PERMASALAHAN
Dalam konteks pendidikan nasional kita, minat baca-tulis masyarakat kita sangat
menghawatirkan. Hal ini disebabkan adanya pelbagai persoalan, misalnya:
Hampir semua kota-kota besar di Indonesia tidak punya perpustakaan yang memadai,
padahal keberadaan perpustakaan yang memadai adalah salah satu ciri kota-kota
modern di negara maju.
Disinyalir lebih dari 250 ribu sekolah di Indonesia, hanya 5% yang memiliki
perpustakaan memadai. Hal ini merupakan fakta yang miris karena bisa menjadi
indikator rendahnya budaya baca di sekolah.
Terjadi lompatan dari kondisi pra-literer ke pasca-literer tanpa melalui kondisi literer.
Budaya menonton lebih dominan di masyarakat kita.
Hasil studi Vincent Greannary yang dikutip World Bank dalam sebuah laporan
pendidikanEducation in Indonesia: From Crisis to Recovery pada tahun 1998
mengungkapkan kemampuan membaca siswa kelas VI SD di Indonesia mendapatkan
poin 51,7. Jauh di bawah Hongkong (75,5), Singapura (74,0), Thailand (65,1), dan
Filipina (52,6). Hasil ini menunjukkan bahwa membaca dalam sistem pendidikan
nasional kita, secara faktual belum terintegrasi dengan kurikulum.
Dari bidang penerbitan tulisan ilmiah, produktifitas negara kita juga masih rendah.
Berdasarkan data Scimagojr, Journal, and Country Rank 2011, Indonesia berada di
ranking 65 dengan jumlah 12.871 publikasi. Posisi Indonesia di bawah Kenya dengan
12.884 publikasi. Negara Paman Sam ada di peringkat pertama, dengan 5.285.514
publikasi. Indonesia masih kalah dengan Singapura yang ada di posisi 32 dengan
108.522 publikasi (okezone.com, 21/2/2012). Jika dilihat dengan perspektif rasio
publikasi penelitian dengan jumlah penduduk, persentasenya menjadi jauh lebih kecil
lagi.
PENYEBAB
1. Gagalnya Program Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah secara nasional bisa dikatakan telah gagal menciptakan budaya
membaca bagi siswa. Kunjungan siswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor:
1. Jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
membaca sebagai basis proses pendidikan. Rendahnya jumlah koleksi tidak
diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala.
2. Peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan. Sebagian
petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan
(pendidikan atau pelatihan kepustakaan).
3. Sekolah tidak mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan
perpustakaan sekolah. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna
karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan.
1. Persoalan Sosial Politik
1. Kurangnya political will (kebijakan) dari pemerintah baik nasional maupun
daerah dalam mengembangkan kesadaran literasi warga.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis.
3. Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang
mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang
diperlukan serta cenderung disepelekan.
4. Anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat
saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengembangkan tradisi literasi.
5. Anggapan keliru bahwa penyadaran literasi hanyalah kewajiban lembaga
pendidikan sehingga yang lain yang belum bergerak membantu, seperti
lembaga bisnis (perusahaan) atau perorangan.
1. Persoalan Teknis di Lapangan
1. Kurang tersedia buku bacaan yang bermutu karena kurangnya kuantitas
perpustakaan dan kuantitas buku bacaan.
70 persen Anak Indonesia akan Sulit Hidup di Abad 21, demikian kata Prof Iwan
Pranoto dari ITB. Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di
bawah rata-rata negara peserta PIRLS 2006 secara keseluruhan yaitu 500, 510, dan
493. Indonesia berada di urutan ke-lima dari bawah, sedikit lebih tinggi dari Qatar
(356), Quwait (333), Maroko (326), dan Afrika Utara (304).
SOLUSI
Melihat persoalan bangsa yang sedemikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan
kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata
yang bukan sekedar wacana semata.
Dibutuhkan intervensi secara sistemik, masif, dan berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya
literasi masyarakat. Pendekatan yang dianggap paling efektif adalah penyadaran literasi sejak
dini dengan melibatkan dunia pendidikan. Hal ini karena tidak dipungkiri hampir seluruh
anak berstatus sebagai pelajar dan melalui proses pendidikan, sebuah program yang
sistematik bisa masuk dengan efektif.
Atas dasar pemikiran inilah kami menawarkan aksi nyata perbaikan budaya literasi melalui
sebuah program yang disebut GERAKAN LITERASI SEKOLAH.
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan penyadaran literasi yang dimulai dari
lembaga pendidikan.
Bentuk Kegiatannya?
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah program intervensi pembudayaan literasi yang tepat,
mudah dilaksanakan, dilakukan secara sistemik, komprehensif, merata pada semua komponen
sekolah, berkelanjutan, dan dikelola secara profesional oleh lembaga yang kredibel.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam Gerakan Literasi Sekolah ini adalah:
Workshop bagi pustakawan, dilakukan secara kolektif dengan sekolah peserta yang
lain
Program Membaca Rutin di Sekolah (Sustained Silent Reading) atau disingkat SSR adalah
strategi intervensi membaca yang telah digunakan oleh negara-negara maju dalam
membudayakan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Program ini
merupakan program yang krusial untuk menjamin terciptanya kebiasaan dan budaya
membaca pada warga sekolah.
Program ini yang diujicobakan di SMP BAYU PERSADA dengan target hasil yang sangat
memuaskan. Hanya dalam waktu kurang dari 2 (dua) bulan siswa SMP BAYU PERSADA
telah membaca 185 buku novel dari target 500 buku dalam setahun.
Program ini ditujukan untuk membantu perpustakaan sekolah dalam menambah koleksi buku
bacaan bermutu. Program pengembangan mencakup penambahan koleksi buku, maupun
inovasi lain untuk mendekatkan siswa kepada perpustakaan misalnya melalui kegiatan
perpustakaan kelas.
Adapun program peningkatan koleksi perpustakaan dilakukan dengan dua cara, yakni
(1) secara internal melalui kegiatan One Student One Book (OSOB) melibatkan siswa/orang
tua untuk menyumbang buku kepada perpustakaan, dan
(2) secara eksternal melalui kegiatan sumbangan buku yang diberikan oleh perusahaan
(sebagai CSR) atau penerbit.
Kegiatan jumpa penulis (meet the author) ditujukan untuk memotivasi peserta Gerakan
Literasi Sekolah untuk menjadi penulis sukses. Penulis yang dihadirkan adalah penulis buku
bermutu dan terkait dengan dunia pendidikan / pengembangan diri siswa.
Bedah buku adalah kegiatan mengeksplorasi dan mengapresiasi pesan dari suatu buku.
Program ini menghadirkan penulis buku tersebut dan ahli yang kompeten dengan bidang
terkait isi buku.
Pemberian Penghargaan
Pemberian penghargaan ini dilakukan melalui kegiatan bertajuk Literacy Award, yakni
sebuah program pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang dinilai berpartisipasi dan
berperan baik secara langsung maupun tidak, dalam usaha penyadaran literasi bangsa melalui
Gerakan Literasi Sekolah ini.
Sasaran penerima Literacy Award adalah sekolah secara kelembagaan, guru/tenaga pendidik,
siswa, perusahaan peduli literasi, dan perorangan yang telah berpartisipasi. Penghargaan
berupa piagam penghargaan dan dana pembinaan untuk peningkatan kesadaran literasi lebih
lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan berkala bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.
Pameran Buku
Pameran buku (book expo) adalah kegiatan bazar buku yang bekerja sama dengan penerbit
atau toko buku. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan penghargaan siswa dan masyarakat
terhadap karya tulis, yang pada akhirnya secara kumulatif akan memotivasi penulis untuk
semakin berkarya.
Pelaksana Kegiatan
Secara keseluruhan program ini dikelola oleh GURU BAHASA INDONESIA DAN
BAHASA INGGRIS dalam program Gerakan Literasi Sekolah
Dalam pelaksanaannya di lapangan akan dilaksanakan kerjasama dengan dinas pendidikan
daerah serta dibantu oleh pihak-pihak lain, seperti sukarelawan literasi (dari mahasiswa /
pekerja sosial), penerbit, perusahaan, media massa, dan individu-individu yang peduli dengan
literasi bangsa.
WAKTU
Pada dasarnya kegiatan ini dilaksanakan sepanjang mungkin, sebagaimana belajar juga
dilaksanakan seumur hidup (long life education). Namun sekolah diberikan pilihan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam beberapa jenis partisipasi:
Partisipasi penuh, yakni mengikuti semua program yang ditawarkan. Untuk waktu
pelaksanannya adalah selama satu tahun. Program yang ditawarkan akan dilaksakan
dengan penyesuaian waktu dengan kegiatan sekolah yang lain.
TARGET
Target yang hendak dicapai melalui GERAKAN LITERASI SEKOLAH ini adalah:
Kualitatif
Kuantitatif
1. Seluruh siswa sekolah dari setiap kelas yang berpartisipasi. Dengan jumlah siswa 150
siswa, maka seluruh siswa akan berpartisipasi.
2. Meningkatnya jumlah buku yang dibaca siswa dalam satu tahun. Dengan asumsi tiap
siswa membaca minimal 10 buku setahun, maka dalam satu kabupaten tercapai 1300
jumlah buku dibaca dalam satu tahun.
3. Meningkatnya koleksi buku perpustakaan sekolah, minimal sejumlah siswa setiap
tahun.
4. Meningkatnya kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah hingga 1000% (10 kali lipat)
5. Tercapai sumbangan buku dari sponsor (perusahaan dan perorangan) sebanyak 300
buku tiap sekolah.
. Maret 2016
Kepala SMP BAYU PERSADA
( Drs. SURIPTO)
Pelaksana Program
(1) Learning to
think (belajar berpikir)
(2) Learning to do
(belajar berbuat)
(3) Learning to
be (belajar jadi )
(4) Learning to live
together (belajar hidup
bersama)
Kepala Sekolah
Drs, SURIPTO
JAMAN A
Bendahara/Juru Bayar
JAMAN A
AGUNG
CHANDRAW ULAN
Tenaga Perpustakaan
NOVITA UJIANI
Caraka
Keamanan/SATPAM
SURYADI
Peraturan Akademik
Peraturan Akademik SMP BAYU PERSADA
b. Apabila ada pelajaran yang tidak tuntas maka peserta didik berhak
megikuti remedial (perbaikan) selama semester berlangsungoleh guru mata
pelajaran masing-masing.
3. Ketentuan penilaian batas minimum ketuntasan Aspek Pengetahuan
Pemahaman Konsep (PPK),Praktik (PRK), dan Sikap (SKP) sesuai dengan
KKM=75%.
a. Bila nilai ketuntasan tidak tercapai peserta didik harus mengikuti
remedial. Nilai maksimum setelah remedial = batas ketuntasan(KKM)
b. Jika hasil ulangan harian utama sama dengan KKM maka nilai yang
diberikan menjadi nilai KKM + 1
c.
d.
e.
f.
4.
5.
6.
9.
a.
b.
c.
d.
Ketentuan lain-lain
Hal hal lain yang belum diatur atau ada perubahan akan di sampaikan
kemudian sesuai dengan peraturan pemerintah
Struktur Sekolah
Kepala Sekolah
Drs. SURIPTO
ACHMAD NURRACHMAN
SPd
Staf Kurikulum 1
Salvia SPd
Staf Kesiswaan 1
Dra,Sri Widihastuti
saja dapat menyampaikan pesan yang salah. Menggambar wajah dengan benar adalah
langkah besar dalam perjalanan Anda menjadi seniman sejati.
Metode 1 dari 3: Wajah Wanita Dewasa
1.
1
Buatlah garis tepi wajah. Kepala tidak pernah berbentuk lingkaran,
bentuk kepala adalah lonjong, seperti telur. Jadi, buatlah sketsa bentuk
lonjong yang mengecil pada bagian bawahnya.
Iklan
2.
3
Gambarlah hidung. Bagi dua lagi bagian bawah gambar dengan garis
horisontal lain. Titik pertemuan garis ini dengan garis vertikal adalah
tempat Anda harus menggambar hidung. Gambar bagian dasar hidung
dan buat lubang hidung di kedua sisinya.
4.
4
Gambarlah mulut. Bagi dua bagian bawah gambar lagi. Bagian dasar
bibir akan terletak pada garis pemisah yang baru saja Anda buat.
Gambarlah garis tempat pertemuan bibir dan gambar bagian atas bibir.
Kemudian, isi bagian dasar bibir.
5. 5
Gambarlah mata.
o
6.
6
Berikan bayangan di bawah mata. Sekarang, berikan bayangan di
bawah mata dan di tempat pertemuan mata dan hidung untuk
menegaskan rongga mata. Untuk menciptakan tampilan lelah, tambahkan
bayangan dan garis tajam dengan sudut tertentu di bawah kelopak mata.
7.
7
Gambarlah telinga. Bagian dasar telinga harus sejajar dengan bagian
dasar hidung, sedangkan bagian atasnya sejajar dengan alis mata.
Ingatlah bahwa telinga harus rata dengan sisi kepala.
8.
8
Gambarlah rambut. Pastikan bahwa Anda menggambar hidung dari titik
belahan rambut ke arah luar.
9.
9
Gambarlah leher. Leher adalah bagian tubuh yang lebih besar dari
bayangan Anda. Gambarlah dua garis dari tempat pertemuan titik
horisontal di bagian bawah dengan ujung wajah.
10.
10
Gambarlah detail lainnya. Berikan bayangan di bawah hidung dan
tegaskan bagian dagu. Berikan garis ekspresi di sekitar mulut dan
bayangan di sudutnya. Kemudian, tegaskan tulang hidung. Semakin jelas
Anda membuat rincian ini, maka tampilan gambar Anda akan semakin tua.
11.
11
Anda mungkin ingin menggambar wajah dengan gaya pakaian
tertentu.
12.
12
Bersihkan gambar Anda. Gunakan penghapus untuk menghilangkan
garis-garis panduan.
Iklan
Metode 2 dari 3: Wajah Wanita Remaja
1.
1
Gambarlah bentuk kepala yang Anda inginkan.
2.
2
Buatlah garis untuk menentukan pusat wajah dan posisi mata.
3.
3
Buatlah sketsa garis untuk menentukan seberapa lebar, panjang,
dan letak mata, hidung, mulut, dan telinga.
4.
4
Buatlah sketsa bentuk dan tampilan mata, mulut, hidung, telinga
dan alis mata.
5.
5
Buatlah sketsa bentuk rambut dan leher.
6.
6
Gunakan alat gambar dengan ujung runcing untuk menambahkan
detail halus wajah.
7.
7
Gambarlah garis tepi menggunakan sketsa sebagai panduan
Anda.
8.
8
Hapuslah garis sketsa sehingga gambar Anda bersih.
9.
9
Warnai dan berikan tampilan bayangan pada gambar Anda.
Iklan
Metode 3 dari 3: Wajah Pria
1.
1
Buatlah gambar tipis-tipis. Buatlah sketsa lingkaran.
2.
2
Gambarlah garis di tengah, dimulai di bagian atas lingkaran dan
diakhiri di tempat dagu. (Garis ini menentukan bahwa gambar wajah
akan mengarah ke depan).
3.
3
Buatlah sketsa garis untuk menentukan bentuk pipi, rahang dan
dagu.
4.
4
Buatlah sketsa untuk menentukan lebar, panjang dan letak mata,
hidung, mulut dan telinga.
5.
5
Buatlah sketsa bentuk dan tampilan mata, hidung, mulut, telinga
dan alis mata.
6.
6
Buatlah sketsa bentuk rambut dan leher.
7.
7
Gunakan alat gambar berujung runcing untuk menambahkan detil
halus wajah.
8.
8
Gambarlah garis tepi wajah menggunakan sketsa sebagai
panduan.
9.
9
Hapuslah garis sketsa untuk menghasilkan gambar yang bersih.
10.
10
Warnai gambar Anda.
11.
11
Sebagai alternatif, tambahkan juga bayangan pada gambar wajah
jika diperlukan.
Tips
Anda tidak perlu menggambar wajah yang persis sama dengan wajah
sebenarnya. Cobalah menggambar wajah dengan gaya Anda sendiri,
karena panduan hanyalah dasar dari teknik menggambar wajah.
Pensil adalah sahabat terbaik Anda dalam proses ini. Kumpulkan pensil
dengan berbagai jenis warna, karena hal ini baik sekali bagi para seniman
pemula. Garis-garis pensil dapat dihapus. Manfaatkan keunggulan ini.
Tambahkan sentuhan kreatif Anda sendiri pada karya seni ini, dan
nyalakan inspirasi Anda.
Jika Anda ingin membuat gambar wajah yang bergaya lebih realis,
tambahkan sedikit bayangan pada mata agar tampak lebih hidup dan
menampilkan emosi tertentu.
Pensil
Kertas
Penggaris
Penghapus