Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FASILITAS PERPUSTAKAAN RAMAH LNGKUNGAN (ECO-LIBRARY)


SEBAGAI INOVASI MENINGKATKAN KULITAS PERPUSTAKAAN

Mata Kuliah: Perencanaan dan Perancangan Fasilitas Informasi


Dosen: Himmah Dewiyana, S.T., M. Hum.

Disusun Oleh:
INDRI HANINGTYAS
190709028

PROGRAM STUDI S-1 PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur atas ke hadirat Allah swt Tuhan yang Maha Kuasa atas segala
nikmat,berkat, dan pertolongan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Fasilitas Perpusakaan Ramah Linkungan (Eco-Library) sebagai Inovasi
Meningkatkan Kualitas Perpustakaan”. Terimakasih kami ucapkan kepada Himmah
Dewiyana, S.T Selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan dan Perancangan
Fasilitas Informasi yang telah mempercayakan kami untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Penyusunan makalah ini, saya mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada mereka, yang telah memberikan
dukungan, moral, dan kepercayaan yang sangat berarti.
Tentunya masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya dalam makalah saya. Karena saya sebagai mahasiswa masih dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar penulisan makalah ini
menjadi lebih baik pada waktu-waktu yang akan datang.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah .............................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 2


2.1 Pengertian Perpustakaan ..................................................................................... 2
2.2 Pengertian Perpustakaan Ramah Lingkungan (Eco-Library) .............................. 2
2.3 Inovasi ................................................................................................................. 2
2.4 Fasilitas Perpustakaan ......................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................ 4


3.1 Perpustakaan Ramah Lingkungan (Eco Libryary) .............................................. 4
3.2 Fasilitas Perpustakaan Ramah Lingkungan ......................................................... 4
3.2.1 Perpustakaan Digital ..................................................................................... 4
3.2.2 Kebun E-Book .............................................................................................. 5
3.2.3 Playground Anak-anak ................................................................................. 5
3.4 Desain Bangunan Hijau ....................................................................................... 5
3.5 Green Office ........................................................................................................ 6

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 10


4.1 Simpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di era yang penuh dengan informasi cepat seperti sekarang ini, dibeberapa
kalangan tidak sedikit yang beranggapan bahwa perpustakaan adalah hal yang tidak
perlu untuk selalu ditingkatkan atau dikembangkan. Banyak yang mendengar kata
perpustakaan sebagai kata yang terlihat kuno, berisikan buku-buku tua juga tempat
yang membosankan. Disisi lain ada beberapa kalangan yang haus akan informasi dan
pengetahuan sehingga merasa koleksi dan ruangan perpustakaannya terasa kurang
memenuhi kepuasan. Untuk itu banyak juga yang beranggapan membangun
perpustakaan dengan ruangan yang besar agar menampung banyak pengeunjung.
Sehingga harus memerlukan lahan yang banyak dan kemungkinan menebang
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Pembangunan perpustkaan yang besar bukan tolak ukur pepustakaan itu
memenuhi dengan baik pemustakanya. Pembangunan perpustakaan yang besar terlalu
mengorbankan banyak tumbuhan yang mati. Sehingga semakin mengurangi
penghijauan dibumi. Sudah seharusnya kita mengembangkan inovasi pada
perpustakaan yaitu perpustkaan yang ramah lingkungan. Perpustakaan yang sedikit
menguras sumber daya alam. Namun juga memiliki pemenuhan kebutuhan pemustaka
yang tinggi. Untuk mewujudkan itu kita harus menyediakan fasilitas yang juga
mendukung perpustakaan ramah lingkugan.
Berdasarkan hal diatas penulis akan membuat makalah dengan judul “Fasilitas
Perpustakaan Ramah Lingkungan sebagai Inovasi meningkatkan kualitas
perpustakaan”.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu Perpustakaan Ramah Lingkungan?
b. Fasilitas apa saja yang akan menunjang keberlangsungan Perpustakaan ramah
Lingkungan?
c. Bagaimana Desain/Karakteristik Perpustakaan Ramah Lingkungan

1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah


a. Megetahui Apa itu Perpustakaan Ramah Lingkungan
b. Mengetahui Apa Saja Fasilitas yang akan Menunjang Keberlangsungan
Perpustakaan Ramah Lingkungan
c. Mengetahui Desain Perpustakaan Ramah Lingkungan.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perpustakaan


Menurut Sulistiyo Basuki “ perpustakaaan adalah sebuah ruang, sebuah dari
ruang atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan
lainnya yang bisa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca
bukan untuk di jual”. Perpustakaan tidak hanya sebagai pusat belajar dan pusat layanan
bahan pustaka yang sangat penting. Perpustakaan juga berfungsi sebagai tempat
bimbingan, pusat informasi dan pusat rekreasi, pusat blajar mengajar di tengah-tengah
lingkungannya

2.2 Pengertian Perpustakaan Ramah Lingkungan (Eco-Library)


Pradono (2008) yang menjelaskan bahwa perpustakaan ramah lingkungan yaitu
pada dasarnya “green” mengandung prinsip berkelanjutan (sustainable), ramah
lingkungan (earthfriendly), dan bangunan dengan penampilan yang sangat baik (high
performance building).

2.3 Inovasi
Inovasi merupakan suatu ide, praktik, atau objek yang dirasakan seperti baru
oleh seorang individu (Osborne, 2002). Mulgan dan Albury (2003) membagi jenis
inovasi ke dalam 3 macam yakni: (a) Inovasi radikal, (b) Inovasi inkremental, dan (c)
Inovasi Transformatif: Inovasi sistemis dengan perubahan dalam struktur angkatan
kerja dan organisasi mengubah semua sektor hingga sistem organisasi. Inovasi
biasanya erat kaitannya dengan lingkungan yang berkarakteristik dinamis dan
berkembang (Robbins, 1994).

2.4 Fasilitas Perpustakaan


Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fasilitas perpustakaan yaitu
sarana dan prasarana untuk melancarkan fungsi perpustakaan. sarana dan prasarana
perpustakaan adalah semua barang perlengkapan dan perabot ataupun inventaris yang
harus disediakan diperpustakaan. Sarana yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai
sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan (lebih ditunjukan untuk benda-benda
yang bergerak seperti computer dan mesin), prasarana yaitu segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses seperti pembangunan dan
ruang. Sarana dan prasarana perpustakaan untuk setiap jenis perpustakaan jumlah dan
jenisnya tidak sama. Namun sekarang kurangnya memiliki perlenngkapan, perabot dan
peralatan. Berdasarkan Undang-undang perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 BAB IX
Pasal 38 tentang sarana dan prasarana yaitu 1. Setiap penyelenggara perpustakaan
menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional perpustakaan 2.

2
Sarana dan prasarana sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dimanfaatkan dan
dikembangkan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perpustakaan Ramah Lingkungan (Eco Libryary)


Pradono (2008) yang menjelaskan bahwa perpustakaan ramah lingkungan
yaitu pada dasarnya “green” mengandung prinsip berkelanjutan (sustainable), ramah
lingkungan (earthfriendly), dan bangunan dengan penampilan yang sangat baik (high
performance building).

Upaya untuk menciptakan perpustakaan yang berkelanjutan dicapai melalui


penggunaan kembali buku, daur ulang kertas, investasi dalam arsitektur perpustakaan
hijau, menyediakan pemrograman hijau, menyiapkan sistem sepeda untuk pertukaran
pinjaman interlibrary, mendorong staf untuk bersepeda, bekerja di tempat kerja. Kebun
komunitas dan alat pinjaman sendiri (Connell, 2010).
Jadi, perpustakaan ramah lingkungan tidak hanya berfokus pada gedung saja
tapi fasilitas yang disediakan seperti koleksi, dan lain sebainya juga harus
mencerminkan ramah lingkungan. Maka perpustakaan ramah lingkungan juga
berkaitan dengan perpustakaan digital yang koleksinya tidak dengan koleksi fisik
(kertas).

3.2 Fasilitas Perpustakaan Ramah Lingkungan


Fasilitas dan kelengkapan gedung atau ruang memiliki presentase yang kecil di
banding factor lainnya. Factor ini juga sangat perlu mendapat perhatian karena tingkat
keberhasilan bangunan secara umum sangat perlu mendapat perhatian karena tingkat
keberhasilan bangunan secara umum sangat ditentukan oleh kelengkapan,
keberhasilan bangunan secara umum sangat di tentukan oleh kelengkapan ruangan
maupun fasilitas yang ada untuk perencanaan sebuah gedung juga harus
memperhatikan lingkungan dikatakan baik apabila dalam kondisi itu seseorang mampu
melakukan kegiatan secara optimal dengan sehat, aman, dan selamat. Kondisi
lingkungan kerja dipenuhi oleh beberapa factor seperti temperatur, sirkulasi udara,
warna pencahayaan, suara dan tata letak.
3.2.1 Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital menawarkan solusi baru memanfaatkan teknologi berbasis
web. Dengan website maka pengguna perpustakaan dapat dengan mudah mencari
koleksi yang diinginkan, jika tidak ditemukan pengguna dapat menemukannya pada
link perpustakaan digital lainya. Dengan perpustakaan digital masalah ruang dan
waktu pelayanan dapat teratasi.

4
Koleksi elektronik yang dilanggan perpustakaan tersebut dapat diakses oleh semua
komunitas kampus, baik berupa buku, jurnal ilmiah, dan database.
3.2.2 Kebun E-Book
Kebun E-book adalah layanan perpustakaan dimana pemustaka dapat
mengakses dan mengunduh e-book secara gratis dengan koneksi internet yang cepat.
Perpustakaan berlangganan beberapa koleksi e-book untuk memenuhi kebutuhan
koleksi pemustaka. Karena umumnya harga koleksi e-book sangatlah mahal.
Sehingga perpustakaan berinisiatif untuk membuat Kebun E-book. Pemustaka dapat
mengambil semua atau hanya beberapa koleksi ebook tanpa dipungut biaya.
3.2.3 Playground Anak-anak
Menyediakan tempat juga permainan anak-anak dengan koleksi edukasi
sehingga perpustakaan sebagai tempat rekreasi juga edukasi bagi anak-anak. Dan
anak-anakpun tidak merasa bosan saat berada diperpustakaan.

3.4 Desain Bangunan Hijau


The Green Design with Integrative Design dijelaskan oleh Yudelson (2009)
untuk memiliki Sepuluh Perintah Desain Bangunan Hijau yang Efektif Biaya
pembangunan sedini mungkin.: 2

a. Kepemimpinan diminta untuk memastikan penerapan green building melalui


semua langkah.
b. Akuntabilitas diperlukan untuk menetapkan semua peran dan tanggung jawab,
urutan dan persyaratan pelacakan untuk setiap sasaran kinerja lingkungan
dengan menggunakan panduan LEED.
c. Manajemen Proses penting untuk diidentifikasi, dipahami, dialokasikan di
seluruh tim, diurutkan dan diintegrasikan secara benar ke dalam proses tim
desain.
d. Desain Terpadu dapat menghasilkan inovasi desain dan penghematan biaya
yang signifikan jika orang yang tepat harus disertakan pada waktu yang tepat
(mis., Staf operasional bangunan masa depan, estimator biaya, agen
komisioning, dan vendor kontrol)
e. Pemodelan Energi harus diimplementasikan dengan proses perancangan
terpadu dan biaya siklus hidup.
f. Pengkomisian Tambahan (Commissioning Plus) harus mencakup metering,
monitoring, dan strategi pengendalian untuk mendukung verifikasi kinerja
bangunan dan komisioning yang sedang berjalan untuk kehidupan bangunan.

5
Gerakan Perpustakaan Hijau dimulai pada tahun 1990an. Upaya untuk
menciptakan perpustakaan yang berkelanjutan dicapai melalui penggunaan kembali
buku, daur ulang kertas, investasi dalam arsitektur perpustakaan hijau, menyediakan
pemrograman hijau, menyiapkan sistem sepeda untuk pertukaran pinjaman
interlibrary, mendorong staf untuk bersepeda, bekerja di tempat kerja. Kebun
komunitas dan alat pinjaman sendiri (Connell, 2010).

Terkait dengan perpustakaan hijau, masalah pengurangan jejak karbon


perpustakaan adalah yang sangat kompleks dan kontroversial ketika sampai pada
format koleksi. Dalam mengevaluasi dampak lingkungan dari monograf dan sumber
daya elektronik, menjadi jelas bahwa buku pada akhirnya lebih ramah bagi bumi.
Praktik perpajakan perpustakaan untuk memasangkan satu item berkali-kali
bermanfaat bagi orang dan lingkungan karena menggunakan kembali materi secara
ekstensif. Tiga aspek pengembangan koleksi dipertimbangkan: pemilihan bahan yang
isinya menginformasikan dan menilai praktik hijau; Proses de-seleksi yang
memanfaatkan mandat hijau untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan;
Dan pemilihan format material, khususnya cetak atau elektronik, yang menghormati
diktum hijau untuk mengurangi jejak karbon yang dibuat oleh sebuah institusi (Connell,
2010).

3.5 Green Office


Lingkungan kerja di perpustakaan harus dikelola dengan profesional dengan
desain yang green office agar suasana kantor menjadi kondusif dan nyaman untuk
melaksanakan kegiatan mereka. Hal ini diupayakan dengan memprioritaskan yang
lebih baik untuk lingkungan sehingga membuat ruang perpustakaan menjadi lebih
sehat untuk ditempati baik pustakawan maupun pemustakanya. Seperti halnya dengan
penerapan program ramah lingkungan di beberapa kampus di Indonesia yang biasa
dikenal dengan nama kampus hijau (green campus) juga mensyaratkan adanya
parameter tertentu.

Menurut Endang Fatmawati, 2020. Beberapa program dalam green office


sebetulnya perlu ditanamkan kepada para penghuni ruang perpustakaan yaitu sebagai
berikut;

a. Desain letak bangunan yang representatif. Hal ini meliputi arah bangunan
terhadap sinar matahari dan memaksimalkan penggunaan taman dengan
tumbuhan hijau maupun penghijauan ruangan dengan tanaman indoor. Untuk
memperindah ruangan perpustakaan, maka bisa didesain dengan memberi
tanaman indoor, misalnya: di pintu masuk lift; di pojok loker tas; di meja
pustakawan; di sudut ruang; selasar antar tangga naik dan turun; di toilet, dan
di ruang lainnya. Ruang perpustakaan akan tampak asri dan indah jika

6
dilengkapi dengan tanaman indoor. Tanaman hias berfungsi untuk
mempercantik ruangan, menyegarkan ruangan, mengurangi debu di ruangan,
mengurangi stres, mencegah ngantuk, menyehatkan mata, serta sangat
bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Banyak sekali jenis tanaman hias yang bisa
dipilih untuk diletakkan di dalam ruangan perpustakaan.
b. Desain ruang yang fleksibel. Oleh karena desain ruang perpustakaan dapat
mempengaruhi perilaku yang menempati, maka ruang dapat dirancang untuk
memenuhi suatu fungsi yang lebih fleksibel dalam segala aktivitas dan untuk
tujuan tertentu. Ruang perpustakaan yang nyaman dan asri dengan desain yang
modern dapat digunakan untuk acara bedah buku, seminar, diskusi civitas
akademik dan kegiatan konstruktif yang lainnya dalam upaya membumikan
perpustakaan.
c. Efisiensi energi. Potensi penghematan energi pada gedung yang tanpa biaya,
salah satunya adalah perubahan perilaku hemat energi. Hal ini meliputi segala
elemen bangunan yang mengkonsumsi banyak energi, baik secara langsung
maupun tidak. Misalnya: pemilihan kaca jendela, selubung bangunan,
penggunaan peralatan listrik, pengkondisian udara, penggunaan AC, maupun
penggunaan perangkat komputer. Khusus untuk hemat energi komputer, maka
penghuni ruang hendaknya senantiasa mencabut kabel listrik dari stop kontak
saat peralatan tidak lagi digunakan, kemudian juga membiasakan untuk
menggunakan strip sambungan listrik dengan saklar (smart power strip) untuk
seluruh peralatan elektronik.
d. Penggunaan fitur power management. Caranya fasilitas komputer di ruang
perpustakaan yang disediakan untuk pemustaka untuk penelusuran, akses e-
digital, dapat diprogram secara otomatis untuk menyimpan energi sebesar 60-
70%. Untuk contoh konkritnya seperti: mengubah setting komputer dan laptop
yang disediakan di ruang perpustakaan untuk selalu berada dalam keadaan
stand-by mode saat tidak digunakan, menempatkan software PC pada mode
yang menggunakan konsumsi baterai terendah (shutdown, hibernation,
standby), mematikan sistem atau men-setting monitor pada mode sleep jika
tidak digunakan, maupun mengurangi konsumsi Personal Computer (PC).
e. Penghematan air di area gedung perpustakaan. Terobosan inovatif dan kreatif
seperti halnya dengan sistem manajemen tadah hujan (rain harvesting). Artinya
sebagai salah satu usaha untuk melakukan penghematan air dengan cara
memanfaatkan kembali air yang masih layak untuk irigasi taman atau flushing
toilet. Artinya sebagai salah satu usaha untuk melakukan penghematan air
dengan cara memanfaatkan kembali air yang masih layak untuk irigasi taman
atau flushing toilet. Perlu menempel poster atau tulisan di dinding toilet,
misalnya: mohon kran dimatikan setelah digunakan, mohon menggunakan tisu

7
secukupnya, mohon menjaga lantai toilet tetap dalam kondisi kering, dan lain
sebagainya;
f. Efisiensi sumber daya yang meliputi energi dan material-material
pembentuknya. Penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan sesuai
dengan standar SNI dapat meningkatkan performa energi bangunan
perpustakaan. Dengan demikian, dampak negatif yang timbul dari intensitas
penggunaan sumber daya pada bangunan terhadap kesehatan dan lingkungan
dapat dikurangi atau diminimalisir.
g. Penerapan green teknologi informasi. Hal ini berkaitan dengan perencanaan
dan penggunaan infrastruktur teknologi yang bersifat sustainable. Artinya
mampu melayani kebutuhan pada masa sekarang dengan memperhatikan
kebutuhan pada masa yang akan datang. Green ICT tidak terlepas dari
banyaknya sampah elektronik (e-waste) yang antara lain berasal dari televisi,
ponsel, voucher pulsa telepon, maupun jaringan.
h. Perancangan fisik ruang perpustakaan yang menarik pustakawan dan
pemustaka. Hal ini meliputi: ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya,
warna interior ruang, maupun unsur lingkungan ruang (suara, temperatur,
pencahayaan). Saya yakin semua aspek fisik ruang tersebut mempunyai andil
besar dalam mempengaruhi kondisi ruang dan perilaku pemakainya.
i. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) di
lingkungan perpustakaan. Sistem 3R lebih menekankan kepada pengu-rangan
sampah yang lebih bijak dan lebih ramah lingkungan tentunya. Dalam konteks
ini lebih menekankan kepada cara pengurangan sampah yang berbasis
multiguna, sehingga bisa bersinergi dan berkesinam-bungan. Hal ini meliputi
sosialisasi saat pengelolaan sampah mulai dikeluarkan di perpustakaan,
pemahaman dalam pengelolaan sampah, sampai pada pendampingannya
kepada semua unsur yang terlibat. Jadi sangat diperlukan kesadaran
pustakawan terhadap dampak yang ditimbulkan dari sampahsampah yang
sertiap hari semakin menggunung di perpustakaan.
j. Kualitas udara ruang perpustakaan. Hal ini wajib hukumnya untuk dijaga
dengan menghilangkan kotoran debu dan polutan, atau dengan memasukkan
udara segar di dalam ruang perpustakaan dengan menambah ventilasi untuk
sirkulasi udara. Selain itu, bisa menggunakan bahan pembersih ruangan yang
aman dan ramah lingkungan yang intinya dapat mengurangi penyebaran
polutan melalui gas dan udara yang kita hirup di dalam ruangan. Jadi saya
berpendapat bahwa kualitas udara di perpustakaan harus selalu dijaga untuk
kepentingan kesehatan dan kenyamanan pustakawan yang berada di dalamnya.

8
k. Meminimalkan kebisingan seperti bunyi yang tidak diinginkan dari kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan manusia
l. Mempertimbangkan prinsip dasar membuat desain sebuah ruang perpustakaan
yang baik. Hal ini bisa saya contohkan seperti: dengan mengedepankan
kesehatan dan kesejahteraan pustakawan, menyedia-kan lingkungan yang
nyaman dan sehat, desain ruang perpustakaan yang dapat mengikuti perubahan,
mengintegrasikan teknologi terkini dengan peralatan yang mendukung,
menyedia-kan sistem bangunan yang handal dengan konstruksi bangunan yang
kuat dan berkualitas, serta meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
yang tersedia di perpustakaan.
m. Menggunakan pengharum ruang otomatis untuk menjaga kondisi ruang
perpustakaan yang selalu harum dan beraroma segar. Selain itu, jika
memungkinkan perlu mengagendakan pengadaan exhaust fan diantara indoor
dan outdoor, yang fungsi utamanya untuk menghisap udara di dalam ruang
perpustakaan untuk dibuang ke luar kemudian pada saat bersamaan juga
menarik udara segar dari luar ke dalam ruangan.
n. Memanfaatkan kertas bekas untuk bisa dimanfaatkan dan digunakan kembali.
Biasanya di halaman kertas di sebaliknya masih ada yang kosong atau belum
terpakai. Keadaan kertas yang demikian dapat dimanfaatkan kembali untuk
keperluan administrasi kantor. Kertas yang masih kosong misalnya dipotong
kecil-kecil kemudian ditaruh di dekat meja penelusuran atau OPAC untuk
keperluan pemustaka ketika mencatat nomor punggung buku dari hasil
penelusuran online; keperluan corat-coret; keperluan formulir foto kopi, surat
keterangan bebas pinjam, membuat date due slip, mencetak draft laporan yang
masih belum final, menuliskan draft usulan surat, menulis daftar kunjungan,
dan lain sebagainya.

9
BAB IV

PENUTUP
4.1 Simpulan
Pradono (2008) yang menjelaskan bahwa perpustakaan ramah lingkungan yaitu
pada dasarnya “green” mengandung prinsip berkelanjutan (sustainable), ramah
lingkungan (earthfriendly), dan bangunan dengan penampilan yang sangat baik (high
performance building).

Upaya untuk menciptakan perpustakaan yang berkelanjutan dicapai melalui


penggunaan kembali buku, daur ulang kertas, investasi dalam arsitektur perpustakaan
hijau, menyediakan pemrograman hijau, menyiapkan sistem sepeda untuk pertukaran
pinjaman interlibrary, mendorong staf untuk bersepeda, bekerja di tempat kerja.

Factor ini juga sangat perlu mendapat perhatian karena tingkat keberhasilan
bangunan secara umum sangat perlu mendapat perhatian karena tingkat keberhasilan
bangunan secara umum sangat ditentukan oleh kelengkapan, keberhasilan bangunan
secara umum sangat di tentukan oleh kelengkapan ruangan maupun fasilitas yang ada
untuk perencanaan sebuah gedung juga harus memperhatikan lingkungan dikatakan
baik apabila dalam kondisi itu seseorang mampu melakukan kegiatan secara optimal
dengan sehat, aman, dan selamat.
Desain Terpadu dapat menghasilkan inovasi desain dan penghematan biaya
yang signifikan jika orang yang tepat harus disertakan pada waktu yang tepat (mis.,
Staf operasional bangunan masa depan, estimator biaya, agen komisioning, dan vendor
kontrol). Pemodelan Energi harus diimplementasikan dengan proses perancangan
terpadu dan biaya siklus hidup.

Tiga aspek pengembangan koleksi dipertimbangkan: pemilihan bahan yang


isinya menginformasikan dan menilai praktik hijau; Proses de-seleksi yang
memanfaatkan mandat hijau untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan;
Dan pemilihan format material, khususnya cetak atau elektronik, yang menghormati

10
diktum hijau untuk mengurangi jejak karbon yang dibuat oleh sebuah institusi
(Connell, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Sulistyo. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka

Connell, V., 2010. Greening the Library: Collection Development Decisions. Journal
of the New Members Round Table, 1(1), 1 -15.
Fatmawati, Endang. 2020. Kenyamanan Ruang Perpustakaan Dengan Prinsip Green
Office. Jurnal Pustakawan Indonesia. Vol. 18 No. 1
Kamus Besar Bahasa indonesia (KBBI): kamus versi online/daring (dalam jaringan),
http://kbbi.web.id/nyaman
Mulgan, Geoff and David Albury. (2003). Innovation in the Public Sector. Strategy
Unit, Cabinet Office.

Osborne, Stephen P. (2002). Voluntary Organizations and Innovation in Public


Services. Taylor & Francis e-Library.

Pradono, B (2008) Konsep Green Architecture/Arsitektur


Hijau.http://www.astudioarchitect.com/2008/11/konsep-green-architecture
arsitektur_10.html

Robbins, Stephen P., (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, Alih
Bahasa Jusuf Udaya, Jakarta, Arcan
Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, ( Palembang
Pemerintahan Provinsi Sumatra Selatan badan perpustakaan daerah, 2002).
Yudelson, J., (2009), Green Building Through Integrated Design, The McGraw-Hill
Companies, New York.

11

Anda mungkin juga menyukai