Abstrak
Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Dibandingkan
dengan beberapa negara tetangga, minat baca masyarakat Indonesia masih termasuk rendah.
Minat baca menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena penguasaan Iptek hanya
dapat diraih dengan minat baca yang tinggi. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga
pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Upaya
meningkatkan minat baca anak menjadi tanggungjawab bersama, antara pustakawan, guru, orang
tua, dan masyarakat. Pustakawan dan guru sesuai dengan beban tugas yang disandangnya,
mempunyai tanggung jawab langsung dalam meningkatkan minat baca. Dalam upaya
meningkatkan minat baca, sebaiknya anak-anak diberi stimulan agar minat baca itu muncul dari
diri murid itu sendiri. Upaya meningkatkan minat baca dengan memaksa siswa membaca buku
sebanyak-banyaknya tidak akan efektif.
Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia memiliki peringkat yang masih terbilang rendah dibandingkan dengan
negara lain dalam aspek pendidikan. Ada beberapa penyebab Pendidikan di Indonesia masih
rendah dibanding dengan negara-negara lainnya. Salah satunya yaitu kurangnya literasi atau
minat baca pada siswa maupun mahasiswa khususnya di dunia pendidikan. Budaya literasi yang
mencakup kebiasaan membaca, memang belum menjadi budaya masyarakat khususnya di
Indonesia. Berdasarkan studi “Most Littered Nation In The World” yang dilakukan oleh Central
Connecticut State University pada maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60
dari 61 Negara soal minat membaca. Fakta ini dinilai sangat memprihatinkan, apalagi jika
melihat bahwa dari segi penilaian infrastruktur peringkat Indonesia berada di atas negara-
negara Eropa (Tantri & Dewantara, 2017).
Terdapat data pada hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 yang menunjukkan
bahwa sebesar 85,9 % masyarakat Indonesia memilih menonton televisi daripada mendengarkan
radio (40,3 %) dan membaca koran (23,5 %) (Wiedarti, 2016). Selain itu Internasional
Education Achiecment (IEA) juga melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD di
Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi, yang berarti Indonesia
menempati urutan ke-38 dari 39 negara (Wiedarti, 2018).
Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong sesseorang berbuat sesuatu
terhadap membaca (Darmono, 2001). Minat baca tumbuh dari pribadi masing-masing seseorang,
sehingga untuk meningkatkan minat baca perlu kesadaran setiap individu. Negara-negara maju,
adalah Negara yang minat bacamasyarakatnya tinggi. Oleh karena itu minat baca menduduki
posisi penting bagi kemajuan suatu bangsa. Dibanding dengan Negara-negara yang tergabung
dalam ASEAN dan negara asing lainnya, Indonesia masih menduduki urutan terbawah dalam hal
minat baca.
Minat baca yang rendah dapat berdampak negatif pada perkembangan pengetahuan, kemampuan
berpikir kritis, serta daya saing individu dan bangsa di era global. Beberapa faktor yang dapat
menjelaskan rendahnya minat baca di Indonesia termasuk: 1) Keterbatasan Akses ke Bahan
Bacaan. Beberapa daerah di Indonesia masih memiliki akses terbatas ke perpustakaan, toko
buku, dan sumber bacaan. Hal ini membuat sulit bagi banyak orang untuk mendapatkan buku
atau materi bacaan. 2) Kurangnya Budaya Membaca. Budaya membaca masih kurang diterapkan
secara luas di masyarakat. Minat baca seringkali tidak ditanamkan sejak dini, dan kegiatan
membaca tidak selalu dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan. 3) Gangguan dari
Teknologi: Perkembangan teknologi, terutama gadget dan media sosial, telah mengalihkan
perhatian masyarakat dari membaca buku. Orang lebih sering menghabiskan waktu dengan
perangkat elektronik daripada membaca buku. 4) Kualitas Pendidikan. Rendahnya minat baca
juga terkait erat dengan masalah dalam sistem pendidikan. Kurikulum yang kurang mendukung
minat baca dan penekanan pada ujian dan tugas berat di sekolah dapat mengurangi minat baca.5)
Keterbatasan Literasi: Literasi, khususnya literasi fungsional, juga merupakan faktor penting
dalam minat baca. Orang yang memiliki keterampilan membaca yang rendah mungkin merasa
kesulitan dalam mengakses dan memahami teks. 6) Kurangnya Model Peran. Ketika tidak ada
contoh teladan yang aktif membaca di keluarga atau di lingkungan sekitar, minat baca anak-anak
cenderung rendah.
Pembahasan
Minat merupakan kegiatan yang dapat dilakukan seseorang secara terus-menerus dalam
melakukan proses belajar. Minat adalah kecenderungan yang bersifat tetap untuk
memperhatikan serta mengenang suatu kegiatan. Kegiatan di sini adalahkegiatan yang
diperhatikan secara terus-menerus dan disertai rasa senang hingga mendapatkan kepuasan
(Anjani et al., 2019). Kemampuan dan kemauan seseorang dalam membaca akan
mempengaruhi pengetahuan serta keterampilan seseorang. Dengan banyak membaca, dapat
dipastikan orang tersebut akan memiliki banyak pengetahuan yang akan membantu dirinya
sendiri dalam melakukan banyak hal,sehingga orangmembaca akan memiliki kualitas melebihi
orang yang tidak menaruh minat pada kegiatan membaca.
Kedua, pada situasi belajar yang kurang memotivasi para siswa untuk mempelajari buku
tertentu di luar buku paket. Seperti biasanya kadang pembelajaran di kelas juga lebih
sering berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahkan hanya sekedar kegiatan
untukmentransfer ilmu saja di mana para siswa hanya dijejali oleh informasi maupun
pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Jarangnya kegiatan diskusi atau pemberian suatu
permasalahan tentang materi yang sedang dibahas untuk kemudian diselesaikan bersama-
sama juga dapat membuat siswa tidak termotivasi untuk mencari informasi dari sumber yang
lain.
Ketiga, kurangnya role model(dari kalangan guru) bagi siswa dalam yaitu masih ada
beberapa guru yang belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan dalam pendidikan. Hal ini
dapat dilihat dari pemanfaatan waktu luang di sekolah bagi para gurudan staf. Tidak banyak guru
yang mengisi waktu luangmerekauntuk membaca. Kebanyakan kalangan guru mengisi waktu
luangnya dengan mengobrol, bersenda gurau, atau kegiatan lainnya(Witanto, 2018).
Dampak yang terjadi apabila tidak memiliki minat dalam membaca yang sangat merugikan
terutama bagi masyarakat. Seperti yang dikemukakan Mulyo (2017)sebagai berikut: Pertama,
sering terjadinya masalah dalam memahami, menguasai, serta menggunakan sebuah ilmu
pengetahuan serta teknologi untuk memanifestasikan produk yang berkualitas. Kedua,
kurangnya wawasan dan minimnya cara pola pikir positif seseorang sehingga orang
tersebut mudah dipengaruhi oleh berbagai doktrin dan pemahaman negatif. Ketiga,
Minimnya minat baca mengakibatkan kreativitas seseorang tidak akan berkembang. Seperti
yang kita ketahui bahwasanya pola pikir kreatif akan terwujud bila orang tersebut
mengembangkan pola pikirnya serta mampu meresponlingkungan sekitar dengan cepat.
Keempat, dampak tidak adanya rasa minat baca yaitu tidak akan mengetahui informasi
teraktual sehingga mengalami kesulitan untuk meningkatkan kualitas diri. Kelima,
ketidakmauan menambah ilmu pengetahuan serta meningkatkan kualitas diri dengan informasi
akan menimbulkan sikap ketidakpedulian. Hal tersebut akan membuat orang tersebut menutup
diri dan sibuk dengan dunianya sendiri serta mengabaikan lingkungan di sekitarnya. Keenam,
Seseorang yang tidak memiliki wawasan yang luas maka orang tersebut cenderung akan
mengalami sebuah kesulitan di kehidupan sosialnya, karena seseorang tersebut tidak dapat
berkomunikasi dengan baik karena input yang dimilikinya tidak sebanyak lingkungan
yang ada di sekitarnya. Ketujuh, Dampak yang lebih besar dari ketidakmauan untuk
membaca pada generasi muda menyebabkan kerugian bagi negara yang kehilangan aset
sumber daya sebagai kontribusi generasi muda dalam kemajuan bangsa yang berkualitas.
Upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat tidak dapat dibebankan pada keluarga saja,
masyarakat saja, atau lembaga pendidikan saja. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga
pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Ketiga aspek
itu perlu dilakukan bersamaan. Guru dan pustakawan berperan penting dalam meningkatkan
minat baca baca peserta didik maupun masyarakat. Agar dapat berperan meningkatkan minat
baca, guru dan pustakawan harus mempunyai minat baca yang tinggi. Keteladanan perlu
diberikan kepada masyarakat. Apabila guru dan pustakawan tidak memiliki minat baca yang
tinggi, mustahil dapat menjalankan tugasnya dalam meningkatkan minat baca. Ratnaningsih
dalam (dalam Koswara, 1998) menyatakan Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya
menumbuhkan minat baca masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan
yang bekerja di perpustakaan yang melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar,
membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak. Demikian pula guru yang berhadapan
langsung dengan anak didik kegiatan mengajar, membimbing, dan memberI contoh dalam
kegiatan minat baca tidak kalah pentingnya dari pustakawan.
Sebagian besar waktu anak adalah di rumah, berumpul bersama keluarga. Untuk meningkatkan
minat baca dapat dimulai sejak anak masih balita belum dapat membaca. Kegiatan mendongeng
biasanya dilakukan oleh ayah, ibu, kakek, atau nenek terhadap anak balita yang masih belum
lancar membaca. Lazimnya kegiatan mendongeng dilakukan saat anak menjelang tidur malam.
Kegiatan mendongeng penting untuk mengembangkan imajinasi anak dan memupuk rasa ingin
tahu anak. Dalam hal ini pendongeng perlu memilih materi yang sesuai dengan anak. Dongeng
tentang kancil, tupai, atau sejenisnya saat ini asing bagi anak, karena sudah anak-anak, terutama
anak perkotaan jarang yang mengenal binatang itu. Masalah yang timbul dalam mendongeng
biasanya pendongeng kehabisan materi dongeng, karena kegiatan mendongeng dilakukan hampir
setiap malam.
Menyediakan sebuah tempat berupa perpustakaan kecil di rumah. Dengan adanya sebuah
perpustakaan mini yang tersedia di rumah dapat membuat keluarga yang ada di rumah akan
terbiasa dengan membaca buku-buku bacaan yang tersedia di rumah.Membuat sebuah aturan
yang mewajibkan anggota keluarga untuk membaca. Upaya ini dipercaya dapat membuat
seluruh anggota keluarga yang ada di rumah terbiasa menyediakan waktu luang untuk
membaca sehingga dapat membangun sebuah kebiasaan baik dalam lingkungan
keluarga.Mengendalikan/membatasi anak dalam penggunaan alat media elektronik. Dalam
upaya satu ini, diharuskan adanya peran dari orang tua serta kerjasama dengan guru yang mana
dapat memberikan sebuah pemahamannya terhadap anak tentang penggunaan alat elektronik
yang kurang baik.
Kegiatan membaca dalam ilmu bahasa termasuk kegiatan reseptif, yaitu menyerap isi buku yang
dibaca, sedang kegiatan wicara adalah kegiatan produktif. Kegiatan membaca sebaiknya diikuti
dengan kegiatan berdiskusi, paing tidak orang tua di rumah bisa menanyakan tentang isi buku
yang dibaca oleh anak-anak di rumah. Kalau buku itu merupakan buku konsumsi segala usia
seperti buku keagamaan, atau buku tentang biografi seseorang, bisa didiskusikan dalam satu
keluarga.
Lingkungan sosial yang mendukung
Minat baca siswa dapat ditingkatkan berdasarkan hubungan sosial pembaca sebagai anggota
masyarakat. Apabila tokoh-tokoh masyarakat dapat memberi keteladanan dalam minat baca, hal
ini akan berpengaruh positif pada masyarakat. Minat baca masyarakat bisa dirintis melalui
perpustakaanperpustakaan kecil di tempat-tempat pertemuan (berkumpul) masyarakat, seperti di
masjid (perpustakaan masjid), di kantor RW, di pasar, di terminal, bandara, dan sebagainya.
Sebagai contoh di Malioboro ada “perpustakaan” yang diangkut dalam gerobak dorong. Koleksi
yang diangkut merupakan konsumsi untuk penjual souvenir, sambil berjualan mereka membaca
koleksi “perpustakaan” gerobak dorong. Di beberapa masjid juga sudah menyelenggarakan
perpustakaan kecil.
Kesimpulan
Upaya meningkatkan minat baca anak menjadi tanggungjawab bersama, antara pustakawan,
guru, orang tua, dan masyarakat. Nanum demikian pustakawan dan guru sesuai dengan beban
tugas yang disandangnya, mempunyai tanggung jawab langsung dalam meningkatkan minat
baca. Dalam upaya meningkatkan minat baca, sebaiknya anak-anak diberi stimulan agar minat
baca itu muncul dari diri murid itu sendiri. Upaya meningkatkan minat baca dengan memaksa
siswa membaca buku sebanyak-banyaknya tidak akan efektif. Demikian juga tidak etis memaksa
anak untuk membeli buku.
Rendahnya minat baca merupakan permasalahan yang harus diatasi adapun langkah -langkah
yang harus ditempuh untuk mengatasi permasalahan rendahnya minat baca ini adalah dengan
mengoptimalkan gerakan literasi pada siswa di sekolah dasar. Dalam mengatasi masalah
rendahnya minat baca peran penting adalah orang tua. Selain orang tua lingkungan keluarga, dan
guru juga sangat menentukan dalam menumbuhkan minat baca. Dukungan guru juga
sangat dibutuhkan, dalam meningkatkan minat baca. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh
guru antara lain menyiapkan pojok baca dan mengganti buku-buku setiap saat sehingga anak
merasa tertarik untuk membaca
Di lembaga pendidikan fasilitas yang baik diperlukan untuk meningkatkan minat baca, baik
fasilitas ruangan maupun kelengkapan koleksi di perpustakaan. . Di samping itu juga diperlukan
adanya kerja sama yang baik antara pustakawan dengan guru atau dengan dosen. Tempat
perpustakaan yang terpencil di sudut sekolah membuat anak-anak enggan berkunjung ke
perpustakaan. Anak-anak perlu keteladanan. Membaca juga berkaitan erat dengan menulis.
Sekolah perlu menyediakan fasilitas seperti majalah dinding dan majalah sekolah untuk para
siswa. Media itu mempunyai peran penting dalam mengekspresikan hasilminat baca melalui
kegiatan karya tulis, karena siswa yang suka menulis secara tidak langsung juga suka membaca.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediaan buku yang sesuai dengan kebutuhan
pembaca.
Saran
Untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, beberapa langkah yang dapat diambil termasuk:
Anisa, A. R., A. A. Ipungkarti, D., & K. N. Saffanah. (2021). Pengaruh Kurangnya Literasi
Serta Kemampuan Dalam Berpikir Kritis Yang Masih Rendah Dalam Pendidikan
Di Indonesia. 1st National Conference on Education, System and Technology
Information, 01(01), 1–4.
Anjani, S., Dantes, N., & Artawan, G. (2019). Pengaruh Implementasi Gerakan Literasi
Sekolah Terhadap Minat Baca dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas
V SD Gugus Kuta Utara. PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 3(2), 74–83.
Dewi, I A, I Putu Oka Suardana, I. W. N. (2021). Pengembangan Bahan Bacaan Literasi Kelas
Rendah Dengan Memanfaatkan Cerita Folklor Bali. Jurnal Elementary, 4(1), 53–59.
Idhamani, A. P. (2020). Dampak Teknologi Informasi terhadap Minat Baca Siswa. UNILIB:
Jurnal Perpustakaan, 11(1), 35–41. https://doi.org/10.20885/unilib.vol11.iss1.art4
Salma, A., & Mudzanatun. (2019). Analisis Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat
Baca Siswa Siswa Sekolah Dasar. MIMBAR PGSD Undiksha, 7(2), 122–127.
http://www.mendeley.com/research/analisis-gerakan-literasi-sekolah-terhadap-minat-
baca-siswa-siswa-sekolah-dasar
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). A “missing” family of classical orthogonal polynomials. In
Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical (Vol. 44, Issue 8). Dirjen
Dikdasmen Kemendikbud RI. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201
Wiedarti, D. (2018). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (Edisi 2). In Jurnal
Pendidikan Dasar(Vol. 1, Issue 2). Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI.
https://training.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/view/217