Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks penelitian


Minat baca mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebiasaan
membaca siswa. Siswa dengan minat baca tinggi akan mudah memahami apa
yang mereka baca. Hal ini dikarenakan keinginan serta kemauan untuk
memahami isi dari buku sangat tinggi. Minat baca juga berpengaruh terhadap
hasil prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan tingkat wawasan yang
dimiliki siswa dengan minat baca tinggi lebih luas dibanding siswa dengan
minat baca rendah. Dengan kegemaran akan membaca, siswa akan lebih
responsif dalam menyerap ilmu dari buku yang mereka baca.
Disamping itu minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kemajuan bangsa, penguasaan IPTEK hanya dapat diraih dengan minat baca
yang tinggi. Berdasarkan studi yang dilakukan Central Connecticut State
Universitypada tahun 2016 mengenai “Most literate Nations in The World”
menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara
dengan tingkat minat baca sebesar 0,01 persen atau satu banding sepuluh ribu.

Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003dalam “Human Development


Report 2003” bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Indeks – HDI) berdasarkan angka buta huruf menunjukkan bahwa
“pembangunan manusia di Indonesia“ menempati urutan yang ke 112 dari
174 negara di dunia yang dievaluasi. Sedangkan Vietnam menempati urutan
ke 109. Namun negara mereka lebih yakin bahwa dengan “membangun
manusianya“ sebagai prioritas terdepan, akan mampu mengejar ketinggalan
yang selama ini mereka alami. (Baderi, 2005).
Hal di atas sejalan dengan data yangdikeluarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2003 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa
Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di
atas 15 tahun yang membaca koran pada minggu hanya 55,11 %. Sedangkan
yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 %, buku cerita 16,72 %,
buku pelajaran sekolah 44.28 %, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan

1
lainnya hanya 21,07 %. Data BPS lainnya juga menunjukkan bahwa
penduduk Indonesia belum menjadikan membaca sebagai informasi. Orang
lebih memilih televisi dan mendengarkan radio.
Kecenderungan cara mendapatkan informasi lewat membaca stagnan sejak
1993. Hanya naik sekitar 0,2 %. Jauh jika dibandingkan dengan menonton
televisi yang kenaikan persentasenya mencapai 211,1 %. Data 2006
menunjukkan bahwa orang Indonesia yang membaca untuk mendapatkan
informasi baru 23,5 % dari total penduduk. Sedangkan, dengan menonton
televisi sebanyak 85,9 % dan mendengarkan radio sebesar 40,3 %. Angka
angka tersebut menggambarkan bahwa minat penduduk Indonesia masih
rendah.
Selain itu, berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak
dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural
Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di
bawahnegara-negara Asia. Indonesia tampaknya harusbanyak belajar dari
negara-negara maju yang memiliki tradisi membaca cukup tinggi. Jepang,
Amerika, Jerman, dan negara maju lainnya yang masyarakatnya punya tradisi
membaca buku, begitu pesat peradabannya. Masyarakat negara tersebut sudah
menjadikan buku sebagai sahabat yang menemani mereka kemana pun
mereka pergi, ketika antre membeli karcis, menunggu kereta, di dalam bus,
mereka manfaatkan waktu dengan kegiatan produktif yakni membaca buku.
Di Indonesia kebiasaan ini belum tampak. Hal ini disebabkan Masyarakat
Indonesia lebih kuat dengan budaya lisan dibandingkan dengan budaya baca.
Melihat pentingnya minat baca bagi kemajuan bangsa serta hasil prestasi
belajar siswa, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca
siswa serta prestasi belajar, terutama di Mts Nurul Jannah Sawaran Lor
melalui program literasi pojok baca yang akan melatih siswa agar terbiasa
membaca dan menambah wawasan mereka.
1.2 Fokus Penelitian
Karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, teori-teori, agar penelitian
dapat dilakukan secara maksimal maka peneliti memberi batasan masalah
atau fokus penelitian yakni Efektifitas program literasi pojok baca dalam

2
meningkatkan minat baca dan prestasi belajar siswa di MTs Nurul Jannah
Sawaran lor.

Program literasi pojok baca = Y

Minat baca =X1

Prestasi belajar =X2

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dirumuskan suatu


permasalahan sebagai berikut :
a) Apakah program literasi pojok baca efektif dalam meningkatkan minat
baca dan prestasi belajar siswa di MTs Nurul Jannah Sawaran Lor. ?
1.3. Landasan Teori
1.3.1. Program literasi
A. Pengertian
Literasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk
menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan
memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca da
menulis. Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian literasi
adalah suatu kemampuan individu dalam mengolah dan memahami
informasi kettika melakukan kegiatan membaca dan menulis.
Dengan kata lain, literasi adalah seperangkat keterampilan dan
kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berhitung, serta
memecahkan masalah dalam ehidupan sehari hari.
Secara etimologis, istilah literasi berasal dari bahasa latin
‘literatus’ dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini,
arti literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan
menulis. Literasi juga dapat di artikan kemampuan berbahasa yang
dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara,
menyimak, dan menulis) dengan cara berbeda sesuai dengan

3
tujuannya. Jika di definisikan secara singkat, definisikan secara
singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca
menurut Elizabeth Sulzby (1986). Berkenaan dengan ini Kern
(2000. Dalam ST Septiani) mendefinisikan istilah literasi secara
komprehensif yaitu penggunaan praktik praktik situasi sosial, dan
historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan
makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah
kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara
konvensi- konvensi tekstual dan konteks penggunaannya serta
idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang
hubungan hubungan itu. Karena peka dengan maksud/tujuan,
literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di
antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/wacana.
Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif,
pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan
pengetahuan kultural.

Budaya literasi di sekolah belum menjadi kebutuhan bagi


sebagian siswa, padahal dengan kegiatan literasi dapat
memudahkan siswa dalam membaca. Sulzby dalam Fatin (2015:
47) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan
menulis yang bisa diartikan melek huruf. Literasi menurut
Kemendikbud (2016: 2) adalah “kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak,
menulis, dan atau berbicara”. Pendapat lain mengenai literasi
dijelaskan oleh Kern dalam Widyaningrum (2016: 128)
mendefinisikan istilah literasi yaitu penggunaan praktik-praktik
situasional dan historis serta kultural dalam menciptakan dan
menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan
serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang jenis-jenis
teks yang digunakan, dan pengetahuankultural.

4
B. Prinsip Pendidikan Literasi
Menurut Kern (2000) terdapat tujuh prinsip pendidikan
literasi, yaitu:
1. Literasi melibatkan interpretasi
Penulis/ pembicara dan pembaca/ pendengar berpartisipasi
dalam tindak interpretasi, yakni: penulis/ pembicara
menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan,
perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/ pendengar kemudian
mengiterpretasikan interpretasi penulis/ pembicara dalam bentuk
konsepsinya sendiri tentang dunia.
2. Literasi melibatkan kolaborasi
Terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/
pembicara dan membaca/ pendengar. Kerjasama yang dimaksud itu
dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama. Penulis/
pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/ dikatakan atau yang
tidak perlu ditulis/ dikatakan berdasarkan pemahaman mereka
terhadap pembaca/ pendengarnya. Sementara pembaca/ pendengar
mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka agar
dapat membuat teks penulis bermakna.
3. Literasi melibatkan konvensi
Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan
berbicara itu ditentukan oleh konvensi/ kesepakatan kultural (tidak
universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi
untuk tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-
aturan bahasa baik lisan maupun tertulis.
4. Literasi melibatkan pengetahuan kultural.
Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara
berfungsi dalam sistem-sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-
cita, dan nilai tertentu. Sehingga orang-orang yang berada di luar
suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah dipahami oleh orang-
orang yang berada dalam sistem
budaya tersebut.

5
5. Literasi melibatkan pemecahan masalah.
Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan
situasi yangmelingkupinya, maka tindak menyimak, berbicara,
membaca, dan menulisitu melibatkan upaya membayangkan
hubungan-hubungan di antara katakata,frase-frase, kalimat-kalimat,
unit-unit makna, teks-teks, dan duniadunia. Upaya membayangkan/
memikirkan/ mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah.
6. Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri.
Pembaca/ pendengar dan penulis/ pembicara memikirkan
bahasa dan hubungan-hubungannya dengan dunia dan diri mereka
sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi mereka
memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana
mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.
7. Literasi melibatkan penggunaan bahasa.
Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/
tertulis) melainkan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana
bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis
untuk menciptakan sebuah wacana/ diskursus.
Dari poin diatas maka prinsip pendidikan literasi adalah
literasi melibatkan interpretasi, kolaborasi, konversi, pengetahuan
kultural, pemecahan masalah, refleksi diri, dan melibatkan
penggunaan bahasa.
C. Tingkatan Literasi
Literasi tidaklah seragam karena literasi memiliki
tingkatan-tingkatan yangmenanjak. Jika seseorang sudah
menguasai satu tahapan literasi maka ia memiliki pijakan untuk
naik ke tingkatan literasi berikutnya. Wells (1987, 111)
menyebutkan bahwa terdapat empat tingkatan literasi, yaitu:
performative, functional, informational, dan epistemic. Orang yang
tingkat literasinya berada pada tingkat performatif, ia mampu
membaca dan menulis, serta berbicara dengansimbol-simbol yang

6
digunakan (bahasa). Pada tingkat functional orang diharapkandapat
menggunakan bahasa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari
seperti membaca buku manual. Pada tingkat informational orang
diharapkan dapat mengakses pengetahuan dengan bahasa.
Sementara pada tingkat epistemic orang dapat mentransformasikan
pengetahuan dalam bahasa.
Dengan demikian tingkatan literasi dimulai dari tingkatan
paling bawah yaitu performative, functional, informational, dan
epistemic.

D. Model Literasi
Menurut UNESCO yang dikutip oleh Nasution (2013: 12-13),
memasukkanenam kategori kelangsungan hidup kemampuan
literasi abad 21 yang terdiri dari:
1. Basic Literacy, kadang-kadang disebut Literasi Fungsional
(Functional Literacy), merupakan kemampuan dasar literasi atau
sistem belajar konvensional seperti bagaimana membaca, menulis,
dan melakukan perhitungan numerik dan mengoperasikan sehingga
setiap individu dapat berfungsi dan memperoleh kesempatan untuk
berpartisipasi di masyarakat, di rumah, di kantor maupun sekolah.
2. Computer literacy, merupakan seperangkat keterampilan, sikap
dan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami dan
mengoperasikan fungsi dasar teknologi informasi dan komunikasi,
termasuk perangkat dan alat-alat seperti komputer pribadi (PC),
laptop, ponsel, iPod, BlackBerry, dan sebagainya, literasi komputer
biasanya dibagi menjadi hardware dan software literasi.
3. Media Literacy, merupakan seperangkat keterampilan, sikap dan
pengetahuan yang diperlukan untuk memahami dan memanfaatkan
berbagai jenis media dan format di mana informasi di
komunikasikan dari pengirim ke penerima, seperti gambar, suara,
dan video, dan apakah sebagai transaksi antara individu, atau

7
sebagai transaksi massal antara pengirim tunggal dan banyak
penerima, atau, sebaliknya.
4. Distance Learning dan E-Learning adalah istilah yang merujuk
pada modalitas pendidikan dan pelatihan yang menggunakan
jaringan
Selain itu, terdapat 4 Model literasi informasiyang terkenal
yaitu The Big 6, Seven Pillars, dan Empowering 8 serta satu lagi
The Seven Faces of Information Literacy sebagaimana diusulkan
oleh Bruce.

a) The Big 6

The Big 6 dikembangkan di AS oleh dua pustakawan, Mike


Eisdenberg dengan Bob Berkowitz.The Big 6 menggunakan
pendekatan pemecahan masalah untuk mengajar informasi dan
ketrampilan informasi serta teknologi.

Model The Big 6 terdiri dari 6 tahap pemecahan masalah, pada


masing-masing tahap dikelompokkan dua sublangkah atau
komponen.

1. Definisi tugas
Definisikan masalah informasdi yang dihadapiIdentifikasi
informasi yang diperlukan
2. Strategi mencari informasi
Menentukan semua sumber yang mungkin Memilih sumber
terbaik

3. Lokasi dan akses


Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun
fisikMenemukan informasi dalam sumber

4. Menggunakan informasi
Hadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh,
mengalamatiEkstrak informasi yang relevan

8
5. Sintesis
Mengorganisasikan dari banyak sumber sajikan informasi

6. Evaluasi
Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas Nilai
proses, apakah efisien

b) The Seven Pillars of Information Literacy

SCONUL (Standing Conference of National and


UniversityLibraries) di Inggris mengembangkan model
konseptualyang disebut Seven Pillars of Information Literacy. Bila di
gambar nampak sebagai berikut :

Model Tujuh Pilar hendaknya dilihat dari segi peningkatan mulai dari
ketrampilan kemelekan informasi dasar melalui cara lebih canggih
memahami serta menggunakan informasi

Model 7 Pilar terdiri dari 2 himpunan ketrampilan yaitu :

1. Mengetahui bagaimana menentukan lokasi informasi serrta


mengaksesnya
2. Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan informasi

Empat pilar pertama terdiri atas ketrampilan dasar yang disyaratkan


untuk menentukan lokasi serta akses informasi terdiri :

(Pilar 1) Merekognisi kebutuhan informasi, mengetahui apa yang telah


diketahui, mengetahui apa yang tidak diketahui dan mengidentifikasi
kesenjangan antara yang diketahui dengan yang tidak diketahui

(Pilar 2) Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui


sumber informasi mana yang paling besar peluangnya memuaskan
kebutuhan

9
(Pilar 3) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi.
Contoh bagaimana mengembangkan dan memperbaiki strategi
penelusuran yang efektif

(Pilar 4) Menentukan lokasi dan akses informasi, mengetahui


bagaimana mengakses sumbert infotmasi dan memeriksa alat untuk
akses dan temu balik informasi.

10
Pilar ke lima sampai ke tujuh merupakan ketrampilan tingkat lanjut
yang diperlukan untuk memahami sertamenggunakan informasi secara
efektif. Adapun ke tiga pilar tersebut ialah

(Pilar 5) Membandingkan dan mengevaluasi, mengetahui bagaimana


mengases relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan

(Pilar 6)Mengorganisasi, menerapkan danmengkomunikasikan,


mengetahui bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi
lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya
bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain

(Pilar 7) Sintesis dan menciptakan, mengetahui bagaimana


mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber untuk
keperluan menciptakan pengetahuan baru. Bila di gambar hasilnya
sebagai berikut

Ketrampilan dasar literasi informasi (pilar 1 sampai 4) merupakan


dasar bagi semua isu dan topik, dapat diajarkan pada semua tingkat
pendidikan.Ketrampilan tersebut juga diperkuat dan diperkaya melalui
penggunaan berkala serta pembelajaran sepanjang hayat, umumnya
melalui program dan sumber yang disediakan oleh perpustakaan.Untuk
mencapai pilar 5 sampai 7, tantangan yang dihadapi lebih besar karena
keanekaragaman orang.

11
c) Empowering Eight (E8)

Empowering 8 menggunakan pendekatan pemecahan masalah


untuk resource-based learning. Menurut model ini, literasi informasi
terdiri dari kemampuan untuk :

1. Identifikasi topik/subyek, sasaran audiens, formatyang relevan, jenis-


jenis sumber

2. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik


3. Seleksi dan merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan
kutipan-kutipan yang sesuai
4. Organisasi, evaluasi dan menyusun informasimenurut susunan yang
logis, membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat
bantu visual untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi
5. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit,
dan pembuatan daftar pustaka
6. Presentasi, penyebaran ataudisplayinformasi yangdihasilkan
7. Penilaian output,berdasarkan masukan dari oranglain
8. Penerapan masukan, penilaian, pengalaman yangdiperoleh untuk
kegiatan yang akan datang; dan penggunaan pengetahuan baru yang
diperoleh untuk pelbagai situasi.

12
Kalau dijabarkan dalam langkah nampak sebagai berikut :

Hasil pembelajaran
Komponen yang
langkah
didemonstrasikan

-Mendefinisikan
topik/subjek-

Menentukan dan
memahami sasaran

penyajian-Memilih
format yang relevan

untuk produk akhir

mengidentifikasikan -Mengidentifikasi
1
kata kunci

-merencanakan
strategi penelusuran

-Mengidentifikasi
berbagai jenis sumber

informasi, di mana
dapat ditemukan

13
-Menentukan lokasi
sumber yang sesuai

dengan topik-
Menemukan
informasi

yang sesuai dengan


Eksplorasi
2 topik-Melakukan

wawancara,
kunjungan lapangan
atau

penelitian di luar
lainnya

-Memilih informasi
yang relevan-

Menentukan sumber
mana saja yang

terlalu mudah, terlalu


sukar atau sesuai-

Mencatat informasi
Memilih
3 yangrelevan dengan
cara membuat catatan
atau membuat
pengorganisasian
visual

seperticart,grafik,
bagan, ringkasan dll.

14
-Mengidentifikasi
tahap-tahap dalam
proses

-Mengumpulkan
sitiran yang sesuai

-Memilah informasi

-Membedakan
antara fakta,
pendapat dan
khayalan

-Mengecek ada
tidaknya bias
dalam sumber

mengorganisasi
4
-Mengatur
informasi yang
diperoleh dalam
urutan yang logis

-Menggunakan
pengorganisasi
visual untuk
membandingkan
atau

15
membuatkontras
informasi yang
diperoleh

-Menyusun informasi
sesuai dengan

pendapat dalam cara


yang bermakna-

Merevisi dan
menyunting, sendiri
menciptakan atau
5

bersama-sama
pembimbing-
Finalisasi

format bibliografis

-Mempraktekkan
aktivitas penyajian-

Berbagi informasi
dengan orang atau

Menyajikan pihak yang sesuai-


6
Memaparkan

informasi dalam
format yang tepat

sesuai denganhadirin

16
-Menyusun dan
menggunakan
peralatan

yang sesuai

-Menerima masukan
dari siswa lain

-Swa ases kinerja kita


Mengakses
7 sebagai tanggapan

atas asesmen karya


dari pihak guru

-Meninjau masukan
serta asesmen yang
masuk-Menggunakan
masukan serta
asesmen untuk
keperluan
pembelajaran/aktivitas
berikutnya-

Menerapkan
Mendorong
menggunakan
pengetahuan yang
diperolehdari berbagai
situasi -Menentukan
ketrampilan sekarang
dapat diterapkan pada
subjek

-Tambahkan produk

17
pada portofolio
produksi

E. Jenis Literasi
1. Literasi dasar
Literasi dasar adalah kemampuan dasar dalam membaca,
menulis, mendengarkan dan berhitung. Tujuan literasi dasar
adalah untuk mengoptimalkan kemampuan seseorang dalam
membaca, menulis, berkomunikasi dan berhitung.
2. Literasi perpustakaan
Literasi perpustakaan adalah kemampuan dalam memahami
dan membedakan karya tulis berbentuk fiksi dan non fiksi,
memahami cara menggunakan katalog dan indeks, serta
kemampuan memahami informasi ketika membuat suatu karya
tulis dan penelitian.
3. Literasi media
Literasi media adalah kemampuan dalam mengetahui dan
memahami berbagai bentuk media (media elektronik, media
cetak, dan lain lain), dan memahami cara penggunaan setiap
media tersebut
4. Literasi teknologi
Literasi teknologi adalah kemampuan dalam mengetahui
dan memahami hal hal yang berhubungan dengan teknologi
(misalnya hardware dan software), mengerti cara menggunakan
internet, serta memahami etika dalam menggunakan teknologi.
5. Literasi visual
Literasi visual adalah pemahaman yang lebih serta
kempuan dalam menginterpretasi dan memberi makna dari
suatu informasi yang berbentuk gambar atau visual. Literasi
visual hadir dari pemikiran bahwa suatu gambar bisa ‘dibaca’
dan artinya bisa dikmunikasikan dari proses membaca.

18
F. Prinsip prinsip literasi
Ada beberapa prinsip penting dalam pengembangan literasi di
suatu lembaga pendidikan. Menurut Kylene Beers (2009), prinsip
pengembangan literasi sekolah adalah :
1. Bersifat berimbang
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan
yang lain. Sekolah harus menerapkan prinsip ini dengan
menerapkan strategi dalam membaca dan variasi bacaan
2. Bahasa lisan sangat penting
Setiap siswa harus dapat berdiskusi tentang suatu informasi
dalam diskusi terbuka yang memungkinkan terjadinya
perbedaan pendapat. Dengan begitu, diharapkan siswa mampu
menyampaikan pendapatnya dan melatih kemampuan berpikir
kritis.
3. Berlangsung pada semua kurikulum
Meurut Kylene Beers, seharusnya program literasi
diterapkan pada seluruh siswa dan tidak tergantung pada
kurikulum tertentu. Dengan kata lain, kegiatan literasi menjadi
suatu kewajiban bagi semua guru dan bidang studi.
4. Pentingnya keberagaman
Keberagaman adalah sesuatu yang layak untuk dihargai dan
dirayakan di setiap sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menyediakan berbagai buku bertema kekayaan budaya
negara Indonesia sehingga siswa lebih mengenal budaya
bangsa dan turut serta melestarikannya.
G. Tujuan literasi
1. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara
membacaberbagai informasi beranfaat.
2. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam
mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.

19
3. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan
penilaian kritis terhadap suatu karya tulis.
4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti
yang baik di dalam diri seseorang.
5. Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan
membaca dan menulis.
6. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah
tengah masyarakat secara luas.
7. Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu
seseorang sehingga lebih bermanfaat.

H. Manfaat literasi
1. Menambah perbendaharaan kata (kosa kata) seseorang.
2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk
kegiatan membaca dan menulis.
3. Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru
4. Kemampuan memahami makna suatu informasi akan
meningkat
5. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan
konsentrasi seseorang.
9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata
yang bermakna dan menulis.

20
1.3.2 Pojok Baca
A. Pengertian

Pojok baca atau s udut baca merupakan sebuah tempat


yang terletak di sudut ruangan yang dilengkapi dengan koleksi
buku. Kemendikbud (2016: 17) menjelaskan bahwa sudut
baca merupakan sebuah ruangan yang terletak di sudut kelas
yang dilengkapi dengan koleksi buku dan berperan sebagai
perpanjangan fungsi perpustakaan. Melalui sudut baca siswa
dilatih untuk membiasakan membaca buku, sehingga
menjadikan siswa gemar membaca. Sudut baca menurut
Gipayana (2011: 2) adalah sebuah ruang yang menyediakan
buku-buku dengan jumlah banyak atau sedikit untuk dibaca,
dipinjam, dan untuk melakukan aktivitas membaca.
Kemendikbud (2016: 13) juga menjelaskan bahwa sudut baca
yaitu suatu sudut atau tempat yang berada di dalam kelas yang
digunakan untuk menata buku atau sumber belajar lainnya
dalam rangka meningkatkan minat baca dan belajar siswa
melalui kegiatan membaca yangmenyenangkan.

Sudut baca berdasarkan uraian di atas dapat


disimpulkan bahwa sudut baca merupakan sebuah ruangan
yang dilengkapi dengan koleksi buku dan berperan sebagai
perpanjangan fungsiperpustakaan.Sudut baca perlu ditata
dengan baik agar siswa tertarik untuk memanfaatkannya,
dengan cara buku pelajaran dan non pelajaran dipajang di
dalam rak yang sesuai dengan kondisi kelas dan
memperhatikan keindahannya, perlu juga disediakan karpet
dan meja agar siswa dapat duduk dengan nyaman.

B. Tujuan

Sudut baca digunakan untuk menumbuhkan minat


membaca pada siswa yang dilengkapi dengan beberapa

21
koleksi buku bacaan. Kemendikbud (2016: 13) menjelaskan
tujuan sudut baca yaitu untuk mengenalkan kepada siswa
beragam sumber bacaan untuk dimanfaatkan sebagai media,
sumber belajar, serta memberikan pengalaman membaca yang
menyenangkan. Sudut baca kelas juga sebagai upaya
mendekatkan perpustakaan ke siswa. Sudut baca kelas di
manfaatkan secara optimal untuk mendukung keberhasilan
proses pembelajaran. Morrow (2014: 13) menjelaskan tujuan
sudut baca ialah memudahkan siswa untuk mencari informasi,
menumbuhkan minat membaca.
Tujuan sudut baca berdasarkan uraian di atas yaitu sudut
baca dibuat dengan memanfaatkan sudut ataupun tempat lain
yang strategis di dalam kelas. Jenis bahan bacaan yang
ditempatkan di sudut baca kelas dapat berupa buku teks
pelajaran, buku cerita, hasil karya siswa dan guru, koran,
majalah anak, kliping, dan sumber belajar lainnya. Sudut baca
digunakan untuk mendekatkan perpustakaan ke siswa.
penerapan program pojok baca diharapkan akan merangsang
peserta didik untuk lebih gemar membaca dan memiliki daya
pikir yang baik. Pemanfaatan sudut ruang kelas untuk dijadikan
pojok baca juga sebagai penunjang dari perpustakaan sekolah.
Selain peserta didik membaca, meminjam dan menjelajah
sumber ilmu dari perpustakaan sekolah, peserta didik juga bisa
memanfaatkan pojok baca di kelas mereka masing-masing.
Buku yang terdapat pada rak buku pojok baca adalah buku
koleksi peserta didik sendiri, sehingga mereka dapat bertukar
pinjam dengan teman-temannya.

C. Manfaat
Program pojok baca memiliki berbagai manfaat untuk
menunjang baik siwa sekolah maupun pembelajaran di
sekolah. Pojok baca dapat merangsang siswa untuk lebih

22
gemar membaca, memiliki daya pikir yang baik dan
mendekatkan buku dengan siswa. Selain itu, setiap siswa bisa
membaca buku tanpa harus ke perpustakaan sebab di kelas
sudah terdapat tempat atau sarana yang menyediakan buku
buku tersebut. Selain bermanfaat bagi para siswa, pojok baca
juga bermanfaan bagi guru guna menunjang kegiatan belajar
mengajar dan menjadikan kegiatan membaca sebagai bagian
dari pembelajaran..

D. Tahapan membuat pojok baca

Pembuatan sudut baca kelas memiliki beberapa tahapan.


Kemendikbud (2016: 14) menjelaskan tahapan dalam
membuat sudut baca kelas antara lain : 1) Menyediakan
sebagian area di kelas untuk menyimpan koleksi bahan
pustaka; 2) Merancang denah penempatan dengan
memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, keamanan dan
kenyamanan siswa; 3) Merancang model penataan koleksi
bahan pustaka dengan menyediakan tempat atau rak koleksi
yang cukup, kuat, dan aman dan menentukan, memilah, dan
menyediakan jenis koleksi bahan pustaka yang akan
ditempatkan di sudut baca kelas;
4) Melengkapi koleksi bahan pustaka di sudut baca kelas; 5)
Menata koleksi bahan pustaka pada tempat atau rak yang telah
disediakan dan menyiapkan buku rekap baca; 6) Koleksi sudut
baca kelas sebaiknya selalu diperbarui untuk mempertahankan
minat baca siswa minimal satu bulan sekali.

E. Indikator ketercapaian pemanfaatan dan pengembangan sudut


baca

Tujuan adanya sudut baca yaitu sebagai penumbuhan


minat membaca pada siswa. Kemendikbud (2016: 15)

23
menjelaskan beberapa indikator ketercapaian pemanfaatan dan
pengembangan sudut baca antara lain:
1) terdapat sudut baca di setiap kelas dengan koleksi bahan
pustaka;
2) meningkatnya frekuensi membaca padasiswa;
3) adanya pemanfaatan sudut baca dalam prosespembelajaran;
4) sudut baca kelas tertata dan terkelola setiap akhirpembelajaran;
5) koleksi bahan pustaka di sudut baca kelas diperbarui
secaraberkala;
6) ada kegiatan guru membacakan buku dengan nyaring atau
siswa membaca mandiri dengan memanfaatkan koleksi sudut
bacakelas;
7) terdapat daftar koleksi dan daftar rekap baca sudut bacakelas;
8) meningkatnya kemampuan membaca dan berkomunikasi siswa
dan guru.

1.3.3 Membaca

A. Definisi membaca
Membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan membaca akan mendapat ilmu
pengetahuan dan informasi. Tarigan (2008: 7) menyatakan
bahwa membaca merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui bahasa tulis. Prasetyono (2008: 57) juga menjelaskan
bahwa membaca merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui
indera penglihatan dalam bentuk simbol-simbol yang disusun
sehingga mempunyai arti dan makna.

Membaca berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan


bahwa membaca merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis melalui
indra penglihatan untuk memahami makna tertulis secara

24
keseluruhan. Membaca juga untuk memahami suatu informasi.
Kegiatan membaca harus dilakukan dengan penuh perhatian
untuk mengetahui dan memahami makna yang terdapat dalam
informasi tersebut.

B. Pemahaman membaca dalam islam


Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya
memahami arti tulisan. Membaca yang dalam bahasa arab Iqra
yang berarti bacalah, telitilah, damailah. Lahmi (2016: 16)
menjelaskan kata Iqramerupakan kata perintah (fii amr) yang
tidak menyebut objeknya, jadi membaca merupakan perintah
yang memerintahkan untuk membaca apapun, baik ayat-ayat
yang tersurat maupun yang tersirat, baik itu ayat-ayat yang
bersifat wahyu maupun ayat-ayat semestawi. Membaca
merupakan perintah atau kewajiban berdasarkan wahyu pertama
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat
pertama itu diturunkan melalui malaikat Jibril sewaktu Nabi
Muhammad SAW berada di gua Hira. Hal itu terdapat dalam
surah ke-96 Qs. Al „Alaq (segumpal darah) ayat 1 sampai 5
yang sebagai berikut:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang
mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam (baca-
tulis).Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

25
Membaca merupakan perintah Allah, setiap hamba
Allah wajib membaca ayat-ayat Allah. Baik ayat-ayat Allah
yang terdapat di dalam Al-Qur‟an atau ayat-ayat alam jagad
raya ini beserta isinya. Seseorang harus dapat memahami
kandungan atau makna dari bacaan tersebut. Tahapan setelah
membaca yaitu harus dapat mengkaji, menganalisa (membaca
yang tersirat) dan kemudian mengambil pelajaran dari bacaan
itu, jadi intinya membaca itu menangkap kandungan-
kandungan yang berbentuk simbol-simbol tertentu, baik secara
tersurat maupun tersirat. Membaca adalah memahami arti dan
makna yang terkandung dalam bentuk tulisan maupun keadaan.

C. Tujuan membaca

Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang bertujuan


untuk mendapatkan informasi dan untuk memahami makna
tertulis secara keseluruhan. Tujuan membaca menurut
Prasetyono (2008: 59-60) yaitu sebagai suatu kesenangan untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Membaca untuk
dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Kegiatan
membaca dapat meningkatkan pengetahuan seseorang,
sehingga memiliki wawasan yang luas. Tujuan membaca juga
dijelaskan oleh Blanton dalam Rahim (2011: 11-12) mencakup:
kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring,
menggunakan. strategi tertentu, memperbaharui
pengetahuannya tentang suatu topik, mengkaitkan informasi
baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh
informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengkonfirmasikan
atau menolak prediksi, mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks, menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang spesifik. Priajana (2013: 71) juga menjelaskan
membaca bertujuan untuk memperkaya dan memperluas

26
pengetahuan pembacanya. Membaca diibaratkan sebuah jalan
untuk mencapai segala informasi.
Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam
membaca di bawah ini,Anderson dalam Tarigan (1986:9-10)
mengemukakan beberapa tujuan membaca antara lain:

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-


fakta (reading for details orfacts). Membaca tersebut bertujuan
untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan telah
dilakukan oleh sang tokoh, untuk memecahkan masalah-masalah
yang dibuat oleh sang tokoh.
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main
ideas). Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam
bacaan. Untuk menemukan ide pokok bacaan dengan membaca
halamn demi halaman.
3. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi
cerita (reading forsequenceor organization). Membaca tersebut
bertujuan untuk mengetahui bagian-bagiancerita dan hubungan
antar bagian-bagian cerita.
4. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi
(reading for inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan
sesuatu yang dirasakan penulis.
5. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan
(reading for classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk
menemukan hal-hal yang tidak wajar mengenai sesuatu hal
(Anderson dalam Tarigan 1979:10).
6. Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to
evaluate). Jenis membaca tersebut bertujuan menemukan suatu
keberhasilan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Membaca
jenis ini memerlukan ketelitian dengan membandingkan dan
mengujinya kembali.
7. Membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare orcontrast). Tujuan

27
membaca tersebut adalah untuk menemukan bagaimana
cara,perbedaan atau persamaan dua hal atau lebih.
Pendapat lain menyebutkan tujuan membaca mencakup
(1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3)
menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan
tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahui, (6) memperoleh informasi untuk
laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak
prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam
beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9)
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk
dalam Nanang: 2009).

Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan


bahwa kegiatan membaca hendaknya memiliki tujuan-tujuan
tertentu, adanya tujuan-tujuan saat membaca maka cenderung
akan lebih memahami. Tujuan-tujuan tersebut bagi pembaca
diantaranya sebagai kesenangan pada saat membaca, dapat
menjadi penyempurna membaca nyaring, dapat memperoleh
informasi baru yang akan menambah wawasan bagi pembaca
sehingga dapat mengaplikasikan informasi yang diperoleh.
Membaca juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dari sumber bacaan.

D. Manfaat membaca
Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca.Dengan
membaca siswa dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan,
menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan
pengetahuan serta menambah ide. Jadi jelas pengaruh bacaan
sangat besar terhadap peningkatan cara berfikir seorang siswa.

28
Menurut Gray & Rogers (dalam Zaif: 2011 ) menyebutkan
beberapa manfaat membaca, antara lain:

1. Meningkatkan pengembangan diri siswa


Dengan membaca siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,
sehingga daya nalarnya berkembang dan berpandangan luas
yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.

2. Memenuhi tuntutan intelektual


Dengan membaca buku maupun sumber-sumber bacaan lain
seperti surat kabar maupun berita dan artikel-artikel di internet,
pengetahuan bertambah dan perbendaharaan kata-kata
meningkat, melatih imajinasi dan daya pikir sehingga terpenuhi
kepuasan intelektual.

3. Memenuhi kepentingan hidup, dengan membaca siswa akan


memperoleh pengetahuan praktis yang berguna dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
4. Meningkatkan minat siswa terhadap suatu bidang
Mengetahui hal-hal yang aktual, dengan membaca siswa
dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan
sekitar maupun di seluruh dunia yang mungkin berhubungan
materi pelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan dengan
kehidupan nyata..
E. Keutamaan membaca
Membaca pada era globalisasi sekarang ini merupakan
suatu keharusan yang mendasar untuk membentuk perilaku
seorang siswa.Dengan membaca seseorang dapat menambah
informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan.
Kegiatan membaca erat hubungannya dengan minat membaca
itu sendiri, tanpa adanya minat siswa tidak akan tertarik untuk
membaca. Minat merupakan faktor yang sangat penting yang
ada dalam diri setiap manusia. Meskipun motivasinya sangat
kuat, tetapi jika minat tidak ada tentu kita tidak akan melakukan

29
sesuatu yang dimotivasikan pada kita. Begitu pula halnya
kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas,
karena tanpa minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan
membaca (Tarigan: 1986).
F.
Minat menurut Poerbakawatja (dalam Zaif: 2011) adalah
”kesedian jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari
luar.” Minat dibedakan menjadi dua macam, yaitu minat spontan
dan minat terpola.Minat spontan adalah minat yang tumbuh
secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh
pihak luar.Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat
adanya pengaruh dan kegiatan yang berencana atau terpola
terutama kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
Minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan
mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan
membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk
membaca dengan kemauannya sendiri.Minat membaca juga
diartikan sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam
diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku
bacaan. Minat membaca meliputi perasaan senang terhadap buku
bacaan, kesadaran akan manfaat membaca, jumlah buku bacaan
yang pernah dibaca, dan perhatian terhadap buku bacaan
(Tampubolon dalam Zaif: 2011).
G.
Kebiasaan membaca merupakan salah satu bentuk minat
terpola, dimana kebiasaan itu hadir akibat adanya pengaruh yang
diberikan secara signifikan kepada seseorang.Kebiasaan
membaca timbul karena adanya motivasi yang diberikan guru
kepada siswa untuk menyadari manfaat yang dapat dirasakan
dari membaca untuk kehidupannya. Sehingga tidak diragukan
lagi,

30
F. Upaya untuk meningkatkan kegiatan membaca

Selain melaui pembelajaran bahasa Indonesia kegiatan


membaca juga dapat dibina dan ditingkatkan melalui upaya –
upaya yang dilakuakn oleh pihak-pihak yang dekat dengan siswa
seperti orang tua dan guru di sekolah, seperti berikut ini.

1. Menumbuhkan minat baca sejak dini.


Untuk menumbuhkan minat baca sejak dini seharusnya
telah dilakukan oleh orang tua di rumah pada masa usia
prasekolah, dan kemudian berlanjut di taman kanak-kanak dan
sekolah dasar. Dengan mengenalkan buku sejak dini, siswa telah
dilatih untuk mengenal hingga akhirnya dapat mencintai buku.
2. Menyediakan Perpustakaan yang Dikelola dengan Baik
Berbicara hal yang terkait dengan budaya baca tidak lepas
dengan adanya peran penting sebuah perpustakaan terlebih di
lingkungan sekolah.Sebuah perpustakaan harus memberikan
pelayanan dan manajemen yang baik dalam memberikan
kebutuhan referensi siswa di sekolah. Pustakawan juga harus
cerdas dalam menganalisa koleksi buku apa yang di inginkan
dan disukai oleh pelajar untuk mendukung kegiatan belajarnya.
3. Menggalakkan Gerakan Gemar Membaca di Lingkungan
Sekolah
untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan
pihak kepala sekolah bersama jajaranya. Akan lebih baik lagi
jika Kepala Sekolah, Guru, dan staff sekolah menjadi orang
pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di
sekolahnya. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar
sekolah yang berisi seruan rajin membaca misalnya “Ingin jadi
Juara dan Berprestasi ?Rajinlah Membaca” dan
sejenisnya.Jangan terlalu sering menyalahkan para siswa malas

31
membaca jika para guru di sekolah sendiri tidak pernah
memberikan contoh bahwa para guru juga gemar membaca.

4. Memberikan Penghargaan Bagi Siswa yang Rajin Membaca


Berikanlah hadiah untuk siswa yang rajin
membaca.Caranya bisa dilakukan dengan kerjasama antara pihak
perpustakaan dan kepala sekolah melalui kebijakan.Hadiah
tersebut bisa diberikan misalnya untuk siswa paling sering
meminjam buku di perpustakaan.Namun perlu dicatat bahwa
pemberian hadiah ini juga harus dilihat bukan hanya pelajar
yang hanya suka meminjam buku perpustakaan saja tapi harus
dilihat prestasinya.
1.3.4 Prestasi Belajar
A. Definisi prestasi belajar
Prestasi Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu
prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”
yang berarti hasil usaha.5 Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusia
karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada


tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri
pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan,
karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program
pendidikan.
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.

32
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
anak didik. Dengan adanya penjelasan tersebut diatas, dapat
dimengerti betapa
pentingnya untuk mengetahui prestasi belajar anak didik, baik
secara individuatau kelompok. Karena dalam fungsi prestasi
tidak hanya sebagai indicatorkeberhasilan dalam bidang studi
tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitaspendidikan.
Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan
balikbagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sebagai mana yang dikemukakan oleh Cronbach, kegunaan


prestasibelajar banyak ragamnya, bergantung kepada ahli dan
versinya masing-masing. Namun diantaranya sebagai berikut:

1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.


2) Untuk keperluan diagnostik.
3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
4) Untuk keperluan seleksi.
5) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan.
6) Untuk menentukan isi kurikulum.
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.

33
B. Faktor yang mempengaruhi prstasi belajar siswa
Dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa dapat
menangkapseluruh apa yang dijelaskan oleh guru, oleh sebab itu
prestasi belajar siswajuga akan berbeda beda dikarenakan
adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik dalam
dirinya ataupun dari luar dirinya.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Abu Ahmadi dan


Widodo Supriyono dalam bukunya bahwa, prestasi belajar siswa
banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar
yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor tersebut.Oleh karena itu, pengenalan guru
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa
penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi


dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis.

1) Faktor Fisiologis (jasmaniah)


Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh
yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga
materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas
2) Faktor Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang


dapatmempengaruhi kualitas perolehan belajar siswa. Drs.
Muhibbin Syah,M. Ed. menerangkan dalam bukunya, bahwa

34
:Diantara faktor- faktor rohaniah siswa yang pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

a) Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa.


b) Sikap siswa.
c) Bakat siswa.
d) Minat siswa.
e) Motivasi siswa.

b. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri (eksternal)


Faktor eksternal yang berpengaruh pada prestasi belajar
siswa dapatdibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Faktor Sosial, yang terdiri atas:


a) Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang memberi
pengaruhpada seorang anak.Begitu pula dengan keberhasilan
belajarnya punsiswa banyak sekali dipengaruhi oleh lingkungan
keluarganya.Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluargaberupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat dimana berlangsungnya proses


belajar mengajar. Faktor sekolah yang mempengaruhi proses
belajar siswa antara lain: metode mengajar guru, hubungan siswa
dengan guru, hubungan siswa dengan siswa, keadaan gedung
sekolah, sarana sekolah, metode belajar, tugas yang diberikan
oleh guru dan sebagainya.

c) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat terdiri atas sekelompok manusia yang


menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan

35
pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah
lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai
kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat
bertindak bersama.

Dengan ini sudah barang tentu masyarakat mempunyai


pengaruh yang sangat besar terhadap belajar siswa.Karena dalam
masyarakat siswa berinteraksi dengan lingkungannya dan
interaksi yang kurang tepat kerap kali terjadi sehingga dapat
menghambat siswa untuk belajar. Dan diantara pengaruh
tersebut adalah: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman
bergaul, mas media, bentuk kehidupan masyarakat.

2) Faktor Budaya

Faktor budaya yang termasuk mempengaruhi belajar


adalah faktor yang disalurkan melalui media massa baik
elektronik maupun surat kabar yang ada disekeliling kita. Begitu
juga dengan adanya kemajuan teknologi saat ini yang mana
segala informasi dapat secara cepat diterima oleh kalangan
manapun. Melalui media diatas pengaruh budaya asing yang
mana secara tidak langsung akan lebih mudah mempengaruhi
perilaku anak, serta mempengaruhi pula dalam kegiatan
belajarnya. Dengan banyaknya acara-acara yang ditayangkan di
televisi maka banyak pula anak-anak yang menjadi malas belajar
karena disibukkan dengan acara-acara yang ada di televisi,
sehingga mengakibatkan semangat untuk meningkatkan prestasi
anak didik lebih menurun.

3) Faktor lingkungan fisik


Faktor lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan
yang tidak jauh dari fisik individu itu sendiri.Faktor yang
termasuk lingkungan fisik ialah tempat tinggal keluarga siswa
dan letaknya, alat-alat belajar yang terdapat di rumah sebagai

36
sarana belajar siswa.Faktor inilah yang dipandang turut
menentukan keberhasilan siswa.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

lingkungan spiritual atau keagamaan yang berada di tempat


tinggal anak sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar
anak.Masyarakat yang beragama maka lingkungan sebagai
tempat tinggal untuk hidup akan damai, masyarakatnya karena
tidak ada keributan, penuh dengan kerukunan dan saling
menghormati sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi
anak yang sedang belajar. Keadaan yang tentram dan aman
penuh dengan nuansa keagamaan inilah dapat memudahkan anak
untuk berkonsentrasi dalam belajarnya.

C. Cara menentukan prestasi belajar


Cara yang paling sesuai untuk melihat perkembangan
siswa atau prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar
yakni dengan mengadakan evaluasi. Evaluasi adalah
pengumpulan data/informasi secara sistematis untuk menetapkan
apakah dalam kenyataan terjadi perubahan dalam diri
siswa.Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu bagian dari
pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-
program pendidikan untuk anak didik.

Lingkup evaluasi program pendidikan mulai dari tahap


perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan
program. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengukuran adalah suatu proses penentuan kecakapan,
penentuan penguasaan seseorang dengan membandingkan
dengan norma-norma tertentu sehingga muatan belajar dapat
diketahui.
Pada garis besarnya teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:

37
a. Teknik Tes
Perubahan yang ada dalam diri siswa baik dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya menunjukkan bahwa
anak tersebut mempunyai prestasi belajar.Perubahan ini dapat
dilihat secara langsung, ataupun tidak langsung. Perubahan yang
tidak dapat dilihat secara langsung sebelumnya dapat diketahui
dengan cara pemberian tes. Arikunto menjelaskan dalam
bukunya “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan” bahwa:

…tes itu mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada
suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyimpan suatu
standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu
tingkat tertentu.

Berdasarkan pendapat ini bahwa tes merupakan alat atau


prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.Jadi tes
yang digunakan dalam ujian adalah untuk mengetahui sejauh
mana siswa mencapai keberhasilan atau prestasi belajar siswa
setelah mengetahui suatu mata pelajaran atau bidang studi
tertentu.Tes pada umumnya dipergunakan untuk mengadakan
penilaian terhadap intelegensi, kemampuan dan kecakapan siswa
di sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes
adalah suatu alat pengukur berhasil tidaknya suatu pengajaran
yang telah diterima anak didik di sekolah/Madrasah

b. Teknik Non Tes


Teknik non tes pada umumnya dipergunakan untuk
menilai kemampuan siswa yang berhubungan dengan
kepribadian dan sikap sosialnya dalam proses belajar mengajar
di madrasah.

38
1.4 Proposisi Penelitian
Proposisi adalah dugaan sementara dari sebuah penelitian terhadap
fenomena yang terjadi. Berdasarkan data yang telah diamati peneliti,
maka proposisi penelitian sebagai berikut :
1. Dengan adanya program literasi maka minat baca siswa akan
meningkat
2. Jika terjadi peningkatan minat baca siswa, maka hal tersebut
akan berieingan dengan meningkatnya prestasi belajar siswa
1.5 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektivitas yang ada
pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi peneliti
tentang makna yang tersirat dalam wawancara. Untuk mengurangi hal itu
maka dilakukan proses triangulasi data.
Triangulasi data yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yang terkumpul untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data
tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan sumber, metodek penyidik dan
teori.

1.6 Kegunaan Penelitian


1. Manfaat Teoritis

Mendapat pengalaman serta wawasan baru tentang upaya


meningkatkan minat baca dan prestasi belajar siswa melalui program
literasi pojok baca di MTs Nurul Jannah Sawaran Lor, sebagai acuan
atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Membantu siswa agar memiliki minat baca yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran disekolah.
b. Bagi Guru

39
Menjadi motivasi serta tantangan untuk menciptakan inovasi serta
program baru kedepannya yang dapat menunjang prestasi belajar
siswa.
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat menciptakan suasana /
lingkungan sekolah yang lebih baik. Jika minat baca siswa
meningkat, prestasi belajar pun akan meningkat sehingga akan
menjadikan sekolah tersebut sekolah yang unggulan.
1.7 Definisi Operasional
Adapun istilah yang harus dijelaskan adalah :
1. Pojok Baca adalah merupakan sebuah ruangan yang dilengkapi
dengan koleksi buku dan berperan sebagai perpanjangan
fungsiperpustakaan, dimana siswa bisa membaca buku untuk
menambah wawasan mereka
2. Minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai
dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri
3. Prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti
hasil usaha. Maka prestasi belajar merupakan hasil usaha dari siswa
dalam menempuh pembelajaran.

40
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian


tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan
data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan informasi dengan
menggunakan berbagai metode pengumpulan data, seperti pengamatan,
wawancara, menggambar diskusi kelompok terfokus, dan lain-lain. Semua
data dan informasi yang diperoleh, dianalisis (Hamid Patilima, 2007:87).
Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin
menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci
dan tuntas. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
dengan mencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku
dengan menggunakan metode deskriptif.

2.2 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti disini adalah suatu hal yang dinilai penting pada
saat melakukan suatu peanelitian. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai
instrumen utama yakni secara langsung mengamati, mewawancarai objek
yang sedang diteliti agar penelitian dapat dilakukan secara optimal. Yang
menjadiobjek penelitian adalah siswa MTs Nurul Jannah

2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Nurul Jannah Sawaran Lor


Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang

2.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data


kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang tidak berupa angka melainkan

41
diuraikan dalam bentuk kalimat. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :

 Sumber data primer

Adalah suatu objek atau dokumen original. Material mentah dari


pelaku yang disebut ‘First Hand Information’. Data yang dikumpulkan
dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi. Dalam penelitian ini merupakan
data yang diperoleh dan informan yaitu orang yang berpengaruh dalam
proses perolehan data atau bisa disebut key informan yang memegang
kunci sumber data penelitian ini karena informasi benar benar tahu dan
terlibat dalam KBM langsung yakni siswa yang bersangkutan.

 Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang didapat dari buku, internet serta
materi tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian, data sekunder
peneliti diperoleh melalui pengumpulan dari catatan pada saat wawancara
yang telah dilakukan dengan informan meliputi komentar, interpretasi,
atau pembahasan tentang materi original serta dokumentasi pada saat
melakukan wawancara mendalam.

2.5 Prosedur pengumpulan data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi yang sesuai dengan fokus


penelitian, maka yang dijadikan prosedur pengumpulan data adalah
sebagai berikut :

 Metode Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.


Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan narasumber.

 Metode Dokumentasi

42
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal hal atau variabel
maupun catatan, transkrip, buku, surat kabar majalah, peraturan,
kebijakan, dan sebagainya. Metode dokumentasi ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

2.6 Analisis data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam


penelitian, karena itu penulis/peneliti harus terampil dalam mengumpulkan
data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Sugiyono (2012: 309) menyatakan penelitian deskriptif
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
alamiah), pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi.

2.7 Keabsahan Data

Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Yin


(2003) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang
diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal
tersebut adalah sebagai berikut :

a. Keabsahan Konstruk (Construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa


yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur.
Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap
data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 4 macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:

1) Triangulasi data

43
Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari
satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

2) Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil


pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus
bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan
masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3) Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan


bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada

penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab “Kajian Teori”
untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

4) Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti


metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi
pada saat wawancra dilakukan.

b. Keabsahan Internal (Internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa


jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan
interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif
akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian
tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada
kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

c. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)

44
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian
kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan
kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap
kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

d. Keajegan (Reability)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh


penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang
penelitian yang sama, sekali lagi.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti


selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan
sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep
keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian,
juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.

2.8 Tahap Tahap Penelitian

Marshall dan Rossman mengajukan tehnik analisa data kualitatif


untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa
penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu
dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya: a.
Mengorganisasikan data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subyek melalui wawancara


mendalam (indepth inteviewer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis
secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar
penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.

b. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban

45
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap
data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang
muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis
sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman
ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan
melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok
pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat,
kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis
yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang


diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman
terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah
dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh
dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti
dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi
pada subyek.

c. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji


data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali
berdasarkan Kajian Teori yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga dapat
dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang
dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun
dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara
konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

d. Mencari alternatif penjelasan bagi data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan
yang telah didapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari

46
suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat.
Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan
yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terpikir sebelumnya. Pada tahap ini
akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori
lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,
kesimpulan dan saran.

e. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subyek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan


suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang
dipakai adalah persentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data
hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan
subyek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subyek, dibaca
berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahannya,
kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan
pengalaman dari subyek. Selanjutnya dilakukan interpretasi secara
keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari
hasil penelitian.

47
DAFTAR PUSTAKA

Yuzarion.2017.Faktor yang mempengaruhiprestasi belajar peserta ddik.Jurnal


ilmu Pendidikan(JIP).
Periyeti.2017.Usaha menigkatkan miat baca mahasiswa.Padang : Perpustakaan
Universitas Andalas.
Alfian Handina Nugroho,Ratna Puspitasari, Euis Puspitasari. Implementasi
Gemar membaca melalui program pojok baca dalam mata pelajaran IPS
pada siswa kelas VIII di SMP 2 Sumber.Jurnal ilmu Pendidikan(JIP)
Rahardini, N. F. (2013). Peran Guru PKn Dalam Menumbuh Kembangkan
Minat Baca Siswa (di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya). Kajian
Moral dan Kewarganegaraan Nomor 1 Volume 2.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Sari,Puspa.2016.Minat baca siswakelas IX SMK 1 Kebumen terhadap novel
populer.Artikel E-jurnal

Kasiyun,Suharmono.2015.Upaya meningkatkan minat baca sebagai sarana


untukmencerdaskan bangsa.Jural Pena Indonesia (JPI).

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Poerwandari, E. Kristi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Yin, Robert K. 2003.Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Nurhaidah, M.Insya Musa.2016.Dampak redahnya minat baca dikalangan


mahasiswaPGSD Lampeunerut Banda Aceh serta cara meningkatkaannya

48
LAMPIRAN

IDENTITAS JURNAL PERTAMA DARI INTERNET YANG DI


ANALISIS KRITIS

1. Judul jurnal : Program Pojok Baca Sebagai Upaya Meningkatkan Minat


Baca Siswa Melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) MAN 5 Jombang.
a. Definisi dokumen
Jurnal ini menjelaskan tentang prrogram pojok baca dalam meningkatkan
minat baca siswa melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) di MAN 5
Jombang.
b. Tujuan dokumen
untuk mengetahui tingkat kefektifan program pojok baca dalam
meningkatkan minat baca siswa di MAN 5 Jombang.
2. Nama penulis : Kiswati
3. Fakultas : STKIP PGRI Jombang
4. Alamat akses :
http://ejournal.stkipjb.ac.id/index.php/prosiding/article/view/523

HASIL ANALISIS KRITIS JURNAL

A. Judul jurnal yang di analisis kritis


Judul jurnal : Program Pojok Baca Sebagai Upaya Meningkatkan Minat
Baca Siswa Melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) MAN 5 Jombang.
B. Penganalisis Jurnal
Nama : Muhammad Dandy Ariyansyah
NPM :162003634
Prodi : Ekonomi 2016 A
Fakultas : STKIP PGRI Lumajang
C. Bibliografi Penulis

49
Kiswati, 2018. Program Pojok Baca Sebagai Upaya Meningkatkan Minat
Baca Siswa Melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) MAN 5 Jombang.

D. Tujuan Penulisan Analisis Artikel Kritis


Tujuan dari analisis ini antara lain :
a. Untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dari jurnal yang di analisis
b. Untuk menambah wawasan mengenai metode yang tepat untuk
meningkatkan minat baca siswa.
c. Sebagai referensi diri sendiri dan pembaca.
E. Hasil Pengamatan Jurnal
1. Point yang diamati :
Minat baca hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah yang masih belum
terselesaikan bagibangsa Indonesia. Bermacam program telah dilakukan
guna menumbuhkan minat baca pada berbagaikalangan di Indonesia
(Tritonia, 2010). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Most Littered
National inThe World pada tahun 2016, Indonesia dinyatakan sebagai
Negara berperingkat 60 dari 61 negara.Pemaparan tersebut dimuat pada
laman Tribun Jateng yang terbit pada tanggal 15 Mei 2017. Berdasarkan
data yang didapat dari hasil survey tersebut menunjukkan bahwa minat
baca masyarakat Indonesia tergolong cukup rendah. Dengan minat baca
yang rendah maka tujuan pendidikan nasional seperti tertuang pada
Undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
tidak akan tercapai dengan maksimal. Mengingat salah satu titik tekan
pada pasal tersebut adalah prinsip penyelenggaraan pendidikan dengan
mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat.Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
minat baca pada kalangan masyarakat Indonesia. Pertama, budaya tutur
masyarakat Indonesia. Kedua, penggunaan Internet yang mencapai 132,7
juta jiwa. Ketiga, minimnya fasilitas-fasilitas pendukung seperti jumlah
perpustakaan yang tidak sesuai dengan rasio penduduk. Keempat,
penggunaan media televisi yang begitu cepat dan inovatif sehingga kondisi

50
ini semakin meminggirkan tradisi baca di kalangan masyarakat Indonesia
(Sutanto,2006).
(halaman 65-66)
Alasan pengamatan point :
Menjadi tolak ukur tingkat minat baca di Indonesia, agar menjadi motivasi
untuk meningkatkan program yang dapat memicu atau menumbuhkan
minat baca siswa.

2. Point yang di amati


GLS (Gerakan Literasi Sekolah) merupakan suatu terobosan yang dituangkan
dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015.
Kegiatan ini dilaksanakan guna menumbuhkan minat baca peserta didik serta
meningkatkan ketrampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara
lebih baik. GLS dicanangkan juga sebagai upaya menanamkan nilai-nilai budi
pekerti melalui buku yang dibaca. Salah satunya dengan merekomendasikan
buku-buku berisi kebudayaan, nilai-nilai agama, kearifan lokal dan nasional serta
global. Bahan bacaan pun disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.
Gerakan Literasi Sekolah ini turut melibatkan siswa, guru serta wali murid.
Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan Hilmar Farid pada ajang Asean
Literary Festival atau ALF tahun 2017 menyatakan bahwa GLS merupakan
upaya menyeluruh yang melibatkan segala aspek. Diharapkan dengan program
ini peserta didik mampu memiliki kebiasaan membaca serta terampil membaca.
(halaman 66)

Alasan pengamatan point :


Gerakan literasi sangat diperlukan mengingat rendahnya minat baca siswa
di Indonesia. Dengan adanya pembiasaan siswa untuk membaca,
diharapkan akan meningkatkan prestasi dari siswa.

F. Hasil penelitian jurnal


Sebelum pelaksanaan Program Pojok Baca melalui GLS (Gerakan Literasi
Sekolah), peneliti memilih 22 siswa secara acak sebagai responden untuk
mengisi angket minat baca. Hasil dari angket tersebut secara sekilas telah

51
dipaparkan di pendahuluan. Berikut adalah hasil analisis angket secara
menyeluruh per item pertanyaan. Minat membaca siswa MAN 5 Jombang
tergolong cukup baik. Mayoritas siswa yang menjadi responden memiliki
minat yang tinggi dalam membaca. Kesadaran siswa dalam membaca pun
tergolong beragam, hal tersebut dapat kita amati melalui tabel berikut di
bawah ini :
no Motivasi Jumlah ket
membaca responden
1 Wawasan 12

2 Mengisi waktu 4
luang
3 Hiburan 1

4 Abstain 5

Total 22

Setelah pelaksanaan Program Pojok Baca berjalan selama kurang lebih 2


bulan, peneliti kembali memberikan angket minat baca kepada 22
responden yang dulu mengisi angket yang sama guna mengukur apakah
dengan Program Pojok Baca melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah) bisa
meningkatkan minat baca dan intensitas jumlah buku yang dibaca oleh
siswa. Berikut adalah hasil pengolahan data dari angkat di studi akhir.
Minat siswa membaca meningkat dengan cukup signifikan setelah
pelaksanaan program pojok baca. Hal ini terbukti melalui temuan data
siswa bahwa mayoritas siswa kini menjadi lebih gemar membaca setelah
diberlakukannya program pojok baca di madrasah. Dari 22 siswa yang
menjadi responden hanya 3 siswa yanng mengalami sedikit hambatan
dengan kebiasaan membaca. Berikut adalah tabel hasil pembagian angket
setelah program pojok baca :

no Kegemaran siswa jumlah persentase


setelah program

52
pojok baca

1 Ya 19 85%

2 Sedikit 1 5%

3 Tidak 2 10%

jumlah keseluruhan 22

G. Pernyataan penganalisis
1. Kita dapat mengetahui dari tabel diatas bahwa program pojok baca ini
sangat berguna dalam meningkatkan kegemaran atau minat baca dari
siswa.
2. Dengan adanya program literasi di sekolah dapat membantu siswa untuk
menigkatkan prestasi belajarnya di sekolah serta meningkatkan
pemahaman siswa akan pelajaran.

IDENTITAS JURNAL KEDUA DARI INTERNET YANG DI


ANALISIS KRITIS

1. Judul jurnal : Tingkat budaya membaca masyarakat


a. Definisi dokumen
Jurnal ini menjelaskan tentang budaya membaca yang dimiliki oleh
masyarakat di Indonesia. Jika dibandingkan dengan negara lain budaya
membaca kita masih tertinggal sangat jauh. Hal ini dipengaruhi oleh
brbagai faktor sebagaimana dijelaskan di dalam jurnal.
b. Tujuan dokumen
Untuk memberikan informasi mengenai budaya membaca yang dimiliki
masyarakat.
2. Nama penulis : Encang Saepudin
3. Fakultas : Universitas Padjadjaran

53
4. Alamat akses : http://jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/view/10003

HASIL ANALISIS KRITIS JURNAL

A. Judul jurnal yang dianalisis kritis


Tingkat budaya membaca masyarakat
B. Penganalisis jurnal
Nama : Muhammad Dandy Ariyansyah
NPM :162003634
Prodi : Ekonomi 2016 A
Fakultas : STKIP PGRI Lumajang
C. Bibliografi penulis
Encang Saepudin,2015.Tingkat budaya membaca masyarakat
D. Tujuan penulisan analisis artikel kritis
Tujuan dari analisis ini antara lain :
d. Untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dari jurnal yang di analisis
e. Untuk menambah wawasan dan mengetahui sejauh mana minat baca serta
bagaimana budaya membaca masyarakat.
f. Sebagai referensi diri sendiri dan pembaca.
E. Hasil pengamatan jurnal
1. Point yang diamati
Hal di atas sejalan dengan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2003 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa
Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur
di atas 15 tahun yang membaca koran pada minggu hanya 55,11 %.
Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 %, buku
cerita 16,72 %, buku pelajaran sekolah 44.28 %, dan yang membaca buku
ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 %. Data BPS lainnya juga
menunjukkan bahwa penduduk Indonesia belum menjadikan membaca
sebagai informasi. Orang lebih memilih televisi dan mendengarkan radio.
(halaman 272)
Alasan pengamatan point :

54
Disini kita dapat mengetahui budaya membaca masyarakat Indonesia,
dimana persentase masyarakat yang membaca koran, majalah, buku cerita
maupun pelajaran sangatlah minim dan kebanyakan mereka lebih memilih
televisi sebagai sarana untuk mencari informasi.

2. Point yang diamati


Masalah minat baca di Indonesia khususnya di Kabupaten Bandung
Jawa Barat telah banyak dibahas melalui tulisan, seminar, workshop dan
dibicarakan di berbagai media. Namun, masalah ini masih sangat menarik
untuk kita kaji. Karena kenyataan di lapangan, masyarakat kita masih
berada pada urutan ke-6 dibawah Malaysia. Padahal kalau kita cermati
penerbitan koran dan majalah, dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlahnya
telah meningkat, akan tetapi hal ini tidak diikuti oleh penerbitan buku.
(halaman 273)
Alasan pengamatan point :
Sebagaimana telah dijelaskan di dalam jurnal bahwa pentingnya minat
belajar telah sering dibahas melalui tulisan, seminar, workshop dan
berbagai media. Namun kenyataannya minat baca masyarakat tidak
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pembiasaan
budaya membaca sejak dini yang kurang diterapkan di Indonesia.
Pembiasaan tersebut bisa dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah.

F. Hasil penelitian jurnal


Berikut tabel kebiasaan membaca masyarakat Jawa Barat :
Tujuan membaca Frekuensi membaca

Nilai Nilai
Nilai rata-rata Rata-rata rata-rata
tujuan dari nilai frekuensi dari nilai
membaca tertinggi membaca tertinggi
(1-5) (1-6)

55
2.62 52.8 4.58 76.33

Durasi membaca

Nilai
rata- Juml Indeks
Rata- rata Jumla
ah kebiasa
rata dari h
skor an
lama nilai pemb
rata- memba
memba tertin agi
rata ca
ca ggi
(30-
100)

179.
60.22 50.18 3 59.77
31

di Kabupaten Bandung
Penghitungan tingkat budaya membaca masyarakat di Kabupaten Bandung
didasarkan kepada indikator 1) Ketersediaan fasilitas diukur dari
ketersediaan perpustakaan sekolah dan ketersediaan perpustakaan umum –
termasuk perpustakaan desa, taman bacaan. 2) Pemanfaatan sumber
bacaan diukur dari rata-rata kepemilikan bahan pustaka (jumlah dan jenis),
bahan bacaan yang dibaca, rata-rata kunjungan masyarakat ke
perpustakaan, tingkat koleksi yang dimanfaatkan, keanggotaan
perpustakaan. 3) Kebiasaan membaca masyarakat diukur dari rata-rata
durasi membaca (per-kali membaca), rata-rata prekuensi membaca (dalam
minggu), tujuan membaca. Berikut ini adalah hasil perhitungan
berdasarkan hasil perhitungan dari setiap indikator. Perhitungan indeks
membaca masyarakat didasarkan pada indikator rata- rata ketersediaan
fasilitas membaca, Tingkat pemanfaatkan bahan bacaan, Kebiasaan

56
membaca masyarakat yang dirumuskan dalam rumus Indeks Baca = X 1 +
X 2 + X 3 dibagi tiga.
Kesimpulannya :
Berdasarkan kepada hasil analisis data mengenai tingkat budaya membaca
masyarakat berdasarkan kepada indikator ketersediaan fasilitas membaca,
pemanfaatan bahan bacaan, dan kebiasaan membaca maka tingkat budaya
membaca masyarakat di Kabupaten Bandung termasuk pada kategori
cukup.

G. Pernyataan penganalisis
1. Berdasarkan jurnal tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa budaya
membaca dalam masyarakat harus dibenahi, dimana pembiasaan membaca
baik di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat harus
diterapkan.
2. Kita dapat menghitung indeks membaca masyarakat melalui rumus yang
sudah di cantumkan di dalam jurnal tersebut. Hal ini memudahkan kita
untuk menganalisis kemajuan minat baca di masyarakat.

57
PEDOMAN WAWANCARA

INFORMAN : Siswa MTs Nurul Jannah


Code : INF 1

1. Menurut saudara apa permasalahan terbesar saat belajar ataupun


mengerjakan soal.?
2. Jika diminta memilih, untuk mendapatkan informasi melalui media
elektronik atau buku.?
3. Berapa lama membaca buku dalam sehari.?
4. Bagaimana pendapan saudara tentang kegiatan pojok baca.?
5. Apakah ada perbedaan dari sebelum dan sesudah saudara melaksanakan
program pojok baca di kelas.?

INFORMAN : Wali Murid


Code : INF 2

1. Berapa lama anak anda biasanya belajar dalam sehari.?


2. Apakah anak anda sering mengerjakan PR dirumah.?
3. Dalam kesehariannya lebih intens mana anak anda membaca buku atau
menonton televisi.?
4. Menurut anda pentingkah membaca bagi masa depan anak anda.?
5. Bagaimana pendapat anda tentang program pojok baca yang dilaksanakan
di sekolah.?

58
WAWANCARA

Nama Informan : I.N


Usia : 15 tahun
Tanggal Wawancara : 17 Mei 2019
Lama Wawancara : 10 menit
Code : INF 1

I : “Assalamualaikum, selamat pagi”


I.N : “Waalaikumsalam, selamat pagi pak”
I : “Bapak mau tanya sebentar, menurut kamu permasalahan utama saat
belajar atau ngerjain soal itu apa.?”
I.N : “Kalau menurut saya masalah nya itu kurang nya materi yang saya
ketahui, kurang nya wawasan buat jawab soalnya.”
I :”Jika diminta memilih buat mencari informasi lewat media elektronik
atau membaca buku.?”
I.N :”Lebih milih lewat media elektronik kaya gadget pak”
I :”Sehari biasanya membaca buku berapa lama.?
I.N :”Biasanya kalau ngerjain PR aja baru baca buku”
I :”Bagaimana pendapatmu tentang kegiatan pojok baca.?”
I.N :”Menyenangkan sekali pak, soalnya kita bisa baca buku di kelas bukan
Cuma buku pelajaran aja tapi buku kaya novel, majalah, dll. Terus
sesudah baca sama guru ditanya isi dari buku yang dibaca. Jadi kita bisa
nambah wawasan dari membaca itu”
I :” Apakah ada perbedaan dari sebelum dan sesudah saudara
melaksanakan program pojok baca di kelas.?”
I.N :”ada, sebelum ada kegiatan pojok baca saya males baca buku, karna
kegiatan pojok baca saya terbiasa baca buku.”
I :”oke, terimakasih atas info nya. Assalamualaikum”

I.N :”Waalaikumsalam”

59
WAWANCARA

Nama Informan : S.R


Usia : 41 tahun
Tanggal Wawancara : 21 Mei 2019
Lama Wawancara : 12 menit
Code : INF 2

I : “Assalamualaikum, selamat siang bu”


S.R : “ Waalaikumsalam pak”
I : “Minta waktunya sebentar ya bu, saya mau mengajukan beberapa
pertanyaan terkait anak anak di sekolah. berapa lama anak anda biasanya
belajar dalam sehari.?”
S.R : “Biasanya anak saya Cuma belajar pas ada PR atau disuruh saja pak.
Kalau ga disuruh biasanya main Handphone terus atau nonton Televisi.”
I : “Apakah anak anda sering mengerjakan PR dirumah.?
S.R : “Kalau PR anak saya mengerjakan terus pak. Tapi ya gitu harus sering
sering diingetin buat belajar atau kerjain PR nya”
I : “Dalam kesehariannya lebih intens mana anak anda membaca buku atau
menonton televisi.?”
S.R : “Kalau untuk baca buku anak saya jarang banget pak, lebih suka nomton
televisi, disuruh belajar aja 30 menit kadang udah ngantuk.”
I : “Menurut anda pentingkah membaca bagi masa depan anak anda.?”
S.R : “Penting, soalnya kalau sering membaca maka anak saya akan lebih
pintar dan wawasan nya tambah luas.”
I : “Bagaimana pendapat anda tentang program pojok baca yang
dilaksanakan di sekolah.?”
S.R : “Menurut saya itu sangat membantu mengatasi anak yang malas
membaca pak. Kalau anak udah terbiasa membaca di kelas maka
seterusnya akan terbiasa membaca.”
I : “Baik bu, Terimakasih atas informasinya. Assalamualaikum.”
S.R : “ Waalaikumsalam”

60
61

Anda mungkin juga menyukai