Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA LITERASI

Budaya literasi adalah suatu budaya di dalam masyarakat yang meliputi segala usaha manusia
yang berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Komponen utama dalam
pembentukan budaya literasi adalah kegiatan membaca, menulis, dan berpikir kritis.
Tujuannya adalah menciptaan tradisi berpiki yang diikuti oleh proses membaca dan menulis
sehingga dapat menciptakan kary tulis ilmiah yang berdaya guna

AGEN PEMBENTUKAN
Budaya literasi pada anak diperkenalkan pertama kali oleh keluarga. Pengembangan budaya
literasi di dalam rumah dapat dilakukan dengan meletakkan berbagai macam bacaan di
tempat khusus yang mudah ditemukan dan dijangkau oleh anak. Bahan bacaan dapat
diberikan dalam bentuk buku, majalah, atau koran. Sedangkan kegiatan menulis didukung
dengan penyediaan alat tulis di dalam rumah. Bahan bacaan dapat disimpan di dalam lemari,
laci atau rak buku.

BUDAYA LITERASI DI INDONESIA


Pada ‘indeks Aktivitas Membaca 34 Provinsi’ KEMDIKUD 2019 yang menunjukan indeks
literasi membaca secara nasional masih rendah. 9 provinsi tergolong rendah dan 1 provinsi
sangat rendah.

Menurut riset World’s Most Literate Nations Rangked pada 2016 menjelaskan bahwa
Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dengan Botswana di peringgak ke-61 dan
Thailand di peringkat ke-59.

Menurut Rintaningrum pada 2019, Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi


salah satu faktor penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia yang berdampak
langsung pada sektor ekonomi dan kesehatan. Situasi ini diperburuk oleh fakta bahwa budaya
bicara masih mendominasi budaya membaca. Budaya inilah yang menjadi penghambat utama
peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, yang seharusnya mampu mengembangkan diri
dengan membaca secara mandiri.

Keadaan pendidikan suatu bangsa dapat mengungkapkan indikator-indikator penting


kualitasnya. Belajar selalu identik dengan kegiatan membaca karena membaca akan
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang. Jika orang memiliki
keinginan yang kuat untuk membaca, fenomena pengangguran intelektual tidak akan terjadi.
Karena minat baca masyarakat masih dikatakan rendah di Indonesia, maka masih terjadi
fenomena pengangguran intelektual.

Minimnya minat baca pada masyarakat kita berdampak signifikan terhadap kualitas bangsa
Indonesia, karena tidak mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan informasi di
dunia, yang pada gilirannya berdampak pada negara. keterbelakangan. Kualitas suatu bangsa
ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan
dihasilkan dari seberapa banyak pengetahuan yang diperolehnya, sedangkan pengetahuan
diperoleh dari informasi yang diperoleh dari lisan dan tulisan.

Aktivis pendidikan sepakat bahwa banyak membaca adalah kunci menguasai ilmu
pengetahuan. Karena membaca memiliki kemampuan untuk membuka pintu ke seluruh
dunia. Ketika jendela dunia dibuka, masyarakat Indonesia akan dapat melihat apa yang ada di
baliknya. Sehingga cara berpikir masyarakat kita maju dan kita mampu keluar dari
kemiskinan menuju kehidupan yang sejahtera. Orang akan lebih kreatif dan inovatif sebagai
hasil dari pengetahuan membaca mereka. Jika dipadukan dengan soft skill mereka, hal ini
akan memperkuat personal branding mereka, membuat mereka menonjol dari keramaian.

FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA BUDAYA LITERASI DI INDONESIA


- Rendahnya motivasi dan minat baca
- Masih banyak masyarakat indonesia yg buta huruf
- Kebiasaan membaca dan menulis belum dimulai dari rumah
- Minimnya sarana membaca
- Kurangnya refrensi dari perpuntakaan
- Refrensi dalam bahasa asing
- Perkembangan teknologi yang semakin canggih
- Sikap malas untuk mengembangkan gagasan

PENTINGNYA BUDAYA LITERASI


Menurut Western Sydney University,Literasi budaya penting bagi individu dan masyarakat
tempat mereka tinggal.

Sebagai individu, literasi budaya akan membantu individu untuk berhasil berinteraksi dengan
orang-orang dari berbagai latar belakang,membantu individu untuk mengembangkan
perspektif budaya kritis, terutama jika individu itu adalah bagian dari 'budaya dominan': alih-
alih menerima kepercayaan dan praktik budaya sendiri begitu saja dan melihatnya sebagai
'normal', individu dapat melihatnya dalam konteks banyak hal. budaya dan mengevaluasi
kekuatan dan keterbatasan mereka (Flavell, Thackrah & Hoffman, 2013). Literasi budaya
juga membantu individu mengembangkan keterampilan terkait, seperti komunikasi dan
refleksi diri (Flavell, Thackrah & Hoffman, 2013).

Literasi budaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya. Dia mengurangi
prasangka dan ketidaksetaraan berdasarkan budaya, meningkatkan nilai yang ditempatkan
pada keragaman, dan meningkatkan partisipasi dalam praktik sosial masyarakat itu, termasuk
akses ke lembaga dan layanan (Anning, 2010).

Misalnya, ketika orang-orang yang melek budaya memiliki pengaruh di lembaga-lembaga


seperti universitas atau lembaga pemerintah, mereka dapat memastikan bahwa orang-orang
dari semua latar belakang budaya dapat berpartisipasi secara adil dalam pendidikan dan
layanan. Literasi budaya penting bagi individu dan masyarakat tempat mereka tinggal.

MENGAPA BUDAYA LITERASI HARUS DITANAMKAN/DIAJARKAN SEJAK


DINI ?

Umumnya, anak-anak di indonesia mulai belajar membaca saat di taman kanak-kanak atau
sekolah dasar.Tetapi penelitian menemukan banyak bukti bahwa perkembangan literasi dini
dimulai jauh sebelum seorang anak menduduki bangku sekolah. Kegiatan literasi harus
dimulai sejak anak usia dini karena usia dini merupakan masa paling penting bagi
pembentukan pengetahuan dan perilaku anak. Pada masa ini, anak memiliki daya ingat yang
kuat karena kondisi kepribadian cenderung belum matang sehingga mudah hanyut dalam
kebiasaan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penting untuk
mulai melakukan kegiatan literasi sejak usia dini
Orangtua perlu turut andil dalam menanamkan pendidikan literasi kepada anak-anak. Anak-
anak yang tumbuh di lingkungan yang kaya akan literasi cenderung lebih unggul di
sekolahnya dibanding dengan anak-anak yang jarang terpapar banyak buku. Studi lain
menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya terlibat dalam pendampingan
pembelajaran menunjukkan perkembangan sosial dan emosional yang lebih besar (Allen &
Daly, 2002), pengendalian diri yang lebih besar, penyesuaian sosial yang lebih besar,
kesehatan mental yang lebih baik, kompetensi sosial yang lebih besar, hubungan teman
sebaya yang lebih positif, dan toleransi yang lebih besar (Desforges & Abouchaar, 2003). 

Kegiatan membaca penting untuk anak karena membantu melatih agar anak terbiasa baca
bahkan mencintai baca di masa depan. Dengan membaca, memungkinkan anak-anak untuk
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Jika anak belum bisa membaca, orang tua
dapat membacakan lantang suatu tulisan, contohnya dengan membacakan dongeng-dongeng
yang menarik. Dengan cara ini anak akan terbiasa dengan bunyi bahasa, konstruksi kalimat,
dan nada serta ritme pengucapan yang berbeda. Tak hanya itu, membaca dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa, meningkatkan kosa kata dan
meningkatkan ejaan.

Menulis tak kalah penting dengan membaca. Menulis adalah langkah pertama dalam
mengungkapkan pemikiran yang rumit. Menulis adalah fungsi simbolik yang diperoleh anak.
Dengan kata lain, mereka memperoleh kapasitas untuk memahami serta
mengekspresikannya. Dengan menulis terjadi perkembangan keterampilan psikomotorik,
yaitu kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik.

BEBERAPA UPAYA UNTUK MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI DAN


MINAT BACA DI DALAM MASYARAKAT DAN MAHASISWA

Pertama, menanamkan gemar membaca sejak dini. memiliki minat baca haruslah
ditumbuhkan sejak usia dini. Dalam hal ini, faktor keluarga memang sangat diperlukan.
Dibutuhkan kesadaran dan dorongan para orang tua yang sejak dini selalu menyisikan waktu
dan mengarahkan anak2nya melakukan aktivitas membaca secara bersama-sama

Kedua, menciptakan lingkungan ramah buku. Pada dasarnya minat baca akan tumbuh apabila
didukung oleh faktor lingkungan yg memadai. Maka dari itu, pihak perguruan tinggi ataupun
di lingkungan masyarakat sebaiknya kreatif menciptakan berbagai sarana dan fasilitas baca
yang menarik dan disenangi mahasiswa, sehingga aktivitas mahasiswa selain pada jam
belajar dapat dimanfaatkan untuk kegiatan membaca.

Ketiga, perguruan tinggi harus mengambil peran. Para dosen dan mahasiswa berperan
penting dalam menumbuhkan budaya literasi dan minat baca masyarakat dengan cara
merancang program literasi yang kreatif dan inovatif, sebagaimana yg menjadi salah
kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat, yaitu dgn
melaksanakan program2 literasi ke dalam kegiatan pengabdian masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai