Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS)


mata kuliah Literasi Lintas Mata Pelajaran

Oleh:

Fransisca Nur Aulia


240211105660

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRAJABATAN GELOMBANG 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2023
A. Apa yang Anda ketahui sebelumnya tentang literasi?
Pengetahuan Awal Konsep Literasi
Sebelum mengikuti proses pembelajaran di perkuliahan PPG, saya
memiki pemahaman bahwa literasi adalah sikap menulis suatu bentuk teks
dan membaca buku tertentu. Saya menganggap bahwa konsep literasi
hanya merujuk pada kegiatan fisik yang dilakukan oleh seorang individu
untuk membuat tulisan dari pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
seseorang, serta mengapresiasi penciptaan karya atau hasil pemikiran
penulis buku dengan membaca buku fisiknya.

Pengetahuan awal ini berangkat dari kosakata “literatur” yang


seringkali didengar sejak awal perkuliahan S1 yang digunakan dalam
mendukung pembelajaran, yakni mengacu pada sumber bacaan atau
referensi pendukung pembahasan materi. Melalui kebiasaan memakai kata
literatur, akhirnya pemikiran saya tentang “literasi” sebatas menyerap dari
makna “literatur” tersebut. Apabila arti literatur adalah sumber bacaan, saya
memandang bahwa literasi adalah kegiatan atau sikap untuk memproduksi
tulisan dan mengapresiasi tulisan yang telah terpublikasi, khususnya buku
cetak. Pengetahuan awal ini tidak didukung oleh penelusuran lebih lanjut
terkait konsep literasi yang sebenarnya sehingga pemahaman saya tentang
konsep literasi sangat terbatas.

Informasi mengenai hasil data yang menunjukkan rendahnya


kemampuan literasi masyarakat di Indonesia sudah dikenal jauh sebelum
mengikuti perkuliahan PPG. Sebelumnya, saya memahami informasi
tersebut merujuk pada pengetahuan awal saya tentang konsep literasi
dasar yang masih terbatas. Saya memandang bahwa rendahnya
kemampuan literasi pada masyarakat Indonesia berkaitan erat dengan
ketidakmerataan layanan pendidikan yang optimal sehingga berujung pada
anak-anak dan orang tua yang tidak atau kurang bisa membaca tulisan.
Jadi, maksud dari kemampuan literasi yang rendah saya pahami sebagai
ketidakmampuan individu yang tidak bisa membaca. Apabila seorang
individu tidak mampu mengeja huruf dan rangkaian kata, maka individu
tersebut tidak mampu menulis kata.
Setelah saya mulai terlibat aktif di dalam kegiatan literasi di kabupaten
Jember khususnya dalam forum Taman Bacaan Masyarakat, saya sedikit-
banyak mendengar pula tentang isu literasi di dalam komunitas literasi
tersebut. Kebetulan saya adalah founder Taman Bacaan Masyarakat di
Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember dengan nama Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) “Trinanda”, aktif dalam forum literasi kabupaten
dan nasional. Akan tetapi, saya perlu menggali lebih jauh mengenai istilah
literasi dan pemaknaannya. Jadi, saya sempat berada di fase kebingungan
pada masa itu. Apakah literasi itu mengenai menulis dan membaca, atau
mengenai bahasa secara spesifik? Hal ini karena pelaksanaan kegiatan
dalam forum hanya berfokus dan menekankan pada kegiatan membaca
dan menulis.

Lalu, saya mulai menyambungkan konsep literasi yang ada di


pemikiran saya. Kegiatan menulis dan membaca memang mengandung
pengelolaan tata bahasa. Mungkin, literasi yang dimaksud di dalam dunia
akademik adalah kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, yang
mana biasanya diwujudkan dengan cara menulis dan membaca karya
sastra dan ilmiah. Jadi, munculnya istilah gerakan literasi yang biasanya
menjadi misi terselubung acara-acara literasi menjadi gambaran tentang
upaya komunitas atau suatu instansi dalam menanamkan penggunaan
bahasa Indonesia yang benar di dalam konteks menulis dan membaca
buku.

B. Apa yang Anda ketahui tentang literasi setelah mengikuti


perkuliahan?
Pemahaman Konsep Literasi Setelah Mengikuti Perkuliahan

Melalui perkuliahan yang sedang saya jalani, penggalian informasi


mengenai konsep literasi menjadi semakin luas dari pemahaman
sebelumnya. Pemaknaan tentang konsep literasi dalam konteks pendidikan
berkaitan dengan salah satu definisi “literasi” yang tercantum dalam KBBI,
yakni “kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan
untuk kecakapan hidup”.

Pengertian literasi sebagai “kemampuan menulis dan membaca”


masih dicantumkan di dalam KBBI, akan tetapi konteks penerapan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan
kompetensinya dirasa lebih sesuai dengan pengertian literasi yang
pertama. Hal ini karena pemanfaatan literasi yang optimal sebenarnya juga
dapat membantu setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan
pemenuhan aktualisasi diri yang lebih eksploratif dan jangkauannya lebih
luas.

Pemahaman konsep literasi yang mulai terdengar sedikit rumit ini


selaras dengan pemaparan Muhajjir Efendy dalam diskusi Gerakan Literasi
Nasional (dalam Kemdikbud, 2019) yang menyatakan bahwa literasi tidak
dipahami sebagai sebatas membaca buku. Menurut Efendy, literasi bisa
disinggungkan dengan gemar membaca, gemar menulis, gemar
berimajinasi. Maksudnya, melalui kegiatan membaca, kemudian seseorang
memiliki perspektif baru. Melalui pemerolehan pandangan baru tersebut,
seseorang dapat mengekspresikannya melalui kreasi suatu bentuk karya.
Proses seperti ini terus menerus dilakukan sepanjang hayat sehingga ilmu
atau pengetahuan yang dimiliki selanjutnya didayagunakan secara dinamis
dan dieksplorasi menjadi bentuk yang baru (tidak hanya menerima ilmu ke
dalam pikiran, tetapi mengolah dan mengembangkannya).

Menurut Kennedy, Dunphy, & Dwyer (via Sujana & Dewi Rachmatin,
2019), literasi mencakup kemampuan untuk membaca, memahami, dan
menghargai secara kritis berbagai bentuk komunikasi, termasuk bahasa
lisan, teks tercetak, media penyiaran, dan media digital. Apabila dipahami
di dalam konteks pelaksanaan pendidikan, siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran pada setiap mata pelajaran (meliputi penguasaan ranah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap) apabila memiliki kemampuan
literasi yang mencukupi.
Misalnya, di dalam pembelajaran, siswa mampu memahami suatu
topik dengan penalaran yang kritis sehingga terpancing untuk menggali
poin-poin informasi apa saja yang terkandung di dalam suatu konten
pembelajaran tersaji. Selanjutnya, untuk memperkaya pandangan terhadap
suatu topik, diperlukan adanya diskusi antar teman untuk mendukung
pemahaman suatu topik tersebut. Atau, guru dapat membantu proses
belajar dengan memantik diskusi opini yang kritis dan berusaha
mengarahkan siswa untuk menelaah suatu topik secara bersama. Hasil
atau output dari diskusi tersebut adalah siswa mampu mengaitkan
pengetahuan tersebut dengan kehidupan sehari-hari sehingga
pembelajarannya menjadi bermakna dan dapat membantu memecahkan
permasalahan di masyarakat.

Dengan demikian, konsep literasi tidak terbatas pada kemampuan


kognitifnya saja, tetapi juga kemampuan yang bersifat lebih kompleks
karena mencakup aspek sosial, aspek kebahasaan, dan aspek psikologis
(Subandiyah, 2017). Hal ini karena konsep literasi juga memanfaatkan dan
tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan dalam berkolaborasi dengan
individu lain, bahkan komunitas atau instansi dalam skala yang lebih besar,
yang mana dampak positifnya juga akan diterima oleh diri sendiri dan orang
lain yang dilibatkan.

Mengutip Atmazaki dkk. (2017), literasi memiliki 6 bentuk kemampuan


literasi dasar, yakni a) literasi baca tulis, b) literasi numerasi, c) literasi sains,
d) literasi digital, e) literasi finansial, f) literasi budaya dan kewargaan.
Berbagai kemampuan literasi yang relevan dan kontekstual dengan
kehidupan sehari-hari ini bisa diperkaya apabila diawali dengan banyak
membaca. Membaca tidak hanya terbatas pada referensi berbentuk teks
tulis, tetapi media-media lain yang mengandung isi informasi yang dapat
menambah pengetahuan, yakni berkaitan erat degan teks multimodal. Teks
multimodal meruakan kombinasi dari tulisan dan gambar sehingga
infomarsi yang dibawa diperkaya dengan dukungan representasi visualnya.
Misalnya, tayangan video, audio, kinestetik/gerakan, teks, diagram, peta
konsep, infografis, komik, dan media-media kreatif lainnya yang berisi
penyampaian informasi.

Untuk membantu meningkatkan kemampuan literasi siswa, gerakan


literasi dilakukan di sekolah dan masyarakat dengan berbagai bentuk
strategi dan parameter. Strategi literasi berkenaan dengan strategi
pembelajaran, yaitu kolaborasi, diskusi, membuat keterkaitan antarteks,
mencari dan menafsirkan kosakata/konsep, membuat pengatur grafis,
model Think Aloud (berpikir nyaring), representasi visual, dan mendorong
keterampilan menulis secara orisinil. Beberapa strategi literasi dalam
pembelajaran tersebut dapat dikombinasikan sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan secara efektif dan siswa dapat lebih merasakan manfaatnya
(meningkatkan pola pikir kritis).

Pembiasaan budaya literasi di sekolah memerlukan evaluasi terhadap


parameter lingkungan yang dibangun oleh seluruh warga sekolah.
Parameter yang dimaksud adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
afektif, serta lingkungan akademik. Ketiga parameter ini mencakup
berbagai fasilitas, kegiatan, dan penerapannya di dalam proses belajar
siswa. Lingkungan fisik yang kaya akan buku dan konten informasi dapat
membiasakan siswa untuk familiar atau dekat dengan kehadiran literasi.
Lingkungan akademik yang menerapkan strategi literasi dapat membantu
siswa dalam memahami pengolahan literasi di dalam materi setiap mata
pelajaran di sekolah. Lingkungan sosial dan afektif berperan penting dalam
mendorong motivasi dan sikap antusiasme siswa dan seluruh warga
sekolah untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi yang
sebenarnya sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Setelah mempelajari tentang literasi pada mata kuliah Literasi dalam


Lintas Mata Pelajaran, pengetahuan saya tentang literasi menjadi
bertambah. Literasi tidak hanya mencakup tentang membaca saja namun
ada 5 kemampuan/keterampilan yang terpaut dan saling berkaitan di
dalamnya yakni kemampuan membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan
memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari. Sesorang yang
terbiasa membaca bisa dilihat kemapuan menulisnya bisa lebih baik dan
pada saat berbicara mampu menyampaikan maksud dengan lebih tepat
atau tidak berbelit-belit. Inilah hasil dari literasi dapat membentuk individu
yang lebih berkualitas secara akademik dan mental.

Berbagai macam pengertian literasi yang diungkapan oleh para ahli


dan peneliti. Secara luas, literasi diartikan sebagai kemampuan berbahasa
yang mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
serta kemampuan berfiki yang menjadi elemen didalamnya. Teale & Sulzby,
1986; Cooper, 1993:6; Alwasila, 2001 dalam Kusmana, dalam Ni Nyoman
Padma Dewi & Luh Putu Artini, menjelaskan bahwa Literasi adalah melek
huruf, kemampuan baca tulis, kemelekwacanaan atau kecakapan
membaca dan menulis. Dewasa ini, konsep literasi telah meluas dan
mencakup ke berbagai hal tidak hanya bahasa contohnya, Literasi
komputer (melek tentang komputer), lierasi informasi (melek Informasi),
literasi ekonomi (melek ekonomi), literasi media (melek media), literasi
teknologi (melek teknologi). Demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
literasi dalam baca dan tulis merupakan dasar untuk memahami literasi-
literasi lainnya.

Literasi lintas mata pelajaran adalah kemampuan untuk menggunakan


mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan melihat untuk
mendapatkan informasi dalam disiplin tertentu (Vacca, Vacca, dan Mraz
2011). Lima keterampilan bahasa ini membantu peserta didik berpikir kritis
ketika mereka menerima, memproses, dan menghasilkan informasi. Selain
itu, integrasi strategi literasi dalam pembelajaran telah terbukti
meningkatkan pemahaman bacaan, membangun pengetahuan konseptual,
dan menumbuhkan keterampilan memecahkan masalah (Holloway 2002).
Semua mata pelajaran di sekolah membutuhkan bahasa untuk mengantar
materi agar sampai kepada peserta didik. Tentu keterampilan berbahasa
menjadi sangat penting bagi seorang guru dari jurusan apapun untuk dapat
mentransfer ilmu yang mereka miliki kepada peserta didik. Misalnya,
seorang guru matematika saat menjelaskan materi tentunya akan
menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan ilmunya, begitupun
dengan jurusan Biologi akan menggunakan bahasa Indonesia saat
menjelasakan materinya. Sehingga, literasi harus digunakan di semua
bidang studi, termasuk seni, matematika, musik, dan pendidikan jasmani,
untuk memastikan bahwa peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar
dengan cara yang efektif

C. Kegiatan Literasi yang Anda temukan di lapangan


Pengamatan Kegiatan Literasi di Sekolah
Jika kita memperhatikan sekeliling maka akan banyak kegiatan literasi
yang dapat kita temukan. Yang pertama biasa kita temukan adalah kegiatan
membaca buku. Kegiatan ini dapat kita temukan di perpustakaan,
disekolah, dan dikelas. Selain itu, kegiatan literasi juga kita temukan di
depan gerbang kampus universitas jember. Saat mengendarai sepeda
motor hendak melewati gerbang kampus universitas jember pasti mata kita
akan tertuju pada monitor besar di sebelah kiri jalan. Sajian dalan monitor
itu berbentuk teks multimodal berupa visual dan audio visual. Pada saat
menulis di laptop kita masing-masing sambil mencari beberapa referensi
artikel-artikel terkait juga merupakan kegiatan literasi. Termasuk, saat
mendengarkan lagu dari telepon genggam yang kita miliki tentu itu juga
termasuk kegiatan literasi. Memaknai alam sekitar kita juga termasuk
kegiatan literasi. Artinya, semua kegiatan literasi yang ada di sekitar kita
tidak melulu tentang buku teks dan bacaan saja. Namun ketika kita
memperhatikan sesuatu dan mendapatkan informasi baru otomatis
menambah pengetahuan kita, ilmu kita bertambah itulah kegiatan literasi
yang nyata ada disekitar kita.

Kegiatan literasi yang biasa kita temukan di sekolah yakni, [1] kepala
sekolah yang terlibat memberikan arahan pada saat upacara bendera di
hari senin, [2] adanya perpustakaan, runag baca atau pojok paja di kelas,
[3] tersedia mading tempat memuat kreasi tulisan siswa, [4] adanya reward
terhadap siswa yang berprestasi baik secara akademik dan non akademik,
[5] adanya papan pengumuman di sekitar sekolah tentang menjaga
kebersihan dan lain sebagainya.

Seorang guru disekolah selalu memiliki ide untuk menarik minat baca
para peserta didik. Kita akan menemui dinding-dinding kelas penuh dengan
tempelan hasil karya siswa ataupun teresedianya pojok baca di dalam kelas
yang terisi dengan beberapa buku bacaan baik fiksi maupun non fiksi.
Selain itu, guru pun memberi teladan dengan memberitahu buku apa yang
sedang ia baca dan bagaimana isi nya. Dengan begitu peserta didik tentu
lebih mudah meniru kegitan baik itu. jadi, guru tidak hanya meminta peserta
didik untuk rajin membaca buku namun ia juga memberikan contoh
membaca di mulai dari dirinya.

Pengamatan mengenai penerapan kegiatan literasi juga saya


dasarkan pada pengalaman selama bersekolah, kuliah dan selama
mendirikan komunitas literasi (Taman Bacaan Masyarakat “Trinanda”).
Berikut gambaran pelaksanaannya yang menjadi refleksi bagi diri saya
sendiri dalam memahami kebutuhan pendidikan di sekolah.

Selama saya SD hingga SMA, kehadiran perpustakaan nampaknya


tidak banyak dilibatkan dalam perbincangan kami sebagai siswa.
Perpustakaan hanya dipakai sebagai tempat bermain ketika jam istirahat,
sisanya menjadi tempat guru dalam mengerjakan sesuatu yang
membutuhkan referensi. Meski begitu, kadang-kadang guru SD dan SMA
memberikan instruksi untuk mengerjakan suatu penugasan di ruang
perpustakaan sehingga setidaknya guru mengenalkan konsep kehadiran
perpustakaan yang juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau
lingkungan belajar bagi siswa.

SD saya menyediakan fasilitas pojok baca di setiap kelas. Kami


sebagai siswa diberi instruksi untuk membawa setidaknya satu macam
buku berjenis apapun untuk mengisi pojok baca tersebut. Akan tetapi,
pengelolaannya masih kurang diperhatikan. Pertama, buku-bukunya hanya
sedikit, tidak diarahkan untuk membacanya, terdapat buku yang rusak
karena digunakan untuk bermain oleh anak-anak kelas, dan sobek. Jadi,
kehadiran pojok bacanya tidak berjalan dengan efektif.

Ketika SMP dan SMA, sekali waktu kepala sekolah mengumumkan


penghargaan atau reward bagi siswa yang paling sering meminjam buku
perpustakaan setiap bulan yang ditempel di mading sekolah dan mading
perpustakaan.

Ketika SMA, dimungkinkan karena mulai memiliki ketertarikan dengan


dunia fiksi, saya dan teman-teman mulai mencoba untuk membaca buku-
buku fiksi yang ada di perpustakaan. Perasaan saya ketika itu adalah mulai
menemukan antusias dalam membaca buku fiksi karena berawal dari ada
teman yang lebih dahulu sadar tentang sisi menyenangkan dari membaca
buku. Dari situ, mungkin saya yang awalnya hanya terkesan menemani,
lama-lama menjadi tertarik. Yang saya sayangkan adalah perawatan buku-
bukunya yang sedikit membuat saya ketika itu kecewa. Bukunya sudah
banyak yang lapuk dan tidak direstorasi kembali sehingga kadang-kadang
minat baca saya dan teman-teman sedikit terganggu.

Setelah kuliah di semester akhir saya mulai senang berkumpul


dengan anak-anak. Kemudian muncullah ide untuk memberikan fasilitas
buku kepada mereka, sedikit demi sedikit saya mengumpulkan buku dan
akhirnya saya memberi nama tempat saya dengan Taman Baca. Dan
ternyata di Indonesia ada komunitas literasi. Komunitas tersebut ada
ditingkat kabupaten, provinsi sampai nasional. Kami terlibat dalam
komunitas tersebut. Ternyata dunia literasi harus dipupuk sejak kecil agar
kemampuan literasi dalam diri seseorang bisa meningkat dan dapat
bermanfaat untuk dirinya.

D. Refleksi Diri terkait Perkuliahan Literasi


Perkuliahan Literasi Lintas Mata Pelajaran sejak awal pertemuan
sangat memberikan kesempatan bagi saya untuk membuka pikiran lebih
luas dan lebih eksploratif dalam menggali suatu informasi. Pada awal
pertemuan, pembahasan mengenai istilah “teks” sudah memantik saya
untuk mengevaluasi sejauh mana pengetahuan dan pemahaman saya
terhadap bahasa saya sendiri. Melalui pemaparan dosen terkait, saya
memahami bahwa teks tidak hanya merujuk pada rangkaian tulisan, tetapi
semua hal yang memiliki makna. Dari titik ini saya memiliki impresi internal;
jika konsep teks saja sudah luas, berarti konsep literasi juga lebih luas dari
konsep yang sebelumnya saya pahami.

Memahami arti literasi dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana


cara menerapkan literasi tersebut kedalam diri dan menularkannya kepada
orang lain. Dalam mata kuliah Literasi dalam Lintas Mata Pelajaran ini kita
mempelajari tentang apa itu literasi, bagaimana cara membuat minat baca
anak lebih meningkat dengan menggunakan teks multimodal, strategi
literasi. Dan bagaimana menggunakan asesmen yang sesuai untuk strategi
yang akan di gunakan di kelas.

Ada 5 (lima) keterampilan bahasa dalam literasi dalam lintas mata


pelajaran yakni; mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan melihat
untuk mendapatkan informasi. Dimana, kelima keterampilan berbahasa ini
akan membantu peserta didik untuk berfikir kritis ketika mereka menerima,
memproses, dan menghasilkan informasi.

Teks multimodal adalah perpaduan antara teks tulis dan lisan, audio
maupu animasi. Teks multimodal dapat menjadikan tulisan lebih menarik
untuk dibaca. Contoh tulisan dengan teks multimodal adalah komik, video,
poster dan lainnya.

Strategi literasi adalah langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran


untuk memahami konten dengan baik. beberapa strategi literasi tersbut
adalah [1] memupuk kolaborasi, [2] mendorong diskusi, [3] menggunakan
pengatur grafis, [4] membuat keterkaitan antar teks, [5] model think aloud,
[6] representasi visual, [7] mengintegrasikan kosakata yang menarik, [8]
mendorong keterampilan menulis secara autentik.
Setelah mendapatkan materi tentang konsep dasar literasi, saya
merasa bahwa penerapan literasi ini cakupannya bisa meluas. Maksudnya,
apa saja yang saya temui di jalan termasuk dari konsep literasi. Mempelajari
tentang literasi membuat saya menyadari pentingnya berpikir kritis terhadap
apapun yang saya amati. Seperti pemaparan teks multimoda, di dalamnya
terkandung banyak informasi yang bisa digali, baik kontekstual dengan
yang tersaji maupun dikaitkan dengan hal lain di luar teks tersaji.

Pemahaman saya mengenai literasi dalam konteks pendidikan masih


jauh dari kata sempurna dan mungkin masih belum menguasai
sepenuhnya, akan tetapi saya menjadi mengerti bahwa literasi dan budaya
literasi perlu untuk terus ditingkatkan guna mengembangkan potensi diri
setiap individu menjadi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, dkk. 2017. Panduan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta:


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Sekolah Dasar Kemdikbud. 2021. Diakses melalui


https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/yuk-mengenal-6-literasi-
dasar-yang-harus-kita-ketahui-dan-miliki pada 31 Januari 2023.

Kemdikbud. 2019. Diakses melalui

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/08/mendikbud-literasi-
lebih-dari-sekadar-membaca-buku pada 31 Januari 2023.

Padmadewi, Ni Nyoman dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah, dari Teori
ke Praktik. Bali: Nilacakra Publishing House, 2018.
https://books.google.co.id/books?id=xsdtDwAAQBAJ&printse%20c=f
rontcover&dq=ni+nyoman+padmadewi+luh+putu+artini+lit%20erasi+
di+sekolah+dari+teri+ke+praktik&hl=id&sa=X&ved=2a%20hUKEwikh
OCplurrAhUXfSsKHbQXAUYQ6AEwAHoECAM%20QAQ

Sujana, Atep dan Dewi Rachmatin. 2019. “Literasi Digital Abad 21 Bagi
Mahasiswa PGSD: Apa, Mengapa, dan Bagaimana”. Conference
Series Journal, Vol 1, No 1, Th 2019.

Subandiyah, Heny. 2017. “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia”. Jurnal Paramasastra, Vol 2, No 1, Th 2015.

Anda mungkin juga menyukai