Anda di halaman 1dari 9

PERAN PERPUSTAKAAN BERBASIS ICT DALAM

MEWUJUDKAN INDONESIA EMAS TAHUN 2045


Rizqika Ramadhan
SMA Negeri 7 Semarang
rizqika.ramadhan@yahoo.com

I. PENDAHULUAN
Tanggal 2 Mei 1889 merupakan hari lahir seorang tokoh
pelopor pendidikan Indonesia bernama Ki Hadjar Dewantara,
tanggal itupun juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan
Nasional (Hardiknas) sebagai bentuk penghormatan atas
jasa beliau yang telah memperjuangkan pendidikan bagi
rakyat Indonesia (didirikannya sekolah Taman Siswa tahun
1922 di Yogyakarta) disaat masyarakat pribumi belum
menyadari akan pentingnya nilai dari sebuah pendidikan
itu sendiri.
Tanggal 2 Mei 2012 merupakan tonggak baru bagi
Indonesia, pasalnya pada momentum peringatan Hardiknas Sumber: getscoop.com

tersebut, pemerintah Indonesia meresmikan program Indonesia Emas Tahun


2045 yang diproyeksikan sebagai terwujudnya cita-cita bangsa tepat pada 100
tahun kemerdekaan Indonesia. Indonesia Emas dimaknai sebagai kondisi negara
yang unggul, berdaya saing tinggi, dan telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-
isu persoalan klasik bangsa seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskinan yang
harus ditanggulangi.
Salah satu kunci utama tercapainya program Indonesia Emas adalah pada
bidang pendidikan. Disebabkan karena Indonesia mendapat bonus demografi,
dimana jumlah penduduk usia produktif menjadi yang tertinggi diantara usia
kanak-kanak dan lanjut usia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun
2011, jumlah penduduk usia 0-9 tahun mencapai 45,93 juta dan usia 10-19 tahun
berjumlah 43.55 juta jiwa. Mereka inilah anak-anak Generasi Indonesia Emas
2045, karena ditahun 2045 mereka yang berusia 0-9 tahun akan berusia 35-44
tahun dan yang berusia 10-19 tahun akan berusia 45-54 tahun.

2
Guna menyongsong Indonesia Emas 2045 dimana ada bonus demografi
(usia produktif lebih banyak dibandingkan usia non-produktif) bagi bangsa ini,
tentunya membuat kita sadar bahwa pendidikan adalah kunci utama dan menjadi
hal yang sangat strategis dalam pembangunan berkelanjutan bangsa Indonesia.
Kita sebagai pelajar harus sadar dengan adanya bonus demografi yang sangat
besar, kita harus siap menghadapi tantangan kedepan menjadi generasi yang
berdaya saing tinggi, handal, dan berkemampuan global.
Sejalan dengan hal itu, maka pemerintah harus serius dalam menyiapkan
sistem pendidikan yang mesti ditunjang dengan berbagai aspek penunjang di
dalamnya, sebab dengan disiapkannya pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi emas bangsa Indonesia. Salah satu unsur penunjang utama pendidikan
tersebut adalah adanya peran perpustakaan. Maka tak ayal, perpustakaan
dianggap sebagai jantung atau roh dari pendidikan itu sendiri, karena
perpustakaan berfungsi sebagai tempat sumber ilmu pengetahuan dan penambah
wawasan juga digunakan untuk tempat pengkajian dan penelitian serta sebagai
tempat mencari informasi dan dapat dijadikan untuk ajang rekreasi.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 telah disebutkan bahwa salah satu
tujuan bangsa Indonesia adalah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Maka dari
itu untuk mengimplementasikan tujuan nasional tersebut, harus terbentuk adanya
minat baca yang besar di kalangan masyarakat. Apabila kebiasaaan membaca
sudah membudaya, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari dan menjadi kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi. Maka sebab itulah,
perpustakaan sebagai sarana penunjang utama pendidikan harus terus
dikembangkan, yang berguna untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita para
founding fathers kita yakni Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.
Kini seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan harus bisa
menyesuaikan diri agar tak ketinggalan oleh pesatnya zaman. Untuk mewujudkan
kondisi perpustakaan yang sesuai dengan fungsi dan peranannya kini, maka
harus ada perubahan yang sifatnya fundamental, berawal dari perpustakaan
tradisional menjadi perpustakaan yang berbasis digital. Dengan diterapkannya
sistem ICT (Information, Communication, and Technology) diharapkan
perpustakaan lebih mampu mengoptimalkan fungsi dan peranannya sebagai
penunjang utama pendidikan bagi kemajuan bangsa Indonesia.

3
Perpustakaan sebagai lembaga penunjang pendidikan utama yang
menyediakan sumber informasi, maka dirasa perlu untuk memperhatikan adanya
perkembangan TIK. Hal ini juga tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia no.43 tahun 2007 pasal 12 ayat 1 yaitu yang menyatakan bahwa koleksi
perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai
dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan
Teknologi, Informasi, dan Komunikasi serta ditegaskan dalam pasal 14 ayat 1
yang berbunyi setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan
sesuai dengan kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi.

II. PARADIGMA
Pada era globalisasi ini perkembangan Teknologi, Informasi, dan
Komunikasi (TIK) atau Information, Communication, and Technology (ICT)
berkembang sangat pesat
dan telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari
kehidupan keseharian kita
karena kemajuan ICT
tersebut, pekerjaan yang
dikerjakan oleh seseorang
dilakukan dengan cepat,
efektif dan efisien. Sumber: justinlewis.me

Perkembangan teknologi ini pula melahirkan gagasan mengenai perpustakaan


berbasis ICT, yang awalnya dilakukan secara manual kini dikerjakan secara digital.
Paradigma lama mengenai perpustakaan dengan pelbagai kerumitan dan
permasalahannya yang ada, perpustakaan acap kali dipandang sebagai tempat
yang membosankan dengan tumpukan buku pengantar tidur, rak-rak kayu yang
sudah uzur, dan pustakawan yang telah lanjut umur.
Perpustakaan lazimnya menyediakan buku-buku, jurnal, hasil penelitian,
kajian ilmiah, dan majalah yang diletakkan pada tiap-tiap rak dan almari. Sehingga
jika ingin mencari hasil karya atau buku yang ingin dibaca, maka kita harus
berkunjung ke perpustakaan terlebih dahulu. Namun acap kali setelah kita sampai
di perpustakaan, bukan sebuah jaminan bahwa kita akan mendapatkan hasil
karya atau buku yang ingin dibaca. Karena pencarian masih dilakukan secara

4
manual dan tradisional, kita harus menyisir satu persatu rak-rak buku di tiap lorong,
membuka almari demi almari dan harus tanya sana sini, sehingga untuk
mendapatkan suatu informasi, referensi, dan edukasi membutuhkan waktu yang
lama, tidak efektif, dan efisien.
Dengan perkembangan ICT (Information, Communication, and Technology)
yang sangat berkembang pesat, semestinya hal yang disebutkan diatas tidak
akan terjadi lagi. Hal inilah yang mendasari adanya gagasan pengembangan
perpustakaan berbasis ICT atau digital, sehingga dapat terciptanya peningkatan
pelayanan kinerja perpustakaan. Dan juga, hal ini telah diamanatkan oleh
Undang-Undang Republik Indonesia Bab V tentang Layanan Perpustakaan yang
tercantum dalam pasal 14 yaitu pada ayat 1, 3, dan 5.
(1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi
kepentingan pemustaka.
(3) Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai
dengan kemajuan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi.
(5) Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional
perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka.
Dalam membangun sebuah sistem informasi yang dapat meningkatkan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan menjadi lebih cepat, efektif, dan efisien.
Untuk itu perlu adanya sistem database yang saling terintegrasi sehingga
terbangun sebuah sistem perpustakaan yang berbasis ICT dan mampu berperan
sebagai penyedia sumber daya informasi dan pengetahuan yang utama serta
kemudahan terhadap ketersediaan pengaksesan informasi, referensi, dan
edukasi yang lebih cepat, efektif, dan efisen.

III. IMPLEMENTASI
Dengan adanya inovasi teknologi yang merambah di dalam tubuh
perpustakaan kini, berakibat pada penyediaan layanan perpustakaan yang lebih
optimal dan maksimal sehingga terjadi peningkatkan sistem kerja yang lebih cepat,
efektif, dan efisien. Lalu bagaimanakah cara mengimplementasikan gagasan
mengenai perpustakaan berbasis ICT ini? Maka ada 3 hal yang menjadi fokus
perhatian utamanya yakni pada bidang Infrastruktur, SDM Pustakawan, dan
Sistem Digitalisasi yang Terintegrasi.

5
1. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
keberhasilan pendayagunaan perpustakaan berbasis ICT. Kebutuhan
dalam perpustakaan digital adalah pertama adanya perangkat keras
seperti komputer (PC), penyimpanan data (harddisk), pemindaian
(scanner), pencetakan (printer), dan internet (network). Lalu kedua adalah
perangkat lunak yaitu adanya software yang mendukung mobilitas
perpustakaan digital seperti Microsoft Office (Word, Excel, PowerPoint,
Outlook) serta terdapat sistem operasi komputer seperti Windows, Linux,
Ubuntu. Kemudian ketiga adalah adanya jaringan komputer yang terbagi
atas 2 macam yaitu:
a. Intranet adalah server jaringan komputer berbasis LAN (Local Area
Network) yakni jangkauan jaringannya terbatas pada area tertentu
seperti area perpustakaan, sekolah, serta perkantoran dan digunakan
untuk saling bertukar data (file sharing) dan pengaksesan data secara
penuh (full text).
b. Internet adalah server jaringan komputer yang terhubung dengan
internet dan berbasis WAN (Wide Area Network) dimana jangkauan
jaringannya luas dan tak terbatas pada area atau daerah tertentu saja,
namun tidak bisa untuk saling bertukar data (file sharing) dan
pengaksesannya tak selengkap server Intranet.

2. SDM Pustakawan
Salah satu penyebab kegagalan dalam penerapan perpustakaan berbasis
ICT ini adalah terletak pada pustakawan yang tak memiliki kemampuan
dan keterampilan dalam pengelolaan teknologi tersebut. Implementasi
perpustakaan berbasis ICT membutuhkan pustakawan yang memiliki
komitmen tinggi terhadap profesinya. Menurut pendapat Rumini pada
tahun 2008 yang mengatakan bahwa SDM menjadi ujung tombak dan
motor penggerak bagi kelangsungan hidup perpustakaan. Karena
secanggih apapun teknologi yang digunakan dan diterapkan oleh
perpustakaan, maka tak ada gunanya sama sekali ketika SDM yang dimiliki
tak berkompetensi. Maka dari itu, pustakawan harus memiliki 3 kompetensi.

6
a. Mampu menguasai kompetensi bidang ICT sebagai alat
pengoptimalan kerja dalam mengimplementasikan tujuan dan
peranannya sebagai pustakawan.
b. Mampu menjalankan dan menguasai manajemen serta operasional
perpustakaan yang berbasis digital.
c. Mampu berkomunikasi termasuk penguasaaan dalam bahasa asing
sebagai alat penyampaian ide, tujuan, dan gagasan baik dilakukan
secara lisan maupun tulisan.

3. Sistem Digitalisasi yang Terintegrasi


Menurut pendapat ahli bernama Suryandari pada tahun 2007 yang
mengemukakan bahwa proses digitalisasi dilakukan dengan 3 tahap yaitu
sebagai berikut:
a. Pemindaian (Scanning)
Proses pemindaian dokumen berbentuk cetak menjadi dokumen
berbentuk berkas digital. Berkas digital yang telah dipindai akan
berformat PDF.
b. Pengolahan (Editing)
Proses pengolahan atau pengeditan berkas PDF di dalam sistem
komputer dengan memberikan kata sandi (password), cap
(watermark), catatan kaki (footnote), penghubungan halaman web
(hyperlink), dan lain sebagainya.
c. Pengunggahan (Uploading)
Proses pengunggahan berkas dokumen ke dalam perpustakaan
berbasis digital (digital library). Berkas yang telah di upload merupakan
berkas yang telah dapat diakses oleh seluruh pihak sehingga dapat
mewujudkan keterintegrasian yang digunakan untuk pengadaan,
inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan
anggota, statistika, dan lain sebagainya.

IV. TUJUAN & KESIMPULAN


Bangsa Indonesia telah mencanangkan program Indonesia Emas di Tahun
2045. Maka salah satu yang berperan untuk menyukseskan wacana tersebut
adalah pada gagasan perpustakaan berbasis digital karena perpustakaan

7
menjadi penunjang utama sistem pendidikan. Sejalan dengan hal itu maka
perpustakaan memiliki tujuan sebagai tempat yang dapat meningkatkan taraf
hidup manusia dengan berbagai sumber keilmuan, wawasan, dan pengetahuan
yang dimilikinya sehingga mampu menjawab tantangan nasional, regional, dan
global serta tanggap dalam kemajuan pada berbagai bidang lini kehidupan.
Perpustakaan sebagai pemegang kunci terpenting dalam proses belajar
mengajar sebagaimana disampaikan oleh ahli bernama Ibid (Syukur 2005):
1. Perpustakaan berguna untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dengan
jalan membaca.
2. Perpustakaan berguna untuk memajukan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Lebih lanjut dijelaskan mengenai perpustakaan berbasis digital yang
mempunyai 8 tujuan, dikemukakan oleh 2 orang ahli bernama Chapman serta
Kenney dalam Sismanto pada tahun 2008.
1. Mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan.
2. Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan.
3. Meningkatkan citra perpustakaan.
4. Pengembangan infrastruktur nasional, regional, dan global.
5. Institusi dapat berbagi koleksi digital dengan institusi lain.
6. Koleksi digital mengurangi kebutuhan terhadap bahan percetakan.
7. Penggunanya akan meningkatkan akses elektronik.
8. Dalam jangka panjang, koleksi digital akan mengurangi biaya yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaian buku.
Maka dari itu, mari kita renungkan bagimana sesungguhnya solusi bagi
bangsa Indonesia sudah ada di depan mata. Kita tentu melihat bagaimana
masalah di negara ini dari mulai korupsi, isu disintegrasi, kemiskinan,
kesenjangan, kesehatan, kebodohan, dan masalah pendidikan. Namun semua itu
bisa terselesaikan cukup dengan satu solusi, tetapi memang butuh waktu untuk
merubah semuanya secara bertahap dan solusi tersebut adalah perpustakaan
sebagai penunjang utama pendidikan. Ya, perpustakaan menjadi kunci
pembangunan yang terlaksana secara solutif, efektif, dan berkelanjutan bagi
terwujudnya Indonesia Emas Tahun 2045.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Kalla, Raihan. 2016. Visi Indonesia Emas 2045.


(http://raihankalla.id/indonesia-emas-2045)
2. Utomo, Pristiadi. 2015. Menuju Indonesia Emas 2045.
(http://www.kompasiana.com/pristiadiutomo/menuju-indonesia-emas-
2045_54f75174a33311e3348b4594)
3. Prof.Dr.H.Mungin Eddy Wibowo, M.Pd.,Kons. 2012. Menyiapkan
Bangkitnya Generasi Emas 2045.
(http://bk-fkip.umk.ac.id/2012/09/menyiapkan-bangkitnya-generasi-emas.html)
4. Maya, Patria. 2014. Pendidikan Menuju Generasi Emas 2045.
(https://patriamaya27.wordpress.com/2014/07/10/pendidikan-menuju-generasi-
emas-2045/)
5. Perpusnas. _____. UU no.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
(http://www.perpusnas.go.id/law/undang-undang-nomor-43-tahun-2007-tentang-
perpustakaan/)
6. Gardjito. 2005. Kebijakan Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi
Informasi (TI)
(http://www.perpusnas.go.id/magazine/kebijakan-pengelolaan-perpustakaan-
berbasis-teknologi-informasi-ti/)
7. Willbuntario. 2012. Pemanfaatan ICT Pada Perpustakaan.
(https://willbuntario.wordpress.com/2012/12/15/pemanfaatan-ict-pada-
perpustakaan/)
8. Unwidha Klaten, Digilib. ____. Peranan Perpustakaan Online.
(http://digilib.unwidha.ac.id/peranan-perpustakaan-online/)
9. Safitri, Dyah. 2015. Perpustakaan di Tengah Era ICT.
(http://www.kompasiana.com/dyah_safitri/perpustakaan-di-tengah-era-
ict_54ff5114a33311ec4f50f858)
10. ________. 2012. Perpustakaan Digital dan Perkembangannya.
(http://arsipilmu04936.blogspot.co.id/2014/02/perpustakaan-digital-dan.html)

Anda mungkin juga menyukai