Anda di halaman 1dari 276

MILIK

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Dilarang mempublikasikan, menggandakan, mencetak sebagian atau seluruh


isi Modul/Bahan Ajar ini tanpa izin dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kelancaran dalam penerbitan Kurikulum dan Modul Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan sebagai acuan nasional dalam
penyelenggaraan Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan.
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan ini diterbitkan kedua kalinya
oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber
Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Terbitnya modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Pengenalan Pengelolaan
Perpustakaan dan sekaligus mampu meningkatkan kualitas pengelolaan dan
penyelenggaraan perpustakaan di tanah air.
Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak
terkait yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian modul diklat ini.
Kritik maupun saran untuk penyempurnaan modul Diklat Pengenalan
Pengelolaan Perpustakaan ini sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, Agustus 2018


Kepala Pusat Pendidikan
dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI

Drs. Widiyanto, M.Si.


NIP 19550919 197603 1 002

iii
iv
DAFTAR ISI

Halaman Cover ............................................................... i


Kata Pengantar ............................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................... v

Pengantar Ilmu Perpustakaan ....................................... 1


Pengembangan Koleksi ................................................. 54
Katalogisasi ................................................................... 79
Klasifikasi dan Tajuk Subjek .......................................... 141
Layanan Perpustakaan .................................................. 187
Perawatan Bahan Perpustakaan ................................... 205
Pengantar Otomasi Perpustakaan ................................ 243

v
vi
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 1
2 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 5


A. Latar Belakang ................................................................................ 5
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 6
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 6
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................................ 6
E. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan ...................................... 6

BAB II PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN............................................... 7


A. Pengertian Perpustakaan ............................................................... 8
B. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan .................................................. 12
C. Jenis Perpustakaan......................................................................... 16
D. Aspek Perpustakaan ....................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 51

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 3


4 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era yang serba mengglobal dewasa ini, peranan informasi menjadi salah
satu aset yang sangat penting bagi masyarakat di belahan dunia mana pun.
Ia menjadi sangat berharga dan diburu walaupun di mana dan dengan cara
apa informasi tersebut harus diperoleh. Fenomena ini melanda, baik
perseorangan maupun lembaga pemerintah dan swasta. Siapa pun atau
lembaga apa pun akan tidak akan berhasil jika tidak menguasai didukung oleh
kekuatan informasi masa kini. Informasi tersebut sangat diperlukan dalam
memecahkan dan/atau menjalani berbagai masalah kehidupan.
Unit kerja perpustakaan termasuk salah satu pusat sumber informasi yang
memiliki berbagai jenis informasi yang sangat luas, yang mencakup berbagai
ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya. Dengan demikian,
perpustakaan harus menjadi suatu institusi yang menduduki posisi yang
sangat strategis, ekonomis, serta demokratis dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, yaitu dengan berperan sebagai sarana pelaksanaan
belajar mandiri, pendidikan seumur hidup bagi individu atau kelompok
masyarakat tertentu.
Peranan perpustakaan sebagai salah satu pusat/sarana pendidikan,
informasi, penelitian, budaya, pemelihara/pelestari hasil budaya bangsa akan
berhasil dengan optimal jika dikelola oleh sumber daya manusia yang
profesional. Pengelolanya harus memiliki pengetahuan tentang seluk-beluk
ilmu perpustakaan dan kepustakawanan dan dapat menerapkan serta
mengembangkannya dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam usaha pembinaan sumber daya manusia melalui perpustakaan,
Perpustakaan Nasional RI telah menyusun kurikulum atau silabus Diklat
Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan. Salah satu mata ajar yang diberikan
dalam diklat tersebut adalah Pengantar Ilmu Perpustakaan, yang memuat
gambaran umum tentang pengertian perpustakaan dan kepustakawanan,
yang diharapkan dapat membangkitkan apresiasi dan motivasi peserta diklat

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 5


untuk menggali dan mempelajari lebih lanjut Ilmu Perpustakaan dan
Kepustakawanan.

B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
pengertian, tujuan dan fungsi perpustakaan, jenis perpustakaan dan aspek
perpustakaan, yang disajikan melalui pendekatan pelatihan andragogi, antara
lain metode ceramah, tanya jawab, pemaparan, dan diskusi.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu
menjelaskan dan menguraikan pengertian, tujuan dan fungsi perpustakaan,
jenis perpustakaan, dan aspek perpustakaan.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan
pengertian, tujuan, fungsi dan jenis perpustakaan, serta menguraikan
berbagai aspek perpustakaan.

E. Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan


Mata ajar Pengantar Ilmu Perpustakaan ini terdiri atas materi pokok dan
subpokok bahasan sebagai berikut:
1. pengertian perpustakaan;
2. tujuan dan fungsi perpustakaan;
3. jenis perpustakaan;
4. aspek perpustakaan, yang meliputi: organisasi, gedung/ruangan,
perabotan dan perlengkapan, koleksi, tenaga pengelola, layanan
pemustaka, anggaran dan sistem.

6 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB II
PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN

Pada era globalisasi informasi dewasa ini, keberadaan perpustakaan sudah


merupakan salah satu unit kerja atau lembaga yang diperlukan masyarakat,
terutama untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Perpustakaan sebagai
pusat sumber informasi yang penting bagi masyarakat penggunanya (Pawit,1988)
merupakan unit kerja yang mengelola sejumlah bahan perpustakaan yang akan
digunakan oleh pemustaka. Unit ini mengelola, baik buku maupun nonbuku,
seperti: microfilm, gambar, surat kabar, dan majalah, yang diatur secara sistematis
sesuai dengan ketentan yang ditetapkan (Ibrahim, 2005).
Apabila dilihat dari rangkaian infrastruktur informasi, perpustakaan termasuk salah
satu lembaga penyebar (disseminator) informasi yang perlu ditangani secara
serius dan profesional. (“Science Applications International Corporation (SAIC)
dalam Rubin”, 1998). Padahal, sebelum akhir abad kesembilan belas,
kepustakawanan sebagai suatu profesi di Indonesia belum ada. Pada waktu itu
untuk menjadi seorang “pustakawan”, seseorang tidak memerlukan persiapan
khusus (Soekarman, 2004). Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman,
terutama dalam era teknologi informasi dan komunikasi, peranan dan pengelolaan
perpustakaan tidak sesederhana pada saat bahan perpustakaan masih terbatas,
baik jumlah, bentuk fisik, maupun isinya. Pada perkembangan berikutnya, ternyata
untuk dapat menyelenggarakan suatu unit perpustakaan yang baik, sangat
diperlukan sumber daya manusia yang profesional, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman di bidang ilmu perpustakaan sesuai dengan
tuntutan zaman.
Menurut Sulistyo-Basuki (1991), Ilmu Perpustakaan adalah pengetahuan yang
tersusun rapi yang menyangkut tujuan, objek, fungsi perpustakaan, serta fungsi
metode, penyusunan, teknik, dan teori yang digunakan dalam pemberian jasa
perpustakaan. Dalam Harrod’s Library Glossary edisi ke-10 dikatakan bahwa ilmu
perpustakaan (library science) adalah “Suatu istilah umum yang mengkaji unit
perpustakaan dan informasi, baik tentang peranannya dalam masyarakat, rutinitas
dan proses kegiatannya, sejarah, maupun perkembangannya pada masa yang
akan datang”.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 7


Akhir-akhir ini istilah ilmu perpustakaan selalu dikaitkan dengan kata
informasi sehingga dikenal dengan istilah ilmu perpustakaan dan informasi atau
Library and Information Science (LIS), yaitu kajian dan kegiatan tentang berbagai
metode profesional dalam menggunakan dan mengeksploitasi informasi yang
didasarkan atau tidak untuk keuntungan pemustaka. Library and Information
Science (LIS) merupakan istilah yang memayungi ilmu perpustakaan,
kepustakawanan, ilmu informasi, dan pekerjaan informasi (Harrod’s Library
Glossary edisi ke-10).
A. Pengertian Perpustakaan
Sejak pertama pendiriannya, perpustakaan sudah bertugas mengumpulkan
rekaman hasil evolusi budaya manusia (Since the establishment of the very
first library, these institutes have been the official repository of the record of
the evolution of humankind). (Carvell, 2005). Karena itu, cikal-bakal
perpustakaan diawali ketika manusia mengenal tulisan, bahan tulisan, serta
alat tulis. Peradaban baca tulis tertua dimulai dari Sumeria, Babylonia,
hingga ke Mesir, terutama ketika ditemukan daun papyrus sebagai bahan
tulisan yang murah dan mudah didapat, yang sekarang dikenal dengan
nama kertas, yang berasal dari kata paper, papier, papiere dan papiros.
Selain daun papyrus yang mudah tumbuh di sepanjang tepian Sungai Nil,
juga sebelumnya sebagai bahan tulisan dipakai pula media lain seperti batu,
pelepah, tanah liat, atau parchmen yang terbuat dari kulit domba atau anak
sapi yang dikeringkan. Kumpulan parchmen yang dijilid menjadi satu disebut
codex.
Perpustakaan dikenal juga di Yunani dan Romawi, sampai pula ke Eropa
Barat dan Amerika Utara. Perkembangannya menjadi lebih cepat sejak
ditemukannya mesin cetak pada abad pertengahan. (Sulistyo-Basuki,
1991). Dalam hubungan itu, sejarah perpustakaan di Indonesia dapat
diklasifikasikan dan ditelusuri mulai dari perkembangan perpustakaan sejak
sebelum zaman penjajahan, kemudian berlanjut pada zaman penjajahan
Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman setelah Proklamasi
Kemedekaan (Mohd. Joesoef Tjoen & S. Pardede, 1966, dan Mulyani A.
Nurhadi, 1983)..
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pustaka dalam perpustakaan
berarti ’kitab’ atau ’buku’. Dalam bahasa Inggris dikenal istilah library, yang

8 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


berasal dari bahasa Latin, liber atau libri, yang berarti ’buku’, dan dari kata
tersebut terbentuklah istilah librarius yang berarti ’tentang buku’. Selain
istilah tersebut, dikenal juga dalam bahasa asing lainnya, yaitu kata
bibliotheek (Belanda), bibliothek (Jerman), bibliotheque (Prancis) dan
bibliotheca (Spanyol/Portugis), yang semuanya berasal dari kata biblia
(Yunani) yang yang juga berarti ’buku’ atau ’kitab’..
Ketiga istilah yang dikemkakan di atas, baik perpustakaan, library maupun
bibliotheek, selalu dikaitkan dengan pengertian ’buku’ atau ’kitab’. Leh
karena itu, jika seseorang mendengar istilah perpustakaan, yang pertama
kali terbayang dalam benaknya adalah sederet buku yang dijajar di rak pada
suatu ruangan. Pengertian ini ternyata tidak salah karena setelah
mengetahui asal-usul istilah perpustakaan di atas, memang memiliki arti
tentang atau yang menyangkut buku (Sulistyo-Basuki, 1991).
Seiring dengan perkembangan perpustakaan di masyarakat, ada beberapa
batasan istilah perpustakaan, di antaranya sebagai berikut.
1. Perpustakaan adalah kumpulan buku, manuskrip dan bahan
perpustakaan lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau
bacaan, kenyamanan atau kesenangan (Webster’s International
Dictionary, 1961).
2. Perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media noncetak
dan/atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara
sistematik untuk digunakan pemustaka. (International Federation of
Library Associations and Institutions/IFLA).
3. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, atau
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan
yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan
pembaca, bukan untuk dijual. (Sulistyo-Basuki, 1991).
4. Unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi adalah unit kerja yang
memiliki sumber daya manusia, ruangan khusus, dan koleksi bahan
perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri atas 1.000 judul dari berbagai
disiplin ilmu sesuai dengan jenis perpustakaan yang bersangkutan dan
dikelola menurut sistem tertentu. (Kep. Menpan No.132/KEP/M.PAN/12
2002).

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 9


5. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) perpustakaan berarti:
a. tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan
penggunaan koleksi buku dsb.;
b. koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang
disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan.
6. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,
dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku
guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi para pemustaka. (Undang-Undang Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian perpusta-


kaan meliputi:
a. Koleksi buku dan bahan bacaan lainnya yang dipelihara untuk dibaca,
dipelajari, dan dikonsultasikan.
b. Suatu tempat, gedung, ruang yang ditata untuk memelihara dan
menggunakan koleksi buku dll.
c. Koleksi film, foto dan bahan perpustakaan bukan buku, pita dan disket,
yang terbuat dari bahan plastik atau logam, pita komputer, disket, dan
program. Sebagaimana bahan tercetak dan dokumen manuskrip,
semuanya dapat disediakan dalam suatu bagian pada perpustakaan
besar, bahkan suatu perpustakaan ada yang hanya mengoleksi satu
jenis material saja.
d. Program komputer, yaitu seperangkat dokumen yang tersimpan dalam
suatu file, yang dapat dismpan pada beberapa koleksi perangkat lunak
dan aplikasi yang dikumpulkan atau terdiri atas berbagai koleksi file data
untuk tujuan tertentu. (Harrod’s Library Glossary, 2005)
Dengan adanya produk atau bahan perpustakaan elektronik memasuki
perpustakaan, gambaran perpustakaan pada 1980-an berbeda dengan
gambaran perpustakaan pada abad ke-21 ini. Masyarakat akan cenderung
tidak selalu menggunakan dokumen asli, tetapi cukup menggunakan
tampilan yang berasal dari layar elektronik. Gejala ini dapat mendorong
10 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
masyarakat menggunakan sedikit kertas (paperless society) sehingga
perpustakaan beralih menjadi perpustakaan elektronik (electronic library),
yang sebagian besar dokumennya berupa pita magnetik dan barang
elektronik lainnya, seperti data, informasi atau program dalam file komputer.
Dengan demikian, koleksi perpustakaan cenderung berbentuk digital
sehingga perpustakaan tersebut disebut perpustakaan digital (digital
library).
Dengan munculnya teknologi informasi global yang dikenal dengan internet,
hal ini dapat mengurangi jarak antara koleksi perpustakaan secara fisik dan
meniadakan dinding pembatas. Kehadiran teknologi itu akan menggiring
munculnya perpustakaan maya karena informasi dapat diakses dari jarak
jauh tanpa memerlukan fisik perpustakaan sama sekali. (Rubin, 1998)
ejalan dengan pendapat Rubin di atas, menurut Zoe Clarke (dalam
Brophy, 2000), perkembangan layanan informasi elektronik dan
aksesibilitas melalui internet memungkinkan terealisasinya perpustakaan
tanpa dinding (library without walls). Hal ini sudah dijadikan tema kongres
IFLA yang ke-7 di Québec-Canada pada 10--14 Agustus 2008, yaitui:
"Libraries without borders: Navigating towards global understanding”. Dalam
hal ini, jenis layanan perpustakaan sangat menguntungkan bagi para
pemustaka jarak jauh, yang secara fisik mereka tak mungkin mengakses
langsung koleksi perpustakaan yang ada. Perpustakaan yang memiliki
koleksi campuran antara tradisional dan elektronik digambarkan sebagai
hybrid, yaitu perpustakaan yang menawarkan kepada para pemustakanya
suatu campuran antara layanan informasi tradisional yang berbasiskan
bahan cetak dan layanan informasi elektronik baru.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi elektronik dapat menyebabkan
timbulnya kondisi ketidakstabilan dan ketidakmenentuan di kalangan
pustakawan karena banyak kegiatan baru tentang kepustakawanan,.
misalnya aktivitas layanan perpustakaan yang berhubungan dengan
penggunaan fasilitas internet, bahan perpustakaan elektronik. serta
informasi digital lainnya. Yang dimaksud dengan informasi digital adalah
informasi yang disajikan dalam bentuk digital atau informasi yang
disandikan dalam digit biner yang dikenali oleh komputer (information
presented in digital form: in other words, information encoded in discrete bits

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 11


(binary digits) recognizable by a computer). (Colin Webb dalam John
Feather, 2004).
Keadaan ini menuntut para kalangan profesional perpustakaan, baik untuk
mendefinisikan kembali, merestrukturisasi layanan maupun proses dalam
perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.

B. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan


1. Tujuan perpustakaan
Pada umumnya penyelenggaraan perpustakaan bertujuan untuk:
a. memberikan layanan informasi yang memuaskan kepada
pemustaka;
b. menunjang pencapaian visi dan misi badan/organisasi/instansi
induknya.
Untuk mencapai tujuan perpustakaan tersebut, secara umum
semua jenis perpustakan mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
1) mengumpulkan/mengadakan bahan perpustakaan;
2) mengolah/memproses bahan perpustakaan dengan sistem
tertentu;
3) menyimpan bahan perpustakaan dengan sistem tertentu agar dapat
dengan cepat dan tepat ditelusur;
4) mendayagunakan/melayankan bahan perpustakaan dan informasi
kepada masyarakat/pemustaka;
5) memelihara bahan perpustakaan.
2. Fungsi Perpustakaan
Secara umum perpustakaan berfungsi sebagai sarana atau pusat
penyimpanan dan pelestarian, pendidikan, penyedia materi penelitian,
informasi; rekreasi, dan budaya.

12 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Setiap jenis perpustakaan melakukan kelima fungsi tersebut, tetapi
masing-masing memiliki penekanan atau keutamaan yang sedikit
berbeda, misalnya fungsi utama:
a. perpustakaan nasional adalah sebagai pusat informasi dan
penyimpanan/pelestarian berbagai hasil budaya bangsa, baik
tercetak maupun noncetak atau terekam dalam bentuk elektronis
atau digital;
b. perpustakaan umum menekankan fungsi sebagai pusat pendidikan
dan rekreasi/kultural;
c. perpustakaan khusus menekankan fungsi penyedia materi
penelitian dan informasi;
d. perpustakaan perguruan tinggi pada menekankan fungsi informasi
dan penyedia materi penelitian;
e. perpustakaan sekolah menekankan fungsi pendidikan dan
penyedia materi penelitian sederhana.
1) Sarana/Pusat Penyimpanan dan Pelestarian
Perpustakaan bertugas menyimpan dan melestarikan koleksi
bahan perpustakaan, baik yang tercetak maupun terekam, yakni
karya pustaka yang merupakan kekayaan suatu bangsa. Dalam hal
ini, Feather (2004) menyatakan bahwa perpustakaan juga memiliki
peran dalam pelestarian bahan perpustakaan sebagai warisan
budaya bangsa, terutama pustaka yang berupa dokumen.
Pelestarian dokumen tersebut harus dilakukan pustakawan dan
arsiparis agar generasi sekarang dan yang akan datanng dapat
memanfaatkannya dengan baik (Feather, 2004)
Pada dasarnya semua jenis perpustakaan memiliki fungsi
penyimpanan dan pelestarian, tetapi fungsi tersebut terutama
merupakan tugas pokok Perpustakaan Nasional RI dan badan-
badan perpustakaan daerah dalam menghimpun terbitan daerah.
Di Indonesia wewenang pengumpulan dan pelestarian bahan
perpustakaan ini dipertegas dalam Undang-Undang No. 4 Tahun
1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, yang

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 13


mewajibkan setiap penerbit menyerahkan dua eksemplar hasil
terbitannya ke Perpustakaan Nasional RI dan badan-badan
perpustakaan di setiap provinsi.
2) Sarana/Pusat Pendidikan
Perpustakaan sebagai suatu lembaga terbuka bagi siapa saja yang
memerlukan literatur dan sebagai tempat belajar seumur hidup,
baik bagi siswa yang masih duduk di bangku sekolah maupun yang
tidak lagi bersekolah. Sebagai sumber belajar, perpustakaan
bermanfaat bagi siapa saja, misalnya karyawan, pengusaha,
peneliti, wartawan, politikus, konglomerat, duta besar, turis, dokter,
politisi, dan masyarakat umum. Hal-hal yang berkaitan fungsi
pendidikan, secara khusus ditangani oleh perpustakaan sekolah
dan perpustakaan perguruan tinggi. Jadi, kesimpulannya bahwa
semua kalangan dapat memanfaatkan koleksi yang tersimpan di
perpustakaan untuk dibaca, dipelajari, atau dipinjam sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
3) Sarana/Pusat Penelitian
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat mendapatkan informasi
yang mendukung penelitian para pemustaka, bukan saja oleh
peneliti melainkan juga oleh pelajar dan mahasiswa yang sedang
menulis tentang suatu subjek. Kegiatan penelitian banyak dilakukan
oleh pemustaka perpustakaan mulai dari anak-anak sekolah dasar
(penelitian sederhana), mahasiswa, peneliti, penulis, pengarang,
cendekiawan, sejarawan, ataupun profesi lain sesuai dengan
kebutuhannya. Bentuk jasa perpustakaan yang dapat diberikan
bagi para pemustaka berupa penyediaan berbagai literatur sebagai
bahan rujukan, baik literatur primer, sekunder, maupun tersier.
4) Sarana/Pusat Informasi
Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemustaka, misalnya
informasi tentang berbagai bahan perpustakaan (seperti cakupan
dan jenis penempatan), informasi tentang berbagai aktivitas dan
layanan perpustakaan, dan informasi tentang lingkungan sekitar
perpustakaan tersebut. Layanan informasi ini pun dapat didasarkan

14 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


pada sumber informasi dari koleksi yang tersedia, terutama buku
referensi, seperti kamus, ensiklopedia, direktori, bibliografi, buku
tahunan, biografi, indeks, termasuk informasi tentang
lingkungannya. Dengan demikian, menurut Sulistyo-Basuki (1991),
agar dapat memberikan jasa layanan informasi yang profesional,
pustakawan harus mengetahui informasi mengenai:
a) Informasi apa yang diinginkan oleh pemustaka?
b) Berapa cepat penyediaan informasi?
c) Dalam bentuk apa?
d) Apa saja yang diminta?
e) Dari sumber mana saja.
Pustakawan yang bertugas menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh pemustaka bertugas di bagian referensi/rujukan, bagian ini
selalu ada pada setiap perpustakaan.
5) Sarana/Pusat Kultural dan Rekreasi
Perpustakaan bertugas mengoleksi khazanah budaya bangsa,
yaitu melalui penyimpanan dan pelestarian berbagai bahan
perpustakaan yang memuat khazanah budaya bangsa. Secara
nasional tugas dan fungsi ini diemban oleh Perpustakaan Nasional
RI, sedangkan di daerah oleh perpustakaan umum atau badan
perpustakaan di provinsi yang menyimpan informasi tentang
budaya setempat, baik tentang bahasa, kesenian, kerajinan, tempat
bersejarah, pariwisata, asal-usul nama suatu kota atau nama tokoh
setempat.
Fungsi perpustakaan sebagai pusat sarana budaya dapat
dilakukan, antara lain melalui kegiatan pameran buku, foto,
peragaan busana daerah, pentas seni, kegiatan berceritera (story
telling). Jadi, selain sebagai pusat informasi budaya, perpustakaan
juga memiliki fungsi fungsi rekreasi budaya yang bersifat literer,
misalnya melalui penyediaan buku-buku hiburan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 15


C. Jenis Perpustakaan
Dalam upaya menyediakan jasa informasi yang sesuai dengan kebutuhan
kelompok pemustaka, ada berbagai jenis perpustakaan, yang diklasifikasi
berdasarkan tiga faktor pokok, yaitu tujuan penyelenggaraan, pemustaka
atau masyarakat yang dilayani, serta ruang lingkup koleksi perpustakaan.
1. Perpustakaan Nasional
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, perpustakaan nasional adalah lembaga pemerintah
nondepartemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintah dalam
bidang perpustakaan, yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina,
perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian,
perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan serta
berkedudukan di ibukota negara. Perpustakaan Nasional bertugas:
a. menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan
teknis pengelolaan perpustakaan;
b. melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan
koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan;
c. membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis
perpustakaan;
d. mengembangkan standar nasional perpustakaan.
Tugas dan tanggung jawab Perpustakaan Nasional adalah:
a. mengembangkan koleksi nasional yang memfasilitasi terwujudnya
masyarakat pembelajar sepanjang hayat;
b. mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya
bangsa;
c. melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam
rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
d. mengidentifikasi dan mengupayakan pengembangan naskah kuno
yang berada di luar negeri.

16 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Secara umum, Perpustakaan Nasional juga bertugas mengumpulkan
semua terbitan dari negara lain tentang negara tersebut; menyusun
bibliografi nasional, baik mutakhir maupun restrospektif, dan menjadi
pusat informasi negara yang bersangkutan. Jadi, Perpustakaan
Nasional selalu berkedudukan di ibukota negara dengan fungsi utama
sebagai lembaga yang menyimpan semua bahan perpustakaan yang
terbit di negara yang bersangkutan, baik karya cetak maupun karya
rekam.
Sehubungan dengan tugas Perpustakaan Nasional RI sebagai pusat
deposit bahan perpustakaan, dan dengan terbitnya Undang-Undang
No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya
Rekam, dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1991 tentang
elaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990, Perpustakaan Nasional
RI memiliki wewenang untuk mewajibkan setiap penerbit yang berada
di wilayah negara RI menyerahkan dua eksemplar cetakan dari setiap
judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional RI
(Pasal 3). Kewajiban serah simpan karya cetak dan karya rekam ini pun
berlaku terhadap warga negara Republik Indonesia yang hasil karyanya
diterbitkan di luar negeri.
Pemberlakuan undang-undang deposit ini bertujuan untuk mewujudkan
koleksi nasional dan melestarikan hasil budaya bangsa dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa serta dalam mewujudkan koleksi
nasional yang lengkap tentang seluruh terbitan di suatu negara.
2. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa
membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-
ekonomi. Perpustakaan ini bertujuan untuk melayani masyarakat umum
mulai dari anak-anak sampai dewasa. Oleh karena itu, di perpustakaan
umum disediakan berbagai subjek buku dan berbagai layanan, yaitu
mulai dari layanan anak, layanan remaja, hingga layanan untuk orang
dewasa. Yang termasuk perpustakaan umum, antara lain adalah
badan/kantor perpustakaan provinsi, perpustakaan keliling,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 17


perpustakaan umum kabupaten/kota, perpustakaan umum kecamatan,
dan perpustakaan desa.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, ada beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan
dan peranan perpustakaan umum di Indonesia.
a. Perpustakaan umum diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, dan
desa, serta dapat diselenggarakan oleh masyarakat,
b. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
menyelenggarakan perpustakaan umum daerah yang koleksinya
mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing dan
memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang
hayat,
c. Perpustakaan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kecamatan dan
desa/kelurahan mengembangkan sistem layanan perpustakaan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi,
d. Masyarakat dapat menyelenggarakan perpustakaan umum untuk
memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang
hayat,
e. Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi, dan/atau kabupaten/kota
melaksanakan layanan perpustakaan keliling bagi daerah yang
belum terjangkau oleh layanan perpustakaan menetap.
Pada tahun 1949, Unesco mengeluarkan manifesto tentang
Perpustakaan Umum (Public Library Manifesto), yang kemudian pada
tahun 1972 manifesto tersebut telah direvisi dan diterjemahkan ke
dalam berbagai bahasa, terutama ditujukan bagi negara yang sedang
berkembang. Inti manifesto tersebut adalah bahwa masyarakat memiliki
hak untuk mendapatkan informasi sehingga perpustakaan umum
bertugas menyediakan informasi yang diperlukan oleh masyarakat
sekitarnya dalam menopang masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

18 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Perpustakaan umum diharapkan dapat berperan sebagai pusat utama
kehidupan budaya bagi masyarakat di sekitarnya serta dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara menyediakan
buku yang sesuai dengan budaya, geografi, ekologi, demografi
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, tugas pokok perpustakaan umum
adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan
koleksi bahan perpustakaan, menyediakan sarana pemanfaatannya,
serta melayani masyarakat pemustaka yang membutuhkan informasi
dan bahan bacaan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, perpustakaan umum
melaksanakan fungsi, seperti:
1) pengkajian kebutuhan pemustaka dalam hal informasi dan bahan
bacaan;
2) penyediaan bahan perpustakaan yang diperkirakan diperlukan
melalui pembelian, langganan, tukar-menukar, dll.;
3) pengolahan dan penyiapan setiap bahan perpustakaan;
4) penyimpanan dan pemeliharaan koleksi;
5) pendayagunaan koleksi;
6) pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang
langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telepon,
faksimile, dll.;
7) pemasyarakatan perpustakaan;
8) pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan;
9) pelaksanaan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, tokoh
masyarakat dan mitra kerja lainnya;
10) menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain dalam rangka
pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana;
11) pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.
Pada saat ini perencanaan dan pengembangan perpustakaan umum di
seluruh wilayah RI berada dalam wewenang dan tanggung jawab

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 19


Menteri Dalam Negeri, mislnya Perpustakaan Umum Kabupaten Kediri
dan Perpustakaan Umum Kabupaten Tulungagung.
3. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara
terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga
masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadat, dan
organisasi lain. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
tentang Perpustakaan, ada beberapa hal yang berkaitan dengan
perpustakaan khusus di Indonesia:
a. perpustakaan khusus menyediakan bahan perpustakaan sesuai
dengan kebutuhan pemustaka di lingkungannya;
b. perpustakaan khusus memberikan layanan kepada pemustaka di
lingkungannya dan secara terbatas memberikan layanan kepada
pemustaka di luar lingkungannya;
c. perpustakaan khusus diselenggarakan sesuai dengan standar
nasional perpustakaan;
d. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah memberikan bantuan
berupa pembinaan teknis, pengelolaan, dan/atau pengembangan
perpustakaan kepada perpustakaan khusus.
Dengan demikian, cakupan koleksi perpustakaan khusus cenderung
memiliki subjek /disiplin ilmu pengetahuan tertentu, misalnya
Perpustakaan BPPT, Perpustakaan Manggala Wana Bakti,
Perpustakaan Departemen Dalam Negeri, Perpustakaan Pusat Bahasa,
perpustakaan masjid, dan perpustakaan gereja.
Tugas pokok perpustakaan khusus adalah melakukan kegiatan
pengumpulan/pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan
pendayagunaan bahan perpustakaan bidang ilmu pengetahuan tertentu
untuk memenuhi misi lembaga yang harus diemban dalam mendukung
organisasi induknya dan masyarakat yang berminat
mengkaji/mempelajari disiplin ilmu bidang yang menjadi misi
perpustakaan. Dengan demikian, fungsi utamanya adalah sebagai unit
penyedia informasi guna rujukan penelitian dari para peneliti di

20 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


lingkungan instansi atau lembaga yang bersangkutan, selain untuk
menopang kelancaran tugas. Tugas, fungsi, dan tata kerja
perpustakaan khusus diatur dengan keputusan menteri atau lembaga
induk yang bersangkutan.
Lebih spesifik yang menjadi ciri perpustakaan khusus, adalah:
1) koleksinya dengan subjek yang terbatas sesuai misi lembaga
induknya;
2) keanggotaannya terbatas sesuai kebijaksanaan badan induknya;
3) pembinaan pengembangan koleksi bukan pada jenis buku,
melainkan pada sumber informasi mutakhir;
4) jasa yang diberikan bersifat individual/perseorangan seperti
pemencaran informasi terpilih, pengiriman artikel sesuai dengan
minat pemustaka.
4. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan, baik yang berada
di perguruan tinggi, badan bawahan, maupun lembaga yang berafiliasi
dengan perguruan tinggi tersebut. Yang termasuk jenis perpustakaan
ini, antara lai perpustakaan pusat perguruan tinggi, perpustakaan
fakultas, dan perpustakaan jurusan.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 24, tentang
Perpustakaan, menyatakan hal berikut.
a. Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang
memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan
Standar Nasional Pendidikan.
b. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki koleksi, baik jumlah judul
maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung
pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
c. Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan
perpustakaan berbasis teknologi informasi kepada masyarakat.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 21


d. Perpustakaan perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk
mengembangkan perpustakaan sesuai peraturan perundang-
undangan guna memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan
Standar Nasional Perpustakaan.
Dengan demikian, tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan ini
adalah turut memperlancar dan menyukseskan fungsi perguruan tinggi
yang bersangkutan, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan,
penelitian, pengabdian pada masyarakat). Sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0103/0/1981,
Perpustakaan Perguruan Tinggi berfungsi sebagai pusat kegiatan
belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Fungsi tersebut dirinci
sebagai:
1) pusat pelestarian ilmu pengetahuan;
2) pusat belajar;
3) pusat pengajaran;
4) pusat penelitian;
5) pusat penyebaran informasi.
Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun
kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah dan
merawat pustaka, serta mendayagunakannya, baik bagi sivitas
akademika maupun masyarakat di luar kampus. Menurut Trimo (1987),
perpustakaan perguruan tinggi, selain sebagai the heart of educational
programs, juga dituntut sebagai pusat alat peraga pengajaran atau
instructional material center. Misalnya, dengan adanya film, slide, dsb.,
perpustakaan juga dituntut sebagai clearing house dan social center
serta pusat kegiatan kultural.
5. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada
lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian integral dari
sekolah bersangkutan, dan merupakan sumber belajar untuk
mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah bersangkutan.

22 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Perpustakaan ini diselenggarakan oleh sekolah/madrasah dasar dan
menengah, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar mengajar
dan merupakan bagian integral sistem pendidikan sekolah.
Dalam Dictionary for Library and Information Science, disebutkan
bahwa perpustakaan sekolah adalah suatu perpustakaan di sekolah
dasar dan lanjutan, baik milik pemerintah maupun swasta, yang
memberikan jasa layanan untuk memenuhi kebutuhan informasi para
siswa dan kebutuhan pemenuhan kurikulum para guru dan karyawan
sekolah tersebut, dengan mengelola koleksi perpustakaan sekolah
berupa buku, terbitan berkala dan media lainnya yang cocok untuk
tingkatan sekolah tersebut (Reitz, 2004).
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 23, tentang
Perpustakaan menyebutkan hal berikut:
a. Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang
memenuhi Standar Nasional Perpustakaan dengan memperhatikan
Standar Nasional Pendidikan.
b. Perpustakaan sekolah/madrasah wajib memiliki koleksi buku teks
pelajaran yang ditetapkan sebagaimana buku teks wajib pada
satuan pendidikan bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi
untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.
c. Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan koleksi lain
yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan bersangkutan.
d. Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan
perpustakaan berbasis teknologi dan komunikasi.
e. Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari
anggaran belanja operasional sekolah/masdrasah atau belanja
barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk
pengembangan perpustakaan.
Dalam membahas masalah perpustakaan sekolah, mau tidak mau
terkait dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Menurut undang-undang tersebut, dalam upaya
menyelenggarakan pendidikan yang baik, satuan pendidikan perlu

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 23


didukung sumber daya pendidikan yang memadai. Yang dimaksud
dengan sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, sarana dan prasarana.
Pentingnya dukungan sarana dan prasarana tersebut ditetapkan pada
Bab XII Pasal 45 dalam undang-undang tersebut bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional
dan kejiwaan peserta didik. Oleh karena itu, setiap sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, perlu
menyediakan sarana sumber belajar yang memadai, misalnya adalah
perpustakaan sekolah. Perpustakaan ini harus memungkinkan para
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik untuk
memperoleh kesempatan memperluas dan memperdalam
pengetahuan mereka dengan membaca bahan perpustakaan yang
mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan dalam proses belajar-
mengajar di sekolah.
Sesuai dengan buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah (Perpusnas RI, 2001), yang termasuk perpustakaan sekolah
adalah:
1) perpustakaan sekolah dasar;
2) perpustakaan sekolah lanjutan tingkat pertama;
3) perpustakaan sekolah menengah umum;
4) perpustakaan sekolah ibtidaiyah;
5) perpustakaan madrasah tsanawaiyah;
6) perpustakaan madrasah aliyah;
7) dan lain-lain sesuai deangan jenjang dan bentuk satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah No. 27, 28,
dan 29 Tahun 1990 serta No. 72 Tahun 1991.

24 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Perpustakaan ini berfungsi sebagai:
a) pusat kegiatan belajar-mengajar, yaitu dengan menyediakan
koleksi bahan perpustakaan untuk mendukung proses belajar
mengajar;
b) pusat penelitian sederhana, yaitu dengan menyediakan koleksi
bahan perpustakaan yang bermanfaat untuk melaksanakan
penelitian sederhana bagi peserta didik;
c) pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi,
yaitu dengan menyediakan koleksi bahan perpustakaan yang
bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan serta rekreasi intelektual bagi peserta didik dan
tenaga kependidikan.

Penyediaan bahan perpustakaan di perpustakaan sekolah, antara lain


harus:
(1) mendukung kurikulum sekolah
(2) menyediakan koleksi dasar untuk pembinaan manusia terdidik;
(3) menyediakan bahan-bahan bagi kepentingan pengembangan
profesi ataupun penelitian para guru/pendidik.

Di bawah ini dikemukakan beberapa tugas perpustakaan sekolah yang


harus mendukung proses belajar-mengajar:
(1) mengembangkan, mengolah dan meminjamkan buku-buku;
(2) melayani kebutuhan pelajaran di dalam kelas;
(3) menyediakan sumber-sumber informasi bagi siswa dan guru;
(4) menyiapkan dan menetapkan jam perpustakaan;
(5) mendidik siswa untuk dapat mencari informasi secara mandiri;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 25


(6) melatih siswa untuk dapat menggunakan buku atau literatur
yang ada, antara lain kamus, ensiklopedia, who is who, direktori,
dll;
(7) mengadakan penelitian sesuai dengan tugas guru;
(8) membantu memilih dan menyiapkan bahan ajar dan peralatan
untuk pengajaran.

Manifesto Perpustakaan Sekolah yang dikeluarkan oleh IFLA/UNESCO


pada tahun 2000 tentang perpustakaan sekolah menjelaskan kewajiban
dan wewenang pembinaan perpustakaan sekolah, yaitu setiap
pemerintah melalui kementerian yang bertanggung jawab atas bidang
pendidikan harus mengembangkan strategi, kebijakan dan
perencanaan yang berkaitan dengan pelaksanaan prinsip Manifesto ini
(Governments, through their ministries responsible for education, are
urged to develop strategies, policies and plans that implement the
principles of this Manifesto), yang meliputi misi dan kebijakan, sarana
dan prasarana, sumber daya manusia, program dan aktivitas, serta
promosi (Hernandono, 2006).
Dengan mencermati Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, setiap
satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan
yang berlaku secara nasional. Standar pengelolaan pendidikan
sebagaimana dimaksudkan tercantum dalam lampiran Peraturan
Menteri ini, dan yang terkait dengan perlunya penyelenggaraan
perpustakaan sekolah di lingkungan satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat ditemui pada bidang sarana dan prasarana, yaitu
setiap sekolah/madrasah menetapkan kebijakan program secara
tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana.
Berdasarkan Peraturan Mendiknas tersebut, pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah perlu:
(1) menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku
dan bahan perpustakaan lainnya;

26 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


(2) merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan perpustakaan
lainnya sesuai kebutuhan peserta didik dan pendidik;
(3) membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja;
(4) melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal
maupun eksternal;
(5) menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari
sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta.

Pengadaan dan penyediaan bahan perpustakaan di perpustakaan


sekolah, antara lain, harus:
(a) mendukung kurikulum sekolah;
(b) menyediakan koleksi dasar untuk pembinaan manusia terdidik;
(c) menyediakan bahan bagi kepentingan pengembangan profesi atau
penelitian para guru/pendidik dan pelaksanaan tugas para pegawai
teknis dan administrasi.

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya sebatas


mengumpulkan dan menyimpan bahan perpustakaan, melainkan juga
membantu para siswa mendapatkan bahan pelajaran yang diinginkan
dan menjadi sumber referensi utama para guru untuk mendapatkan
materi pelajaran. Perpustakaan sekolah akan bermanfaat jika para
siswa dan guru telah terbiasa mendapatkan informasi dari perpustakaan
sekolah.
Manfaat yang dapat diperoleh dari perpustakaan sekolah, antara lain:
(a) menimbulkan kecintaan para siswa terhadap budaya membaca;
(b) memperkaya pengalaman belajar selain di ruang kelas;
(c) menanamkan kebiasaan belajar mandiri dan belajar sepanjang
hayat;
(d) mempercepat proses penguasaan materi pelajaran yang
disampaikan guru;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 27


(e) membantu guru memperoleh dan menyusun materi
pembelajaran;
(f) membantu kelancaran dan penyelesaian tugas para karyawan
sekolah;
(g) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
seluruh sivitas sekolah.

D. Aspek Perpustakaan
Suatu perpustakaan dapat berdiri dan melakukan tugas dan
fungsinya dengan baik apabila memiliki beberapa aspek yang diperlukan
dalam penyelenggaraannya. Semua itu merupakan modal utama agar
kegiatan perpustakaan dapat berjalan lancar. Dengan demikian, suatu
perpustakaan sekurang-kurangnya harus memiliki aspek sebagai berikut.
1. Organisasi
Menurut Siagian (1994), organisasi adalah setiap bentuk perserikatan
antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hierarki. Dalam
hal ini selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang
yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang
disebut bawahan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, perpustakaan memerlukan
unit kerja sebagai wadah yang memayungi operasionalisasi
perpustakaan yang disebut organisasi, yaitu suatu wadah kegiatan
orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai suatu
tujuan. Dalam suatu organisasi setiap orang harus jelas tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya, termasuk hubungan dan tata
kerjanya.
Susunan organisasi dapat menggambarkan kedudukan unit
perpustakaan secara mikro dan makro dalam lembaga/instansi
induknya. Melalui letak dan posisi perpustakaan secara makro, selain
dapat melihat letak dan garis alur tanggung jawab terhadap bagian unit
kerja lainnya, juga dapat terprediksi besaran alokasi dana bagi

28 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


kelangsungan hidup perpustakaan tersebut. Kondisi dan tata organisasi
perpustakaan secara mikro dapat menggambarkan besar-kecilnya jasa
layanan yang ditawarkan, alur kerja, dan pembagian wewenang di
lingkungan perpustakaan tersebut.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan
struktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja.
Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan kerja suatu
organisasi agar dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin pada
struktur formal suatu organisasi dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu
bagan organisasi. Pembagian kerja adalah perincian tugas suatu
pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi bertanggung jawab dan
melaksanakan sekelompok kegiatan. Kedua aspek ini merupakan dasar
proses pengorganisasian suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
Sehubungan pernyataan di atas, struktur organisasi perpustakaan
harus dapat menggambarkan kepastian hubungan dan kedudukan
organisasi perpustakaan dengan organisasi induknya serta dapat
menjalankan fungsi sistem dan subsistem perpustakaan dalam rangka
optimalisasi mencapai tujuan yang diharapkan, baik untuk
lembaga/badan induknya maupun masyarakat pengguna. Dari struktur
organisasi tersebut akan dapat diketahui/diprediksi tingkat efisiensi dan
efektivitas kerja suatu perpustakaan.
Ada empat ciri khas yang perlu diperhatiakan dalam setiap jenis
organisasi.
a. Koordinasi kegiatan: proses menempatkan setiap kegiatan dalam
arah yang sama sehingga setiap kegiatan dapat berjalan secara
harmonis. Adanya koordinasi kegiatan dapat menghindari
terjadinya konflik atau tumpang tindih pekerjaan.
b. Tujuan bersama: suatu sasaran atau hasil yang ingin dicapai dan
harus dapat diukur dan ditentukan jangka waktu yang diinginkan.
Untuk itu, dalam menentukan tujuan bersama harus dirumuskan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 29


dengan jelas, dapat dimengerti, dan diterima oleh setiap orang yang
berkepentingan.
b. Pembagian kerja: penyederhanakan suatu pekerjaan, terutama
yang kompleks menjadi pekerjaan yang terspesialisasi berdasarkan
keterampilan dan keahlian setiap orang secara efisien. Pembagian
kerja memungkinkan para karyawan menjadi lebih terampil karena
tugas yang terspesialisasi dilaksanakan berulang-ulang.
c. Hirarki wewenang: hak untuk memutuskan atau kekuasaan untuk
mengerjakan sesuatu atau menyuruh orang lain melakukan
sesuatu. Semakin tinggi hirarki seseorang, ia memiliki wewenang
lebih banyak dari yang ada di bawahnya. Hirarki wewenang
bertujuan untuk mengarahkan dan memimpin kegiatan yang
dilaksanakan Jika suatu pekerjaan harus diselesaikan secara
bersama-sama, harus ada orang yang mempunyai wewenang
untuk mengawasi apakah tujuan itu telah tercapai.
2. Gedung/Ruang Perpustakaan
Gedung/ruang perpustakaan diperlukan sebagai tempat melakukan
kegiatan secara fisik dalam penyelenggaraan perpustakaan. Bangunan
yang sepenuhnya dipergunakan untuk kegiatan perpustakaan dan
berdiri sendiri disebut gedung perpustakaan. Jika sebuah gedung
dipergunakan untuk beberapa kegiatan dan perpustakaan hanya
menempati salah satu bagian dari gedung tersebut, tempat itu disebut
ruang perpustakaan.
Gedung/ruang perpustakaan terutama diperlukan untuk tempat:
a. menyimpan koleksi bahan perpustakaan;
b. melakukan aktivitas jasa perpustakaan;
c. bekerja para petugas perpustakaan.

Orang yang bertanggung jawab dan terlibat dalam perencanaan suatu


gedung/ruang perpustakaan, adalah:
1) pemimpin/kepala;

30 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


2) pustakawan;
3) arsitek;
4) pihak pengembang/kontraktor.

Pembangunan gedung/ruang perpustakaan yang baik harus pula


memperhatikan:
1) tata letak ruang harus menjamin alur kerja yang baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas;
2) lokasi gedung/ruang perpustakaan harus strategis, mudah dicapai,
dan tenang;
3) tata ruangan harus memperhatikan pencahayaan, pertukaran
udara, keamanan koleksi (pengawasan), kelancaran aktivitas jasa
layanan, tersedia ruang belajar.

Dari beberapa faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan pada saat
merencanakan gedung perpustakaan baru atau mereorganisasi gedung
perpustakaan lama. Tidak ada ukuran standar universal untuk fasilitas
perpustakaan. Namun, dalam perencanaannya ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan:
a) lokasi terpusat atau sentral: jika memungkinkan di lantai dasar;
b) akses dan kedekatan: dekat semua kawasan kegiatan;
c) faktor kebisingan: paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa
ruangan yang bebas kebisingan dari luar;
d) pencahayaan: baik dan cukup, baik dari jendela maupun lampu
penerangan;
e) suhu ruangan: untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang
tahun di samping preservasi koleksi (misalnya, tersedia pengatur
suhu ruangan ataupun ventilasi yang mencukupi);
f) rancangan: sesuai guna memenuhi kebutuhan pemustaka yang
menderita cacat fisik;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 31


g) ukuran: ruang yang cukup untuk penempatan berbagai koleksi
bahan perpustakaan, ruang belajar, ruang baca, komputer, ruang
pameran, ruang kerja tenaga perpustakaan, dan berbagai meja
perpustakaan
h) fleksibilitas: untuk memungkinkan keberagaman kegiatan serta
perubahan teknologi pada masa mendatang.

Selain yang dikemukakan di atas, perlu dipertimbangkan factor berikut


dalam merencanakan gedung/ruang perpustakaan yang baru:
a) kawasan ruang belajar dan riset: untuk penempatan meja informasi,
laci katalog, katalog terpasang, meja belajar dan riset, koleksi
referensi, dll.;
b) kawasan ruang baca informal: untuk buku dan majalah yang
mendorong literasi, pembelajaran sepanjang hayat dan membaca
untuk hiburan;
c) kawasan ruang instruksional dengan kursi yang disusun: untuk
kelompok kecil/kelompok besar pemustaka, termasuk kawasan
penempatan materi teknologi informasi;
d) kawasan ruang administrasi: untuk meja sirkulasi, ruang kantor,
termasuk kawasan untuk memroses bahan perpustakaan,
penyimpanan peralatan pandang-dengar dan kawasan materi serta
alat tulis kantor lainnya.

Rancangan/desain perpustakaan memegang peranan penting dalam


mempersiapkan pemberian layanan yang terbaik kepada para
pemustaka. Penampilan estetis perpustakaan akan memberi nuansa
rasa nyaman dan merangsang komunitas pemustaka untuk
memanfaatkan waktunya di perpustakaan. Oleh karena itu,
perpustakaan hendaknya memberikan rasa aman, memiliki
pencahayaan yang baik, mempersiapkan akomodasi atau perabotan
yang kukuh, tahan lama dan fungsional, serta memenuhi persyaratan
ruang bagi aktivitas petugas dan pemustaka. Perpustakaan hendaknya

32 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


juga didesain dalam mengantisipasi kemungkinan adanya
perkembangan jumlah dan jenis bahan perpustakaan serta teknologi
informasi yang muncul. Selain itu, perpustakaan juga harus melakukan
pemeliharaan dan pengamanan bahan perpustakaan, perabotan,
peralatan dan alat tulis kantor. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
perpustakaan hendaknya menyediakan akses yang cepat dan tepat
semua koleksi dan mengelolanya secara estetis sehingga pemusataka
dapat merasakan suasana kondusif dan hiburan literasi
3. Perabot dan Perlengkapan
Apa pun jenisnya, perpustakaan harus mempunyai sejumlah perabot
dan perlengkapan yang memadai untuk menunjang kelancaran jasa
layanan serta kelancaran penyelenggaraan aktivitas kerja para
pustakawan dan petugas perpustakaan. Perabot dan pelengkapan
perpustakaan yang baik tidak hanya memiliki estetika dan daya tahan
lama atau kukuh, tetapi juga berdaya guna yang tinggi (fungsional).
Perabot dan pelengkapan perpustakaan yang diperlukan itu berupa:
a. rak katalog, buku, majalah, surat kabar, VCD/DVD, filmstrip,
video, peta, locker, pameran (display) majalah dan buku;
b. meja/kursi untuk baca, diskusi, dan layanan;
c. meja/kursi untuk bekerja para petugas perpustakaan
(pengadaan, pengolahan, sirkulasi);
d. mesin ketik;
e. komputer;
f. kereta dorong;
g. dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan setiap jenis dan besar-
kecilnya perpustakaan.

Perpustakaan pada masa sekarang ini memegang peran penting atau


sebagai pintu gerbang bagi masyarakat masa kini yang berbasis
informasi. Karena alasan inilah, perpustakaan harus menyediakan
akses ke semua peralatan elektronik, komputer, dan media pandang-

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 33


dengar, seperti: komputer dengan akses internet, katalog terpasang
yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pemustaka yang berbeda,
tape-recorder, perangkat CD-ROM, alat pemindai (scanner), perangkat
video (video players).
4. Koleksi
Koleksi perpustakaan adalah seluruh bahan perpustakaan yang dimiliki
atau dikumpulkan, diolah dan disimpan dengan menggunakan sistem
tertentu oleh suatu perpustakaan untuk disebarluaskan kepada
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka. Koleksi
atau bahan perpustakaan merupakan sumber daya dan modal dasar
dalam memberikan jasa layanan kepada pemustaka. Oleh karena itu,
jumlah dan jenisnya harus memadai agar dapat mencukupi kebutuhan
informasi pemustaka. Pada perpustakaan sekolah, contohnya,
sebaiknya tersedia minimal sepuluh judul buku per siswa. Sekolah
terkecil hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul materi
perpustakaan yang relevan dan mutakhir dan paling sedikit 60% koleksi
perpustakaan yang terdiri atas buku nonfiksi yang berkaitan dengan
kurikulum. Perpustakaan sekolah pun hendaknya memiliki koleksi untuk
keperluan hiburan, seperti novel populer, musik, komputer, kaset video,
laser disk, majalah, dan poster.
Materi, subjek, edisi, jenis, dan format bahan perpustakaan dapat dipilih
dengan cara bekerja sama dengan pemustaka agar koleksi
perpustakaan mencerminkan minat dan budaya mereka, tanpa
melintasi batas wajar standar etika.
Berdasarkan uraian di atas, koleksi perpustakaan dapat dikelompokkan
sebagai berkut :
a. Bahan Tercetak
Bahan tercetak terdiri atas:
1) buku/monograf, yaitu terbitan yang mempunyai satu kesatuan
yang utuh, dapat terdiri atas satu jilid atau lebih, misalnya buku,
laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi;

34 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


2) terbitan berkala/berseri, yaitu terbitan yang diterbitkan terus-
menerus dalam jangka waktu tertentu, misalnya harian,
mingguan (surat kabar, majalah);
3) peta;
4) gambar;
5) brosur, pamflet, booklet, dll.
b. Tidak tercetak
Bahan tidak tercetak terdiri atas:
1) rekaman gambar, misalnya film, CD/VCD, mikrofilm, dan mikrofis;
2) rekaman suara, misalnya piringan hitam, kaset, dan CD/VCD;
3) rekaman data magnetik/digital, misalnya dalam bentuk disket,
SD/VCD, file, dan pangkalan data.
Pada saat ini format informasi digital telah mempengaruhi koleksi
perpustakaan (Feather, 2004), seperti CD-ROM; berbagai publikasi
terpasang (online); hard disks; berbagai tape seperti: dataset, database;
jurnal elektronik; manuskrip elektronik; multimedia; e-books; record
elektronic; gambar digital; suara (sound); koleksi email; halaman web,
dan lain-lain.
Menurut Trimo (1985), pemilihan koleksi perpustakaan ini pun dapat
dilakukan berdasarkan pertimbangan jenis:
1)fisik: bentuk buku atau nonbuku, tercetak atau tidak tercetak;
2)isi: bahan perpustakaan primer, sekunder atau tersier; fiksi atau
nonfiksi;
3)bentuk penyajiannya: ilmiah, semiilmiah, atau populer.
Pengadaan koleksi perpustakaan dapat dilakukan melalui :
a) pembelian;
b) tukar-menukar;
c) hadiah;
d) penerbitan atau produk sendiri.
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 35
Dalam pembinaan koleksi perpustakaan dapat dilakukan dengan
menganut:
(1) paham idealisme, yang menekankan pembinaan koleksi atas dasar
pemenuhan standar kualitas yang tinggi dalam isi, ekspresi, dan
format, tanpa atau kurang memperhatikan kebutuhan, minat. dan
kesukaan atau rasa pemustaka;
(2) paham realisme, yaitu pembinaan yang bersandar pada realitas
tuntutan yang terdapat dalam masyarakat yang dilayani, sedangkan
unsur kualitas hanya dipandang sebagai faktor yang sekunder.
(3) paham kompromis, yang memadukan kedua paham di atas.
5. Tenaga Pengelola
Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan banyak bergantung pada
pengelolanya, yang terdiri atas para tenaga/pustakawan terampil dan
profesional. Selain harus memiliki ilmu pengetahuan tentang
kepustakawanan dan kebutuhan informasi masyarakat yang dilayani,
para petugas perpustakaan juga dituntut memiliki kualifikasi kepribadian
yang baik, seperti:
a. bermoral;
b. luwes;
c. suka membantu;
d. sabar;
e. berwawasan luas;
f. mempunyai inisiatif dan inovatif;
g. mampu berkomunikasi dengan baik (lisan & tulisan);
h. berjiwa pengabdian yang tinggi.
Sumber daya manusia perpustakaan yang diperlukan adalah orang yang
memiliki kualifikasi sebagai tenaga ahli (profesional), terampil
(para/semiprofesional), teknis dan administratif. Yang dimaksud dengan
keempat tenaga perpustakaan tersebut adalah sebagai berikut.

36 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


1) Tenaga profesional adalah pustakawan yang memiliki kompetensi
mengerjakan tugas perpustakaan yang memerlukan pendekatan
ilmiah dan sistematis yang berkaitan dengan misi perpustakaan.
2) Tenaga para profesional adalah pustakawan yang diberi tugas
mengerjakan pekerjaan kepustakawanan yang memerlukan
keterampilan khusus yang diperolehnya melalui pendidikan.
3) Tenaga teknis adalah tenaga perpustakaan yang bertugas
mengerjakan pekerjaan teknis perpustakaan sehari-hari.
4) Tenaga administrasi adalah tenaga perpustakaan yang bertugas
mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan kesekretariatan
perpustakaan yang berhubungan dengan kepegawaian, keuangan,
pengetikan dan pemeliharaan rumah tangga perpustakaan.
Jumlah dan komposisi petugas perpustakaan yang dibutuhkan suatu
perpustakaan berbeda antara satu perpustakaan dan yang lainnya. Hal ini
bergantung pada formasi kebutuhan pegawai yang didasarkan atas
besarnya beban kerja, jenis layanan, serta jumlah masyarakat yang
dilayaninya. Pustakawan adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta
profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaan
perpustakaan, dapat bekerja sama dengan semua anggota komunitas
badan induknya dan melakukan hubungan yang baik dengan
perpustakaan lainnya. Pustakawan juga harus menyadari dan
mengetahui secara jelas pentingnya anggaran dalam menunjang
perpustakaannya dan mampu menyampaikannya kepada yang
berwenang, seperti: atasan langsung atau kepala perpustakaan, yang
bertanggungjawab akan keberlangsungan perpustakaan dalam
memberikan layanan prima, baik kepada pemustaka aktif maupun pasif
atau potensial.
Kualitas dan keterampilan mendasar yang diharapkan dari tenaga
perpustakaan, antara lain memiliki:
a) kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka;
b) kemampuan memahami kebutuhan informasi pemustaka;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 37


c) kemampuan bekerja sama dengan individu serta kelompok di dalam
dan di luar instansi induknya;
d) pengetahuan dan pemahaman mengenai keanekaragaman budaya;
e) keterampilan menangani sumber informasi serta bagaimana
menggunakannya;
f) pengetahuan mengenai bacaan anak, remaja dan dewasa, media dan
kebudayaan yang mendukung arah pengembangan koleksi
perpustakaan serta bagaimana mengaksesnya;
g) pengetahuan serta keterampilan di bidang manajemen dan
pemasaran;
h) pengetahuan serta keterampilan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi.

Pustakawan juga diharapkan mampu menganalisis sumber dan


kebutuhan informasi pemustaka, memformulasi dan mengimplementasi
kebijakan pengembangan jasa perpustakaan, mengembangkan kebijakan
dan sistem pengadaan sumberdaya perpustakaan, mempromosikan
program, membaca dan kegiatan budaya, membangun kemitraan dengan
berbagai organisasi terkait, merancang dan mengimplementasi anggaran
dan mendesain perencanaan strategis program perpustakaan.
Tenaga pengelola perpustakaan yang berstatus pegawai negeri sipil
(PNS) dapat memilih jabatan fungsional pustakawan apabila yang
bersangkutan telah memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan dalam
Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 132/M.PAN/12/2002, Bab VIII, Pasal 21, 22, 23 dan 24.
Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, yang dimaksud dengan pejabat
fungsional pustakawan (pustakawan) adalah pegawai negeri sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan
pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi
pemerintah dan/atau unit tertentu lainnya.

38 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Jabatan fungsional pustakawan ini pun dibagi ke dalam dua jalur jabatan
sebagai berikut.
a) Pustakawan Tingkat Terampil: diperuntukkan bagi pustakawan yang
memiliki latar belakang sekurang-kurangnya diploma II/III
perpustakaan atau nonperpustakaan ditambah dengan telah
mengikuti dan lulus Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Calon
Pustakawan Tingkat Terampil. Jenjang jabatan pada jalur ini terdiri
atas :
1) Pustakawan Pelaksana (Gol. II/b s.d. II/d);
2) Pustakawan Pelaksana Lanjutan (Gol. III/a s.d. III/b);
3) Pustakawan Penyelia (Gol. III/c s.d. III/d).
b) Pustakawan Tingkat Ahli: diperuntukkan bagi pustakawan yang
memiliki latar belakang pendidikan terendah setingkat dengan sarjana
perpustakaan atau sarjana nonperpustakaan ditambah dengan telah
mengikuti dan lulus Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Calon
Pustakawan Tingkat Ahli. Jenjang jabatan pada jalur ini meliputi:
1) Pustakawan Pertama (Gol. IIIa s.d. III/b);
2) Pustakawan Muda (Gol. III/c s.d. III/d);
3) Pustakawan Madya (Gol. IV/a s.d. IV/c);
4) Pustakawan Utama (Gol. IV/d s.d. IV/e)

Adanya jalur-jalur tersebut berimbas pada dibedakannya setiap tugas,


tanggung jawab, wewenang, dan hak setiap jenjang jabatan pada jalur
tersebut. Dalam hal ini, tugas pokok pejabat fungsional pustakawan
meliputi:
a) pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan
perpustakaan /sumber informasi;
b) pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi;
c) pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 39


Di samping adanya tugas, tanggung jawab, serta wewenang di atas, para
pustakawan diberi beberapa hak jabatan, antara lain mendapatkan:
a) penilaian angka kredit terhadap prestasi kerjanya;
b) kenaikan pangkat/jabatan sesuai dengan angka kredit yang
dikumpulkannya;
c) tunjangan jabatan yang besarnya sesuai dengan ketentuan.
d) perpanjangan masa usia pensiun, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada


beberapa keuntungan dan kerugian dalam jabatan fungsional
pustakawa. Menurut Hernandono (1999), keuntungan dan kerugian
tersebut adalah:
o Keuntungan
(a) kenaikan pangkat dapat dilakukan setiap 2 (dua) tahun sekali,
apabila telah memenuhi persyaratan berupa angka kredit dan
administrasi kepegawaian;
(b) dapat naik hingga pangkat/golongan tertinggi, yaitu Pembina
Utama (IV/e);
(c) memacu kegiatan dan produktivitas pustakawan, sehingga
terdapat penilaian yang lebih objek tif berdasarkan kemampuan
dan hasil kerja yang terukur berupa angka kredit;
(d) bebas dari ujian dinas;
(e) batas usia pensiun dapat diperpanjang, yaitu:
- III/c s.d. IV/c adalah 60 tahun
- IV/d dan IV/e adalah 65 tahun
(f) memperoleh tunjangan jabatan.
o Kerugian
(a) tidak boleh merangkap jabatan;

40 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


(b) pengumpulan angka kredit untuk kenaikan pangkat lebih tinggi
akan semakin besar.

Untuk menghasilkan tenaga perpustakaan di Indonesia, ada beberapa


perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan perpustakaan,
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.

No. Perguruan Tinggi Kota Program Studi Jenjang


1. Universitas Indonesia Jakarta Ilmu Perpustakaan S2
2. Universitas Indonesia Jakarta Ilmu Perpustakaan S1
3. Universitas Sumatera Utara Medan Ilmu Perpustakaan S1
4. Universitas Airlangga Surabaya Ilmu Perpustakaan S1
5. Universitas Pajajran Bandung Ilmu Perpustakaan S1
6. Universitas Diponegoro Semarang Ilmu Perpustakaan S1
7. Universitas Sam Ratulangi Manado Ilmu Perpustakaan S1
8. Universitas Yarsi Jakarta Ilmu Perpustakaan S1
9. Universitas Islam Nusantara Bandung Ilmu Perpustakaan S1
Universitas Wijaya Kusuma
10. Surabaya Ilmu Perpustakaan S1
Surabaya
11. Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Ilmu Perpustakaan S1
Universitas Islam Negeri
12. Jakarta Ilmu Perpustakaan S1
Syarif Hidayatullah
Universitas Islam Negeri
13. Yogyakarta Ilmu Perpustakaan S1
Sunan Kalijaga
Universitas Islam Negeri
14. Makasar Ilmu Perpustakaan S1
Alaudin
Universitas IAIN Sultan
15. Jambi Ilmu Perpustakaan S1
Thaha Saifuddin
16. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Perpustakaan D3
17. Universitas Sumatera Utara Medan Perpustakaan D3
Perpustakaan dan
18. Universitas Dipenegoro Semarang D3
Informasi
19. Universitas Sam Ratulangi Manado Perpustakaan D3
Perpustakaan,
Bandar
20. Universitas Lampung Dokumentasi dan D3
Lampung
Informasi
21. Universitas Sebelas Maret Surakarta Perpustakaan D3
22. Universitas Bengkulu Bengkulu Perpustakaan D3
Informasi,
23. Universitas Negeri Padang Padang Perpustakaan & D3
Kearsipan
24 Universitas Yarsi Jakarta Perpustakaan D3
Universitas Muhammadiyah
25. Mataram Perpustakaan D3
Mataram

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 41


No. Perguruan Tinggi Kota Program Studi Jenjang
26 Universitas Terbuka Jakarta Perpustakaan D2
STISIP Petta Baringeng
27. Watanasoppeng Perpustakaan D2
Soppeng
28. Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Perpustakaan D2
Sumber:
http://evaluasi.or.id/profile-list-majors-detail.php, update terakhir 02 September 2008

Selain pendidikan formal di atas, juga untuk pengembangan karier,


pejabat fungsional pustakawan dapat mengikuti beberapa jenis pelatihan
sebagai berikut:
a. Diklat Fungsional Pustakawan: diklat yang digunakan untuk
memenuhi persyaratan kompetensi sesuai dengan jenis dan jenjang
jabatan fungsional pustakawan. Kurikulum diklat dan pola jam
pelajarannya diatur dan ditentukan kualifikasinya oleh Perpustakaan
Nasional RI selaku instansi pembina pustakawan.
Contoh : Diklat Calon Pustakawan Terampil, Diklat Calon
Pustakawan Ahli, Diklat Alih Jalur.
b. Diklat Teknis Kepustakawanan: diklat yang diselenggarakan untuk
memenuhi persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS pada suatu unit perpustakaan, dokumentasi
dan informasi.
Contoh : Diklat TOT (Training of Trainers) Kepustakawanan, Diklat
Penyusunan Literatur Sekunder, Diklat Otomasi
Perpustakaan, Diklat Manajemen Perpustakaan, Diklat
Pelestarian Bahan Pustaka, Diklat Penyuluh Minat dan
Gemar membaca, Diklat Pengelola Perpustakaan, dan
Diklat Membaca Cepat.
Lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
kepustakawanan, antara lain:
1) Pepustakaan Nasional RI;
2) Badan Perpustakaan Pemerintahan Daerah Provinsi;

42 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


3) Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI;
4) Lembaga lainnya untuk lingkungan sendiri.
Selain diklat kepustakawan di atas, para pustakawan sebaiknya
mengikuti berbagai jenjang diklat kedinasan yang ada. Dengan
demikian, selain profesional dalam bidang teknis pengelolaan
kepustakawanan, yang bersangkutan juga memiliki kompetensi dalam
bidang manajerial dan kepemimpinan sehingga mempermudah mereka
diangkat menjadi pejabat struktural.
6. Layanan Pemustaka
Layanan merupakan kegiatan penyediaan bahan perpustakaan secara
tepat, akurat, dan cepat dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi
pemustaka. Tujuan perpustakaan memberikan layanan kepada
masyarakat agar bahan perpustakaan yang telah dihimpun dan diolah
sebaik-baiknya dapat dimanfaatkan oleh pembaca. Menurut Martoatmojo
(1993), perpustakaan tidak akan berarti jika tidak ada layanan atau tidak
ada perpustakaan jika tidak ada kegiatan layanan.
Fungsi layanan perpustakaan harus sesuai dengan tujuan dan jenis
perpustakaan. Layanan perpustakaan berfungsi dalam mendekatkan
pembaca dengan bahan perpustakaan yang dibutuhkan dan diminatinya.
Dalam menciptakan kegiatan layanan perpustakaan yang baik diperlukan
pendukung kegiatan layanan di perpustakaan, antara lain adanya koleksi,
sarana dan prasarana, sistem layanan, dan pemustaka itu sendiri.
Sistem layanan perpustakaan ada yang terbuka dan ada pula yang
tertutup. Dalam perpustakaan yang memberlakukan sistem layanan
terbuka, pemustaka dapat mencari secara langsung bahan perpustakaan
yang diperlukan ke tempat/rak penyimpanannya. Bagi yang
memberlakukan sistem tertutup, para petugas/pustakawanlah yang
mengambilkan bahan perpustakaan yang diminta oleh pemustaka melalui
pemesanan.
Berbagai jasa layanan yang dapat diberikan perpustakaan, antara lain:
a. sirkulasi/peminjaman;
b. referensi;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 43


c. bimbingan pembaca (reader’s advisory work);
d. informasi;
e. audio visual;
f. jasa silang layan (interlibrary loan);
g. layanan ekstensi (seperti perpustakaan keliling);
h. layanan fotokopi, penjilidan, bercerita (story telling).
Secara berkala perpustakaan melakukan pelatihan bagi pemustaka agar
pemustaka agar mengenal, mengetahui, dan dapat mandiri di dalam
pencarian atau menemukan informasi dan bahan pustaka yang mereka
perlukan. Diklat berupa orientasi bagi pemustaka merupakan kegiatan
pengenalan perpus-takaan.
7. Anggaran
Anggaran atau dana merupakan aspek penting untuk keberlangsungan
suatu perpustakaan. Hal ini diperlukan, selain untuk gaji para pengelola
perpustakaan, juga untuk :
a. pengadaan sarana dan prasarana;
b. pembinaan dan perawatan koleksi dan sarana;
c. kegiatan operasional perpustakaan;
d. kegiatan pelengkap lainnya.
Perpustakaan harus memperoleh dana yang mencukupi dan anggaran
untuk pembinaan tenaga terlatih, mengembangkan materi perpustakaan,
menyediakan, memelihara teknologi informasi dan komunikasi, baik
fasilitas maupun aksesnya. Penentuan besarnya anggaran yang
diperlukan dalam penyelenggaraan perpustakaan antara satu dan lainnya
tidak sama, tetapi bergantung pada jenis, tujuan, dan sasaran pendirian
perpustakaan. Sumber dana perpustakaan dapat diperoleh dari:
1) swadaya masyarakat;
2) pemerintah;
3) bantuan;

44 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


4) yayasan;
5) lembaga/badan induknya.
Pendanaan dan anggaran perpustakaan sangat penting untuk
mendukung keberlangsungan program yang sudah ditetapkan. Untuk itu,
pustakawan harus memahami proses penganggaran, menyadari jadwal
siklus anggaran, menunjuk oranng yang benar-benar memahami proses
penyusunan anggaran dan yang dapat memastikan bahwa segala
kebutuhan perpustakaan teridentifikasi. Orang tersebut harus mampu
merencanankan anggaran dan kompnen yang diperlukan, misalnya biaya
pengadaan sumber daya baru ( buku, terbitan berkala/majalah, bahan
terekam/tidak tercetak, dll.); biaya keperluan promosi (membuat poster,
pameran, dll.); biaya pengadaan alat tulis kantor dan keperluan
administrasi; biaya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT),
dan biaya perangkat lunak dan lisensi.
Sebagai ketentuan umum, misalnya anggaran material pada
perpustakaan sekolah, paling sedikit 5% untuk biaya per siswa dalam
sistem persekolahan, tidak termasuk untuk belanja gaji dan upah,
transportasi serta perbaikan gedung. Yang paling penting, hendaknya
diperhatikan bahwa pada saat menghitung biaya untuk aktivitas dan
tenaga perpustakaan, seluruh pihak terkait perlu dilibatkan. Selain itu,
penggunaan anggaran harus direncanakan secara cermat untuk
keperluan jangka waktu tertentu serta harus berkaitan dengan program
kerja atau kebijakan perpustakaan itu dan badan induknya. Laporan
tahunan yang akandisusun harus dapat memberikan gambaran tentang
penggunaan anggaran serta kesesuaian antara besarnya anggaran yang
tersedia dan jumah kegiatan yang diprogramkan.
8. Sistem
Tujuan pendirian seluruh jenis perpustakaan adalah untuk memberikan
layanan informasi seoptimal mungkin kepada para pemustakanya. Oleh
karena itu, setiap proses kegiatan di perpustakaan selalu menggunakan
sistem baku untuk mempermudah pencarian informasi dan pelaksanaan
kerja sama antarperpustakaan. Sistem yang digunakan setiap
perpustakaan tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga internasional. Hal
inilah yang mengakibatkan pekerjaan kepustakawanan digolongkan pada
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 45
pekerjaan yang bersifat profesional. Penggunaan sistem tertentu inilah
yang membedakan unit kerja perpustakaan dengan toko buku atau
gudang penyimpanan bahan perpustakaan lainnya. Sistem yang
dimaksud mulai dari kegiatan pengadaan, pengolahan, penjajaran,
layanan, hingga pada pelestarian bahan perpustakaan.
Pada kegiatan pengadaan, perpustakaan dapat menggunakan sistem
tertentu atau campuran, seperti melalui pembelian, tukar-menukar,
hadiah, maupun penerbitan sendiri. Pada kegiatan pengolahan bahan
perpustakaan, perpustakaan dapat memilih sistem tertentu, bergantung
pada kebijakan perpustakaan masing-masing, misalnya menggunakan
sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal
Classification (UDC), atau Library of Congress (LC).
Menurut Maltby, pengklasifikasian inilah yang menjadi ciri khas pekerjaan
perpustakaan. Klasifikasi ini merupakan alat yang sangat sederhana,
tetapi sangat penting untuk mencapai tujuan perpustakaan. Dengan
menggunakan klasifikasi, seluruh bahan perpustakaan dapat diakses oleh
pemustaka hanya dengan menguasai sedikit teknis pencarian yang tidak
terlalu rumit. (Classification is a tool for very simple but infinitely important
to purposes. Its whole object is to secure an order which will be useful to
readers and to those who seek information with the smallest complication
of search or other effort. (Maltby dalam Masella, 2000).
Nomor klasifikasi ini dituangkan dalam katalog, dapat berupa kartu atau
katalog terpasang (online) yang dikenal dengan Online Public Access
Catalogue (OPAC). Katalog di perpustakaan merupakan kunci untuk
menuju penjajaran dan merupakan alat penelusuran dan pemandu untuk
menuju atau menemukan tempat keberadaan koleksi perpustakaan (In a
library, the ‘key’ to the shelf arrangement and a major tool for searching is
the catalogue, a listing and essential guide to the library collection).
(Maltby dalam Masella, 2000).
Pada umumnya semua jenis perpustakaan dewasa ini telah
menggunakan sistem pengatalogan yang seragam, yaitu Anglo-American
Cataloguing Rule edisi yang kedua (AACR 2), dengan format Machine
Access Readeble Cataloguing (MARC) untuk sistem otomasinya.

46 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Sebagaimana diutarakan di atas, sistem pengatalogan berkaitan dengan
sistem penjajaran bahan perpustakaan di rak, yaitu adanya urutan nomor
panggil (call number) yang mengatur penempatan bahan perpustakaan
yang dikelompokkan berdasarkan subjek dan jenis atau format bahan
perpustakaan tersebut. Pemberian layanan informasi di perpustakaan pun
harus menggunakan sistem tertentu, yaitu dapat menggunakan sistem
layanan terbuka atau tertutup, atau campuran dari keduanya. Dengan
sistem peminjaman bergantung pada kebijakan perpustakaan masing-
masing, apakah sistem Browne, Newark, Detroit, atau menggunakan
kartu anggota ber-barcode.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 47


48 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP

Peranan perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi sudah


merupakan unit kerja atau lembaga yang sangat diperlukan oleh masyarakat pada
era teknologi informasi dewasa ini. Pada unit kerja inilah dikelola sejumlah bahan
perpustakaan sebagai sumber informasi restropektif dan aktual dalam format
tercetak dan terekam yang akan digunakan oleh pemustaka. Bahan perpustakaan
tersebut diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat
didayagunakan sebagai sumber informasi bagi pemustaka.
Keberadaan perpustakaan di Indonesia telah diatur dan ditata secara formal
dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Menurut
undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan perpustakaan adalah institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara
profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, untuk mewujudkan fungsi
perpustakaan sebagaimana dalam undang-undang di atas, perpustakaan perlu
dikelola secara profesional oleh para pengelola, yang memiliki dedikasi tinggi,
loyal pada lembaga dan menghormati kode etik yang berlaku. Para pengelola itu
memegang penting bagi keberhasilan kegiatan perpustakaan sesuai dengan visi
dan misi yang telah ditetapkan oleh badan induknya.
Berbagai jenis perpustakaan dapat berdiri, berjalan, dan berkembang
sesuai dengan ragam kebutuhan dan kelompok yang dilayaninya apabila
ditunjang oleh berbagai aspek perpustakaan, termasuk sumber daya manusia
yang andal. .
Melalui mata ajar Pengantar Ilmu Perpustakaan ini diharapkan dapat
membuka wawasan pengetahuan peserta diklat tentang perpustakaan dan
membangkitkan apresiasi sehingga mereka mengembangkan Ilmu Perpustakaan
pada masa yang akan datang.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 49


50 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, Judith and Derek Law. 2004 Digital Libraries : Policy, Planning and
Practice. Burlington: Ashgate.
Brophy, Peter; Shelagh Fisher; Zoe Clarke. 2000. Libraries Without Walls 3 : The
Delivery of Library Services to Distant Users. London: Library Association
Publishing.
Carvell, Linda P. 2005. Career Opportunities in Library and Information Science.
New York: Checkmark Books.
Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah, Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Feather, John. 2004. Managing Preservation for Libraries and Archives.
Burlington: Ashgate.
Greenhalgh, Liz & Ken Worpole & Charles Landry. 1995. Libraries in a World of
Cultural Change. London: UCL Press.
Hani T Handoko. 1999. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hernandono. 1999. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Perpustakaan.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Hernandono, Sulistyo Basuki, Lucya Dhamayanti. 2006. Pedoman Perpustakaan
Sekolah/IFLA/UNESCO=The IFLA/UNESCO School Library Guidelines.
Jakarta : Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Departemen
Pendidikan Nasional.
Holroyd, Gileon. 1977. Studies in Library Management. London: Clive Bingley.
Ibrahim Bafadal. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Ikatan Pustakawan Indonesia. 2006. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga serta Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia. Jakarta: Pengurus
Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia.
Karmidi Martoatmojo. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 51


Marcella, Rita and Arthur Maltby. 2000. The Future of Classification. Burlington:
Ashgate.
McKee, Bob. 1989. Planning Library Service. London: Library Association
Publishing.
Menteri Pendidikan Nasional. 2007. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendi-dikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”
Muljani A. Nurhadi. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indo-
nesia. Yogyakarta : Andi Offset.
Murniaty. 2006. ”Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah”. Medan:
Makalah Diklat Pustakawan Perpustakaan Sekolah.
Nebraska Educational Media Assosiation (NEMA). 2000. Guide for Developing
and Evaluating School Library Media Programs. Englewood: Libraries
Unlimitied
Norton, Melanie J. 2000. Introductory Concepts in Information Science.Maryland:
ASIS.
Opong Sumiati dan Nur Rahmah Arief. 2004. Pengantar Ilmu Perpustakaan:
Bahan Ajar Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI.
___________. 2004. Pengantar Ilmu Perpustakaan: Bahan Ajar Diklat Calon
Pustakawan Tingkat Terampil. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Pawit M. Yusup. 1988. Pedoman Mencari Sumber Informasi. Bandung : Remadja
Karya.
Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian ilmu perpustakaan dan informasi:suatu
pengantar diskusi epistemology dan metodologi. Jakarta: JIP-FSUI.
Perpustakaan Nasional RI. 2002. Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
132/KEP/M.PAN/12/2002. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
____________. (2002). Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Khusus. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
52 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
____________. (2002). Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan
Perguruan Tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
____________. (2002). Standar Perpustakaan Khusus. Jakarta: Proyek
Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional.
Prytherch, Ray. 2005. Harrod’s librarians Glossary: and Reference Book Tenth
Edition. Burlington : Ashgate.
Reitz, Joan M. 2004. Dictionary for library and information science. 2004.
London:Llibraries Unlimited.
Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah
Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam.
____________. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
____________. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Rubin, Richard E. 1998. Foundations of Library and Information Science. New
York: Neal-Schuman Publishers.
Siagian, Sondang P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekarman Kartosedono. 2004. “Gambaran Selintas Proses Pembentukan dan
Pendirian Perpustakaan Nasional Indonesia”. Makalah disampaikan dalam
Temu Ilmiah Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional RI dan Peran
Organisasi Profesi di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta 4 Juni 2004.
_________. 2004. “Upaya Profesionalisme Pustakawan di Era Globalisasi”.
Makalah disampaikan dalam Rapat Koordinasi Kerja sama Pengembangan
Jabatan Fungsional Pustakawan dengan Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota, di Jakarta, 4-6 Oktober 2004.
Stueart, Robert D.; Barbara B. Moran. 1987. Library Management. London :
Libraries Unlimited.
Sulistyo-Basuki. 1989. Pengantar Dokumentasi Ilmiah. Jakarta : Kesint Blanc.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 53


________. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

________. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka.


________. 1996. Kerja Sama dan Jaringan Perpustakaan. Jakarta : Universitas
Terbuka.
________. 1996. Pengantar Kearsipan. Jakarta : Universitas Terbuka.
________. 1999. Manajemen Arsip Dinamis = Record Management: Sebuah
Pengantar. Jakarta : Universitas Indonesia
Suprihati. 2004. Pengantar Ilmu Perpustakaan : Bahan Ajar Diklat Teknis
Pengelolaan Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Suyono Trimo. 1985. Pengadaan dan Pemilihan Bahan Pustaka. Bandung :
Angkasa.
________. 1987. Pengantar Ilmu Dokumentasi. Bandung : Remadja Karya.
Sutarto. 1993. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Tjoen, Mohd. Joesoef; S. Pardede. 1966. Perpustakaan di Indonesia Dari Zaman
ke Zaman. Jakarta: Kantor Bibliografi Nasional Dep. P.D. dan K.
Taylor, Arlene G. 2006. Introduction to Cataloging and Classification Tenth Edition.
London : Libraries Unlimited.
Winardi, J. 2004. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.

54 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 55
56 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 57


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 59
A. Latar Belakang ................................................................................ 59
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 60
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 60
BAB II PENGEMBANGAN KOLEKSI .............................................................. 61
A. Pengertian Pengembangan Koleksi............................................... 61
B. Jenis Koleksi.................................................................................... 62
C. Prinsip dan Proses Seleksi Bahan Perpustakaan ......................... 63
D. Alat Bantu Seleksi Bahan Perpustakaan ....................................... 65
E. Pengadaan Bahan Perpustakaan .................................................. 66
F. Inventarisasi Bahan Perpustakaan ................................................ 69
G. Penyiangan Bahan Perpustakaan.................................................. 71
H. Pembuatan Laporan Pengembangan Koleksi ............................... 73
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 77

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 57


58 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu perpustakaan ditentukan oleh beberapa factor. Salah satu
di antaranya ditentukan oleh seberapa aktifnya pengelola perpustakaan
mengikuti perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan informasi penerbitan.
Jika suatu perpustakaan bersifat statis, tidak mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pada suatu saat perpustakaan tersebut akan
ditinggalkan pemakainya dan akan menjadi gudang buku belaka. Untuk
menggairahkan dan memberikan layanan maksimal kepada pemustaka, baik
yang datang ke perpustakaan maupun yang mengakses melalui dunia maya,
diperlukan strategi pengembangan koleksi yang sesuai bagi perpustakaan
yang bersangkutan.
Era informasi dan digital dewasa ini membawa perubahan pada pengelolaan
perpustakaan. Setiap bidang haruslah menyesuaikan pengadaan,
pengolahan, dan layanan dengan bahan perpustakaan yang diadakan,
seperti bidang akuisisi yang bertugas mengadakan koleksi perpustakaan
digital. Pengadaan bahan perpustakaan sebelum era informasi dititikberatkan
pada pengembangan, tetapi pada era informasi dan digital, pengembangan
koleksi lebih diarahkan pada manajemen koleksi.
Pengembangan koleksi meliputi seleksi dan evaluasi yang berhubungan
dengan bahan perpustakaan berdasarkan kebutuhan pemustaka pada saat
ini dan masa mendatang. Manajemen koleksi menyangkut pengertian dan
kegiatan yang lebih luas. Menurut Sing (2004), manajemen koleksi juga
mengatur penggunaan koleksi, cara penyimpanan, cara mengorganisasi, dan
membuatnya mudah diakses oleh pemustaka.
Dewasa ini, fokus pengembangan koleksi tidak saja pada koleksi tercetak,
seperti buku, jurnal, dan koleksi audio visual, melainkan juga pada koleksi
yang dapat diakses secara maya, seperti data base jurnal dalam bentuk
online dan koleksi buku online.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 59


Guna memberikan pengetahuan dasar bagi petugas perpustakaan.
Perpustakaan Nasional RI sebagai instansi pembina menyediakan Diklat
Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan secara umum dan mendasar. Salah
satu mata ajar yang diberikan pada diklat ini adalah Pengembangan Koleksi.
Koleksi perpustakaan perlu dikembangkan sesuai dengan masyarakat
pemakai atau pemustakanya

B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan
keterampilan tentang pengertian pengembangan koleksi, pengenalan jenis
koleksi dan alat bantu seleksi, prinsip dan proses seleksi, pengadaan,
inventarisasi, penyiangan, dan pembuatan laporan pengembangan koleksi
yang disajikan dengan pendekatan pelatihan andragogi meliputi metode
ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, praktik, dan pelatihan.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu
melaksanakan pengembangan koleksi perpustakaan.

60 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB II
PENGEMBANGAN KOLEKSI

A. Pengertian Pengembangan Koleksi


Keberagaman jenis informasi yang dapat dengan mudah dikoleksi oleh
perpustakaan dan keberagaman kebutuhan pemustaka kadang kala
menimbulkan kebingungan bagi pustakawan untuk menentukan atau
menyedikan bahan perpustakaaan mana yang lebih penting.. Untuk
mengatasi kebingungan tersebut, perpustakaan harus mempunyai kebijakan
yang jelas dalam hal pengembangan koleksi dan pengadaan bahan
perpustakaan.
Mengembangkan atau membangun koleksi merupakan tugas utama
perpustakaan. Tanpa pertambahan dan pergantian koleksi, perpustakaan
tidak akan pernah menjadi pusat informasi. Pengembangan koleksi mecakup
semua kegiatan untuk memperluas dan memperbanyak bahan perpustakaan
di perpustakaan. Hal yang ditekankan di sini terutama aspek seleksi dan
evaluasi bahan perpustakaan.
Yang dimaksud dengan seleksi adalah proses mengidentifikasi bahan
perpustakaan yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di
perpustakaan. Koleksi perpustakaan hendaklah tetap dibina melalui suatu
seleksi yang sistematis dan terarah, sesuai dengan tujuan, rencana, dan
anggaran yang tersedia. Yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan
mengkaji, mensurvei, dan menganalisis kebutuhan pemakainya. Pustakawan
yang bertugas di bidang Akuisisi harus mengetahui betul apa tujuan
perpustakaan dan siapa pemakainya.
Pengembangan koleksi dalam hal ini mencakup kegiatan: menyurvei,
menyeleksi, menyiangi, dan mengevaluasi bahan perpustakaan.
1. Menyurvei adalah kegiatan mengkaji dan mengumpulkan data
perpustakaan yang diperlukan untuk seleksi, seperti survai keterpakaian
koleksi, bibliografi, dan katalog penerbit.
2. Menyeleksi bahan perpustakaan adalah kegiatan memilih bahan
perpustakaan yang tepat dan menetapkan prioritas sesuai dengan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 61


kebutuhan pemakainya, misi serta kemampuan perpustakaan. Kegiatan
menyeleksi dibantu dengan menggunakan alat seleksi.
3. Menyiangi bahan perpustakaan adalah kegiatan mengkaji dan
menentukan bahan perpustakaan yang sudah tidak terpakai dan
mengeluarkannya dari koleksi perpustakaan.
4. Mengevaluasi adalah kegiatan mengevaluasi atau memberikan penilaian
terhadap bahan perpustakaan dari aspek: jenis, isi, dan kualitas bahan
perpustakaan, serta layanan perpustakaan yang diberikan.

B. Jenis Koleksi
Menurut jenisnya, bahan perpustakaan dapat digolongkan ke dalam empat
bentuk, yaitu karya cetak, karya noncetak, bentuk mikro, dan karya dalam
bentuk elektronik
1. Karya Cetak
Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk
cetak, seperti buku (monograf) dan terbitan berseri.
2. Karya Noncetak
Karya noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam
bentuk selain buku dan terbitan berseri, seperti rekaman suara, rekaman
video, dan rekaman gambar.
3. Bentuk Mikro
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk semua
bahan perpustakaan yang menggunakan media film yang tidak dapat
dilihat dengan mata biasa, melainkan harus me. i alat baca yang disebut
dengan micro reader.
4. Karya dalam Bentuk Elektronik
Karya dalam bentuk elektronik adalah hasil pikiran manusia yang
dituangkan dalam bentuk elektronik, seperti pita magnetis dan cakram
atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti
computer dan CD-ROM player.

62 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


C. Prinsip dan Proses Seleksi Bahan Perpustakaan
Prinsip dan proses seleksi bahan perpustakaan harus berpedoman pada
kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis, sehingga dapat:
1. membantu penentuan bahan perpustakaan sebelum pembelian;
2. menentukan pembelian melalui agen atau penerbit langsung;
3. mengetahui bahan perpustakaan yang dapat atau tidak dapat dibeli;
4. menetapkan rencana anggaran prioritas;
5. bekerja sama dengan perpustakaan lain;
6. menentukan bahan perpustakaan apa yang disiangi.
Untuk dapat melaksanakan seleksi bahan perpustakaan, selektor harus
memenuhi kriteria:
1. menguasai sarana bibliografi;
2. mengetahui latar belakang pemustaka suatu perpustakaan;
3. mengetahui kebutuhan pemustaka;
4. memiliki pengetahuan mengenai koleksi perpustakaan;
5. bersifat netral.
Dengan demikian, dalam proses seleksi bahan perpustakaan dapat dilakukan
langkah-langkah:
1. memilih bahan perpustakaan yang cocok dengan kebutuhan masyarakat
pemakainya, tanpa membedakan suku, bangsa, pekerjaan, agama,
pendidikan, dan adat istiadat;
2. berorientasi pada tugas dan anggaran perpustakaan;
3. sedapat mungkin memperhatikan kualitas, isi, edisi, dan format bahan
perpustakaan;
4. berorientasi pada pemanfaatan koleksi semaksimal mungkin oleh
pemustaka;
5. mencakup berbagai bahan perpustakaan yang dapat menunjang tujuan
perpustakaan;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 63


6. tidak mengabaikan permintaan pemustaka dan mengetahui keadaan
pemustaka; dan
7. koleksi perpustakaan merupakan sarana reaksi aktif para pustakawan.
Langkah-langkah yang diambil dalam seleksi bahan perpustakaan oleh
selektor harus mempertimbangkan, antara lain:
1. otoritas pengarang dan penerbit;
2. isi bahan perpustakaan berupa susunan, isi, dan tahun penerbitan,
3. penyajian meliputi ketepatan, bahasa, dan objektivitas;
4. hal khusus lainya dapat berupa indeks, bibliografi, peta, diagram, serta
daftar ilustrasi;
5. format, yakni penjilidan, kertas, dan tipografi;
6. edisi, terbitan terbaru atau edisi revisi, dan harga bahan perpustakaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian bahan perpustakaan, antara
lain:
1. jangan membeli bahan perpustakaan karena dipengaruhi oleh kulitnya;
2. usulan dari pihak lain harus diperhatikan, namun penentuan tetap berada
di tangan pustakawan.
Dalam proses pemilihan bahan perpustakaan, selektor harus melakukan:
1. mengumpulkan alat seleksi;
2. pemilihan judul (seleksi);
3. mencatat data terpilih ke dalam kartu desiderata;
4. cek ricek untuk menghindari duplikasi;
5. cek ricek untuk melengkapi data;
6. file interfile kartu desiderata;
7. membuat daftar pesanan,
8. pemesanan bahan perpustakaan, dan
9. penerimaan bahan perpustakaan.

64 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Kegiatan seleksi atau pemilihan bahan perpustakaan dapat dilakukan oleh:
1. pustakawan di perpustakaan setempat;
2. dewan penyantun perpustakaan;
3. perpustakaan dengan partisipasi organisasi induk;
4. para ahli di bidang masing-masing, serta usulan;
5. para pemustaka,

D. Alat Bantu Seleksi Bahan Perpustakaan


Alat bantu seleksi adalah alat yang dapat digunakan pustakawan untuk
memutuskan dan mengkoleksi bahan perpustakaan tertentu.
1. Jenis Alat Bantu Seleksi
Jenis alat bantu seleksi, antara lain, dapat berupa:
a. katalog penerbit;
b. daftar buku IKAPI;
c. bibliografi nasional;
d. daftar buku beranotasi;
e. daftar penerbitan dari berbagai instansi pemerintah ataupun swasta;
f. book Review digest;
g. book review index;
h. technical book review index;
i. publishers weekly;
j. majalah profesi;
k. LISA (Library Information Science Abstract);
l. IMII (Indeks Majalah Ilmiah Indonesia);
m. Ulrich’s international periodicals directory;
n. Librarian’s handbook EBSCO;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 65


o. Bibliografi perdagangan (Book in print dan British book in print);
p. internet;
q. Ulrichh’s periodicals directory;
r. UMI (Microfilm);
2. Fungsi dan Penggunaan Alat Bantu Seleksi
Fungsi dan kegunaan alat bantu seleksi adalah untuk membantu
pustakawan selektor dalam mengindentifikasi bahan perpustakaan yang
akan diadakan. Di dalam sebagian besar alat bantu seleksi, biasanya
disajikan ringkasan isi bahan perpustakaan yang ditawarkan. Dengan
demikian, sebelum menentukan pilihan, pustakawan selektor telah
mengetahui isi ringkas bahan perpustakaan yang akan diadakan.
Untuk mendapatkan alat bantu seleksi tersebut pustakawan dapat
memintanya ke penerbit. Pustakawan dapat juga memperolehnya melalui
pameran buku (library expo) yang diselenggarakan atas kerja sama
beberapa penerbit serta dapat pula berkorespondensi ke berbagai
instansi pemerintah dan swasta baik dalam maupun luar negeri.

E. Pengadaan Bahan Perpustakaan


Jenis bahan perpustakaan yang akan diadakan dapat berupa buku atau
monograf, terbitan berkala atau serial, kaset, bentuk mikro, CD, VCD, peta,
dan sebagainya.
1. Pengadaan Bahan Perpustakaan Melalui Pembelian
Tahap kerja yang dilakukan untuk pengadaan bahan perpustakaan
melalui pembelian adalah:
a. mengumpulkan alat seleksi: katalog penerbit, daftar buku IKAPI,
tinjauan buku yang dimuat di majalah, daftar penerimaan buku baru,
dan sebagainya;
b. memilih judul yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan tujuan
perpustakaan;

66 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


c. mencatat data judul terpilih ke dalam kartu pesanan DN atau LN
(desiderata);
d. verifikasi/cek-ricek data untuk menghindari duplikasi;
e. cek-ricek untuk melengkapi data bibliografis;
f. file interfile kartu desiderata;
g. membuat daftar pesanan;
h. pemesanan bahan perpustakaan;
i. penerimaan bahan perpustakaan yang dipesan.
Dalam melengkapi data bibliografis buku/verifikasi diperlukan data:
i. pengarang, judul, penerjemah, penyuting, editor, dan sebagainya;
ii. penerbit, tempat terbit, tahun terbit;
iii. edisi, cetakan, jilid;
iv. seri (jika ada);
v. nomor ISBN (jika ada), jumlah eksemplar, dan harga.

Contoh kartu pesanan (desiderata):

KARTU PESANAN (LN) KARTU PESANAN (DN)


(hijau muda) (merah muda)
Judul : __________________ Judul : _____________________
Pengarang: __________________ Pengarang: _____________________
Penerbit : __________________ Penerbit : _____________________
Tempat : __________ Th. _____ Tempat : ___________ Th, _______
Agen : __________________ Agen : _____________________
ISBN : __________________ ISBN : _____________________
Rutin/Proyek/Anggaran th.: _______ Rutin/Proyek/Anggaran th. : _________

Pembelian bahan perpustakaan buku (monograf) dapat dilakukan melalui:


a. toko buku;
b. penerbit, baik dalam maupun luar negeri;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 67


c. agen buku, baik dalam maupun luar negeri.
2. Pengadaan Bahan Perpustakaan Melalui Pertukaran, Hadiah, dan
Hibah
Tujuan mengadakan pertukaran antara lain adalah:
a. memperoleh bahan perpustakaan tertentu yang tidak dapat diperoleh
di toko buku;
b. sistem pertukaran memberikan peluang bagi perpustakaan untuk
menyiangi koleksinya (bahan perpustakaan duplikasi, dan bahan
perpustakaan yang tidak sesuai dengan tujuan perpustakaan
bersangkutan);
c. mengembangkan kerjasama dengan perorangan/lembaga lain baik
dalam maupun luar negeri.
Pengadaan bahan perpustakaan melalui pertukaran dan hadiah ini dapat
dilakukan antara perseorangan dan lembaga, antarlembaga/instansi, dan
sebagainya, baik dari dalam maupun luar negeri, bergantung pada
korespondensi yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Adapun prosedur kerjanya dapat dirinci sebagai berikut:
a. merencanakan pertukaran atau meminta hadiah dengan perorangan
atau instansi, setelah lebih dahulu melakukan survai lapangan;
b. mengadakan korespondensi dengan pihak yang hendak bertukar atau
yang hendak memberikan hadiah;
c. mengadakan penawaran mengenai bahan perpustakaan apa saja
yang akan dipertukarkan atau dihadiahkan;
d. membuat kesepakatan mengenai tata cara pertukaran dan hadiah;
e. menyeleksi bahan pustaka yang ditawarkan/dihadiahkan oleh tim
seleksi;
f. memverifikasi bahan perpustakaan terpilih, agar tidak terjadi duplikasi;
g. membuat ucapan terima kasih;
h. inventarisasi bahan perpustakaan yang diterima.

68 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


3. Pengadaan Bahan Perpustakaan Melalui Titipan
Sesuai dengan namanya, pengadaan bahan perpustakaan melalui titipan
ini tidak dapat dimiliki oleh perpustakaan bersangkutan. Hal ini bersifat
sementara dan terikat oleh syarat tertentu yang sudah disepakati oleh
kedua belah pihak (penitip dan pepustakaan yang dititpkan). Hal ini jarang
dilaksanakan oleh perpustakaan.
4. Pengadaan Bahan Perpustakaan Terbitan sendiri
Untuk perpustakaan di bawah naungan instansi pemerintah, pengadaan
bahan perpustakaan terbitan sendiri biasanya dibebankan pada anggaran
perpustakaan yang bersangkutan. Untuk perpustakaan swasta atau
pribadi biasanya dibiayai oleh penyandang dana perpustakaan yang
bersangkutan. Bahan perpustakaan yang dihasilkan biasanya bersifat
laporan penelitian, prosiding, bibliografi, katalog induk, majalah indeks,
majalah abstrak, kliping, dan sebagainya.

F. Inventarisasi Bahan Perpustakaan


Inventarisasi bahan perpustakaan adalah kegiatan pencatatan setiap bahan
perpustakaan yang diterima perpustakaan ke dalam buku inventaris atau
buku induk sebagai tanda bukti perbendaharaan atau kepemilikan
perpustakaan. Kegiatan inventarisasi dilakukan untuk memantau seberapa
jumlah bahan perpustakaan yang secara nyata sesuai dengan jumlah bahan
pustaka menurut catatan kepimilikan (buku induk). Kegiatan ini berguna untuk
mengetahui:
1. bahan perpustakaan mana yang hilang dan mungkin perlu diupayakan
untuk menggantinya;
2. besarnya presentase kehilangan bahan perpustakaan sehingga perlu
diambil tindakan pengamanan.
Sebelum kegiatan inventarisasi dilakukan, bahan perpustakaan harus sudah
diterima. Prosedur penerimaan bahan perpustakaan meliputi kegiatan:
1. memeriksa alamat pengirim dan penerimanya;
2. memeriksa kiriman apakah sesuai dengan surat pengantar/pesanan;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 69


3. jika tidak sesuai, baik judul, pengarang atau keadaan fisik rusak, kiriman
disisihkan dan dikembalikan ke pengirim dengan surat permintaan
penggantian yang sesuai (claim);
4. untuk kiriman yang sesuai dengan surat pengantar/pesanan, dibuatkan
tanda terima dan kirimkan ke pengirim sebagai bukti penerimaan;
5. bahan perpustakaan siap dicatat dalam buku induk, yang sebelumnya
diberi stempel inventarisasi dan stempel perpustakaan/instansi. Stempel
kepemilikan minimal memuat keterangan:
a) nomor registrasi;
b) asal perolehan;
c) lokasi penyimpanan;
d) jumlah eksemplar.
Setelah menerima bahan perpustakaan, bahan perpustakaan tersebut
dicatat/diinventarisasi dalam buku induk.
Sistem pencatan dapat dilakukan dengan sistem register, buku besar, dua
kartu, tiga kartu, dan kardek
Sistem tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem register: digunakan untuk perpustakaan yang jumlah majalahnya
sedikit dan diterima secara teratur. Pencatatan dilakukan pada selembar
kertas yang dibagi dalam kolom nomor, judul majalah, volume, penerbit,
agen, periode, harga, dan sebagainya.
2. Sistem buku besar: dilakukan untuk mencatat semua keterangan majalah
yang dilanggan. Keterangan mengenai majalah yang perlu dicatat adalah
judul majalah, penerbit, agen, harga, tahun, volume, nomor, dan
sebagainya.

70 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Contoh format buku besar:
Judul : Harga :
Penerbit : Frekuensi :
Agen :
Vol.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Thn.

3. Sistem dua kartu: terdiri atas kartu register dan kartu uji (check card).
Kartu register memuat informasi mengenai judul, penerbit, agen,
frekuensi, tahun dan volume, harga, dll. Kartu uji memuat informasi
mengenai judul, frekuensi, volume, nomor majalah, tanggal peringatan
pada agen/toko buku, dan paraf pustakawan yang bertanggung jawab.
4. Sistem tiga kartu: terdiri atas kartu register, kartu uji, dan kartu indeks
berkelas. Kartu register dan kartu uji sama dengan di atas. Kartu indeks
berkelas memuat informasi mengenai nomor kelas, langganan tahunan,
frekuensi, judul, pialang, agen, penerbit, volume dan nomor yang ada,
indeks, suplemen, dan sebagainya.
5. Kardek: alat untuk mencetak terbitan berseri serta rekaman lain, yang
terbuat dari baja, dibagi dalam beberapa laci, bergantung pada
kebutuhan.

G. Penyiangan Bahan Perpustakaan


Dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tempat dan ruang penyimpanan
koleksi terbatas, . beberapa koleksi perlu ditarik atau dikeluarkan dari jakaran
koleksi. Kegiatan mengeluarkan atau menarik bahan perpustakaan dari
koleksi perpustakaan disebut dengan penyiangan (weeding).
Kegiatan penyiangan bertujuan untuk
❖ memperoleh tambahan tempat untuk koleksi baru;
❖ membuat koleksi dapat lebih diandalkan sebagai sumber informasi yang
akurat, relevan, up to date, serta menarik;

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 71


❖ memberi kemudahan pada pemakai dalam menggunakan koleksi;
❖ memungkinkan staf perpustakaan mengelola koleksi dengan lebih efektif
dan efisien.

1. Kriteria Penyiangan
a. Sebaiknya perpustakaan mempunyai peraturan tertulis tentang
penyiangan, sebagai pedoman melaksanakan penyiangan dari waktu
ke waktu.
b. Hendaknya perpustakaan meminta bantuan dari spesialis subjek dari
bahan perpustakaan yang akan disiangi.
c. Kondisi fisik bahan perpustakaan rusak berat dan tidak mungkin
diperbaiki lagi, namun bila bahan perpustakaan tersebut banyak
dibutuhkan pemakainya, hendaknya dibuatkan salinan/kopinya atau
dialih-mediakan terlebih dahulu.
d. Isi atau bahan perpustakaan yang boleh disiangi:
1) sudah ketinggalan jaman atau tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
pemakainya,
2) informasinya sudah tidak relevan,
3) data sudah tidak akurat lagi,
4) informasinya sudah kurang/tidak bermanfaat lagi,
5) materi sudah tidak sesuai dengan perkembangan kurikulum,
6) edisi terbaru telah terbit,
7) materinya bukan merupakan karya klasik dan sejarah,
8) bahan perpustakaan yang isinya sudah tidak lengkap lagi dan
tidak dapat diusahakan gantinya
2. Proses Penyiangan
Proses penyiangan memakan waktu lama, keputusan harus diambil
secara hati-hati. Pelaksanaan proses penyiangan tidak hanya berakhir

72 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


dengan dikeluarkannya bahan perpustakaan tertentu dari koleksi, tetapi
masih ada berbagai prosedur yang harus diselesaikan, yaitu:
a. mencatat semua records bahan perpustakaan yang akan dikeluarkan;
b. mengeluarkan katalognya dari jajaran katalog;
c. menghapus data bibliografi yang ada di pangkalan data OPAC
3. Laporan Hasil Penyiangan
Untuk pertanggungjawaban hasil penyiangan, penanggung jawab
kegiatan harus membuat laporan hasil penyiangan yang dapat berupa
bahan perpustakaan yang akan dimusnahkan atau bahan perpustakaan
eksemplar lebih (surplus). Pemusnahan barang milik negara harus
mengacu pada peraturan pemerintah yang berlaku.

H. Pembuatan Laporan Pengembangan Koleksi


Laporan pengembangan koleksi dibuat sistematis, lengkap, berisikan surat
pengantar, dan daftar pengadaan bahan pustaka tahun berjalan yang
disusun alfabetis judul dari setiap subjek.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 73


74 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan


koleksi tidak hanya sekadar menambah jumlah koleksi atau bahan perpustakaan
ke suatu perpustakaan, melainkan ada proses seleksi dan evaluasi. Kegiatan
seleksi berhubungan dengan pemilihan dan penetapan bahan perpustakaan yang
akan diadakan, yang tentunya disesuaikan dengan dana yang tersedia, kebijakan
perpustakaan dalam hal mengembangkan koleksi, dan ketersediaan bahan
perpustakaan di pasaran.
Kegiatan evaluasi berhubungan dengan penyuntingan bahan perpustakaan yang
ada di lapangan. Kegiatan evaluasi, misalnya penyiangan tidak hanya sampai
pada tingkat mengurangi atau mengeluarkan bahan perpustakaan dari jajaran
koleksi, tetapi harus juga mencatat semua records bahan perpustakaan yang akan
dikeluarkan, mengeluarkan katalognya dari jajaran kotalog,.dan menghapus data
bibliografi yang ada di pangkalan data OPAC.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 75


76 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Budiaju, Wresti. Pengembangan Koleksi Perpustakaan Bagian A. Depok:


Universitas Indonesia, 2001.
Collection Development Policies and Procedures. 3rd ed. Edited by Elizabeth
Futas. Arizona : Oryx Press, 1995.
Evans, G. Edward. Developing Library and Information Center Collections. 4th ed.
New York : Collection Development team, 1998.
Guide for Written Collection Policy Statements. 2nd ed. Joanne S. Anderson, editor.
Chicago: American Library Association, 1996.
Nelwaty. Pedoman Teknis Pengembangan Koleksi Layanan. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2003.
Sing, S.P. Collection Development in the Electronic Environment. Bottom Line :
Managing Library Financies. 2004.
Yulia, Yuyu. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. 1994.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 77


78 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 79
80 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... 81


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 83
A. Latar Belakang ............................................................................ 83
B. Deskripsi Singkat ........................................................................ 84
C. Tujuan Pembelajaran Umum ..................................................... 84
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ................................................... 84
BAB II KATALOGISASI .............................................................................. 87
A. Pengertian Katalogisasi ........................................................... 87
B. Tujuan Katalogisasi ................................................................... 88
C. Jenis Katalog .............................................................................. 88
D. Fungsi Katalog........................................................................... 89
E. Bentuk Katalog .......................................................................... 89
BAB III DESKRIPSI BIBLIOGRAFIS .......................................................... 93
A. Pedoman Deskripsi Bibliografis ................................................ 93
B. Tingkatan Deskripsi Katalog ..................................................... 94
C. Sumber Informasi ...................................................................... 96
D. Susunan Elemen Deskripsi Bentuk Buku (Monograf) ............. 97
E. Komponen Wakil Dokumen ...................................................... 98
BAB IV ENTRI KATALOG ........................................................................... 101
A. Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan ........................ 101
B. Penentuan Kata Pertama Pada Nama Perorangan
sebagai Tajuk Entri Utama dan Entri Tambahan .................... 106
C. Deskripsi Bibliografi ................................................................... 121
D. Nomor Panggil ........................................................................... 125
BAB V KEGIATAN PASCA KATALOGISASI ............................................ 127

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 81


A Fisik dan Kelengkapan Bahan Perpustakaan ......................... 127
B Pengetikan Kartu Katalog ......................................................... 128
C Filing Kartu Katalog ................................................................... 129
BAB VI PENUTUP........................................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 139

82 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan penge-
tahuan dalam berbagai bentuk bahan perpustakaan yang penempatannya
diatur sedemikian rupa sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemu-
kan kembali oleh pemustaka dengan cepat dan tepat. Salah satu kegiatan
pokok dalam pengelolaan perpustakaan adalah katalogisasi (cataloguing),
yaitu proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat dalam suatu
bahan perpustakaan ke dalam bentuk katalog. Dalam pengertian lain,
katalogisasi merupakan proses pengorganisasian bahan perpustakaan
agar dapat diketemukan kembali oleh pemustaka pada saat mereka
membutuhkan bahan perpustakaan tersebut. Secara sederhana,
pengertian katalogisasi adalah proses pembuatan entri katalog sebagai
sarana temu kembali informasi di perpustakaan.
Katalog perpustakaan sebagai hasil katalogisasi merupakan suatu rekaman
atau daftar bahan perpustakaan yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau
beberapa perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu.
Dalam katalog perpustakaan, dicantumkan hal-hal penting yang
diperkirakan digunakan orang dalam mencari suatu bahan perpustakaan
dan informasi yang dikandung di dalamnya, baik mengenai fisik maupun isi
bahan perpustakaan tersebut.
Ada dua macam kegiatan dalam pembuatan katalog, yaitu katalogisasi
deskriptif (descriptive cataloging) dan katalogisasi subjek (subject
cataloging). Katalogisasi deskriptif merupakan salah satu tahap katalogisasi
yang mendeskripsikan bahan perpustakaan secara fisik dan menentukan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 83


titik pendekatan (access point). Adapun katalogisasi subjek merupakan
tahap katalogisasi lain yang dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu
penandaan tajuk subjek suatu bahan perpustakaan secara verbal dan
penentuan nomor klasifikasi bahan perpustakaan secara nonverbal.
Dengan adanya katalog, para pemustaka diharapkan dapat mengetahui
gambaran singkat tentang bahan perpustakaan yang diproses, baik
mengenai aspek bibliografis, isi yang dikandung di dalamnya, lokasi atau
tempat penyimpanannya di perpustakaan, maupun keterangan lain yang
dianggap penting.

B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan dan
keterampilan membuat cantuman bibliografi yang meliputi pengertian
katalogisasi, tujuan, jenis dan fungsi katalog, deskripsi bibliografi bahan
perpustakaan menurut Anglo American Cataloguing Rules 2 (AACR2),
sumber-sumber informasi, susunan elemen deskripsi bibliografi, komponen
wakil dokumen, entri katalog, dan kegiatan pascakatalog yang disajikan
dengan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi metode ceramah,
diskusi, praktik, dan simulasi.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu membuat
deskripsi bibliografi sederhana menurut peraturan AACR2 dalam bentuk
katalog.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu :

84 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


1. Menjelaskan pengertian dan tujuan katalogisasi
2. Menjelaskan jenis katalog
3. Menjelaskan fungsi dan bentuk katalog
4. Menjelaskan deskripsi bibliografi bahan perpustakaan
5. Menentukan entri katalog
6. Menjelaskan kegiatan pascakatalogisasi

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 85


86 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB II
KATALOGISASI

katalogisasi lain, yang mengelompokkan bahan perpustakaan ke dalam dua


bagian, yaitu 1). penentuan tajuk subjek suatu bahan perpustakaan secara verbal
(dalam bentuk istilah) dan 2). penentuan nomor klasifikasi bahan perpustakaan
secara nonverbal (dalam bentuk notasi klasifikasi).
Dengan adanya katalog, para pemustaka perpustakaan diharapkan dapat
mengetahui gambaran singkat tentang bahan perpustakaan yang dimiliki, baik
mengenai aspek bibliografis, isi yang dikandung di dalamnya, lokasi atau tempat
penyimpanannya di perpustakaan, maupun keterangan lain yang dianggap
penting.
A. Pengertian Katalogisasi
Katalog yang sering kita dengar sehari-hari merupakan kata/istilah yang
berasal dari bahasa latin “catalogus” yang berarti daftar barang atau benda
yang disusun untuk tujuan tertentu. Sedangkan katalog berdasarkan ilmu
perpustakaan berarti daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang
disusun menurut sistem tertentu. Jadi dalam katalog perpustakaan terdaftar
semua bahan perpustakaan (buku, majalah, kaset, CD, dan lain lain) yang
ada di rak koleksi. Dengan cara melengkapi data-data cantuman bibliografis
sesuai dengan sistem yang telah ditentukan pada katalog untuk semua jenis
bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan, diharapkan para
pemustaka maupun pustakawan dapat menemukan kembali bahan
perpustakaan yang diperlukan dengan cepat dan tepat.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 87


B. Tujuan Katalogisasi
Menurut seorang pakar perpustakaan dari Amerika Serikat yang bernama
Charles Ammi Cutter, pada dasarnya tujuan katalog adalah sebagai
berikut:
1. Memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku yang diketahui
berdasarkan : a) Pengarangnya; b) Judulnya; c) Subjeknya.
2. Menunjukkan buku yang dimiliki perpustakaan: a) Oleh pengarang
tertentu; b) Berdasarkan subjek tertentu; c) Dalam jenis literatur
tertentu.
3. Membantu dalam pemilihan buku: a) Berdasarkan edisinya; atau b)
Berdasarkan karakternya (bentuk sastra atau berdasarkan topik).

C. Jenis Katalog
Berdasarkan jenisnya katalog dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu:
1. Katalog pengarang
Yaitu katalog yang disusun berdasarkan abjad nama pengarang, baik
itu pengarang perorangan, karya bersama, karya badan korporasi,
ataupun karya yang ditajukkan pada judul seragam.
2. Katalog judul
Yaitu katalog yang disusun berdasar abjad judul dari semua bahan
perpustakaan yang dimiliki.
3. Katalog subjek
Katalog subjek dalam penyusunannya dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu 1). Katalog subjek yang disusun berdasarkan abjad judul untuk
subjek yang dinyatakan dalam bentuk istilah (verbal) dan 2). Katalog
subjek yang disusun berdasarkan urutan nomor klasifikasi (subjek

88 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


dalam bentuk nonverbal) sesuai dengan pedoman bagan klasifikasi
yang digunakan.

D. Fungsi Katalog
Fungsi katalog bagi perpustakaan antara lain:
1. Sebagai hasil pencatatan /daftar inventaris dari koleksi yang ada di
perpustakaan.
2. Alat untuk mempermudah temu kembali informasi bahan perpustakaan
yang dicari.
3. Sebagai alat bantu di dalam memilih bahan perpustakaan dalam hal
yang berkaitan dengan edisi, kepengarangan, dan sebagainya.
4. Menyusun nama pengarang sedemikian rupa sehingga karya seseorang
dengan berbagai judul yang berbeda dapat diletakkan secara
berdekatan.
5. Mencatat nomor panggil (call number) untuk menunjukkan di mana
bahan perpustakaan itu berada/tersimpan pada rak.

E. Bentuk Katalog
Perpustakaan merupakan suatu organisasi yang terus berkembang . Hal itu
bisa dilihat dari bentuk fisik katalog yang terus mengalami perubahan.
Katalog dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk fisiknya antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Katalog Kartu (card catalog)
Katalog Kartu sudah digunakan lebih dari seratus tahun yang lalu dan
hingga sekarang pun masih banyak perpustakaan yang menggunakan
katalog jenis ini. Katalog bentuk kartu berukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 89


entri (pengarang, judul, dan subjek) ditulis pada satu kartu. Kartu
kemudian dijajarkan dalam laci katalog.
Katalog berbentuk kartu banyak digunakan oleh berbagai
perpustakaan dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Awet atau tahan lama.
b. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang
tidak diperlukan mudah dilaksanakan. Dengan demikian, katalog
selalu mencerminkan keadaan bahan perpustakaan secara
mutakhir.
c. Ringkas, yaitu hemat tempat.
d. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai
dan beberapa pemustaka sekaligus.
e. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Biasanya, kartu katalog dibuat
dalam tiga jenis, yaitu kartu katalog pengarang, katalog judul, dan
katalog subjek.
f. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat.
g. Ekonomis, yaitu tidak memerlukan biaya tinggi dalam
pembuatannya.
2. Katalog Berkas (Sheaf Catalog)
Merupakan kumpulan kertas/ kartu berupa lembaran berukuran 7,5 x
12,5 cm. atau 10 x 15 cm. Masing-masing lembar berisi data katalog.
Pada bagian kiri diberi lubang. Kemudian diikat atau dijilid. Pada
bagian depan dan belakang diberi karton tebal berfungsi sebagai
pelindung. Setiap berkas dapat memuat antara 500 hingga 600 lembar.
Berkas yang sudah terjilid kemudian disusun menurut nomor berkas.

90 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


3. Katalog Cetak atau Katalog Buku (Printed Catalog)
Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan perpustakaan yang
ditulis atau dicetak pada lembaran-lembaran yang berbentuk buku.
Katalog buku sebenarnya tidak fleksibel karena penyisipan dan
pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan. Akan tetapi, jenis
katalog ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
a. Biaya pembuatan murah
b. Mudah dicetak
c. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain
d. Mudah dibawa kemana-mana
e. Tidak memerlukan filling seperti kartu katalog
4. Katalog OPAC (Online Public Access Catalog)
Dengan semakin pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi
terutama dalam penggunaan komputer dan telekomunikasi berdam-
pak terhadap perkembangan bentuk katalog di perpustakaan. Ba-nyak
perpustakaan yang telah memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
tersebut dalam kegiatan pembuatan katalog dengan menerapkan
sistem otomasi perpustakaan, yang salah satu kegiatannya adalah
pembuatan katalog secara online. Katalog OPAC banyak digunakan
pada berbagai perpustakaan karena mempunyai banyak keuntungan,
di antaranya adalah sebagai berikut:
a. penelusuran informasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
b. Penelusuran dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling
menunggu.
c. Jajaran tertentu tidak perlu difail
d. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan sekaligus, misalnya melalui judul, pengarang, subjek,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 91


tahun terbit, penerbit, dan sebagainya, dengan memanfaatkan
penelusuran Boolean Logic
e. Rekaman bibliografi yang dimasukkan ke dalam entri katalog tidak
terbatas.
f. Penelusuran dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus
mengunjungi perpustakaan , yaitu dengan menggunakan jaringan
LAN (Local Area Network) atau WAN (Wide Are Network)
Banyak program aplikasi yang dapat digunakan perpustakaan, antara
lain seperti : CDS/ISIS, Inlis, Inmagic, Virtua, Dynix, Tinlib, dan
berbagai jenis aplikasi lain yang dikembangkan oleh masing-masing
perpustakaan.
5. Katalog di Internet
Katalog yang dapat diakses dengan menggunakan komputer yang
terhubung dengan telepon dalam jaringan internet.

92 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB III
DESKRIPSI BIBLIOGRAFIS

A. Pedoman Deskripsi Bibliografis


Kegiatan deskripsi bibliografis adalah suatu kegiatan yang mencatat data-
data dari suatu bahan perpustakaan mulai dari judul, pengarang, tempat
terbit, penerbit, dan deskripsi fisik dari bahan tersebut sampai ke nomor
standar bahan perpustakaan. Pencatatan kegiatan tersebut disesuaikan
dengan peraturan ISBD (International Standard Bibliografis Description)
dengan susunan entri-entri katalog berdasarkan AACR2 (Anglo American
Cataloguing Rules Ed rev. 2).
Deskripsi menurut International Standard Bibliographic Description (ISBD)
menggambarkan karakteristik bibliografi berdasarkan ciri fisik bahan
perpustakaan yang sedang diolah, di antaranya adalah:
a. ISBD (M) untuk bahan buku (Monograf)
b. ISBD (S) untuk terbitan berseri (Serials)
c. ISBD (CM) untuk bahan kartografis (Cartographic Materials)
d. ISBD (NBM) untuk bahan nonbuku (Non-Book Materials)
Menurut ISBD tersebut bahan perpustakaann yang akan diolah disusun ke
dalam delapan (8) daerah (area), yang tiap daerah terdiri atas beberapa
unsur. Daerah-daerah dan unsur-unsur dipisahkan oleh tanda baca. Setiap
daerah, kecuali pada daerah pertama, diawali dengan tanda titik, spasi,
garis, spasi “.—“
Kedelapan (8) daerah atau area tersebut adalah:
1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab
2. Daerah edisi
3. Daerah data khusus

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 93


4. Daerah tempat terbit, penerbit, dan tahun terbit
5. Daerah deskripsi fisik
6. Daerah seri
7. Daerah Catatan
8. Daerah ISBN

B. Tingkatan Deskripsi Katalog


Tanda baca pemisah untuk setiap unsur deskripsi adalah:
No Daerah Tanda baca Unsur
1. Judul & = Judul paralel
penanggung : Subjudul
jawab / Penanggung jawab
; penanggung jawab yang berbeda
kedudukannya
2. Edisi .– Keterangan edisi
/ Penanggung jawab pertama berkaitan
dengan edisi
; Penanggung jawab kedua
3. Data Khusus .-- Hanya digunakan untuk bahan
kartografi, serial, musik, fail komputer
dan bentuk mikro
4. Penerbitan dan .– Tempat terbit
distribusi : Penerbit
, Tahun penerbitan
5. Deskripsi fisik Jumlah hlm. atau jumlah jilid
: Ilustrasi
, Ukuran
+ Keterangan bahan terlampir
6. Seri . -- Seri
7. Catatan Judul asli
Bibliografi
Indeks
Tesis, dll.
8. Nomor standar ISBN

94 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Unsur deskripsi yang terdapat dalam peraturan AACR2 memuat tiga (3)
tingkatan deskripsi yang masing-masing berisi unsur yang memuat batasan
minimal unsur yang harus dicantumkan oleh perpustakaan atau badan
pengatalog lain yang memilih untuk menerapkan tingakatan deskripsi
tersebut. Dalam pemilihan tingkatan deskripsi didasarkan pada tujuan
pembuatan entri katalog. Unsur minimum yang harus ada dalam setiap
tingkatan perlu dicantumkan oleh setiap perpustakaan, sementara unsur
pilihan boleh tidak dicantumkan.
Adapun tingkatan deskripsi tersebut dan unsur-unsur minimumnya adalah
sebagai berikut:
1. Deskripsi tingkat pertama
Untuk deskripsi tingkat pertama, paling sedikit unsur yang harus
tercakup adalah:
Judul sebenarnya/pernyataan tanggung jawab pertama, bila berbeda
jumlah atau bentuk tajuk entri utama atau bila tajuk entri utama tidak
ada. – Pernyataan edisi. – Rincian spesifik materi (penomoran). –
Penerbit pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik. – Catatan. –
Nomor standar.
2. Deskripsi tingkat kedua
Untuk deskripsi tingkat kedua, paling sedikit unsur yang harus tercakup
adalah :
Judul sebenarnya [GMD/pernyataan bahan umum] = judul paralel:
informasi judul lain/pernyataan tanggung jawab pertama; masing-
masing pernyataan tanggung jawab berikutnya. – Pernyataan edisi
pernyataan tanggung jawab pertama berkaitan dengan edisi. – Rincian
spesifik materi (penomoran). – Tempat penerbitan pertama dsb., ;
penerbit pertama dsb., tahun terbit dsb. – Deskripsi fisik: rincian fisik

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 95


lainnya ; ukuran. – (judul seri sebenarnya/pernyataan tanggung jawab
berkaitan dengan seri, ISSN dari seri; penomoran dalam seri. Judul
subseri), ISSN dari subseri; penomoran dalam subseri. – Catatan. –
Nomor standar.
3. Deskripsi tingkat ketiga
Untuk deskripsi tingkat ketiga, masukan semua unsur yang tercakup
dalam peraturan AACR2 yang terdapat dalam karya tersebut
Tingkatan deskripsi yang sesuai untuk diklat tingkat pengelola adalah
deskripsi tingkat pertama, dan penjelasan berikut ini adalah unsur-unsur yang
harus dimuat dalam deskripsi tingkatan pertama tersebut.

C. Sumber Informasi
Sumber informasi utama untuk bahan bentuk buku adalah halaman judul
dari karya tersebut. Untuk lebih jelasnya sumber informasi untuk setiap
unsur adalah sebagai berikut:
1. Judul
Sumber informasi utama untuk judul adalah halaman judul dari karya
tersebut, apabila judul diambil bukan dari halaman judul, maka judul
tersebut ditulis dalam tanda kurung siku [ ] dan perlu dicatatkan pada
unsur daerah catatan sumber pengambilan judul, misalnya judul dari
sampul depan (cover).
2. Pernyataan tanggung jawab
Sumber informasi utama untuk pernyataan tanggung jawab adalah
halaman judul dari karya tersebut, apabila diambil bukan dari halaman
judul, maka nama pernyataan tanggung jawab tersebut ditulis dalam
tanda kurung siku. Misalnya untuk karya berikut nama penanggung

96 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


jawab diambil dari balik halaman judul, cara penulisannya adalah
sebagai berikut:
Sejarah Majapahit / [Slametmuljana]
3. Pernyataan edisi
Sumber informasinya dari bagian manapun dari karya tersebut.
4. Pernyataan keterangan penerbitan
Sumber informasinya dari bagian manapun dari karya tersebut.
5. Catatan
Pada daerah catatan ini catatkanlah hal-hal yang dianggap perlu untuk
diketahui pemustaka.
6. Nomor standar
Untuk bahan perpustakaan bentuk buku nomor standar yang perlu
dicatat adalah nomor ISBN karya tersebut, jika tidak ada nomor ISBN
karya tersebut, maka untuk daerah nomor standar tidak perlu diisi.

D. Susunan Elemen Deskripsi Bentuk Buku (Monograf)


Berdasarkan International Standard Bibliographic Description (ISBD) (M)
untuk buku/monograf susunan elemen deskripsinya untuk tingkatan
pertama adalah sebagai berikut :
1. Judul sebenarnya, atau yang diambil adalah judul utama, sedangkan
judul paralel dan anak judul atau keterangan judul lain tidak perlu
dicatatkan.
2. Pernyataan tanggung jawab, yang diambil hanya pernyataan tanggung
jawab pertama, bila berbeda jumlah atau bentuk tajuk entri utama atau
bila tajuk entri utama tidak ada.
3. Pernyataan edisi, keterangan tentang pernyataan tanggung jawab
berkenaan dengan edisi, nomor edisi tidak perlu dicatatkan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 97


4. Pernyataan keterangan penerbitan, penerbit pertama dsb., tahun terbit
dsb.
5. Keterangan fisik dokumen
6. Catatan
7. Nomor standar

E. Komponen Wakil Dokumen


Komponen wakil dokumen dapat berupa katalog baik yang berbentuk kartu,
buku maupun OPAC yang berisi data-data bibliografis dari suatu karya.
Untuk wakil dokumen berupa katalog bentuk kartu untuk satu karya oleh
satu penanggung jawab minimal terdiri atas 3 wakil dokumen, yaitu :
1. Wakil dokumen untuk tajuk entri utama nama pengarang,
contoh:

Keterangan :
1. Judul dan penanggung jawab
2. Edisi
3. Penerbitan
4. Deskripsi fisik

98 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


5. Nomor standar

2. Wakil dokumen untuk judul,


contoh:

3. Wakil dokumen untuk subjek,


contoh:

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 99


100 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB IV
ENTRI KATALOG

Sebuah katalog terdiri atas 1). tajuk (tajuk entri utama), 2). deskripsi bibliografi
(yang terdiri atas 8 daerah) dan 3). tajuk tambahan. Tajuk entri utama dan tajuk
entri tambahan dapat berupa:
1. Nama orang
2. Judul
3. Judul seragam
4. Nama badan korporasi
Sumber untuk memperoleh tajuk entri utama dan entri tambahan suatu bahan
perpustakaan adalah bahan perpustakaan itu secara keseluruhan, mulai dari
halaman judul, halaman- halaman depan yang lain, kulit buku, kontainer, teks dan
sebagainya. Sumber dari luar bahan perpustakaan dapat digunakan hanya bila
dari bahan bersangkutan tidak mungkin diperoleh informasi yang jelas.
A. Tajuk Entri Utama dan Tajuk Entri Tambahan
1. Nama diri sebagai tajuk entri utama atau entri tambahan
Dasar Penentuan Tajuk Entri Utama (TEU) dan Tajuk Entri Tambahan
(TET) Nama Orang
a. Karya Pengarang Tunggal
Bila suatu karya ditulis oleh seorang pengarang, maka tajuk entri
utama ditentukan di bawah nama pengarang yang bersangkutan.
Contoh : Pengantar ilmu politik / oleh Eep Saifullah Fatah.
TEU adalah: Eep Saifullah Fatah
TET adalah: Judul

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 101


b. Karya Pengarang Ganda
Bila suatu dokumen disusun oleh dua orang pengarang dan salah
satu pengarang bertindak sebagai pengarang utama, yang lain
sebagai pengarang pembantu, maka tajuk entri utamanya
ditentukan di bawah nama pengarang utama, dan tajuk tambahan
di bawah nama pengarang pembantu.
Contoh:
Politik ekonomi Indonesia / oleh Sjahrir, dibantu oleh Edi
F. Swasono

TEU adalah: Sjahrir


TET adalah: I. Judul
II. Edi F. Swasono

c. Karya 3 (tiga) orang pengarang


Karya yang di dalamnya terdapat nama tiga orang pengarang
dengan kedudukan yang sama, maka tajuk entri utama untuk
nama pengarang yang disebutkan/ditulis dalam urutan pertama
karya tersebut. Sedangkan lainnya sebagai tajuk tambahan.
Contoh:
Budi daya udang windu / disusun oleh Amin Najib, Anis
Masruri dan Budi Santoso

TEU adalah: Amin Najib


TET adalah: I. Judul
II. Anis Masruri
III. Budi Santoso

102 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


d. Karya lebih dari 3 orang pengarang
Bila dalam suatu karya terdapat lebih dari 3 pengarang dengan
kedudukan yang sama, maka untuk pernyataan penanggung
jawab adalah nama pengarang yang disebutkan pertama yang
diikuti dengan tanda titik tiga dan kata et. al. dalam tanda kurung
siku. Tajuk entri utamanya pada judul dan tajuk entri tambahan
pada nama pengarang yang pertama disebut dalam karya.
Contoh:
Pendidikan agama Islam untuk Sekolah dasar
disusun oleh:
Arief Muarif
Abdul Hamid
Syamsudin
Amir Santoso

Cara penulisan deskripsi adalah:


Pendidikan agama Islam / oleh Arief Muarif … [et. al.]

TEU adalah: Pendidikan agama Islam (pada Judul)


TET adalah: I. Arief Muarif

e. Karya Terjemahan
Untuk karya terjemahan, tajuk entri utamanya pada pengarang
asli dan tajuk tambahan pada penterjemah
Contoh:
Harry Potter dan pangeran berdarah campuran / oleh J.K
Rowling ; penterjemah, Listiana Sri Santi

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 103


TEU adalah: Rowling, J.K
TET adalah: I. Judul
II. Listiana Sri Santi

f. Karya Editor
Suatu karya yang dikarang oleh satu orang atau lebih dan ada
editornya, maka penentuan tajuk entri utamanya adalah :
1) Untuk karya yang terdiri dari satu pengarang dan satu editor
TEU adalah: pada nama Pengarang
TET adalah: I. Judul
II. nama editornya

2) Untuk karya yang terdiri dari dua atau tiga pengarang dan
satu atau dua atau tiga editor, maka
TEU adalah: Pada pengarang pertama
TET adalah: I. Judul
II. pengarang kedua
III. Editor pertama
IV. Editor kedua
V. Editor ketiga
3) Untuk karya yang terdiri dari lebih 3 pengarang atau tanpa
pengarang, ada satu orang editornya maka :
TEU adalah: Judul
TET adalah: I. Nama editor

g. Karya Anonim (tanpa pengarang)


Tajuk entri utama ditentukan langsung pada judul.

104 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


2. Judul
Judul akan menjadi tajuk entri utama apabila:
1. Karya tersebut ditulis oleh 4 orang atau lebih
2. Karya editor
3. Karya anonim
4. Pengarang perorangan yang tidak jelas atau tidak diketahui.
5. Tidak termasuk kategori karya perorangan atau badan korporasi.
3. Judul Seragam
Judul seragam sebagai tajuk entri utama apabila karya mengenai:
a. Perundang-undangan, peraturan, keputusan, instruksi
Tajuk untuk karya perundang-undangan ditetapkan di bawah
nama pemerintah sebagai sumber (pengarang atau pencipta)
yang mengeluarkannya ditajukkan di bawah nama negara diikuti
dengan judul seragam dinyatakan dalam kurung siku.
Contoh; Indonesia
[Undang-undang, peraturan, dsb]

b. Perjanjian, persetujuan dan sebagainya antara dua negara atau


lebih. Gunakan nama perjanjian sebagai judul seragam.
Contoh;
▪ Indonesia
[Perjanjian, dsb. Malaysia]
▪ Pakta Warsawa (1945)

c. Kitab-kitab suci
Contoh: Alquran
Alquran. Surat Yasin

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 105


Alkitab
Alkitab. Perjanjian Lama
Tripitaka. Vinayapittaka
Weda. Samaeweda

4. Nama Badan korporasi


Suatu badan korporasi bisa menjadi tajuk entri utama apabila:
a. Karya-karya bersifat administratif tentang suatu badan seperti;
kebijakan internal, prosedur, keuangan, staf, dan sumber-sumber
(katalog, inventaris, direktori, keanggotaan)
b. Karya–karya pemerintah seperti: peraturan perundang-
undangan, dekrit presiden, perjanjian internasional, keputusan-
keputusan pengadilan, dan produk-produk legislatif
c. Karya-karya yang mencatat pemikiran kolektif dari suatu badan
seperti: laporan komisi dsb., pernyataan-pernyatan resmi tentang
kebijakan ekstern, dan laporan penelitian
d. Laporan-laporan pertemuan (konferensi, seminar, lokakarya,
dsb.), laporan ekspedisi, eksibisi, dan lain-lain
e. Rekaman suara, film, video dsb. yang merupakan hasil kegiatan
kolektif suatu kelompok pelaku pertunjukan
f. Bahan-bahan kartografi yang berasal dari badan korporasi,
kecuali bila badan tersebut hanya sebagai penerbit atau
distributor.

B. Penentuan Kata Pertama Pada Nama Perorangan sebagaiTajuk Entri


Utama dan Entri Tambahan
1. Nama pengarang secara umum

106 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Secara umum dalam penentuan kata pertama nama orang dalam tajuk
adalah dengan cara pembalikan, yaitu kata terakhir menjadi kata
pertama, namun di beberapa negara ada pengecualian dengan tidak
melakukan pembalikan atau dengan kata lain nama pada tajuk ditulis
seperti apa adanya pada karya orang tersebut. Negara yang
menetapkan cara ini adalah; Cina, Malaysia dan Indonesia untuk
nama- nama yang tidak mengandung marga..
Cara penentuan tajuk nama orang
a. Bagian nama terakhir dari nama pengarang ditetapkan sebagai
tajuk
b. Nama yang paling dikenal dan paling sering digunakan dalam
karya-karyanya.

2. Nama pengarang Indonesia


Penerapan untuk nama dengan ciri pengenal terbatas
a. Nama diri Tunggal, ditajukkan menurut nama tunggal dan sesuai
dengan ejaan yang digunakan dalam karya tersebut.
Contoh:
Sukarno, 1901-1970
Koentjaraningrat, 1923-1999
Soedjatmoko, 1922-1989
b. Nama Ganda yang ditulis lengkap
Contoh: Abdullah bin Nuh
x Nuh, Abdullah bin
Mastini Hardjoparkoso, 1923-
x Harjoprakoso, Mastini, 1923-
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 107


x Pramudya Ananta Tur, 1925-2006
x Tur,Pramudya Ananta, 1925-2006

x Tur,Pramudya A., 1925-2006


x Toer,Pramoedya Ananta, 1925-2006

x Toer,Pramoedya A., 1925-2006


Yayat Rukhiyat
x Rukhiyat, Yayat

c. Nama orang Indonesia yang mengandung nama


keluarga/fam/marga dari luar negeri yang merupakan hasil
peniruan nama oleh orang Indonesia tanpa ada hubungan
keluarga atau perkawinan.
Contoh : John Kennedy
x Kennedy, Jonh
Henry Jackson Purba
x Purba, Henry Jackson

d. Nama diri yang mengandung nama jawa sebagai nama keluarga,


namun nama tersebut tetap merupakan nama diri ganda yang
ditulis lengkap.
Contoh: Sumitro Djojohadikusumo, 1917-2001
x Jojohadikusumo, Sumitro, 1917-2001
x Djojohadikoesoemo, Soemitro, 1917-2001
x Djojohadikoesoemo, Soemitro, Raden Mas, 1917-2001
x Soemitro Djojohadikoesoemo, Raden Mas, 1917-2001

108 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


x Soemitro Djojohadi Koesoemo, 1917-2001
x Sumitro Jojohadikusumo, 1917-2001

e. Nama orang Bali, nama orang bali mengandung unsur nama


yang mencirikan jenis kelamin, senioritas dan kasta.
1) Nama orang Bali yang menunjukkan unsur senioritas
a) Putu, Wayan, Gede, Luh untuk anak laki-
laki/perempuan urutan kelahiran pertama, ke-lima, ke-
sembilan, dst
b) Kadek, Made, Nengah untuk anak laki-laki/perempuan
urutan kelahiran ke-dua, ke-enam, ke-sepuluh, dst
c) Komang atau nyoman untuk anak laki-laki/perempuan
urutan kelahiran ke-tiga, ke-tujuh, ke-sebelas, dst
d) Ketut untuk anak laki-laki/perempuan urutan kelahiran
ke-empat, ke-delapan, ke-duabelas, dst
Contoh :
Putu Wijaya, 1944-
x I Gusti Ngurah Putu Wijaya, 1944-
x Ngurah Putu Wijaya, I Gusti, 1944-
x Putu Widjaya, 1944-
x Widjaja, Putu, 1944-
x Wijaya, Putu, 1944-

2) Nama orang Bali yang menunjukkan unsur wangsa


a) Ida Bagus
b) Ida Ayu
c) Anak Agung

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 109


d) I Gusti Agung
e) I Gusti Ngurah
f) Desak
g) I Dewa
h) Ngakan
i) I Pasek
j) Sang Ayu
k) Si
l) Pande
m) Cokorda
Contoh:
Anak Agung Gde Putra Agung, 1937-
x Agung, Anak Agung Gde Putra, 1937-
x Agung, A. A Gde Putra, 1937-
x Agung, Anak Agung Gde Putra, 1937-
x Agung, Gde Putra, Anak, 1937-
x Gde Putra Agung, Anak Agung, 1937-
x Putra Agung, Anak Agung Gde, 1937-

3) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali kata


Ahmad atau Muhammad.
Nama diri yang diawali dengan kata
ahmad/Akhamad/Achmad atau Muhammad/Mohammad/
Mochamad, bentuk tajuk tetap pada kata pertama.
Contoh
Achmad Tirtosudiro, 1922-
x Ahmad Tirtosudiro, 1922-

110 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


x Akhmad Tirtosudiro, 1922-
x Tirtosudiro, Achmad 1922-
x Tirtosudiro, Ahmad 1922-
x Tirtosudiro, Akhmad 1922-

Mohammad Hatta, 1902-1980


x Hatta, Mohammad, 1902-1980
x Hatta, Muhammad, 1902-1980

4) Nama diri ganda yang ditulis lengkap, diawali nama


baptis
Kata pertama ditentukan pada nama baptis yang ditulis
lengkap
Contoh :
Blasius Sudarsono, 1948-
x Sudarsono, Blasius 1948-

Kristoforus Sindhunata, 1933-2005


x Sindhunata, Kristoforus 1933-2005

5) Nama diri ganda yang diawali inisial.


Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap,
kemudian diikuti dengan nama inisial, jika inisial dapat
diketahui kepanjangannya maka tulis kepanjangan tersebut
dalam tanda kurung setelah inisial tersebut.
Contoh : B. Mustofa, 1956-
W.R. Soepratman

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 111


Bentuk tajuk
Mustofa, B. (Badholahi), 1956-
x B. Mustofa, 1956-
Soepratman, W.R. (Wage Rudolf), 1903-1938
x W.R. Soepratman, 1903-1938
x Supratman, W.R. (Wage Rudolf), 1903-1938

6) Nama diri ganda yang diawali inisial yang ditulis dalam


bentuk pengucapan
Kata pertama pada unsur nama yang ditulis lengkap dalam
bentuk pengucapan.
Contoh: Emha Ainum Nadjib, kata ”Emha” merupakan
bentuk pengucapan yang ditulis dari inisial Mh. yang
merupakan singkatan dari Mohammad.
Bentuk tajuk
Emha Ainum Nadjib, 1953-
x Ainum Nadjib, Emha, 1953-
x Mh. Ainum Nadjib, 1953-
x Mohammad, Ainum Nadjib, 1953-
x Nadjib, Emha Ainum, 1953-
x Nadjib, Mh. Ainum, 1953-
x Nadjib, Mohammad Ainum, 1953-
x Najib, Emha Ainum, 1953-
x Najib, Mh. Ainum, 1953-
x Najib, Mohammad Ainum, 1953-

112 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


3. Nama Frasa
a. Frasa Murni
Nama frasa murni dianggap sebagai nama dengan ciri pengenal
terbatas. Tajuk dibuat sesuai susunan nama dalam karya tersebut
Contoh: Pak Oles
Bentuk tajuk
Pak Oles
x G.N Wididana, 1961-
x Gede Ngurah Wididana, 1961-
x Ngurah Wididana, Gede,1961-
x Wididana, Gede Ngurah, 1961-
x Widadana, G. N., 1961-

Tjamboek Berdoeri
x Berdoeri, Tjamboek 1900-1974
x Berduri, Cambuk 1900-1974
x Cambuk Berduri, 1900-1974
x Kwee Thiam Tjing, 1900-1974

b. Frasa mengandung bagian nama orang


Kata utama pada bagian frasa yang merupakan bagian nama
pengarang.
Contoh: Ibu Sud
Sud, Ibu, 1908-2004
x Ibu Sud, 1908-2004
x Saridjah Niung Bintang Soedibio, 1908-2004
x Soedibio, Saridjah Niung Bintang, 1908-2004

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 113


x Sudibio, Saridjah Niung Bintang, 1908-2004
x Sudibio, Sarijah Niung Bintang, 1908-2004

Sjaugie, Bung
x Bung Sjaugie
x Bustami Sjaugie
x Sjaugie, Bustami

4. Nama memiliki ciri pengenal kolektif marga/fam


a. Nama mengandung nama marga/fam
1) nama marga tunggal
Kata pertama pada bagian nama marga/fam yang tertulis
lengkap
Contoh: Anwar Nasution
Bentuk tajuk
Nasution, Anwar, 1942-
x Anwar Nasution, 1942-

Sarumpaet, Riris K., 1950-


x Riris K.Sarumpaet, 1950-
x Riris K.Toha-Sarumpaet, 1950-
x Toha-Sarumpaet, Riris K., 1950-

Napitupulu, W.P (Washington Pandapotan), 1930-


x W.P Napitupulu, 1930-

Shihab, M. Quraish (Muhammad Quraish), 1944-

114 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


x Haji, M. Quraish Shihab, 1944-
x M. Quraish Shihab, 1944-
x Moh. Quraish Shihab, 1944-
x Shihab, M. Quraish, 1944-
x Shihab, Moh. Quraish, 1944-
x Shihab, Muhammad Quraish, 1944-
x Syihab, M. Quraish, 1944-

Blezinsky, Tamara, 1975-


x Tamara Blezinsky, 1975-

2) nama marga yang ditulis dengan ejaan lama


Kata utama pada nama marga dalam ejaan lama
Contoh: Miranda S. Goeltom, 1949-
Bentuk tajuk
Goeltom, Miranda S. (Miranda Swaray), 1949-
x Goeltom, Miranda S., 1949-
x Miranda S. Goeltom, 1949-

3) nama mengandung nama marga/fam ganda


Kata utama pada nama marga/fam yang pertama
Contoh: A.A.M. Kalangie-Pandey
Bentuk tajuk
Kalangie-Pandey, A.A.M. (Adolfiene Annan Marie),
1935-
x A.A.M. Kalangie-Pandey, 1935-
x A.A.M. Kalangie-P, 1935-

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 115


b. nama mengandung nama marga/fam yang ditulis dalam bentuk
inisial atau penyingkatan lainnya
Kata utama pada nama marga/fam yang pertama
Contoh: Soeman Hs
Bentuk tajuk
Soeman Hs. (Soeman Hasibuan), 1940-1999
x Hasibuan, Soeman 1940-1999
x Hs, Soeman 1940-1999
x Soeman Hs., Haji, 1940-1999
x Suman Hs. (Hasibuan) 1940-1999
x Wahid, Suman Hs. Bin Lebai, 1940-1999

Gelar marga/fam dalam bentuk singkatan tetapi ditulis dalam


bentuk pengucapan, misalnya, Pamusuk Eneste untuk Nst.
(Nasution)
Bentuk tajuk
Pamusuk Eneste
x Pamusuk Nst.
x Nasution, Pamusuk
c. nama mengandung nama marga/fam yang ditulis dalam bentuk
inisial dan sebagian ditulis lengkap
Contoh: Naek L. Tobing
Bentuk tajuk
Lumban Tobing, Naek, 1940-
x Naek L. Tobing, 1940-
x Naek Lumban Tobing, 1940-
x Tobing ,Naek L. (Naek Lumban), 1940-

116 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


d. Nama yang disertai gelar
1) Nama yang mengadung gelar keagamaan
Kata utama ditetapkan pada nama diri atau marga/fam sesuai
ketentuan yang berlaku di atas. Gelar keagaamaan tersebut
antara lain: Haji, Kiai Haji, Kardinal, Ida Pedanda, Pemangku,
dsb., sedangkan sebutan ustad, ustadzah, pendeta, pastur
tidak termasuk gelar keagamaan.
Contoh: KH. Siradjuddin Abbas
Bentuk tajuk
Siradjuddin Abbas, Kiai Haji, 1905-1980
x Abbas, Siradjuddin, Kiai Haji, 1905-1980
x Abbas, Sirajuddin, Kiai Haji, 1905-1980
x Bendaro, Siradjuddin Abbas Datuk, Kiai Haji,
1905- 1980
x Datuk Bendaro, Siradjuddin Abbas, Kiai Haji, 1905-
1980
x KH. Siradjuddin Abbas, 1905-1980
x KH. Siradjuddin Abbas Datuk Bendaro, 1905-1980
x Siradjuddin Abbas, KH., 1905-1980
x Sirajuddin Abbas, Kiai Haji., 1905-1980
Contoh nama lain: Kardinal Julius Darmaatmadja
Bentuk tajuk
Julius Darmaatmadja, Kardinal 1934-
x Darmaatmadja, Julius, Kardinal 1934-
x Kardinal Julius Darmaatmadja, 1934-
x Kardinal Julius, 1934-

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 117


2) Nama yang mengadung gelar adat
a) Nama diri mendahului gelar adat
Contoh: Rustam Sutan Palindih
Bentuk tajuk
Rustam, Sutan Palindih,
x Palindih, Rustam Sutan
x Sutan Palindih, Rustam

b) Gelar dat mendahului nama diri


Contoh: Sutan Perang Bustami
Bentuk tajuk
Bustami , Sutan Perang,1883-1959
x Palindih, Rustam Sutan

Contoh lain: Andi Abdul Muis


Bentuk tajuk
Abdul Muis, Andi,1883-1959
x Palindih, Rustam Sutan
Contoh lain: Teuku Muhammad Daudsjah
Bentuk tajuk
Muhammad Daudsjah, Teuku
x Daudsjah Muhammad, Teuku
x Daudsyah Muhammad, Teuku
x Muhammad Daudsyah, Teuku

3) Nama yang mengadung gelar kebangsawanan

118 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Kata pertama ditetapkan pada nama diri diikuti gelar
kebangsawanan
Contoh: R. Ng. Ranggawarsita
Bentuk tajuk
Ranggawarsita, Raden Ngabehi, 1802-1874
x R. Ng. Ranggawarsita

Contoh lain: R. A. Kartini


Bentuk tajuk
Kartini, Raden Ajeng, 1879-1904
x Djojoadiningrat, Kartini, Kanjeng Raden Ayu Adipati,
1879-1904
x Djojo Hadiningrat, Kanjeng Raden Ayu Adipati, 1879-
1904
x Gusti Raden Ayu Adipati Kartini Djojodiningrat, 1879-
1904
x Hadiningrat, Djojo, Kanjeng Raden Ayu Adipati, 1879-
1904
x Kanjeng Raden Ayu Adipati Djojo Hadiningrat, 1879-
1904
x Kanjeng Raden Ayu Adipati jojoadiningrat, 1879-1904
x Kartini, Raden Adjeng, 1879-1904
x R.A. Kartini 1879-1904
x Raden Adjeng Kartini, 1879-1904
x Raden Ajeng Kartini, 1879-1904

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 119


3. Nama-nama Arab
a. Unsur-unsur yang membentuk nama Arab sebelum tahun 1800
1) Khitab, sebutan kehormatan, majemuk, terdiri dari suatu kata
yang diikuti oleh al-Din yang berarti kepercayaan. Contoh;
Fakhr al-Din, Rashidd al-Din
2) Kunya, kadang-kadang sebagai nama panggilan, nama ayah
atau nama keluarga, terdiri atas unsur Abu (ayah dari) atau
Umm (ibu dari) yang menunjukan hubungan dan nama dari
anak. Umpama; Abu Bakr; Abu al-Hasan; Abu Abd Allah.
3) Ism, nama diri biasanya mempunyai arti keagamaan, ada yang
tunggal seperti Ahmad, Ali, Umar, Muhammad; ada yang
majemuk, terdiri atas kata depan: Abd (budak) salah satu dari
99 nama Allah. Ump. Abd Allah, Abd al-Qadir; Abd al-Hakim;
Abd al-Rahman.
4) Nasab, patronimik, majemuk dan terdiri atas unsure ibn (anak
lelaki dar) yang menunjukan hubungan anak dan ayah, nama
ayah atau kakek juga didahului oleh ibn, misal Muhammad ibn
Umar ibn al-Hasan ibn Ahmad ibn Nazm.
5) Laqab, kadang-kadang sebagai nama julukan, gelar
kehormatan atau nama panggilan menunjukkan mutu atau
cacat. Ada yang tunggal; seperti, al_A’sha (buta malam), al-
Siddiq (jujur), ada yang majemuk seperti, Mirza Khan
6) Nisba, kata sifat biasa yang berakhiran I, menunjukkan asal
tempat tinggal atau lain-lain keadaan; ump. Al-Hashimi;
al_Mu’tazili; Abbasi, Hilali Nadvi

120 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


b. Nama-nama Arab modern sesudah tahun 1800
Beberapa unsur yang dijelaskan di atas telah menghilang pada
nama-nama Arab modern. Ism sebagai nama pribadi yang
mempunyai arti keagamaan masih banyak dipakai. Nasab telah
menghilang kecuali di Tunisia, Aljazair dan Marokko, dimana nasab
yang tradisional itu didahului bukan oleh ibn tetapi oleh ben. Kunya
dan Khitab juga telah menghilang, tetapi sekali-sekali masih dipakai
sebagai bagian dari ism terutama di Irak. Laqab dan Nisba adalah
unsure-unsur yang masih tetap dipakai.

Urutan unsur-unsur dalam tajuk


Kata utama untuk nama Arab modern adalah bagian yang paling dikenal
umpama :
1. Jenis laqab : Al-Akkab, Abbas Mahmud;
Al-Hakim, Tawfiq;
Al-Haddad, al-Tahir
2. Jenis Nisba : Al-Barudi, Mahmud Sami;
Hilall, Muhammad Amin;
Al-Diwani, Mustafa
3. Jenis Ism : Sammud, Nur al-Din

C. Deskripsi Bibliografi
Untuk bahan perpustakaan bentuk buku (monografi) deskripsi bibliografi
hanya terdiri dari 7 daerah atau area dengan urutan unsurnya sebagai
berikut :
1. Daerah Judul dan pernyataan penanggung jawab
Terdiri dari:

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 121


a. Judul
Judul dideskripsikan sesuai dengan data yang tertera pada
halaman judul. Bila menggunakan ejaan lama, tulislah apa adanya.
Bila tidak ada judul pada halaman judul atau (sumber informasi
utama) atau judul pada kulit buku maka tulislah judul tersebut di
antara kurung siku [……].
Judul dapat dibedakan atas :
1) Judul sebenarnya, untuk deskripsi pertama hanya judul
sebenarnya atau judul utama saja yang digunakan, sedangkan
judul paralel dan anak judul tidak perlu dicantumkan.
2) Judul paralel yaitu judul sebenarnya dalam bahasa lain
3) Anak judul yaitu judul tambahan atau keterangan lebih lengkap
dari judul sebenarnya
4) Judul buatan yaitu judul yang dibuat oleh pengatalog karena
tidak ada judul dari bahan perpustakaan
b. Pernyataan Penanggung Jawab
Ditulis sesuai dengan data yang tercantum pada sumber
informasi utama. Penentuan penanggung jawab karya dapat
terlihat dari cantuman yang diberikan terhadap karya tersebut,
misalnya:

Cinta di atas dawai hati / oleh Fitri R Ghozally.


Buku ini merupakan karya pengarang Fitri R Ghozally.

2. Daerah Edisi
Daerah edisi yaitu daerah yang memberikan pernyataan tentang
edisi, misalnya edisi pertama, edisi kedua, edisi revisi, dan

122 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


sebagainya. Istilah edisi dalam bahasa Inggris perlu diketahui
oleh pustakawan yang akan mengolah bahan tersebut misalnya:

▪ First edition, harus ditulis 1st ed.


▪ Second edition, harus ditulis 2nd ed.
▪ Third edition, harus ditulis 3rd ed.
▪ Untuk edisi lebih dari 3 hanya ditambahkan huruf “th” misalnya 4th
ed.
▪ Edisi Pertama, ditulis Ed. 1
Di daerah ini juga dapat dicantumkan cetakan buku tersebut, misalnya,
Ed.1., cet. 2

3. Daerah penerbitan
Daerah penerbitan adalah daerah penunjukan buku tersebut
diterbitkan, siapa yang menerbitkan, dan kapan dokumen tersebut
diterbitkan. Jadi daerah ini digunakan untuk mencatat informasi
tentang nama penerbit dan tahun terbit bahan perpustakaan tersebut.
Contoh: Alumni, 2002.
Djambatan, 2001.

Nama perusahaan seperti (PT, CV, CO, FA) tidak dicantumkan.


Apabila nama penerbit dan tahun terbit tidak ditemukan dalam bahan
perpustakaan yang akan dideskripsikan, maka gunakan istilah untuk
[s. n.] singkatan dari Sine Nomine untuk nama penerbit yang tidak
diketahui; serta [s. a.] singkatan dari Sine Anno untuk tahun terbit yang
tidak diketahui.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 123


Untuk tahun terbit yang tidak diketahui dapat juga diperkirakan tahun
terbitnya. Cara penulisan tahun terbit yang diperkirakan tersebut
adalah di dalam tanda kurung siku [….]
Misalnya:
[2005?] tahun terbit kira-kira tahun 2005
[199-] tahun terbit antara 1990-1999
[198-?] tahun terbit kira-kira antara 1980-1989

4. Daerah Keterangan/ deskripsi fisik


Daerah deskripsi fisik adalah daerah berisi data-data tentang fisik
sebuah bahan perpustakaan seperti, jumlah halaman angka
romawi dan jumlah halaman angka arab, ada gambar atau
foto/grafik serta ukuran atau tinggi buku.

a. Jumlah halaman (termasuk halaman pendahuluan)


Nomor halaman dari sebuah terbitan biasanya terdiri atas angka
romawi dan angka arab
contoh: xx, 234 hlm. : ilus, 27 cm.
b. Jumlah Jilid.
Jika diketahui jumlah jilid dari sebuah terbitan, maka jumlah jilid
harus ditulis lengkap. Contoh: 3 jil.: ilus.; 30 cm. Jika tidak diket
ahui jumlah jilidnya ditulis dengan tanda titik sebanyak 3 kali,
misalnya, … jil.: ilus., ; 30 cm.

5. Daerah keterangan seri


Untuk deskripsi tingkatan pertama daerah keterangan seri tidak
diperlukan.

124 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


6. Daerah Catatan
Daerah catatan adalah daerah untuk mencatat informasi yang
dianggap penting untuk diketahui oleh pemustaka dan petugas
perpustakaan dan tidak dapat dimasukkan ke daerah 1 – 5.
Informasi yang dicantumkan pada daerah catatan ini misalnya; sumber
pengambilan informasi judul, Judul dari sampul depan (cover)

7. Daerah nomor standar


Nomor standar untuk buku adalah ISBN (International Standard Book
Number) merupakan suatu nomor atau kode khusus atau identitas
suatu buku yang bersifat internasional. Pada daerah ini penulisannya
dimulai dengan kata ISBN kemudian baru diikuti oleh nomornya.
Mis. ISBN 979-345-217-3
Harga, dapat juga dituliskan setelah nomor ISBN atau boleh juga tidak
yang penting harus ada ke konsistenan dalam penulisannya.
II. Mis. Rp. 25.000

D. Nomor Panggil
Nomor panggil adalah nomor yang terdapat pada bagian atas sebelah kiri
dalam sebuah katalog yang berbentuk kartu dan pada katalog OPAC
terdapat pada ruas nomor panggi itu sendiri. Jumlah unsur nomor panggil
ditentukan oleh bentuk tajuk entri utama . Untuk karya yang memiliki tajuk
entri utama nama orang atau badan korporasi, judul seragam, maka nomor
panggilnya terdiri dari : 3 (tiga) unsur yaitu:
1. Nomor klasifikasi.
2. 3 (tiga) huruf pertama entri utama nama pengarang badan korporasi,
judul seragam.
3. 1 (satu) huruf judul
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 125
Untuk karya yang tajuk entri utamanya pada judul, maka nomor
panggilnya hanya terdiri atas 2 (dua) unsur yaitu:
1. Nomor klasifikasi.
2. 3 (tiga) atau 1 (satu) huruf pertama judul

126 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB V
KEGIATAN PASCAKATALOGISASI

A. Fisik dan Kelengkapan Bahan Perpustakaan


Apabila bahan perpustakaan telah dibuatkan katalognya, maka kegiatan
selanjutnya adalah penyiapan bahan perpustakaan tersebut, yang lazim
disebut kegiatan pascakatalog. Kegiatan ini meliputi:
1. Mengetik kartu
Jumlah kartu yang diketik disesuaikan dengan jajaran yang akan
dibuat. Katalog kartu itu hendaknya terbuat dari kertas yang agak tebal,
agar tahan lama dan tidak mudah robek. Sekarang tersedia kartu
katalog yang dapat diketik melalui komputer dan manual.
2. Persiapan buku, meliputi:
a. Menempelkan label pada punggung buku.
b. Menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali (jika
sirkulasi bahan perpustakaan dilakukan secara manual).
c. Membuat dan memasukkan kartu buku (jika sirkulasi bahan
perpustakaan dilakukan secara manual).
3. Menjajarkan kartu katalog
Tugas penjajaran ini berbeda antara satu perpustakaan dengan yang
lainnya. Adakalanya tugas ini merupakan tugas pengolahan, akan
tetapi ada juga yang diserahkan pada petugas pelayanan. Untuk
penjajaran kartu-kartu katalog diperlukan pula buku pedoman
mengabjad.
4. Menyimpan atau menyusun bahan perpustakaan di rak
perpustakaan
Tugas ini juga sama dengan tugas penjajaran kartu-kartu katalog,
kadang kala oleh petugas pengolahan, akan tetapi ada juga yang

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 127


dilakukan oleh petugas pelayanan atau oleh pustakawan yang
mengerjakan semua kegiatan dilakukan sendiri mengingat terbatasnya
jumlah tenaga yang tersedia.
5. Pada perpustakaan tertentu, bila dianggap perlu juga dilakukan
penjilidan dan penyampulan. Meskipun bukunya baru, akan tetapi
karena buku tersebut digunakan oleh banyak orang, maka perlu dijilid
awal dan disampul. Kekuatan jilidnya harus diperhatikan, terutama
buku-buku rujukan.

B. Pengetikan Kartu Katalog


3 spasi

813
Fit Fitri R. Qhozaly
spasi ke 9 c Cinta di atas dawai hati / Fitri R. Qhozaly. Edisi 1. –
Progres, 2004
huruf ke 5 198 hlm. ; 20 cm.
1,5 spasi
ISBN 979-8154-22-7⁵

1. Fiksi Indonesia I. Judul

1323/PN/05 AD/rm

Keterangan:
• Tajuk Entri Utama dimulai 9 spasi dari tepi kiri, dan 4 spasi dari atas.
• Tajuk Entri Utama pengarang, pengetikan judul dimulai pada ketukan
ke lima dan kembali ke tiga.

128 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


• Tajuk Entri Utama judul, pengetikan dengan hanging (rata pada
ketukan ke tiga)

C. Filing Kartu Katalog


Kartu-kartu katalog yang telah dibuat baik itu kartu katalog judul, pengarang
ataupun subjek perlu disimpan secara baik dan ditempatkan pada laci
katalog. Pengaturan dan penyimpanan kartu katalog atau dokumen/berkas
perlu dilakukan secara cepat dan sistematis sehingga dokumen tersebut
dapat diketemukan kembali dengan cepat sewaktu diperlukan. Tujuannya
adalah untuk mempermudah penemuan kembali informasi/bahan
perpustakaan yang ada dalam jajarannya di rak secara cepat dan tepat.
Untuk pengaturan dan penyimpanan yang cepat dan sitematis tersebut,
terlebih dahulu harus ditetapkan bagaimana cara yang digunakan
perpustakaan untuk penyimpanan tersebut. Cara yang lazim digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Mengabjad
Menyusun/menjajarkan kartu katalog berdasarkan abjad A – Z.
Ada dua cara ialah : huruf demi huruf & kata demi kata
Contoh:
Kata demi kata Huruf demi huruf
- Bu Tamrin - Buta aksara
- Buta aksara - Buta ayam
- Buta ayam - Buta huruf
- Buta tuli - Butaria
- Butaria - Buta tuli

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 129


Pelaksanaan mengabjad:
Pehatikan kata pertama sebagai pedoman. Bila kata pertama sama,
maka kata keduanya yang diperhatikan, dst.

2. Menyusun Angka
a. Berfungsi sebagai urutan/kronologi
Di sini angka disusun dari yang bernilai kecil ke yang benilai
besar. misalnya 2,5,6,8,11, dst.
b. Sebagai bagian dari judul atau fungsi yang lain.
Di sini angka disusun sebagaimana ia tertulis dengan huruf
(bunyinya) dalam bahasa teksnya.
Misalnya : Ke.1
Ke. 3
1985
1989
8 (delapan) kambing
7 (pitu) wong kakupeng
7 (sevent) gils
7 (tujuh) penjahat

130 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


CONTOH-CONTOH KARTU KATALOG
1. Contoh tajuk entri utama judul

2. Contoh tajuk entri utama pengarang (1-3 orang)

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 131


3. Contoh tajuk entri utama pengarang lebih dari tiga orang

CONTOH PENGGANDAAN KARTU KATALOG LENGKAP


1. Kartu Utama

132 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


2. Kartu tambahan subjek

3. Kartu tambahan judul

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 133


4. Kartu tambahan pengarang ke 2

5. Kartu tambahan pengarang ke 3

134 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


CONTOH PENJAJARAN KARTU KATALOG SISTEM KAMUS
Kartu judul, Kartu Pengarang, Kartu Subjek disusun dalam satu jajaran

Contoh Kartu Selflist

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 135


Contoh Penjajaran Koleksi di Rak

136 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB VI
PENUTUP

Apa yang diuraikan dalam makalah ini hanyalah sebagian kecil dari peraturan-
peraturan dasar katalogisasi deskriptif. Agar dapat melakukan katalogisasi
deskriptif dengan baik dan benar dituntut penguasaan peraturan secara lebih
mendalam dengan mempelajari “AACR2 atau Peraturan Katalogisasi
Indonesia”.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 137


138 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

______________ Anglo American Cataloguing Rules. 2nd ed, Chicago : American


Librarian Association, 2002.
_______________Peraturan Katalogisasi Indonesia, Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI, 1994.
_______________Peraturan Penjajaran ALA, Jakarta : Pusat Pembinaan
Perpustakaan, 1986.
______________ Petunjuk Teknis Penentuan Kata Utama Dan Ejaan untuk Tajuk
Nama Pengarang Indonesia. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1991

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 139


140 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 141
142 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 143

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 145


A. Latar Belakang ................................................................................ 145
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 146
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 147
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................................ 147

BAB II KLASIFIKASI DAN TAJUK SUBJEK ................................................... 149


A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Klasifikasi ................................... 149
B. Jenis Sistem dan Prinsip Klasifikasi ............................................... 150
C. Struktur dan Penggunaan DDC...................................................... 153
D. Analisis Subjek ................................................................................ 167
E. Tajuk Subjek .................................................................................... 169
F. Rangkuman ..................................................................................... 181

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 183

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 185

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 143


144 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan merupakan sistem informasi yang berfungsi menyediakan dan
menyampaikan informasi yang terdapat dalam koleksinya kepada masyarakat.
Oleh karena itu koleksi perpustakaan harus diatur dan diolah sedemikian rupa
sehingga informasi tersebut dapat disimpan serta ditemukan kembali secara
cepat dan tepat. Dengan kata lain dalam perpustakaan diperlukan suatu sistem
temu kembali informasi (information retrieval system). Klasifikasi bahan
pustaka merupakan kegiatan teknis perpustakaan yang memungkinkan koleksi
perpustakaan tertata secara sistematis dan dapat ditemukan kembali secara
efisien dan efektif.
Klasifikasi di perpustakaan adalah proses mengelompokkan buku atau bahan
perpustakaan lainnya dalam suatu cara yang dapat membantu para pemustaka
untuk mengaksesnya. Ini memerlukan waktu yang lama sehingga pustakawan
dapat meyakini bahwa pemakai perpustakaan dapat dilayani dengan baik, bila
jajaran koleksi perpustakaan disusun menurut subjeknya. Buku-buku dengan
cakupan subjek yang sama harus disusun bersama di dalam rak, karena para
pemakai perpustakaan sering ingin mendapatkan beberapa buku mengenai
subjek tertentu dalam waktu yang bersamaan.
Selajutnya penyusunan koleksi bahan pustaka berdasarkan subjeknya menjadi
hampir menyeluruh di perpustakaan. Setiap skema klasifikasi selalu berupaya
untuk menciptakan sistem penyimpanan koleksi perpustakaan berdasarkan
subjeknya. Namun pada kenyataannya selalu ada kelebihan dan kekurangan
dari tiap-tiap skema klasifikasi tersebut. Setiap perpustakaan harus dapat
memilih dan menentukan sistem klasifikasi yang sesuai untuk digunakannya.
Banyak sistem klasifikasi yang dapat digunakan oleh perpustakaan, misalnya
yang sangat terkenal adalah Dewey Decimal Classification (DDC), Universal
Decimal Calssification (UDC) dan Library of Congress Calassification (LCC).
Sistem klasifikasi tersebut merupakan hasil karya para ahli yang telah teruji
efektivitasnya di perpustakaan di seluruh dunia. Dari ketiga sistem klasifikasi

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 145


itu, DDC dapat menjadi pilihan pertama yang lebih mudah diterapkan di
berbagai perpustakaan.
Istilah klasifikasi bahan perpustakaan secara umum sebenarya mencakup pula
kegiatan penentuan tajuk subjek. Tajuk subjek adalah istilah yang
menggambarkan isi bahan perpustakaan yang diolah di perpustakaan.
Tujuannya adalah untuk memberikan sarana akses informasi di perpustakaan
melalui istilah-istilah verbal yang terawasi bagi subjek bahan perpustakaan.
Penentuan tajuk subjek ini pada umumnya menggunakan pedoman berupa
daftar tajuk subjek
Dengan demikian kegiatan klasifikasi dan penentuan tajuk subjek merupakan
proses yang simultan, kedua-duanya dapat dilakukan bersamaan sekaligus
bagi setiap bahan pustaka yang diolah. Klasifikasi dan penentuan tajuk subjek
sama-sama memanfatkan hasil analisis subjek bahan pustaka. Dalam
klasifikasi hasil analisis subjek diterjemahkan ke dalam kode atau notasi
penyimpanan bahan perpustakaan, sedangkan dalam penentuan subjek hasil
analisis subjek diterjemahkan ke dalam tajuk atau istilah verbal yang menjadi
titik akses informasinya.
Untuk membahas lebih lanjut tentang kegiatan klasifikasi dan penentuan tajuk
subjek ini perlu persepsi yang sama terhadap batasan-batasan klasifikasi dan
tajuk subjek. Pengelola perpustakaan disarankan untuk memahami dan
mengerti tentang materi klasifikasi khususnya dengan menggunakan DDC dan
materi penentuan tajuk subjek khususnya dengan menggunakan daftar tajuk
subjek berbahasa Indonesia. Sehingga pada saatnya nanti para pengelola
perpustakaan dapat meningkatkan layanannya, melalui sarana temu kembali
secara cepat dan tepat.

B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali para peserta dengan pengetahuan tentang
pengertian, tujuan, fungsi, jenis sistem dan prinsip klasifikasi DDC, struktur
DDC, dan analisis subjek, serta pengertian, fungsi, prinsip, dan jenis tajuk
subjek yang disajikan dengan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi
metode ceramah, tanya jawab, pemaparan, diskusi, dan praktik.

146 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


C. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan mampu menentukan
nomor klasifikasi dan tajuk subjek.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu:
1. Menyebutkan pengertian, tujuan, dan fungsi klasifikasi
2. Menyebutkan jenis sistem dan prinsip klasifikasi DDC
3. Menjelaskan struktur DDC dan menggunakan DDC
4. Mengetahui analisis subjek
5. Menjelaskan pengertian dan fungsi tajuk subjek
6. Menggunakan daftar tajuk subjek untuk perpustakaan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 147


148 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB II
KLASIFIKASI DAN TAJUK SUBJEK

A. Pengertian, Fungsi dan Tujuan Klasifikasi


1. Pengertian
Secara harfiah arti klasifikasi adalah penggolongan atau
pengelompokan. Ada beberapa pengertian mengenai klasifikasi,
misalnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) klasifikasi
adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut
kaidah atau standar yang ditetapkan. Sedangkan Harrods Librarians
Glossary menyebutkan bahwa klasifikasi adalah pengelompokkan
benda secara logis menurut ciri-ciri kesamaannya. Menurut Sulistyo
Basuki, klasifikasi adalah proses pengelompokan/pengumpulan benda
atau entitas yang sama, serta memisahkan benda atas entitas yang
tidak sama.
Dalam pengertian secara umum klasifikasi ialah suatu kegiatan
mengelompokkan benda yang memiliki ciri yang sama dan sekaligus
memisahkan benda yang tidak sama. Dalam kaitannya dengan dunia
perpustakaan klasifikasi diartikan sebagai kegiatan pengelompokan
bahan pustaka berdasarkan ciri-ciri yang sama, misalnya pengarang,
fisik, isi, dan sebagainya .
Pada dasarnya di perpustakaan dikenal ada dua jenis kegiatan
klasifikasi, yaitu:
a. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu
klasifikasi bahan pustaka berdasarkan subjek/isi yang dibahas di
dalamnya. Sebab pada dasarnya pemakai perpustakaan lebih
banyak mencari informasi tentang subjek tertentu.
b. Klasifikasi artifisial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan
pustaka berdasarkan ciri-ciri fisik yang ada pada bahan pustaka.
Misalnya klasifikasi berdasarkan warna, ukuran, dan sebagainya.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 149


2. Fungsi
Dalam bidang perpustakaan klasifikasi berfungsi antara lain sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui keseluruhan bidang ilmu pengetahuan bahan
pustaka yang dimiliki perpustakaan;
b. Untuk mengetahui keseimbangan bidang ilmu pengetahuan dalam
jajaran koleksi;
c. Untuk mengetahui cakupan bidang ilmu pengetahuan dalam
koleksi perpustakaan;
d. Penuntun berfikir sistematis;
e. Membantu pengelompokkan bidang subjek dalam menyusun
bibliografi.
3. Tujuan
Dalam sistem pengaturan bahan pustaka pada rak koleksi
perpustakaan, klasifikasi bertujuan :
a. Untuk menentukan lokasi penyimpanan bahan pustaka di dalam
jajaran koleksi perpustakaan, sehingga memudahkan pemakai
dalam menemukan kembali informasi yang tersimpan di dalamnya.
b. Mengumpulkan semua bahan pustaka yang memiliki subjek yang
sama dalam satu jajaran koleksi.
c. Memudahkan dalam penempatan buku baru serta untuk
kepentingan penyiangan koleksi perpustakaan.

B. Jenis Sistem dan Prinsip Klasifikasi


1. Jenis sistem klasifikasi
Beberapa jenis sistem klasifikasi yang terkenal dan banyak digunakan
di perpustakaan antara lain:

150 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


a. Dewey Decimal Classification (DDC), yaitu sistem klasifikasi
persepuluhan yang disusun oleh Melvil Dewey pada tahun 1875.
Persepuluhan artinya setiap pembagian bidang ilmu pengetahuan
dilakukan secara hirarki ke dalam sepuluh kelompok yang lebih
spesifik. DDC ini menggunakan notasi angka untuk menyatakan
kelas setiap bahan pustaka.
b. Colon Classifications (CC), yaitu sistem klasifikasi titik dua yang
disusun oleh S.R Ranganathan pada tahun1933. Titik dua yang
dimaksudkan adalah tanda gabung notasi klas untuk berbagai
konsep subyek yang terdapat pada bahan pustaka. Untuk
menyatakan kelas setiap bahan pustaka CC menggunakan notasi
gabungan huruf dan angka.
c. Universal Decimal Classifications (UDC), yaitu sistem klasifikasi
persepuluhan universal yang disusun oleh Paul Otlet (1905). Ini
merupakan modifikasi dari sistem klasifikasi DDC. Universal artinya
klasifikasi itu menyeluruh mencakup semua konsep subjek yang
dibahas di dalam bahan pustaka. Hal ini dimungkinkan karena UDC
mempunyai berbagai tanda gabung notasi kelas untuk berbagai
konsep subjek yang terdapat pada bahan pustaka. Seperti halnya
DDC, UDC juga menggunakan notasi angka untuk menyatakan
kelas setiap bahan pustaka.
d. Bibliographic Classifications, yaitu sistem klasifikasi yang diciptakan
oleh H.E. Bliss di tahun 1935. Sistem klasifikasi ini menggunakan
notasi angka untuk pembagian subjek utama bahan pustaka dan
dilengkapi dengan notasi huruf untuk menyatakan subdivisi
bentuknya.
e. Library of Congress Classifications (LCC), yaitu sistem klasifikasi
yang digunakan perpustakaan nasional utama di Amerika Serikat.
Kerangka skema klasifikasinya disusun oleh Herbert Putnam di
tahun 1897. LCC menggunakan notasi gabungan huruf dan angka
untuk menyatakan kelas setiap bahan pustaka.
f. Subject Classifications yaitu sistem klasifikasi yang diciptakan oleh

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 151


J.D Brown di tahun 1906. Untuk menyatakan kelas setiap bahan
pustaka, sistem klasifikasi ini menggunakan notasi gabungan huruf
dan angka.
2. Prinsip-prinsip klasifikasi
Secara umum kegiatan klasifikasi bahan pustaka dapat
menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Kekhususan
Klasifikasi dapat dilakukan dengan sekhusus mungkin sesuai
dengan subjek yang dibahas di dalam bahan pustaka. Misalnya
bahan pustaka mengenai lalat dikelompokkan langsung ke dalam
kelas lalat dan tidak pada kelas serangga.
b. Kesatuan
Klasifikasi cukup memberikan satu kesatuan kelas secara
rangkuman bagi setiap bahan pustaka yang diklasifikasi. Misalnya
kelas katak merupakan satu kesatuan rangkuman dari berbagai
aspek subjek katak yang diuraikan di dalam buku yang
bersangkutan.
c. Kesamaan
Klasifikasi harus memberikan kelas yang sama terhadap semua
bahan pustaka yang mempunyai subjek yang sama walaupun
dengan berbagai istilah yang berlainan. Misalnya untuk buku
mengenai kodok, katak, atau rana cancrifora harus mempunyai
kelas yang sama dalam satu kelompok.
d. Konsistensi
Klasifikasi harus konsisten dalam memilih dan menentukan kelas
bagi setiap bahan pustaka dengan subjek tertentu. Misalnya sekali
pengklasifikasi menentukan buku mengenai katak pada suatu kelas
tertentu, maka kelas tersebut akan berlaku seterusnya. Konsistensi
berlaku pula dalam menerapkan teknik dan aturan klasifikasi sesuai
dengan sistem yang digunakan. Misalnya dalam menentukan kelas
bagi bahan pustaka dengan subjek yang kompleks harus konsisten
mengikuti kebijakan klasifikasi yang telah ditentukan.
152 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
e. Orientasi pada pemakai
Tujuan akhir suatu perpustakaan adalah memberikan layanan
kepada para pemakai, maka klasifikasi harus memberikan
kemudahan kepada pemakai dalam menemukan kembali informasi
di perpustakaan. Misalnya aturan klasifikasi memungkinkan untuk
memberikan notasi kelas suatu buku selengkap mungkin, tapi untuk
kemudahan pemakai perpustakaan, maka notasi tersebut dapat
lebih disederhanakan tanpa menghilangkan unsur pokok notasi
kelas buku.

C. Struktur dan Penggunaan DDC


1. Struktur Klasifikasi DDC
Sistem klasifikasi DDC terdiri dari bagan klasifikasi, indeks relatif dan
tabel-tabel.
a. Bagan Klasifikasi
Pada prinsipnya DDC memiliki ciri-ciri umum :
1) DDC merupakan klasifikasi ilmu pengetahuan yang melakukan
pembagian subjek secara hirarkis, artinya pembagian subjek
dari umum ke khusus.
2) DDC menggunakan prinsip desimal, artinya DDC membagi
semua bidang ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama.
3) DDC hanya mampu memberikan notasi kelas bagi satu subjek
dalam menghadapi subjek bahan pustaka yang lebih dari satu,
DDC harus memilih salah satu subjek yang paling dominan.
DDC adalah skema klasifikasi yang menganut prinsip “desimal”
untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan secara
persepuluhan. Seluruh ilmu pengetahuan dibagi ke dalam 10 kelas
utama yang diberi kode/lambang (selanjutnya disebut notasi) 000
sampai 900. Pembagian 10 (sepuluh) kelas utama adalah :
000 – Karya umum
100 – Filsafat & psikologi
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 153
200 – Agama
300 – Ilmu-ilmu sosial
400 – Bahasa
500 – Ilmu pengetahuan alam & matematika
600 – Teknologi
700 – Kesenian Seni rupa dan dekoratif
800 – Kesusasteraan & retorika
900 – Geografi & sejarah
Setiap kelas utama dibagi lagi secara decimal menjadi 10 sub kelas,
contohnya :
300 – Ilmu-ilmu sosial
310 – Kumpulan statistik umum
320 – Ilmu politik
330 – Ekonomi
340 – Hukum
350 – Adiministrasi negara & ilmu militer
360 – Masalah dan pelayanan sosial; perkumpulan
370 – Pendidikan
380 – Perdagangan, komunikasi, transportasi
390 – Adat istiadat, etiket, cerita rakyat
Kemudian setiap subkelas dibagi lagi menjadi 10 seksi
Contoh : diambil subkelas 370 Pendidikan
370 – Pendidikan
371 – Sekolah & kegiatannya; pendidikan khusus
372 – Pendidikan dasar
373 – Pendidikan menengah

154 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


374 – Pendidikan dewasa
375 – Kurikulum
376 – [Pendidikan wanita]
377 – [Sekolah keagamaan]
378 – Pendidikan tinggi
379 – Kebijakan publik mengenai pendidikan
Tiap-tiap seksi dibagi lagi secara desimal ke dalam 10 subseksi.
Contoh kelas 371:
371 Hal-hal umum tentang pendidikan
.1 Mengajar dan pengajar
.2 Administrasi pendidikan
.3 Metode mengajar dan belajar
.4 Bimbingan dan penyuluhan
.5 Disiplin sekolah
.6 Gedung dan peralatan
.7 Kesehatan dan keamanan sekolah
.8 Siswa (pelajar, murid)
.9 Pendidikan luar biasa
Dari contoh-contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makin
khusus suatu subjek, semakin panjang notasinya, karena banyak
angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya. Dan
pembagiannya berlangsung dari umum ke khusus.
b. Indeks Relatif (Relative Index)
Untuk membantu mencari notasi suatu subjek dalam bagan DDC
terdapat “Indeks Relatif”. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah
istilah yang disusun secara alfabetis. Istilah tersebut mengacu ke
nomor kelas yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 155


pula sinonim untuk istilah, dan hubungan-hubungannya dengan
subjek lainnya.
Contoh :
Tanaman
Beracun 581.6
Berbiji 582
Buah-buahan 634
Alpukat 634.6
Anggur 634.8
Apel 634.1
Dengan demikian bila suatu subjek telah ditemukan dalam
Indeks Relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari
subjek yang bersangkutan. Contoh di atas subjek “Tanaman”
dapat dilihat dari aspek: beracun, berbiji, buah-buahan, dan
sebagainya.
Cara praktis yang paling tepat untuk menentukan notasi suatu
subjek ialah melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi
hanya melalui dan berdasarkan indeks relatif saja tidak dapat
dibenarkan. Setelah suatu subjek diperoleh notasinya dalam
indeks relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang
terdapat dalam bagan. Dengan demikian dapat diketahui
apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang
sedang diklasifikasikan.
c. Tabel - Tabel (Tables)
Kecuali pembagian kelas secara decimal dengan notasi yang
terdapat dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain membagi
subjek lebih lanjut yaitu dengan tabel-tabel (tables). Notasi pada
tabel-tabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian
dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain notasi
yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri selalu
dirangkaikan dengan notasi dalam bagan.

156 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Dalam DDC edisi ringkas terdapat 6 (enam) tabel pembantu, yakni
:
1) Tabel 1 Subdivisi Standar
2) Tabel 2 Wilayah
3) Tabel 3 Subdivisi Sastra
4) Tabel 4 Subdivisi Bahasa
5) Tabel 5 Ras, Etnik dan Kebangsaan
6) Tabel 6 Bahasa
d. Teknik Menentukan Nomor Klasifikasi
Untuk menentukan nomor kelas dalam DDC, diperlukan teknik
klasifikasi agar diperoleh nomor kelas yang cepat dan tepat, teknik
klasifikasi dimaksud adalah :
1) Tentukan “subjek” suatu bahan pustaka dengan menetapkan
fenomena
2) Telusuri subjek tersebut melalui indeks relatif
3) Setelah mendapatkan nomor kelas, cocokkan nomor kelas
tersebut dalam bagan, agar diperoleh nomor kelas yang lebih
spesifik
4) Apabila dalam bahan pustaka tersebut terdapat aspek lain,
selain nomor kelas subjek, maka tambahkan tabel-tabel dalam
DDC dengan menelusur melalui indeks
5) Setelah nomor diperoleh dari indeks, kemudian cocokkan juga
nomor tersebut ke dalam tabel-tabel pembantu yang dimaksud
6) Kemudian gabungkan antara nomor subjek dengan nomor
yang diperoleh dari tabel, sesuai dengan peraturan yang telah
ditentukan.
2. Penggunaan Tabel Pembantu
Cara penambahan masing-masing notasi dalam tabel pada notasi yang
terdapat dalam bagan adalah sebagai berikut:

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 157


a. Tabel Subdivisi Standar (Tabel 1)
Bila notasi suatu subjek telah ditemukan dalam bagan adakalanya
perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang
diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel “Subdivisi standar”
(selanjutnya disebut Tabel 1). Tabel ini bertujuan untuk menjelas-
kan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan
ensiklopedi, -05 adalah bentuk terbitan berkala/majalah.
Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual.
Misalnya -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat teori, dan -09
sejarah dan geografi.
Cara pemakaian Tabel 1, antara lain :
1) Tidak ada instruksi
Bila dalam bagan tidak terdapat instruksi bagaimana cara
pemakaian dan penambahan Tabel 1, ini berarti bahwa notasi
tersebut dapat ditambahkan dengan notasi yang terdapat
dalam Tabel 1, misalnya pada notasi 641.5 Cooking tidak
terdapat instruksi cara pemakaian dan penambahan Tabel 1.
Ini berarti pada notasi 641.5 tersebut dapat ditambahkan
dengan salah satu notasi yang terdapat dalam Tabel 1
sehingga notasinya dapat diperluas dengan contoh sbb :
641.5 Masakan (dalam bagan)
-05 Majalah (Tabel 1)
641.505 “Majalah masakan”

2) Ada instruksi pemakaian dua nol (00)


Dalam contoh penambahan notasi tabel 1 (a, b, c) di atas hanya
didahului dengan satu nol (0). Di dalam bagan adakalanya
terdapat instruksi untuk pemakaian dua nol (00) untuk
penambahan notasi Tabel 1. Misalnya pada notasi 636
Peternakan di bawahnya diikuti dengan instruksi “Gunakan
636.001-636.009 untuk subdivisi standar, jika ingin

158 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


memperluas notasi 636 Peternakan dengan Tabel 1, adalah
sebagai berikut :
636 Peternakan (bagan)
Gunakan 636.001–636.009
untuk subdivisi standar
-072 Penelitian (Tabel 1)
636.007 2 “Penelitian Peternakan”
3) Instruksi pemakaian tiga nol (000)
Adakalanya untuk penambahan notasi tabel 1 pada notasi
dalam bagan harus didahului dengan tiga nol (000). Hal ini
bergantung pada instruksi yang terdapat dalam bagan dari
subjek yang bersangkutan. Misalnya pada DDC edisi lengkap
notasi 375 Curriculums di bawahnya diikuti dengan notasi 000.1
– 000.9 “Standard Subdivisions” dan dikatakan bahwa notasi ini
berasal dari Tabel 1. Ini berarti bila akan memperluas notasi
375 Curriculum dengan penambahan Tabel 1, harus didahului
dengan tiga nol (000).
b. Tabel Wilayah (Tabel 2)
Ada kalanya suatu subjek perlu dinyatakan aspek
geografisnya (wilayahnya), misalnya “Angkatan Laut Indonesia”
Dalam hal ini notasi subjek “Angkatan Laut” perlu ditambahkan
notasi wilayah (Areas) yang selanjutnya disebut Tabel 2.
Cara penambahan Tabel 2 ini adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada instruksi
Dalam bagan tidak terdapat instruksi atau petunjuk bagaimana
cara penambahan Tabel 2. Dalam hal ini, langkah-langkahnya
ialah mula-mula tentukan notasi subjek yang bersangkutan lalu
ditambahkan pada notasi subjek tersebut notasi –09 (aspek
geografis dari Tabel 1), kemudian ditambahkan notasi wilayah
yang diambil dari Tabel 2.
Contoh :

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 159


359 Angkatan Laut
-09 Aspek geografi ( dari Tabel 1 )
-598 Indonesia ( dari Tabel 2 )
359.095 98 berarti “Angkatan Laut Indonesia“
Rumus :

SUBJEK + -09 + TABEL 2

2) Ada Instruksi
Adakalanya dalam bagan terdapat instruksi biasanya berupa
instruksi “Tambahkan notasi wilayah 4-9 dari Tabel 2 pada
angka dasar 324.2 dsb”
Contoh :
324 Proses-proses politik
.1 Organisasi dan kegiatan-kegiatan internasional
.2 Partai politik
Tambahkan notasi wilayah 4-9 dari tabel 2 pada
angka dasar 324.2 umpama Partai politik di Indonesia 324.2598
324.2 Partai politik
- 621 Mesir (dari Tabel 2)
324.2621 berarti “Partai politik di Mesir”
3) Untuk geografi suatu wilayah
Pembahasan diatas yaitu untuk suatu subjek ditambahkan
aspek geografisnya. Dalam bagian (c) ini hanyalah untuk
“geografi” suatu wilayah misalnya “geografi Jepang”, “Geografi
Indonesia” dsb. Cara pembentukan ialah angka dasar geografi
suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang
diambil dari Tabel 2.

160 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Rumusnya :

91 + NOTASI WILAYAH ( dari Tabel 2 )


Contoh : “Geografi Indonesia 915.98 “
4) Untuk sejarah suatu wilayah
Dalam subjek “sejarah” suatu wilayah mendapat notasi 930 –
999, sementara geografi suatu wilayah mendapat notasi 913 -
919. Kalau dibandingkan pembentukan notasi geografi suatu
wilayah dengan notasi sejarah suatu wilayah terdapat
persamaan unsur dari angka yang diambil dari Tabel 2.
Bandingkanlah 915.2. Geografi Jepang dan 952 Sejarah
Jepang, kalau diperhatikan dengan seksama notasi di atas
ternyata terdapat persamaan angka pembentukannya.
Pembentukan notasi sejarah suatu wilayah dapat dirumuskan:

9 + NOTASI WILAYAH ( dari Tabel 2 )


Contoh : “Sejarah Indonesia “ 959.8
Bila dirinci adalah sebagai berikut :
9- Angka dasar sejarah suatu wilayah
-598 Wilayah Indonesia (Tabel 2)
959.8 berarti “Sejarah Indonesia”
Sebagian besar notasi sejarah suatu wilayah ini telah terdaftar
dalam bagan, dilengkapi dengan pembagian periode sejarah.
c. Tabel Subdivisi Sastra (Tabel 3)
Dalam kelas 800 (Sastra) dikenal bentuk penyajian khusus yang
disebut “Subdivisi masing-masing sastra” (Subdivisions of
Individual Literatures) selanjutnya tercantum dalam Tabel 3.
Misalnya bentuk-bentuk sastra seperti : -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi
dsb.
Notasi yang terdapat dalam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan
pada notasi dasar suatu sastra di kelas 800. Notasi sastra yang

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 161


berakhiran dengan angka nol (0) notasi dasarnya adalah dua
angka pertama saja : Notasi dasar “Sastra Inggris” 82 bukan 820,
“Sastra Jerman” 83 bukan 830.
Cara pemakaian Tabel 3 ini adalah :
a. Sudah terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
Dalam bagan sudah terdapat notasi yang ditambahkan bentuk
sastranya tetapi tidak lengkap. Bila dirasa perlu untuk
memperluas notasi tersebut diambilkan dari Tabel 3.
Contoh : 842 Drama perancis, sesungguhnya angka 2 adalah
notasi yang terdapat dalam Tabel 3. Bila ingin memperluas
notasi ini adalah sbb. :
842. Drama Perancis (sudah terdaftar di bagan )
840 Kesusastraan Perancis, nomor dasarnya 84
-2 Drama (Tabel 3)
b. Tidak terdaftar dalam bagan
Bila di dalam bagan belum ditambahkan notasi bentuk sastra,
maka untuk memperluas notasinya adalah dengan mengambil
notasi bentuk sastra yang terdapat dalam Tabel 3
Contoh :
839.31 Sastra Belanda
-3 Fiksi (Tabel 3 )
839.313 berarti “Fiksi Belanda”
Dengan demikian cara penambahan notasi bentuk sastra yang
terdapat dalam Tabel 3 dapat dirumuskan :

NOTASI DASAR SASTRA + NOTASI BENTUK SASTRA (Tabel 3 )

162 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


d. Tabel Subdivisi Bahasa (Tabel 4)
Dalam kelas 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang
disebut “Subdivisi masing-masing bahasa” (Subdivision of
Individual Languages) selanjutnya disebut Tabel 4. Notasi yang
terdapat dalam Tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi
dasar suatu bahasa dalam kelas 400. Bila notasi suatu bahasa
terdiri dari tiga angka dan berakhiran dengan nol (0), maka notasi
dasarnya hanya dua angka pertama saja. Misalnya notasi dasar
“Bahasa Perancis” 44- bukan 440, “Bahasa Italia”47- bukan 470.
Cara-cara penambahan Tabel 4 adalah sebagai berikut :
1) Sudah terdaftar dalam bagan.
Dalam bagan sudah dicantumkan notasi yang memberikan
bentuk penyajian suatu bahasa. Contoh :
442 Etimologi Bahasa Perancis (dalam bagan),
nomor dasar bahasa perancis 44
-2 Etimologi (dari Tabel 4 )
442 berarti “Etimologi bahasa Perancis”
2) Belum terdaftar dalam bagan
Dalam bagan sama sekali belum dicantumkan notasi bentuk
bahasa. Untuk memperluas notasi dasar suatu bahasa,
diambilkan dari Tabel 4. Misalnya untuk “Tata bahasa
Indonesia” akan mendapatkan notasi 499.2215 bila dirinci
adalah sebagai berikut :
439.3 Bahasa Belanda (dalam bagan)
-5Tata bahasa (dalam Tabel 4 )
439.35 berarti “Tata bahasa Belanda”
Dengan demikian untuk penambahan notasi Tabel 4 ini pada
dasarnya suatu bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut :

NOTASI DASAR SUATU BAHASA + NOTASI BENTUK BAHASA ( Tabel 4 )

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 163


3) Kamus dua bahasa
Bagi karya berupa kamus dua bahasa dengan satu bahasa
entri, urutan sitasinya adalah dengan mengutamakan bahasa
entri lebih dahulu, kemudian ditambahkan –3 (dari Tabel 4 ) lalu
menyusul notasi bahasa padanannya (dari Tabel 6). Misalnya
“Kamus Bahasa Indonesia - Cina” notasi kelasnya adalah : 413.
951 Notasi kelas ini terbentuk dari
410 Bahasa Indonesia (bahasa entri), nomor dasarnya
41
-3 Kamus bahasa (Tabel 4)
-951 Bahasa Cina (bahasa padanan dari Tabel 6)
Bagi karya berupa kamus dua bahasa dengan dua bahasa entri
yang bolak balik, urutan sitasinya diuatamakan pada bahasa
yang lebih berguna bagi masyarakat pemakai. Misalnya
“Kamus Bahasa Indonesia-Cina dan Cina-Indonesia”, untuk
perpustakaan di Indonesia lebih berguna dengan
mengutamakan bahasa Cina. Jadi notasi kelasnya adalah :
495.139 1. Notasi kelas ini terbentuk dari :
495.1 Bahasa Cina (bahasa entri yang lebih berguna)
-3 Kamus bahasa (Tabel 4)
-1 Bahasa Indonesia (bahasa padanan dari Tabel
6).
Bila dirumuskan secara umum kamus dua bahasa itu adalah
sebagai berikut:

BAHASA ENTRI + -3 + BAHASA PADANAN ( dari TABEL 6)

4) Kamus banyak bahasa


Bagi kamus banyak bahasa yaitu mencakup 3 bahasa atau
lebih, dimasukkan kedalam “Kamus Poliglot” (Polyglot
Dictionaries) pada notasi 403 (DDC edisi ringkas).

164 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Contoh: “Kamus Indonesia-Inggris dan Arab” akan mendapat
notai 403 ”Kamus Jepang-Cina-Rusia dan Inggris” juga akan
mendapat notasi 403.
Bila menginginkan lebih spesifik lagi, tambahkan pada angka
dasar 403 notasi 2-9 dari Tabel 6. Misalnya 403.956 untuk
Kamus bahasa Jepang-Cina-Rusia dengan bahas entri dan
definsinya hanya dalam bahasa Jepang.
e. Tabel Ras, Etnik dan Kebangsaan (Tabel 5)
Adakalanya dalam suatu subjek perlu ditambahkan aspek ras, etnik
atau kebangsaan tertentu, misalnya –951 Bangsa Cina, dan -
9921 Bangsa Pilipina. Bila suatu subjek telah ditemukan notasinya
kemudian ditambahkan dengan notasi yang terdapat pada Tabel
ras, ethnik dan kebangsaan (Tabel 5). Ini dilakukan bila dirasa perlu
untuk memperluas subjek yang bersangkutan.
Apabila dalam bagan tidak terdapat instruksi untuk menambahkan
Tabel 5 ini dan dirasa perlu untuk memperluas kelas subjek
tersebut dengan notasi yang terdapat dalam notasi subjek yang
bersangkutan, maka tambahkan –089 (aspek ras, etnik, dsb. dari
Tabel 1) kemudian cantumkan notasi dari Tabel 5.
738 Seni keramik (terdapat
dalam bagan)
-089 Aspek ras ethnik dan kebangsaan (dari Tabel 1)
-951 Cina (dari Tabel 5)
738.089 951 berarti “Seni keramik cina”
f. Tabel Bahasa (Tabel 6)
Suatu subjek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya.
Misalnya “Terjemahan Alquran dalam Bahasa Cina”dsb. Terlebih
dahulu harus ditentukan notasi untuk subjek Alquran kemudian
ditambahkan dari notasi Bahasa Cina yang diambilkan dari Tabel 6
Bahasa yang selanjutnya disebut Tabel 6.
Cara pemakaian tabel 6 ini adalah sbb :

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 165


1) Ada instruksi
Dalam bagan yang terdapat instruksi pemakaian Tabel 6 ini
biasanya diikuti kata-kata “Tambahkan notasi bahasa dari
Tabel 6 pada angka dasar 2X1.2”. Misalnya untuk bahan
pustaka “Alquran dalam bahasa Cina” akan mendapat notasi
2X1.2951 bila dirinci adalah sebagai berikut:
2X1 Alquran dan ilmu yang berkaitan (dalam bagan)
.2 Alquran dan terjemahannya (dalam bagan)
Tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 pada
angka dasar 2X1.2
-951 Bahasa Cina (dari Tabel 6)
2X1.2951 berarti “Alquran dalam Bahasa Cina”
2) Tidak ada instruksi
Di dalam bagan tidak terdapat perintah untuk pemakaian tabel
6. Bila diperlukan memperluas notasi suatu subjek dengan
penambahan notasi yang terdapat dalam table 6 ini misalnya
untuk menyatakan dominannya suatu bahasa dalam suatu
wilayah tertentu, maka langkah-langkahnya sebagai berikut:
mula-mula tentukan notasi subjek, kemudian tambahkan aspek
wilayah -09 (dari tabel 1) setelah itu ditambahkan notasi -175
(aspek wilayah suatu bahasa sangat dominan yang diambil dari
table 2). Lalu ditambahkan notasi bahasa yang diambil dari
tabel 6.
Contoh: “Bibel di Wilayah berbahasa Spanyol” akan
mendapatkan notasi 220.509 175 61 bila dirinci notasi tersebut
adalah sebagai berikut :
220 Bible
-5 Modern version and translations
-09 Aspek wilayah (dari table 1)
-175 Aspek wilayah dimana suatu bahasa
tertentu sangat dominan (dari table 2)
166 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
-61 Bahasa Spanyol (dari table 6)
220.509 175 61 Berarti “Bibel di Wilayah berbahasa
Spanyol”

D. Analisis Subjek
1. Pra-analisis
Analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan kla-sifikasi,
yaitu proses meneliti, mengkaji dan menyimpulkan isi yang di-bahas
dalam bahan pustaka. Untuk mengetahui subjek suatu bahan
pustaka/dokumen dilakukan dengan analisis subjek. Sebagai langkah
awal dilakukan “pra-analisis” bahan pustaka melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Melalui judul buku, seringkali melalui judul saja suatu bahan
pustaka
sudah dapat ditentukan subjeknya, hal ini kebanyakan untuk buku-
buku ilmiah.
b. Melalui daftar isi, adakalanya dengan melihat daftar isi suatu bahan
pustaka/dokumen sudah dapat diketahui subjeknya.
c. Dengan membaca kata pengantar atau pendahuluan dari bahan
pustaka tersebut.
d. Apabila langkah-langkah di atas masih belum dapat membantu
hendaklah dengan membaca sebagian atau keseluruhan dari isi
buku.
e. Melalui daftar bahan pustaka atau bibliografi yang digunakan oleh
pengarang untuk menyusun karyanya.
f. Menggunakan sumber lain seperti bibliografi, ensiklopedi, tinjauan
buku, dan sebagainya.
g. Seandainya cara terdahulu masih belum juga dapat membantu
untuk menentukan subjek bahan pustaka, hendaknya menanyakan
kepada para ahlinya dalam subjek tersebut.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 167


2. Konsep Subjek
Untuk melakukan analisis subjek pertama-tama perlu dikenali konsep
subjek yang terdiri dari tiga aspek sebagai berikut:
a. Disiplin ilmu, yaitu bidang studi yang mempunyai objek, sistem,
dan metode tertentu untuk memecahkan persoalan yang timbul di
dalamnya. Hal ini digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu
pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi 2 katagori :
1) Disiplin fundamental, meliputi bagian-bagian utama ilmu
pengetahuan yang menurut para ahli ada 3 kelompok disiplin
fundamental, yakni ilmu-ilmu sosial (social sciences), ilmu-ilmu
alamiah (natural sciences) dan ilmu-ilmu kemanusiaan
(humanities).
2) Subdisiplin, merupakan bidang spesialisasi dalam satu disiplin
fundamental, misalnya dalam disiplin fundamental ilmu-ilmu
alamiah, subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau
cabangnya ialah fisika, kimia, biologi dsb. Namun pada
akhirnya sebutan disiplin ilmu menjadi istilah umum yang
berlaku bagi kedua-duanya, baik berupa disiplin fundamental
maupun subdisiplin.
b. Fenomena (topik yang dibahas) merupakan wujud/benda yang
menjadi objek kajian dari disiplin ilmu. Misalnya: Pendidikan remaja.
“Pendidikan” merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan “remaja”
adalah fenomena yang menjadi objek atau sasarannya.
c. Bentuk ialah cara bagaimana suatu subjek disajikan dalam bahan
pustaka. Konsep bentuk ini dibedakan dalam 3 jenis:
1) Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan
dalam menyajikan suatu subjek. Misalnya dalam bentuk buku,
majalah, pita rekaman, mikrofis, dsb.
2) Bentuk penyajian, yang menunjukan pengaturan atau
organisasai isi bahan pustaka/dokumen. Ada tiga bentuk
penyajian, yaitu:

168 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


a) Menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya,
seperti bahasa, gambar, dan lain-lain.
b) Yang memperlihatkan tata susunan tertentu misalnya
abjad, kronologis, sistematis, dan sebagainya.
c) Yang menyajikannya untuk kelompok tertentu, misalnya
Bahasa Inggris untuk pemula, Psikologi untuk ibu rumah
tangga. Kedua dokumen tersebut adalah mengenai
‘bahasa Inggris’ dan ”Psikologi”, bukan pada ”pemula” atau
”ibu rumah tangga”.
3) Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam
pembahasan suatu subjek. Misalnya “Filsafat Sejarah”, di sini
yang menjadi subjeknya adalah ”sejarah” sedangkan “filsafat”
adalah bentuk intelektual.

E. Tajuk Subjek
1. Pengertian dan Fungsi Tajuk Subjek
a. Pengertian Tajuk Subjek
Tajuk subjek adalah kata, istilah atau frasa atau kosa kata yang
terkendali dan terstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik
bahan pustaka. Dengan kata lain tajuk subjek adalah istilah yang
menggambarkan isi bahan perpustakaan.
b. Fungsi Tajuk Subjek
Adapun fungsi dari Tajuk subjek adalah:
1) Mendaftar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan di bawah
“kata” atau “istilah” atau “frasa” yang menjadi subjeknya.
2) Menyusun suatu entri katalog dengan tajuk subjek sebagai
media penyusunannya (filing)
3) Sebagai titik temu (access point) suatu informasi melalui
subjeknya.
2. Prinsip Penentuan dan Jenis-jenis Tajuk

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 169


a. Prinsip Penentuan Tajuk Subjek
Prinsip dasar penentuan tajuk subjek bahan pustaka adalah
sebagai berikut:
1) Aspek bahasa
Karena tajuk subjek menggunakan kata atau istilah atau frasa,
maka masalah “tajuk subjek’ tidak terlepas dari masalah
bahasa, misalnya; tata bahasa, ejaan, sinonim, semantik, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pedoman resmi bahasa yang
digunakan harus diperhatikan. Dalam bahasa Indonesia,
misalnya buku Pedoman Pembentukan Istilah dan Pedoman
Ejaan yang baku harus diperhatikan.
Contoh:
▪ Komoditi atau Komoditas
▪ Tjengkeh atau Cengkeh atau Cengkih
▪ Tarip atau Tarif
2) Keseragaman
Dalam banyak hal, untuk mengutarakan suatu topik atau
pengertain sering terdapat penggunann istilah-istilah yang
berbeda
Contoh: Hukum Dagang atau Hukum Niaga atau
Hukum Perdagangan
Agar tidak membingungkan pemakai perpustakaan, untuk
kasus seperti ini perlu dipilih salah satu istilah yang digunakan
secara taat azas. Dari istilah-istilah lain dibuatkan “penunjukan
atau acuan”.
3) Pemakaian istilah
Dalam menciptakan keseragaman penggunaan istilah yang
digunakan perlu pula diperhatikan pemakaian istilah yang lazim
oleh pemakai perpustakaan.
Contoh : Pernikahan atau Perkawinan

170 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Sapi atau Lembu
4) Istilah Asing
Apabila menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa
Indonesia, maka istilah Indonesia yang harus diutamakan.
Istilah asing hanya digunakan bila:
Belum ada istilah Indonesianya. Namun demikian istilah asing
tersebut disesuaikan penulisannya dengan pemakaian di
Indonesia.
Contoh:
▪ Anarkisme bukan Anarchism
• Fasisme bukan Facism
5) Istilah asing yang lebih populer.
Contoh:
▪ Psikologi lebih populer dari Ilmu Jiwa
▪ Anatomi lebih populer dari Ilmu Urai
6) Istilah Indonesia yang lebih panjang dan adakalanya
memerlukan penjelasan atau uraian.
Contoh:
▪ Devisa bukan Alat Pembayaran Luar Negeri
▪ Visa bukan Surat Izin Masuk ke Suatu Negara
7) Kekhususan
Dalam menentukan tajuk subjek suatu dokumen, hendaklah
dipilih tajuk subjek sekhusus mungkin.
Contoh:
▪ Hukuman Mati jangan pada Hukum Pidana atau Hukuman
▪ Mujair jangan pada Ikan atau Ikan Air Tawar
8) Istilah Penjelas

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 171


Adakalanya pada subjek tertentu diperlukan penjelas. Hal ini
disebabkan istilah yang sama dapat ditemukan pada berbagai
disiplin ilmu atau aspek. Istilah penjelas tersbut gunanya untuk
membedakan antara satu sama lain.
Contoh :
▪ Bogor (Kabupaten) – Sejarah
▪ Bogor (Kodya) – Sejarah
b. Jenis-jenis Tajuk
1) Tajuk Utama (Main Headings), yang terdiri dari :
a) Kata benda (noun)
Yaitu tajuk subjek yang terdiri dari kata benda, misalnya,
EKONOMI, AGAMA, PENDIDIKAN. Tajuk subjek jenis ini
disebut dengan “Tajuk Subjek sederhana”. Kadangkala
terdiri dari dua atau lebih kata benda dengan menggunakan
kata penghubung “dan”, misalnya: KEJAHATAN DAN
PENJAHAT, ISLAM DAN POLITIK. Tajuk subjek jenis ini
disebut dengan “Tajuk Subjek Berhubungan”.
b) Tajuk Adjektif (adjective with noun)
Yaitu tajuk subjek yang terdiri dari “kata benda” dan diikuti
dengan “kata sifat”.
Contoh : BANGUNAN LIAR
BINATANG LANGKA
c) Tajuk Frasa (Phrase Headings)
Yaitu tajuk subjek yang terdiri dari dua kata benda yang
dihubungkan dengan kata depan. Penggunaan kata depan
disini adalah untuk :
• Membatasi suatu konsep
Contoh : TELEVISI DALAM POLITIK
• Menyatakan hubungan dua konsep

172 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Contoh : WANITA SEBAGAI DOKTER
• Menyatakan suatu konsep yang dinyatakan dengan
“frasa”
Contoh : HAK GUNA BANGUNAN
KERJA SAMA ANTAR PERPUSTAKAAN
d) Tajuk Gabungan (Compound Headings)
Yaitu tajuk yang merupakan gabungan dua atau lebih
unsur
yang sederajat.
Contoh : BANK DAN PERBANKAN
AMNESTI DAN ABOLISI
e) Tajuk Kombinasi (Combined Headings)
Dalam tajuk frasa atau gabungan kadangkala diperlukan
kombinasi.
Contoh : DINAS DIPLOMATIK DAN KONSULER
KEJAHATAN TERHADAP HARTA BENDA
f) Tajuk Dibalik (Inverted Headings)
Adakalanya tajuk subjek dibalik dan dipisah dengan
tanda
koma, gunanya adalah untuk :
• Membantu pemakai perpustakaan mencari
koleksi melalui istilah dasar suatu tajuk yang terdiri dari
dua atau lebih kata atau istilah
• Menempatkan istilah atau kata yang mempunyai
arti luas di depan dengan tujuan mengumpulkan
semua aspek dari subjek yang luas.
Contoh : HUKUM, ILMU
HUKUM, KONFLIK

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 173


HUKUM, PEMBAHARUAN
2) Tajuk Tambahan (Sub-Headings)
Penentuan tajuk subjek bahan pustaka sering memerlukan
tajuk tambahan (subdivisi) dalam mengkombinasikan
sejumlah konsep yang berbeda ke dalam satu kesatuan tajuk.
Antara tajuk utama dengan tajuk tambahan dipisahkan
dengan “tanda hubung” berupa strip (-). Adapun tajuk
tambahan ini terdiri dari :
• Subdivisi Bentuk
Pada tajuk tertentu dapat dinyatakan aspek bentuk dari
suatu Dokumen.
Contoh : ARSITEKTUR – ABSTRAK
ARSITEKTUR - KAMUS
• Subdivisi Geografis (wilayah)
Penempatan nama tempat (geografis) pada tajuk subjek
dapat dibedakan antara :
▪ Yang ditempatkan “di belakang” yaitu apabila
nama
tempat tersebut bukan merupakan subjek.
Contoh : PENDIDIKAN TINGGI – INDONESIA
▪ Yang ditempatkan “di depan” yaitu apabila nama
tempat tersebut sebagai subjeknya.
Contoh : AMERIKA SERIKAT – IKLIM,
INDONESIA – SEJARAH
• Subdivisi Waktu/Periode
Aspek waktu digunakan antara lain untuk membatasi
materi suatu subjek pada suatu periode waktu tertentu
Contoh : HUKUM ADAT – ABAD 19

174 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


INDONESIA – SEJARAH – 1942-1945
• Subdivisi Topik/Aspek Khusus
Adakalanya subjek umum diolah dari aspek/topik khusus
Contoh : HUKUM – FILSAFAT
HUKUM – METODOLOGI
3) Tajuk yang Dapat Ditambahkan
Tiga kategori tajuk subjek tidak dicantumkan dalam daftar,
namun dapat ditambahkan langsung secara bebas saat
mengolah bahan pustaka. Adapun tajuk-tajuk tersebut
meliputi:
• Nama-nama
➢ Nama Orang, Contoh : Suharto, 1921-
➢ Nama Keluarga Contoh : Siregar, Hasan
➢ Nama Tempat Contoh : Indonesia.
Jawa Barat
➢ Kebangsaan Contoh : Filipina, India
➢ Bahasa dan Sastra Contoh : Bahasa Arab,
Kesusastraan
Belanda
➢ Nama Perang Contoh : Perang Paderi
➢ Nama Perjanjian Contoh : Linggarjati
➢ Nama Suku Contoh : Sunda
• Nama Badan Korporasi
➢ Perkumpulan / Klub Contoh : PERSAHI, IPI
➢ Lembaga Contoh : Yayasan Idayu

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 175


➢ Badan Pemerintah Contoh : Departemen
Pendidikan
Nasional
➢ Gedung, taman, kapal Contoh : Gedung Joeang,
Tampomas (Kapal)
• Nama-nama lain
➢ Binatang, bunga, ikan, sayur-sayuran, kayu
Contoh : Harimau, Melati, Mujair, Bayam, Jati.
➢ Penyakit / Wabah Contoh : Malaria, Kolera
➢ Bagian Tubuh Contoh : Mata, Hidung.
➢ Nama Kimia Contoh : Asam Sulfat.
➢ Nama Mineral Contoh : Emas, Batubara.

4) Tajuk nama pribadi dan geografi


Apabila nama pribadi dan geografis dijadikan sebagai tajuk,
maka cara penulisannya adalah sebagai berikut :
• Nama Pribadi
Nama tersebut ditulis sesuai dengan peraturan katalogisasi,
misalnya peraturan AACR (Anglo American Cataloguing
Rules)
Contoh : Harun Nasution menjadi Nasution, Harun
Peraturan baru berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Perpustakaan Nasional RI No. 20 Tahun 2005 terdapat
perubahan antara lain bahwa kata utama Indonesia yang
memiliki ciri pengenal terbatas seperti nama diri atau yang
ditambah dengan nama ayah dan/atau suami, tajuk pada
unsur nama diri pengarang yang ditulis pertama secara
lengkap.
Contoh: Ahmad Tohari menjadi Ahmad Tohari
176 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Dewi Fortuna Anwar menjadi Dewi Fortuna
Anwar
• Nama Geografis
Bila menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa
Indonesia, maka nama disesuaikan dengan nama baku
Indonesia.
Contoh: SELANDIA BARU bukan NEW ZEALAND
INGGRIS bukan ENGLAND.
c. Sistem Sindetik
Sistem sindetik adalah terdiri dari “penunjukkan atau referensi
silang” dan catatan ruang lingkup yang terdapat pada suatu tajuk.
Di samping dapat menghubungkan tajuk yang berkaitan, sistem ini
juga dapat memberikan ruang lingkup yang dicakup oleh suatu
tajuk.
1) Penunjukkan “Lihat”
Penunjukkan ini menuntun pemakai untuk mengalihkan strategi
penelusuran koleksi dari tajuk yang tidak digunakan ke tajuk
yang digunakan. Pada umumnya penunjukkan ini berlaku bagi
tajuk yang memiliki sinonim.
Contoh: Duren lihat DURIAN
Koran lihat SURAT KABAR
Sebaliknya di bawah tajuk subjek yang digunakan diberikan
tanda “X” untuk tajuk yang tidak digunakan tersebut.
Contoh: DURIAN
x Duren
SURAT KABAR
x Koran

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 177


2) Penunjukkan “Lihat Juga”
Penunjukkan ini menuntun pemakai dalam mengembangkan
strategi penelusuran dari tajuk yang umum ke tajuk yang lebih
khusus.
Contoh: IKAN lihat juga IKAN MAS
PADI Lihat juga BERAS
Sebaliknya di bawah tajuk yang khusus tersebut diberi tanda
“xx” untuk tajuk yang lebih luasnya.
Contoh: BERAS
xx PADI
IKAN MAS
xx IKAN
3) Catatan Ruang Lingkup
Untuk memberikan batasan dari suatu tajuk, maka pada tajuk
tersebut diberikan catatan ruang lingkup aspek yang
dicakupnya. Si pemakai dapat mempertimbangkan apakah
tajuk tersebut cocok untuk dokumen yang sedang dicarinya.
Contoh: PENDIDIKAN NASIONAL
“Untuk karya tentang pendidikan untuk
pengertian
nasional, kewarganegaraan Indonesia.”
TENTARA
“Untuk karya tentang anggota angkatan
bersenjata,
termasuk Angkatan Laut, Darat dan Udara.”
3. Praktek Penentuan Tajuk Subjek
Untuk menentukan dan menambahkan tajuk subjek bahan pustaka
yang tepat diperlukan cara penggunaan daftar tajuk subjek. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
178 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
a. Sebelum mengambil suatu tajuk, hendaklah diperiksalah dahulu
“tajuk” apa yang telah digunakan. Bila suatu tajuk pertama kali
digunakan, hendaklah pada tajuk tersebut diberi tanda √ di
depannya.
Contoh: √ CABAI
√ JEMBATAN
b. Buat dan periksa “acuan”(penunjukan) dan diberi tanda √
Contoh: √ PSIKOLOGI BAYI
x Bayi – Psikologi
Dari tajuk Bayi – Psikologi dibuat acuan, yaitu kartu yang isinya :

Bayi – Psikologi

Lihat

PSIKOLOGI BAYI

Begitu juga halnya dengan penunjukkan “lihat juga”


Contoh :
GABUNGAN SERIKAT BURUH ISLAM INDONESIA
xx ISLAM
Acuan “lihat juga” yang harus dibuat adalah :

ISLAM

Lihat juga

GABUNGAN SERIKAT BURUH ISLAM

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 179


c. Apabila pada daftar tajuk subjek yang digunakan tidak/belum
ditemukan suatu tajuk yang diperlukan, maka sisipkan atau
tambahkan “tajuk baru” pada daftar tersebut dan juga beri tanda √.
Pada urutan abjad tajuk baru tersebut juga ditambahkan.
Contoh: √ BUNGA
Tambahkan nama-nama bungan, umpama √ Mawar
Pada abjad MAWAR juga ditambahkan :
Contoh: √ MAWAR
xx Bunga
d. Apabila pada suatu ketika perpustakaan mengadakan penyiangan
atau pencabutan suatu koleksi di perpustakaan, tentu katalognya
juga akan dicabut dari jajaran. Dalam hal ini maka pada daftar tajuk
subjek juga diadakan perubahan, yaitu dengan memberi tanda x di
depan tanda √ yang telah ada.
Contoh:  √ KOMUNISME – INDONESIA
Ini berarti bahwa tajuk KOMUNISME – INDONESIA pernah
digunakan tetapi sekarang tidak lagi
e. Subjek yang berhubungan dengan wilayah bahasa, sastra, dan lain
-lain, yang umum terdapat pada berbagai negara, maka diadakan
perbandingan dengan Indonesia. Contoh untuk negara ambil
Indonesia, untuk propinsi ambil Jawa Barat, untuk kota ambil
Jakarta, untuk bahasa ambil bahasa Indonesia.
Contoh: INDONESIA – SEJARAH maka
SUDAN – SEJARAH
JAWA BARAT – PENDUDUK
maka IRIAN JAYA – PENDUDUK
JAKARTA – PETA maka SERANG – PETA
BAHASA INDONESIA – TATA BAHASA Maka
BAHASA JERMAN – TATA BAHASA

180 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


F. Rangkuman
1. Pengertian klasifikasi adalah kegiatan pengelompokan bahan pustaka
berdasarkan ciri-ciri yang sama.
2. Salah satu fungsi klasifikasi adalah mengetahui keseluruhan bidang ilmu
pengetahuan bahan perpustakaan yang dimiliki.
3. Tujuan klasifikasi dalam perpustakaan antara lain dapat menentukan
lokasi bahan pustaka di dalam jajaran koleksi perpustakaan sehingga
memudahakan temu kembali informasi.
4. Jenis sistem klasifikasi antara lain Dewey Decimal Classifications (DDC),
Colon Classifications (CC), Universal Decimal Classifications (UDC).
5. Prinsip-prinsip klasifikasi adalah menerapkan kekhususan, kesatuan,
kesamaan, konsistensi, dan orientasi pada pemakai.
6. Struktur klasifikasi DDC terdiri dari tiga unsur yaitu bagan, indeks relatif,
dan tabel pembantu.
7. Analisis subjek merupakan langkah awal dalam kegiatan klasifikasi yang
berarti proses meneliti, mengkaji, dan menyimpulkan isi yang dibahas
dalam bahan perpustakan.
8. Tajuk subjek adalah kata, istilah atau frasa, atau kosakata yang terkendali
dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan
perpustakan.
9. Salah satu fungsi tajuk subjek adalah sebagai titik temu (access point)
suatu informasi melalui subjeknya.
10. Prinsip penentuan tajuk subjek dapat dilihat dari aspek bahasa,
keseragaman, pemakaian istilah, istilah asing, istilah asing yang lebih
popular, istilah Indonesia yang lebih panjang, kekhususan, dan istilah
penjelas.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 181


182 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP

Dengan mempelajari materi klasifikasi dan tajuk subjek maka diharapkan para
pengelola perpustakaan dapat mengolah bahan pustaka dengan baik terutama
dalam menentukan nomor kelas dan tajuk subjek sesuai dengan pedoman yang
digunakan. Pada dasarnya klasifikasi dan penentuan tajuk subjek merupakan
kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka berdasarkan ciri subjek atau isi yang
dibahas di dalamnya. Jadi klasifikasi dan penentuan tajuk subjek merupakan
kegiatan simultan yang dapat dilakukan sekaligus sacara bersamaan. Kedua-
duanya memanfaatkan hasil analisis subjek yang diolah di perpustakaan.
Dalam klasifikasi hasil analisis subjek diterjemahkan ke dalam notasi kelas yang
menjadi dasar penyimpanan bahan pustaka di dalam jajaran koleksi
perpustakaan. Sedangkan di dalam penentuan tajuk subjek hasil analisis subjek
diterjemahkan ke dalam istilah verbal atau tajuk subjek yang menjadi titik akses
informasi di dalam koleksi perpustakaan. Dengan demikian analisis subjek
menjadi titik sentral bagi keberhasilan dan ketepatan proses klasifikasi dan
penentuan tajuk subjek bahan pustaka.
Namun demikian, keberhasilan kegiatan klasifikasi dan penentuan tajuk subjek
ditunjang pula oleh pengetahuan serta keterampilan pengklasifikasi dalam
menggunakan pedoman yang dipakai di perpustakaan. Pengklasifikasi bahan
pustaka dituntut untuk mengenali betul ciri-ciri fisik, susunan, dan teknik
penggunaan setiap pedoman yang berkaitan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 183


184 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Ade Kohar & Rina Sufiani Saary. Panduan Klasifikasi menggunakan DDC
edisi 20. Jakarta : PDII-LIPI, 1995.
J.N.B Tairas & Soekarman. Daftar Tajuk Subjek Edisi Ringkas. Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 1996.
Melvil Dewey. Dewey Decimal Classification and Relative Index. 20 th. New
York : Forest Press, 1969.
Perpustakaan Nasional RI. Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey
& Indeks Relatif. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1993.
Perpustakaan Nasional RI. Daftar Tajuk Subjek untuk perpustakaan. Jakarta
: Perpustakaan Nasional RI, 1996.
Towa P Hamakonda. & JNB Tairas. Pengantar klasifikasi persepuluhan
Dewey, Ed. 3. Jakarta : Gunung Mulia, 1988.
Upriyadi. Klasifikasi dan Tajuk Subjek : Bahan Ajar Diklat Teknis Pengelolaan
Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2004.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 185


186 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 187
188 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 189


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 191
A. Latar Belakang ................................................................................ 191
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 191
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 191
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................................ 192
BAB II LAYANAN PERPUSTAKAAN .............................................................. 193
A. Pengertian Layanan ........................................................................ 193
B. Tujuan dan Fungsi Layanan ........................................................... 193
C. Jenis Layanan Perpustakaan ......................................................... 195
D. Unsur Layanan ................................................................................ 195
E. Sistem Layanan Perpustakaan ...................................................... 197
F. Sistem Peminjaman ........................................................................ 199
G. Rangkuman ..................................................................................... 200
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 201
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 203

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 189


190 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
rekam, perpustakaan harus dikelola secara profesional dengan sistem yang
baku. Pengelolaan perpustakaan bertujuan memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka
agar semua koleksi perpustakaan didayagunakan semaksimal mungkin.
Pendayagunaan koleksi perpustakaan sangat bergantung pada citra
layanannnya. Artinya bahwa layanan di lembaga perpustakaan dapat
dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu perpustakaan dalam melayani
pemustakanya, karena esensi suatu lembaga perpustakaan adalah layanan.
Dalam penyelenggaraan layanan, perpustakaan harus mempertimbangkan
fungsi dan tujuan perpustakaan, karena ada berbagai jenis perpustakaan dan
masing-masing perpustakaan berbeda fungsi dan tujuannya.
Layanan perpustakaan memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Oleh karena itu setiap
pustakawan atau calon pustakawan perlu dibekali dengan pengetahuan
tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan masalah layanan di
perpustakaan.

B. Deskripsi Singkat
Materi buku ini meliputi pengertian layanan, tujuan dan fungsi layanan, jenis
layaann, unsur layanan, sistem layanan, dan sistem peminjaman.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar ini peserta diharapkan mampu memahami
pengertian layanan, tujuan dan fungsi layanan di berbagai jenis perpustakan,
jenis layanan, unsur layanan, sistem layanan, serta sistem peminjaman.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 191


D. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata ajar ini para peserta diharapkan:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, tujuan, fungsi , dan jenis
layanan di perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, umum, khusus, dan
perpustakaan nasional.
2. Peserta mampu menguraikan unsur layanan
3. Peserta mampu menguaraikan sistem layanan
4. Peserta mampu menjelaskan sistem peminjaman

192 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB II
LAYANAN PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Layanan
Layanan perpustakaan berarti penyediaan bahan pustaka secara tepat dan
akurat, sesuai dengan kebutuhan pemustaka jasa perpustakaan. Ada
berbagai pendapat yang mengatakan bahwa layanan perpustakaan
merupakan citra dari lembaga perpustakaan. Dengan kata lain perpustakaan
sangat identik dengan layanan, karena tidak ada perpustakaan jika tidak ada
layanan. Sebab bagaimanapun hebatnya suatu lembaga perpustakaan,
namun apabila layanannya sangat buruk, maka citra perpustakaan itupun
akan sangat buruk, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, ada juga yang
menyebutkan bahwa layanan merupakan ujung tombak dari suatu
perpustakaan.

B. Tujuan dan Fungsi Layanan


Tujuan perpustakaan memberikan layanan bahan pustaka kepada
masyarakat pemustaka adalah memenuhi kebutuhan informasi masyarakat,
dan agar koleksi perpustakaan yang telah dimiliki perpustakaan dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pemustaka. Layanan perpustakaan
berfungsi mempertemukan pemustaka dengan bahan pustaka yang
dibutuhkan dan diminati. Hal itu sesuai dengan pasal 14 ayat (1) dan (3)
dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang
menyebutkan secara jelas bahwa layanan perpustakaan dikembangkan
melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memnuhi kebutuhan
pemustaka.
1. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan sekolah
Tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah adalah menyediakan informasi
untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dan
rekreasi bagi siswa siswi dan guru di sekolah tersebut. Pada pasal 23,
ayat (5) menyebutkan bahwa perpustakaan sekolah/madrasah

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 193


mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi.
2. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan perguruan tinggi
Tujuan dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah memenuhi
kebutuhan informasi di lingkungan perguruan tinggi (mahasiswa dan
dosen), dalam rangka mendukung pelaksanaan program Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
3. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan khusus
Perpustakaan khusus pada umumnya terdapat di berbagai departemen,
lembaga negara, organisasi, rumah ibadah, dan lembaga khusus lainnya.
Istilah khusus tidak hanya menunjukkan pada kekhususan organisasi,
melainkan lebih menitik beratkan koleksinya pada subjek tertentu dari
berbagai disiplin ilmu. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan khusus
adalah memenuhi kebutuhan informasi lembaga induk, dan lingkungan
organisasinya.
4. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan dengan
tujuan melayani masyarakat umum, mulai anak-anak sampai dewasa.
Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan umum adalah memberikan
kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka, menyediakan
sumber informasi yang tepat dan murah, membantu masyarakat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, dan sebagai pusat
budaya bagi masyarakat di sekitarnya.
5. Tujuan dan fungsi layanan perpustakaan nasional
Tujuan utama perpustakaan nasional suatu negara adalah menyimpan
dan melestarikan semua bahan perpustakaan baik tercetak, tertulis,
terekam yang diterbitkan suatu negara. Tujuan dan layanan di
perpustakaan nasional adalah untuk memberikan informasi mengenai
berbagai informasi dan pengetahuan tentang negara yang bersangkutan,
serta berfungsi sebagai perpustakaan rujukan.

194 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


C. Jenis Layanan Perpustakaan
1. Layanan Teknis Perpustakaan merupakan layanan yang tidak langsung
berhubungan dengan pembaca (technical services), yang kegiatannya
meliputi :
a. Pengadaan bahan perpustakaan meliputi pekerjaan seleksi, verifikasi,
pembelian pustaka, dan pemberian hadiah atau tukar menukar.
b. Pengorganisasian bahan pustaka atau pengolahan bahan pustaka
meliputi: pencatatan pada buku induk, pemberian cap atau stempel
pada bahan pustaka, katalogisasi, klasifikasi, pembuatan kantong dan
kartu buku, dan penataan koleksi di rak.
c. Administrasi lainnya.

2. Layanan Pembaca merupakan layanan yang langsung berhubungan


dengan pembaca atau pemakai jasa Perpustakaan, yang pekerjaannya
meliputi:
a. Layanan sirkulasi adalah layanan peminjaman dan pengembalian
bahan pustaka (sirkulasi perpustakaan adalah peredaran atau keluar
masuknya bahan pustaka).
b. Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh pustakawan
dalam rangka memberikan bantuan jasa kepada pengguna untuk
mendapatkan informasi atau data dengan menggunakan sumber-
sumber referensi, untuk keperluan studi, penelitian, atau kepentingan
lain secara cepat, efektif, dan efisien.
c. Layanan silang atau layan silang adalah layanan peminjaman ke
perpustakaan yang dilakukan atas nama perpustakaan, bukan atas
nama pribadi atau pengguna yang membutuhkannya. Juga disebut
pinjam antarperpustakaan (interlibrary loan).

D. Unsur Layanan
Berbagai sarana dan program di rancang dengan harapan agar pemustaka
senang datang ke perpustakaan. Dalam kaitannya menciptakan kegiatan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 195


layanan perpustakaan yang baik, di perlukan unsur-unsur penunjang yang
mendukung kelancaran kegiatan layanan di perpustakaan, antara lain:
1. Fasilitas/ Sarana Layanan
Kegiatan layanan harus dilengkapi dengan fasilitas yang baik, sarana dan
prasarana yang memadai agar tujuan dan fungsi perpustakaan dapat
terpenuhi. Sebagai sarana utama adalah ruangan yang sesuai dengan
jumlah koleksi dan jumlah pemustakanya. Selain itu juga diperlukan
perabotan atau perlengkapan untuk layanan seperti rak buku, kursi baca,
meja, dan tempat sirkulasi.
2. Koleksi perpustakaan
Koleksi perpustakaan merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan
kegiatan layanan di perpustakaan. Keberadaan koleksi di layanan harus
dibina, dirawat, dan diatur secara tepat sehingga memudahkan
pemustaka dalam mencari koleksinya. Isi koleksi harus disesuaikan
dengan tujuan layanan dan siapa pemustakanya. Jumlah koleksi harus
selalu dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Koleksi
dapat berupa buku, majalah, surat kabar, Compact Disc, peta, dan
lukisan.
3. Pustakawan
Pustakawan atau petugas layanan merupakan penggerak dan
penyelenggara kegiatan layanan. Pustakawan di bagian layanan di tuntut
cekatan, terampil, ramah, berwawasan luas, rajin, cepat tanggap, dan siap
membantu pemustaka dalam menemukan informasi yang dibutuhkan.
4. Pemustaka
Pemustaka merupakan unsur pendukung dan penentu dalam kegiatan
layanan perpustakaan. Pemustaka sebagai anggota masyarakat
memerlukan layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan
informasinya. Pemustaka berasal dari berbagai latar belakang yang
berbeda-beda, oleh karena itu pustakawan harus mampu mengenali
kebutuhan informasi bagi pemustakanya.

196 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


E. Sistem Layanan Perpustakaan
Yang dimaksud dengan sistem layanan perpustakaan adalah pola layanan
yang diterapkan di suatu perpustakaan. Pada umumnya terdapat dua sistem
layanan di perpustakaan, yaitu sistem layanan terbuka (open access) dan
sistem layanan tertutup (close access).
1. Sistem Layanan Terbuka (Open Access)
Sistem layanan ini memberikan kebebasan kepada pemustaka untuk
menemukan dan mencari koleksi perpustakaan yang diperlukan. Ada
beberapa kelebihan yang dapat diambil, apabila perpustakaan
mengguna-kan akses layanan terbuka, antara lain:
a. Pemustaka bebas memilih bahan pustaka di rak.
b. Pemustaka tidak harus menggunakan catalog.
c. Pemustaka dapat mengganti bahan pustaka yang isinya mirip, jika
d. bahan pustaka yang dicari tidak ada.
e. Pemustaka dapat membandingkan isi bahan pustaka dengan judul
yang dicarinya.
f. Bahan pustaka lebih bermanfaat dan didayagunakan.
g. Menghemat tenaga pustakawan.

Selain kelebihan tersebut, akses layanan terbuka juga memiliki beberapa


kelemahan antara lain:
a. Pemustaka cenderung mengembalikan bahan pustaka seenaknya,
b. sehingga mengacaukan dalam penyusunan bahan pustaka di rak.
c. Lebih besar kemungkinan kehilangan bahan pustaka.
d. Tidak semua pemustaka paham benar dalam mencari bahan pustaka
di rak apalagi jika koleksinya sudah banyak.
e. Bahan pustaka lebih cepat rusak.
f. Terjadi perubahan susunan bahan pustaka di rak, sehingga perlu
pembenahan terus menerus.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 197


2. Sistem Layanan Tertutup (Close Access)
Pada sistem layanan tertutup, pemustaka tidak boleh langsung
mengambil bahan pustaka di rak, tetapi petugas perpustakaan yang akan
mengambil. Oleh karena itu, pemustaka harus mencari nomor panggil
bahan pustaka melalui katalog yang disediakan.
Kelebihan dengan menggunakan akses layanan tertutup adalah sebagai
berikut:
a. Bahan pustaka tersusun rapi di rak, karena hanya petugas yang
mengambil.
b. Kemungkinan kehilangan bahan pustaka sangat kecil.
c. Bahan pustaka tidak cepat rusak
d. Penempatan kembali bahan pustaka yang telah digunakan ke rak lebih
cepat
e. Pengawasan dapat dilakukan secara longgar.
f. Proses temu kembali lebih efektif.

Kekurangan dengan menggunakan akses layanan tertutup adalah


sebagai berikut:
a. Pemustaka tidak bebas dan kurang puas dalam menemukan bahan
pustaka
b. Bahan pustaka yang didapat kadang-kadang tidak sesuai dengan
kebutuhan pemustaka
c. Katalog cepat rusak
d. Tidak semua pemustaka paham dalam menggunakan teknik mencari
bahan pustaka melalui katalog
e. Tidak semua koleksi dimanfaatkan dan didayagunakan oleh
pemustaka
f. Perpustakaan lebih sibuk.

198 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


F. Sistem Peminjaman
1. Tujuan Sistem Peminjaman
Perpustakaan dengan sistem layanan terbuka memungkinkan pemakai
dapat meminjam bahan pustaka untuk dibawa pulang. Tujuan dalam
penggunaan sistem peminjaman di perpustakaan adalah untuk
mempermudah proses administrasi dan prosedur peminjaman.
2. Jenis Sistem Peminjaman
a. Sistem Ledger
Sistem ini menggunakan catatan peminjaman melalui pencatatan
dalam buku khusus.
b. Sistem Browne
Sistem ini menggunakan tiket yang diberikan kepada setiap anggota
perpustakaan. Jumlah buku yang boleh dipinjam setiap anggota
bervariasi, bergantung pada kebijakan masing-masing perpustakaan.
Tiket anggota ini berisi nomor anggota, nama, serta alamat yang
diketik pada masing-masing tiket.
c. Sistem Detroit
Sistem ini hampir sama dengan sistem peminjaman Browne, hanya
berbeda pada slip batas kembali diganti dengan kartu yang diberi
tanggal terlebih dahulu. Sistem ini sangat praktis dan menghemat
waktu, baik untuk petugas maupun pemustaka. Pada sistem ini
peminjam sendiri yang mengisi dan menuliskan bahan pustaka apa
yang dipin-jam.
d. Sistem Newark
Sistem ini mulai digunakan pada tahun 1900 oleh perpustakaan umum
New Jersey, perpustakaan umum di Amerika serikat kebanyakan
menggunakan sistem ini karena dianggap paling mudah, aman, dan
efektif. Sistem ini memerlukan beberapa peralatan seperti berikut:
1) Kartu peminjam untuk anggota perpustakaan yang berisi nama,
alamat, nomor pendaftaran, tanggal berakhirnya kartu anggota,
tanda tangan anggota, kolom tanggal pinjam, dan tanggal harus

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 199


kembali. Rincian data-data tersebut ditulis dalam kolom-kolom
pada kartu peminjam.
2) Kartu buku berisi keterangan mengenai buku, termasuk di dalam-
nya nomor panggil, pengarang, judul, nomor induk, dan kolom
untuk tanggal harus kembali, serta nama peminjam.
3) Kantong buku merupakan kantong yang dilekatkan pada akhir
buku, pada kantong ini diketik nama pengarang, judul, serta nomor
induk.
4) Slip tanggal dilekatkan di bagian buku pada bagian akhir buku. Slip
tanggal berisi nomor panggil, nomor induk, dan kolom tanggal
peminjaman.
5) Sistem Elektronik
Sistem ini merupakan sistem berbasis komputer. Ada beberapa
keun-tungan menggunakan sistem ini antara lain terpadu dan
mudah, praktis dan cepat, serta fungsional dan akurat.

G. Rangkuman
Dari uraian mengenai layanan perpustakaan dapat dibuat rangkuman
sebagai berikut .
1. Layanan perpustakaan merupakan tolok ukur keberhasilan suatu lembaga
perpustakaan dalam mencukupi kebutuhan informasi pemustaka.
2. Ada dua jenis layanan perpustakaan yaitu layanan teknis dan layanan
pembaca.
3. Unsur-unsur layanan yang terdiri atas fasilitas, koleksi perpustakaan,
pustakawan, dan pemustaka, sangat penting dalam pengaruhnya
terhadap keberhasilan suatu layanan di lembaga perpustakaan.
4. Dalam layanan perpustakaan terdapat dua sistem layanan, yaitu sistem
layanan terbuka (open access) dan sistem layanan tertutup (close
access).
5. Sistem peminjaman di perpustakaan sangat bervariasi, antara lain sistem
ledger, browne, detroit, newark, dan elektronik.
200 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP

Layanan perpustakaan merupakan tugas pokok dalam penyelenggaraan


perpustakaan. Oleh karena itu, pemberian layanan yang prima adalah suatu
hal yang sangat penting. Pengetahuan tentang berbagai aspek dalam layanan
sangat diperlukan oleh para petugas layanan. Dalam buku ajar ini diberikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang layanan, memang
masih belum sempurna penyajian buku ajar ini, namun demikian penulis
berharap buku ini dapat bermanfaat menambah wawasan bagi para calon
pengelola perpustakaan.
Karena penulis percaya bahwa tiada gading yang tak retak, maka kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan buku
ajar ini dan demi kemajuan dunia perpustakaan di negeri tercinta Indonesia.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 201


202 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Bawden , David. The Nature of prediction and information future: Arthur C.


Clarke`s Oddsey Vision. ASLIB Proceedings. Vol 49,No.3 March 1997:
p.57-60
Beenham, Rosemary & Colin Harrison. The Basics of Librarianship. Third ed.
London :Clive Bingley,1990.
Fosket,D..J. Information service in libraries – New Delhi : Akashdeep Publshing
House,1992.
Nasution, AS. Petunjuk untuk membina, memakai, dan memelihara perpustakaan
sekolah. Jakarta: Pusat Pembinaan Perpustakaan,1990.
Standardization In Library and Information Work and Service. Edited by C.P
Vashishth – Delhi: Indian Library Assocation,1989.
Sulistyo – Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,1993.
Sumardji, P. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius,1992.
Undang-undang Republik Indonesia Nmor. 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional, 2007.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 203


204 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 205
206 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 207


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 209
A. Latar Belakang ................................................................................ 209
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 210
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 210
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................................ 210
BAB II PERAWATAN BAHAN PERPUSTAKAAN .......................................... 213
A. Pengertian Pemeliharaan dan Perawatan Bahan
Perpustakaan ................................................................................. 213
B. Jenis Karakteristik dan Komponen Bahan
Perpustakaan .................................................................................. 215
C. Penyebab Kerusakan...................................................................... 219
D. Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Perpustakaan .................... 226
E. Rangkuman ..................................................................................... 237
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 239
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 241

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 207


208 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan pada umumnya memiliki koleksi yang terbuat dari kertas,
baik dalam bentuk surat kabar, buku, serial, naskah, peta, gambar, dokumen,
maupun bahan cetakan lainnya. Selain itu, beberapa perpustakaan memiliki
koleksi foto dan negatif foto. Karena cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, koleksi perpustakaan ikut berkembang sehingga
sekarang sudah banyak perpustakaan yang memiliki koleksi media baru
lainnya, seperti bentuk mikro (microfilm dan microfis), rekaman suara (kaset
dan piringan hitam), film (hitam putih dan berwarna), video dan penyimpanan
elektronik, seperti pita dan disket komputer. Semua koleksi tersebut akan
mengalami kerusakan apabila tidak dirawat dengan baik. Kerusakan bahan
perpustakaan dapat disebakan karena faktor dari dalam bahan
pembentuknya sendiri maupun dari luar (lingkungan dan manusia)
Salah satu problem utama yang dihadapi oleh perpustakaan di seluruh dunia
adalah laju kerusakan koleksi jauh lebih cepat dari laju koleksi yang ditangani
melalui pemeliharaan, perawatan dan perbaikan bahan perpustakaan. Hal ini
disebabkan oleh bahan yang umum dijadikan koleksi perpustakaan berasal
dari substrat kertas atau plastik.
Bahan utama untuk membuat bahan perpustakaan kertas adalah selulosa.
Bahan ini terdiri atas hidrogen, karbon, dan oksigen, merupakan
polysaccharide stabil yang bertindak sebagai elemen yang terdapat pada
dinding sel tumbuh-tumbuhan. Di samping selulose, serat tumbuhan
mengandung perekat, karbohidrat, dan lignin (yang secara alami akan
menimbulkan asam). Dan hal yang tidak menguntungkan adalah bahwa
mutu kertas telah merosot sejak abad ke-18, terutama dalam kaitan dengan
peningkatan permintaan yang memaksa pembuatan kertas secara besar-
besaran sehingga mutu kertas menurun. Pada abad tersebut terjadi
perubahan dalam membuat bubur kertas dari kayu, yang dalam hal ini kertas
yang dihasilkan sedikit kurang kuat, bahan pengelantang seperti klorin terus

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 209


meningkat penggunaannya untuk memutihkan kertas. Residu bahan kimia
seperti ini menyebabkan kertas untuk secara lebih awal menjadi asam.
Perpustakaan yang memiliki unit yang mengurus pelestarian biasanya
mempertimbangkan periode mulai tahun 1850 sebagai zaman "kertas
berkualitas tidak baik". Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan rosin
sizing dan kayu lunak untuk membuat bubur kayu kertas. Tawas adalah suatu
bahan ditambahkan untuk membantu mempercepat pengeringan rosin, yang
dipakai untuk melapis permukaan kertas (sizing) sehingga disebut alum-rosin
sizing (yang diperkenalkan pada 1827). Bahan ini menghasilkan asam
belerang yang dapat merusak kertas. Lignin ditemukan dalam jumlah lebih
besar di dalam kayu lunak (groundwood). Lignin tidak bersifat asam, ketika
kertas terkena cahaya, bahan ini bereaksi dengan campuran lain di dalam
kertas, menyebabkan kertas menjadi rapuh. Kebanyakan kertas yang bernilai
ekonomi rendah dibuat dengan bubur kayu groundwood dan tidak
dibersihkan dari lignin (seperti kertas koran) yang mempunyai harapan
bertahan kurang dari 50 tahun.

B. Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
pengertaian pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan, jenis,
karektiristik dan komponen bahan perpustakaan, penyebab kerusakan serta
melakukan pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan yang disajikan
dengan menggunakan pendekatan pelatihan andragogi yang meliputi metode
ceramah, diskusi, dan demonstrasi.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami
pemeliha-raan dan perawatan bahan perpustakaan dengan benar.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu:

210 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


1. menjelaskan pengertian pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan;
2. menjelaskan jenis-jenis, karakteristik dan komponen bahan perpustakaan;
3. menjelaskan penyebab kerusakan bahan perpustakaan;
4. menjelaskan cara pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 211


212 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB II
PERAWATAN BAHAN PERPUSTAKAAN

A. Pengertian Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Perpustakaan


Kata pelestarian oleh kalangan perpustakaan, arsip, dan museum
diterjemahkan dari kata preservasi (preservation) dan konservasi
(conservation). Menurut The American Institute for Conservation, yang
selanjutnya disingkat AIC, preservasi mempunyai pengertian yang lebih luas
jika dibandingkan dengan pengertian konservasi. Preservasi adalah aktivitas
memperkecil kerusakan secara fisik dan kimiawi dan mencegah hilangnya
kandungan informasi. Tujuan utama preservasi adalah memperpanjang
eksistensi benda budaya, sedangkan konservasi merupakan istilah yang
lebih spesifik, yaitu menyangkut penanganan secara fisik pada masing-
masing benda budaya, biasanya setelah benda budaya tersebut sudah
mengalami kerusakan.
Demikian juga pengertian yang dikemukakan oleh Dureau dan Clements,
preservasi mencakup unsur pengelolaan keuangan, cara penyimpanan,
tenaga, teknik dan metode untuk melestarikan bentuk fisik dan kandungan
informasi bahan perpustakaan. Konservasi adalah teknik yang dipakai untuk
melindungi bahan perpustakaan dari kerusakan dan kehancuran.
Lain halnya dengan pengertian yang dikemukakan oleh Feilden, konservasi
mempunyai pengertian yang lebih luas jika dibandingkan dengan preservasi.
Menurut sumber ini, ada beberapa tingkatan dalam kegiatan konservasi,
yaitu: prevention of deterioration, preservation, consolidation, restoration and
reproduction yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
prevention of deterioration: tindakan preventif untuk melindungi benda
budaya dengan mengendalikan kondisi lingkungan dan kerusakan lainnya,
termasuk cara penanganan; preservation: penanganan yang berhubungan
langsung pada benda budaya. Kerusakan karena udara lembab, faktor kimia,
serangga dan mikroorganisme harus dihentikan untuk menghindari
kerusakan lebih lanjut; consolidation: memperkuat bahan yang rapuh
dengan memberikan perekat (adhesive) atau bahan penguat lainnya;
restoration: memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan mengganti bagian

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 213


yang hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula; reproduction:
membuat copy dari bahan asli, termasuk membuat bentuk mikro, foto repro
dan replica, serta transformasi ke dalam bentuk digital.
Yang lebih mirip dengan pengertian yang dikemukakan oleh AIC dan Dureau
adalah yang dikemukakan oleh Teygeler, bahwa preservasi terdiri dari empat
komponen, yaitu: preventive conservation, passive conservation, active
conservation and restoration, yang pengertiannya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Preventive conservation, yaitu tindakan dalam mengoptimalkan kondisi
lingkungan untuk memperpanjang umur koleksi. Tindakan ini dimulai
dengan menyusun kebijakan yang jelas. Kebijakan tersebut mencakup
pelatihan, membangun kesadaran dan adanya staf yang profesional.
2. Passive conservation, yaitu kegiatan untuk memperpanjang umur
koleksi yang mencakup memonitor kebersihan, udara bersih,
penggunaan AC. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam passive
conservation ini adalah melaksanakan survei untuk mengetahui kondisi
fisik koleksi dan kondisi lingkungan tempat koleksi disimpan.
3. Active conservation, yaitu tindakan yang berhubungan langsung
dengan koleksi. Tindakan ini meliputi: membuat kotak pelindung dan
membungkus ulang koleksi, menjilid ulang dengan mengganti lembar
pelindung (end paper) dengan kertas bebas asam, membersihkan
koleksi, menetralkan asam (deacidification) dan lain-lain.
4. Restoration, yaitu tindakan untuk memperpanjang umur koleksi dengan
memperbaiki tampilan fisik koleksi agar mendekati keadaan semula
sesuai dengan aturan dan etika konservasi.
Pengertian konservasi dan preservasi masih rancu, tetapi dianggap saja
kedua kata ini mempunyai pengertian yang sama, yaitu ‘pelestarian’.
Selanjutnya, pelestaraian ini meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan,
perbaikan, dan reproduksi.
Berdasarkan kenyataan yang ada di beberapa perpustakaan besar seperti
Library of Congress, National Library of Australia, Diet Library, British Library,
The Royal Library of Netherlands, dan Perpustakaan Nasional RI, lembaga
tersebut memiliki unit yang melaksanakan kegiatan preventive conservation

214 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


(pemeliharaan dan perlindungan) dan unit yang melaksanakan kegiatan
active conservation dan restoration (perawatan, pengawetan dan perbaikan)
serta pelestarian informasi melalui alih media ke bentuk mikro dan digital.
Pemeliharaan bahan perpustakaan: pelaksanaan program prioritas seperti
pembersihan bahan perpustakaan secara benar, memonitor dan
mengendalikan kondisi lingkungan tempat penyimpanan bahan
perpustakaan, membuat dan mengevaluasi kebijakan pelestarian serta
mengadakan penyuluhan kepada staf dan pengguna perpustakaan tentang
cara penanganan dan penggunaan bahan pustaka secara benar.
Perawatan dan perbaikan bahan perpustakaan melaksanakan program
penanganan konservasi dan restorasi, mencakup konservasi dan restorasi
peta, manuskrip. Buku langka, surat kabar, foto, dan lain-lain.
Reprografi dan trasformasi melaksanakan program-program alih media
bahan perpustakaan konvensional ke bentuk mikro dan digital.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama program
pelestarian bahan perpustakaan adalah`mengusahakan agar koleksi bahan
perpustakaan selalu tersedia dalam keadaan siap pakai. Hal ini dapat
dilakukan dengan melestarikan bentuk asli dengan cara memelihara,
merawat, mengawetkan dan memperbaiki bahan perpustakaan serta
melestarikan kandungan informasi melalui alih media ke dalam bentuk mikro,
fotografi dan transformasi ke dalam bentuk digital.

B. Jenis, Karakteristik, dan Komponen Bahan Perpustakaan


1. Kertas
Kebanyakan bahan perpustakaan masih menggunakan kertas sebagai
media penyimpan informasi. Kertas terbuat dari serat selulosa yang
berasal dari batang tumbuhan seperti kayu, bambu dan merang.
Selulosa murni adalah senyawa yang sangat stabil. Oleh sebab itu,
kertas yang dibuat dari serat selulosa murni akan bertahan sampai
ratusan tahun apabila disimpan pada kondisi lingkungan yang baik.
Kertas yang beredar dipasaran saat ini pada umumnya terbuat dari serat
selulosa yang tidak murni, umumnya tercampur dengan lignin,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 215


hemiselulosa dan bahan tambahan lain, sehingga kertas menjadi lebih
cepat rapuh.
Untuk mengetahui karakteristik bahan kertas, di bawah ini akan
dijelaskan proses pembuatan kertas:
a. Bahan Baku Kertas
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kertas adalah serat
selulosa yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, seperti kayu,
bambu, merang, ampas tebu, dan kapas. Selulosa ini terbagi dalam
tiga bentuk, yaitu: alpha selulosa, beta selulosa dan gamma selulosa.
Alpha selulosa mempunyai derajat polimerisasi paling tinggi dan
biasa dipakai untuk membuat bubur kertas, sedangkan beta dan
gamma selulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih rendah
dan merupakan senyawa hemiselulosa. Kayu dan merang selain
mengandung selulosa murni juga mengandung lignin dan
hemiselulosa. Lignin dan hemiselulosa dalam kayu terikat satu sama
lain di antara selulosa. Pada pembuatan kertas, lignin dan
hemiselulosa harus dipisahkan dan dihilangkan karena adanya
bahan ini akan menyebabkan kertas selalu bersifat asam.
Dari bahan-bahan tersebut di atas terdapat bahan tambahan yang
dipergunakan untuk membuat kertas. Bahan-bahan tersebut dapat
dibagi menurut fungsinya, yaitu:
1) bahan penambah volume, seperti kaolin, kalsium sulfat, kalsium
karbonat, dan titanium oksida;
2) bahan penahan penyebaran tinta di atas kertas dan bahan
penahan penyerapan uap air seperti: alum rosin, malam, tepung
dan sodium silikat;
3) zat warna seperti pigmen dan zat warna tumbuhan untuk memberi
warna yang diinginkan;
4) perekat untuk memberi lapisan pelindung pada kertas, seperti
resin dan polyvinyl alkohol;
5) bahan untuk memberi daya tahan pada kertas, seperti:
formaldehide untuk melindungi kertas dari jamur.

216 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


b. Proses Pembuatan Kertas
1) Proses Pembuatan Bubur Kertas
Proses pembuatan bubur kertas dapat dibagi menjadi tiga
macam cara, yaitu proses mekanis, proses semikimia dan
proses kimia. Pada proses mekanis, bahan baku kayu digiling
dengan batu besar sambil dibasahi dengan air. Bubur kertas
yang dihasilkan kurang murni dan seratnya banyak yang rusak
serta kekuatannya rendah. Pada proses semikimia bahan baku
kayu direndam dan dipanaskan dengan larutan bahan kimia
sampai lunak, baru kemudian digiling. Dengan cara ini diperoleh
bubur kertas yang dihasilkan yang lebih baik walaupun masih
kurang murni.
Proses pembuatan bubur kertas dengan cara kimia, bahan baku
kayu dimasak dengan bahan kimia tertentu sampai lignin dan
hemiselulosa yang tidak diinginkan terpisah dari serat selulosa.
Bubur kertas yang dihasilkan dengan proses ini lebih murni dan
seratnya tidak rusak. Berdasarkan perbedaan bahan
pemasak yang dipakai, dikenal 3 cara pembuatan bubur kertas
dengan proses kimia, yaitu:
a) Proses soda: bahan pemasak yang dipakai adalah natrium
karbonat dan natrium hidroksida. Pemasakan dilakukan
pada suhu 160 – 170O C selama 6 – 8 jam. Bubur kertas
(Pulp) yang dihasilkan berwarna cokelat dan dapat
diputihkan. Biasanya bubur kertas ini ditambah dengan
bubur kertas dari bahan lain untuk membuat kertas tulis.
b) Proses sulfat: bahan pemasak yang dipakai adalah natrium
hidroksida, natrium sulfit dan natrium karbonat.
Pemasakan dilakukan pada suhu 170 O C selama 2 – 5 jam.
Bubur kertas yang dihasilkan berwarna coklat, sukar
diputihkan, tetapi seratnya kuat. Bubur kertas ini dipakai
untuk membuat kertas kantung.
c) Proses sulfit: bahan yang dipakai adalah garam-garam
sulfit seperti natrium sulfit, natrium sulfit asam dan kadang

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 217


kadang dipakai garam-garam kalsium dan magnesium.
Bubur kertas yang dihasilkan dapat diputihkan dan
biasanya dipakai untuk membuat kertas tulis.
Untuk menghilangkan bahan-bahan berwarna lain yang
tidak diinginkan, bubur kertas diputihkan dengan bahan
pengelantang, seperti kaporit, klor dioksida dan hidrogen
peroksida.
2) Proses Pembuatan Lembaran Kertas
Pada dasarnya proses pembuatan lembaran kertas dari bubur
adalah pengolahan bahan tersebut dengan menambahkan
bahan pengisi, zat warna dan bahan tambahan lain untuk
memperbaiki mutu kertas. Bubur kertas yang dihasilkan
menurut salah satu proses di atas dipotong-potong menjadi
bagian yang kecil dan diaduk hingga menjadi bubur kertas yang
homogen, kemudian ditambah dengan bahan pengisi, seperti
tawas, kaolin, tapioka, kalsium sulfat, rosin dan lain-lain.
Penambahan ini untuk memperbaiki sifat kertas, misalnya
merapatkan pori-pori, menambah kekuatan dan melicinkan
permukaan kertas.
Bubur kertas yang telah homogen itu dituangkan ke dalam alat
pembentuk lembaran kertas dengan ukuran lebar dan ketebalan
tertentu., kemudian dikeringkan dengan rol-rol baja yang
dipanaskan dengan uap air. Pemanasan dilakukan bertingkat
untuk menjaga mutu kertas yang dihasilkan.
2. Bentuk Lain
a. Fotografi: Bahan fotografi dalam pengertian yang lebih luas di
perpustakaan mencakup film gambar hidup, (film hitam putih dan
film berwarna), bentuk mikro (mikrofilm dan mikrofis), koleksi foto
(hasil cetakan dan negatif foto). Koleksi tersebut terbuat dari plastik
film (selulosa nitrat, selulosa asetat, polyester) yang pada
permukaannya dilapisi dengan emulsi senyawa perak yodida.
Untuk mendapatkan gambar akhir dari fotografi diperlukan proses

218 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


yang terdiri dari: pengembangan (developing), pemantapan
(fixation), pencucian dan pengeringan.
b. Pita Magnetik: Pita magnetik digunakan untuk merekam data dan
suara, contohnya pita kaset dan pita komputer. Keawetan dan daya
tahan rekaman suara tidak menjadi bahan pertimbangan utama,
karena biaya produksi pita suara tersebut rendah.
c. Piringan (disk): Piringan adalah lembaran plastik atau ebonite
yang berbentuk bulat (sirkular) yang digunakan untuk merekam
suara dan digital komputer. Biasanya piringan ini dilapisi dengan
oksida besi seperti pada pita rekaman. Piringan yang biasa
digunakan sebagai koleksi perpustakaan adalah flopi disk, VCD,
CD-ROM dan lain-lain.

C. Penyebab Kerusakan
1. Faktor Lingkungan
Seperti bahan organik lainnya, kertas merupakan bahan yang sensitif
terhadap pengaruh lingkungan, terutama jika kertas mengandung asam,
lignin dan hemiselulosa. Kerusakan bahan perpustakaan dapat
disebabkan oleh hal berikut.
a. Temperatur dan Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi atau relative humidity dapat didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat uap air yang terkandung dalam udara
pada volume tertentu dengan kandungan uap air maksimum yang
dapat diserap oleh udara pada volume dan temperatur yang sama.
Udara panas dapat menyerap lebih banyak uap air jika dibandingkan
dengan udara dingin. Oleh sebab itu, kelembaban udara akan naik
jika temperatur turun dan sebaliknya kelembaban udara akan turun
jika temperatur naik selama kandungan uap air tidak berubah.
Jumlah kandungan uap air dalam udara sangat penting diketahui
karena dengan adanya uap air ini akan menambah kecepatan reaksi
yang akan memacu kecepatan pelapukan bahan perpustakaan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 219


Seperti hidrolisa asam dalam kertas akan bertambah cepat jika
temperatur dan kelembaban tinggi.
Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan
menimbulkan beberapa masalah. Kombinasi antara temperatur yang
tinggi dan kelembaban yang tinggi akan menyuburkan pertumbuhan
jamur dan serangga. Pada keadaan kelembaban yang terlalu tinggi
akan menyebabkan tinta yang larut dalam air akan menyebar dan
kertas pada buku akan saling menempel, yang akan sulit dilepas
pada saat kering. Sebaliknya, jika kelembaban udara terlalu rendah,
menyebabkan kertas menjadi kering dan getas serta sampul yang
terbuat dari kulit akan menjadi keriput.
Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan kelembaban.
Fluktuasi yang sangat drastis akan besar pengaruhnya terhadap
kerusakan kertas karena kertas akan mengendur dan menegang.
Jika hal ini terjadi berulang kali akan memutuskan ikatan rantai kimia
pada serat selulosa
b. Cahaya
Cahaya atau energi radiasi juga mempunyai efek pada bahan
pustaka. Cahaya akan mempercepat oksidasi dari molekul selulosa
sehingga rantai ikatan kimia pada molekul tersebut terputus. Cahaya
mempunyai pengaruh mengelantang, menyebabkan kertas menjadi
pucat dan tinta memudar. Karena pengaruh cahaya ini, lignin pada
kertas akan bereaksi dengan komponen lain sehingga kertas
berubah menjadi kecoklatan.
Sinar tampak dalam cahaya dapat merusak bahan pustaka, akan
tetapi sinar ultra violet yang tidak tampak lebih reaktif dan lebih
merusak. Radiasi ultra violet dengan panjang gelombang antara 300
- 400 nanometer menyebabkan reaksi fotokimia. Radiasi ultra violet
ini berasal dari cahaya matahari (25 %) dan lampu TL (3 - 7 %).
Kerusakan karena cahaya sangat tergantung dari panjang
gelombang (adanya sinar UV) dan waktu pencahayaan. Makin kecil
panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan, kertas
makin cepat rusak.

220 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


c. Pencemar Udara
Semua bahan pencemar yang terkandung dalam udara berbahaya
bagi bahan pustaka. Pencemar udara seperti gas sulfur dioksida, gas
hidrogen sulfida dan gas nitrogen oksida yang berasal dari hasil
pembakaran minyak bumi pada pabrik dan kendaraan bermotor
dapat merusak bahan perpustakaan. Gas sulfur dioksida dan
nitrogen oksida bereaksi dengan uap air yang ada di udara
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang dapat menyebabkan
kertas menjadi rapuh. Gas ozon yang ada pada udara yang terjadi
bersamaan dengan terjadinya halilintar (petir) juga dapat
menyebabkan reaksi oksidasi pada kertas, sehingga kertas menjadi
rapuh.
Debu, kotoran dan partikel lainnya yang berasal dari udara dapat
merusak kertas, yaitu antara lain: kertas mudah tergores karena
gesekan, partikel debu akan masuk ke sela-sela halaman buku.
Partikel debu pada lingkungan yang lembab akan menimbulkan noda
permanen yang sukar dihilangkan. Kotoran dan partikel padat seperti
jelaga dapat menimbulkan suasana asam yang dapat merusak
kertas.
d. Faktor Biota
Jamur, serangga, dan binatang pengerat dapat merusak bahan
perpustakaan. Spora jamur selalu ada dalam udara. Spora ini akan
tumbuh jika kondisi memungkinkan. Kondisi yang hangat dengan
temperatur antara 32o - 35o dan kelembaban di atas 70 % RH, gelap
dan sedikit sirkulasi udara, jamur akan tumbuh dengan subur. Jamur
ini akan melemahkan kertas dan menimbulkan noda permanen.
Serangga dan binatang pengerat men serat dan bahan organik
lainnya pada bahan perpustakaan. Serangga yang biasa menyerang
bahan perpustakaan adalah kacoa, silverfish, booklice, bookworm
dan rayap. Serangga ini memilih hidup di tempat-tempat yang
hangat, gelap dan lembab. Serangga ini men bahan perpustakaan
pada malam hari pada saat orang tidak ada. Kerusakan yang
ditimbulkan biasanya tidak dapat dikembalikan seperti semula,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 221


karena ada bagian-bagian yang hilang atau berlubang. Binatang
pengerat merusak bahan perpustakaan karena din dan dipakai untuk
membuat sarang. Binatang ini biasanya meninggalkan kotoran yang
menyebabkan bahan perpustakaan menjadi kotor.
e. Rak dan Lemari Buku yang Tidak Memenuhi Syarat
Rak dan lemari buku yang tidak memenuhi syarat dapat merusak
bahan perpustakaan, misalnya ukuran buku lebih besar dari rak dan
lemari buku yang terbuat dari material yang dapat menimbulkan
kerusakan pada bahan perpustakaan. Buku yang diletakkan pada rak
yang lebih kecil dari ukuran buku dapat mengakibatkan kerusakan
fisik, seperti kulit (sampul) buku menjadi patah dan melengkung
sehingga blok buku yang sudah rapuh akan patah dan hancur.
f. Bencana Alam
Bencana alam seperti kebanjiran, gempa bumi, kebakaran dan
kerusuhan merupakan faktor yang sangat sulit dielakkan. Bencana
alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat.
Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah
timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang dibawa oleh air. Noda
yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sukat dihilangkan karena
jamur berakar di sela-sela serat kertas.

2. Faktor Manusia
Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan pustaka
dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat
dilakukan secara langsung (misalnya: pencurian, pengrusakan,
penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak
langsung, misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu
jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan
pemustaka.
a. Kualitas kertas
Ada beberapa penyebab kerusakan yang harus diperhatikan di
dalam usaha pelestarian bahan perpustakaan yang terbuat dari

222 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


kertas. Faktor utamanya ialah mutu kertas itu sendiri, selain faktor
kondisi penyimpanan, penjilidan dan seringnya dipakai atau dipinjam.
Kualitas kertas yang baik untuk bahan perpustakaan belum tentu
secara fisik terlihat baik. Kualitas kertas yang baik sebagai bahan
perpustakaan adalah kertas yang bebas dari senyawa asam dan
lignin.
1) Senyawa Asam
Kandungan Senyawa asam di dalam kertas akan mempercepat
reaksi hidrolisis. Makin cepat reaksi hidrolisis, makin cepat terjadi
pelapukan pada kertas tersebut. Senyawa asam banyak
terbentuk di dalam industri kertas pada proses-proses
penghancuran batang kayu menjadi bubur kertas (pulp), proses
sizing (proses di mana agar tinta yang dipakai tidak mengembang
pada kertas), proses pemutihan kertas merupakan senyawa yang
sangat berbahaya bagi daya tahan kertas.
2) Lignin
Lignin adalah zat yang banyak terkandung di dalam serat selulosa
pada kayu. Kertas yang banyak mengandung lignin akan
merubah warna kertas dari putih menjadi kuning kecoklatan dan
kertas menjadi lapuk.
Asam dan lignin banyak dijumpai pada kertas modern yaitu kertas
yang diproduksi setelah tahun 1850. Pada tahun itu dikenal
pembuatan kertas dengan proses pulp, yakni proses pembuatan
kertas dengan mei bahan baku kayu dan mei senyawa kimia
sebagai bahan tambahannya. Yang disebut kertas kuno adalah
kertas yang diproduksi sebelum tahun 1850, dibuat dari bahan
kayu kapas atau serat tumbuhan yang tidak mengandung lignin
sedang zat tambahannya dibuat dari bahan alami yang relatif
sedikit mengandung senyawa asam sehingga kertas kuno relatif
lebih tahan lama dan kuat dari pada kertas modern.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kualitas kertas
yang baik untuk bahan pustaka serta pentingnya peranan bahan
pustaka sebagai media informasi di masa mendatang,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 223


mengakibatkan sering kita temui bahan pustaka yang belum lama
disimpan sudah dalam kondisi yang kurang baik, kertasnya rapuh
dan berubah warna menjadi kuning kecokelatan, bahkan ada pula
yang hancur sama sekali. Dengan hancurnya kertas tersebut,
berakibat hancur pula informasi yang terkandung di dalamnya dan
hal ini tentunya merupakan kerugian yang tak ternilai.
b. Salah Penanganan
Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik yang
dilakukan, baik oleh staf maupun pemustaka, dapat menyebabkan
kerusakan pada bahan perpustakaan. Penanganan tersebut antara
lain sebagai berikut.
1) Penanganan secara umum: Bahan perpustakaan hendaknya
dilindungi dari kerusakan yang disebabkan karena faktor
eksternal, seperti debu, air, nan dan minuman, cahaya langsung.
2) Penataan (shelving): Tindakan yang kurang hati-hati pada saat
penataan akan menyebabkan kerusakan pada bahan
perpustakaan. Menyusun buku terlalu padat dalam rak akan
menyulitkan dalam mengambil bahan perpustakaan yang
berakibat merusak punggung buku. Meletakkan buku tengkurap
(bertumpu pada muka buku) akan menyebabkan isi buku terlepas
dari sampul depan.
3) Kontrol Bibliografi: Bila sebuah buku yang terdapat dalam koleksi
perpustakaan dalam keadaan rusak, hendaknya dipastikan
adanya copy dari buku tersebut dalam kondisi yang lebih baik
atau dibuatkan mikrofilmnya. Seandainya hal tersebut tidak
mungkin, hendaknya dipastikan pula apakah perpustakaan lain
memiliki copy atau mikrofilmnya. Pengecekan tersebut terjadi
hanya bila diadakan kegiatan kontrol bibliografi (bibliography
control).
4) Reproduksi: Kegiatan reproduksi seperti mikrografi, fotografi,
photocopy dan digitalisasi merupakan upaya dalam melestarikan
bahan perpustakaan. Namun, pelaksanaan yang kurang

224 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


terkendali dapat menyebabkan jilidan bahan perpustakaan
menjadi rusak dan bahan pustaka rapuh menjadi hancur.
5) Perbaikan kerusakan kecil pada bahan perpustakaan: Buku atau
bahan perpustakaan yang robek, halaman terlepas dari blok buku
atau menyatukan lembaran-lembaran lepas biasanya
menggunakan selotape atau lackband. Perlakuan ini adalah tidak
benar, karena bahan tersebut justru akan merusak bahan
perpustakaan tersebut. Demikian pula halnya dengan
penggunaan karet gelang sebagai pengikat bahan perpustakaan
yang lepas atau rusak.
c. Mutu Jilidan
1) Untuk mendapatkan jilidan yang sesuai haruslah dipikirkan
maksud dan tujuan serta bentuk jilidannya. Pada umumnya
pustakawan menginginkan bentuk jilidan yang kuat tanpa
memikirkan kesesuaiannya, sehingga seringkali justru dapat
menyebabkan kerusakan. Menjahit kembali akan menghasilkan
jilidan yang sangat kuat, tetapi dengan menjahit kembali
kadangkala buku menjadi tidak dapat dibuka secara penuh. Oleh
karena itu, sedapat mungkin jahitan asli tetap dipertahankan.
Memotong bagian tepi buku biasanya dilakukan agar hasil jilidan
terlihat rapi, tetapi bila suatu saat buku tersebut harus dijilid
kembali volume buku akan berkurang bahkan memungkinkan
hilangnya sebagian tulisan.
2) Penggunaan bahan jilidan seperti karton, kertas pelindung yang
mengandung asam dan lignin akan menyebabkan bahan
perpustakaan menjadi rapuh dan lemah, karena asam yang
terdapat pada karton dan lembar pelindung akan berpindah ke
dalam buku.
d. Penyimpanan
Kesalahan dalam penyimpanan dapat menyebabkan kerusakan fisik
dan kimia pada bahan perpustakaan. Kondisi ruang yang tidak sesuai
akan menyebabkan tumbuhnya jamur, meningkatkan kandungan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 225


asam dan tempat bersarangnya serangga, tikus maupun
mikroorganisme lainnya yang merugikan.
Kondisi rak yang kurang sesuai, misalnya kurang kuat, mudah
terbakar, mempunyai sudut dan tepi yang tajam akan menyebabkan
kerusakan. Memaksakan penyimpanan buku yang lebih tinggi dari
lebar rak akan merusak jilidan dan kertas menjadi robek, begitu pula
untuk buku yang lebarmya tidak sesuai, mengakibatkan buku akan
terjuntai dan menjadi rusak.
e. Pemakaian yang Berlebih
Bahan perpustakaan yang sering dipakai atau dipinjam akan
menyebabkan jilidan menjadi kendur dan kumal. Bahan
perpustakaan akan semakin rusak apabila berada pada tangan
pengguna/peminjam yang tidak mengerti bagaimana
memperlakukan bahan perpustakaan dengan baik.

D. Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Perpustakaan


1. Pemeliharaan dan Penyimpanan Bahan Perpustakaan
Perencanaan pelestarian bahan perpustakaan terdiri dari perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pada umumnya
hal-hal yang bersifat teknis dan yang diprioritaskan dimasukkan ke
dalam perencanaan jangka pendek dan perencanaan inilah yang
dimasukkan ke dalam program kerja setiap tahun.
Program pelestarian bahan perpustakaan merupakan penjabaran dari
definisi yang dikemukakan yang dikemukakan di atas. Pelaksanaan
pelestarian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pemeliharaan bahan perpustakaan yaitu: mengoptimalkan (mengukur,
memonitor dan mengendalikan) kondisi lingkungan: pengendalian
udara (kelembaban dan udara bersih, penggunaan AC, memonitor
kebersihan untuk memperpanjang umur bahan pustaka. Kondisi
lingkungan yang ideal bagi suatu perpustakaan adalah temperatur dan
kelembaban yang terkontrol, udara bersih dengan sirkulasi yang
sempurna, bebas dari jamur, serangga, dan binatang pengerat.

226 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan bahan
perpustakaan dan ruangan secara teratur, keamanan yang terjamin dan
perlindungan dari banjir dan kebakaran termasuk pengendalian
lingkungan untuk melindungi bahan perpustakaan dari kerusakan.
Pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pemeliharaan Bahan Perpustakaan (Tindakan Preventif)
1) Mencegah Kerusakan Karena Pengaruh Suhu dan Kelembaban
Udara
Suhu dan kelembaban udara yang ideal bagi bahan perpustakaan
adalah 20o - 24o C dan 45 - 60 % RH. Satu-satunya cara untuk
mendapatkan kondisi seperti yang direkomendasikan oleh Ogden
(http://www.nedcc.org/) adalah memasang AC 24 jam sehari
selama 7 hari dalam seminggu. Masalahnya timbul karena tidak
semua perpustakaan mampu memasang AC seperti ini karena
biaya operasionalnya besar. Jika AC dipasang hanya setengah
hari saja, kelembaban akan berubah-ubah. Kondisi seperti ini
malah akan mempercepat kerusakan kertas. Jika dalam suatu
perpustakaan sudah terlanjur memasang AC dan dioperasikan
hanya setengah hari saja karena pertimbangan biaya, sebaiknya
suhu diatur antara 26 o - 28 o C untuk mencegah terjadinya
fluktuasi suhu udarai pada siang dan malam hari, dan suhu
tersebut cukup sejuk bagi manusia dan aman bagi bahan
perpustakaan.
Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan
dengan dehumidifier atau silica gel. Dehumidifier digunakan untuk
menurunkan kelembaban udara dalam ruangan yang tertutup,
dan silica gel untuk menurunkan kelembaban udara dalam lemari
atau filing cabinet.
2) Mencegah Kerusakan karena Pengaruh Cahaya
Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik langsung
atau pantulan harus dihalangi dengan gorden atau disaring
dengan filter untuk mengurangi radiasi ultraviolet. Buku tidak

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 227


boleh diletakkan terlalu dekat dengan jendela. Untuk mencegah
kerusakan karena cahaya lampu listrik adalah dengan
memperkecil intensitas cahaya, memperpendek waktu
pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultra violet. Untuk
menghilangkan radiasi UV dari cahaya luar, menggunakan UV
filter film yang direkatkan pada kaca jendela dan pada lampu
menggunakan UV filter tube yang disarungkan pada lampu
TL.Untuk mencegah kerusakan oleh UV ini, Odgen
(http://www.nedcc.org/, 29/03/04) memberikan rekomendasi agar
kandungan UV pada ruang penyimpanan bahan pustaka tidak
lebih dari 75 µwatt/lumen.
3) Mencegah Kerusakan Karena Pencemar Udara
Bahan pencemar udara seperti gas pencemar, partikel debu, dan
logam yang merusak kertas dapat dikurangi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat filter
untuk menyaring udara dan ruangan ber AC selalu tertutup
sehingga mengurangi debu.
b) Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air cleaner).
Di dalam alat ini terdapat karbon aktif yang dapat menyerap
gas pencemar dan terdapat filter untuk membersihkan udara
dari debu.
c) Menyimpan buku dalam kotak pelindung.
4) Mencegah Kerusakan Karena Faktor Biota
Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya
jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan
perpustakaan secara berkala, membersihkan tempat
penyimpanan, menurunkan kelembaban udara dan buku tidak
boleh disusun terlalu rapat pada rak karena menghalangi sirkulasi
udara. Untuk mencegah menularnya jamur dan serangga dari
luar, sebaiknya buku yang baru dibeli atau baru diterima dari pihak
lain difumigasi terlebih dahulu sebelum disimpan bersama-sama
dengan buku yang lainnya. Pada rak diletakkan bahan yang

228 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


berbau untuk mengusir serangga seperti kapur barus, naftalen,
paradichloro benzena atau PBC.
b. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor Manusia
Manusia merupakan perusak bahan perpustakaan yang cukup
besar. Pengaruh ini dapat bersifat tak langsung seperti pencemar
udara atau mutu kertas yang rendah yang dihasilkan oleh industri
kertas dan dapat bersifat langsung seperti kebakaran, pencurian dan
salah penanganan. Kerusakan lain pada bahan perpustakaan adalah
rendahnya standar mutu penjilidan. Penggunaan AC yang tidak
kontinyu malah akan mempercepat kerusakan bahan perpustakaan.
Pelaksanaan fotokopi yang tidak benar juga akan merusak bahan
perpustakaan. Teknik penanganan yang salah dapat menimbulkan
kerusakan fisik. Salah pengolahan seperti menyimpan bahan
perpustakaan pada tempat yang mengandung resiko, tidak
dibersihkan secara berkala akan menimbulkan kerusakan fisik
karena kotor dan bahan perpustakaan yang kotor disukai oleh jamur
dan serangga. Kerusakan yang fatal adalah karena lalai dalam
persiapan menghadapi bencana alam.
1) Penataan dan Penyimpanan
Tempat penyimpanan yang tidak memadai dan tidak memenuhi
syarat akan menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada bahan
perpustakaan. Tempat penyimpanan harus terbuat dari bahan
yang tidak membahayakan bahan perpustakaan. Rak-rak buku
harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, cukup lebar
untuk menyangga buku tanpa ada bagian buku yang menonjol.
Rak yang paling bawah sekurang-kurangnya harus berada 10 cm
di atas lantai untuk menjaga kemungkinan terkena air jika ada
pipa air yang bocor. Rak buku harus diletakkan pada ruangan
dengan ventilasi yang baik dan jaraknya cukup supaya dapat
mengambil dan mengembalikan buku dengan leluasa.
a) Penataan buku pada rak secara tegak: Penyusunan buku
pada rak-rak harus ditopang dengan kuat dan sebaiknya tidak
terlalu rapat satu sama lain. Buku hendaknya tidak disusun
pada rak secara longgar karena akan roboh dan menimpa
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 229
satu sama lain. Penyusunan buku pada rak sebaiknya
disesuaikan agar mencukupi ruang tempat menyimpan buku.
Buku hendaknya tidak disusun rapat karena akan menyulitkan
pada waktu pengambilannya. Buku hendaknya tidak ditumpuk
di atas buku lainnya pada waktu menyusun di rak secara
tegak. Jenis buku yang tidak dapat diletakkan secara tegak,
sebaiknya diletakkan secara horizontal di bagian tepi rak. Cara
ini akan menolong agar buku tidak menjadi rusak dan akan
tetap kuat menempel. Metode penyusunan pada rak seperti
ini hanya untuk sementara waktu. Agar jilidan buku tetap baik
hendaknya tidak di susun sampai pada bagian ujung dari rak.
b) Penataan buku secara mendatar: Bahan perpustakaan yang
disusun secara mendatar, seperti map-map tebal dan
lembaran ukuran besar, jangan disusun bertumpuk melebihi
setengah dari tinggi tempat. Dapat juga dimasukkan ke dalam
kotak yang kuat. Bahkan jika perlu apabila hendak
mengangkatnya agar dilakukan secara bersama-sama untuk
menghindari kerusakan. Rak-rak berupa laci yang dangkal
dan dapat ditarik ke luar dapat digunakan untuk penyimpanan
bahan perpustakaan. Jenis rak ini akan menjamin
pemanfaatan rak secara efisien dan juga dapat menghindari
terjadinya masalah pada saat penyusunan dan pengambilan.
c) Menyimpan buku ukuran besar (lebar): Buku yang terlalu lebar
agar tidak diletakkan dengan posisi vertikal pada rak buku
biasa, dan tidak mungkin menyediakan rak khusus untuk
meletakkan buku yang terlalu lebar di ruang pengolahan. Buku
seperti ini harus diletakkan mendatar (direbahkan) di atas
meja. Pada saat mengambil salah satu di antaranya, buku
yang ada di atasnya harus dipindahkan dulu satu persatu,
kemudian setelah buku yang dimaksud diambil, buku yang
dipindahkan tadi dikembalikan seperti susunan semula.

230 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


2) Penjilidan
Penjilidan yang kurang baik sering dilakukan pada buku
perpustakaan tanpa mempertimbangkan keselamatan informasi
yang ada di dalamnya. Pustakawan harus turut memikirkan apa
yang dibutuhkan oleh buku dari jilidannya dan harus tahu tipe
jilidan yang baik bagi bahan pustaka. Memotong bagian pinggir
buku atau punggung buku tidak boleh dilakukan. Jilidan asli
sedapat mungkin harus dipertahankan. Semua bahan yang
digunakan harus bebas asam, kuat dan stabil dan buku dengan
kertas yang sudah rapuh tidak boleh dijilid kembali.
3) Kebersihan
Membersihkan ruangan dan bahan perpustakaan secara teratur
merupakan pekerjaan yang penting. Staf harus diberi informasi
bagaimana cara membersihkan bahan perpustakaan dengan
benar, karena kadang-kadang staf tidak mengetahui caranya.
Monitor terhadap program pembersihan sama pentingnya dengan
pembersihan itu sendiri. Pemeriksaan secara berkala pada
koleksi dan fasilitas penyimpanan dapat mengetahui lebih awal
kerusakan baik disebabkan oleh serangga maupun oleh
kelembaban udara. Kebersihan tangan staf dan pemustaka juga
sangat penting. Tangan dan tempat kerja harus bersih untuk
menjaga agar buku tidak cepat dekil.
4) Penanganan
Cara penanganan bahan perpustakaan tidak dapat dilakukan
dengan baik oleh setiap orang, akan tetapi harus diajarkan,
dibimbing dan dibiasakan. Sikap staf adalah kunci dalam
menerapkan penanganan bahan perpustakaan yang baik dan
benar. Yang lebih penting adalah sikap pengambil kebijakan yang
mempunyai komitmen bahwa pelestarian adalah bagian integral
dari misi perpustakaan.
Penanganan bahan perpustakaan yang baik dan benar adalah
program pelestarian yang murah. Melatih staf dan pemustaka
adalah pekerjaan yang relatif mudah. Hal ini juga akan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 231


menghemat dana untuk memperbaiki dan merawat koleksi yang
rusak.
a) Sampul/klulit (Cover) buku: Sampul buku dimaksudkan untuk
melindungi blok (teks) buku dari kerusakan fisik. Buku baru
atau buku yang dijilid kembali harus dibuka secara hati-hati.
Buku tidak boleh dibiarkan tertelungkup, dan jilidan tidak boleh
ditekan. Tidak boleh menggunakan karet gelang untuk
mengikat buku dan tidak boleh menggunakan selotape untuk
menambal buku yang robek.
b) Reproduksi: Kegiatan reproduksi seperti reprografi, fotografi,
fotokopi, dan digitalisasi merupakan usaha pelestarian
informasi bahan perpustakaan. Namun, pelaksanaan yang
kurang hati-hati akan dapat menimbulkan kerusakan fisik
bahan pustaka, seperti jilidan buku menjadi rusak dan bahan
perpustakan yang rapuh menjadi hancur.
5) Pencurian dan Vandalisme: Yang tidak kalah pentingnya dari
program pelestarian bahan perpustakaan adalah keamanan dari
pencurian dan pengrusakan. Prosedur pengamanan dapat
dilakukan dengan cara pengawasan dalam ruang baca,
pemeriksaan tas, pemasangan detektor pada pintu ruang baca,
dan lain-lain.
6) Tindakan lain dalam pemeliharaan bahan perpustakaan adalah
dengan meng-implementasikan kebijakan pelestarian yang
mencakup pelatihan, membangun kesadaran pelestarian bahan
pustaka dan adanya staf yang profesional yang menangani
pelestarian, pembentukan tim kesiapan menghadapi bencana
serta mengadakan pelatihan untuk mengadakan respons
terhadap kemungkinan adanya bencana.

2. Perawatan dan Perbaikan Bahan Perpustakaan


Kerusakan bahan perpustakaan adalah suatu phenomena kompleks
yang timbul dari berbagai pengaruh yang menyebabkannya. Pada
umumnya kerusakan ini dapat berupa kertas keriput, rapuh, lengket,

232 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


robek, hilang sebagian, keasaman, adanya noda, adanya jamur,
diserang serangga, warna tinta memudar, warna kertas menjadi kuning
kecokeatan, dan lain-lain.
Untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas bahan pustaka,
dilakukan upaya perbaikan yang disesuaikan dengan bentuk kerusakan
yang terjadi. Jenis perbaikan kertas bahan perpustakaan tersebut
meliputi menambal, menyambung, lining dan laminasi. Sebelum
perbaikan dilakukan, hendaknya bahan perpustakaan telah mengalami
penanganan di antaranya fumigasi, pembersihan debu dan noda,
pemutihan (bleaching) dan deasidifikasi (untuk menetralkan asam).
a. Membersihkan Debu
Salah satu cara pemeliharaan bahan perpustakaan yang penting
adalah menyimpan di tempat yang bersih dan bebas dari debu.
Apabila bahan perpustakaan sudah kotor oleh debu, hendaknya
dibersihkan sesuai dengan prosedur yang benar dan dilakukan
secara teratur oleh staf yang terlatih agar tidak menimbulkan
kerusakan pada bahan perpustakaan.
Memelihara bahan perpustakaan dalam kondisi yang bersih akan
memberikan dampak yang luas, yaitu bahan perpustakaan tidak
mudah rusak, staf dan pengguna jasa akan senang mengolah dan
membaca, serta kesehatan mereka tidak terganggu karena pengaruh
debu dan asam.
Kerusakan bahan perpustakaan yang akan terjadi karena pengaruh
debu di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Debu dapat mengurangi nilai estetika, karena debu akan
memperburuk dan mengaburkan informasi pada cetakan, foto
dan mikrofilm/mikrofis.
2) Partikel debu akan menimbulkan goresan pada microfilm/
mikrofis, negatif foto, lukisan dan dokumen berharga lainnya.
3) Kertas yang kotor oleh debu akan cenderung menimbulkan noda
jika kertas tersebut terkena air dan udara lembab.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 233


4) Debu akan menyebabkan kertas menjadi asam, karena debu
biasanya bercampur dengan pencemar udara lainnya terutama
yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak bumi.
Asam ini akan menyebabkan kertas menjadi rapuh dan akan
merusak lapisan emulsi pada negatif foto dan microfilm/mikrofis.
Ada dua cara membersihkan bahan perpustakaan, yaitu cara basah
dan cara kering. Cara basah tidak akan dijelaskan dalam buku ini,
karena pekerjaan ini harus dilakukan oleh staf yang telah mendapat
pendidikan dan pelatihan dalam bidang konservasi.
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk membersihkan
debu pada bahan perpustakaan. Cara yang dipilih harus
mempertimbangkan kondisi bahan perpustakaan, antara lain
kekuatan kertas, ketebalan kertas, kerapian sisi blok buku (terutama
sisi kepala buku) atau ketebalan debu yang menempel pada bahan
perpustakaan.
Peralatan yang diperlukan dalam membersihkan debu adalah kuas,
vacuum cleaner, karet penghapus, bubuk penghapus, hand press,
masker debu, penutup kepala, dan lain-lain.
b. Membasmian Serangga dan Jamur
Metode pembasmian serangga dan jamur dapat dilakukan dengan
cara sebagai beikut.
1) Dengan suntikan (injeksi): cara ini bersifat pencegahan agar
serangga, terutama rayap tidak menyerang bahan pustaka dan
fasilitas perpustakaan. Kusen pintu dan jendela dan lantai
bangunan harus disterilkan dari rayap dengan jalan menyuntikkan
bahan beracun pembasmi serangga untuk mencegah dan
mematikan rayap.
2) Dengan penyemprotan: Untuk mencegah agar bahan pustaka
tidak diserang oleh serangga dan jamur, ruangan dalam
perpustakaan harus disterilkan dengan menyemprotkan larutan
pembasmi serangga dan jamur pada sudut-sudut ruangan dan
rak-rak buku. Jika pada bahan pustaka sudah terlanjur diserang

234 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


oleh rayap, bahan perpustakaan tersebut harus disemprotkan
dengan bahan pembasmi rayap yang dilarutkan dalam alkohol.
3) Fumigasi: Fumigasi bahan perpustakaan adalah mengasapkan
gas beracun pada bahan perpustakaan untuk membasmi
serangga dan jamur. Bahan yang digunakan disebut fumigant,
yang terdiri atas methyl bromide, thymol cristel, formaldehyde
(formalin), carbon tetra chloride, carbon disulfide, phosphine.
Thymol crystal dan formalin adalah bahan untuk membasmi
jamur, sedangkan yang lainnya untuk membasmi serangga.
c. Menghilangkan Selotape
Selotape yang digunakan sebagai perekat pada kertas atau buku
harus dihilangkan karena bahan perekat pada selotape ini bersifat
asam. Biasanya warna kertas akan berubah menjadi kuning
kecokelatan pada daerah yang ditempelkan dengan selotape ini.
Plastik pada selotape dapat dilepas dengan pelarut organik atau
taking iron.
d. Melakukan Enkapsulasi
Enkapsulasi adalah cara memperkuat kertas/dokumen untuk
menghindarkan kerusakan fisik Pada proses enkapsulasi ini setiap
lembar kertas/dokumen dilapisi/diapit dengan dua lembar plastik
film polyester yang pada bagian pinggir plastik dilekatkan dengan
double sided tape.
e. Menambal/Menyambung
Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang berlubang
dengan japanese tissue paper, bubur kertas atau kertas tissue
berperekat. Bahan perekat yang umum digunakan adalah campuran
kanji dan carboxyl methyl cellulose. Menambal dilakukan untuk
merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan dengan
kertas tissue dengan perekat seperti tersebut di atas.
Menyambung dilakukan untuk merekatkan bagian yang sobek atau
patah karena lipatan, biasanya diperkuat dengan potongan kertas
dari jenis tertentu, agar bagian yang sobek tidak bertambah lebar.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 235


Menyambung juga dapat dilakukan dengan kertas Jepang, hand
made, bubur kertas dengan perekat kanji dan CMC. Proses
menyambung dilakukan hampir sama dengan proses menambal.
f. Memperkuat Kertas
Beberapa metode dapat dipertimbangkan untuk memperkuat kertas
rapuh, rusak, dan kertas yang rusak terkena udara lembab atau air
dimana tidak ada local treatment atau metode penguat serat seperti
sizing yang memuaskan. Keputusan apakah memperkuat kertas
dengan restorasi dalam kasus ini bergantung pada beberapa factor.
Pertama adalah koleksi itu sendiri:
1) jenis koleksi itu sendiri, naskah, karya cetak atau ilustrasi;
2) kertas tersebut ditulis, dicetak atau digambar pada satu muka
atau bolak balik;
3) fungsi dari koleksi tersebut, sumber informasi, atau benda seni.
Teknik memperkuat kertas dapat dibedakan menjadi lima metode,
yaitu lining, embedding, laminasi, leafcasting, paper splitting.
g. Memperbaiki Jilidan
Memperbaiki jilidan bahan pustaka merupakan salah satu upaya
melestarikan bentuk fisik agar dapat memperpanjang usia pakai
bahan perpustakaan tersebut. Pada umumnya tindakan perbaikan
jilidan selalu ada hubungannya dengan kerusakan pada jilidan
buku, baik yang berhubungan dengan kekuatan sistem penjilidan
maupun kerusakan pada bagian tertentu seperti lembar pelindung,
engsel buku, punggung buku, dan sampul buku. Perbaikan yang
dapat dilakukan secara sederhana adalah dengan memperkuat
engsel yang longgar, mengganti lembar pelindung yang robek atau
sudah berubah warna menjadi kuning kecokelatan, menempel linen
baru pada punggung buku atau memperbaiki kembali punggung
sampul buku.

236 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


E. Rangkuman
Sebagai penyedia layanan informasi, perpustakaan perlu meningkatkan dan
mengembangkan layanan bahan perpustakaan. Hal ini tidak dapat dicapai
dengan baik tanpa menjaga dan mempertahankan kondisi fisik yang
dilayankan. Kondisi fisik bahan perpustakaan akan terpelihara baik apabila
setiap perpustakaan mampu untuk melaksanakan kegiatan perawatan bahan
perpustakaan sedini mungkin melalui pencegahan, perawatan dan perbaikan
bahan perpustakaan secara baik dan benar.
Dalam kegiatan ini, perpustakaan harus menciptakan kondisi agar koleksi
bahan perpustakaan terhindar dari faktor perusak. Kondisi yang ideal bagi
bahan pustaka adalah lingkungan yang stabil, tidak mengandung gas
pencemat udara dan bebas dari insek dan jamur serta terhindar tangan-
tangan vandalisme.
Bahan perpustakaan yang terlanjur rusak seperti robek, din serangga dan
jamur, atau rapuh karena pengaruh asam, koleksi tersebut harus dirawat dan
diperbaiki agar koleksi bahan pustaka tersebut tersedia secara baik dan siap
pakai. Bahan pustaka yang sudah rapuh dan sudah tua dan tidak dapat
digunakan lagi harus dibuatkan reproduksinya dalam bentuk mikro atau
digital untuk memperlancar kegiatan layanan perpustakaan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 237


238 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB III
PENUTUP

Perpustakaan sebagai penyedia layanan informasi hendaknya selalu menjaga


supaya koleksi yang dilayankan terpelihara baik. Oleh sebab itu, staf pengelola
perpustakaan perlu memahami bagaimana cara merawat dan memelihara bahan
perpustakaan secara baik dan benar. Dengan terpeliharanya bahan
perpustakaan, kerusakan dapat dihindari dan koleksi terselamatkan dari
kehancuran.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 239


240 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal O.P. Conservation of Manuscripts and Paintings of South-East Asia.


London. 1984.
Baynes-Cope. AD. “Caring for Books and Dokuments”. London: British Museum.
1982.
Child, Margaret. Preservation Assessment and Planning, NDCC. Technical
Leaflet. Section 1 (2), http://www.nedcc.org/plam3/tleaf12.htm, 09/03/04.
Clapp A.F. “Curatorial Care of Works of Art on Paper”. New York. Nick LyoBook.
1982.
Feilden, Bernard M. An Introduction to Conservation of Cultural Property. Unesco,
Rome. 1979.
Mary Lyn Ritzentaler. “Archives & Manuscripts Conservation”. Society of
American Archivests. Chicago. 1983.
Muhammadin Razak. dkk. “Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka”. .
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. 1995.
Ogden, Sherelyn. Temperatur, Relative Humidity, Light, and Air Quality: Basic
Guidelines for Preservation, Technical Leaflet, Section 2, Northeast
Document Conservation Center, http://www.nedcc.org/, 29/03/04
Teygeler, Rene. Preservation of Archives in Tropical Climate, An Annotated
Bibliography. International Council on Archive, Paris, The Haque, Jakarta.
2001.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 241


242 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 243
244 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 245


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 247
A. Latar Belakang ................................................................................ 247
B. Deskripsi Singkat............................................................................. 248
C. Tujuan Pembelajaran Umum .......................................................... 248
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ........................................................ 248
BAB II OTOMASI PERPUSTAKAAN .............................................................. 249
A. Pengertian Otomasi Perpustakaan ............................................... 250
B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Otomasi Perpustakaan .................. 250
C. Metode Pembangunan Sistem Otomasi Perpustakaan ............... 253
D. Hardware, Software, dan Brainware untuk Implementasi
Sistem Ortomasi Perpustakaan...................................................... 258
E. Fitur Software Sistem Otomasi Perpustakaan ............................. 259
F. Rangkuman ..................................................................................... 261
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 263
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 265

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 245


246 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi informasi di perpustakaan merupakan seperangkat teknik untuk
mengoptimalkan pemanfaatan informasi, mulai dari pengadaan, pengolahan,
temu kembali, dan penyebarannya. Teknologi Informasi di perpustakaan
diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dalam memperoleh
berbagai informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka tersebut, pustakawan atau tenaga
teknis pengelola perpustakaan diharapkan memiliki kemampuan dalam
menyediakan dan memberikan layanan informasi yang dibutuhkan dalam
berbagai bentuk dan media secara profesional.
Dalam mengikuti perkembangan dunia di era digital, globalisasi informasi dan
perdagangan bebas, perpustakaan dituntut untuk dapat memberikan layanan
secara mutakhir dan lebih profesional melalui pembangunan sistem otomasi
dan penyelenggaraan layanan koleksi digital (content digital library), serta
menerapkan standar kinerja yang lebih berkualitas, sehingga dengan
memiliki kemampuan tersebut, perpustakaan diharapkan memiliki daya saing
yang tinggi dan tidak akan ditinggalkan pemustakanya.
Dalam pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, diperlukan
perencanaan strategis yang matang dan penyediaan infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) diataranya perangkat keras komputer,
perangkat lunak, perangkat teknologi komunikasi diantaranya saluran
telepon, fax, modem dan sistem jaringan komputer.
Perencanaan sistem otomasi di perpustakaan diantaranya meliputi kegiatan
analisis dan disain sistem, rencana implementasi serta sistem
pemeliharaannya (maintenance). Melalui perencanaan strategis tersebut,
pembangunan dan pengembangan sistem otomasi, penyelenggaraan
layanan koleksi digital (content digital library) di perpustakaan dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dalam pengembangan perpustakaan secara
keseluruhan.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 247


B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang pengertian
otomasi perpustakaan, tujuan dan manfaat otomasi perpustakaan, metode
pembangunan sistem otomasi perpustakaan, kebutuhan hardware dan
software untuk implementasi sistem otomasi perpustakaan, pengenalan
software otomasi perpustakaan dengan fitur-fitur pengembangan koleksi,
pengolahan dan pelayanan perpustakaan yang disajikan dengan
menggunakan metode pendekatan andragogi yang meliputi ceramah, tanya-
jawab, diskusi dan demonstrasi.

C. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami
otomasi perpustakaan dan mengenal software perpustakaan.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu:
1. menjelaskan pengertian otomasi perpustakaan;
2. menjelaskan tujuan dan manfaat otomasi perpustakaan;
3. menguraikan metode pembangunan sistem otomasi perpustakaan;
4. menjelaskan kebutuhan hardware dan software untuk implementasi
sistem otomasi perpustakaan;
5. menjelaskan fitur-fitur dalam software otomasi perpustakaan.

248 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB II
OTOMASI PERPUSTAKAAN

Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dibidang perpustakaan didorong


oleh kebutuhan pemustaka terhadap informasi yang semakin kompleks dan
berbasis elektronik/ komputer. Tuntutan pemustaka yang menginginkan layanan
perpustakaan serba cepat, tepat dan akurat, serta kebutuhan pemustaka tentang
informasi yang semakin bergeser dari koleksi tercetak ke arah elektronis/ digital,
seiring dengan perkembangan dunia yang berorientasi teknologi informasi, digital
imaging, dan full motion video serta suara. Untuk memenuhi kebutuhan
pemustaka tersebut, perpustakaan, pustakawan atau tenaga teknis pengelola
perpustakaan dituntut untuk memiliki kemampuan menyediakan, mengolah dan
melayankan informasi berbasis teknologi informasi, agar tetap eksis dan mampu
survive dalam era globalisasi dan era digital.
Pendekatan yang dapat digunakan perpustakaan adalah melalui penyediaan
koleksi elektronis/ digital seperti CD-ROM, multimedia interactive computer works,
file teks yang dapat diupload di internet, dan koleksi hasil scan berupa image dan
tekstual, serta penyediaan akses informasi melalui jaringan komputer/ internet.
Selain penyediaan koleksi digital, perpustakaan juga diharapkan mampu
menyelenggarakan sistem pengelolaan perpustakaan berbasis teknologi informasi
(computer-based automated library system), atau disebut sistem otomasi
perpustakaan, sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan perpustakaan.
Otomasi perpustakaan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka
tentang informasi yang semakin kompleks, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pemustaka ingin memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan akurat. Otomasi
Perpustakaan juga dilaksanakan oleh suatu perpustakaan, dalam rangka
meningkatkan kinerja perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat memiliki daya
saing dengan perpustakaan lainnya, dengan menonjolkan segi kepraktisan,
kemudahan, kecepatan dan keakuratan dalam pelayanannya.
Perpustakaan diharapkan mampu memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan
pemustaka pada era globalisasi, dimana informasi dengan mudah menyebar
keseluruh penjuru dunia dalam waktu sekejap. Tanpa kemampuan memenuhi
kebutuhan pemustaka dibidang aktualitas informasi, kecepatan dan keakuratan

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 249


informasi yang disampaikan, maka perpustakaan akan ketinggalan dan
ditinggalkan oleh pemustakanya.
Pelaksanaan otomasi perpustakaan dapat dilakukan secara bertahap oleh suatu
perpustakaan, mulai dari proses pengadaan koleksi, pengolahan dan pelayanan
perpustakaan. Tahap-tahap tersebut dapat berbeda antara satu perpustakaan
dengan perpustakaan lainnya, tergantung pada prioritas perpustakaan yang
bersangkutan.

A. Pengertian Otomasi Perpustakaan


Otomasi perpustakaan, diartikan sebagai suatu upaya pengendalian proses/
kegiatan perpustakaan secara otomatis. Hal tersebut tidak terlepas dari
pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan (library automation),
terutama penggunaan teknologi komputer dan teknologi komunikasi.

B. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Otomasi Perpustakaan


1. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya otomasi perpustakaan diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi kebutuhan user tentang informasi secara lebih cepat,
tepat dan akurat;
b. Untuk memenuhi kebutuhan pengelola perpustakaan dalam mengolah
dan menyajikan koleksi, serta melayani pemustaka secara lebih efektif
dan efisien;
c. Untuk memenuhi kebutuhan organisasi perpustakaan agar dapat tetap
eksis dan mampu berkembang serta bersaing dengan lembaga
perpustakaan lainnya.
2. Fungsi
Fungsi-fungsi di perpustakaan yang dapat dilaksanakan otomasi meliputi
fungsi operasional dan manajerial.
a. Fungsi operasional (substantif) perpustakaan, yaitu pengadaan,

250 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


pengolahan dan pelayanan perpustakaan;
b. Fungsi manajerial di perpustakaan meliputi kepegawaian, keuangan,
hubungan masyarakat, perencanaan, analisis operasional,
pengandalian, dan pengawasan manajemen.

1) Fungsi Operasional
Fungsi operasional meliputi pengadaan bahan pustaka,
pengolahan dan pelayanan perpustakaan.
a) Pengadaan Bahan Pustaka (acquisitions)
Pengadaan bahan pustaka terutama jurnal, CD-ROM yang
didatangkan dari luar negeri, biasanya bekerja sama dengan
perpustakaan lain, baik secara membeli, tukar menukar,
ataupun hadiah.
Adapun otomasi dibidang pengadaan adalah prosedur
pengadaan bahan pustaka yang diotomasi, sehingga teknis
pengadaan koleksi, mulai dari pemilihan judul, pemesanan
koleksi, daftar koleksi yang sudah diterima, daftar tunggu koleksi
yang belum diterima tapi sudah dipesan, daftar harga, edisi,
tahun terbit, dan seterusnya, telah dilakukan oleh komputer
secara otomatis.
b) Pengolahan Bahan Pustaka
Pengolahan bahan pustaka (katalogisasi, klasifikasi, terbitan
berkala, inventarisasi) dapat dilakukan secara otomatis oleh
komputer.
Otomasi dibidang katalogisasi berupa manajemen basis data
bibliografi, yang memudahkan dalam proses temu balik
informasi dan perolehan format katalog (baik didisplay maupun
prit-out), secara cepat dan akurat.
Software yang digunakan untuk manajemen basis data
bibliografi (katalogisasi) diantaranya adalah: Micro CDS/ISIS,
yang digunakan secara legal oleh perpustakaan universitas

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 251


sejak tahun 1986, dengan menggunakan format INDOMARC
(Indonesian Machine Readable Catalogue).
Dibidang klasifikasi, otomasi dilakukan masih dilingkungan
universitas/ perguruan tinggi, berupa research untuk
memperoleh gelar magister atau doctor. Hasil-hasil penelitian
tersebut, belum banyak dimasyarakatkan, sehingga
pemustakaaannya oleh perpustakaan masih belum banyak dan
belum memasyarakat. Kesulitan utama dalam pengklasifikasian
berbasis komputer adalah konsistensi pembagian bidang ilmu
pengetahuan menurut sistem klasifikasi tertentu yang
digunakan. Software yang digunakan biasanya adalah expert
system yang dapat mengambil keputusan berdasarkan data-
data yang diinputkan oleh user pada komputer melalui interface
user-komputer. Contoh software adalah Crystal, berupa shell
expert system, yaitu program komputer yang masih kosong,
yang mengguankan logika Bolean IF, THEN, OR, AND, dan
AND IF.
c) Pelayanan Perpustakaan
Otomasi dibidang Pelayanan diantaranya referensi, sirkulasi,
jaringan kerja sama, maupun katalog terpasang sebagai berikut.
sirkulasi adalah proses keluar-masuknya koleksi perpustakaan
dari perpustakaan ke pemustaka. Proses otomasi dibidang
sirkulasi, diantaranya adalah proses pencatatan identitas
peminjam, identitas koleksi, tanggal koleksi dipinjam, tanggal
koleksi harus dikembalikan, perhitungan denda bila koleksi
terlambat dikembalikan. Proses-proses tersebut dilaksanakan
komputer sdecara otomatis. Pemustakaan software tertentu,
dapat dilaksanakan secara terintegrasi, baik pengadaan,
pengolahan maupun pelayanan sirkulasi, sehingga disebut
saftware terintegrasi (integrated software).
Dibidang referensi, otomasi dilaksanakan berupa pengumpulan
informasi yang diperlukan oleh user melalui interface user-
komputer, yang akan menghasilkan rujukan bagaimana user
dapat memperoleh informasi tertentu sesuai dengan kebutuhan
252 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
user. Software yang digunakan biasanya berupa Software
expert system (Sistem pakar) contohnya adalah Crystal yaitu
software Shell expert system.
Dibidang jaringan kerja sama dan OPAC, layanan perpustakaan
berupa silang layan, yang dapat dilaksanakan melalui media on-
line searching (Online Public Acces Catalogue), diantaranya
penggunaan Basis data CD-ROM, elektronik mail, .dan fasilitas
internet.
2) Fungsi Manajerial
Fungsi manajerial perpustakaan diantaranya adalah
kepegawaian, keuangan, hubungan masyarakat, perencanaan,
analisis operasional, maupun pengawasan dan pengendalian
manajemen, dapat dilakukan secara terotomasi, namun
pembahasan otomasi perpustakaan terbatas pada bidang
operasional perpustakaan.

3. Manfaat
Manfaat otomasi perpustakaan meliputi tiga pihak yakni pemustaka,
pengelola, dan instansi induk tempat perpustakaan berada. Bagi
pemustaka, otomasi perpustakaan bermanfaat dalam meningkatkan
kecepatan, ketepatan, dan keakuratan dalam penelusuran informasi,
serta proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka. Bagi
pengelola, otomasi perpustakaan bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengolahan bahan pustaka serta pelayanan
kepada pemustaka. Bagi instansi induk dimana perpustakaan berdiri,
otomasi bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas control
bagi manajemen, meningkatkan imaje dan promosi lembaga terhadap
dunia luar.

C. Metode Pembangunan Sistem Otomasi Perpustakaan


Pembangunan dan pengembangan sistem informasi perpustakaan
khususnya otomasi di bidang perpustakaan bertujuan untuk memperoleh

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 253


sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan perpustakaan pada masa
kini dan pada masa yang akan datang. Pengembangan juga diharapkan
dapat menjamin agar tidak berlebihan atau kekurangan dalam investasi
dibidang teknologi informasi.
Metode pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi dapat
menggunakan metode konvensional yaitu metode System Development
Life Cycle (SDLC ) maupun metode alternatif diantaranya metode paket
(package), pembuatan prototip (prototyping), pengembangan oleh pemakai
akhir (end user development atau end user computing) dan metode
outsourcing.
1. Metode Pengembangan Konvensional (Metode SDLC)
Metode SDLC mempunyai beberapa tahapan, dimulai dari suatu
tahapan sampai ke tahapan akhir dan kembali lagi ke tahapan awal
membentuk suatu siklus hidup. Tahapan-tahapan dalam metode
SDLC sebagai berikut:
a. Analisis sistem (system analysis)
1) studi pendahuluan
2) studi kelayakan
3) identifikasi permasalahan dan kebutuhan pemakai
4) memahami sistem yang ada
5) menganalisis hasil penelitian
b. perancangan sistem (system design)
1) perancangan awal
2) perancangan rinci
c. implementasi sistem (system implementation)
d. operasi dan perawatan sistem (system operation and
maintenance)

254 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Siklus hidup pengembangan sistem informasi metode SDLC dapat
digambarkan sebagai berikut:

Metode SDLC tidak selamanya cocok semua keadaan, dimana sistem


yang dikembangkan harus segera digunakan, sedangkan metode
SDLC memerlukan waktu yang lama dalam perancangan sampai
dapat diimplementasikan, atau sistem lama sudah tidak relevan lagi
untuk dikembangkan, sehingga digunakan metode Alternatif .

2. Metode Pengembangan Alternatif


Metode Alternatif dipilih dengan beberapa pertimbangan diantaranya
faktor ketersediaan paket, sumber daya sistem informasi dan
teknologi informasi, dampak dari sistem tersebut dan jadwal
pemakaian sistem.
a. Metode Paket (package)
Paket sistem informasi perpustakaan, sekarang banyak tersedia
di pasaran, misalnya paket ”Perpustakaan” terbitan Gramedia,
adalah software yang mengelola koleksi perpustakaan. Paket
NCI Bookman, merupakan paket terbitan perusahaan dari
Bandung, Paket SIPISIS terbitan dari Institut Pertanian Bogor,

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 255


dan paket-paket lainnya. Pemilihan paket sistem informasi
didasarkan pada faktor-faktor spesifikasi, ketersediaan paket,
mengevaluasi kemampuan paket diantaranya:
1) fungsi-fungsi yang ditawarkan
2) fleksibilitas
3) kemudahan pakai
4) perangkat keras dan perangkat lunak dukungan
5) karakteristik file dan basis data
6) instalasi
7) perawatan
8) dokumentasi
9) kualitas penjual
10) biaya
b. Metode pembuatan Prototip (prototyping)
Suatu prptotip adalah bentuk dasar aatau model awal dari suatu
sistem atau bagian dari suatu sistem. Setelah dioperasikan,
prototip ditingkatkan terus seusia dengan kebutuhan pemakai
sistem yang juga meningkat.
Prototyping adalah proses pengembangan suatu prototip secara
cepat untuk digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan terus
menerus sampai didapatkan sistem yang utuh. Kegiatan
percobaan terus menerus tersebut disebut proses Iteratif.
Tahapan prorotyping adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi kebutuhan pemakai yang paling mendasar
2) membangun prototip
3) menggunakan prototip
4) merevisi dan meningkatkan prototip
5) Jika prototip lengkap menjadi sistem yang dikehendaki,
proses iterasi dihentikan.
256 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan
c. Metode pengembangan oleh pemakai akhir (end user
development atau end user computing)
Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan pada
dmpaknya. Bila dampaknya hanya pada individu pemakai dan
pengembang sistem sendiri, metode ini dapat digunakan, namun
bila dampaknya besar pada organisasi, metode ini sangat
berbahaya bila diterapkan, karena bila terjadi kesalahan,
dampaknya akan berpengaruh pada pemakai sistem lainnya atau
pada organisasi secara keseluruhan.
d. metode outsourcing
Metode outsourcing dipilih bila metode paket tidak tersedia atau
pengembangan sistem oleh perpustakaan sendiri (insourcing)
tidak dapat dilakukan. Pemilihan metode outsourcing dapat
didasarkan pada:
1) Biaya akan lebih murah bila pengembangan sistem informasi
diserahkan pada pihak ketiga yang memiliki profesionalisme
dibidangnya
2) Mengurangi waktu proses, karena outsourcer
berpengalaman dibidangnya
3) Jasa yang dihasilkan outsourcer lebih berkualitas jika
dibandingkan dengan pengembangan sebdiri
4) Perpustakaan kurang berpengalaman dalam
mengembangkan sistem dibandingkan outsourcer
5) Perpustakaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan
alih pengetahuan dan alih teknologi (transfer of knowledge)
yang dimiliki oleh outsourcer.
6) Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak
melakukan investasi
7) Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal
8) Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal
9) Perpustakaan dapat memfokuskan pada pekerjaan lainnya.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 257


D. Hardware, Software dan Brainware untuk Otomasi Perpustakaan
Perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk implentasi sistem
otomasi perpustakaan merupakan bagian dari infrastruktur teknologi informasi
secara lebih luas.
Infrastruktur teknologi informasi terdiri dari fasilitas-fasilitas fisik, jasa-jasa,
dan manajemen yang mendukung seluruh sumber daya komputasi dalam
suatu organisasi. Komponen utamanya adalah perangkat keras komputer,
perangkat lunak komputer, fasilitas jaringan dan komunikasi, database dan
personalia teknologi informasi.
1. Perangkat Keras (Hardware)
Kebutuhan perangkat keras untuk implementasi otomasi perpustakaan
bergantung pada besar kecilnya perpustakaan, jumlah pemustaka, dan
system yang akan diaplikasinkan. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah
komputer untuk server dan client , printer, scanner, barcode printer,
barcode scanner, perangkat jaringan.
Untuk perpustakaan kecil, sebuah computer sudah cukup untuk memulai
proses otomasi perpustakaan, khususnya pembuatan pangkalan data
koleksi dan pemustaka, serta proses peminjaman dan pengembalian
secara sederhana.
Spesifikasi teknis komputer untuk otomasi perpustakaan, secara minimal
sebagai berikut:
a. Processor Pentium II 450 MHz
b. Memori 128 MB
c. HD 10 Gbyte
d. Monitor 14 Inc, minimal 16 color
e. Printer Dot Matrix. & Ink Jet
f. Barcode Scanner (Optional)
Sedangkan untuk perpustakaan dengan jumlah koleksi yang besar,
maka perangkat yang perlu ditambahkan diantaranya adalah:
g. LAN Card

258 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Digunakan untuk mengintegrasikan banyak komputer. Aplikasi
perangkat lunak otomasinya biasanya berjenis klien-server.
h. Sistem Security Gateway
Digunakan untuk melakukan sensor terhadap buku yang keluar
masuk perpustakaan. Sensor akan berbunyi jika buku yang dibawa
pengguna tidak melewati proses sirkulasi dengan benar.
2. Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang dibutuhkan untuk otomasi perpustakaan dapat
diperoleh melalui berbagai cara yaitu:
a. Membangun sendiri dengan bantuan seorang developer perangkat
lunak. Jika instansi Anda mempunyai tenaga programer maka
langkah pertama ini bisa dilakukan karena dapat menghemat biaya
membeli perangkat lunak otomasi.
b. Menggunakan perangkat lunak gratis atau opensource, misalnya :
CDS/ISIS, WinISIS, KOHA, dsb. Perangkat lunak ini bisa didapatkan
dari internet karena didistribusikan secara gratis kepada kalangan
perpustakaan. Walaupun gratis perangkat lunak ini masih banyak
kekurangan dan masih harus dimodifikasi lebih lanjut agar memenuhi
kebutuhan di tempat kerja.
c. Membeli perangkat lunak komersial beserta training dan supportnya
yang dibangun oleh pihak ketiga. Perangkat lunak komersial,
merupakan hasil riset pengembangnya dan mudah untuk
diimplementasikan karena hanya perlu dilakukan perubahan fitur
sedikit atau tidak sama sekali. Training dan Support selama beberapa
periode waktu juga akan diberikan oleh vendor secara penuh
sehingga pengguna dapat langsung menggunakan tanpa harus
bersusah payah lagi. Pilihan ini dapat dipilih jika terdapat dana untuk
membeli perangkat lunak.

E. Fitur Software Sistem Otomasi Perpustakaan


Fitur software sistem otomasi perpustakaan dirancang dan dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan pemustaka di lingkungan perpustakaan sekolah,
Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 259
perguruan tinggi, umum maupun khusus. Penyediaan fitur disesuaikan
dengan kebutuhan pemustaka, pengeloa dan instansi induk tempat
perpustakaan berada, sehingga fitur-fitur tersebut diharapkan efektif dan
efisien dalam memenuhi kebutuhan pemustaka. Dalam dunia digital fitur-fitur
sistem otomasi perpustakaan diharapkan mudah diakses dan nyaman
dipandang mata melalui tampilan website.
Fitur sistem otomasi perpustakaan untuk berbagai jenis perpustakaan
setidaknya dapat memenuhi kebutuhan pemustaka dan pengelola
perpustakaan. Fitur-fitur tersebut dapat terdiri dari:
1. inventarisasi
2. pengembangan koleksi
3. pengolahan bahan pustaka
Pengolahan bahan pustaka diantaranya pembuatan catalog online,
pencetakan kartu catalog, pencetakan daftar bibliografi.
4. Aplikasi fisik koleksi
Aplikasi fisik koleksi mencakup pembuatan label call number, pencetakan
barcode buku,
5. layanan perpustakaan
a. Layanan perpustakaan diantaranya penyediaan akses penelusuran
informasi online (OPAC)
b. Peminjaman dan pengembalian koleksi
c. Pemesanan dan permintaan bahan perpustakaan
6. keanggotaan
Keanggotaan mencakup pembuatan dan perpanjangan kartu anggota
7. laporan atau statistik mencakup (laporan peminjaman, pengembalian,
jumlah dan jenis koleksi yang sering dipinjam, pengunjung, peminjam, dll)
8. penghitungan denda keterlambatan

260 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


9. surat menyurat kegiatan perpustakaan dinataranya surat penagihan
keterlambatan, buku yang harus dikembalikan pemustaka, dan bebas
pinjam perpustakaan.
10. Stock Opname
11. Cadangan Data koleksi, anggota, peminjaman dan pengembalian
12. fitur lain yang relevan serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing perpustakaan

F. Rangkuman
Mata ajar diklat Pengantar Otomasi Perpustakaan ini bertujuan memberikan
pemahaman mengenai otomasi perpustakaan pada peserta diklat
Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan. Otomasi perpustakaan diartikan
sebagai suatu upaya pengendalian proses/ kegiatan perpustakaan secara
otomatis dengan bantuan teknologi komputer dan teknologi komunikasi,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka terhadap layanan informasi
secara cepat, tepat dan akurat. Melalui otomasi perpustakaan, pengelola
dapat meningkatakan kualitas dan kuantitas pekerjaaannya dalam
mengembangkan koleksi, mengolah dan melayankan informasi pada
masyarakat, serta dapat meningkatkan citra perpustakaan yang modern dan
daya saing di dunia internasional. Hal ini sesuai dengan tuntutan Undang-
undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang mengharuskan setiap
perpustakaan menyelenggarakan layanan perpustakaan berbasis teknologi
informasi.
Berbagai kegiatan operasional perpustakaan seperti pengembangan koleksi,
pengolahan bahan perpustakaan dan pelayanan pada pemustaka, dapat
dilaksanakan secara otomatis. Hal tersebut membuka peluang yang lebih
besar dan luas dalam mengaplikasikan teknologi informasi, khususnya
komputer dan teknologi komunikasi dalam bidang kegiatan perpustakaan.
Untuk melaksanakan implementasi sistem otomasi perpustakaan, diperlukan
perangkat keras dan perangkat lunak serta dukungan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi dan perpustaklaan.
Penggunaan perangkat keras komputer dan perangkat keras lainnya

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 261


merupakan suatu keharusan dalam otomasi perpustakaan, mulai dari
spesifikasi rendah sampai spesifikasi tinggi disesuaikan dengan kebutuhan
pemustaka, jumlah koleksi dan jenis layanan yang diberikan perpustakaan.
Berbagai perangkat lunak aplikasipun digunakan untuk mengoptimalkan
kinerja perpustakaan, khususnya dalam menangani pengelolaan basis data
koleksi, keanggotaan dan proses peminjaman maupun pengembalian serta
proses lainnya yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan. Diharapkan
melalui otomasi perpustakaan, perpustakaan dapat meningkatkan perannya
di masyarakat sebagai agen pembaharuan dan meningkatkan kecerdasan
bangsa secara lebih optimal.

262 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


BAB III
PENUTUP

Teknologi informasi di perpustakaan diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan


pemustaka yang cenderung berkembang menjadi masyarakat informasi, yakni
masyarakat yang senantiasa memerlukan informasi yang beragam dan menuntut
kecepataan, ketepatan dan keakuratan dalam pelayanannya.
Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka tersebut, pengelola perpustakaan
diharapkan memiliki kemampuan dalam hal menyediakan dan memberikan
layanan informasi yang dibutuhkan dalam berbagai bentuk dan medianya secara
lebih profesional. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menerapkan teknologi
informasi di perpustakaan, terutama untuk kegiatan “house keeping” perpustakaan
seperti pengadaan, pengolahan dan pelayanan pada pemustaka.
Dalam pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, diperlukan
perencanaan strategis yang matang dan infrastruktur teknologi informasi
diataranya perangkat keras dan perangkat lunak komputer, perangkat teknologi
komunikasi seperti saluran telepon, fax dan sistem jaringan komputer, sehingga
layanan perpustakaan dapat dilaksanakan secara optimal.
Pelaksanaan layanan perpustakaan berbasis TI, sudah menjadi kebutuhan bagi
setiap perpustakaan dalam meningkatkan layanan kepada pemustaka, dan sesuai
dengan tuntutan Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Hal
tersebut menuntut kesiapan pengelola perpustakaan untuk selalu meningkatkan
kualitas diri dan perpustakaannya dibidang teknologi informasi, terutama bidang
sistem otomasi perpustakaan, aplikasi jaringan mendunia (World Wide Web)
dan internet, serta layanan koleksi digital (digital library) sehingga pengelola
perpustakaan dapat tetap eksis dan mampu mengelola informasi secara lebih baik
dalam memenuhi dan melayani kebutuhan pemustaka.
Layanan perpustakaan berbasis TI juga menuntut kesiapan pengelola
perpustakaan dalam menyediakan sarana dan prasara, hardware dan software,
serta sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam menyelenggarakan
layanan berbasis teknologi informasi.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 263


Penyediaan layanan berbasis TI dapat dilaksanakan secara bertahap dan
terintegrasi melalui tahap-tahap pengembangan sistem perpustakaan terotomasi
(Library Automation) dan penyelenggaraan layanan koleksi digital (digital
Library).

264 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


DAFTAR PUSTAKA

Aji Supriyanto. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek, 2005.


Balakrishnan, Shyama dan P.K. Paliwal (editor). Encyclopaedia of Library and
Information Technology for 21st Century, volume -9: Future Library
Technology. New Delhi-India: Anmol Publication PVT, 2000.
Balakrishnan, Shyama dan P.K. Paliwal (editor). Encyclopaedia of Library and
Information Technology for 21st Century, volume -10: Information
Technology for the Next Millenium. New Delhi-India: Anmol Publication
PVT, 2000.
Brophy, Peter dan Kate Coulling. Quality Management and Library Science: For
Information and Libaray Managers. Mumbai: Jaico Publishing House,
1997.
Convey, John. Online Information Retrieval: An Introductory Manual to Principles
and Practice. London: Clive Bingley, 1989.
Corbin, John. Developing Computer-Based Library Systems. Canada: The Oryx
Press, 1981.
Jogiyanto. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi, 2003.
M. Suyanto. Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis. Yogyakarta: Andi, 2005.
Partridge, D. dan K.M. Hussain. Knowledge-Based Information Systems. London:
McGraw-Hill Book Company, 1995.
Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Sekolah: Petunjuk untuk Membina,
memakai dan Memelihara Perpustakaan di Sekolah. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1996.
Richardus Eko Indrajit. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.
Jakarta: Gramedia, 2001.
Rowley, JE. Komputerisasi Perpustakaan. Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Proyek
Pengembangan Sistem nasional Perpustakaan, 1997.
Tung, Hkoe Yao. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo, 2000.

Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 265


Whittaker, Kennet. Prinsip-Prinsip Pelayanan Pemustaka Berdasarkan
Perpustakaan. London: Library Association Publishing, 1997.
Yuniarto Nurwono. Manajemen Informasi: Pendekatan Global. Jakarta: Elex
Media Komputindo, 1996.
Zulkifli Amsyah, Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000.

266 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan


Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan 267
268 Modul Diklat Pengenalan Pengelolaan Perpustakaan

Anda mungkin juga menyukai