Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGARUH FASILITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH


TERHADAP MINAT BACA SISWA SLTA DI DIY

Disusun oleh Kelompok 4:

1. Anisa Aprilia (21201241006)


2. Elisabeth Trinitas Parlindung (21201241023)
3. Isnaryati (21201241018)
4. Luthfi Khairunnisa (21201241038)

KELAS A
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia untuk dapat


mengembangkan segala kemampuannya dalam menjalani kehidupan di
masyarakat. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan
sumber daya manusia ke arah yang lebih baik.

Proses pembelajaran siswa dilakukan dengan berbagai kegiatan


salah satunya dengan membaca. Membaca merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Membaca
mempunyai peranan penting dalam melahirkan generasi penerus bangsa
yang cerdas, kreatif, dan kritis. Dengan membaca seseorang mendapat
pengetahuan dan informasi dari berbagai penjuru dunia dengan begitu
akan tercipta sumber daya yang baik. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk
(1992/1993: 22), bahwa pengertian membaca adalah suatu kesatuan
kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti
mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta
maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Di Indonesia tingkat minat membaca siswa tergolong rendah di


peringkat dunia. Menurut riset dari World’s Most Literate Nations Ranked
oleh Central Connecticut State University (2016), Indonesia menempati
urutan ke- 60 dari 61 negara dalam urusan minat membaca. Riset itu
menunjukkan betapa malasnya orang Indonesia untuk membaca. Data dari
UNESCO juga menunjukkan bahwa minat baca masyarakat kita hanya
0,001%. Artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang saja yang minat
atau rajin membaca. Dalam data yang dirilis oleh Programme of
International Students Assessment (PISA) pada tahun 2019, menempatkan
Pendidikan Indonesia di peringkat ke- 72 dari 77 negara. Angka tersebut

1
menunjukkan betapa rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan
negara tetangga. Rendahnya minat membaca di Indonesia dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya kurangnya fasilitas dan pelayanan
dalam meningkatkan minat membaca seperti perpustakaan.

Fasilitas bisa diartikan sebagai sarana yang dapat melancarkan


pelaksanaan fungsi dan memberikan kemudahan baik yang disediakan
oleh pemerintah maupun pihak swasta. Sedangkan pelayanan merupakan
setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan, melalui pelayanan ini keinginan dan
kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Perpustakaan sendiri diartikan
sebagai tempat untuk memperoleh dan mengembangkan informasi ataupun
pengetahuan yang dikelola oleh lembaga pendidikan, dan juga menjadi
sarana edukatif yang membantu memperlancar cakrawala pendidik dan
peserta didik dalam kegiatan belajar dan mengajar. Adanya fasilitas dan
pelayanan yang memenuhi di perpustakaan sekolah memudahkan
pengguna memaksimalkan fungsi dari perpustakaan tersebut.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan
dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan
sekolah diharapkan murid-murid secara lambat laun memiliki kesenangan
membaca yang merupakan alat yang fundamental untuk belajar, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Namun, karena kurangnya fasilitas dan
pelayanan yang memadai di perpustakaan sehingga menyebabkan minat
membaca di Indonesia rendah.

Berdasarkan permasalahan dan data minat membaca yang sudah


diuraikan di atas, sangat penting untuk mengkaji lebih dalam mengenai
pengaruh suatu faktor bagi tingkat minat baca siswa. Sehingga, peneliti
mengambil sampel beberapa siswa SLTA di DIY dalam melakukan
penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh fasilitas dan
pelayanan perpustakaan terhadap minat baca siswa.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tingkat minat baca siswa SLTA di DIY?


2. Mengapa fasilitas dan pelayanan di perpustakaan SLTA memengaruhi
minat baca siswa?
3. Bagaimana solusi yang dapat kita lakukan untuk permasalahan
tersebut?

C. TUJUAN

1. Untuk menganalisis tingkat minat baca siswa SLTA di DIY.


2. Untuk mendeskripsikan fasilitas dan pelayanan di perpustakaan SLTA
yang memengaruhi minat baca siswa.
3. Sebagai bahan evaluasi dan solusi dari adanya permasalahan tersebut.

D. MANFAAT

1. Sebagai upaya untuk memperbaiki fasilitas dan pelayanan di


perpustakaan SLTA yang belum maksimal.
2. Sebagai bahan evaluasi pihak sekolah demi meningkatkan kualitas dan
kuantitas minat baca siswa di SLTA.
3. Sebagai sumber referensi untuk menambah pengetahuan mengenai
pengaruh Fasilitas dan Pelayanan di perpustakaan sekolah terhadap
minat baca siswa di SLTA.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Minat Baca Siswa di Indonesia


Negara maju seperti Jepang dan negara-negara barat lainnya memiliki
masyarakat dengan tingkat minat baca yang tinggi. Sementara itu, di Indonesia
dan negara berkembang lainnya, tingkat minat baca pada masyarakatnya
masih rendah. Masyarakat berkembang lebih senang memanfaatkan waktu
untuk mengobrol atau bahkan tidak melakukan apa-apa seperti saat menunggu
antrian, menunggu kendaraan, serta di tempat-tempat umum lainnya sangat
sedikit bahkan hampir tidak ada yang memanfaatkan waktu untuk membaca
buku. Padahal suatu negara dikatakan maju apabila tingkat minat baca, budaya
berwacana, dan menulis masyarakatnya aktif.

Dari hasil riset berjudul World’s Most Literate Nations Ranked oleh
Central Connecticut State University Maret 2016, Indonesia peringkat ke-60
dari 61 negara minat membaca. UNESCO mencatat minat baca Indonesia
berada di urutan kedua terendah dalam aspek literasi yaitu 0,001%.
Rendahnya minat baca tentu akan berdampak buruk pada kualitas pendidikan.
Berdasarkan hasil survey Political and Economy Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan Indonesia berada paling bawah dari 12 negara di Asia.
Rendahnya kualitas pendidikan ini akan berdampak pada kemampuan SDM
dalam mengelola masa depan.

Pendidikan merupakan jalan menuju keberhasilan di masa depan,


terutama dalam menghadapi perkembangan globalisasi dunia yang menuntut
kualitas sumber daya. Masyarakat yang memiliki tingkat minat baca yang baik
tentu akan selalu mengikuti perkembangan arus informasi dan ilmu
pengetahuan sehingga mampu merespons segala realitas dan fenomena sosial
yang ada. Dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat dan pemerintah

4
sangat diperlukan. Menurut Aliyatin (2016:72) ada beberapa faktor yang
memengaruhi minat baca, antara lain:

1. Budaya lisan masyarakat


Kebiasaan lama masyarakat menggunakan tradisi lisan dalam
penyampaian informasi yang ditanamkan sejak kecil tanpa sadar memiliki
dampak besar bagi kualitas minat baca di masa depan. Dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari, masih banyak kita jumpai kurangnya filtrasi atau
penyaringan berita dari sumber-sumber yang tidak akurat.

2. Prioritas kebutuhan
Kurangnya kesadaran literasi dapat kita lihat dari sedikitnya orang
yang menyisihkan penghasilannya untuk memperbanyak koleksi bacaan.
Apabila mendapat sedikit pemasukan yang lebih, masyarakat cenderung
memilih menggunakannya untuk berbelanja tas, pakaian baru, aksesoris,
dan barang-barang lain yang dinilai lebih menarik agar tidak ketinggalan
zaman.

3. Media elektronik audio visual


Tayangan media seperti televisi sangat berpengaruh bagi orang
dewasa maupun anak-anak. Tidak jarang televisi memuat konten yang
seharusnya tidak disaksikan anak-anak. Selain itu, kemajuan teknologi
menghadirkan gadet dengan fitur yang lebih praktis dan fleksibel sehingga
kontrol sosial terhadap anak-anak bahkan orang tua itu sendiri tidak lagi
terkendali. Maraknya berita hoax dan provokasi melalui media elektronik
dan media sosial menjadi ancaman serta tantangan bagi masyarakat untuk
lebih waspada dan tidak lagi enggan membaca.

4. Kurikulum sekolah
Kurikulum sekolah dan strategi pembelajaran saat ini masih
banyak terpaku pada satu sumber bacaan. Padahal, bukan hanya
mahasiswa yang boleh tidak dibatasi dalam mencari sumber referensi,

5
guru pengajar juga seharusnya mendorong para siswa untuk mulai
membudayakan literasi dari berbagai sumber bacaan sejak sekolah.

5. Kurangnya Fasilitas
Jumlah fasilitas yang menampung aktivitas membaca seperti
perpustakaan desa, perpustakaan sekolah, serta tempat-tempat lain seperti
sanggar baca belum sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai angka 200 juta jiwa. Tidak jarang meski telah tersedia sarana
perpustakaan yang memadai, justru hanya dialihfungsikan sebagai tempat
penyimpanan buku saja. Kebanyakan masyarakat yang berkunjung di
perpustakaan umum masih didominasi oleh mahasiswa yang sedang
menyelesaikan tugas akhir. Sama halnya dengan perpustakaan sekolah
yang mulai beralih fungsi menjadi tempat tidur hingga sekedar tempat
mencari jaringan Wi-Fi.

B. Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan merupakan suatu ruangan, bagian dari sebuah Gedung
tempat menyimpan buku-buku bacaan. Perpustakaan berasal dari kata pustaka
yang memiliki arti kitab atau buku. Kemudian ditambah awalan per dan
akhiran an sehingga perpustakaan yang berarti kumpulan buku-buku yang
dikenal sebagai koleksi bahan pustaka. Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Library dan berasal dari Bahasa Latin, yaitu liber atau libri yang artinya
buku. Kemudian dalam Bahasa Belanda dan Jerman perpustakaan disebut
bibliothek. Selain itu, dalam Bahasa Perancis perpustakaan dikenal dengan
bibliotheque. Sedangkan dalam Bahasa Spanyol dan Portugis dikenal dengan
bibliotheca.

Taslimah Yusuf (1996) menyatakan bahwa “perpustakan adalah


tempat menyimpan berbagai jenis bahan bacaan.” Menurut Random House
Dictionary of the English Language, perpustakaan merupakan tempat, sebuah
ruangan atau gedung yang berisi suatu buku atau bahan-bahan lain untuk
dibaca, melakukan studi maupun rujukan. Sedangkan pengertian perpustakaan

6
menurut Encyclopedia Britannica perpustakaan berasal dari kata liber book
yang berarti suatu himpunan bahan-bahan tertulis atau cetak yang telah diatur
dan diorganisasikan dan bertujuan untuk studi serta penelitian atau pembacaan
umum (kedua-duanya). Menurut Kamus Istilah Perpustakaan dan
Dokumentasi yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, perpustakaan adalah koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan
lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan; tempat,
gedung, atau ruangan yang disediakan untuk pemeliharaan serta penggunaan
koleksi buku yang telah disediakan.

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor


132/KEP/M.PAN/12/2002, perpusatakaan termasuk didalamnya seperti pusat
dokumentasi dan informasi diartikan sebagai sebuah unit kerja yang memiliki
SDM, ruangan khusus, serta koleksi bahan pustaka sekurang-kurangnya terdiri
dari seribu judul dan berasal dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan
jenis perpustakaannya dan dikelola dengan sistem tertentu. Seiring
perkembangan zaman, istilah perpustakaan juga turut berkembang, sesuai
tugas dan fungsinya. Berdasarkan tugas dan fungsinya, perpustakaan berarti
tempat menyimpan, mengolah, dan mencari informasi, dimana informasinya
berbentuk bahan bacaan tercetak seperti buku; jurnal; referensi; dan bahan
pustaka tercetak lainnya, maupun bahan bacaan yang berbentuk elektronik
seperti electronic book; electronic jurnal; dan bahan bacaan elektronik
lainnya. Secara tradisional perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan
majalah bisa juga dikatakan sebagai koleksi pribadi perseorangan. Namun
umum dikenal sebagai koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh
sebuah kota atau institusi yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dalam undang-undang tertulis bahwa perpustakaan adalah institusi


pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam professional
dengan sistem yang baku untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Wafford (1961:1) berkata
bahwa “perpustakaan adalah salah satu oraganisasi sumber belajar yang

7
menyimpan, mengelola, dan memberikan bahan pustaka baik buku maupun
non buku kepada masyarakat tertentu maupun masyarakat umum”. Sedangkan
menurut Sulitio Basuki, “perpustakaan adalah ruangan atau bagian sebuah
ruangan Gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perpustakaan memiliki arti yaitu
tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan
koleksi buku.

C. Manajemen Fasilitas Perpustakaan

Manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu management dengan kata


kerja to manage yang memiliki arti secara umum, yaitu mengurusi atau
kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running
and controlling a business” (Oxford, 2005). Kemudian seiring berjalannya
waktu definisi dari manajemen berkembang lebih lengkap. Manajemen
dipandang sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi suatu usaha-usaha dari anggota organisasi ataupun dari sumber-
sumber organisasi lainnya dalam mencapai organisasi yang telah ditetapkan
(Stoner, 1986). Jadi, manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh
orang-orang, baik pribadi atau organisasi serta sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam melakukan empat unsur pokok
mengenai manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.

Istilah dari fasilitas dalam bahasa Inggris yaitu facility yang berarti
kemudahan atau segala sesuatu yang bersifat memudahkan semua kegiatan
yang akan kita lakukan. Maka, fasilitas dapat berupa sesuatu yang bersifat
benda atau barang dan bersifat non benda atau tenaga/uang. Jadi, sesuatu yang
bersifat benda/barang yang dapat memudahkan kita sebelum melaksanakan
kegiatan disebut prasarana. Sementara itu sesuatu yang bersifat kebendaan

8
serta yang dapat memudahkan pada saat kegiatan berlangsung disebut sarana.
Dengan kata lain fasilitas dapat disebut juga sebagai sarana dan prasarana.

Sedangkan fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan segala


sesuatu yang berwujud benda yang dapat dibendakan secara langsung maupun
tidak langsung serta dapat memudahkan kita dalam melaksanaan kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Fasilitas dapat juga dianggap sebagai
suatu alat. Fasilitas biasanya dihubungkan dengan pemenuhan suatu prasarana
umum yang terdapat di suatu perusahaan atau organisasi tertentu. Fasilitas
merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan serta dapat melancarkan
pelaksanaan suatu usaha atau kegiatan (Wahyuningrum, 2004:4). Berdasarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan sehingga dapat
memperlancar kegiatan tersebut.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen fasilitas


perpustakaan adalah suatu proses yang dilakukan oleh petugas perpustakaan
maupun pihak sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, serta pengawasan segala sarana dan prasarana atau fasilitas yang
dibutuhkan dalam menunjang kegiatan atau aktivitas di perpustakaan.

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang memiliki bahan


pustaka secara lengkap, adanya sarana dan prasarana yang memadai, adanya
sumber daya manusia yang berkompeten, memiliki gedung dan ruangan yang
layak pakai, memiliki anggaran tersendiri sebagai bagian dari fasilitas, serta
lengkapnya sarana dan prasarana yang ada. Dengan begitu perpustakaan dapat
digolongkan menjadi perpustakaan yang bermanfaat bagi siswa.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka suatu perpustakaan harus


melakukan manajemen fasilitas dengan baik dan terstruktur, seperti
perencanaan, pengadaan, pendistribusian, inventarisasi, pengaturan
penggunaan, penyimpanan, pemeliharaan, serta penghapusan barang.
Perpustakaan tidak dapat atau tidak boleh dikelola oleh sembarang orang.

9
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan
berbagai sumber pelajaran atau bacaan, maka harus dikelola oleh tenaga ahli
yang benar-benar mempunyai kemampuan atau kompetensi dalam
pengelolaan perpustakaan sekolah.

Selain fasilitas fisik perpustakaan yang mempengaruhi minat baca


siswa, fasilitas batin juga dapat mempengaruhi minat baca siswa di
perpustakaan sekolah. Seperti layanan perpustakaan yang terdapat pada
perpustakaan tersebut, apakah sesuai dengan standarnya dan berkompeten,
atau hanya sembarangan. Terdapat beberapa karakteristik pelayanan
perpustakaan, yaitu pelayanannya bersifat tidak dapat diraba (pelayanan
berlawanan sifatnya dengan barang jadi). Kemudian pelayanan terdiri atas
tindakan sosial sumber daya manusianya. Dan produksi dan konsumsi dari
pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena kejadiannya bersamaan
dan selalu terjadi di tempat sama. Pelayanan perpustakaan di sekolah harus
didasarkan pada aksioma bahwa pelayanan merupakan suatu pemberdayaan.

D. Hasil

1) Minat Baca Siswa SLTA di Daerah Istimewa Yogyakarta.


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, minat
membaca siswa di DIY tergolong tinggi mencapai 91,00 persen dan
berada di urutan keempat di Indonesia. Sementara itu, bahan bacaan yang
diminati oleh pelajar cukup beragam dan berbobot seperti surat kabar,
majalah, artikel elektronik, buku pelajaran, dan buku nonpelajaran. Dari
beberapa jenis bacaan tersebut minat baca siswa di Daerah Istimewa
Yogyakarta cukup tinggi secara nasional. Berdasarkan persentase siswa
yang membaca surat kabar atau majalah di Daerah Istimewa Yogyakarta
berada di urutan pertama sebanyak 27,62 persen. Persentase siswa di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang membaca buku pelajaran berada di
peringkat ketiga sebanyak 68,21 persen, sedangkan persentasi siswa yang

10
membaca artikel elektronik, tercatat pada urutan pertama sebanyak 57,85
persen. Untuk buku nonpelajaran, Daerah Istimewa Yogyakarta
menempati urutan ketiga sebanyak 68,21 persen.

2) Faktor yang Memengaruhi Minat Baca Siswa SLTA di Daerah Istimewa


Yogyakarta.

a) Faktor Internal
Indikator adanya minat membaca pada seseorang antara lain
kebutuhan terhadap bacaan, tindakan untuk mencari bacaan, rasa
senang terhadap bacaan, keinginan untuk selalu membaca,
menindaklanjuti apa yang dibaca, dan, kesiapan membaca. Menurut
Soeatminah (1991: 73-75) faktor-faktor yang memengaruhi minat
membaca secara internal yaitu pembawaan/bakat, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, kesehatan, serta kebiasaan.

b) Faktor Eksternal
a. Fasilitas Perpustakaan
Fasilitas untuk menunjang minat baca siswa yang
terpenting di lingkungan sekolah adalah perpustakaan. Di dalam
perpustakaan harus dilengkapi dengan berbagai jenis buku seperti
buku pelajaran, dan buku nonpelajaran (artikel, majalah, novel,
komik, cerpen, dan buku sastra lainnya). Selain itu fasilitas yang
dapat menunjang minat baca siswa juga dipengaruhi oleh
ketersediaan fasilitas seperti meja, kursi, AC, rak buku, WiFi yang
disusun rapi guna memberikan kenyamanan untuk para siswa
Ketika diperpustakan sehingga tercipta suasana yang kondusif.
Berjalannya manajemen fasilitas di sekolah tersebut seperti
pengecekan kelayakan dan kelengkapan. Kemudian pengecekan
gedung dan ruangan yang layak pakai serta sekolah tersebut
memiliki anggaran tersendiri untuk memperbaiki fasilitas yang ada.

11
b. Pelayanan Perpustakaan
Selain fasilitas, sistem pelayanan perpustakaan juga perlu
diperhatikan, Hal tersebut meliputi tiga system pelayanan. Pertama,
Sistem Pelayanan Terbuka yang memberikan kebebasan kepada
pemustaka untuk mencari dan menemukan secara langsung koleksi
perpustakaan dan sumber informasi yang diperlukan. Kedua,
Sistem Pelayanan Tertutup dimana pemustaka tidak boleh secara
langsung mencari atau mengambil koleksi dari rak. Dengan
menggunakan sistem ini, pustakawan dan tenaga teknis
perpustakaan akan lebih sibuk bekerja karena harus bergerak terus
mencari koleksi yang diperlukan pemustaka terlebih pada saat
pemustaka banyak berkunjung. Ketiga, Sistem Pelayanan
Campuran dengan menerapkan dua sistem pelayanan sekaligus,
yaitu pelayanan terbuka dan tertutup. Perpustakaan yang
menggunakan sistem pelayanan campuran biasanya memberikan
pelayanan secara tertutup untuk pelayanan referensi.

Dari faktor-faktor yang menunjang minat baca siswa, ketersediaan


buku bacaan yang memadai sebagai sumber literasi seperti yang sudah
tertera dalam rangking minat baca siswa SLTA di Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan berbagai jenis buku bacaan serta pelayanan
perpustakaan yang terstruktur secara kondusif berpengaruh dalam
peningkatan minat baca siswa. Sumber bacaan yang beragam dan selalu
diperbarui dapat merangsang motivasi siswa untuk terus meningkatkan
jumlah bacaan. Gerakan wajib literasi yang diterapkan di sekolah juga
melibatkan peran perpustakaan sebagai sarana penunjang kegiatan literasi,
sehingga bahan bacaan di perpustakaan harus selalu diperbarui. Hal
tersebut menunjukkan adanya pengaruh fasilitas dan pelayanan
perpustakaan terhadap peningkatan minat baca siswa. Semakin baik
fasilitas dan pelayanan perpustakaan, maka akan semakin meningkatkan
minat baca siswa.

12
3) Solusi
Dari penelitian mengenai Pengaruh Fasilitas Pelayanan
Perpustakaan Sekolah Terhadap Minat Baca Siswa SLTA di DIY, maka
dapat ditemukan beberapa solusi yang dapat diterapkan di perpustakaan
sekolah khususnya pada wilayah DIY, yaitu sebagai berikut.
1. Menanamkan atau memberikan motivasi kepada siswa tentang
seberapa penting literasi atau membaca untuk diri kita dan kaitannya
dengan Pendidikan. Jika siswa sudah termotivasi dalam dirinya, maka
yang akan terjadi adalah kebiasaan membaca sudah melekat atau
menjadi budaya pada sekolah tersebut.
2. Ketersediaan buku yang monoton juga dapat memengaruhi minat baca
siswa. Dengan memulai atau membiasakan membaca walaupun bacaan
fiksi, maka siswa akan terlatih dalam membaca. Sehingga saat guru
memerintah siswanya untuk membaca buku non fiksi atau pelajaran,
siswa tersebut akan terbiasa dengan model membaca setiap siswa.
3. Kelengkapan fasilitas di perpustakaan adalah hal utama guna
menciptakan suasana yang nyaman pada perpustakaan tersebut. Pihak
sekolah seharusnya juga lebih memerhatikan lagi apa saja kekurangan
fasilitas-fasilitas yang ada di perpustakaan, sehingga para siswa pun
akan tertarik datang ke perpustakaan dan dapat menarik minat untuk
membaca.
4. Manajemen fasilitas perpustakaan merupakan suatu hal yang tidak
dapat dipisahkan dalam mewujudkan perpustakaan yang berhasil.
Dalam manejemn fasilitas perpustakaan seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan segala sarana dan
prasarana atau fasilitas yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan
atau aktivitas di perpustakaan, jika hal tersebut dapat berhasil maka
yang terjadi adalah perpustakaan tersebut akan selalu terlihat rapih dan
terawat, sehingga siswa yang melihat hal tersebut akan tertarik untuk
membaca di perpustakaan tersebut.

13
5. Salah satu faktor minat baca rendah adalah pelayanan perpustakaan
yang kurang. Pelayanan perpustakaan yang baik adalah pelayanan
yang dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjungnya,
khususnya di lingkup Pendidikan. Maka, yang harus dilakukan adalah
sekolah tersebut harus memilih petugas perpustakaan yang benar-benar
ahli dalam bidangnya. Tidak hanya itu, petugas perpuatakaan juga
harus benar-benar dikhususkan dalam pengelolaan perpustakaan bukan
campuran dari tenaga pendidik, sehingga dapat fokus dalam
melakukan pelayanan dan penataan perpustakaan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan tingkat Minat Baca Siswa SLTA di Daerah
Istimewa Yogyakarta tergolong tinggi hal itu dibuktikan dengan data dari
Badan Pusat Statistik Indonesia, minat baca siswa di Daerah Istimewa
Yogyakarta menempati peringkat keempat dengan jumlah 91,00 persen.
Yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal sehingga
mempengaruhi tingkat minat baca siswa SLTA di DIY. Selain faktor
internal dan eksternal, terdapat solusi mengenai fasilitas perpustakaan
yang dapat diterapkan di perpustakaan sekolah khususnya pada wilayah
DIY, sehingga dapat memberikan atau menjadi bahan evaluasi agar
kedepannya perpustakaan dapat digunakan sebagai tempat yang sering
dikunjungi oleh siswa untuk membaca, dan meningkatkan kemampuan
literasi terhadap siswa.

B. Saran
1. Bagi pembaca sebagai sumber referensi dan informasi mengenai
Pengaruh Fasilitas Pelayanan Perpustakaan Sekolah Terhadap Minat
Baca Siswa SLTA di DIY.
2. Bagi pustakawan agar terus mengembangkan pelayanan yang baik
guna meningkatkan minat baca siswa SLTA di Daerah Istimewa
Yogyakarta.

15
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah Sabarti. dkk. 1992/1993. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Fiqriansyah, Nanda. 2021. “Pengaruh Manajemen Fasilitas Perpustakaan dan
Manajemen Pelayanan Perpustakaan Terhadap Minat Baca Peserta Didik”.
Jurnal Ilmu Pendidikan (Online). Jilid. 3. No.1. Diakses dari
https://scholar.google.com/ pada tanggal 6 November 2021.
Prastowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional.
Yogyakarta: Diva Press.
Safruddin, Cepi dkk. 2016. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sutarno, NS. 2006 (82). Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:CV. Sagung Seto.
Diakses dari https://tirto.id/bps-minat-baca-siswa-diy-mencapai-9100-persen-bGjr
Pada tanggal 20 Desember 2021. Pukul 22.01.
Diakses dari https://desytamara.blogspot.com/2017/11/sistem-pelayanan-
perpustakaan-dan-jenis.html?m=1 Pada tanggal 20 Desember 2021. Pukul 17.08.

16

Anda mungkin juga menyukai