Anda di halaman 1dari 72

PROGRAM

GERAKAN LITERASI SEKOLAH


LATAR BELAKANG
Membaca-menulis (literasi) merupakan salah satu aktifitas penting dalam hidup. Sebagian
besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi
yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di sekolah
maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak berlebihan kiranya Farr (1984) menyebut bahwa Reading is the heart of education.
Bagi masyarakat muslim, pentingnya literasi ditekankan dalam wahyu pertama Allah kepada
Nabi Muhammad SAW, yakni perintah membaca (IQRA) yang dilanjutkan dengan
mendidik melalui literasi (ALLAMA BIL QALAM).
Sedangkan dalam kaitannya dengan menulis, Hernowo (2005) dalam bukunya Mengikat
Makna menyebut bahwa menulis dapat membuat pikiran kita lebih tertata tentang topik yang
kita tulis, membuat kita bisa merumuskan keadaan diri, mengikat dan mengonstruksi
gagasan, mengefektifkan atau membuat kita memiliki sugesti (keyakinan/ pengaruh) positif,
membuat kita semakin pandai memahami sesuatu (menajamkan pemahaman), meningkatkan
daya ingat, membuat kita lebih mengenali diri kita sendiri, mengalirkan diri, membuang
kotoran diri, merekam momen mengesankan yang kita alami, meninggalkan jejak pikiran
yang sangat jelas, memfasihkan komunikasi, memperbanyak kosa-kata, membantu
bekerjanya imajinasi, dan menyebarkan pengetahuan.
UNESCO (1996) mencanangkan empat prinsip belajar abad 21, yakni:
(1) Learning to think (belajar berpikir)
(2) Learning to do (belajar berbuat)
(3) Learning to be (belajar jadi )
(4) Learning to live together (belajar hidup bersama)
Keempat pilar prinsip pembelajaran ini sepenuhnya didasarkan pada kemampuan literasi
(Literary skills).

PERMASALAHAN
Dalam konteks pendidikan nasional kita, minat baca-tulis masyarakat kita sangat
menghawatirkan. Hal ini disebabkan adanya pelbagai persoalan, misalnya:

Hampir semua kota-kota besar di Indonesia tidak punya perpustakaan yang memadai,
padahal keberadaan perpustakaan yang memadai adalah salah satu ciri kota-kota
modern di negara maju.

Perpustakaan yang ada di sebagian kota/kabupaten memiliki tingkat kunjungan


pembaca yang rendah. Sebagai contoh di Jakarta, dari sekitar 10 juta penduduknya
yang berkunjung ke perpustakaan hanya 200 orang/hari dan hanya 20% dari jumlah
itu yang meminjam buku.

Disinyalir lebih dari 250 ribu sekolah di Indonesia, hanya 5% yang memiliki
perpustakaan memadai. Hal ini merupakan fakta yang miris karena bisa menjadi
indikator rendahnya budaya baca di sekolah.

Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV daripada


membaca buku.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, seringkali belum memiliki program


pengembangan literasi, atau menumbuhkan budaya baca-tulis secara sistemik.
Padahal siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah.

Terjadi lompatan dari kondisi pra-literer ke pasca-literer tanpa melalui kondisi literer.
Budaya menonton lebih dominan di masyarakat kita.

Terjadi fenomena Rabun Membaca Pincang Menulis. Penelitian Taufiq Ismail


pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang budaya baca di kalangan pelajar,
rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia
12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku,
sedangkan Indonesia 0 buku.

Hasil studi Vincent Greannary yang dikutip World Bank dalam sebuah laporan
pendidikanEducation in Indonesia: From Crisis to Recovery pada tahun 1998
mengungkapkan kemampuan membaca siswa kelas VI SD di Indonesia mendapatkan
poin 51,7. Jauh di bawah Hongkong (75,5), Singapura (74,0), Thailand (65,1), dan
Filipina (52,6). Hasil ini menunjukkan bahwa membaca dalam sistem pendidikan
nasional kita, secara faktual belum terintegrasi dengan kurikulum.

Produktifitas masyarakat Indonesia dalam bidang penulisan terbilang sangat rendah.


Jumlah buku yang diterbitkan tidak sampai 18 ribu judul per tahun. Jumlah ini jauh
lebih rendah dibandingkan dengan Jepang yang mencapain 40 ribu judul per tahun,
India 60 ribu judul per tahun, dan China 140 ribu judul per tahun (Kompas,
25/6/2012).

Dari bidang penerbitan tulisan ilmiah, produktifitas negara kita juga masih rendah.
Berdasarkan data Scimagojr, Journal, and Country Rank 2011, Indonesia berada di
ranking 65 dengan jumlah 12.871 publikasi. Posisi Indonesia di bawah Kenya dengan
12.884 publikasi. Negara Paman Sam ada di peringkat pertama, dengan 5.285.514
publikasi. Indonesia masih kalah dengan Singapura yang ada di posisi 32 dengan
108.522 publikasi (okezone.com, 21/2/2012). Jika dilihat dengan perspektif rasio

publikasi penelitian dengan jumlah penduduk, persentasenya menjadi jauh lebih kecil
lagi.

PENYEBAB
1. Gagalnya Program Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah secara nasional bisa dikatakan telah gagal menciptakan budaya
membaca bagi siswa. Kunjungan siswa dan jumlah peminjaman buku sangat minim. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor:
1. Jumlah buku koleksi perpustakaan tidak cukup untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
membaca sebagai basis proses pendidikan. Rendahnya jumlah koleksi tidak
diantisipasi dengan program pengadaan buku secara berkala.
2. Peralatan, perlengkapan, dan petugas perpustakaan tidak sesuai kebutuhan. Sebagian
petugas bukanlah tenaga pustakawan khusus dan minim mendapatkan peningkatan
(pendidikan atau pelatihan kepustakaan).
3. Sekolah tidak mengalokasikan anggaran khusus yang memadai untuk pengembangan
perpustakaan sekolah. Akhirnya keberadaan perpustakaan menjadi tidak bermakna
karena kurangnya program kegiatan dan pengembangan.
1. Persoalan Sosial Politik
1. Kurangnya political will (kebijakan) dari pemerintah baik nasional maupun
daerah dalam mengembangkan kesadaran literasi warga.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya baca-tulis.
3. Persoalan rendahnya budaya literasi belum dianggap sebagai masalah yang
mendesak (critical problem) sehingga tidak muncul respon cepat yang
diperlukan serta cenderung disepelekan.
4. Anggapan bahwa tradisi literasi adalah ekslusif untuk kaum elit masyarakat
saja, sehingga kelompok masyarakat awam merasa tidak perlu mengembangkan tradisi literasi.
5. Anggapan keliru bahwa penyadaran literasi hanyalah kewajiban lembaga
pendidikan sehingga yang lain yang belum bergerak membantu, seperti
lembaga bisnis (perusahaan) atau perorangan.
1. Persoalan Teknis di Lapangan
1. Kurang tersedia buku bacaan yang bermutu karena kurangnya kuantitas
perpustakaan dan kuantitas buku bacaan.

2. Kurangnya Sumber Daya Manusia di bidang kepustakaan dan rendahnya


kompetensi pengelola perpustakaan.
3. Perpustakaan belum menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan
nasional.

ANCAMAN GLOBAL (GLOBAL THREAT)

Rendahnya literacy awareness bangsa Indonesia sekarang ini akan semakin


melemahkan daya saing bangsa dalam persaingan global yang semakin kompetitif.

70 persen Anak Indonesia akan Sulit Hidup di Abad 21, demikian kata Prof Iwan
Pranoto dari ITB. Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di
bawah rata-rata negara peserta PIRLS 2006 secara keseluruhan yaitu 500, 510, dan
493. Indonesia berada di urutan ke-lima dari bawah, sedikit lebih tinggi dari Qatar
(356), Quwait (333), Maroko (326), dan Afrika Utara (304).

Sumber Daya Manusia Indonesia kurang kompetitif karena kurangnya penguasaan


ilmu pengetahuan dan teknologi, ini adalah akibat turunan dari rendahnya
kemampuan baca-tulis.

Membaca belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya.

Menciptakan perubahan budaya (cultural change) memerlukan proses yang panjang,


sekitar 1-2 generasi, bergantung pada political will pemerintah dan kesadaran
masyarakat, dengan rentang waktu 1 generasi sekitar 15-25 tahun.

SOLUSI
Melihat persoalan bangsa yang sedemikian krusial dalam hal kesadaran literasi, dibutuhkan
kerjasama banyak pihak untuk mengatasinya. Paling penting adalah adanya tindakan nyata
yang bukan sekedar wacana semata.
Dibutuhkan intervensi secara sistemik, masif, dan berkelanjutan untuk menumbuhkan budaya
literasi masyarakat. Pendekatan yang dianggap paling efektif adalah penyadaran literasi sejak
dini dengan melibatkan dunia pendidikan. Hal ini karena tidak dipungkiri hampir seluruh
anak berstatus sebagai pelajar dan melalui proses pendidikan, sebuah program yang
sistematik bisa masuk dengan efektif.
Atas dasar pemikiran inilah kami menawarkan aksi nyata perbaikan budaya literasi melalui
sebuah program yang disebut GERAKAN LITERASI SEKOLAH.
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan penyadaran literasi yang dimulai dari
lembaga pendidikan.

Sasaran Kegiatan Ini?


Gerakan Literasi Sekolah mengajak semua pihak untuk terlibat dalam usaha penyadaran
budaya literasi, yakni:

Sekolah, sebagai lembaga yang menjadi tempat pelaksanaan gerakan

Guru, sebagai tenaga pendidik dan teladan bagi siswa

Siswa, sebagai sasaran utama gerakan

Pemerintah Daerah (Dinas Pendidikan), sebagai pembuat kebijakan

Yayasan penyelenggara pendidikan, sebagai pembuat kebijakan

Pengelola Perpustakaan, sebagai pusat kegiatan baca-tulis

Perusahaan, sebagai penyumbang buku melalui program CSR

Media Massa, sebagai saluran informasi masyarakat

Bentuk Kegiatannya?
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah program intervensi pembudayaan literasi yang tepat,
mudah dilaksanakan, dilakukan secara sistemik, komprehensif, merata pada semua komponen
sekolah, berkelanjutan, dan dikelola secara profesional oleh lembaga yang kredibel.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam Gerakan Literasi Sekolah ini adalah:

SeMinar dan Workshop

Seminar dilakukan di sekolah peserta GERAKAN LITERASI SEKOLAH, sekaligus


sebagai launching project. Peserta dalam kegiatan seminar literasi ini adalah perwakilan
penyelenggara sekolah, pimpinan sekolah, guru, dan siswa. Seminar dilaksanakan selama
satu hari.
Workshop dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kemampuan literasi warga sekolah
peserta gerakan. Sasaran peserta workshop bervariasi bergantung pada materi workshop.
Adapun materi workshop yang ditawarkan adalah:

Teknik-Teknik Membaca Efektif

Menulis Kreatif Terstruktur dengan Pendekatan Jurnalisme Sastrawi, untuk siswa


SMP.

Workshop bagi pustakawan, dilakukan secara kolektif dengan sekolah peserta yang
lain

Workshop penerbitan buku, menghadirkan pakar penulisan dan penerbit.

Workshop jurnalistik dan manajemen media, untuk redaksi majalah sekolah.

Program Membaca Rutin di Sekolah

Program Membaca Rutin di Sekolah (Sustained Silent Reading) atau disingkat SSR adalah
strategi intervensi membaca yang telah digunakan oleh negara-negara maju dalam
membudayakan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Program ini
merupakan program yang krusial untuk menjamin terciptanya kebiasaan dan budaya
membaca pada warga sekolah.
Program ini yang diujicobakan di SMP BAYU PERSADA dengan target hasil yang sangat
memuaskan. Hanya dalam waktu kurang dari 2 (dua) bulan siswa SMP BAYU PERSADA
telah membaca 185 buku novel dari target 500 buku dalam setahun.

Pengembangan Perpustakaan Sekolah

Program ini ditujukan untuk membantu perpustakaan sekolah dalam menambah koleksi buku
bacaan bermutu. Program pengembangan mencakup penambahan koleksi buku, maupun
inovasi lain untuk mendekatkan siswa kepada perpustakaan misalnya melalui kegiatan
perpustakaan kelas.
Adapun program peningkatan koleksi perpustakaan dilakukan dengan dua cara, yakni
(1) secara internal melalui kegiatan One Student One Book (OSOB) melibatkan siswa/orang
tua untuk menyumbang buku kepada perpustakaan, dan
(2) secara eksternal melalui kegiatan sumbangan buku yang diberikan oleh perusahaan
(sebagai CSR) atau penerbit.

Lomba Literasi (Membaca Menulis)

Lomba literasi dilakukan untuk semakin menumbuhkan kebutuhan membaca-menulis kepada


warga sekolah. Lomba literasi bisa diintegrasikan dengan kegiatan sekolah seperti pada
peringatan Bulan bahasa. Lomba diadakan pada tingkat sekolah (antar siswa) maupun pada
tingkat daerah (antar sekolah).
Beberapa jenis kegiatan lomba literasi yang bisa dilakukan antara lain: speed reading contest,
comprehensive reading contest, story telling competition, essay competition, book review
competition, poetry contest, dan magazine competition.

Jumpa Penulis & Bedah Buku

Kegiatan jumpa penulis (meet the author) ditujukan untuk memotivasi peserta Gerakan
Literasi Sekolah untuk menjadi penulis sukses. Penulis yang dihadirkan adalah penulis buku
bermutu dan terkait dengan dunia pendidikan / pengembangan diri siswa.

Bedah buku adalah kegiatan mengeksplorasi dan mengapresiasi pesan dari suatu buku.
Program ini menghadirkan penulis buku tersebut dan ahli yang kompeten dengan bidang
terkait isi buku.

Pemberian Penghargaan

Pemberian penghargaan ini dilakukan melalui kegiatan bertajuk Literacy Award, yakni
sebuah program pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang dinilai berpartisipasi dan
berperan baik secara langsung maupun tidak, dalam usaha penyadaran literasi bangsa melalui
Gerakan Literasi Sekolah ini.
Sasaran penerima Literacy Award adalah sekolah secara kelembagaan, guru/tenaga pendidik,
siswa, perusahaan peduli literasi, dan perorangan yang telah berpartisipasi. Penghargaan
berupa piagam penghargaan dan dana pembinaan untuk peningkatan kesadaran literasi lebih
lanjut. Kegiatan ini dilaksanakan berkala bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Pameran Buku

Pameran buku (book expo) adalah kegiatan bazar buku yang bekerja sama dengan penerbit
atau toko buku. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan penghargaan siswa dan masyarakat
terhadap karya tulis, yang pada akhirnya secara kumulatif akan memotivasi penulis untuk
semakin berkarya.
Pelaksana Kegiatan
Secara keseluruhan program ini dikelola oleh GURU BAHASA INDONESIA DAN
BAHASA INGGRIS dalam program Gerakan Literasi Sekolah
Dalam pelaksanaannya di lapangan akan dilaksanakan kerjasama dengan dinas pendidikan
daerah serta dibantu oleh pihak-pihak lain, seperti sukarelawan literasi (dari mahasiswa /
pekerja sosial), penerbit, perusahaan, media massa, dan individu-individu yang peduli dengan
literasi bangsa.
WAKTU
Pada dasarnya kegiatan ini dilaksanakan sepanjang mungkin, sebagaimana belajar juga
dilaksanakan seumur hidup (long life education). Namun sekolah diberikan pilihan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ini dalam beberapa jenis partisipasi:

Partisipasi penuh, yakni mengikuti semua program yang ditawarkan. Untuk waktu
pelaksanannya adalah selama satu tahun. Program yang ditawarkan akan dilaksakan
dengan penyesuaian waktu dengan kegiatan sekolah yang lain.

Partisipasi sebagian, yakni mengikuti beberapa program saja. Untuk waktu


pelaksanannya bersifat tentatif dan disesuaikan dengan kegiatan sekolah.

TARGET
Target yang hendak dicapai melalui GERAKAN LITERASI SEKOLAH ini adalah:

Kualitatif

1. Terwujudnya siswa sadar literasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya budaya


baca-tulis di masyarakat
2. Meningkatnya daya saing siswa melalui peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan
akibat minat baca yang tinggi

Kuantitatif

1. Seluruh siswa sekolah dari setiap kelas yang berpartisipasi. Dengan jumlah siswa 150
siswa, maka seluruh siswa akan berpartisipasi.
2. Meningkatnya jumlah buku yang dibaca siswa dalam satu tahun. Dengan asumsi tiap
siswa membaca minimal 10 buku setahun, maka dalam satu kabupaten tercapai 1300
jumlah buku dibaca dalam satu tahun.
3. Meningkatnya koleksi buku perpustakaan sekolah, minimal sejumlah siswa setiap
tahun.
4. Meningkatnya kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah hingga 1000% (10 kali lipat)
5. Tercapai sumbangan buku dari sponsor (perusahaan dan perorangan) sebanyak 300
buku tiap sekolah.

. Maret 2016
Kepala SMP BAYU PERSADA

( Drs. SURIPTO)

Pelaksana Program

( Dra. Sri Widhihastuti )

(1) Learning to
think (belajar berpikir)
(2) Learning to do
(belajar berbuat)
(3) Learning to
be (belajar jadi )
(4) Learning to live
together (belajar hidup
bersama)

Struktur Tata Administrasi Sekolah

Kepala Sekolah

Drs, SURIPTO

Kepala Tata Administrasi Sekolah

JAMAN A

Bendahara/Juru Bayar

SRI WIDIA WATI

Staf Administrasi Urusan Persuratan dan


Komputerisasi

AGUNG MUKTI WIBOWO

Staf Administrasi Urusan Kepegawaian

JAMAN A

Staf Administrasi Urusan Arsiparis dan


Buku Induk

AGUNG

Staf Administrasi Urusan Invenatisasi


Barang dan Kesiswaan

CHANDRAW ULAN

Tenaga Perpustakaan

NOVITA UJIANI

Caraka
Keamanan/SATPAM

SURYADI

Peraturan Akademik
Peraturan Akademik SMP BAYU PERSADA

1. Persyaratan minimal kehadiran peserta didik untuk mengikuti pelajaran 90 %


dari hari efektifselama satu tahun pelajaran yang sedang berlangsung
2.

Ketentuan mengenai ulangan dan remedial


a. Setiap peserta didik wajib mengikuti/meyelesaikan tugas-tugas,ulangan
harian, ulangan tengah semester.

b. Apabila ada pelajaran yang tidak tuntas maka peserta didik berhak
megikuti remedial (perbaikan) selama semester berlangsungoleh guru mata
pelajaran masing-masing.
3. Ketentuan penilaian batas minimum ketuntasan Aspek Pengetahuan
Pemahaman Konsep (PPK),Praktik (PRK), dan Sikap (SKP) sesuai dengan
KKM=75%.
a. Bila nilai ketuntasan tidak tercapai peserta didik harus mengikuti
remedial. Nilai maksimum setelah remedial = batas ketuntasan(KKM)
b. Jika hasil ulangan harian utama sama dengan KKM maka nilai yang
diberikan menjadi nilai KKM + 1
c.

Pelaksanaan remedial harus sudah selesai pada semester bejalan

d.

Pemberian remedial dilaksanakan sampai batas ketuntasan

e.

Nilai untuk aspek Minat dan Sikap dinyatakan dengan :


1) Untuk penilaian peserta didik kelas IX : A (Amat Baik), B (Baik), C
(Cukup), D (Kurang). Ketuntasan nilai untuk aspek Minat dan Sikap
minimal B (Baik)
2) Untuk penilaian peserta didik kelas VII dan VIII : rentang nilai 0 100,
dengan batas ketuntasan = 75

f.
4.

Nilai Rapor adalah hasil pengolahan program EVALUASI SEKOLAH

Ketentuan Kenaikan kelas (Tingkat)

Persyaratan kenaikan kelas VII ke Kelas VIII, dan VIII ke IX yaitu :


Dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran;
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memiliki nilai tidak tuntas paling
banyak 2(dua) mata pelajaran;
1 (satu) mata pelajaran dinyatakan tidak tuntas apabila terdapat minimal 1
(satu) ranah yang nilainya kurang dari KKM
Prosentase kehadiran minimum 90% dari jumlah hari belajar efektif.

5.

Ketentuan Kelulusan yaitu :


Memiliki nilai rapor lengkap untuk 6 semester
Memiliki nilai seluruh mata pelajaran yang diujikan secara nasional
/sekolah
Nilai sikap ratarata baik(B)
Kriteria Kelulusan Ujian Nasional yaitu :
Memiliki nilai rata-rata minimum 5,5 untuk seluruh mata pelajaran yang
diujikan dengan tidak ada nilai dibawah 4,0
Kriteria Kelulusan untuk Ujian Sekolah ditentukan oleh sekolah yaitu memiliki
nilai rata-rata minimum 6,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan
dengan tidak ada nilai dibawah 4,0

6.

Ketentuan mengenai hak hak peserta didik


a. Peserta didik menggunakan fasilitas belajar selama proses KBM
berlangsung dan berstatus sebagai peserta didik/siswi di SMA Negeri 11
Jakarta
b. Peserta didik menggunakan laboratorium (Fisika, Kimia, Biologi,
Bahasa,Masjid dan Komputer ) sesuai dengan jadwal yang telah di susun
oleh pihak sekolah
c. Peserta didik berhak menggunakan akses internet sekolah untuk
keperluan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar (quiz online)
d. Setiap peserta didik menjadi anggota perpustakaan SMP BAYU
PERSADA Jakarta dan berhak mengunjungi Perpustakaan dan
menggunakan perpustakaan menjadi referensi/ bacaan
e. Setiap peserta didik memperoleh kartu anggota perpustakaan yang dapat
digunakan untuk meminjam buku-buku referensi dengan syarat mentaati
semua ketentuan yang berlaku di Perpuataakan SMA Negeri 11 Jakarta

7. Ketentuan mengenai layanan konsultan kepada guru mata pelajaran, wali


kelas atau penasehat akademis

a. Layanan konsultan dapat dilakukan pada hari belajar efektif masing


masing mata pelajaranpada saat guru/wali kelas/penasehat akademis tidak
dalam tugas pokoknya
b. Layanan peserta didik terhadap masalah akademis dan non akademis
dilaksanakan setiap hari oleh guru bimbingan konseling
c. Bila ada hal-hal yang bersiat insidental dapat dijadwalkan sesuai dengan
kesepakatan.
8.

Ketentuan- ketentuan khusus


Peserta didik di kembalikan ke orang tua/keluar apabila :

9.

a.

Menikah selama berstatus peserta didik di SMPBAYU PERSADA

b.

Hamil diluar nikah

c.

Tidak naik kelas selama 2 tahun berturut-turut

d.

Ditetapkan dalam sidang pelanggaran tata tertib peserta didik

Ketentuan lain-lain

Hal hal lain yang belum diatur atau ada perubahan akan di sampaikan
kemudian sesuai dengan peraturan pemerintah
Struktur Sekolah

Kepala Sekolah

Drs. SURIPTO

Wakil Kepala Sekolah

ACHMAD NURRACHMAN
SPd

Staf Kurikulum 1

Salvia SPd

Staf Kesiswaan 1

Dra,Sri Widihastuti

Cara Menggambar Wajah

3 Metode:Wajah Wanita DewasaWajah Wanita RemajaWajah Pria


Wajah adalah bagian dasar dari anatomi manusia, dan menampilkan berbagai emosi. Wajah
manusia umumnya merupakan titik terpenting dalam sebuah gambar, dan kesalahan sedikit

saja dapat menyampaikan pesan yang salah. Menggambar wajah dengan benar adalah
langkah besar dalam perjalanan Anda menjadi seniman sejati.
Metode 1 dari 3: Wajah Wanita Dewasa
1.
1
Buatlah garis tepi wajah. Kepala tidak pernah berbentuk lingkaran,
bentuk kepala adalah lonjong, seperti telur. Jadi, buatlah sketsa bentuk
lonjong yang mengecil pada bagian bawahnya.
Iklan
2.

Gambarlah garis pemisah. Cara paling mudah untuk menggambar


wajah adalah menggunakan garis pemisah untuk memetakan bagianbagian wajah. Pertama-tama, gambar garis di bagian tengah bentuk
lonjong yang telah Anda buat. Kemudian, bagi dua gambar ini sekali lagi,
kali ini secara horisontal.
3.

3
Gambarlah hidung. Bagi dua lagi bagian bawah gambar dengan garis
horisontal lain. Titik pertemuan garis ini dengan garis vertikal adalah
tempat Anda harus menggambar hidung. Gambar bagian dasar hidung
dan buat lubang hidung di kedua sisinya.

4.

4
Gambarlah mulut. Bagi dua bagian bawah gambar lagi. Bagian dasar
bibir akan terletak pada garis pemisah yang baru saja Anda buat.
Gambarlah garis tempat pertemuan bibir dan gambar bagian atas bibir.
Kemudian, isi bagian dasar bibir.
5. 5
Gambarlah mata.
o

Gambarlah dua buah lingkaran besar untuk membuat mata pada


garis horisontal utama. Lingkaran ini akan menjadi rongga mata.
Bagian atas lingkaran ini adalah alis dan bagian bawahnya adalah
tulang pipi.

Gambarlah bola mata di tengah rongga mata.

Anda perlu belajar menggambar bentuk mata. Mata berbentuk


seperti kacang almon, jadi ingatlah hal ini saat menggambarnya
(mata memiliki banyak bentuk dan ukuran, dan Anda
perlumengenali bentuknya). Sebagai panduan umum, jarak antara
kedua mata sama dengan lebar mata.

Di dalam iris, pusat warna mata, gambarlah pupil, yang merupakan


bagian tergelap dalam mata. Isi sebagian besarnya dengan warna
hitam, dan biarkan sedikit putih. Dengan pensil mengarah
horisontal, gambar bayangan pada bagian dasarnya. Variasikan
bayangan dari sedang dan terang di dalam iris, gunakan garis-garis
pendek yang rapat dari ujung pupil ke bagian putih mata.
Gambarlah lebih cerah di beberapa area untuk memberikan efek
yang menyenangkan. Gambarlah alis mata di atasnya. Kemudian
ikuti petunjuk selanjutnya untuk menggambar bagian bawah mata:

Gambarlah bagian atas kelopak mata di atas bentuk kacang almon.


Bagian dasar kelopak mata berada tepat di atas iris dan meliputi
sedikit daerah di atasnya.

6.

6
Berikan bayangan di bawah mata. Sekarang, berikan bayangan di
bawah mata dan di tempat pertemuan mata dan hidung untuk
menegaskan rongga mata. Untuk menciptakan tampilan lelah, tambahkan
bayangan dan garis tajam dengan sudut tertentu di bawah kelopak mata.

7.

7
Gambarlah telinga. Bagian dasar telinga harus sejajar dengan bagian
dasar hidung, sedangkan bagian atasnya sejajar dengan alis mata.
Ingatlah bahwa telinga harus rata dengan sisi kepala.

8.

8
Gambarlah rambut. Pastikan bahwa Anda menggambar hidung dari titik
belahan rambut ke arah luar.

9.

9
Gambarlah leher. Leher adalah bagian tubuh yang lebih besar dari
bayangan Anda. Gambarlah dua garis dari tempat pertemuan titik
horisontal di bagian bawah dengan ujung wajah.

10.

10
Gambarlah detail lainnya. Berikan bayangan di bawah hidung dan
tegaskan bagian dagu. Berikan garis ekspresi di sekitar mulut dan
bayangan di sudutnya. Kemudian, tegaskan tulang hidung. Semakin jelas
Anda membuat rincian ini, maka tampilan gambar Anda akan semakin tua.

11.

11
Anda mungkin ingin menggambar wajah dengan gaya pakaian
tertentu.

12.

12
Bersihkan gambar Anda. Gunakan penghapus untuk menghilangkan
garis-garis panduan.
Iklan
Metode 2 dari 3: Wajah Wanita Remaja

1.

1
Gambarlah bentuk kepala yang Anda inginkan.

2.

2
Buatlah garis untuk menentukan pusat wajah dan posisi mata.

3.

3
Buatlah sketsa garis untuk menentukan seberapa lebar, panjang,
dan letak mata, hidung, mulut, dan telinga.

4.

4
Buatlah sketsa bentuk dan tampilan mata, mulut, hidung, telinga
dan alis mata.

5.

5
Buatlah sketsa bentuk rambut dan leher.

6.

6
Gunakan alat gambar dengan ujung runcing untuk menambahkan
detail halus wajah.

7.

7
Gambarlah garis tepi menggunakan sketsa sebagai panduan
Anda.

8.

8
Hapuslah garis sketsa sehingga gambar Anda bersih.

9.

9
Warnai dan berikan tampilan bayangan pada gambar Anda.
Iklan
Metode 3 dari 3: Wajah Pria

1.

1
Buatlah gambar tipis-tipis. Buatlah sketsa lingkaran.

2.

2
Gambarlah garis di tengah, dimulai di bagian atas lingkaran dan
diakhiri di tempat dagu. (Garis ini menentukan bahwa gambar wajah
akan mengarah ke depan).

3.

3
Buatlah sketsa garis untuk menentukan bentuk pipi, rahang dan
dagu.

4.

4
Buatlah sketsa untuk menentukan lebar, panjang dan letak mata,
hidung, mulut dan telinga.

5.

5
Buatlah sketsa bentuk dan tampilan mata, hidung, mulut, telinga
dan alis mata.

6.

6
Buatlah sketsa bentuk rambut dan leher.

7.

7
Gunakan alat gambar berujung runcing untuk menambahkan detil
halus wajah.

8.

8
Gambarlah garis tepi wajah menggunakan sketsa sebagai
panduan.

9.

9
Hapuslah garis sketsa untuk menghasilkan gambar yang bersih.

10.

10
Warnai gambar Anda.

11.

11
Sebagai alternatif, tambahkan juga bayangan pada gambar wajah
jika diperlukan.
Tips

Anda tidak perlu menggambar wajah yang persis sama dengan wajah
sebenarnya. Cobalah menggambar wajah dengan gaya Anda sendiri,
karena panduan hanyalah dasar dari teknik menggambar wajah.

Pensil adalah sahabat terbaik Anda dalam proses ini. Kumpulkan pensil
dengan berbagai jenis warna, karena hal ini baik sekali bagi para seniman
pemula. Garis-garis pensil dapat dihapus. Manfaatkan keunggulan ini.

Jangan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk detail yang terlalu


spesifik, seperti simitri dan proporsi yang tepat. Ini semua akan membuat
Anda kehabisan waktu.

Tambahkan sentuhan kreatif Anda sendiri pada karya seni ini, dan
nyalakan inspirasi Anda.

Jika Anda ingin membuat gambar wajah yang bergaya lebih realis,
tambahkan sedikit bayangan pada mata agar tampak lebih hidup dan
menampilkan emosi tertentu.

Anda tidak akan salah jika menggambar menggunakan imajinasi pribadi.

Hal yang Anda Butuhkan

Pensil

Kertas

Penggaris

Penghapus

Pulpen (untuk menggambar garis akhir menimpa garis-garis sketsa pensil)

Anda mungkin juga menyukai