Anda di halaman 1dari 7

Ishak Y.

Goi
125030706111002

Kontradiksi perpustakaan digital dan perpustakaan konvensional

Pendahuluan

Dewasa ini marak-maraknya trend digital. Dari desa sampai kota orang-

orang selalu menggantukan setiap aktifitasnya tidak dapat terlepas dari digital.

Al hasil kata digital hampir menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat,

baik sosial, ekonomi politik dan budaya. hampir sebagian orang tidak dapat

terelakan dari kehidupan digital yang notaben perjalanannya dari waktu ke

waktu makin tak menentu mengikuti perkembangan zaman yang serba instan,

cepat, dan tidak menentu. Begitu halnya juga dengan perpustakaan yang tidak

mau ketinggalan zaman. Dari praktisi maupun akademisi berlomba-lomba untuk

menciptakan terobosan-terobosan baru guna mengikuti arus perkembangan

teknologi hingga saat ini. Tujuan dari pengembangan perpustakaan digital ini

tak lain adalah di sesuaikan dengan perilaku dan kebiasaan serta permintaan

dari pengguna, agar mereka dapat mengakses berbagai informasi yang di

butuhkan tanpa harus di batasi oleh ruang dan waktu. Dan saat ini semua

perpustakaan mengarah ke arah perpustakaan digital.


kalau di lihat dari historiografinya perpustakaan digital di dunia di awali

pada tahun 1945 oleh vannevar bush yang mengeluhkan penyimpanan

informasi manual yang menghambat publikasi penilitian-penelitian yang telah

di publikasikan. Selama dekade 1950-an dan 1960-an keterbukaan akses

terhadap koleksi perpustakaan terus diusahakan oleh peneliti, pustakawan, dan

pihak-pihak lain, tetapi teknologi yang ada belum cukup menunjang. Padfa

tahun 1980an bahan pustaka mulai di automasi dengan komputer, namun

mengingat biayanya cukup mahal. Akhirnya pada tahun 1990an ada beberapa

perpustakaan mulai menggunakan komputer yang mengolah bahan koleksi

mulai dari katalog, layanan sirkulasi dan lain sebagainya. Dan itu dalam jumlah

yg sedikit. Kalau melihat perkembangannya sampai dengan saat ini perjalanan

perpustakaan digital sangat cepat. Kita tidak dapat memprediksi 20 atau 30

tahun kedepanya perpustakaan akan seperti apa. Dalam tulisan ini akan

membahas kontradiksi transformasi perpustakaan konvensional ke perpustakaan

digital yang menurut saya sangat bertentangan dengan prinsip pelayanan

perpustakaan pada umumya.

1.2 kondisi perpustakaan digital

Pada umumnya perjalanan perpustakaan digital dari waktu ke waktu

mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Semua orang dalam mencari

informasi yang di butuhkan sangat bergantung pada jaringngan TI. Dan


kemudian peluang ini di manfaatkan secara baik oleh pustakawan-pustakawan

untuk terus mengembangkan dengan menghadirkan berbagai macam inovasi,

terobosan-terobosan baru khususnya di dunia perpustakaan, sehingga pemustaka

merasa kecanduan dengan informasi dan pelayanan maya yang di berikan. Saat

ini indonesia tak mau ketinggalan zaman, dari pihak akademisi dan praktisi

bersinergi dengan pemerintah untuk mengembangkan perpustakaan digital yang

ada di indonesia. Hal ini di lakukan dengan tujuan untuk memenuhi informasi

publik yang di butuhkan oleh masyarakat sebagai konsistensi untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan yang di amanatkan dalam

undang-undang dasar 1945.

1.3 konsep perpustakaan digital

Konsep perpustakaan digital yang di kembangkan di indonesia pada saat

ini sama dengan konsep perpustakaan digital pada umumnya. Yaitu

mengembangkan koleksinya dalam bentuk digital yang dapat di akses secara

bebas dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun tanpa harus di batasi oleh ruang

dan waktu. Namun pada perjalananya perpustakaan digital yang ada saat ini di

indonesia belum sepenuhnya bisa di katakan perpustakaan digital tulen, lebih

tepatnay di sebut sebagai perpustakaan hibrida, karena masih menerapkan

koleksi campuran antara pperpustakaan konvensionl dan koleksi digital. Tapi

tidak menutup kemungkinan bebrapa tahun ke depan akan mengalami

transformasi seutuhnya menjadi perpustakaan digital, karena ada satu dan lain
hal yang menjadi alasan sehingga belum bisa di wyujudkan menjadi

perpustakaan digital seuituhnya. Salah satu alasan yang utama adalah besarnya

anggaran untuk mentransformasikan koleksi-koleksi dari tercetak ke digital.

Alasan keduanya adalah tidak semua orang terlalu suka dengan membeca dalam

bentuk elektronik, karena kita harus sadari perpustakaan digital ini adalah hal

yang baru dan saat ini bisa kita katakan era transformaasi di dalamnya terdapat

orang-orang yang terbiasa dengan koleksi tercata (orang tua) dan sebagaian

yang hidup di era milenium yang sudah terbiasa dengan hal digital (kaum

muda). Sehingganya tidak dapat di paksakan untuk menjadi perpustakaan digital

seutuhnya.

1.4 permasalahan

Jika dilihat dari perjalanannya hingga saat ini perpustakaan digital bisa

dikatakan perkembanganya sangat baik. Dengan waktu yang sangat singkat

bissa dikenal dan di terima oleh sebagian besarmasyarakat yang ada di seluruh

dunia. Melihat perkembangannya yang sangata cepat ini menimbulkan

kekhawatiran saya selaku penulis. Saya melihat adanya kontradiksi antara

prinsip pelayanan perpustakaan dan perpustakaan digital. Bagaimana tidak,

dalam berbagai teori ilmu perpustakaan selalu di anjurkan dan di tekankan

bagaimana kita selaku pustakawan bisa memberikan pelayanan prima terhadap

user. Memang pada dasarnya perpustakaan digital merupakan salahsatu

pelayanan yang di berikan oleh pustakawan. Tapi ada kekhawatiran besar dalam
hati saya tentang ancaman dari perpustakaan digital ini. Ada setu teori

mengatakan bahwa keberhasilan suatu perpustakaan tidak dilihat dari sebwerapa

banyak koleksinya, bukan dari gedung perabotan yang mewah, bukan juga dari

mnenjmennuya yang serba menggunakan komputer. Tapi keberhasilan suatu

perpustakaan adalah seberapa banyak pengunjung yang mengunjungi

perpustakaan tersebut. Sedangkan jika perpustakaan-perpustakaan digital fokus

mengembangkan perpustakaan digitalnya yang serba online dan bersifat

elektronik yang bisa di akses oleh semua pihahak kapan saja dan di mana saja.

Pertanyaannya adalah akan seperti apa perpustakaan-perpustakaan konvensional

kedepannya.? Sedangkan kalau kita mengacu pada teori yang di sebutkan di

ataspengunjung yang berkunjung secara online tidak bisa di jadikan satu

parameter keberhasilan suatu perpustakaan. kekhawatiran terbesar adalah

jangan sampai pustakawan tergantikan oleh ahli-ahli IT yang notabenya orang

yang tidak paham dengan dunia perpustakaan. kalaupun pengunjung secara

online biisa di jadikan parameter takutnya perpustakaan-perpustakaan akan

memanipulasi data. Dengan menyerang server sehingga seperti banyak yang

berkunjung secara online. Hal ini pernah berangkat dari pengalaman saya krtika

mendaftarkan salah seorang teman di kepolisian dengan sisitem online.

Servernya yang terlalu sibuk sehingga sulit untuk mengaksesnya dan hal

tersebut di katakan sebagai p-engunjung yang terbanyak. Inilah yang

permasalahan yang tentunuya menjadi perhatian kita bersama.


1.5 solusinya

Sekiranya dari puhak pemerintah memperhatikan hal ini. Harapannya ada

peraturan jelas yang mngatur permasalahan ini. Antara mana ranah

perpustakaan dan mana ranah ahli IT. Kalaupumn di paksakan untuk bersinergi

antara pustakawan dan ahli IT tidak menjadi permasalan, yang terpenting adalah

kejelasan dari ranah masing-masing. Jangan sampai ketika dalam perjalananya

nanti antara satu sama lain saling menjatuhkan.

1.6 penutup

Dari tulisan di atas mohon maaf atas kekurangannya, tulisan ini hanyalah

sebagai kekhwatiran saya selaku penulis yang masih awam tentang dunia

perpustakaan digital. Mohon tanggapannya apabila memang salah. Takutnya ini

hanya merupakan kegagalan faham saya sendiri. Semoga dari sedikit ini

bermanfaat dan menjadi bahan perhatian kita bersama. Semoga kita semua

termasuk dalam orang-orang yang di muliakan oleh sang pencipta karena kita

adalah orang-orang yang selalu dan senantiasa enajaga ilmu pengetahuan..

terimakasih. Salam hangat dari saya.. ☺

1.7 daftar pustaka

http://mentariauliasnapal.blogspot.com/2014/11/sejarah-perpustakaan-

digital.html
http://digilib.undip.ac.id/index.php/component/content/article/38-lain/

artikel/277-perpustakaan-digital-di-indonesia-sebuah-pandangan

Anda mungkin juga menyukai