ISBN : 9791695229
2
REVIEW BUKU
carolinaaldella3026@gmail.com
Pada paragraf awal bab pertama ini, penulis memberikan pengetahuan dasar
dari perpustakaan digital. Tidak langsung membahas pengertian perpustakaan digital,
namun lebih menekankan pada teknologi dan komputer. Dikatakan pula bahwa
perpustakaan digital seringkali hanya dikaitkan dengan teknologi komputer yang
dianggap berdiri sendiri dan hadir di dunia ini seperti turun dari langit. Penggunaan
majas ‘turun dari langit’ ini dapat berarti sesuatu yang tidak datang melalui sebuah
proses, melainkan sesuatu yang tiba-tiba hadir tanpa ada proses dan perjuangan dari
para pustakawan dan lembaga perpustakaannya.
3
mengetahui adanya jam batu kuno, mereka tidak akan termotivasi untuk menciptakan
inovasi jam yang praktis dan mudah dimiliki siapapun.
4
perpustakaan digital adalah teknologi penyimpanan koleksi elektronik/digital, yaitu
microfilm, DVD, CD-ROM, dan sebagainya. Dengan semakin banyaknya jenis sumber
pustaka, pustakawan tidak perlu khawatir dengan ruangan yang penuh sesak dengan
buku-buku, apalagi ditambah dengan adanya koleksi digital lainnya, seperti e-book
(buku elektronik) dan e-journal(jurnal elektronik).
5
Saat ini ada lebih banyak perpustakaan hibrida dan merupakan model yang
paling pragmatis. Hampir seluruh perpustakaan di Indonesia sudah menyediakan
akses internet bagi pemustakanya untuk menunjang pencarian sumber informasi dan
penggunaan OPAC. Mulai dari perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan umum hingga perpustakaan instansi sudah banyak menyediakan akses
internet untuk memberikan pelayanan maksimal pada para pemustakanya.
Selain itu, Rowland dan Bawden memberikan pemikiran lainnya yang disebut
“Feedback Looping” atau Untaian Umpanbalik. Dalam Gambar 2 dapat dijelaskan
bahwa semuanya bermula dari dunia pikiran(ide). Melalui dunia pikiran dapat berubah
menjadi dunia praktik(aplikasi) melalui teknologi. Dunia pikiran terdiri dari 3 ranah
dalam perpustakaan dan kepustakawanan, yaitu ranah sosial, ranah informasional dan
ranah sistem.
6
perlu memahami kebijakan, peraturan dan perundangan tentang informasi.
Pustakawan harus tahu betul konsekuensinya apabila ada bahan pustaka yang
disalahgunakan, seperti pemelintiran informasi(hoaks), memperbanyak bahan pustaka
tanpa izin dan sebagainya.
7
Gambar 3. Definisi Data, Informasi dan Pengetahuan(sumber:buku)
Hal yang menarik dalam bab ini ialah Putu Laxman Pendit mampu
mengimbangi antara informasi terkait perpustakaan dan teknologi komputer. Suatu hal
yang jarang sekali dapat ditemui pada buku-buku yang lebih memusatkan pada subyek
perpustakaannya, bukan subyek teknologi atau digitalnya. Penulis juga menyebutkan
obyek digital sebagai obyek tak kasat mata. Obyek tak kasat mata ini mampu disalin
dalam jumlah yang tidak terbatas dan dapat dilakukan kapan saja secara terus
menerus.
8
KOLEKSI DAN ASET DIGITAL
Salah satu ciri yang membedakan sebuah obyek digital antara sebagai “isi” dan
sebagai “aset” ialah kenyataan bahwa aset digital merupakan obyek yang sudah
bercirikan kegunaan jelas. Melalui contoh yang diberikan Penulis dalam bukunya,
dapat dimaknai bahwa “aset” obyek digital adalah isi obyek digital yang sudah jelas
berpotensi menjadi pengetahuan untuk digunakan sebagai pengetahuan.
Di era digital saat ini, masyarakat mulai menginginkan informasi instan yang
dapat diperoleh dengan cepat dan efektif. Namun saat ini internet memiliki banyak
sekali informasi-informasi hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Maka dari itu, perpustakaan digital adalah solusi tepat untuk mencari
informasi-informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan
semua sumber informasi di perpustakaan memiliki keterangan yang jelas terkait
pengarang, penerbit dan sebagainya yang dapat dipertanggungjawabkan.
9
METADATA, BAHASA DAN KOMUNIKASI
10
Gambar 4. Diagram Polan(sumber:buku)
11
Gambar 5. Contoh skema metadata METS(sumber:buku)
Dalam bab ini lebih mengulas pada benda-benda pustaka yang dapat
dilestarikan dan digitalisasi. Dalam bab ini, Penulis juga menyebutkan UNESCO dalam
pelestarian pusaka. Di dalam pusaka, terdapat pusaka digital. Sebagian dari pusaka
digital merupakan hasil reproduksi digital dari karya-karya yang telah ada, dapat
berupa teks, gambar, suara, audio-visual, suara atau film. Seperti, contohnya,
digitalisasi teks Proklamasi Kemerdekaan RI, digitalisasi Piagam Jakarta, digitalisasi
foto Bung Karno dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan sebagainya.
12
Hal ini sebagai upaya melestarikan pusaka negeri agar tidak hilang terkikis
zaman. Apabila teks-teks kuno itu telah rusak dan tidak dapat dibaca lagi, maka
masyarakat dapat mengakses bentuk digitalnya melalui internet. Hal ini juga dapat
menghindari melupakan sejarah dan tradisi negara, juga pencurian pusaka negara
oleh negara lain. Sebagai contoh, Malaysia telah banyak mengklaim budaya asli
Indonesia sebagai budaya mereka. Apabila Indonesia tidak punya bukti-bukti
budayanya sendiri, maka Indonesia tidak berhak memprotes Malaysia. Namun, jika
Indonesia memiliki banyak bukti fisik terkait budayanya sendiri, seperti foto, video,
lukisan dan sebagainya , hal itu dapat menjadi kecaman bagi Malaysia.
Seperti yang ditampilkan pada Gambar 6, ada proses pemindaian dari bentuk
fisik menuju bentuk digital. Setelah proses pemindaian selesai, maka melalui OCR
sudah dapat menjadi bentuk digital dengan format sesuai yang dibutuhkan.
13
Pada bab ini, Penulis menampilkan pula sejarah awal perpustakaan hibrida
pada Perpustakaan Universitas California, Perpustakaan Universitas Harvard,
Perpustakaan Universitas Virginia dan Perpustakaan Universitas Michigan. Dinyatakan
pula perpustakaan hibrida pada Universitas California sudah dimulai pada tahun 1996
guna mengantisipasi krisis finansial yang sedang melanda Amerika Serikat kala itu.
Jadi, sejak adanya teknologi komputer dan jaringan internet, pustakawan sudah mulai
membuat perpustakaan online guna menambah koleksi online agar koleksi-koleksi
perpustakaan tidak hanya terpusat pada buku-buku saja.
14
DAFTAR PUSTAKA
Jaka Anindita. 2000. Tantangan Menuju Era Perpustakaan Digital. Diakses melalui
http://www.pnri.go.id/magazine/tantangan-menuju-era-perpustakaan-digital-2/
pada 8 Februari 2018
Bayu Setiawan. 2011. Buku: Harta Abadi Peradaban Manusia. Diakses melalui
https://www.kompasiana.com/sahadbayu/buku-harta-abadi-peradaban-
manusia_5500d137813311275efa7fcd pada 8 Februari 2018
15