1. Latar belakang
Era informasi yang semakin terbuka, memberikan banyak perubahan pada
masyarakat. Kebutuhan menjadi bertambah dengan adanya informasi, serta
menjadikan masyarakat lebih konsumtif terhadap sesuatu hal yang baru. Informasi
telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan masyarakat. Salah
satu yang terlihat adalah masyarakat telah terbuka dengan sosial media di internet,
penggunaan gadget yang tidak lagi untuk kirim pesan maupun telepon, dan masih
banyak lagi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Indonesia
mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
jejaring sosial. Sementara Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP)
menjelaskan bahwa Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar
setelah USA, Brazil, dan India. Lebih jauh lagi Menurut data dari Webershandwick,
perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah
Indonesia mengemukakan ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33
juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat
mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang
memakai perangkat mobile per harinya1.
Data tersebut sangat jelas menggambarkan kondisi masyarakat indonesia yang
sangat terbuka dengan masukkan teknologi informasi. Media informasi memberikan
penawaran menarik bagi masyarakat yang menjadikannya lebih konsumtif.
Keterbukaan informasi telah memunculkan banyak istilah baru dimasyarakat seperti
netizen, sosmed, fesbukers, dan lain sebagainya.
1
pustakawan
terhadap
penggunaan
teknologi
informasi,
kurang
memadainya fasilitas yang ada, beban kerja yang bertambah sementara kesejahteraan
kurang dan sampai dengan pemilihan kepala perpustakaan yang tidak memiliki
pengetahuan perpustakaan. Isu tersebut terus bergulir dan selalu menjadi kerikil yang
menghambat kinerja perpustakaan sebagai penyedia informasi.
Isu tentang pemilihan kepala perpustakaan menjadi masalah yang sangat
menarik untuk diulas. Selama ini yang menjadi fokus kajian hanya berputar pada
pelayanan dan kompetensi pustakawan, sehingga masalah kepemimpinan menjadi
sedikit terpinggirkan. Kepala perpustakaan sering didominasi oleh orang-orang yang
tidak memilih pendidikan perpustakaan, kebanyakan isu yang berkembang bahwa
kepala perpustakaan banyak yang berasal dari pejabat mutasi seperti yang terjadi pada
perpustakaan umum daerah, sedangkan level perguruan tinggi banyak yang berasal
dari lingkungan dosen maupun pejabat setingkat diatasnya. Dari masalah tersebut
muncul pertanyaan bahwa apakah salah jika perpustakaan di pimpin oleh orang non
pustakawan ? terlebih masih kurangnya pustakawan yang memunculkan diri untuk
jadi pemimpin perpustakaan.
Berdasarkan aturan yang berlaku kepala perpustakaan harus memiliki
pendidikan perpustakaan minimal S2 (strata dua) hal itu telah diatur dalam UU No 43
tahun 2007. Akan tetapi melihat perkembangan teknologi serta persaingan bisnis yang
2
semakin ketat, yang dibutuhkan perpustakaan adalah pemimpin yang kompeten untuk
menghadapi tantangan yang muncul dari dalam organisasi maupun dari masyarakat
penggunanya. Perpustakaan membutuhkan seorang leadership yang tidak hanya
mengerti secara teknis masalah perpustakaan, namun harus memahami konsep
pemimpin dengan baik. Sebagai contoh adalah sosok Mahmoud Ahmadinejad,
Presiden Iran terpilih dengan mayoritas suara 61% tersebut merupakan salah satu
Presiden pemberani yang selalu diolok-olok oleh Barat ini juga diketahui hanya
mengambil seperempat gajinya. Disetiap rapat bersama para menterinya ia selalu
berpesan untuk menjalani hidup penuh kesederhanaan2. Di sisi lain ada pula Jack
Lowe yang adalah pendiri TD Industries, sebuah perusahaan kontraktor yang
berdomisili di Dallas, Texas yang mewajibkan semua pegawai yang bekerja sebagai
supervisor ke atas harus melalui program pelatihan di bidang servant leadership dan
kepada para pegawai baru diberikan satu kopi dari tulisan Greenleaf itu (The Servant
as Leader).3 Pustakawan yang memiliki jiwa leardership tinggi masih belum muncul
selain itu pustakawan masih disibukan dengan masalah profesi, kompetensi,
profesionalisme kerja dan sebagainya.
Siapapun pemimpinnya diharapkan perpustakaan dapat kembali menjadi pusat
informasi yang populer dimata masyarakat, serta memberikan pelayanan terbaik untuk
kepada masyarakat. Untuk itu makalah ini dibuat guna membahas kriteria kepala
perpustakaan di era keterbukaan informasi, sehingga dapat memberikan pengetahuan
kepada semuanya tentang konsep pemimpin yang ideal bagi perpustakaan.
2. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang yang sudah dijelaskan diatas tentang
kepemimpinan di era sekarang ini, maka untuk rumusan masalah dalam makalah ini
adalah tentang Bagaimana penerapan Leadership 3.0 sebagai konsep kepemimpinan
perpustakaan di era teknologi informasi .
3. Metodologi
10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org/humaniora/10-pemimpinnegara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal 11 Desember 2014
3
bertugas
untuk
menyimpan
koleksi
(Informasi)
yang
diterimanya.
b. Pendidikan
Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih mereka yang
sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah atau putus sekolah.
c. Penelitian
4
3. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya12. Sementara itu pendapat lain datang dari
Kaith Davis13 yang menjelaskan tentang defenisi kepemimpinan adalah
kemampuan mempersuasi orang-orang untuk mencapai tujuan yang tegas dengan
gairah. Dalam kepemimpinan dibutuhkan sebuah prinsip yang kuat untuk
7
Ibid Hlm 4
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and you. (New York: Delmar Publishers, 1987)
9
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. (Jakarta: PT Pustaka Binamas
Pressindo, 1991), Hal 28.
10
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrows Advantage Today. (New York : McGraw-Hill, 1996)
11
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan Informasi. Makalah
disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi Propinsi Jateng 2003.
12
Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria.( Jakarta:Graha Ilmu, 2004)
13
Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012) Hlm 4.
8
14
15
Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. (Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997)
Ibid, Hlm 6
di
bidangnya.
menjadi
kepala
perpustakaan sangat terbuka, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya Perpu No
24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 43 Tahun 2007, dimana pada pasal 40
ayat 1(a) dijelaskan bahwa kepala perpustakaan harus berpendidikan minimal S2
perpustakaan atau S1 perpustakaan untuk level dibawah perpustakaan nasional
dan perguruan tinggi.
Untuk jadi seorang kepala perpustakaan dan mengemban tugas memimpin
manajemen perpustakaan, maka secara pengalaman dan pendidikan seorang
pustakawan
sudah
dikatakan
mampu
untuk
dijadikan
kandidat
kepala
Pustakawan hendaknya
17
Ibid, Hlm 10
18
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang. (Jakarta :
Markplus Institute, 2012)
kepemimpinan yang baik, maka akan membuat suatu organisasi menjadi tidak
berjalan maksimal terutama organisasi yang bergerak dalam bidang jasa seperti
perpustakaan. Dalam dunia marketing dan bisnis sering terdengar istilah Leadership
1.0, 2.0 dan yang terbaru leardership 3.0 dimana konsep ini membahas tentang
kepemimpinan di era sekarang. Hampir sama dengan di dunia bisnis, perpustakaan
juga mengenal istilah .0 (one point zero) mulai dari library 1.0 , 2.0, 3.0 dan librarian
1.0 , 2.0 dan 3.0, konsep tersebut berkembang dan disesuaikan dengan fungsi
perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi yang terus berkembang.
Dalam konteks kepemimpinan perpustakaan, ditawarkan konsep leadership
3.0 guna membantu menentukan pemimpin yang kredibel dan profesional sesuai
dengan ketetapan yang berlaku di perpustakaan. Aspek-aspek leadership 3.0 seperti
physicality, intellectuality, emotionality, sociability, personability, dan moralability
dapat diterapkan dalam mengevaluasi pemilihan kepala perpustakaan ke depannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. Leadership : Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2012.
Covey, Stephen R. Principle Centered Leadership. Jakarta : Bina Rapa Aksara, 1997.
Davis, Gordon. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian pertama. Jakarta :
PT Pustaka Binamas Pressindo, 1991.
Fadleli, Odo. Perpustakaan di Amerika (The Library of Congress) dipresentasikan dalam
seminar Perpustakaan di STBA YAPARI-ABA bandung, bulan Juli 2007.
Goetsch, David dan John A. Nelson. Technology and You. New York : Delmar Publishers,
1987.
Haag, S and Keen P. Information Technology, Tomorrows Advantage Today. New York :
McGraw-Hill, 1996.
Purwono. Profesi Pustakawan Menghadapi Tantangan Perubahan. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2013.
Ridwansyah, Ardhi. Leadership 3.0 : Seni Kepemimpinan Horizontal Untuk Semua Orang.
Jakarta : Markplus Institute, 2012
Rost, Joseph C. Kepemimpinan. Terjemahan Triantoro Safaria. Jakarta : Graha Ilmu, 2004.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,1993.
Suwanto, Sri Ati. Teknologi Informasi Untuk Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi dan
Informasi. Makalah disampaikan pada Diklat Teknis Perpustakaan dan Dokumentasi
Propinsi Jateng 2003.
WEB
Kominfo : Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. Dalam
http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Inter
net+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VIiZeCznHpM. Diakses pada
tanggal 11 Desember 2014
10 Pemimpin Negara Paling Sederhana di Dunia. Dalam http://www.satuislam.org
/humaniora/10-pemimpin-negara-paling-sederhana-di-dunia/. Diakses tanggal
11 Desember 2014
11
12