Anda di halaman 1dari 12

LEADERSHIP 3.

0 : KRITERIA KEPALA PERPUSTAKAAN DI


ERA INFORMASI GLOBAL
By Dian Kristyanto
Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
email : dian.kristyanto@gmail.com

1. Latar belakang
Era informasi yang semakin terbuka, memberikan banyak perubahan pada
masyarakat. Kebutuhan menjadi bertambah dengan adanya informasi, serta
menjadikan masyarakat lebih konsumtif terhadap sesuatu hal yang baru. Informasi
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Salah
satu yang terlihat adalah masyarakat telah terbuka dengan sosial media di internet,
penggunaan gadget yang tidak lagi untuk kirim pesan maupun telepon, dan masih
banyak lagi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indonesia
mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial. Sementara Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP)
menjelaskan bahwa Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar
setelah USA, Brazil, dan India. Lebih jauh lagi Menurut data dari Webershandwick,
perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah
Indonesia mengemukakan ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33
juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat
mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang
memakai perangkat mobile per harinya1.
Data tersebut sangat jelas menggambarkan kondisi masyarakat indonesia yang
sangat terbuka dengan masukkan teknologi informasi. Media informasi memberikan
penawaran menarik bagi masyarakat yang menjadikannya lebih konsumtif.
Keterbukaan informasi telah memunculkan banyak istilah baru dimasyarakat seperti
netizen, sosmed, fesbukers, dan lain sebagainya.
1

Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam http://kominfo.go.id/index.php


/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VIiZeCznHpM.
Diakses pada tanggal 11 Desember 2014

Dengan adanya perubahan kebiasaan di masyarakat akibat dari perkembangan


teknologi informasi, bagaimana kontribusi lembaga penyedia informasi dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat ? apalagi masyarakat mulai berpaling
dengan lebih memilih menggunakan gadget daripada harus datang ke pusat informasi
seperti perpustakaan.
Pusat informasi seperti perpustakaan yang notabene merupakan pemeran
utama dalam hal penyedia informasi terakhurat, mulai terusik dengan perkembangan
teknologi informasi. Perpustakaan seakan menjadi lebih tenggelam diantara ribuan
gadget yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gadget menjadi pusat informasi bergerak
(Mobile Information Centre) yang memberikan kemudahan akses kepada masyarakat,
selain itu memiliki fitur lain yang memiliki nilai guna yang bermanfaat bagi
pemakainya. Sedangkan perpustakaan masih sibuk dengan transisi fungsi akibat
adanya teknologi informasi.
Banyak isu muncul di perpustakaan akibat pergantian peran dari pelayanan
manual ke arah teknologi informasi. Isu yang berkembang mencakup masalah
kompetensi

pustakawan

terhadap

penggunaan

teknologi

informasi,

kurang

memadainya fasilitas yang ada, beban kerja yang bertambah sementara kesejahteraan
kurang dan sampai dengan pemilihan kepala perpustakaan yang tidak memiliki
pengetahuan perpustakaan. Isu tersebut terus bergulir dan selalu menjadi kerikil yang
menghambat kinerja perpustakaan sebagai penyedia informasi.
Isu tentang pemilihan kepala perpustakaan menjadi masalah yang sangat
menarik untuk diulas. Selama ini yang menjadi fokus kajian hanya berputar pada
pelayanan dan kompetensi pustakawan, sehingga masalah kepemimpinan menjadi
sedikit terpinggirkan. Kepala perpustakaan sering didominasi oleh orang-orang yang
tidak memilih pendidikan perpustakaan, kebanyakan isu yang berkembang bahwa
kepala perpustakaan banyak yang berasal dari pejabat mutasi seperti yang terjadi pada
perpustakaan umum daerah, sedangkan level perguruan tinggi banyak yang berasal
dari lingkungan dosen maupun pejabat setingkat diatasnya. Dari masalah tersebut
muncul pertanyaan bahwa apakah salah jika perpustakaan di pimpin oleh orang non
pustakawan ? terlebih masih kurangnya pustakawan yang memunculkan diri untuk
jadi pemimpin perpustakaan.
Berdasarkan aturan yang berlaku kepala perpustakaan harus memiliki
pendidikan perpustakaan minimal S2 (strata dua) hal itu telah diatur dalam UU No 43
tahun 2007. Akan tetapi melihat perkembangan teknologi serta persaingan bisnis yang
2

semakin ketat, yang dibutuhkan perpustakaan adalah pemimpin yang kompeten untuk
menghadapi tantangan yang muncul dari dalam organisasi maupun dari masyarakat
penggunanya. Perpustakaan membutuhkan seorang leadership yang tidak hanya
mengerti secara teknis masalah perpustakaan, namun harus memahami konsep
pemimpin dengan baik. Sebagai contoh adalah sosok Mahmoud Ahmadinejad,
Presiden Iran terpilih dengan mayoritas suara 61% tersebut merupakan salah satu
Presiden pemberani yang selalu diolok-olok oleh Barat ini juga diketahui hanya
mengambil seperempat gajinya. Disetiap rapat bersama para menterinya ia selalu
berpesan untuk menjalani hidup penuh kesederhanaan2. Di sisi lain ada pula Jack
Lowe yang adalah pendiri TD Industries, sebuah perusahaan kontraktor yang
berdomisili di Dallas, Texas yang mewajibkan semua pegawai yang bekerja sebagai
supervisor ke atas harus melalui program pelatihan di bidang servant leadership dan
kepada para pegawai baru diberikan satu kopi dari tulisan Greenleaf itu (The Servant
as Leader).3 Pustakawan yang memiliki jiwa leardership tinggi masih belum muncul
selain itu pustakawan masih disibukan dengan masalah profesi, kompetensi,
profesionalisme kerja dan sebagainya.
Siapapun pemimpinnya diharapkan perpustakaan dapat kembali menjadi pusat
informasi yang populer dimata masyarakat, serta memberikan pelayanan terbaik untuk
kepada masyarakat. Untuk itu makalah ini dibuat guna membahas kriteria kepala
perpustakaan di era keterbukaan informasi, sehingga dapat memberikan pengetahuan
kepada semuanya tentang konsep pemimpin yang ideal bagi perpustakaan.
2. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas tentang
kepemimpinan di era sekarang ini, maka untuk rumusan masalah dalam makalah ini
adalah tentang Bagaimana penerapan Leadership 3.0 sebagai konsep kepemimpinan
perpustakaan di era teknologi informasi .
3. Metodologi

10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org/humaniora/10-pemimpinnegara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal 11 Desember 2014
3

Indrapradja, Frans. Pemimpin yang Melayani (Servant Leader). Dalam


http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2014/03/23/pemimpin-yang-melayani-servant-leader-640985.html. Diakses
tanggal 11 Desember 2014

Adapun metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah


dengan menggunakan metode studi pustaka. Metode ini digunakan untuk mempelajari
lebih luas tentang kepemimpinan serta konsep Leadership 3.0 secara spesifik. Studi
pustaka dilakukan dengan mengacu kepada sumber-sumber yang berasal dari literatur
buku maupun jurnal ilmiah yang terkait.
4. Kajian Pustaka
1. Perpustakaan
Menurut International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA)
yang dikutip Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa perpustakaan sebagai kumpulan
materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer
yang di susun secara sistematis untuk digunakan oleh pemustaka4. Sementara itu
secara umum perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat
buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai5.
Lebih lanjut Longman6 mendefinisikan perpustakaan dengan menjadi beberapa
definisi yaitu antara lain :
a. a building or part of a building which contains books that may be borrowed by
the public (public library) or by members of a special group
b. a collection of books.
c. a room or other place where books are kept and may be looked at, usually with
tables at which to study.
d. a set of books looking alike, usually on related subjects.
Sementara itu fungsi perpustakaan menurut beberapa sumber pada umumnya
memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyimpanan
Perpustakaan

bertugas

untuk

menyimpan

koleksi

(Informasi)

yang

diterimanya.
b. Pendidikan
Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih mereka yang
sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah atau putus sekolah.
c. Penelitian
4

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993).


Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013) Hlm 2.
6
Fadleli, Odo. Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress) dipresentasikan dalam seminar Perpustakaan
di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007, hlm 1.
5

Perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai macam koleksi (informasi)


untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai.
d. Informasi
Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemustaka yang disesuaikan
dengan jenis perpustakaan.
e. Rekreasi Kultural
Perpustakaan berfungsi menyimpan khasanah budaya bangsa7.
2. Teknologi Informasi
Sebelum lebih jauh mendefinisikan tentang teknologi informasi, terlebih dahulu
melihat pengertian tentang teknologi. Menurut Goetch8 teknologi adalah "upaya"
untuk mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusia dengan
memanfaatkan peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources). Sedangkan
Pengertian Informasi Menurut Davis9, Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat bagi

pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.


Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda bekerja dengan
informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan
informasi10. Dalam lingkup perpustakaan, Sulistyo-Basuki menyatakan bahwa
Teknologi Informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan,
mengolah, menghasilkan, dan menyebar- luaskan informasi11

3. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya12. Sementara itu pendapat lain datang dari
Kaith Davis13 yang menjelaskan tentang defenisi kepemimpinan adalah
kemampuan mempersuasi orang-orang untuk mencapai tujuan yang tegas dengan
gairah. Dalam kepemimpinan dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat untuk
7

Ibid Hlm 4
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and you. (New York: Delmar Publishers, 1987)
9
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. (Jakarta: PT Pustaka Binamas
Pressindo, 1991), Hal 28.
10
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrows Advantage Today. (New York : McGraw-Hill, 1996)
11
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan Informasi. Makalah
disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi Propinsi Jateng 2003.
12
Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria.( Jakarta:Graha Ilmu, 2004)
13
Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) Hlm 4.
8

menunjukkan karakteristik dari seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya.


Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi14. Pada
dasarnya karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Pemimpin adalah seorang yang belajar seumur hidup
Pemimpin tidak hanya memiliki pendidikan formal, akan tetapi juga memiliki
pendidikan yang ditempuh dari jalur non formal seperti pengalaman,
pelatihan, observasi.
2. Pemimpin harus berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama
3. Pemimpin dapat membawa energi yang positif
Pemimpin harus mempunyai energi dan semangat yang didasarkan pada
keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain15.
5. Pembahasan

1. Pustakawan dan kemampuan memimpin perpustakaan


Perpustakaan yang notabene merupakan lembaga penyedia informasi yang
sistematis dan memiliki standard baku dalam mengelolah informasi tidak akan
lepas dari seorang pustakawan. Dua elemen tersebut tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, karena sifatnya yang saling membutuhkan. Pustakawan adalah
orang yang bekerja di perpustakaan atau lembaga sejenisnya dan memiliki
pendidikan perpustakaan secara formal. Pustakawan merupakan sebuah profesi
yang dapat disejajarkan dengan profesi lain seperti dokter dan pengacara, namun
pada kenyataannya pustakawan masih kurang percaya diri terhadap profesi yang
disandangnya.
Menurut Abraham Flyner dalam Purwono (2013) menyatakan bahwa suatu profesi
minimal harus memenuhi syarat :
a. Merupakan pekerja intelektual, yakni melakukan kegiatan itu merupakan
intelegensia yang bebas pada suatu masalah dengan tujuan untuk menguasai
dan memahaminya.

14
15

Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. (Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997)
Ibid, Hlm 6

b. Merupakan pekerja praktek, tugas-tugas itu tidak hanya berupa teori-teori


akademis akan tetapi dapat diterapkan
c. Merupkan pekerja keilmuan, didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berasal
dari suatu cabang ilmu pengetahuan
d. Terorganisir sistematis, memiliki standar dan prosedur pelaksanaan serta
memiliki parameter hasilnya
e. Merupakan pekerja altruisme, jenis kegiatan yang menitik beratkan pada
kepuasan masyarakat yang dilayaninya dan bukan sekedar mencari kepuasan
diri16.
Pustakawan sangat jelas sebuah profesi, jika melihat dari penjelasan tentang syarat
sebuah profesi yang ada diatas. Semua syarat prefesi pustakawan terpenuhi karena
pada dasarnya profesi tersebut telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat.
Pustakawan sangat mampu dalam memimpin perpustakaan, hal itu dikarenakan
pustakawan adalah seorang profesional yang didapatkan dari pendidikan serta
pengalaman

di

bidangnya.

Peluang pustakawan untuk

menjadi

kepala

perpustakaan sangat terbuka, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya Perpu No
24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007, dimana pada pasal 40
ayat 1(a) dijelaskan bahwa kepala perpustakaan harus berpendidikan minimal S2
perpustakaan atau S1 perpustakaan untuk level dibawah perpustakaan nasional
dan perguruan tinggi.
Untuk jadi seorang kepala perpustakaan dan mengemban tugas memimpin
manajemen perpustakaan, maka secara pengalaman dan pendidikan seorang
pustakawan

sudah

dikatakan

mampu

untuk

dijadikan

kandidat

kepala

perpustakaan. Akan tetapi, dalam profesi pemimpin dalam suatu organisasi


terutama dalam skala besar seperti perpustakaan, maka seorang pustakawan harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Aplikasi yang kompeten (competent application)
c. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
d. Pengontrol diri (self control)
e. Sanksi Masyarakat (community Sanction)17
16

Ibid, Hlm 54-55

Pustakawan hendaknya

memiliki kriteria profesi pemimpin sebelum maju

menjadi kepala perpustakaan. Hal tersebut sangat beralasan, karena perpustakaan


adalah penyedia jasa informasi dimana tugas pokok adalah melayani masyarakat.
Apabila seorang kepala perpustakaan tidak memiliki salah satu dari kriteria
pemimpin maka sudah selayaknya dikatakan kurang berhasil dalam menjalankan
manajemen perpustakaan dengan baik.
2. Leadership 3.0 sebagai dasar kepemimpinan perpustakaan di era teknologi
informasi
Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, menuntut
manajemen organisasi dalam melakukan perombakan dengan menyesuaikan
teknologi informasi yang ada. Salah satu yang menjadi penting adalah bagaimana
kriteria pemimpin yang ideal dalam menghadapi perkembangan seperti sekarang
ini. Dalam organisasi perpustakaan juga memerlukan sosok pemimpin yang dapat
memanfaatkan teknologi informasi dengan baik serta memiliki produktifitas serta
karakteristik yang cukup dalam memimpin organisasinya.
Dalam leadership 3.0 merupakan kepemimpinan yang didasarkan kepada
kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain di sekitarnya, secara
sukarela tanpa paksaaan orang-orang tersebut taat dan patuh dalam mengikuti
setiap kebijakan atau kehendak sang pemimpin. Ketiga unsur yang terdapat dalam
leadership 3.0 harus dapat dimiliki oleh seorang pemimpin di dalam
perkembangan yang didominasi oleh informasi seperti saat sekarang ini. Seorang
pemimpin harus mengerti informasi dan mengelolahnya dengan baik, selain itu
pemimpin juga harus mampu menggerakkan organisasinya dengan informasi yang
di milikinya. Pada era seperti sekarang ini, seorang pemimpin yang tidak memiliki
kekuatan dalam mengolah informasi, maka belum dapat dikatakan berhasil dalam
memimpin organisasinya.
Stephen J. Samson18 seorang psikolog dan pionir Social Intelligence Skills,
menjelaskan bahwa terdapat enam aspek yang mendukung kehadiran seorang
Leadership 3.0, yaitu aspek physicality, intellectuality, emotionality, sociability,
personability, dan moralability.

17

Ibid, Hlm 10
18
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang. (Jakarta :
Markplus Institute, 2012)

a. Aspek physicality terkait dengan hal-hal fisik yang akan mempengaruhi


persepsi orang lain tentang kemampuan kepemimpinan seseorang
b. Aspek intellectuality terkait dengan kemampuan seorang pemimpin dalam
mengelola cara pikir sehingga bisa memberikan pengaruh yang lebih efektif
kepada orang lain.
c. Aspek emotionality berkaitan erat dengan kemampuan seseorang dalam
mengelola emosi, baik emosi pribadi maupun orang lain sehingga dapat lebih
mengoptimalkan pengaruh kepada orang lain.
d. Aspek sociability berhubungan dengan kemampauan untuk membangun
jaringan social sebagai modal dasar dalam melebarkan pengaruh yang
dimilikinya.
e. Aspek personability, merupakan salah satu aspek yang menjadi pondasi
sebuah kepemimpinan yang berkaitan dengan kesadaran tentang hakikat diri
serta visi-misi pribadi yang akan diemban, diperjuangkan dan disebarluaskan
kepada orang lain.
f. Aspek morability, aspek ini menjadi pondasi sebuah kepemimpinan yang
paling penting karena berkaitan dengan kesadaran kemampuan untuk menjaga
integritas moral untuk dapat memberikan pengaruh kepada orang lain secara
lebih berkelanjutan dan berjangka panjang.
Beberapa aspek dalam leadership 3.0 ini merupakan perbaruan dari konsep
kepemimpinan lama, dan sangat mencerminkan cara kepemimpinan di era
teknologi informasi. Pemimpin perpustakaan yang modern harus memperhatikan
keenam aspek tersebut. Harus ada perubahan dalam tubuh perpustakaan dan
haruslah dimulai dari manajemen atas (pemimpin) yang kemudian diberlakukan
pula kepada staff dibawanya. Sisi karismatik harus dimunculkan dengan
memperlihatkan konsistensi dalam berpakaian dan cara mengambil keputusan,
sehingga akan dengan mudah bagi kepala perpustakaan dalam mengontrol
organisasinya. Leadership 3.0 juga dapat diterapkan pada pustakawan atau
biasanya dikenal juga dengan istilah Librarian 3.0. Kedua konsep tersebut hampir
sama karena memiliki orientasi yang berbasis melayani.
6. Kesimpulan
Pemimpin merupakan sebuah dinamo yang berfungsi untuk menggerakkan
sebuah mesin agar tetap berjalan maksimal. Jika pemimpinnya tidak memiliki jiwa
9

kepemimpinan yang baik, maka akan membuat suatu organisasi menjadi tidak
berjalan maksimal terutama organisasi yang bergerak dalam bidang jasa seperti
perpustakaan. Dalam dunia marketing dan bisnis sering terdengar istilah Leadership
1.0, 2.0 dan yang terbaru leardership 3.0 dimana konsep ini membahas tentang
kepemimpinan di era sekarang. Hampir sama dengan di dunia bisnis, perpustakaan
juga mengenal istilah .0 (one point zero) mulai dari library 1.0 , 2.0, 3.0 dan librarian
1.0 , 2.0 dan 3.0, konsep tersebut berkembang dan disesuaikan dengan fungsi
perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi yang terus berkembang.
Dalam konteks kepemimpinan perpustakaan, ditawarkan konsep leadership
3.0 guna membantu menentukan pemimpin yang kredibel dan profesional sesuai
dengan ketetapan yang berlaku di perpustakaan. Aspek-aspek leadership 3.0 seperti
physicality, intellectuality, emotionality, sociability, personability, dan moralability
dapat diterapkan dalam mengevaluasi pemilihan kepala perpustakaan ke depannya.

10

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2012.
Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997.
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta :
PT Pustaka Binamas Pressindo, 1991.
Fadleli, Odo. Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress) dipresentasikan dalam
seminar Perpustakaan di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007.
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and You. New York : Delmar Publishers,
1987.
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrows Advantage Today. New York :
McGraw-Hill, 1996.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2013.
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang.
Jakarta : Markplus Institute, 2012
Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta : Graha Ilmu, 2004.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993.
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan
Informasi. Makalah disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi
Propinsi Jateng 2003.

WEB
Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Inter
net+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VIiZeCznHpM. Diakses pada
tanggal 11 Desember 2014
10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org
/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal
11 Desember 2014

11

Indrapradja, Frans. Pemimpin yang Melayani (Servant Leader). Dalam http://ekonomi.


kompasiana.com/manajemen/2014/03/23/pemimpin-yang-melayani-servant-leader640985.html. Diakses tanggal 11 Desember 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai