangan yang lebih besar karena belum ada regulasi yang secara khusus
mengaturnya. Meskipun demikian, penting bagi pengelola dan pengguna

11
perpustakaan untuk memahami pentingnya melindungi hak cipta
berdasarkan undang-undang yang ada. Ini berarti menggunakan karya orang
lain dengan cara yang sesuai dan adil, serta menghormati hak-hak pemilik
asli. Prinsip-prinsip ini harus tetap diperhatikan untuk mencegah
pelanggaran hak cipta dan mempromosikan penggunaan yang etis dan legal
dari karya-karya intelektual.
Pengembangan perpustakaan digital dapat melibatkan beberapa langkah
penting. Pertama, adalah pengembangan dan pemanfaatan sistem katalog online
(Online Public Access Catalog, OPAC), yang mengizinkan pengguna melakukan
pencarian dan mengakses literatur secara daring. Selain itu, koleksi perpustakaan
juga dikonversi menjadi format digital, termasuk karya tulis ilmiah hasil riset dan
buku-buku. Perpustakaan juga menyediakan akses ke terbitan daring ilmiah, baik
dari dalam negeri ataupun luar negeri, agar memfasilitasi aktivitas riset. Melalui
OPAC, pengguna dapat dengan mudah menjelajahi koleksi dan informasi
perpustakaan tanpa batasan waktu dan ruang (Masiani, 2021). Dengan demikian,
pengguna dapat mengakses dan memanfaatkan koleksi perpustakaan secara
efisien tanpa harus mengunjungi perpustakaan fisik secara langsung.

5. Isu dan Etika Pengembangan Perpustakaan Digital


Isu dan etika dalam pengembangan perpustakaan digital menggabungkan
berbagai perspektif yang harus dipertimbangkan untuk menjamin bahwa
pengembangan tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai etika
dan hukum yang berlaku. Penerapan isu dan moral berkaitan erat dengan
jaminan perlindungan hak-hak individu di dunia maju. Seperti yang telah
dijelaskan dalam mengawasi sumber-sumber koleksi canggih, khususnya
karya-karya investigasi dan buku harian, perpustakaan harus lebih
memperhatikan empat standar yang hampir sama dengan strategi atau aturan
digitalisasi menurut (Pendit, 2007) yaitu:
1. Privasi

12
Mengenai privasi, yang menunjukkan keamanan basis data koleksi tingkat
lanjut, kerangka kerja pengaturan perpustakaan tingkat lanjut ditanam
dengan kerangka kerja keamanan (mosesax). Selain itu, perpustakaan juga
memberikan batasan pada koleksi substansi terdekat yang akan digunakan.
Contohnya pengguna tidak dapat mengunduh berkasnya. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya penggandaan atau pencurian besar-besaran
terhadap karya digital.
2. Properti
Perihal kewajiban penerbitan karya cetak dan karya rekaman yang
diserahkan kepada Perpustakaan, menjadikansebagai pemilik hak
tunggalnya, berdasarkan perjanjian atau kontrak yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Akurasi atau Keaslian
Hal ini diatur dalam Pasal 25 ayat (1) UU Hak Cipta (No.
19 Tahun 2002). Yang berbunyi ``Informasi elektronik yang berkaitan
dengan informasi pengelolaan hak cipta seorang penulis tidak boleh dihapus
atau diubah. '' Berdasarkan pasal ini, perpustakaan harus menunjukkan
identitas penulis asli bahkan ketika mendigitalkan koleksinya. Peran
perpustakaan hanyalah untuk membuat informasi tersedia untuk umum.
Misalnya, untuk keaslian pada identitas si penulis, dalam setiap halaman
koleksi digital di bagian footer diberi tanda copyrigth atau “©”.

4. Hak Akses
Semua koleksi konten lokal dapat diakses secara bebas dan dapat dibaca
sepenuhnya. Namun pengguna tidak diperbolehkan mengunduh file digital
karena akan mempengaruhi aspek keaslian identitas pencipta karya digital..
Salah satu asumsi menarik yang muncul dari permasalahan di atas adalah
bahwa digitalisasi koleksi perpustakaan tidak bermasalah dan tidak
melanggar hak cipta, selama tujuannya hanya untuk tujuan pendidikan dan
penelitian, dan bukan untuk tujuan komersial. Pernyataan ini juga

13
ditegaskan dalam Pasal 15 (a) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002 yang menyatakan: Pemanfaatan karya orang lain untuk keperluan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, kritik, atau tinjauan suatu
topik tanpa merugikan penciptanya.
6. Masa Depan Perpustakaan Digital
Menurut Association of College and Research Libraries (ACRL) terdapat
sepuluh tren utama yang memengaruhi perpustakaan perguruan tinggi saat ini
dan di masa depan. Sepuluh trend tersebut adalah sebagai berikut (Fatmawati,
2013):
1. Pertumbuhan dan perkembangan koleksi perpustakaan akademik
dikarenakan adanya permintaan dari pengguna. Permintaan tersebut
mencakup penambahan jenis sumber daya baru, termasuk koleksi digital
lokal. Selain itu, keberadaan Google Books juga memengaruhi cara
pengguna mengakses koleksi perpustakaan digital.
2. Tantangan terkait anggaran akan terus berlanjut, dan perpustakaan akan
terus beradaptasi dengan perkembangan ini. Pertumbuhan koleksi digital
menempatkan tekanan tambahan pada pustakawan untuk mengelola
alokasi sumber daya dengan efisien.
3. Perubahan dalam lingkungan perguruan tinggi menuntut pustakawan untuk
terus mengembangkan keterampilan mereka agar tetap relevan dalam
memberikan layanan kepada pengguna.
4. Adanya peningkatan permintaan akan transparansi dan penilaian kinerja
dalam perpustakaan. Perkembangan teknologi informasi juga mendorong
pustakawan untuk memiliki keterampilan yang lebih tinggi dalam bidang
IT.
5. Pendigitalan koleksi perpustakaan merupakan proses pendigitalan koleksi
perpustakaan memerlukan investasi besar dalam sumber daya. Terdapat
pergeseran dari fokus koleksi fisik menuju koleksi digital karena perubahan
definisi perpustakaan.

14
6. Pemanfaatan teknologi mobile untuk pengembangan layanan dan produk
baru di perpustakaan. Ini termasuk penggunaan smartphone, e-book, dan
perangkat lainnya seperti iPad.
7. Integrasi layanan perpustakaan merupakan upaya untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas layanan perpustakaan.
8. Optimasi konten dalam repositori institusional dengan melihat
kemungkinan produk open source dan mendigitalkan warisan lokal
institusi.
9. Peningkatan keterampilan pustakawan dalam menilai dan memilih alat
yang digunakan, mengelola sumber informasi, dan memberikan akses yang
efisien kepada pengguna.
10. Pengembangan ruang akses internet dan evaluasi ruang fisik, dengan
mengembangkan ruang akses internet dan secara bertahap mengurangi
ruang koleksi fisik mereka, sambil terus mengevaluasi kebutuhan
pengguna secara keseluruhan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Suqri, M. N., & Afzal, W. (2007). Digital Age : Challenges for Libraries.
Information, Society and Justice Journal, 1(1), 43–48.
https://doi.org/10.3734/isj.2007.1105
Andita, S. S. P. (2022). Manfaat Perpustakaan Digital DalamMeningkatkan Minat Baca
Generasi Milenial di Era Globalisasi. LIBRIA, 14(2), 122–142.
Asari, A., Fahriyah, Pasaribu, I. M., Hendarsyah, D., Srirahayu, D. P., & Handayani,
F. (2023). Manajemen Perpustakaan Digital. In Litnus.
Badruzzaman, A., Najamuddin, M., & Miharja, D. (2023). Peningkatan Kualitas
Literasi Santri Peningkatan Kualitas Literasi Santri Pondok Pesantren Quran Al-
Lathifah Menggunakan Digital Library Maktabah Syamilah. Dinamika, 8(1), 1–
16.
Fatmawati, E. (2013). Trend Perpustakaan Perguruan Tinggi di Era Infoemasi. In
Warta Perpustakaan Undip (pp. 45–57).
Fitriah, H. (2020). Peran Perpustakaan Digital Di Era Millineal. 1–20.
Hartono. (2020). Pengembangan Perpustakaan Digital Berinklusi Sosial Dalam
Ekosistem Digital Berbasis Multikultural Indonesia. Jurnal El Pustaka, 01(01),
15–29.
IFLA. (2017). Statement on Digital Literacy.
Komalasari. Rita. (2015). Definisi, Tugas Dan Fungsi Perpustakaan. IPB University.
1–13.
Masiani, K. (2021). Tantangan Dan Peluang Pelayanan Perpustakaan Dalam Masa
Pandemi (Studi kasus: Perpustakaan Balai Besar Riset Budidaya Laut dan
Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP). Jurnal Pari, 7(2), 57.
https://doi.org/10.15578/jp.v7i2.10834
Maslamah, A. et al. (2022). Literasi Digital Pada Masyarakat. In Sulur Pustaka (Vol.
3, Issue 1). https://doi.org/10.33005/sitasi.v3i1.655
Nashihuddin, W. (2020). Peran Perpustakaan sebagai Media Literasi Digital
Masyarakat. Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, December 2019, 1–6.

16
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.28221.82407
Pendit, P. L. (2007). Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi
Indonesia. Sagung Seto.
Ridwan, R., & Fajarini, R. A. (2023). Strategi Pengembangan Perpustakaan Perguruan
Tinggi Di Era Digital (Studi Upt Perpustakaan Uin Mataram). Shaut Al-
Maktabah : Jurnal Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi, 15(2), 151–162.
https://doi.org/10.37108/shaut.v15i2.1172
Sahidi. (2017). Peran Kebijakan Open Access Informasi. XVI(1), 43–50.
Saleh, A. R. (2014). Pengertian, Manfaat, dan Kelebihan Perpustakaan Digital. In
Repository.Ut.Ac.Id (pp. 1–43). http://repository.ut.ac.id/4207/1/PUST4317-
M1.pdf
Saleh, A. R. (2016a). Pengembangan Perpustakaan Digital: Teori dan Praktik Tahap
Demi Tahap. In Rumah Q-ta Production (Vol. 2). Rumah Q-ta Production.
Saleh, A. R. (2016b). Pengembangan Perpustakaan Digital. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2, 480 hlm., 21 cm.
Subrata, G. (2009). Perpustakaan Digital. Universitas Negeri Malang.
Sunu, A. P. (2014). Peran Perpustakaan Digital dan Teknologi Informasi di Era
Globalisasi. Persadha, 12(1), 33–37.
Widayanti, Y. (2016). Pengelolaan Perpustakaan Digital. LIBRARIA: Jurnal
Perpustakaan, 126–137.

17

Anda mungkin juga menyukai