Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kelancaran dalam penerbitan Kurikulum dan Modul Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan sebagai acuan nasional dalam
penyelenggaraan Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan.
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan ini diterbitkan kedua kalinya
oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber
Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Terbitnya modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Pengenalan Pengelolaan
Perpustakaan dan sekaligus mampu meningkatkan kualitas pengelolaan dan
penyelenggaraan perpustakaan di tanah air.
Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak
terkait yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian modul diklat ini.
Kritik maupun saran untuk penyempurnaan modul Diklat Pengenalan
Pengelolaan Perpustakaan ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.
iii
iv
DAFTAR ISI
v
vi
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 1
2 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pada era yang serba mengglobal dewasa ini, peranan informasi menjadi salah
satu aset yang sangat penting bagi masyarakat di belahan dunia mana pun.
Ia menjadi sangat berharga dan diburu walaupun di mana dan dengan cara
apa informasi tersebut harus diperoleh. Fenomena ini melanda, baik
perseorangan maupun lembaga pemerintah dan swasta. Siapa pun atau
lembaga apa pun akan tidak akan berhasil jika tidak menguasai didukung oleh
kekuatan informasi masa kini. Informasi tersebut sangat diperlukan dalam
memecahkan dan/atau menjalani berbagai masalah kehidupan.
Unit kerja perpustakaan termasuk salah satu pusat sumber informasi yang
memiliki berbagai jenis informasi yang sangat luas, yang mencakup berbagai
ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya. Dengan demikian,
perpustakaan harus menjadi suatu institusi yang menduduki posisi yang
sangat strategis, ekonomis, serta demokratis dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, yaitu dengan berperan sebagai sarana pelaksanaan
belajar mandiri, pendidikan seumur hidup bagi individu atau kelompok
masyarakat tertentu.
Peranan perpustakaan sebagai salah satu pusat/sarana pendidikan,
informasi, penelitian, budaya, pemelihara/pelestari hasil budaya bangsa akan
berhasil dengan optimal jika dikelola oleh sumber daya manusia yang
profesional. Pengelolanya harus memiliki pengetahuan tentang seluk-beluk
ilmu perpustakaan dan kepustakawanan dan dapat menerapkan serta
mengembangkannya dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam usaha pembinaan sumber daya manusia melalui perpustakaan,
Perpustakaan Nasional RI telah menyusun kurikulum atau silabus Diklat
Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan. Salah satu mata ajar yang diberikan
dalam diklat tersebut adalah Pengantar Ilmu Perpustakaan, yang memuat
gambaran umum tentang pengertian perpustakaan dan kepustakawanan,
yang diharapkan dapat membangkitkan apresiasi dan motivasi peserta diklat
B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
pengertian, tujuan dan fungsi perpustakaan, jenis perpustakaan dan aspek
perpustakaan, yang disajikan melalui pendekatan pelatihan andragogi, antara
lain metode ceramah, tanya jawab, pemaparan, dan diskusi.
D. Aspek Perpustakaan
Suatu perpustakaan dapat berdiri dan melakukan tugas dan
fungsinya dengan baik apabila memiliki beberapa aspek yang diperlukan
dalam penyelenggaraannya. Semua itu merupakan modal utama agar
kegiatan perpustakaan dapat berjalan lancar. Dengan demikian, suatu
perpustakaan sekurang-kurangnya harus memiliki aspek sebagai berikut.
1. Organisasi
Menurut Siagian (1994), organisasi adalah setiap bentuk perserikatan
antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hierarki. Dalam
hal ini selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang
yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang
disebut bawahan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, perpustakaan memerlukan
unit kerja sebagai wadah yang memayungi operasionalisasi
perpustakaan yang disebut organisasi, yaitu suatu wadah kegiatan
orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai suatu
tujuan. Dalam suatu organisasi setiap orang harus jelas tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya, termasuk hubungan dan tata
kerjanya.
Susunan organisasi dapat menggambarkan kedudukan unit
perpustakaan secara mikro dan makro dalam lembaga/instansi
induknya. Melalui letak dan posisi perpustakaan secara makro, selain
dapat melihat letak dan garis alur tanggung jawab terhadap bagian unit
kerja lainnya, juga dapat terprediksi besaran alokasi dana bagi
Dari beberapa faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan pada saat
merencanakan gedung perpustakaan baru atau mereorganisasi gedung
perpustakaan lama. Tidak ada ukuran standar universal untuk fasilitas
perpustakaan. Namun, dalam perencanaannya ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan:
a) lokasi terpusat atau sentral: jika memungkinkan di lantai dasar;
b) akses dan kedekatan: dekat semua kawasan kegiatan;
c) faktor kebisingan: paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa
ruangan yang bebas kebisingan dari luar;
d) pencahayaan: baik dan cukup, baik dari jendela maupun lampu
penerangan;
e) suhu ruangan: untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang
tahun di samping preservasi koleksi (misalnya, tersedia pengatur
suhu ruangan ataupun ventilasi yang mencukupi);
f) rancangan: sesuai guna memenuhi kebutuhan pemustaka yang
menderita cacat fisik;
Andrews, Judith and Derek Law. 2004 Digital Libraries : Policy, Planning and
Practice. Burlington: Ashgate.
Brophy, Peter; Shelagh Fisher; Zoe Clarke. 2000. Libraries Without Walls 3 : The
Delivery of Library Services to Distant Users. London: Library Association
Publishing.
Carvell, Linda P. 2005. Career Opportunities in Library and Information Science.
New York: Checkmark Books.
Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah, Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Feather, John. 2004. Managing Preservation for Libraries and Archives.
Burlington: Ashgate.
Greenhalgh, Liz & Ken Worpole & Charles Landry. 1995. Libraries in a World of
Cultural Change. London: UCL Press.
Hani T Handoko. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hernandono. 1999. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perpustakaan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Hernandono, Sulistyo Basuki, Lucya Dhamayanti. 2006. Pedoman Perpustakaan
Sekolah/IFLA/UNESCO=The IFLA/UNESCO School Library Guidelines.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Departemen
Pendidikan Nasional.
Holroyd, Gileon. 1977. Studies in Library Management. London: Clive Bingley.
Ibrahim Bafadal. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ikatan Pustakawan Indonesia. 2006. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga serta Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia. Jakarta: Pengurus
Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia.
Karmidi Martoatmojo. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu perpustakaan ditentukan oleh beberapa factor. Salah satu
di antaranya ditentukan oleh seberapa aktifnya pengelola perpustakaan
mengikuti perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan informasi penerbitan.
Jika suatu perpustakaan bersifat statis, tidak mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada suatu saat perpustakaan tersebut akan
ditinggalkan pemakainya dan akan menjadi gudang buku belaka. Untuk
menggairahkan dan memberikan layanan maksimal kepada pemustaka, baik
yang datang ke perpustakaan maupun yang mengakses melalui dunia maya,
diperlukan strategi pengembangan koleksi yang sesuai bagi perpustakaan
yang bersangkutan.
Era informasi dan digital dewasa ini membawa perubahan pada pengelolaan
perpustakaan. Setiap bidang haruslah menyesuaikan pengadaan,
pengolahan, dan layanan dengan bahan perpustakaan yang diadakan,
seperti bidang akuisisi yang bertugas mengadakan koleksi perpustakaan
digital. Pengadaan bahan perpustakaan sebelum era informasi dititikberatkan
pada pengembangan, tetapi pada era informasi dan digital, pengembangan
koleksi lebih diarahkan pada manajemen koleksi.
Pengembangan koleksi meliputi seleksi dan evaluasi yang berhubungan
dengan bahan perpustakaan berdasarkan kebutuhan pemustaka pada saat
ini dan masa mendatang. Manajemen koleksi menyangkut pengertian dan
kegiatan yang lebih luas. Menurut Sing (2004), manajemen koleksi juga
mengatur penggunaan koleksi, cara penyimpanan, cara mengorganisasi, dan
membuatnya mudah diakses oleh pemustaka.
Dewasa ini, fokus pengembangan koleksi tidak saja pada koleksi tercetak,
seperti buku, jurnal, dan koleksi audio visual, melainkan juga pada koleksi
yang dapat diakses secara maya, seperti data base jurnal dalam bentuk
online dan koleksi buku online.
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan
keterampilan tentang pengertian pengembangan koleksi, pengenalan jenis
koleksi dan alat bantu seleksi, prinsip dan proses seleksi, pengadaan,
inventarisasi, penyiangan, dan pembuatan laporan pengembangan koleksi
yang disajikan dengan pendekatan pelatihan andragogi meliputi metode
ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, praktik, dan pelatihan.
B. Jenis Koleksi
Menurut jenisnya, bahan perpustakaan dapat digolongkan ke dalam empat
bentuk, yaitu karya cetak, karya noncetak, bentuk mikro, dan karya dalam
bentuk elektronik
1. Karya Cetak
Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk
cetak, seperti buku (monograf) dan terbitan berseri.
2. Karya Noncetak
Karya noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam
bentuk selain buku dan terbitan berseri, seperti rekaman suara, rekaman
video, dan rekaman gambar.
3. Bentuk Mikro
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk semua
bahan perpustakaan yang menggunakan media film yang tidak dapat
dilihat dengan mata biasa, melainkan harus me. i alat baca yang disebut
dengan micro reader.
4. Karya dalam Bentuk Elektronik
Karya dalam bentuk elektronik adalah hasil pikiran manusia yang
dituangkan dalam bentuk elektronik, seperti pita magnetis dan cakram
atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti
computer dan CD-ROM player.
3. Sistem dua kartu: terdiri atas kartu register dan kartu uji (check card).
Kartu register memuat informasi mengenai judul, penerbit, agen,
frekuensi, tahun dan volume, harga, dll. Kartu uji memuat informasi
mengenai judul, frekuensi, volume, nomor majalah, tanggal peringatan
pada agen/toko buku, dan paraf pustakawan yang bertanggung jawab.
4. Sistem tiga kartu: terdiri atas kartu register, kartu uji, dan kartu indeks
berkelas. Kartu register dan kartu uji sama dengan di atas. Kartu indeks
berkelas memuat informasi mengenai nomor kelas, langganan tahunan,
frekuensi, judul, pialang, agen, penerbit, volume dan nomor yang ada,
indeks, suplemen, dan sebagainya.
5. Kardek: alat untuk mencetak terbitan berseri serta rekaman lain, yang
terbuat dari baja, dibagi dalam beberapa laci, bergantung pada
kebutuhan.
1. Kriteria Penyiangan
a. Sebaiknya perpustakaan mempunyai peraturan tertulis tentang
penyiangan, sebagai pedoman melaksanakan penyiangan dari waktu
ke waktu.
b. Hendaknya perpustakaan meminta bantuan dari spesialis subjek dari
bahan perpustakaan yang akan disiangi.
c. Kondisi fisik bahan perpustakaan rusak berat dan tidak mungkin
diperbaiki lagi, namun bila bahan perpustakaan tersebut banyak
dibutuhkan pemakainya, hendaknya dibuatkan salinan/kopinya atau
dialih-mediakan terlebih dahulu.
d. Isi atau bahan perpustakaan yang boleh disiangi:
1) sudah ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
pemakainya,
2) informasinya sudah tidak relevan,
3) data sudah tidak akurat lagi,
4) informasinya sudah kurang/tidak bermanfaat lagi,
5) materi sudah tidak sesuai dengan perkembangan kurikulum,
6) edisi terbaru telah terbit,
7) materinya bukan merupakan karya klasik dan sejarah,
8) bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak lengkap lagi dan
tidak dapat diusahakan gantinya
2. Proses Penyiangan
Proses penyiangan memakan waktu lama, keputusan harus diambil
secara hati-hati. Pelaksanaan proses penyiangan tidak hanya berakhir
A. Latar Belakang
Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan penge-
tahuan dalam berbagai bentuk bahan perpustakaan yang penempatannya
diatur sedemikian rupa sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemu-
kan kembali oleh pemustaka dengan cepat dan tepat. Salah satu kegiatan
pokok dalam pengelolaan perpustakaan adalah katalogisasi (cataloguing),
yaitu proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat dalam suatu
bahan perpustakaan ke dalam bentuk katalog. Dalam pengertian lain,
katalogisasi merupakan proses pengorganisasian bahan perpustakaan
agar dapat diketemukan kembali oleh pemustaka pada saat mereka
membutuhkan bahan perpustakaan tersebut. Secara sederhana,
pengertian katalogisasi adalah proses pembuatan entri katalog sebagai
sarana temu kembali informasi di perpustakaan.
Katalog perpustakaan sebagai hasil katalogisasi merupakan suatu rekaman
atau daftar bahan perpustakaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau
beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu.
Dalam katalog perpustakaan, dicantumkan hal-hal penting yang
diperkirakan digunakan orang dalam mencari suatu bahan perpustakaan
dan informasi yang dikandung di dalamnya, baik mengenai fisik maupun isi
bahan perpustakaan tersebut.
Ada dua macam kegiatan dalam pembuatan katalog, yaitu katalogisasi
deskriptif (descriptive cataloging) dan katalogisasi subjek (subject
cataloging). Katalogisasi deskriptif merupakan salah satu tahap katalogisasi
yang mendeskripsikan bahan perpustakaan secara fisik dan menentukan
B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan
keterampilan membuat cantuman bibliografi yang meliputi pengertian
katalogisasi, tujuan, jenis dan fungsi katalog, deskripsi bibliografi bahan
perpustakaan menurut Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR2),
sumber-sumber informasi, susunan elemen deskripsi bibliografi, komponen
wakil dokumen, entri katalog, dan kegiatan pascakatalog yang disajikan
dengan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi metode ceramah,
diskusi, praktik, dan simulasi.
C. Jenis Katalog
Berdasarkan jenisnya katalog dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu:
1. Katalog pengarang
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik
itu pengarang perorangan, karya bersama, karya badan korporasi,
ataupun karya yang ditajukkan pada judul seragam.
2. Katalog judul
Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan
perpustakaan yang dimiliki.
3. Katalog subjek
Katalog subjek dalam penyusunannya dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu 1). Katalog subjek yang disusun berdasarkan abjad judul untuk
subjek yang dinyatakan dalam bentuk istilah (verbal) dan 2). Katalog
subjek yang disusun berdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek
D. Fungsi Katalog
Fungsi katalog bagi perpustakaan antara lain:
1. Sebagai hasil pencatatan /daftar inventaris dari koleksi yang ada di
perpustakaan.
2. Alat untuk mempermudah temu kembali informasi bahan perpustakaan
yang dicari.
3. Sebagai alat bantu di dalam memilih bahan perpustakaan dalam hal
yang berkaitan dengan edisi, kepengarangan, dan sebagainya.
4. Menyusun nama pengarang sedemikian rupa sehingga karya seseorang
dengan berbagai judul yang berbeda dapat diletakkan secara
berdekatan.
5. Mencatat nomor panggil (call number) untuk menunjukkan di mana
bahan perpustakaan itu berada/tersimpan pada rak.
E. Bentuk Katalog
Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang terus berkembang . Hal itu
bisa dilihat dari bentuk fisik katalog yang terus mengalami perubahan.
Katalog dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Katalog Kartu (card catalog)
Katalog Kartu sudah digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu dan
hingga sekarang pun masih banyak perpustakaan yang menggunakan
katalog jenis ini. Katalog bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap
C. Sumber Informasi
Sumber informasi utama untuk bahan bentuk buku adalah halaman judul
dari karya tersebut. Untuk lebih jelasnya sumber informasi untuk setiap
unsur adalah sebagai berikut:
1. Judul
Sumber informasi utama untuk judul adalah halaman judul dari karya
tersebut, apabila judul diambil bukan dari halaman judul, maka judul
tersebut ditulis dalam tanda kurung siku [ ] dan perlu dicatatkan pada
unsur daerah catatan sumber pengambilan judul, misalnya judul dari
sampul depan (cover).
2. Pernyataan tanggung jawab
Sumber informasi utama untuk pernyataan tanggung jawab adalah
halaman judul dari karya tersebut, apabila diambil bukan dari halaman
judul, maka nama pernyataan tanggung jawab tersebut ditulis dalam
tanda kurung siku. Misalnya untuk karya berikut nama penanggung
Keterangan :
1. Judul dan penanggung jawab
2. Edisi
3. Penerbitan
4. Deskripsi fisik
Sebuah katalog terdiri atas 1). tajuk (tajuk entri utama), 2). deskripsi bibliografi
(yang terdiri atas 8 daerah) dan 3). tajuk tambahan. Tajuk entri utama dan tajuk
entri tambahan dapat berupa:
1. Nama orang
2. Judul
3. Judul seragam
4. Nama badan korporasi
Sumber untuk memperoleh tajuk entri utama dan entri tambahan suatu bahan
perpustakaan adalah bahan perpustakaan itu secara keseluruhan, mulai dari
halaman judul, halaman- halaman depan yang lain, kulit buku, kontainer, teks dan
sebagainya. Sumber dari luar bahan perpustakaan dapat digunakan hanya bila
dari bahan bersangkutan tidak mungkin diperoleh informasi yang jelas.
A. Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan
1. Nama diri sebagai tajuk entri utama atau entri tambahan
Dasar Penentuan Tajuk Entri Utama (TEU) dan Tajuk Entri Tambahan
(TET) Nama Orang
a. Karya Pengarang Tunggal
Bila suatu karya ditulis oleh seorang pengarang, maka tajuk entri
utama ditentukan di bawah nama pengarang yang bersangkutan.
Contoh : Pengantar ilmu politik / oleh Eep Saifullah Fatah.
TEU adalah: Eep Saifullah Fatah
TET adalah: Judul
e. Karya Terjemahan
Untuk karya terjemahan, tajuk entri utamanya pada pengarang
asli dan tajuk tambahan pada penterjemah
Contoh:
Harry Potter dan pangeran berdarah campuran / oleh J.K
Rowling ; penterjemah, Listiana Sri Santi
f. Karya Editor
Suatu karya yang dikarang oleh satu orang atau lebih dan ada
editornya, maka penentuan tajuk entri utamanya adalah :
1) Untuk karya yang terdiri dari satu pengarang dan satu editor
TEU adalah: pada nama Pengarang
TET adalah: I. Judul
II. nama editornya
2) Untuk karya yang terdiri dari dua atau tiga pengarang dan
satu atau dua atau tiga editor, maka
TEU adalah: Pada pengarang pertama
TET adalah: I. Judul
II. pengarang kedua
III. Editor pertama
IV. Editor kedua
V. Editor ketiga
3) Untuk karya yang terdiri dari lebih 3 pengarang atau tanpa
pengarang, ada satu orang editornya maka :
TEU adalah: Judul
TET adalah: I. Nama editor
c. Kitab-kitab suci
Contoh: Alquran
Alquran. Surat Yasin
Tjamboek Berdoeri
x Berdoeri, Tjamboek 1900-1974
x Berduri, Cambuk 1900-1974
x Cambuk Berduri, 1900-1974
x Kwee Thiam Tjing, 1900-1974
Sjaugie, Bung
x Bung Sjaugie
x Bustami Sjaugie
x Sjaugie, Bustami
C. Deskripsi Bibliografi
Untuk bahan perpustakaan bentuk buku (monografi) deskripsi bibliografi
hanya terdiri dari 7 daerah atau area dengan urutan unsurnya sebagai
berikut :
1. Daerah Judul dan pernyataan penanggung jawab
Terdiri dari:
2. Daerah Edisi
Daerah edisi yaitu daerah yang memberikan pernyataan tentang
edisi, misalnya edisi pertama, edisi kedua, edisi revisi, dan
3. Daerah penerbitan
Daerah penerbitan adalah daerah penunjukan buku tersebut
diterbitkan, siapa yang menerbitkan, dan kapan dokumen tersebut
diterbitkan. Jadi daerah ini digunakan untuk mencatat informasi
tentang nama penerbit dan tahun terbit bahan perpustakaan tersebut.
Contoh: Alumni, 2002.
Djambatan, 2001.
D. Nomor Panggil
Nomor panggil adalah nomor yang terdapat pada bagian atas sebelah kiri
dalam sebuah katalog yang berbentuk kartu dan pada katalog OPAC
terdapat pada ruas nomor panggi itu sendiri. Jumlah unsur nomor panggil
ditentukan oleh bentuk tajuk entri utama . Untuk karya yang memiliki tajuk
entri utama nama orang atau badan korporasi, judul seragam, maka nomor
panggilnya terdiri dari : 3 (tiga) unsur yaitu:
1. Nomor klasifikasi.
2. 3 (tiga) huruf pertama entri utama nama pengarang badan korporasi,
judul seragam.
3. 1 (satu) huruf judul
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 125
Untuk karya yang tajuk entri utamanya pada judul, maka nomor
panggilnya hanya terdiri atas 2 (dua) unsur yaitu:
1. Nomor klasifikasi.
2. 3 (tiga) atau 1 (satu) huruf pertama judul
813
Fit Fitri R. Qhozaly
spasi ke 9 c Cinta di atas dawai hati / Fitri R. Qhozaly. Edisi 1. –
Progres, 2004
huruf ke 5 198 hlm. ; 20 cm.
1,5 spasi
ISBN 979-8154-22-7⁵
1323/PN/05 AD/rm
Keterangan:
• Tajuk Entri Utama dimulai 9 spasi dari tepi kiri, dan 4 spasi dari atas.
• Tajuk Entri Utama pengarang, pengetikan judul dimulai pada ketukan
ke lima dan kembali ke tiga.
2. Menyusun Angka
a. Berfungsi sebagai urutan/kronologi
Di sini angka disusun dari yang bernilai kecil ke yang benilai
besar. misalnya 2,5,6,8,11, dst.
b. Sebagai bagian dari judul atau fungsi yang lain.
Di sini angka disusun sebagaimana ia tertulis dengan huruf
(bunyinya) dalam bahasa teksnya.
Misalnya : Ke.1
Ke. 3
1985
1989
8 (delapan) kambing
7 (pitu) wong kakupeng
7 (sevent) gils
7 (tujuh) penjahat
Apa yang diuraikan dalam makalah ini hanyalah sebagian kecil dari peraturan-
peraturan dasar katalogisasi deskriptif. Agar dapat melakukan katalogisasi
deskriptif dengan baik dan benar dituntut penguasaan peraturan secara lebih
mendalam dengan mempelajari “AACR2 atau Peraturan Katalogisasi
Indonesia”.
A. Latar Belakang
Perpustakaan merupakan sistem informasi yang berfungsi menyediakan dan
menyampaikan informasi yang terdapat dalam koleksinya kepada masyarakat.
Oleh karena itu koleksi perpustakaan harus diatur dan diolah sedemikian rupa
sehingga informasi tersebut dapat disimpan serta ditemukan kembali secara
cepat dan tepat. Dengan kata lain dalam perpustakaan diperlukan suatu sistem
temu kembali informasi (information retrieval system). Klasifikasi bahan
pustaka merupakan kegiatan teknis perpustakaan yang memungkinkan koleksi
perpustakaan tertata secara sistematis dan dapat ditemukan kembali secara
efisien dan efektif.
Klasifikasi di perpustakaan adalah proses mengelompokkan buku atau bahan
perpustakaan lainnya dalam suatu cara yang dapat membantu para pemustaka
untuk mengaksesnya. Ini memerlukan waktu yang lama sehingga pustakawan
dapat meyakini bahwa pemakai perpustakaan dapat dilayani dengan baik, bila
jajaran koleksi perpustakaan disusun menurut subjeknya. Buku-buku dengan
cakupan subjek yang sama harus disusun bersama di dalam rak, karena para
pemakai perpustakaan sering ingin mendapatkan beberapa buku mengenai
subjek tertentu dalam waktu yang bersamaan.
Selajutnya penyusunan koleksi bahan pustaka berdasarkan subjeknya menjadi
hampir menyeluruh di perpustakaan. Setiap skema klasifikasi selalu berupaya
untuk menciptakan sistem penyimpanan koleksi perpustakaan berdasarkan
subjeknya. Namun pada kenyataannya selalu ada kelebihan dan kekurangan
dari tiap-tiap skema klasifikasi tersebut. Setiap perpustakaan harus dapat
memilih dan menentukan sistem klasifikasi yang sesuai untuk digunakannya.
Banyak sistem klasifikasi yang dapat digunakan oleh perpustakaan, misalnya
yang sangat terkenal adalah Dewey Decimal Classification (DDC), Universal
Decimal Calssification (UDC) dan Library of Congress Calassification (LCC).
Sistem klasifikasi tersebut merupakan hasil karya para ahli yang telah teruji
efektivitasnya di perpustakaan di seluruh dunia. Dari ketiga sistem klasifikasi
B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali para peserta dengan pengetahuan tentang
pengertian, tujuan, fungsi, jenis sistem dan prinsip klasifikasi DDC, struktur
DDC, dan analisis subjek, serta pengertian, fungsi, prinsip, dan jenis tajuk
subjek yang disajikan dengan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi
metode ceramah, tanya jawab, pemaparan, diskusi, dan praktik.
2) Ada Instruksi
Adakalanya dalam bagan terdapat instruksi biasanya berupa
instruksi “Tambahkan notasi wilayah 4-9 dari Tabel 2 pada
angka dasar 324.2 dsb”
Contoh :
324 Proses-proses politik
.1 Organisasi dan kegiatan-kegiatan internasional
.2 Partai politik
Tambahkan notasi wilayah 4-9 dari tabel 2 pada
angka dasar 324.2 umpama Partai politik di Indonesia 324.2598
324.2 Partai politik
- 621 Mesir (dari Tabel 2)
324.2621 berarti “Partai politik di Mesir”
3) Untuk geografi suatu wilayah
Pembahasan diatas yaitu untuk suatu subjek ditambahkan
aspek geografisnya. Dalam bagian (c) ini hanyalah untuk
“geografi” suatu wilayah misalnya “geografi Jepang”, “Geografi
Indonesia” dsb. Cara pembentukan ialah angka dasar geografi
suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang
diambil dari Tabel 2.
D. Analisis Subjek
1. Pra-analisis
Analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan kla-sifikasi,
yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang di-bahas
dalam bahan pustaka. Untuk mengetahui subjek suatu bahan
pustaka/dokumen dilakukan dengan analisis subjek. Sebagai langkah
awal dilakukan “pra-analisis” bahan pustaka melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Melalui judul buku, seringkali melalui judul saja suatu bahan
pustaka
sudah dapat ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-
buku ilmiah.
b. Melalui daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan
pustaka/dokumen sudah dapat diketahui subjeknya.
c. Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan dari bahan
pustaka tersebut.
d. Apabila langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu
hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi
buku.
e. Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yang digunakan oleh
pengarang untuk menyusun karyanya.
f. Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, ensiklopedi, tinjauan
buku, dan sebagainya.
g. Seandainya cara terdahulu masih belum juga dapat membantu
untuk menentukan subjek bahan pustaka, hendaknya menanyakan
kepada para ahlinya dalam subjek tersebut.
E. Tajuk Subjek
1. Pengertian dan Fungsi Tajuk Subjek
a. Pengertian Tajuk Subjek
Tajuk subjek adalah kata, istilah atau frasa atau kosa kata yang
terkendali dan terstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik
bahan pustaka. Dengan kata lain tajuk subjek adalah istilah yang
menggambarkan isi bahan perpustakaan.
b. Fungsi Tajuk Subjek
Adapun fungsi dari Tajuk subjek adalah:
1) Mendaftar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan di bawah
“kata” atau “istilah” atau “frasa” yang menjadi subjeknya.
2) Menyusun suatu entri katalog dengan tajuk subjek sebagai
media penyusunannya (filing)
3) Sebagai titik temu (access point) suatu informasi melalui
subjeknya.
2. Prinsip Penentuan dan Jenis-jenis Tajuk
Bayi – Psikologi
Lihat
PSIKOLOGI BAYI
ISLAM
Lihat juga
Dengan mempelajari materi klasifikasi dan tajuk subjek maka diharapkan para
pengelola perpustakaan dapat mengolah bahan pustaka dengan baik terutama
dalam menentukan nomor kelas dan tajuk subjek sesuai dengan pedoman yang
digunakan. Pada dasarnya klasifikasi dan penentuan tajuk subjek merupakan
kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka berdasarkan ciri subjek atau isi yang
dibahas di dalamnya. Jadi klasifikasi dan penentuan tajuk subjek merupakan
kegiatan simultan yang dapat dilakukan sekaligus sacara bersamaan. Kedua-
duanya memanfaatkan hasil analisis subjek yang diolah di perpustakaan.
Dalam klasifikasi hasil analisis subjek diterjemahkan ke dalam notasi kelas yang
menjadi dasar penyimpanan bahan pustaka di dalam jajaran koleksi
perpustakaan. Sedangkan di dalam penentuan tajuk subjek hasil analisis subjek
diterjemahkan ke dalam istilah verbal atau tajuk subjek yang menjadi titik akses
informasi di dalam koleksi perpustakaan. Dengan demikian analisis subjek
menjadi titik sentral bagi keberhasilan dan ketepatan proses klasifikasi dan
penentuan tajuk subjek bahan pustaka.
Namun demikian, keberhasilan kegiatan klasifikasi dan penentuan tajuk subjek
ditunjang pula oleh pengetahuan serta keterampilan pengklasifikasi dalam
menggunakan pedoman yang dipakai di perpustakaan. Pengklasifikasi bahan
pustaka dituntut untuk mengenali betul ciri-ciri fisik, susunan, dan teknik
penggunaan setiap pedoman yang berkaitan.
Ade Kohar & Rina Sufiani Saary. Panduan Klasifikasi menggunakan DDC
edisi 20. Jakarta : PDII-LIPI, 1995.
J.N.B Tairas & Soekarman. Daftar Tajuk Subjek Edisi Ringkas. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1996.
Melvil Dewey. Dewey Decimal Classification and Relative Index. 20 th. New
York : Forest Press, 1969.
Perpustakaan Nasional RI. Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey
& Indeks Relatif. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1993.
Perpustakaan Nasional RI. Daftar Tajuk Subjek untuk perpustakaan. Jakarta
: Perpustakaan Nasional RI, 1996.
Towa P Hamakonda. & JNB Tairas. Pengantar klasifikasi persepuluhan
Dewey, Ed. 3. Jakarta : Gunung Mulia, 1988.
Upriyadi. Klasifikasi dan Tajuk Subjek : Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2004.
A. Latar Belakang
Sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
rekam, perpustakaan harus dikelola secara profesional dengan sistem yang
baku. Pengelolaan perpustakaan bertujuan memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka
agar semua koleksi perpustakaan didayagunakan semaksimal mungkin.
Pendayagunaan koleksi perpustakaan sangat bergantung pada citra
layanannnya. Artinya bahwa layanan di lembaga perpustakaan dapat
dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu perpustakaan dalam melayani
pemustakanya, karena esensi suatu lembaga perpustakaan adalah layanan.
Dalam penyelenggaraan layanan, perpustakaan harus mempertimbangkan
fungsi dan tujuan perpustakaan, karena ada berbagai jenis perpustakaan dan
masing-masing perpustakaan berbeda fungsi dan tujuannya.
Layanan perpustakaan memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Oleh karena itu setiap
pustakawan atau calon pustakawan perlu dibekali dengan pengetahuan
tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah layanan di
perpustakaan.
B. Deskripsi Singkat
Materi buku ini meliputi pengertian layanan, tujuan dan fungsi layanan, jenis
layaann, unsur layanan, sistem layanan, dan sistem peminjaman.
A. Pengertian Layanan
Layanan perpustakaan berarti penyediaan bahan pustaka secara tepat dan
akurat, sesuai dengan kebutuhan pemustaka jasa perpustakaan. Ada
berbagai pendapat yang mengatakan bahwa layanan perpustakaan
merupakan citra dari lembaga perpustakaan. Dengan kata lain perpustakaan
sangat identik dengan layanan, karena tidak ada perpustakaan jika tidak ada
layanan. Sebab bagaimanapun hebatnya suatu lembaga perpustakaan,
namun apabila layanannya sangat buruk, maka citra perpustakaan itupun
akan sangat buruk, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, ada juga yang
menyebutkan bahwa layanan merupakan ujung tombak dari suatu
perpustakaan.
D. Unsur Layanan
Berbagai sarana dan program di rancang dengan harapan agar pemustaka
senang datang ke perpustakaan. Dalam kaitannya menciptakan kegiatan
G. Rangkuman
Dari uraian mengenai layanan perpustakaan dapat dibuat rangkuman
sebagai berikut .
1. Layanan perpustakaan merupakan tolok ukur keberhasilan suatu lembaga
perpustakaan dalam mencukupi kebutuhan informasi pemustaka.
2. Ada dua jenis layanan perpustakaan yaitu layanan teknis dan layanan
pembaca.
3. Unsur-unsur layanan yang terdiri atas fasilitas, koleksi perpustakaan,
pustakawan, dan pemustaka, sangat penting dalam pengaruhnya
terhadap keberhasilan suatu layanan di lembaga perpustakaan.
4. Dalam layanan perpustakaan terdapat dua sistem layanan, yaitu sistem
layanan terbuka (open access) dan sistem layanan tertutup (close
access).
5. Sistem peminjaman di perpustakaan sangat bervariasi, antara lain sistem
ledger, browne, detroit, newark, dan elektronik.
200 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP
A. Latar Belakang
Perpustakaan pada umumnya memiliki koleksi yang terbuat dari kertas,
baik dalam bentuk surat kabar, buku, serial, naskah, peta, gambar, dokumen,
maupun bahan cetakan lainnya. Selain itu, beberapa perpustakaan memiliki
koleksi foto dan negatif foto. Karena cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, koleksi perpustakaan ikut berkembang sehingga
sekarang sudah banyak perpustakaan yang memiliki koleksi media baru
lainnya, seperti bentuk mikro (microfilm dan microfis), rekaman suara (kaset
dan piringan hitam), film (hitam putih dan berwarna), video dan penyimpanan
elektronik, seperti pita dan disket komputer. Semua koleksi tersebut akan
mengalami kerusakan apabila tidak dirawat dengan baik. Kerusakan bahan
perpustakaan dapat disebakan karena faktor dari dalam bahan
pembentuknya sendiri maupun dari luar (lingkungan dan manusia)
Salah satu problem utama yang dihadapi oleh perpustakaan di seluruh dunia
adalah laju kerusakan koleksi jauh lebih cepat dari laju koleksi yang ditangani
melalui pemeliharaan, perawatan dan perbaikan bahan perpustakaan. Hal ini
disebabkan oleh bahan yang umum dijadikan koleksi perpustakaan berasal
dari substrat kertas atau plastik.
Bahan utama untuk membuat bahan perpustakaan kertas adalah selulosa.
Bahan ini terdiri atas hidrogen, karbon, dan oksigen, merupakan
polysaccharide stabil yang bertindak sebagai elemen yang terdapat pada
dinding sel tumbuh-tumbuhan. Di samping selulose, serat tumbuhan
mengandung perekat, karbohidrat, dan lignin (yang secara alami akan
menimbulkan asam). Dan hal yang tidak menguntungkan adalah bahwa
mutu kertas telah merosot sejak abad ke-18, terutama dalam kaitan dengan
peningkatan permintaan yang memaksa pembuatan kertas secara besar-
besaran sehingga mutu kertas menurun. Pada abad tersebut terjadi
perubahan dalam membuat bubur kertas dari kayu, yang dalam hal ini kertas
yang dihasilkan sedikit kurang kuat, bahan pengelantang seperti klorin terus
B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
pengertaian pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan, jenis,
karektiristik dan komponen bahan perpustakaan, penyebab kerusakan serta
melakukan pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan yang disajikan
dengan menggunakan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi metode
ceramah, diskusi, dan demonstrasi.
C. Penyebab Kerusakan
1. Faktor Lingkungan
Seperti bahan organik lainnya, kertas merupakan bahan yang sensitif
terhadap pengaruh lingkungan, terutama jika kertas mengandung asam,
lignin dan hemiselulosa. Kerusakan bahan perpustakaan dapat
disebabkan oleh hal berikut.
a. Temperatur dan Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi atau relative humidity dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat uap air yang terkandung dalam udara
pada volume tertentu dengan kandungan uap air maksimum yang
dapat diserap oleh udara pada volume dan temperatur yang sama.
Udara panas dapat menyerap lebih banyak uap air jika dibandingkan
dengan udara dingin. Oleh sebab itu, kelembaban udara akan naik
jika temperatur turun dan sebaliknya kelembaban udara akan turun
jika temperatur naik selama kandungan uap air tidak berubah.
Jumlah kandungan uap air dalam udara sangat penting diketahui
karena dengan adanya uap air ini akan menambah kecepatan reaksi
yang akan memacu kecepatan pelapukan bahan perpustakaan.
2. Faktor Manusia
Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan pustaka
dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat
dilakukan secara langsung (misalnya: pencurian, pengrusakan,
penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak
langsung, misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu
jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan
pemustaka.
a. Kualitas kertas
Ada beberapa penyebab kerusakan yang harus diperhatikan di
dalam usaha pelestarian bahan perpustakaan yang terbuat dari
A. Latar Belakang
Teknologi informasi di perpustakaan merupakan seperangkat teknik untuk
mengoptimalkan pemanfaatan informasi, mulai dari pengadaan, pengolahan,
temu kembali, dan penyebarannya. Teknologi Informasi di perpustakaan
diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dalam memperoleh
berbagai informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka tersebut, pustakawan atau tenaga
teknis pengelola perpustakaan diharapkan memiliki kemampuan dalam
menyediakan dan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan dalam
berbagai bentuk dan media secara profesional.
Dalam mengikuti perkembangan dunia di era digital, globalisasi informasi dan
perdagangan bebas, perpustakaan dituntut untuk dapat memberikan layanan
secara mutakhir dan lebih profesional melalui pembangunan sistem otomasi
dan penyelenggaraan layanan koleksi digital (content digital library), serta
menerapkan standar kinerja yang lebih berkualitas, sehingga dengan
memiliki kemampuan tersebut, perpustakaan diharapkan memiliki daya saing
yang tinggi dan tidak akan ditinggalkan pemustakanya.
Dalam pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, diperlukan
perencanaan strategis yang matang dan penyediaan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) diataranya perangkat keras komputer,
perangkat lunak, perangkat teknologi komunikasi diantaranya saluran
telepon, fax, modem dan sistem jaringan komputer.
Perencanaan sistem otomasi di perpustakaan diantaranya meliputi kegiatan
analisis dan disain sistem, rencana implementasi serta sistem
pemeliharaannya (maintenance). Melalui perencanaan strategis tersebut,
pembangunan dan pengembangan sistem otomasi, penyelenggaraan
layanan koleksi digital (content digital library) di perpustakaan dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dalam pengembangan perpustakaan secara
keseluruhan.
1) Fungsi Operasional
Fungsi operasional meliputi pengadaan bahan pustaka,
pengolahan dan pelayanan perpustakaan.
a) Pengadaan Bahan Pustaka (acquisitions)
Pengadaan bahan pustaka terutama jurnal, CD-ROM yang
didatangkan dari luar negeri, biasanya bekerja sama dengan
perpustakaan lain, baik secara membeli, tukar menukar,
ataupun hadiah.
Adapun otomasi dibidang pengadaan adalah prosedur
pengadaan bahan pustaka yang diotomasi, sehingga teknis
pengadaan koleksi, mulai dari pemilihan judul, pemesanan
koleksi, daftar koleksi yang sudah diterima, daftar tunggu koleksi
yang belum diterima tapi sudah dipesan, daftar harga, edisi,
tahun terbit, dan seterusnya, telah dilakukan oleh komputer
secara otomatis.
b) Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka (katalogisasi, klasifikasi, terbitan
berkala, inventarisasi) dapat dilakukan secara otomatis oleh
komputer.
Otomasi dibidang katalogisasi berupa manajemen basis data
bibliografi, yang memudahkan dalam proses temu balik
informasi dan perolehan format katalog (baik didisplay maupun
prit-out), secara cepat dan akurat.
Software yang digunakan untuk manajemen basis data
bibliografi (katalogisasi) diantaranya adalah: Micro CDS/ISIS,
yang digunakan secara legal oleh perpustakaan universitas
3. Manfaat
Manfaat otomasi perpustakaan meliputi tiga pihak yakni pemustaka,
pengelola, dan instansi induk tempat perpustakaan berada. Bagi
pemustaka, otomasi perpustakaan bermanfaat dalam meningkatkan
kecepatan, ketepatan, dan keakuratan dalam penelusuran informasi,
serta proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Bagi
pengelola, otomasi perpustakaan bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengolahan bahan pustaka serta pelayanan
kepada pemustaka. Bagi instansi induk dimana perpustakaan berdiri,
otomasi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas control
bagi manajemen, meningkatkan imaje dan promosi lembaga terhadap
dunia luar.
F. Rangkuman
Mata ajar diklat Pengantar Otomasi Perpustakaan ini bertujuan memberikan
pemahaman mengenai otomasi perpustakaan pada peserta diklat
Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan. Otomasi perpustakaan diartikan
sebagai suatu upaya pengendalian proses/ kegiatan perpustakaan secara
otomatis dengan bantuan teknologi komputer dan teknologi komunikasi,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka terhadap layanan informasi
secara cepat, tepat dan akurat. Melalui otomasi perpustakaan, pengelola
dapat meningkatakan kualitas dan kuantitas pekerjaaannya dalam
mengembangkan koleksi, mengolah dan melayankan informasi pada
masyarakat, serta dapat meningkatkan citra perpustakaan yang modern dan
daya saing di dunia internasional. Hal ini sesuai dengan tuntutan Undang-
undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang mengharuskan setiap
perpustakaan menyelenggarakan layanan perpustakaan berbasis teknologi
informasi.
Berbagai kegiatan operasional perpustakaan seperti pengembangan koleksi,
pengolahan bahan perpustakaan dan pelayanan pada pemustaka, dapat
dilaksanakan secara otomatis. Hal tersebut membuka peluang yang lebih
besar dan luas dalam mengaplikasikan teknologi informasi, khususnya
komputer dan teknologi komunikasi dalam bidang kegiatan perpustakaan.
Untuk melaksanakan implementasi sistem otomasi perpustakaan, diperlukan
perangkat keras dan perangkat lunak serta dukungan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan perpustaklaan.
Penggunaan perangkat keras komputer dan perangkat keras lainnya