Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Perpustakaan Digital Terhadap Minat Baca di Indonesia

Ai Nurlaela C19862060471, Dita Sri Rahayu C19862060232,a), Indah Tamimun Namah


C19862060283, Nabillatuzzahra C19862060344, M Arfan Munajat C19862060155
Korespondensi: anlaelaa27@gmail.com, ditasrirahayu5421@gmail.com,
nabillatuzz213@gmail.com, mohammadarfan390@gmail.com, indahtami45@gmail.com
Prolog
Pendidikan tidak akan mungkin terselenggara dengan baik tanpa didukung oleh sarana
belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah perpustakaan.
Berdasarkan PP Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dalam Winarko (2009),
perpustakaan dibedakan ke dalam lima jenis, yaitu perpustakaan nasional, perpustakaan umum,
perpustakaan sekolah/madrasah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus.
Perpustakaan sebagai pusat sumber daya informasi menjadi tulang punggung gerak majunya
suatu institusi terutama institusi pendidikan, dimana tuntutan untuk beradaptasi terhadap
perkembangan informasi yang sangat tinggi. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang
serasi dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia. Maka perpustakaan pun harus siap
menghadapi dan mengikuti perubahan perkembangan tersebut, salah satunya dengan hadirnya
perpustakaan digital.
Berdasarkan Peraturan Bupati Pohuwato Nomor 26 tahun 2019 Bab I Pasal 1 (19) bahwa:
“Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi dalam format digital yang
dapat diakses secara online”. Perpustakaan digital merupakan konsep penggunaan teknologi
informasi dalam manajemen perspustakaan. Menurut Widiawan dalam Saleh (2013) pada
dasarnya, perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai
prosedur kerja berbasis komputer dan sumberdaya digital.
Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital bukan merupakan perpustakaan yang secara fisik ada, tetapi
merupakan perpustakaan yang bersifat maya. Artinya, perpustakaan digital dapat dikunjungi
oleh pengguna tetapi tidak secara fisik. Perpustakaan digital merupakan perkembangan lebih
lanjut dari teknologi situs web, hal inilah yang menyebabkan perpustakaan digital mempunyai
kesamaan dengan situs web terutama fitur-fiturnya. Berdasarkan penelurusan melalui situs
Ixquick.com didapat 16 perpustakaan digital di Indonesia, yaitu ITB Central Library,
SEAMEO BIOTROP, STIKOM Digital Library, CISRAL, Perpustakaan Digital BATAN,
UNS Digital Library, Perpustakaan BPPT, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia,
ELISTA, Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, West Papua Web, PDII 2.0,
Digital Library-Perpustakaan Pusat Unikom, Perpustakaan-Islam.com, Perpustakaan Digital
PNPM Mandiri, dan Perpustakaan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (Winarko, 2009).
Perpustakaan digital menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses
sumber-sumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang
tidak terbatas. Pengguna bisa menggunakan sumber-sumber informasi tersebut tanpa harus
terikat kepada jam operasional perpustakaan seperti jam kerja atau jam buka perpustakaan.
Perbedaan antara sistem perpustakaan digital dengan sistem perpustakaan konvensional. Pada
perpustakaan konvensional pendekatan terhadap informasi yang menjadi koleksinya adalah
close space oriented system dimana koleksinya terlihat nyata seperti buku tercetak, rak bahan
pustaka, koleksi audiovisual dan lain-lain. Untuk mengakses koleksi tersebut pemakai selalu
dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu dengan segala syarat-syaratnya. Misalnya, untuk
mengakses informasi di dalam perpustakaan konvensional, kita harus datang ke perpustakaan
tersebut pada waktu yang tepat yaitu ketika perpustakaan dibuka. Bahkan ketika perpustakaan
dibuka, masih harus dilayani oleh petugas (misalnya ketika kita ingin meminjam). Sebaliknya,
perpustakaan digital dioperasikan dengan open space oriented system dimana koleksinya tidak
dapat dilihat secara nyata karena berbentuk kumpulan berkas (file) komputer.
Minat Baca di Indonesia
Minat baca merupakan perasaan yang timbul dalam hati yang diiringi dengan adanya
dorongan yang kuat untuk membaca (Meliyawati, 2016). Menghadapi keadaan dunia yang
semakin mengglobal mau tidak mau memaksa kita untuk membaca, agar mempertajam
pengamatan kita terhadap informasi-informasi yang beredar. Kurangnya minat baca di
Indonesia harusnya mendorong pihak-pihak yang terkait untuk mengevaluasi apa yang menjadi
penyebab hal tersebut terjadi. Menurut Yardi dalam (Setyawatira, (2009) minat baca
masyarakat Indonesia masih sangat rendah, hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan oleh
Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia
Timur, di mana tingkat terendah membaca anak-anak dipegang oleh negara Indonesia dengan
skor 51.7, di bawah Filipina skor 52.6, Thailand skor 65.1, Singapura 74.0, dan Hongkong
75.5. Selain itu, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah
yaitu hanya sebesar 30 persen.
Rendahnya minat baca merupakan problem bagi bangsa kita yang harus diselesaikan, karena
kurangnya minat baca ini dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan bahan bacaan. Apabila
keadaan ini dibiarkan, maka dalam persaingan global kita akan selalu ketinggalan dengan
sesama negara berkembang, dan dengan negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu
mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya selama SDM kita
tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat
lemahnya kemauan dan kemampuan membaca.
Menurut H.A.R Tilaar dalam Setyawatira (2009) untuk mengubah perilaku masyarakat
gemar membaca membutuhkan suatu perubahan budaya atau perubahan tingkah laku dari
anggota masyarakat kita. Mengadakan perubahan budaya masyarakat memerlukan suatu proses
dan waktu panjang sekitar satu atau dua generasi, tergantung dari keterlibatan pemerintah dan
partisipasi masyarakat. Ada pun,ukuran waktu sebuah generasi adalah berkisar sekitar 15–25
tahun.
Selain kurangnya ketersediaan bahan bacaan, minimnya budaya baca di Indonesia ini,
dikarenakan lemahnya kemampuan baca pada anak. Hal ini tidak mengherankan, karena sejak
kecil kita tidak dididik orang tua kita untuk mencintai buku. Para ahli meneliti bahwa, cinta
buku atau minat baca biasanya lahir dari rumah. Jika orang tuanya, atau orang dewasa yang
tinggal serumah, cinta buku dan senang membaca maka hampir bisa dipastikan anak juga akan
mengikuti kebiasaan orang tuanya. Anak menjadi terbiasa melihat buku dan jika tidak ada yang
dikerjakan maka anak yang sudah bisa membaca sekitar umur 5 tahun akan lari ke buku sebagai
tempat untuk menghibur diri.
Pengaruh Perpustakaan Digital terhadap Minat Baca di Indonesia
Penggunaan aplikasi bacaan digital terkhusus perpustakaan digital menimbulkan adanya
perilaku membaca digital. Menurut Dizon dalam Prawesti (2014) membaca digital merupakan
sebuah kegiatan membaca teks dalam format digital dengan menggunakan sebuah perangkat
digital. Selain itu membaca digital merupakan suatu dampak yang diakibatkan oleh munculnya
budaya digital, sehingga sering kali disebut sebagai reading from the screen, atau dengan kata
lain membaca sebuah teks yang direpresentasikan dalam layar melalui sebuah perangkat digital
seperti monitor komputer dan perangkat lainnya.
Kemunculan teknologi dan sumber digitak membuat masyarakat saat ini mulai
menggunakan media-media digital untuk membaca. Tak hanya itu, kegiatan membaca dalam
format digital juga mulai berkembang, dimana dalam implementasi kegiatan membaca digital
tersebut terdapat perilaku-perilaku membaca digital baik itu yang terdapat dalam perpustakaan
digital maupun yang lainnya.
Salah satu penelitian terkait penggunaan aplikasi bacaan digital adalah penelitian kepada
anak Sekolah Dasar yang dilakukan oleh Dizon dalam Prawesti (2014) yang meneliti
bagaimana pengaruh penggunaan aplikasi bacaaan digital beserta kegiatan membaca digital di
dalamnya terhadap motivasi membaca siswa. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan setelah siswa melakukan program kegiatan membaca digital dengan
menggunakan bacaan digital sebagai medianya. Para siswa yang mengikuti program membaca
digital memiliki tingkat memotivasi membaca yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak
mengikuti. Siswa yang menggunakan aplikasi bacaan digital sebagai media membaca
mengalami peningkatan yang positif terkait motivasinya dalam membaca.
Hadirnya perpustakaan digital terbukti dapat mendorong minat baca di Indonesia. Hal ini
dikarenakan mudahnya akses masyarakat untuk membaca, dibandingkan dengan mengunjungi
langsung perpustakaan konvensional. Contohnya perpustakaan sekolah, yang dulunya siswa
hanya bisa mengandalkan perpustakaan di sekolahnya yang koleksinya pun terbatas, sekarang
mereka lebih leluasa dalam mencari sumber untuk bahan pembelajaran ataupun sekedar untuk
menambah pengetahuan. Kemudian seperti di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, Tertinggal),
dimana pembangunan yang belum merata termasuk hadirnya perpustakaan. Setidaknya dengan
adanya perpustakaan digital seperti iPusnas, dapat menjangkau dan terjangkau oleh saudara-
saudara kita disana, dengan syarat jaringan yang memadai. Selain itu, adanya pandemi akibat
wabah virus Covid-19 (Corona virus disease 19) sejak tahun 2019 yang mengakibatkan
sebagian besar aktivitas dilakukan di rumah, membuat indeks minat baca meningkat berbasis
digital. Tercatat ada peningkatan antara tahun 2019 (53,84 persen) dengan tahun sebelumnya
(52,92 persen) yaitu sekitar 0,92 persen. Walaupun tidak terlalu signifikan, namun hal ini
menunjukan adanya perubahan positif dalam tingkat minat baca di Indonesia.
Epilog
Adanya perpustakaan digital menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses
sumber-sumber elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan kesempatan yang
tidak terbatas. Terbukti dengan hadirnya layanan literasi digital dianggap cukup efektif dalam
meningkatkan minat baca di Indonesia. Hal ini dikarenakan kenyamanan masyarakat dalam
menggunakan teknologi di masa sekarang (berbasis gadget) dibandingkan dengan dokumen
cetak, kemudian jangkauan terhadap sumber/ referensi yang ingin dicari lebih luas.
Diharapkan, melalui tulisan ini dapat tersampaikan sejauh mana tingkat minat baca di
Indonesia. Walaupun tidak tersampaikan secara detail dikarenakan keterbatasan penulis dalam
memperoleh dan mengolah data berdasarkan referensi yang didapat. Dalam meningkatkan
minat baca di Indonesia, oleh pihak terkait harus didukung dengan fasilitas dan sumber yang
memadai. Sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk lebih meningkatkan budaya
membaca. Penulis berharap kedepannya dapat mengembangan tulisan ini menjadi lebih
spesifik terkait minat baca di Indonesia berbasis digital.
Referensi
Meliyawati. (2016). Pemahaman Dasar Membaca (2nd ed., p. 86). Deepublish.
Prawesti, D. A. (2014). Pengaruh Penggunaan Aplikasi Bacaan Digital Terhadap Tingkat
Minat Baca di Kalangan Mahasiswa Universitas Airlangga. Repository Unair, 2012, 3.
http://repository.unair.ac.id/72398/3/JURNAL_Fis.IIP.26 18 Pra p.pdf
Saleh, A. R. (2013). Pengembangan Perpustakaan Digital. 5.
Setyawatira, R. (2009). Kondisi Minat Baca Di Indonesia. Jurnal Media Pustakawan, 16(1&2),
28–33. https://ejournal.perpusnas.go.id/mp/article/view/904/882
Winarko, B. (2009). Perpustakaan Digital Di Indonesia Dan Fitur-Fitur Yang Tersedia. Jurnal
Perpustakaan Pertanian, 18(2), 45–49.
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/pp182093.pdf

Anda mungkin juga menyukai