Anda di halaman 1dari 14

HISTORGRAFI LOKAL ISLAM BANDUNG : KEPUTUSAN STRATEGIS KIAI

DIMYATI PASCA PERISTIWA PENGEBOMAN PONDOK GEDONG PESANTREN


SUKAMISKIN OLEH JEPANG TAHUN 1942

Proposal Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Megister Humainora pada
Program Studi Pascasarjana Sejarah Peradaban Islam Univesitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung

Oleh :

Agung Ibrahim Setiawan

20170120001

PROGRAM STUDI PASCASARJANA SEJARAH PERADABAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN 2018 M /1440 H


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perjuangan dalam meraih kemerdekaan melibatkan bebagai multidimensi aspek


kehidupan salah-satunya perjuangan kalangan kaum cendikiawan dalam dunia pendidikan
kususnya pesantren banyak sekali dampak fisik atau sikis pengorbanan harta serta jiwa dalam
merebut kemerdekaan, pemikiran serta tenaga mereka curahkan untuk bertahan dalam tekanan
kaum penjajah.

Dengan adanya perlawanan terhadap kaum penjajah membuktikan eksistensi


perjuangan bangsa indonesia tidak lekang oleh waktu baik dari generasi sebelum, sekarang dan
sesudahnya seakan tinta sejarah tidak akan pernah habis dalam penulisan perjuangan para
pahlawan bangsa yang telah gugur dalam perjuangannya.

Merupakan suatu kewajiban kita mengingat atas jasa perjuangan pahlawan dengan
berbagai cara dan kita sebagai umat muslim dijelaskan dalam al-Quran (Q.S Al-Hasry :18).
(Perhatikanlah sejarahmu, untuk masa depanmu)1

Tidak sedikit ulama-ulama dan para Kyai yang sekarang mempunyai nama serta
berpengaruh besar dalam masyarakat priangan khususnya dan masyarakat daerah Jawa Barat
umumnya adalah hasil gemblengan dan godogan ilmu di Pondok Pesantren Sukamiskin
Banyak yang tidak menyangka pesantren sukamiskin telah berdiri cukup lama, dan banyak
menghasilkan para kyai yang akhirnya mendirikan pesantren-pesantren di kota Bandung.

Pondok Pesantren Sukamiskin berada di bawah pimpinan KH.R. Muhammad Alqo


selama kurang lebih 29 tahun yakni dari tahun 1881 M sampai dengan 1910 M atau tahun 1300
H sampai dengan 1329 H. Dalam jangka waktu sekian ini beliau berhasil mendidik siswa-
siswanya sehingga menjadi ulama besar, sebagai salah satu dari pada murid beliau adalah yang
menjadi Pahlawan Nasional K.H. Zainal Musthofa almarhum. 2

“Pesantren Ini Cukup Berperan Dalam Sejarah Perkembangan Pesantren Di


Bandung,Selain Itu Juga Menghasilkan Lulusan Yang Juga Menjadi Pahlawan Nasional,

1
Al-Aliyy, Al-Quran Depag.2005
2
http://jabar.tribunnews.com/2017/05/28/ponpes-sukamiskin-136-tahun-sebarkan-islam
Semisal KH. Zainal Mustofa Yang Gugur Sebagai Syuhada Ketika Melawan Penjajah” tutur
Fiqi, putera dari pimpinan pesantren ini.

Dalam periode ke II, yaitu setelah K.H.R. Muhammad Alqo mengakhiri hayatnya,
pimpinan Pondok Pesantren beralih pada puteranya K.H.R.A Dimyati beserta menantunya
R.H.S. Anisah. Sebelum memimpin Pondok Pesantren pengalaman yang pernah ditempuh oleh
K.H.R.A. Dimyati antara lain menuntut ilmu di Pesantren Kresek Garut yang kemudian
bermukim di Mekah kurang lebih selama sembilan tahun, bersama –sama dengan K.H.A
Sanusi almarhum (Pendiri dan Pembina Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi). Pada masa
beliaulah (periode ke II tahun 1910 M sampai 1946 M atau 1329 H sampai 1365 H) harum dan
cemerlangnya nama Pesantren Sukamiskin di daerah Jawa Barat.

Pada periode ke II ini sebagai pembantu pimpinan K.H.R. Muhammad Chalil,


saudaranya sendiri. Kurang lebih 36 tahun lamanya, Pondok Pesantren Sukamiskin mengalami
kejayaan dan pada masa ini pula siswa Pesantren Banyak orang yang datang dari berbagai
pelosok daerah Jawa Barat. Baru setelah beliau wafat, Pondok Pesantren mengalami
kepakuman selama kurang lebih dua tahun, karena terhambat dengan adanya peperangan
menjelang kemerdekaan Indonesia.

Setelah negara aman kembali dan kemerdekaan pun sudah diproklamirkan, maka
K.H.R Haedar Dimyati, putera dari K.H.R.A. Dimyati mulai merintis kembali ke Pondok
Pesantren yang semula sudah mengalami kepakuman itu dan berhasil memulihkan kembali
seperti keadaan semula walaupun dalam jangka waktu yang agak lama. Pondok Pesantren
Sukamiskin pada periode ke III ini, keadaannya cukup baik walaupun tidak sebaik periode ke
II.

Periode ke III berakhir karena K.H.R. Haedar Dimyati mengakhiri hayatnya yaitu pada
tahun 1967 dalam usia yang masih muda karena menderita penyakit yang mengakibatkan
beliau pulang ke Rahmatullah. Sepeninggalnya, pimpinan Pondok Pesantren dipegang
langsung oleh istrinya R.H. Siti Romlah Binti K.H.R. Muhammad Burhan (Pendiri dan
Pimpinan Pesantren Cijaura Buah Batu Bandung), dan adiknya K.H.R. Sofwan, sementara
putera K.H.R. 3

3
Wawancara Narasumber 1
Haedar, yaitu R. Abdul Aziz menuntut ilmu pengetahuannya di Pesantren Lirboyo
Kediri yang dipimpin oleh K.H. Makhrush Ali. Tetapi sebelum selesai masa belajarnya R.
Abdul Aziz, kakaknya (Puteri sulung K.H.R. Haedar) menikah dengan salah seorang siswa
yang terkemuka KH Imam Shonhaji (juga siswa Pesantren Lirboyo Kediri, sebelum menimba
ilmu di Pesantren Sukamiskin). Maka sejak itulah pimpinan Pondok Pesantren beralih
kepadanya KH. Imam Sonhaji.

Ada dua Dimyati dari Bandung. Namanya sama persis yaitu Ahmad Dimyati sehingga
harus ada nama belakang untuk membedakannya. Dua nama tersebut, yang satu berasal dari
pesantren Sukamiskin dan yang kedua berasal dari pesantren Sirnamiskin. Kedua Dimyati itu
memiliki hubungan guru murid. KH Ahmad Dimyati Sirnamiskin merupakan santri dari KH
Ahmad Dimyati Sukamiskin. Dari sisi usia memang KH Ahmad Dimyati Sirnamiskin lebih
muda dari gurunya itu. Dua Dimyati ini patut dicatat karena sedikit banyak berhubungan
dengan NU di Jawa Barat, khususnya Bandung.4

KH Ahmad Dimyati Sukamiskin dikenal dengan Mama Gedong. Hal itu mengacu
kepada rumahnya yang telah dibangun dengan dinding tembok. Keadaan rumah seperti itu
menunjukkan status sosial dan kepemilikan harta kiai tersebut. Ia merupakan kiai keturunan
bangsawan yang kaya, KH Muhammad Alqo yang mendirikan pesantren pada tahun pesantren
tersebut pernah dibom Jepang pada tahun 1942 , KH Ahmad Dimyati Sukamiskin adalah salah
seorang pelopor ngalogat dalam bahasa Sunda. Santri-santrinya yang kemudian menjadi tokoh
NU adalah KH Zainal Mustofa Tasikmalaya. Memang sepertinya ia tidak mewajibkan santri-
santrinya untuk berorganisasi di NU, karena ada juga lulusannya yang aktif di Persis dan PSSI.

KH Ahmad Dimyati Sukamiskin meninggal dan dimakamkan di daerah Pacet, Bandung


selatan, pada saat pelarian dari pengerjaran Belanda dan Jepang. Sampai saat ini penulis belum
menemukan apakah ia tercatat sebagai pengurus NU atau bukan. Namun, yang jelas ia pernah
menjadi peserta Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929. Ia juga pernah membela
amaliyah warga NU ketika berdebat dengan A. Hasan dengan tema persoalan bid’ah. 5

Putra KH Ahmad Dimyati Sukamiskin, KH Ahmad Haedar yang merupakan aktivis


NU sejak muda. Ia melakukan konsolidasi NU ke daerah-daerah dengan menggunakan sepada
motot Harley Davidson. Namun sayang, ia meninggal pada usia muda. Pesantren itu masih
melanjutkan tradisi aktif di NU. Hal itu ditunjukkan oleh KH Imam Shonhaji yang pernah

4
http://www.nu.or.id/post/read/86188/dua-ajengan-ahmad-dimyati-dari-bandung
5
Wawancara Narasumber 1
menjadi Rais Syuriyah PCNU Kota Bandung hingga wafatnya. Sementara KH Ahmad Dimyati
Sirnamiskin selain nyantri kepada KH Ahmad Dimyati Sukamiskin, ia juga pernah nyantri
kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng. Selulus dari pesantren itu, ia
mendapat tugas dari Kiai Hasyim untuk mengembangkan NU di Jawa Barat, khususnya di Kota
Bandung.

Tugas itu ditunjukkan dengan sebuah surat yang langsung ditulis Kiai Hasyim untuk
KH Ahmad Dimyati Sirnamiskin. Agak aneh memang, menurut salah seorang cucu KH Ahmad
Dimyati Sirnamiskin, surat itu hanya bisa dibaca oleh KH Ahmad Dimyati Sukamiskin sendiri
dan hanya bisa dibaca dengan diterangi lampu cempor (teplok) baik siang maupun malam. Oleh
karena itu peneliti menarik perhatian dalam penelitian “HISTORGRAFI LOKAL ISLAM
BANDUNG : KEPUTUSAN STRATEGIS KIAI DIMYATI PASCA PERISTIWA
PENGEBOMAN PONDOK GEDONG PESANTREN SUKAMISKIN OLEH JEPANG
TAHUN 1942”

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui langkah startegis Kiai Dimyati dalam membangun kembali pesantren


Gedong Sukamiskin
2. Mengetahui dampak peristiwa pengemboman pesantren gedong Sukamiskin di
lingkungan Ke-pesantrenan

C. Perumusan Masalah Penelitian

1. Apa peranan Kiai Dimyati dalam upaya mengembalikan fungsi Pesantren Gedong ?
2. Bagaimana kondisi pasca peristiwa pengeboman Pesantren Gedong Sukamiskin ?

D. Tinjauan Pustaka

1. Pesantren Gedong Sukamiskin


2. AB Yass, Marzuki. 2004. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Diktat. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
3. Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
4. Kartodirdjo, Sartono. 1983. Pendekatan Ilm Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
5. Kuntowijaya. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
6. Renier, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
E. Kontribusi

1. Penelitian ini memberikan informatif kepada masyarakat tentang tokoh pahlawan Kiai
Dimyati
2. Penelitian ini memberikan makna intrinsif peranan Kiai Dimyati dalam mengelola
Pesantren

F. Metode

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani hueriskan yang artinya mempeoleh6. Heuristik adalah
teknik atau cara-cara untuk menemukan sumber yang bisa didapat melalui studi kepustakaan,
pengamatan secara langsung di lapangan (jika memungkinkan), melalui interview untuk
sejarah kontemporer. Penelitian sejarah yang dilakukan oleh mahasiswa biasanya hanya
menggunakan sumber skunder, berupa buku-buku yang ditulis orang tentang suatu masalah,
hal ini tidak masalah asal penggunaannya menggunakan kaedah-kaedah dalam penelitian
sejarah. Idealnya peneliti mendapatkan sumber primer yang biasanya banyak terdapat di arsip
nasional Jakarta terutama yang menyangkut dokumen kolonial dan perpusatakaan nasional
Jakarta.

Namun demikian, sumber primer tidak hanya terdapat di arsip nasional, mungkin juga
terdapat di arsip-arsip pemerintahan. Misalnya, jika seseorang peneliti yang meneliti
perpindahan pusat kegiatan ekonomi dari pasar 16 ilir ke Jaka Baring Palembang, tentunya
kebijakan ini diambil oleh pemerintah daerah Palembang dengan alasan-alasan yang jelas dan
data ini ada pada bagian pemerintahan kota. Saat ini data sejarah bisa didapat dari berbagai
macam cara selain studi pustaka, sumber sejarah dapat juga diakses melalalui media cetak dan
elektronik. Yang lebih pokok bagi seorang peneliti bagaimana menangani bukti-bukti sejarah
dan bagaimana menghubungkannya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa heuristik adalah upaya penelitian yang mendalam
untuk menghimpun jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar dapat
mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian-kejadian bersejarah di masa lampau. Dalam
pelaksanaannya kegiatan ini adalah suatu teknik atau suatu seni, keberhasilan seseorang dalam
mencari sumber pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang
dikumpulkan. Kegiatan menghimpun jejak-jejak sejarah biasanya dilakukan di perpustakan,

6
Renier, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tinjauan kepustakaan hanya dapat dilakukan apa bila topik yang akan dipelajari telah dipilih
dan dirumuskan. Setelah topik penelitian dirumuskan, maka dibuat seleksi atas buku-buku
yang menyangkut topik tersebut untuk dipelajari dengan seksama.

Hanya buku-buku yang terkait langsung dengan topik yang dipilih itulah yang disisihkan
untuk dipelajari dengan seksama. Tujuan mempelajari buku-buku yang bersangkutan dengan
seksama adalah untuk memahami metodologi dan teori yang digunakan dalam masing-masing
buku. Kemudian sedapat mungkin pengetahuan faktual yang dikemukakan dalam buku-buku
itu dikaitkan dengan topik yang dipilih. Untuk membedakan peneliti satu dengan yang lain
tentunya berbeda apa yang dicari dan yang didapat, itulah makanya disarankan pada peneliti
untuk menyampaikan ke mana saja melakukan heuristik, perpustakaan mana saja materi dan
buku apa yang diketemukan.

Menurut Kunia, otentisitas suatu sumber sejarah minimal dapat diuji berdasarkan lima
pertanyaan pokok sebagai berikut :

a. Kapan sumber itu dibuat. Peneliti harus menemukan tanggal pembuatan


dokumen yang dijadikan sumber penulisan sejarah. Akan lebih baik kalau
peneliti dapat menemukan sumber yang tahun pembuatannya lebih mudah.
b. Di mana sumber itu dibuat. Peneliti harus mengetahui asal usul dan lokasi
pembuatan sumber yang dapat menciptakan keasliannya.
c. Siapa yang membuat. Hal ini mengharuskan adanya penyelidikan atas
kepengarangan. Jadi setelah diketahui siapa pengarang dari suatu dokumen,
peneliti sejarah berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap pengarang
mengenai sikap, watak, pendidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan
sumber dokumen yang ia ciptakan tentang satu peristiwa sejarah di masa lampau
yang langsung berhubungan dengan dirinya. Idealnya peneliti dapat
mengidentifikasi pengarang buku atau dokumen yang digunakan dalam sumber
penelitian, meskipun mereka satu kelompok tetapi karena terjadi perpecaha
tentunya motif mereka juga berbeda. Jika perlu seorang peneliti dapat
menganalisa bahasa yang digunakan, apakah gaya bahasa tersebut cocok
dengan kebiasaan yang bersangkutan.
d. Dari bahan apa sumber itu dibuat. Untuk hal ini analisis terhadap bahan atau
materi yang berlaku pada zaman tertentu bisa menunjukan otentisitas. Beberapa
pertimbangan yang dapat dipakai untuk menguji keaslian bahan dokumen,
misalnya, kertas masih jarang ditemukan sebelum abad ke-15, dan percetakan
tidak dikenal; potlot masih sulit ditemukan pada sebelum abad ke-16; dan kertas
(India) baru ada pada akhir abad ke-19. Teknik menganalisa kertas dan tinta
yang digunakan saat ini sudah dapat dilakukan.
e. Apakah sumber itu dalam bentuk asli. Peneliti sejarah menguji mengenai
integritas sumber sejarah. Kecacatan sumber sejarah dimungkinkan terjadi pada
bagian-bagian dokumen atau keseluruhannya, yang disebabkan oleh usaha
sengaja untuk memalsukan atau kesalahan disengaja oleh seseorang atau
kelompok tertentu. Dalam banyak hal teks asli dapat direstorasi secara
mendekati atau secara lengkap. Dalam pada itu pula peneliti sejarah harus
berusaha untuk menetapkan kopi mana yang paling mendekati dokumen asli
dalam aspek waktunya. Jika sumber itu tulisan tangan, peneliti dapat
membanding-baningkan antara tanda tangan satu dengan yang lainnya.

2. Kritik sumber

Kritik sumber adalah proses menguji sumber, apakah sumber yang diketemukan asli atau
palsu (kritiik ekstern) dan apakah isinya dapat dipercaya atau dipertanggung jawabkan atau
tidak (kritik intern). Kritik ada dua macam :

a. Kritik ekstern
Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu sumber atau dokumen.
Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli bukan rangkapnya apa lagi
foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang kadang-kadang sulit membedakan asli
atau bukan. Verifikasi atau pengujian sumber pada tahap ini, menyangkut
aspek-aspek luar dari sumber tersebut, di mana kapan dan siapa penulis sumber
tersebut7

b. Kritik intern
Kritik intern adalah penentuan dapat tidaknya keterangan dalam dokumen
digunakan sebagai fakta sejarah. Biasanya yang dicari adalah keterangan-
keterangan yang benar. Tetapi keterangan yang tidak benar juga merupakan
kerangan yang berguna, yang berarti ada pihak yang berusaha menyembunyikan

7
AB Yass, Marzuki. 2004. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Diktat. Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
kebenaran, ini ada hubungan dengan motif seseorang untuk menyembunyikan
kebenaran sejarah. Implementasi tahap ini bagi seseorang peneliti yang sedang
menyusun skripsi sangatlah perlu dilakukan, paling tidak anda melakukan kritik
intern. Dengan membandingkan antara isi buku tentang hal yang sama tetapi
terdapat perbedaan keterangan. Sebagai peneliti meskipun masih dalam tahap
pembuatan skripsi, hendaknya melakukan pengujian atas data yang diperoleh,
seperti: melakukan evaluasi terhadap isi buku yang telah dibaca, perhatikan
kesalahan-kesalahan yang muncul dalam bacaan. Perhatikan pula apakah
argumentasi yang digunakan relevan atau tidak, selain itu peneliti dapat
membedakan isi buku yang kadar ilmiahnya tinggi dan yang rendah. Sebagai
ilmu sejarah termasuk ilmu empiris maka sangatlah penting untuk menyaring
fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber sejarah. Fakta sejarah didapat dari
dokumen sejarah, sebagai hasil interpretasi. Dari interpretasi atas fakta-fakta
barulah muncul tulisan sejarah. Teori dan konsep hanya merupakan alat untuk
mempermudah analisis dan sintesis sejarah. Dalam bidang sejarah sumber dari
dokumentasi jarang didapat, tentunya peneliti harus mencari bukti dari jenis lain
namun harus berhati-hati pula dalam mengambil keputusan apakah keterangan
itu benar-benar mengena dengan masalah penelitian. Menurut teori sumber-
sumber yang didapat haruslah diteliti terlebih dahulu, pelaksanaan menulis
dilakukan setelah sumber terkumpul.

3. Interpretasi

Fakta yang terkumpul dan telah siap untuk digunakan itu belum berguna, jika belum diberi
arti. Fakta nampak mempunyai arti bila telah dimulai dihubungkan dan dibandingkan satu
sama lain, inilah permulaan mengadakan penafsiran fakta. Interpretasi adalah menetapkan
makna dan saling hubungan antara fakta-fakta yang diperoleh. Interpretasi diperlukan agar
data yang mati bisa bicara atau mempunyai arti. Suatu peristiwa sejarah bisa ditafsirkan ulang
oleh orang lain. Penafsiran yang berlainan tentang fakta-fakta sejarah mungkin saja terjadi,
tergantung dari sudut pandang mana seseorang melihat peristiwa. Interpretasi ada dua macam,
yaitu analisis dan sentesis. Analisis berarti menguraikan.

Kadang-kadang sebuah sumber mengandung beberapa kemungkinan, misal seseorang


menemukan daftar pengurus suatu ormas, dari kelompok sosialnya tertera di situ ada petani,
pedagang, pns, orang swasta, guru, tukang, mandor. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa
ormas itu terbuka untuk umum. Sentesis artinya menyatukan, misal ditemukan data terjadi
pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, pergantian pejabat, pembunuhan, orang-orang
mengungsi, penurunan dan pengibaran bendera. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi revolusi. Jadi revolusi adalah hasil interpretasi setelah data itu dikelompokan menjadi
satu.8

4. Hepotesa

Dalam penelitian jenjang S 1 hepotesa jarang digunakan karena penelitian yang dibuat
biasanya sudah ditulis orang, apa lagi peneliti menggunakan sumber skunder. Akan tetapi jika
masalah yang diteliti menyangkut hal-hal yang belum jelas maka hepotesa dapat dilakukan.

5. Historiografi

Historiografi adalah penulisan hasil penelitian. Historiografi adalah rekontruksi yang


imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses9
Penulisan laporan disusun berdasarkan serialisasi (kronologis, kausasi dan imajinasi).
Penulisan sejarah sedapat mungkin disusun berdasarkan kronologis ini sangat penting agar
peristiwa sejarah tidak menjadi kacau. Aspek kronologi dalam penulisan sejarah sangatlah
penting, dalam ilmu-ilmu sosial mungkin aspek tahun tidak terlallu penting, dalam ilmu sosial
kecuali sejarah orang berpikir tentang sistematika tidak tentang kronologi. Dalam ilmu sosial
perubahan akan dikerjakan dengan sistematika seperrti perubahan ekonomi, perubahan
masyarakat, perubahan politik dan perubahan kebudayaan.10

Dalam ilmu sejarah perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya Selanjutnya cerita
sejarah hendaknya disusun berdasarkan sebab akibat (kausasi). Proses mencari sebab dan
akibat akan memperjelas jalannya suatu peristiwa. Suatu cerita sejarah yang terputus-putus
karena datanya tidak lengkap, dapat diisi dengan imajinasi. Pengertian imajinasi di sini bukan
dalam arti imajinasi yang fiktif seperti terdapat pada sastrawan, tetapi imajinasi yang masih
dituntun oleh fakta sejarah yang ada. Selain itu penulisan sejarah dapat dilakukan dengan cara
koligasi. Yang dimaksud proses koligasi adalah suatu cara sejarawan menerangkan kejadian
atau peritiwa yang dipelajarinya, yaitu dengan menelusuri kejadian-kejadian yang secara
sekilas tidak berhubungan, tetapi setelah ditelusuri ternyata mempunyai hubungan yang erat.

8
Kuntowijaya. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
9
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
10
Kuntowijaya. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
6. Pendekatan

Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan dalam meninjau serta mengupas suatu
permasalahan. Dari segi mana peneliti memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,
unsur-unsur apa mana yang diungkapkan. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh jenis
pendekatan yang dipakai11. Di dalam penelitian sejarah yang sangat kompleks sifatnya
diperlukan pendekatan multidimensional (approach multidimensi artinya pendekatan yang
bersgi banyak).

Analisis berdasarkan interpretasi satu paktor, misalnya faktor politik saja sudah barang
tentu tidak akan mencukupi untuk menerangkan pola-pola sejarah.Ekspalasi itu diperoleh
melalui analisis. Untuk memperjelas analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode
dan teori sejarah perlu ditunjang oleh teori atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan. Dengan
kata lain, perlu dilakukan penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai
masalah yang terbatas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan
multidimensional (multidimensional approach).

Gambaran mengenai suatu peristiwa sejarah akan lebih baik jika dantu dengan penjelasan
yang menggunakan pendekatan tertentu terutama ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, politik, ekonomi dan geografi. Untuk itu penjelasan materi skripsi akan lebih luas
dan bermagna jika peneliti mengggunakan pendekatan. Namun demikian, penggunaan
pendekatan bukanlah suatu tren untuk lebih menariknya skripsi, karena konsekuensinya jika
peneliti memasukan pendekatan dalam penelitian, berarti harus ada kesiapan jika diminta para
penguji menunjukan kajian sejarah dalam skripsi yang didekati dengan ilmu-ilmu lain.

G. Jadwal Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian mengacu pada kalender pendidikan baik dinas pendidikan dan UIN
Sunan Gunung Djati dengan menyesuaikan dengan kebutuhan pengambilan sampel data

11
Kartodirdjo, Sartono. 1983. Pendekatan Ilm Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
1. 02-22 Juni 2017 : Pendaftaran Ujian Masuk Mandiri
2. 12-16 Juni 2017 : Pembuatan Jadwal Perkuliah Semester Pendek (SP)
3. 12-21 Juni 2017 : Input Nilai Semester Genap 2016/2017
4. 19-22 Juni 2017 : Pendaftaran, Pembayaran dan Kontrak KRS Online Semester Pendek (SP)
5. 23 Juni – 1 Juli : Persetujuan KRS oleh Pembimbing Akademik dan Pencetakan Absensi
Pekuliahan Semester Pendek (SP)
6. 03-10 Juli 2017 : Pembuatan Jadwal Perkuliahan Semester Ganjil
7. 03 Juli – 25 Agustus 2017 : Perkuliahan Semester Pendek (SP)
8. 10-21 Juli 2017 : Pembuatan Jadwal Semester Ganjil
9. 11-20 Juli 2017 : Pelaksanaan Ujian Masuk Mandiri
10. 24-28 Juli 2017 : Ujian Tengah Semester (UTS) Semester Pendek (SP)
11. 24 Juli – 04 Agustus 2017 : Herregistrasi, Pembayaran UKT Semester Ganjil dan Pengajuan Cuti
Mahasiswa Lama dan Perpanjangan Studi
12. 26 Juli 2017 : Pengumuman Hasil Ujian Masuk Jalur Mandiri
13. 01 Agustus – 02 September 2017 : Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Sisdamas
14. 03 – 07 Agustus 2017 : Registrasi, Pembayaran UKT Semester Ganjil (Mahasiswa Baru)
15. 07 – 16 Agustus 2017 : Bimbingan Akademik, Kontrak KRS Online dan Pencetakan KRS Online
Mahasiswa Lama
16. 08 – 16 Agustus 2017 : Penyerahan Persyaratan Registrasi Mahasiswa Baru
17. 21 – 25 Agustus 2017 : Ujian Akhir Semester (UAS) Semester Pendek (SP)
18. 23 – 25 Agustus 2017 : Penerimaan dan Orientasi Studi Mahasiswa Baru
19. 28 – 31 Agustus 2017 : Input Nilai Semester Pendek (SP)
20. 29 – 31 Agustus 2017 : Bimbingan Akademik, Kontrak KRS Online dan Pencetakan KRS Online
Mahasiswa Baru
21. 29 Agustus – 3 September 2017 : Persetujuan KRS dan Pencetakan Absensi Perkuliahan
Mahasiswa Lama dan Baru oleh Pembimbing Akademik
22. 04 September – 22 Desember 2017 : Perkuliahan Semester Ganjil
23. 11 – 14 September 2017 : Perbaikan Kartu Rencana Studi (PKRS) dan Pencetakan Absensi
Perkuliahan setelah PKRS Mahasiswa Lama dan Baru
24. 17 September 2017 : Wisuda ke-68
25. 16 – 19 Oktober 2017 : Pembuatan Jadwal Ujian, Percetakan Kartu dan Absensi UAS
26. 23 – 27 Oktober 2017 : Ujian Tengah Semster (UTS) Semester Ganjil
27. 05 – 15 Desember 2017 : Pendaftaran dan Registrasi Peserta KKM Sisdamas
28. 18 – 21 Desember 2017 : Pembuatan Jadwal Ujian, Percetakan Kartu dan Absensi UAS
29. 27 Desember 2017 – 12 Januari 2018 : Ujian Akhir Semster (UAS) Semster Ganjil
30. 03 Januari – 03 Februari 2018 : Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Sisdamas Susulan bagi sebagian
Prodi Fakultas Sains dan Teknologi
31. 15 – 23 Januari 2018 : Input Nilai Online Semester Ganjil
32. 17 – 23 Januari 2018 : Pembuatan Jadwal Perkuliahan Semester Genap
33. 21 Januari 2018 : Wisuda ke-69
34. 29 Januari – 1 Februari 2018 : Herregistrasi, Pembayaran UKT Semester Ganjil dan Pengajuan
Cuti Semester Genap
35. 29 Januari – 3 Februari 2018 : Bimbingan Akademik, Kontrak KRS Online dan Pencetakan KRS
Online Mahasiswa
36. 3 – 4 Februari 2018 : Persetujuan KRS oleh Pembimbing Akademik dan Pencetakan Absensi
Perkuliahan
37. 05 Februari – 26 Mei 2018 : Perkuliahan Semster Genap
38. 12 – 15 Februari 2018 : Perbaikan Kartu Rencana Studi (PKRS) dan Pencetakan Absensi
Perkuliahan setelah PKRS
39. 19 – 22 Maret 2018 : Pembuatan Jadwal Ujian, Percetakan Kartu dan Absensi UTS
40. 26 – 31 Maret 2018 : Ujian Tengah Semster (UTS) Semester Genap
41. 08 April 2018 : Dies Natalis UIN ke – 50
42. 13 Mei 2018 : Wisuda ke – 70
43. 21 – 24 Mei 2018 : Pembuatan Jadwal Ujian, Percetakan Kartu dan Absensi UAS
44. 28 Mei – 08 Juni 2018 : Ujian Akhir Semster (UAS) Semster Genap
45. 11 – 16 Juni 2018 : Input Nilai Online Semester Genap
46. 18 – 20 Juni 2018 : Pembuatan Jadwal Perkuliahan Semester Pendek (SP)
47. 21 – 22 Juni 2018 : Pendaftaran, Pembayaran dan Kontrak KRS Online Semester Pendek (SP)
48. 23 Juni 2018 : Persetujuan KRS oleh Pembimbing Akademik (SP)
49. 25 Juni – 18 Agustus 2018 : Perkuliahan Semester Pendek (SP)
50. 16 – 20 Juli 2018 : Ujian Tengah Semster (UTS) Semester Pendek (SP)
51. 13 – 18 Agustus 2018 : Ujian Akhir Semster (UAS) Semester Pendek (SP)
52. 20 – 23 Agustu 2018 : Input Nilai Semster Pendek (SP)

H. Personalia

Untuk personalia dalam progres penelitian menyesuaikan sesuai mengambilan sampel dan
pengolahan data dengan medatangkan ahlinya.

I. Rancangan Anggaran Biaya

Untuk dana penelitian itu berasal dari sumber pribadi


J. Biodata Peneliti

Nama : Agung Ibrahim Setiawan., S.Pd.I

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30-05-1993

Instansi : SMPN 56

Studi : Program pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

K. Daftar Pustaka

AB Yass, Marzuki. 2004. Metodologi Sejarah dan Historiografi. Diktat. Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Kartodirdjo, Sartono. 1983. Pendekatan Ilm Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kuntowijaya. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Renier, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

L. Lampiran-Lampiran

Anda mungkin juga menyukai