Anda di halaman 1dari 15

UTS PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester 1 (UTS)


Magister Pendidikan Dasar
Oleh
Nama : Nandita Sefi Hayu Sarasti, S.Pd
NIM : 2022085137
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan dan Perkembangan
Dosen Pengampu : Dr. Berliana Henu Cahyani, S.Psi., M.Psi. Psikolog

PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA

2023
IMPLEMENTASI MEDIA POJOK BACAAN

TERHADAP PEMBELAJARAN LITERASI SISWA KELAS V SD

1
Nandita Sefi Hayu Sarasti, 2Muhammad Yunus Anis, 3Kristiawati, 4Berliana Henu
Cahyani

Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Email : nanditashs@gmail.com1 adipatiyunus28@gmail.com2


kristyaazka@gmailcom3berliana.henucahyani@ustjogja.ac.id4

Abstrak bahasa Indonesia


Abstrak bahasa inggris
Kata kunci:
BAB I
LATAR BELAKANG

Literasi pada umumnya dipandang sebagai kemampuan membaca dan


menulis. Orang yang melek literasi pada pandangan ini adalah orang yang bisa
membaca, menulis dan bebas buta huruf. Dalam perkembangannya, bahwa literasi
mengandung pengertian sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk
menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi, dengan menggunakan bentuk
teks konvensional maupun teks inovatif, simbol, dan multimedia (Yunus Abidin,
Tita Mulyati, Hana Yunansah, 2018). Literasi tidak bisa dilepaskan dari
kemampuan berbahasa. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemendikbud, kemampuan membaca anak usia 15 tahun hanya 37,6 persen anak
membaca tanpa bisa menangkap makna. Dalam persoalan menulis, Indonesia hanya
mampu menghasilkan 8.000 buku per tahun, tertinggal dari Vietnam yang mampu
menghasilkan 15.000 buku per tahun. Survey Unesco dilansir dari Laman,
Republika, 26 Januari 2011 (Hadianto, 2001) Gambaran mengenai rendahnya minat
baca ini juga tidak terlalu jauh berbeda dengan keadaan masyarakat dewasa ini.
Indikator yang dapat dipergunakan adalah dengan melihat jumlah surat kabar yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya, setiap surat kabar dikonsumsi oleh 10 orang,
jadi satu surat kabar dibaca oleh sepuluh orang, tetapi yang ada di Indonesia adalah
satu surat kabar dibaca oleh 45 orang.
Menurut penelitian yang merupakan temuan muktahir ternyata belanja surat
kabar di Indonesia hanyalah sekitar 3 trilyun, sementara belanja rokok di Indonesia
mencapai angka Rp. 47 trilyun pertahun. Lebih ironis lagi, sebuah fakta yang
diungkapkan Badan Pusat Statistika (BPS) pada survey tahun 2012, menyebutkan
bahwa tren minat baca masyarakat Indonesia ternyata turun dari tahun ke tahun. Pada
2003 sebanyak 23,70 persen masyarakat Indonesia memilih menghabiskan waktu
dengan membaca. Angka itu menurun pada tahun 2006 menjadi 23,46 persen dan
terus menurun hingga pada 2012 hanya 17,66 persen yang gemar membaca. Survey
yang sama juga membuktikan bahwa masyarakat kita ternyata lebih memilih
menghabiskan waktu dengan menonton televisi (91,68 persen), olahraga (24,57
persen) dan mendengarkan radio (18,57 persen) ketimbang membaca. Data itu
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia kita lebih suka mendapatkan informasi
dari media elektronik, terutama televisi. Masyarakat kita berlaku sebagai “pembaca
pasif” yang mendapatkan informasi dengan tenang mengunyah renyah segala
persepsi yang dikemukakan di televisi. Sehingga persepsi yang ada dalam
masyarakat, selalu berdasarkan persepsi dari televisi.
Program for International Student Assessment (PISA) memberikan data
mengenai tingkat literasi negara-negara dunia, Indonesia menempati peringkat 64
dari total 72 negara di tahun 2018. Hal ini menunjukan lemahnya masyarakat
Indonesia dalam menginterpretasikan sumber informasi, padahal kini sarana literasi
sudah sangat luas dan beragam bentuknya. Survey yang dilancarkan oleh Program
for International Student Assessment (PISA) menyebutkan, ada beberapa faktor
yang menyebabkan lemahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, adapun
diantaranya: kecukupan gizi yang tidak memumpuni, infrastruktur minim, minat baca
yang rendah di masyarakat, serta kualitas pendidikan yang rendah.
Selaras dengan pernyataan di atas, minimnya budaya literasi juga terjadi
di SDN 2 Reco. Berdasarkan observasi peneliti pada siswa kelas V tanggal 7
Oktober 2022 pada saat berlatih soal Asesmen Nasional, banyak anak yang kurang
berminat membaca soal jika terdapat soal yang Panjang. Alih alih memahami soal,
mereka lebih memilih untuk mengira-ira jawaban. Hal ini membuktikan bahwa
minat baca siswa di SDN 2 Reco sangat rendah. Selain itu belum ada pembiasaan
literasi sehingga siswa belum mempunyai budaya literasi disekolah. Kurangnya
minat baca ini diperkuat dengan hasil rapot pendidikan pada tahun 2022 bahwa
SDN 2 Reco mendapat kategori mencapai kriteria minimum atau belum
membudaya pada ranah literasi. Berdasarkan kondisi tersebut, best practice ini
berupaya untuk bisa menawarkan dan menyajikan kegiatan-kegiatan yang menarik
dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi siswa.
Salah satu kegiatan yang menarik untuk meningkatkan kemampuan
literasi siswa dalah adanya pojok bacaan. Dengan adanya pojok bacaan ini
diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran literasi seperti meningkatnya minat
membaca, kemampuan menulis dan kemampuan menyimak. Selain itu pojok baca
juga dapat digunakan untuk memfasilitasi anak agar dapat memperoleh
pengetahuan yang lebih luas. Pojok bacaan juga sangat membantu siswa dalam
mengapresiasi hasil karya mereka terkait pembelajaran literasi. Dengan demikian
pojok bacaan ini memang sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan
pembelajaran literasi.
BAB II
REVIEW TEORI

A. Media Pojok Bacaan


Pojok Bacaan atau pojok baca adalah sudut tempat para siswa-siswi
membaca, di sana disediakan buku-buku tentang pendidikan serta ilmu
pengetahuan, serta karya siswa yang dapat menambah keunikan dan
keartistikan. Adanya pojok baca ini diharapkan dapat menumbuhkan
kebiasaan membaca atau budaya literasi. Menurut (Gregory A Kimbey, 1975)
kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa
adanya unsur paksaan. Ia bukanlah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia,
tetapi merupakan hasil proses belajar dan pengaruh pengalaman dan keadaan
lingkungan sekitar. Karena itu, kebiasaan dapat dibina dan
ditumbuhkembangkan. Sementara itu, membaca merupakan suatu proses
komunikasi ide antara pengarang dan pembaca, dalam hal ini pembaca
berusaha menginterpretasikan isi tulisan tersebut untuk memahaminya
(Wijono, 1981). Kebiasaan membaca terjadi dengan berulang-ulang sehingga
pembaca merasa nyaman karena pembacaan tersebut terjadi tanpa paksaan
atau perintah.
Manfaat dari pojok baca adalah dapat menumbuhkan dan
merangsang siswa lebih gemar dan nikmat dalam membaca, mendekatkan
buku pada siswa, membangun daya pikir murid lebih kreatif dan kritis, saling
bertukar informasi dari hasil bacaan, bagian proses belajar dalam kelas yang
muaranya dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa (Astuti, 2015). Pada
pojok bacaan, tersedia berbagai macam buku non pelajaran dari berbagai
sumber yaitu dari perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah maupun dari
guru yang membelikan. Selain itu ditampilkan pula karya seni siswa seperti
buklet tentang pemahaman buku yang sudah dibaca dan karya siswa yang
lainnya. Pembiasaan membaca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran
merupakan salah satu pemanfaatan pojok bacaan ini. Ketika istirahat maupun
ada waktu luang, anak-anak juga sering memanfaatkan pojok baca ini, bahkan
ada beberapa anak yang meminjam buku untuk dibawa pulang.
B. Pembelajaran Literasi
Literasi berasal dari bahasa Latin, literatus, yang berarti “a learned
person” atau orang yang belajar. Literasi merupakan kemampuan seseorang
dalam mengolah dan memahami saat melakukan proses membaca dan
menulis. Literasi atau kemelekan adalah istilah umum yang merujuk kepada
seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca,
menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. (Wray et.al.,
2004) mengungkapkan pembelajaran literasi ditujukan agar siswa mampu
mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
1. Percaya diri, lancar, dan paham dalam membaca dan menulis.
2. Tertarik pada buku-buku, menikmati kegiatan membaca, mengevaluasi
dan menilai bacaan yang dibaca.
3. Mengetahui dan memahami berbagai genre fiksi dan puisi.
4. Memahami dan mengakrabi struktur dasar narasi.
5. Memahami dan menggunakan berbagai teks nonfiksi.
6. Dapat menggunakan berbagai macam petunjuk baca (fonis, grafis,
sintaksis, dan konteks) untuk memonitor dan mengoreksi kegiatan
membaca secara mandiri.
7. Merencanakan, Menyusun draft, merevisi, dan mengedit tulisan secara
mandiri.
8. Ikosakata.
9. Memahami system bunyi ejaan, serta menggunakannya untuk mengeja
dan membaca secara akurat.
10. Lancar dan terbiasa menulis tangan.
Indonesia literasi sedari dini sangat diharapkan sebagai dasar
gerakan literasi di sekolah, terdapat beberapa komponen literasi yang perlu
didahului dengan pengembangan literasi usia dini. Literasi dini yaitu
kemampuan buat menyimak, tahu bahasa lisan serta berkomunikasi
melalui gambar serta verbal yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungan sosial. Literasi pemulaan yaitu kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis serta menghitung berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk menghitungkan, mengkomunikasikan
dan mendeskripsikan berita sesuai pemahaman. Literasi perpustakaan yaitu
menyampaikan pemahaman dengan membedakan bacaan fiksi serta
nonfiksi menjadi pembagian terstruktur mengenai pengetahuan yang
memudahkan pada memakai perpustakaan, tahu penggunaan katalog
sehingga memiliki pengetahuan dalam memahami berita. Literasi media yaitu
keterampilan untuk mengetahu aneka macam bentuk media, seperti
media cetak serta media elektronika. Literasi teknologi yaitu keterampilan
memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti aplikasi, dan
etiket dalam memanfaatkan teknologi. Literasi visual yaitu
mengembangkan keterampilan serta kebutuhan belajar dengan
memanfaatkan materi visual serta audio visual secara kritis (Mulyo Teguh,
2017).
C. Peran Pojok Bacaan terhadap Pembelajaran Literasi
Kemendikbud, menjelaskan bahwa tujuan sudut baca atau pojok
bacaan yaitu untuk mengenalkan kepada siswa beragam sumber bacaan
untuk dimanfaatkan sebagai media, sumber belajar, serta memberikan
pengalaman membaca yang menyenangkan. Cara lain untuk mendekatkan
perpustakaan dengan siswa adalah dengan adanya pojok baca di kelas.
Menurut (Varia, 2004) mengembangan minat baca siswa melalui pojok
bacaan memiliki beberapa manfaat, seperti:
1. Sudut baca dapat mendorong siswa untuk lebih gemar membaca dan
memiliki kemampuan berpikir yang baik.
2. Untuk mendekatkan buku dengan siswa.
3. Setiap saat siswa dapat membaca buku tanpa harus ke perpustakaan
karena di kelas sudah tersedia buku non pelajaran.
4. Guru dapat memanfyaatkan pojok baca ke dalam kegiatan pembelajaran.
Pojok bacaan yang ada dalam best practice ini tidak sebatas dalam
memberikan referensi buku bacaan saja, namun juga menempel hasil karya
siswa. Sebagai contoh setiap anak selesai membaca satu buku, anak
ditugaskan untuk membuat buklet yang berisi hal-hal yang sudah dipelajari
dalam buku tersebut, kemudian akan dipilih buklet yang paling menarik dan
kreatif untuk di tempel pada pojok bacaan. Selain itu, kami juga menugaskan
siswa untuk mengisi jurnal bacaan. Jurnal bacaan berisi tentang buku apa saja
yang sudah pernah mereka baca. Terkait dengan pembelajaran literasi ini,
siswa juga diberi apresiasi dengan memberikan reward kepada siswa yang
paling aktif berpartisipasi dalam pembelajaran literasi. Selain meningkatkan
minat membaca, adanya pojok bacaan ini juga berperan sebagai ajang
kompetisi bagi siswa untuk bersaing dalam pembelajaran literasi dengan cara
yang menyenangkan. Pemberian reward juga akan membuat siswa semakin
semangat dalam pembelajaran literasi karena usahanya dihargai.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 57 siswa kelas V SDN 2 Reco
Kertek Wonosobo. Subjek penelitian terdiri dari 32 siswa laki-laki dan 24
siswa perempuan. Usia siswa yang menjadi subjek penelitian sekitar 11-12
tahun.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif dikarenakan penelitian ini
ingin mengungkap secara komprehensif mengenai implementasi pojok
bacaan di SDN 2 Reco. Penelitian kualitatif menurut Sukmadinata (2012,
hlm. 60) suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan dan
menganalisis suatu fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok. Sugiyono (2008, hlm. 1) menjelaskan bahwa metode penelitian
kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Berdasarkan penjelasn di atas dapa disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan dan menganalisis suatu objek yang alami.
Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh
Cresswell, Guba dan Lincoln (dalam Herdiansyah, 2013, hlm. 16) yaitu
konteks dan setting alamiah (naturalistic); bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena; keterlibatan secara
mendalam serta hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti;
teknik pengumpulan data yang khas kualitatif, tanpa adanya perlakuan
(treatment) atau manipulasi variabel serta adanya penggalian nilai
(values) yang terkandung dari suatu perilaku.
Metode penelitian pada penelitian ini adalah menggunakan metode
studi kasus karena penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi
dengan mempertahankan keutuhan subjek penelitian sebagai satu
kesatuan yakni Best Practice Implementasi Pojok Bacaan terhadap
Pembelajaran Literasi di SDN 2 Reco. Studi kasus menurut Sukmadinata
(2012, hlm. 64) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap
suatu kesatuan sistem baik berupa program, kegiatan, peristiwa, atau
sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan adalah cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang menjadi penentu hasil penelitian. Pada
penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Observasi menurut Cresswell (dalam Herdiansyah, 2013 hlm.
130) adalah sebuah proses penggalian data yang dilakukan langsung
oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap
manusia sebagai objek observasi dan lingkungan penelitian.
Observasi dilakukan untuk mengamati Implementasi Pojok Bacaan
terhadap Pembelajaran Literasi di SDN 2 Reco yakni membaca 15
menit sebelum pembelajaran, pembuatan buklet, pembuatan jurnal
baca, bekerja sama dengan arpusda daearah, kegiatan membuat
poster, menulis puisi, story telling serta pemberian reward.
2. Wawancara
Wawancara menurut Herdiansyah (2013, hlm. 31) adalah proses
interaksi dengan cara tanya jawab yang dilakukan oleh pewawancara
dan terwawancara atas dasar ketersediaan, kepercayaan dan dalam
setting alamiah dengan arah pembicaraan mengacu pada tujuan
tertentu. Wawancara dilakukan dengan cara berdialog dengan yang
diwawancarai untuk mendapatkan data. Dalam penelitian ini yang
menjadi informan adalah siswa kelas V untuk mengetahui efektivitas
serta refleksi tentang implementasi pojok bacaan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi menurut Sugiyono (2014, hlm. 329)
merupakan catatan sebuah peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Agar mendapatkan data serta penafsiran yang valid
dibutuhkan data sekunder yakni dokumen. Dokumen tersebut bisa
berupa dokumentasi dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Data
B. Pembahasan

BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Mulyati, & Yunansah. 2018. Pembelajaran Literasi Strategi Meningkatkan
Kemampuan Literasi, Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis.

Faiz, A., Putri Novthalia, A., Sausan Nissa, H., Himayah, T., Damayanti, S., Bulan
Februari, D., & Korespondensi, A. (2022). Bulan Februari Tahun 2022, Hlm 58-66
Jurnal Lensa Pendas. 7(1).

Sadri, M., & Irwandy, K. &. (n.d.). MEMBANGUN SEMANGAT SISWA DALAM
GERAKAN LITERASI SEKOLAH.

S_PAUD_1100423_Chapter3 (1). (n.d.).

https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi#:~:text=Literasi%20atau%20kemelekan%20
adalah%20istilah,diperlukan%20dalam%20kehidupan%20sehari%2Dhari diakses
pada tanggal 8 April 2023 pada pukul 14.17.

https://perpustakaan.peradaban.ac.id/2017/10/05/menumbuhkan-minat-baca/ diakses
pada tanggal 8 April 2023 pada pukul 14.19.

https://mediaindonesia.com/opini/481249/budaya-dan-literasi diakses pada tanggal 9


April 2023 pada pukul 08.45.

https://www.kompasiana.com/suhaimiarza/635f5cf78455fd77f4619dc2/manfaat-
pojok-baca-dalam-kelas diakses pada tanggal 9 April 2023 pada pukul 09.12.

Anda mungkin juga menyukai