Anda di halaman 1dari 3

PERAN DOKUMEN DALAM MEMBANTU PROMOSI PERPUSTAKAAN DIGITAL

Pada era digital ini, perpustakaan sebagai lembaga informasi tentunya akan kembali ke sifat
asalnya, yakni organisasi yang bersifat 'hidup' yang kemudian beradaptasi dengan kemajuan
zaman. Dengan begitu, lembaga perpustakaan di dunia cepat atau lambat akan dihadapkan
pada situasi untuk mengadopsi teknologi ke dalam sistem operasional mereka untuk
menghadirkan sebuah bentuk perpustakaan yang baru: perpustakaan digital.

Di sisi lain, segala sesuatu pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-
masing, termasuk konsep perpustakaan digital ini. Jika dianalisis dari segi positif,
perpustakaan digital akan membantu lembaga perpustakaan untuk berubah dan
menyeimbangkan diri dengan kebutuhan informasi masyarakat yang kian lama kian naik.
Kelak, tidak dapat dipungkiri bahwa perpustakaan digital juga akan meningkatkan peran dan
kontribusi pustakawan dalam pelayanan informasi kepada masyarakat.

Dan jika dianalisis dari segi negatif, perpustakaan digital membutuhkan kesiapan
pustakawan serta lembaga perpustakaan itu sendiri, dimulai dari sarana dan prasarana, hingga
kompetensi individu pustakawan. Di samping itu, beberapa bentuk adaptasi sistem
perpustakaan ke bentuk digital juga mendatangkan tantangan baru, baik bagi pemustaka dan
pustakawan yang menggunakannya. Salah satu contohnya adalah buku digital, dengan buku
tersebut bibliotherapy atau terapi kejiwaan dengan membaca tidak dapat terwujudkan, alih-
alih justru menimbulkan gangguan pada kesehatan apabila frekuensi interaksi dengan
penggunanya cukup tinggi. Buku digital juga membuat pembacanya kesulitan untuk fokus
kepada kegiatan membaca mereka dikarenakan adanya media massa yang hadir beriringan
dengan sistem perpustakaan digital di gadget mereka.

Menanggapi hal ini, Dr. Rulli menyatakan bahwa lembaga perpustakaan pada
akhirnya akan tetap mengikuti perkembagan teknologi digital. Beliau mengambil contoh
kasus tentang frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah yang kian menurun.

Menurut Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, minimnya pengunjung perpustakaan sekolah tidak
sekadar dikarenakan malasnya siswa sekolah membaca buku fisik di era digital ini,
melainkan juga disebabkan oleh hal-hal lain yang jauh lebih kompleks, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Perpustakaan sekolah tidak dipandang sebagai prioritas utama oleh pihak institusi
(pemerintah maupun yayasan sekolah).
2. Meskipun mungkin berjumlah banyak, mayoritas koleksi yang dimiliki perpustakaan
sekolah masih tidak memenuhi kebutuhan informasi pemustaka dari kalangan siswa.
3. Perpustakaan sekolah tidak didesain dengan tujuan menarik minat siswa sehingga
cenderung terkesan biasa saja dan membosankan.

Apabila dirunutkan, tiga permasalahan di atas akan berdampak kepada citra


perpustakaan di mata masyarakat sekolah, utamanya terhadap mindset para siswa yang masih
dalam tahap pembelajaran. Atas kondisi tersebut, Dr. Rulli memiliki gagasan solusi untuk
menarik kembali minat siswa ke perpustakaan dengan mengadopsi beberapa teknologi yang
sudah secara familiar digunakan oleh masyarakat umum seperti yang dijabarkan di bawah ini.

1. Saring buku-buku yang paling diminati siswa, pilih beberapa yang dinilai tetap
memiliki sisi edukatif, kemudian beli bentuk digital dari seluruh buku tersebut.
2. Scan isi buku kemudian upload ke website perpustakaan sekolah.
3. Manfaatkan Adobe Firefly dan teknologi AI untuk menyemarakkan konten buku dan
meningkatkan antusiasme para siswa dalam menikmati isi buku-buku tersebut.

Solusi di atas, menurut Dr. Rusli, tidak menuntut pihak pustakawan untuk
menghabiskan banyak uang. Hanya dengan modal untuk membeli buku dan perangkat
elektronik sederhana untuk mengelolanya dalam bentuk digital, maka bisa dihasilkan
berbagai konten (tulisan, gambar, suara, dan video) yang dapat menarik perhatian siswa ke
mode perpustakaan digital layaknya mereka tertarik dengan konten-konten digital lain yang
sedang trending atau populer di media massa. Namun, beliau juga menyatakan bahwa
keberhasilan dari solusi beliau juga akan kembali lagi pada kualitas SDM pustakawan yang
mengelola perpustakaan sekolah. Sebrilian dan sekreatif apapun gagasan yang diajukan untuk
mempromosikan perpustakaan digital, apabila para pustakawan tersebut tidak memiliki
kompetensi untuk mengeksekusi programnya, maka akan hasil yang diterima tidak akan
memenuhi ekspektasi. Maka dari itu, seperti yang beliau simpulkan, permasalahan utama
yang harus terlebih dahulu diselesaikan adalah tentang bagaimana cara agar perpustakaan
sekolah memiliki pustakawan yang benar-benar memiliki gairah dan keahlian di bidang yang
dijalaninya.
KESIMPULAN

Dokumen, atau jika saya meminjam istilah Manajemen Basis Data: ‘Kumpulan Rekod’,
dengan pengaksesan secara digital (umumnya dengan bantuan internet/bersifat online) akan
mempermudah lembaga perpustakaan untuk mempromosikan bentuk perpustakaan digital
mereka kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peralihan minat masyarakat dari
media informasi tercetak/fisik (seperti koran, tabloid/majalah, buku, dll.) ke media informasi
berbentuk digital. Mayoritas masyarakat cenderung menikmati informasi yang disampaikan
dengan konten-konten media digital yang menarik dan trendy. Dengan begitu, alangkah
baiknya jika lembaga perpustakaan juga bisa menyesuaikan diri dengan minat masyarakat di
era ini untuk tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan informasi
masyarakat yang valid dan terpercaya.

Anda mungkin juga menyukai