Oleh
Hera Gusrianti
E4R12310126
PRODI Matematika
UNIVERSITAS Mataram
TAHUN 2024
A. KONSEP BUDAYA
Satu perkembangan penting dalam teori kultural berasal dari aliran yang
meninjau kebudayaan dari sudut pandangan evolusionari. Kebudayaan sebagai
sistem adaptif merupakan evolusi kebudayaan. Satu jembatan antara kajian-
kajian tentang evolusi makhluk hominid (seperti Aus- tralopithecus dan
Pithecanthropus) dan kajian-kajian tentang kehidupan sosial manusia telah
membawa kita kepada pandangan yang lebih jelas bahwa pola bentuk biologis
tubuh manusia adalah “open ended”, dan mengakui bahwa cara penyempurnaan
dan penyesuaiannya melalui proses pembelajaran kultural (cultural learning)
memungkinkan manusia untuk membentuk dan mengembangkan kehidupan
dalam lingkungan ekologi tertentu.Penerapan satu model evolusionari seleksi-
alam atas dasar biologis terhadap bangunan kultural telah membuat ahliahli
antropologi bertanya dengan kearifan yang makin tinggi tentang cara
bagaimana komuniti manusia mengembangkan pola-pola kultural tertentu.
Dari sudut pandang teori kultural, perkembangan penting telah muncul dari
pendekatan evolusionari/ekologis terhadap budaya sebagai sistem adaptif.
Kebudayaan sebagai sistem adaptif merupakan kebudayaan yang hubunganya
antara manusia dengan alam,di dalam kebudayaannya terdapat penyesuaian atau
adaptasi terhadap seleksi alam. Sistem atau kebudayaan yang menghubungkan
manusia dengan lingkungan ekologi. Kompenen sistem adaptif mempunyai
konsep adaptif dalam kebudayaan.
Dengan konsep yang seperti ini, bahasa adalah satu subsistem dari
budaya, dan peneliti antropologi kognitif berharap bahwa metode-metode
dan model-model linguistik juga memadai untuk digunakan oleh bidang
budaya yang lain. Budaya secara epistemologi berada dalam ranah yang sama
dengan bahasa. Metode-metode dan model-model linguistik yang relevan
digunakan.
B. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
1. Sistem bahasa
Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang secara sukarela dipergunakan oleh
anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah alat utama dalam berinteraksi dan
menyampaikan informasi, gagasan, perasaan, dan nilai-nilai budaya. Bahasa juga
mencerminkan identitas dan karakteristik suatu kelompok budaya. Setiap bahasa
memiliki struktur, tata bahasa, kosakata, dan variasi yang khas.
Sistem religi adalah sistem kepercayaan dan ibadah yang berkaitan dengan
hal-hal yang bersifat sakral, transenden, dan gaib. Sistem religi mencakup
doktrin, ritual, simbol, mitos, etika, dan organisasi keagamaan. Sistem religi
berfungsi sebagai sumber nilai, motivasi, penghiburan, dan pengendalian sosial
bagi manusia. Sistem religi juga berpengaruh terhadap pandangan hidup dan
sikap manusia terhadap alam semesta.
4. Sistem kesenian
Kesenian adalah segala bentuk karya yang mengandung nilai estetika dan
ekspresi jiwa manusia. Kesenian mencakup seni rupa, seni musik, seni tari, seni
teater, seni sastra, seni film, dan sebagainya. Kesenian berperan sebagai sarana
komunikasi, pendidikan, hiburan, kritik sosial, dan pelestarian budaya. Kesenian
juga mencerminkan keindahan, keunikan, dan kekayaan budaya suatu bangsa.
5. Sistem pengetahuan
Sistem peralatan hidup dan teknologi adalah segala bentuk benda buatan
manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sistem peralatan
hidup dan teknologi mencakup alat-alat produksi, konsumsi, transportasi,
komunikasi, pertahanan, hiburan, dan sebagainya. Sistem peralatan hidup dan
teknologi menunjukkan tingkat kemajuan dan kreativitas manusia dalam
memanfaatkan sumber daya alam.
C. WUJUD KEBUDAYAAN
Wujud kebudayaan sebagai gagasan adalah wujud yang ideal yang sifatnya
abstrak. Artinya kebudayaan dala wujud ideal tidak dapat disentuh maupun raba
karena terletak di dalam pikiran manusia. Wujud kebudayaan sebagai gagasan
berupa nilai-nilai, norma-norma, peraturan, kepercayaan, ide-ide, ideologi,
falsafah, maupun gagasan yang tertanam di dalam akal manusia. Gagasan dalam
suatu kebudayaan selalu berkaitan satu-sama lain membentuk sistem budaya.
Abidin, Yusuf Zaenal, dan Beni Ahmad Saebani dalam buku Pengantar Sistem
Sosial Budaya di Indonesia (2014) menyebutkan wujud kebudayaan sebagai
artefak atau karya sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Hal tersebut karena artefak merupakan bentuk fisik kebudayaan manusia yang
bisa dilihat, diraba, juga didokumentasikan.
Wujud kebudayaan sebagai artefak adalah segala sesuayi benda fisik yang
dihasilkan dari aktivitas manusia, sehingga sering juga disebut dengan
kebudayaan fisik. Contoh wujud kebudayaan sebagai artefak adalah prasasti,
naskah kuno, candi, patung, alat musik daerah, ornamen dan ragam hias, senjata
tradisional, juga benda-benda peninggalan sejarah lainnya.
D. KERAGAMAN BUDAYA
Budaya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang selalu melekat
dalam kehidupan sehari-hari. Wujud kebudayaan dapat dikenali berdasarkan unsur-
unsurnya, seperti bahasa, sistem organisasi, sistem religi, pengetahuan, kesenian,
dan mata pencaharian manusia. Kebudayaan turut menjadi pedoman laku hidup
keseharian suatu masyarakat.
1. Lokasi
Lokasi merupakan letak atau titik spesifik suatu tempat dalam suatu
wilayah. Dengan demikian, ada unsur relasi keruangan, seperti posisi dan jarak
suatu tempat dengan tempat lainnya. Sebagai misal, Indonesia adalah negara
yang terletak di antara dua benua dan dua samudera. Dengan berada di lokasi
tersebut, Indonesia memiliki keuntungan lalu lintas perniagaan yang melewati
jalur maritim. Pada akhirnya, kesadaran akan kondisi ini mendorong daya cipta,
rasa, dan karsa masyarakat di wilayah tersebut untuk memanfaatkannya.
2. Jenis Iklim
Jenis iklim dipengaruhi letak suatu wilayah, yang juga akan menentukan
pola perilaku masyarakat. Sebagai misal, iklim daerah pegunungan dan pesisir
memiliki karakteristiknya masing-masing. Pada perilaku sehari-hari, iklim akan
mempengaruhi cara berpakaian masyarakat. Contohnya, orang-orang yang
tinggal di daerah iklim dingin pegunungan cenderung berpakaian tebal,
sementara masyarakat yang tinggal di daerah pesisir cenderung berpakaian
tipis.
3. Bentuk Relief
4. Tipe Tanah
6. Kondisi Air
Faktor ini menentukan dapat tidaknya suatu wilayah dihuni dengan layak
sehingga menjadi faktor krusial bagi lahirnya peradaban manusia.
7. Sumber-sumber Mineral
Sumber mineral merupakan potensi alam dari bahan galian yang ada dalam
perut bumi. Pemanfaatannya dilakukan melalui proses pertambangan
(eksploitasi). Kondisi geografis Indonesia mendukung kekayaan bahan mineral
yang tersebar di daratan atau dasar laut. Persebaran jumlah dan jenis sumber
daya mineral Indonesia tidak merata, tergantung kondisi batuan induk di setiap
daerah.
E. EKSPRESI BUDAYA
Dalam cerita legenda Putri Mandalika, terdapat beberapa tokoh utama yang
memainkan peran penting. Para tokoh ini memengaruhi alur cerita sekaligus
pesan moral yang diusung dalam cerita. Berikut ini tokoh yang ada dalam cerita
Putri Mandalika.
Putri Mandalika
Putri Mandalika adalah tokoh utama cerita, seorang putri dari Kerajaan
Sekar Kuning di Pulau Lombok. Dia digambarkan sebagai wanita cantik,
bijaksana, dan rendah hati. Keputusannya untuk mengorbankan dirinya sendiri
demi mencegah konflik dan perang menunjukkan sifat kepemimpinan dan
pengorbanan yang tinggi.
Orang tua Putri Mandalika, yaitu Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting.
Meskipun peran mereka dalam cerita mungkin tidak begitu mendalam,
kehadiran mereka menunjukkan keluarga kerajaan yang mencintai Putri
Mandalika.
Para Pangeran
Pada zaman dahulu, di pulau Lombok, terdapat tiga kerajaan yang saling
berdekatan dan hidup dalam damai. Salah satu kerajaan, Sekar Kuning, dipimpin
oleh Putri Mandalika, seorang wanita cantik, bijaksana, dan baik hati.
Kecantikan dan kebaikan Putri Mandalika menyebar luas, menarik perhatian
banyak pangeran dan raja, termasuk Raja Johor dan Raja Bumbang. Raja Johor
dan Raja Bumbang mengirim utusan untuk melamar Putri Mandalika. Namun,
melihat potensi konflik dan peperangan yang mungkin terjadi akibat pilihan
tersebut, Putri Mandalika merasa bimbang. Dia tidak ingin rakyatnya menderita
dan mengalami kekacauan. Akhirnya, Putri Mandalika mengambil keputusan
drastis. Dia mengundang semua raja, pangeran, dan rakyat ke pantai Seger pada
tanggal tertentu. Di sana, dia berdiri di atas batu besar dan menyatakan bahwa
kebahagiaan yang diinginkannya adalah keberlanjutan perdamaian dan
kemakmuran semua kerajaan. Tanpa ragu, dia melempar dirinya ke laut.
Kejadian tersebut menyisakan rasa duka mendalam di antara semua yang hadir.
Namun, tiba-tiba, dari laut muncul cacing laut yang menyala, yang diyakini
sebagai penjelmaan Putri Mandalika, disebut nyale. Tradisi penangkapan nyale
masih dilestarikan oleh masyarakat NTB, khususnya di Lombok Tengah, sebagai
penghormatan terhadap legenda Putri Mandalika.
Cerita legenda Putri Mandalika menjadi bagian integral dari tradisi dan
budaya masyarakat Lombok. Amanatnya mencakup penghargaan terhadap
warisan budaya dan tradisi, seperti yang tercermin dalam perayaan tahunan Bau
Nyale.
Alexander, Paul. Ed. 1989. Creating Indonesian Cultures. Sydney: Oceania Publications.
Peursen, C. A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Jakarta: BPK Gunung Mulia; Yogyakarta:
Kanisius.