Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI

ERA GLOBAL
Ahmad Zainullah
Ja’far shodiq
Eka sri wahyuni.
ABSTRAK
Pengembangan perpustakaan sekolah di Indonesia cukup memprihatinkan. Data
mengungkapkan baru 32% SD yang memiliki perpustakaan sekolah, sedangkan SLTP
sebanyak 63% dengan penyebaran yang tidak merata untuk tiap-tiap daerah. Koleksi buku,
sarana dan prasarana, serta tenaga pengelola masih jauh dari harapan. Kondisi demikian,
tidak dapat dibebankan kepada pihak sekolah semata, banyak pihak yang seharusnya
dilibatkan. Sebagai suatu solusi untuk pengembangan perpustakaan sekolah, ditawarkan suatu
konsep “Pola strategi sinergis”. Artinya ada satu pola dalam pengembangan perpustakaan
sekolah yang terdiri dari: 1) komponen pemerintah (Dinas pendidikan daerah dan
BAPERASDA), 2) komponen Sekolah (pimpinan sekolah), dan 3) komponen masyarakat
(orang tua murid, perusahaan /pelaku bisnis dan lainnya). Ketiga komponen harus
berkomitmen dan bekerja dalam suatu sistem yang memunculkan sinergi sebagai kekuatan
untuk mendorong terwujudnya pengembangan perpustakaan sekolah seperti yang diharapkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi pada era digital ini membawa
dampak yang sangat berpengaruh pada perpustakaan, pustakawan dan pemustaka. Tidak
dapat dipungkiri terjadi perubahan karakter pencarian informasi pada pemustaka di setiap
perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perguruan tinggi. Dengan berkembangnya
teknologi perpustakaan juga mengalami banyak perubahan salah satunya adalah dengan
hadirnya perpustakaan berbagai jenis dari hibrida, digital sampai bookless.Perpustakaan
konvensional merupakan perpustakaan yang hanya memiliki koleksi cetak dan melakukan
pekerjaan dengan manual. Perpustakaan hibrida merupakan gabungan perpustakaan
konvensional dan perpustakaan digital, dimana informasi yang dikemas dalam media
elektronik maupun cetak digunakan secara bersamaan. Perpustakaan digital merupakan
perpustakaan yang menyediakan sumber-sumber digital. Sedangkan perpustakaan bookless
merupakan perpustakaan yang memiliki koleksi dalam bentuk digital tanpa koleksi tercetak.
Perkembangan perpustakaan tidak terlepas dari pro dan kontra tapi kembali lagi mengingat
tentang sejauh mana manfaat yang dapat diambil dari perkembangan tersebut. jenis-jenis
perpustakaan yang telah dibahas dalam makalah ini merupakan dampak dari perkembangan

1
teknologi, dan perpustakaan membutuhkan inovasi untuk dapat terus bertahan dengan
menggunakan perkembangan teknologi yang ada, maka dari itu perpustakaan hibrida, digital
dan bookless menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk tetap mempertahankan eksistensi
keberadaan perpustakaan.
Kata kunci : Strategi,Pengembangan,Perpustakaan,Sekolah.
PENDAHULUAN
Orang-orang memandang perpustakaan dalam dua sisi, sisi yang pertama ialah
perpustakaan merupakan pusat informasi, setiap orang dapat mencari informasi yang dapat
dipercaya dan terpercaya. Sedangkan sisi yang kedua perpustakaan sering dianggap sebagai
tempat yang kuno dan kurang mengasyikkan. Perpustakaan sebagai tempat mencari informasi
yang kredibel banyak diyakini setiap orang sehingga tidak heran jika perpustakaan rata-rat
ada di setiap sekolah dan daerah, baik ditingkat provinsi, kabupaten/ kota bahkan desa.
Namun, meskipun keberadaannya hampir ada di setiap sekolah dan daerah namun
perpustakaan hanya sekedar “ada” tanpa diberdayakan lebih jauh supaya keberadaan
perpustakaan betul-betul dimanfaatkan. Pada saat ini Perpustakaan sebetulnya banyak
diuntungkan dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang ada. Awalnya perkembangan
teknologi informasi terutama internet ditakutkan dapat menggeser peran perpustakaan. Pada
saat ini para penduduk memang banyak menggunakan mesin pencarian (search engine)
seperti Google untuk mencari informasi. Hal ini dikarenakan mesin pencari informasi dapat
langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau informasi yang dibutuhkan oleh
user, sedangkan di perpustakaan user masih perlu membaca isi buku dan informasi yang
dicari tidak serta merta langsung dapat ditemukan. Sehingga beberapa masyarakat masih
menganggap perpustakaan sebagai tempat yang kuno.1 Perguruan Tinggi ialah sebuah
institusi yang unik dimana terdapat tugas yang ditangguhkan dalam hal pendidikan, penelitian
dan pengabdian terhadap masyarakat atau yang sering disebut dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. dengan perkembangan dunia baik secara keilmuan dan teknologi yang begitu pesat
perguruan tinggi dihadapkan dengan tantangan besar untuk bisa bersikap tidak hanya
responsif namun dapat juga responsible kepada keberlangsungan jangka panjang dalam diri
institusinya maupun society di luar institusinya. Langkah perguruan tinggi yang bersifat
responsif dan responsible tersebut salah satunya yaitu dengan menciptakan competitive
advantage bagi perguruan tinggi untuk mampu bersaing dengan perguruan tinggi lainnya.

1
Roro Isyawati Permata Ganggi, ‘Strategi Menciptakan Perpustakaan Kekinian Sebagai Upaya Menjaga
Eksistensi Di Era Revolusi Industri 4 . 0’, Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, Dan Informasi, 4.2 (2020),
197–204 <http://ejournal.undip.ac.id/index.php/anuva%0AStrategi>.

2
Salah satu cara untuk menciptakan competitive advantage adalah dengan pemanfaatan
Teknologi Informasi (TI), untuk menunjang aktivitasnya. Namun, bagaimana agar TI bisa
menjadi sarana yang sesuai untuk bisnis dari organisasi? bagaimana cara agar strategi bisnis
dan TI dalam organisasi bisa selaras? Dan mengapa kedua hal tersebut harus selaras?
Keselarasan antara strategi bisnis dengan TI diharapkan agar organisasi dapat
menggunakannya untuk menciptakan dan meningkatkan efisiensi, mengurangi budget,
meningkatkan hubungan dengan kustomer, serta menghasilkan solusi bisnis. IT Telkom
merupakan sebuah perguruan tinggi swasta di Indonesia yang merupakan transformasi dari
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom berada di bawah Yayasan Pendidikan Telkom (YPT).
Sejalan dengan transformasi tersebut IT Telkom memiliki visi baru untuk menjadi perguruan
tinggi berkelas internasional dan hal ini tentu menuntut adanya pembenahan-pembenahan
dikarenakan pengelolaan pada IT Telkom menjadi semakin kompleks. Segenap civitas
akademika, meliputi pimpinan, staf dan dosen, serta mahasiswa memerlukan informasi 2.
Masalah utama yang terjadi pada bangsa kita khususnya dibidang pendidikan di era
globalisasi adalah minimnya kualitas sumberdaya manusia. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pengembangan minat baca dan kebiasaan
membaca. Dari fakta tersebut, perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan
pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Perpustakaan mempunyai tanggung
jawab yang besar terhadap peningkatan dan pengembangan minat dan kegemaran membaca.
Hal ini didasari oleh peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pengembangan minat baca.
Suatu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah dengan adanya distribusi
buku. Perpustakaan sendiri bertujuan memberi bantuan bahan pustaka atau buku yang
dibutuhkan oleh para pemakai. Buku merupakan sebagian dari syarat mutlak yang diperlukan
untuk pengembangan program pengembangan minat dan kegemaran membaca, khususnya
bagi kaum anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi informasi.
Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi perkembangan anak. Hal
inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin maraknya industri perbukuan/penerbit di
Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan secara global.3 Perpustakaan sebagai pusat
sumber daya informasi menjadi tulang punggung gerak majunya suatu institusi terutama
institusi pendidikan, yg mana tuntutan untuk adaptasi terhadap perkembangan informasi

2
Erwin Budi Setiawan and others, ‘Perancangan Strategis Sistem Informasi It Telkom Untuk Menuju World
Class University’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), 2009.Snati (2009), A97–102
<http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/959/902>.
3
Gatot Subroto, ‘Perpustakaan Digital’, Pustakawan Perpustakaan UM, 10.2 (2009), 1–11
<http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Perpustakaan Digital.pdf>.

3
sangat tinggi. karena pengguna dominan dari kalangan akademisi yang berkebutuhan akan
informasi sangat aktual, sehingga mau tidak mau perpustakaan harus berfikir untuk berupaya
mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Perpustakaan adalah sebuah
ruangan bagian dari sebuah gedung atau gedung itu sendiri yang digunakan untuk
menyimpan buku dan terbitan lainnya yang disusun secara sistematis untuk digunakan
pembaca tidak untuk dijual. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi di era
digital ini membawa dampak yang sangat berpengaruh pada perpustakaan, pustakawan dan
pemustaka. Dengan perubahan yang ada perpustakaan juga telah banyak mengalami
perubahan pada perkembangan teknologi,hadirnya perpustakaan dengan berbagai jenis dari
hibrida, digital sampai bookless merupakan hasil dari perkembangan teknologi yang ada.
Pemustaka saat ini lebih banyak menggunakan gadget dan elektonik maka dari itu
perpustakaan membenah diri dengan menghadirkan perpustakaan-perpustakaan yang sesuai
dengan trend yang ada, seperti perputakaan digital dimana pemustaka dapat menemukan
cangkupan informasi. Kebutuhan pemustaka merupakan prioritas atas keberadaan
perpustakaan, maka dari itu inovasi sangat dibutuhkan agar perpustakaan tetap dapat
mempertahankan eksistensinya.Perkembangan teknologi informasi berdampak pada
perubahan terhadap bentuk perpustakaan yang hanya menyediakan koleksi buku dengan
pelayanan manual, saat ini berkembang menjadi perpustakaan yang menggunakan teknologi
informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan perpustakaan tersebut. Karena
teknologi informasi juga perpustakaan masa kini muncul dengan wajah baru atau seperti yang
kita kenal dengan perpustakaan digital dan bookless library dimana perpustakaan ini
memiliki koleksi dengan format digital yang bisa diakses pemustaka dimanapun dan
kapanpun.4 Masyarakat melihat perpustakaan masih dalam dua sisi, sisi yang pertama adalah
perpustakaan merupakan pusat informasi dimana setiap orang dapat mencari informasi yang
kredibel dan terpercaya. Sedangkan, yang kedua perpustakaan masih sering dianggap sebagai
tempat yang kuno dan kurang mengasyikkan. Perpustakaan sebagai tempat mencari informasi
yang kredibel banyak diyakini setiap orang sehingga tidak heran jika perpustakaan hampir
selalu ada di setiap sekolah dan daerah, baik ditingkat provinsi, kabupaten/ kota bahkan desa.
Namun, meskipun keberadaannya hampir ada di setiap sekolah dan daerah namun
perpustakaan hanya sekedar “ada” tanpa diberdayakan lebih jauh supaya keberadaan
perpustakaan sangat dibutuhkan dan juga bisa diambil manfatnya. Perpustakaan saat ini
sebetulnya banyak diuntungkan dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang ada.
perkembangan teknologi informasi terutama internet ditakutkan dapat mengalihkan peran
4
Madinatul Munawwarah Ridwan and others, ‘Maktabatun : Jurnal Perpustakaan’.

4
perpustakaan. Sementara ini masyarakat banyak mengakses mesin pencarian(search engine)
seperti Google untuk mencari informasi. Hal ini dikarenakan mesin pencari informasi
tersebut dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau informasi yang dibutuhkan
oleh user, sedangkan di perpustakaan user masih perlu membaca isi buku dan informasi yang
dicari tidak serta merta langsung dapat ditemukan. Sehingga beberapa masyarakat masih
menganggap perpustakaan sebagai tempat yang lama. Penggunaan browser yang marak
dilakukan merupakan salah satu indikasi bahwa saat ini dunia tengah berada dalam era
revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 sendiri ditandai dengan adanya beberapa inovasi
yang melibatkan teknologi informasi didalamnya, seperti Internet of Things(IoT), big data,
Artificial Intelligence (AI), dll. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, karena tentu zaman
revolusi industri 4.0 juga akan berpengaruh besar dalam bidang perpustakaan. Maka
diperlukan strategi untuk dapat menciptakan perpustakaan kekinian di era industri 4.0 sebagai
upaya menjaga eksistensi perpustakaan.5
PEMBAHASAN
Promosi perpustakaan
Membahas masalah promosi tidak bisa dipisahkan dari pemasaran, oleh karnanya
promosi itu sendiri merupakan salah satu unsur bauran pemasaran (marketing mix). Keempat
bauran pemasaran yang dimaksud ialah produk, harga, distribusi & lokasi, dan promosi.
Kotler (1984) menjabarkan pemasaran sebagai suatu forum pengelolaan yang menganut
pandangan bahwa tugas/kunci forum ialah menetapkan kebutuhan dan keinginan pasar yang
menjadi sasaran dengan tujuan memberikan kepuasan terhadap pelanggan . Disebagaian lain
disebutkan juga bahwa pemasaran ialah satu proses sosial dengan cara individu atau
kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan membuat dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya. Definisi
pemasaran tersebut mengacu pada konsep pokok sebagai berikut : kebutuhan, keinginan dan
permintaan; produk; nilai (value) dan kepuasan; pertukaran atau transaksi; pasar; serta
pemasaran dan pemasar. Muchiyidin (1980:4) memberikan batasan promosi perpustakaan
sebagai upaya yang esensial dari pihak perpustakaan, agar hakekat dan fungsi serta tujuan
perpustakaan dapat memasyarakat bagi kepentingan para pemakainya. Sedangkan Mahardjo
(1975:32) menjelaskan promosi perpustakaan sebagai usaha-usaha atau tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk memberi dorongan-dorongan, penggalakan atau bantuan memajukan
Aktivitas promosi perpustakaan sebenarnya merupakan perwujudan dari fungsi informatif
sehingga dengan adanya promosi diharapkan akan ada reaksi dari pemakai, baik aktual
5
Ganggi.

5
maupun potensial yang muncul dalam berbagai bentuk mulai dari tumbuhnya kesadaran atau
tahu akan keberadaan perpustakaan, sampai kepada tindakan untuk memanfaatkannya. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan promosi perpustakaan yang dikemukakan oleh Bohar
(1985:132), yaitu untuk merubah sikap dan pandangan masyarakat terhadap perpustakaan
dari yang tidak tahu atau acuh tak acuh, mejadi memahami dan menyenangi perpustakaan
serta ingin memanfaatkannya. Secara rinci Muchydin (1980:4-5) menyebutkan tujuan
perpustakaan, yaitu : (a) mengenalkan perpustakaan kepada masyarakat; (b) menanamkan
pengertian tentang hakekat dan fungsi perpustakaan; (c) menunjukkan tata cara penggunaan
perpustakaan; (d) menempatkan perpustakaan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat
pemakai; (e) memberikan bimbingan dan pengarahan dalam praktek pendayagunaan
perpustakaan; (f) meningkatkan pengertian dan kualitas pendayagunaan perpustakaan. Untuk
meningkatkan pemberdayaan perpustakaan sekolah, perlu dilakukan pengadaan berbagai
fasilitas dan sumberdaya sebagai unsur pendukung dalam memenuhi kebutuhan pemakai.
Diantaranya pengadaan berbagai jenis bahan pustaka, peralatan audio-visual serta perangkat
keras (hardware) berupa komputer untuk CD Rom dan otomasi perpustakaan. Modernisasi
fasilitas perpustakan perlu dilakukan sebab cara-cara atau metode konvensional sudah tidak
lagi bisa mendukung dalam pengelolaan perpustakaan terutama dalam menghadapi ledakan
informasi serta kebutuhan pemakai yang semakin meningkat dan kompleks.6 Perpustakaan
adalah organisasi yang berkembang /growing organism Ranganathan (dalam Lasa HS, 1998:
39). Lima hukum ilmu perpustakaan (five laws of library) yang menyebutkan bahwa library
is a growing organism. Perpustakaan merupakan organ, lembaga, maupun pusat kegiatan
yang selalu tumbuh dan berkembang, baik koleksi, ruang, sistem pelayanan, maupun Promosi
adalah bagian dari layanan perpustakaan untuk mengkomunikasikan sumber-sumber belajar
yang tersedia baik koleksi non-digital maupun koleksi digital seluruh anggota perpustakaan.
Maka perkembangan layanan perpustakaan harus terus beradaptasi dan menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Darmono “Promosi adalah
mekanisme komunikatif persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan
masyarakat”. Perpustakaan harus mampu mengkomunikasikan berbagai layanan, kegiatan,
koleksi, fasilitas dan sebagainya kepada para penggunanya. Dan Promosi adalah bagian dari
kegiatan pemasaran perpustakaan (library marketing). Promosi perpustakaan bersifat
mengajak para pengguna untuk lebih dekat dengan perpustakaan. Sehingga pengguna paham
betul apa saja yang bisa didapat di perpustakaan, kewajiban apa yang harus dipenuhi, hak apa
yang akan diperoleh, fasilitas yang didapat, informasi apa saja yang dapat diperoleh (user
6
‘PROMOSI SEBAGAI MEDIA’.

6
oriented). Berorientasi pada pengguna atau yang biasa disebut dengan user oriented
merupakan salah satu “semboyan” perpustakaan yang berusaha untuk dicapai, oleh sebab
itulah dalam penentuan promosi perpustakaan juga berorientasi pada pengguna. Dalam
konteks ini pengguna perpustakaan mengalami perubahan sosial dari masa ke masa.
Perpustakaan dalam konteks yang lebih luas memiliki tugas yaitu Working professionally by
separating personal needs and professional obligations, as well as giving optimum service
and information, bekerja secara professional memberikan layanan secara optimal termasuk di
dalamnya informasi yang dibutuhkan pemustaka. Promosi adalah bagian dari
menginformasikan hal-hal apa yang bermanfaat bagi pemustaka yang dimiliki oleh
perpustakaan.(Wiji, 2018, p. 5) Karakteristik pengguna di masa masyarakat pra industri
berbeda dengan karakteristik pengguna di masa pasca industri (masyarakat informasi).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lah yang memberikan dampak
paling besar pada perubahan sosial masyarakat (Ritzer, 2010). Mau tidak mau perpustakaan
harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut Adapun Tujuan promosi perpustakaan
menurut Edsall dalam Mustafa (1996 : 21) adalah :
1. Memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pelayanan perpustakaan.
2. Mendorong minat masyarakat untuk menggunakan perpustakaan
3. Mengembangkan pengertian masyarakat agar mendukung kegiatan perpustakaan.
Dan dalam mempromosikan perpustakaan ada beberapa metode atau cara yang digunakan
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna sehingga promosi perpustakaan dapat tepat sasaran
dan tidak sia-sia. Menurut Assauri, Sofyan, (2007 : 268-269) terdapat 4 variabel dalam
sebuah promosi yaitu : (1). Advertensi. Dalam promosi melibatkan sponshorship / non
personal, media yang digunakan yaitu radio, televisi, majalah, surat kabar, billboard. (2).
Personal Selling, promosi lisan dalam suatu percakapan lisan dengan seseorang atau lebih
konsumen. (3). Promosi Penjualan (sales promotion) merupakan tangan panjang dari agen
besar untuk memasarkan produknya kepada konsumen. (4). Publisitas (Publicity), promosi
yang berifat komersial dan dipublikasikan untuk menarik konsumen.7
Aplikasi IT Perpustakaan
Beberapa perangkat lunak aplikasi untuk otomasi perpustakaan dianratanya
CDS/ISIS,Winisis, Sipisis, Open Biblio, PHP Mylibrary, OtomigenX, Athenaeum, Ibra, dan
Senayan Library Management System. Dalam tulisan ini digunakan Senayan Library

7
Ifonilla Yenianti, ‘Promosi Perpustakaan Melalui Media Sosial Di Perpustakaan IAIN Salatiga’, Pustabiblia:
Journal of Library and Information Science, 3.2 (2019), 223–37 <https://doi.org/10.18326/pustabiblia.v3i2.223-
237>.

7
Management System atau disingkat Senayan sebagai sarana Otomasi pengolahan bahan
pustaka buku di Perpustakaan Sekolah. Senayan adalah perangkat lunak sistem manajemen
perpustakaan (library management system) sumber terbuka (open source) yang dilisensikan
di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan
Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan
menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git.Pada tahun 2009, Senayan
memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source. Senayan pertamakali di gunakan di
Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan Senayan dilakukan oleh
SDC (Senayan Developers Community). Di koordinir oleh Hendro Wicaksono, dengan
Programmer Arie Nugraha, Wardiyono. Sementara dokumentasi dikerjakan oleh Purwoko,
Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Belakangan, mereka mendapat bantuan dari
Tobias Zeumer, programer dari Jerman. Zeumer mengganti program multibahasa Senayan
dengan PHP Gettext, standar program multibahasa di lingkungan peranti lunaksistem terbuka.
Dia menambahkan fitur bahasa Jerman pada Senayan.8 Teknologi informasi sangat
berhubungan dengan peran perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran
informasi ilmu pengetahuan, tempat rujukan bagi para pencari ilmu dan pengembangan
karya-karya ilmiah. Dengan digunakannya teknologi informasi pergeseran kebudayaan
berkembang seiring dengan meningkatnya minat untuk menulis, mencetak, mendidik dan
kebutuhan manusia akan informasi.4 Oleh karena itu penggunaan teknologi informasi di
perpustakaan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan pelayanannya Sumber Informasi
Perpustakaan Sebagai pusat informasi, perpustakaan berfungsi menyediakan berbagai sumber
informasi untuk memenuhi kebutuhan pemustakanya. Sumber informasi dapat diperoleh dari
manusia, organisasi, literatur dan jasa informasi. Dari sumber informasi tersebut, terlihat
bahwa bentuk sumber informasi beraneka ragam. Dengan semakin pesatnya perkembangan
informasi yang muncul dari berbagai disiplin ilmu, bahasa, negara, maupun waktu yang
berbeda, sulit bagi kita untuk mengetahui dan mengikuti seluruhnya.6 Oleh sebab itu,
pemustaka maupun pencari informasi perlu mengetahui dan mempelajari jenis-jenis sumber
informasi sebagai pengetahuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Sumber
informasi yang beraneka ragam bentuknya, perlu diatur dan ditata dengan baik agar mudah
dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan. Sumber informasi yang sejenis sebaiknya
dikumpulkan menjadi satu kemudian dikelompokkan menurut subjek/isinya Pelayanan
Sumber Informasi dalam Perpustakaan Layanan informasi dalam perpustakaan ini bertujuan

8
Gatot Subrata, ‘Aplikasi Teknologi Informasi Senayan Untuk Pengolahan Bahan Pustaka Di Perpustakaan
Sekolah’, 1–19.

8
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai secara tepat, akurat, yaitu melalui penyediaan
bahan pustaka dan penyediaan sarana penelusurannya. Usaha ini diharapkan memberikan
kepuasan kepada pemakai atas layanan informasi yang diberikan dapat tercapai. Hal inilah
yang dapat menentukan citra baik buruknya perpustakaan. Penggunaan Teknologi Informasi
pada Layanan Sumber Informasi Perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat,
membuat terjadinya pergesaran kebudayaan dari industri menjadi informasi. Teknologi
informasi ini membuat masyarakat semakin pandai dan kritis dalam menilai keberadaan
perpustakaan dalam memberikan pelayanannya. Maka, perpustakaan dituntut untuk berani
mengambil langkah serta bersedia melakukan perubahan untuk mengikuti perkembangan
teknologi tersebut agar dapat melakukan tugasnya secara maksimal. Implementasi teknologi
informasi ke dalam kegiatan layanan perpustakaan menjadi pilihan yang tepat dalam
menjawab tuntutan para pengguna serta tantangan perkembangan zaman tersebut. Salah satu
teknologi yang paling berpengaruh bagi perkembangan pelayanan sumber informasi adalah
internet.9
Perpustakaan Digital
Salah satu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca ialah dengan adanya
distribusi buku.Banyak sekali anak-anak sekarang malas untuk membaca buku apalagi buku
tentang pelajaran,yang mereka inginkan membaca komik-komik kartun zaman sekarang yang
lagi tren-trennya,itupun kalau mereka minat untuk membaca,kebanyakan mereka sibuk
dengan gadget dan game online mereka,sungguh malang nasib anak didik kita jika setiap hari
lebih banyak waktu untuk bermain game online.Bertujuan diadakan perpustakaan digital agar
bisa membantu anak-anak kita membaca sedikit demi sedikit agar bisa mengetahui jendela
dunia. Perpustakaan sendiri bertujuan memberi bantuan bahan pustaka atau buku yang
diperlukan oleh para pemakai. Buku merupakan salah satu syarat mutlak yang diperlukan
untuk pengembangan program pengembangan minat dan kegemaran membaca, khususnya
bagi anak-anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi informasi.
Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi perkembangan anak. Hal
inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin maraknya industri perbukuan/penerbit di
Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan secara global. Di era informasi abad ini,
teknologi informasi dan komunikasi bisa disingkat ICT (Information and Communication
Teclznology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Oleh karena
itu, setiap institusi, termasuk perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna

9
Nurul Alifah Rahmawati, ‘Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber Informasi Di
Perpustakaan’, Libria, 9.2 (2017), 125–32.

9
membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat
bersaing dalam era global. Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan sebuah perpustakaan
berbasis komputer. Ada automasi perpustakaan, ada pula perpustakaan digital. Diadakan
perpustakaan Digital agar kita semua mudah dalam membaca buku, Seringkali orang
menyamakan automasi perpustakaan dengan perpustakaan digital. Namun, keduanya adalah
hal yang berbeda. Dalam makalah ini, perpustakaan digital akan lebih banyak dibahas.
Banyak perpustakaan yang mengidamkan penerapan perpustakaan digital dalam
pengelolaannya. Namun demikian tidak semudah yang dibayangkan. Dana yang terbatas dan
SDM yang rendah ditengarai sebagai faktor dominan ketidak berdayaan mewujudkan sebuah
perpustakaan digital. Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (Dalam sismanto
2008), mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi
digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya
akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital akan
mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya. Ada beberapa
syarat-syarat agar menjadi perpustakaan ideal,Antara lain: (a) Berani memantapkan
keberadaan lembaga perpustakaan sesuai dengan jenisnya; (b) Selalu meningkatkan mutu
melalui pelatihan-pelatihan bagi tenaga pustakawan; (c) Melakukan promosi dan
menyelenggarakan jaringan kerja sama baik dalam negeri maupun luar negeri; (d) Melakukan
upaya-upaya pengembangan dan pembinaan perpustakaan terus menerus dari segi sistem
menejemen dan teknis operasional. Ada beberapa perbedaan antara ”perpustakaan biasa”
dengan ”perpustakaan digital” dilihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus
berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang
menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan tersebut terlihat dari konsepnya. Konsep
perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan
biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat Ada juga yang membedakan antara
keduanya yaitu, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja,
sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam
yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan. Ada 3 proses digitalisasi,antara lain:
Scanning,Editing,Uploading Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki
berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut
melalui perangkat digital. Tumbuhnya perpustakaan digital disebabkan oleh beberapa
pemikiran. Perpustakaan digital juga memliki kelemahan dan keunggulan. Selain itu,
pembentukan perpustakaan digital melewati beberapa proses, yaitu scanning, editing, dan

10
uploading. Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak,
dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan
digital. Namun, perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah
komputer personal (PC), internet (inter-networking), dan world wide web (WWW). Ketiga
hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital.10
Perpustakaan Hybird
Sebelum banyak ahli membincangkan perpustakaan digital, sesungguhnya mereka
sudah mewacanakan perpustakaan hibrida. Istilah perpustakaan hibrida yaitu (Hybrid library)
pertama kali dikemukakan oleh Chris Rusbridge dalam artikel yang dimuat dalam di D-Lib
Magazine pada tahun 1998. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan suatu perpustakaan
yang memiliki beberapa koleksi yaitu terdiri dari bahan cetak dan bahan noncetak.
Perpustakaan hibrida terbuat dari campuran bahan-bahan cetakan seperti buku, majalah, dan
juga bahan-bahan berupa jurnal elektronik, e-book dan sebagainya. Perpustakaan hibrida
termasuk continuum antara perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital, dimana
informasi yang dikemas dalam media elektronik maupun cetak digunakan secara bersamaan.
Tantangan pengelola perpustakaan hibrida adalah mendorong pemakai untuk menemukan
informasi dalam berbagai format.Negara Inggris merupakan negara yang paling aktif
melakukan penelitian guna mewujudkan perpustakaan digital. Ada beberapa perbedaan dari
perpustakaan digital dangan hibrida yaitu yang pertama: Hibrida masih memiliki koleksi
tercetak yang permanen dan setara dengan koleksi digitalnya, dimana perpustakaan digital
berusaha ingin mengubah semua koleksinya ke dalam bentuk digital. dan yang kedua
:Perpustakan hibrida memperluas konsep cakupan jasa informasi sehingga perubahan koleksi
elektronik dan digital serta penggunaan teknologi komputer tidak dipisahkan dari yang
berbasis tercetak. Konsep perpustakaan hibrida yang sudah jelas asal usulnya yaitu
mempertahankan keberadaan perpustakaan tercetak dengan alasan bahwa pemakai masih saja
memerlukan koleksi tercetak untuk memenuhi keperluan mereka. Tetap saja buku tercetak
tidak tergantikan dengan buku digital. Untuk itulah koleksi tercetak harus tetap dipertahankan
Perpustakaan hibrida dalam kajian humanities. Proyek ini sangat menarik bagi yang
pembaca sebab juga melibatkan pemakai untuk membuat skenario sistem yang bisa
memudahkan dalam melayani pemakainya. Malibu memfokuskan pada pengembangan model
institutsi untuk suatu organisasi dan manajemen layanan perpustakaan hibrida dan juga
Perpustakan hibrida ini dapat memperluas konsep cakupan jasa informasi sehingga

10
Subroto.

11
perubahan koleksi elektronik dan digital serta penggunaan teknologi komputer tidak
dipisahkan dari yang berbasis tercetak11
Secara umum dan yang terpenting perpustakaan sekolah sangant diperlukan keberadaannya
dengan pertimbangan seperti berikut: a. perpustakaan merupakan sumber belajar, b.
merupakan salah satu komponen sistem instruksional, c. sumber untuk menunjang kualitas
pendidikan dan pengajaran, d. sebagai laboratorium belajar yang memungkinkan siswa dapat
mempertajam dan memperluas kemampuan untuk membaca, menulis, berpikir dan
berkomunikasi.
Pengembangan perpustakaan sekolah berparadigma kekinian
Perpustakaan adalah sebagai organisasi yang berkembang, sebagai organisasi yang
perlu menikuti perkembangan revolusi industry 4.0. Perpustakaan harus mengikuti
perkembangan teknologi hal ini dilakukan karna pada perkembagan 4.0 masyarakat
membutuhkan informasi yang dapat diakses dgn cepat,di manapun dan kapan pun
,perkembangan perpustakan yang dapat di akses secara virtual mungkin sudah bayak tapi
belum bisa menarik user karna perpustakaan memiliki kendala perkembangan web tersendiri,
sehingga perlu diciptakan strategi baru sehinga perpustakaan bisa mengikuti tuntutan
revolusi industri 4.0 dari sisi fisik dan layanan fisik perpuskaan meskipun saat ini bayak
diengunakan digitalisasi di segala aspek,namun perpuskan tetep membutuhkan gedung fisik
untuk maintenance untuk bentuk di gital dan tempat perservasi. maka berbagai strategi
dapat di lakukan guna untuk menciptakan perpustakaan kekinian baik dari sisi fisik maupun
layanan dengan mengkonsep pespustakaan kekinian atau sering di sebut hyp dan
menginformasikan perpustakawan untuk mengelola perpustakaan kekinian strategi hyp
sangat erat dengan revolusi industri 4.0 ,perpustakaan hyp harus bisa mengabungkan budaya
pop yang sekarang sangat di minatti masyarakat yaitu dengan cara sebagai berikut: (a).
menyediakan working spece - hal ini perlu di lakukan agar bisa merubah paradigma
masyarakat terkait perpustakaan jika duly perpustakaan di kenal dengan tempat yang tenang
dan lebih cocok digunakan induvidual learning,maka saat ini harus di adakan working spece
agar perpustakaan bisa menjadi sarana tempat berdiskusi,berkumpul masyarakat sehingga
lebih mendekat ke masyarakat . (b). Desain instragramable - menurut cuponation (2019)
sebayak 56 juta masyarakat indonesia menyukai instragram hal ini menunjukan bahwa
masyarakat lebih menyukai exsistensi diri de media dengan foto atau vidio .Hal ini dapat
menjadi peluang bagi perpustakan untuk memperbaiki interior,desain, dan esterior yg
istragramable sehingga masyakat lebih menghabiskan waktu di di perpustakaan. (c). Hot spot
11
Ridwan and others.

12
- menurut survei yang di lakukan kominfo 2017 ada 1.60% yang mengakses internet
perpustakaan dan sebagian masih menilia internet perputakaan lambat jadi di butuhkan
perbaikan infa struktur karna Di era revolusi industri 4.0 internet menjadi salah satu
kebutuhan masyarakat. (d). memafaatkan Al,VR dan AR - perpustkaan bisa memafaatkan
Artificial intelligence, Virtual Riality,Augmented Riality sehingga dapat mengemas
informasi lebih mudah sehingga lebih mudah di terima dan di pahami masyarakat. (e). Sosial
media - perputkaan harus mengunakan sosial media seperti instansi pemiritah lainya untuk
pendekatan diri permustakan krn 18,9% masyarakat indonesia menjadikan sosial media
alasan utama mengakses internet.12
KESIMPULAN
Sejauh ini yang pernah kami ketahui tentang perkembangan perpustakaan tidak terlepas
dari pro dan kontra,akan tetapi mengingat tentang sajauh mana manfaat yang dapat diambil
dari perkembangan tersebut. Kehadiran internet ini contohnya, dulu orang begitu kawatir
terhadap akibat yang ditimbulkan. Salah satu alasannya adalah plagiasi atau bisa di sebut juga
dengan (meniru milik orang lain), namun dengan berjalannya waktu ternyata kekhawatiran
itu mulai terkikis dengan berkembangnya teknologi yang ada. Itu artinya memang internet
mempunyai dua pilihan yang berbeda, tinggal kita yang memilih akan menggunakan internet
dengan pintar atau tidak. Seperti halnya jenis-jenis perpustakaan yang telah dibahas dalam
jurnal ini.Perpustakaan membutuhkan inovasi untuk terus bertahan dengan perkembangan
teknologi yang ada,maka dari itu, perpustakaan hibrida, digital dan bookless menjadi
alternatif yang dapat digunakan untuk tetap mempertahankan eksistensi keberadaan
perpustakaan.
Perlu dilakukan promosi perpustakaan yang diintegrasikan dengan program sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dibangun kerjasama sinergis dengan berbagai pihak
sehingga pelaksanaan promosi perpustakaan diharapkan bisa berjalan dengan efektif.
Disamping itu petugas perpustakaan secara proaktif harus dapat meyakinkan semua
komponen sekolah tentang pentingnya perpustakaan sebagai penyedia informasi bagi proses
pembelajaran, terutama kepada unsur pimpinan sekolah sehingga pengembangan
perpustakaan sekolah dapat dijadikan prioritas program sekolah. Oleh sebab itu perpustakaan
sekolah perlu dikelola secara benar dan profesional dengan meningkatkan kuantitas dan
kualitas sumberdaya internal sehingga upaya memenuhi kebutuhan pemakai dapat terwujud
yang pada akhirnya pemakai. menciptakan masyarakat yang mencintai perpustakaan perlu
dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
12
Ganggi.

13
1. Pemasyarakatan kegiatan minat baca untuk mendorong tercipatanya masyarakat yang
mempunyai kemampuan literasi tinggi dan senantiasa haus akan ilmu pengetahuan .
2. Promosi perpustakaan untuk lebih mengenalkan perpustakaan ke masyarakat melalui
beberapa media baik media elektronik, media cetak, dan Pameran.
Aplikasi Sistem Perpustakaan di STAIN Kudus dengan LIBSYS sudah baik, mungkin
perlu ada penambahan menu-menu di sistem didalamnya yang dianggap kurang memenuhi
kebutuhan pustakawan dan pemustaka di perpustakaan STAIN Kudus.Sistem Informasi di
perpustakaan STAIN Kudus sudah berbasis teknologi informasi dan automasi perpustakaan
juga sudah berlangsung lama mulai tahun 2001. Pelayanan yang disediakan untuk pemustaka
juga sudah baik dan sudah optimal.Aplikasi sistem informasi perpustakaan di STAIN Kudus
dengan menggunakan LIBSYS (library System) sudah berjalan dengan baik, sehingga proses
pelayanan terhadap pemustaka yang ada di perpustakaan berjalan baik dan lancar.
Penelusuran katalog oleh pemustaka juga semakin mudah dengan adanya program ini.
Sekarang pemustaka juga bisa langsung mengakses di website STAIN Kudus yaitu
http//www.stainkudus.ac.id dan masuk ke perpustakaan on line (On Line Library).
Aplikasi Teknologi Informasi untuk perpustakaan Senayan atau biasa disebut SliMS
(Senayan Library Management System) mengelola perpustakaan sekolah menjadi lebih
praktis, mudah digunakan dan yang lebih penting perangkat lunak ini gratis dengan
komunitas pengguna yang cukup banyak, sehingga apabila ada permasalahan dengan
perangkat lunak ini bisa berkonsultasi dengan komunitas pengguna SliMS melalui media
sosial.
Selain mendapat kepuasan dan kenyamanan,memiliki perpustakaan digital sangatlah
ekonomis sehingga si pembaca tidak perlu keluar rumah untuk mengunjungi PERPUSDA
(perpustakaan daerah),dan juga memudahkan bagi pelajar dari tingkat rendah hingga tingkat
menengah keatas untuk mencari referensi,membaca novel hingga komik-komik yang disukai
anak-anak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ganggi, Roro Isyawati Permata, ‘Strategi Menciptakan Perpustakaan Kekinian Sebagai


Upaya Menjaga Eksistensi Di Era Revolusi Industri 4 . 0’, Anuva: Jurnal Kajian
Budaya, Perpustakaan, Dan Informasi, 4.2 (2020), 197–204
<http://ejournal.undip.ac.id/index.php/anuva%0AStrategi>

‘PROMOSI SEBAGAI MEDIA’

Rahmawati, Nurul Alifah, ‘Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Sumber


Informasi Di Perpustakaan’, Libria, 9.2 (2017), 125–32

Ridwan, Madinatul Munawwarah, Andi Muhammad, Nurlaeli Jamaluddin, Universitas


Muhammadiyah Enrekang, and Kabupaten Enrekang, ‘Maktabatun : Jurnal
Perpustakaan’

Setiawan, Erwin Budi, Organisasi Teknologi, Informasi Ti, Insititut Teknologi, and Telkom
It, ‘Perancangan Strategis Sistem Informasi It Telkom Untuk Menuju World Class
University’, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI), 2009.Snati
(2009), A97–102 <http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/959/902>

Subrata, Gatot, ‘Aplikasi Teknologi Informasi Senayan Untuk Pengolahan Bahan Pustaka Di
Perpustakaan Sekolah’, 1–19

Subroto, Gatot, ‘Perpustakaan Digital’, Pustakawan Perpustakaan UM, 10.2 (2009), 1–11
<http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Perpustakaan Digital.pdf>

Yenianti, Ifonilla, ‘Promosi Perpustakaan Melalui Media Sosial Di Perpustakaan IAIN


Salatiga’, Pustabiblia: Journal of Library and Information Science, 3.2 (2019), 223–37
<https://doi.org/10.18326/pustabiblia.v3i2.223-237>

15
16

Anda mungkin juga menyukai