kemampuan berbahasa seseorang sangatlah penting (Alexander, 2013). Kosakata itu penting
karena (1) pemahaman seseorang bertambah ketika mengetahui arti sebuah kata, (2) kata-kata
adalah alat komunikasi. Menguasai kosakata dapat meningkatkan keterampilan berbahasa baik
itu menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis, dan (3) Ketika pemelajar meningkatkan
kosakata mereka, kemampuan akademik dan kepercayaan diri serta kompetensinya meningkat
Kosakata merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang
menempati peran sangat penting sebagai dasar siswa untuk menguasai materi mata pelajaran
bahasa Indonesia dan penguasaan mata pelajaran lainnya (Kasno, 2004 dalam Pramesti, 2015).
Penguasaan kosakata memengaruhi cara berpikir dan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran bahasa sehingga penguasaan kosakata dapat menentukan kualitas seorang siswa
juga
dalam berbahasa (Kasno, 2004 dalam Pramesti, 2015). Kualitas dan kuantitas kosakata yang
dimiliki dapat membantu siswa dalam menyerap berbagai informasi yang disampaikan para
pengajar atau dari berbagai sumber belajar lainnya. Penguasaan kosakata yang baik sangat
gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain yang tampak dalam empat kompetensi
(2) Tri (2014: 11) mendefinisikan kemampuan membaca adalah kesanggupan dan kecakapan serta
kesiapan seseorang untuk memahami gagasan-gagasan dan lambang atau bunyi bahasa yang
ada dalam sebuah teks bacaan yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan si pembaca untuk
mendapatkan amanat atau informasi yang diinginkan. Membaca memerlukan pemahaman yang
baik, karena membaca memerlukan kemampuan yang baik agar dapat memahami teks bacaan
dan memknai isi bacaan dengan baik.
Menurut Tarigan (2015: 7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata atau bahasa tulis.
Membaca pemahaman sering disebut dengan istilahmembaca intensif atau membaca cermat.
Menurut Tarigan (2015: 58) “membaca pemahaman reading for understanding yang
dimaksudkandi sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
Literasi
Budaya membaca dan menulis (literasi) masyarakat Indonesia masih
sangat rendah. Hal ini terbukti dari beberapa hasil survei beberapa lembaga
Sekolah, 2015). Hal ini diperkuat juga dengan data statistic UNESCO 2012 yang
setiap 1000 penduduk, hanya satu orang saja yangmemiliki minat baca (Petunjuk
dan gadget.
serta berupaya meningkatkan motivasi dan mendorong siswa agar lebih giat lagi
untuk membaca. Langkah awal yang dilakukan oleh sekolah untuk melatih siswa
gemar membaca, yaitu pembiasaan membaca buku non pelajaran. Guru sebaiknya
memilih bahan bacaan yang variatif, tidak hanya dari buku teks atau buku paket
materi pelajaran saja, sehingga pengetahuan dan wawasan yang diperoleh siswa
menjadi luas (Rahim, 2009). Gerakan literasi sekolah ini haruslah mendapat
dukungan dari berbagai pihak sekolah, yaitu dengan melengkapi fasilitas seperti
ruang baca atau perpustakaan yang memadai dan sekolah mampu menyediakan
buku-buku dari berbagai sumber. Literasi saat ini tak lagi bermakna sebagai pemberantasan
buta aksara,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Minat Baca
dilakukan, dan begitu pun sebaliknya jika tidak dapat melakukan maka
dengan minat akan lebih memahami bacaan yang sedang dibaca, karena
anak akan membaca dengan sepenuh hati. Agar siswa dapat mengetahui
baca dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa dan faktor luar diri siswa.
Faktor dari dalam diri siswa meliputi perasaan, motivasi, dan perhatian.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi minat baca dari luar terdiri dari
Teks eksplanasi merupakan salah satu materi baru yang dipelajari dalam
Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini membuat
beberapa guru kesulitan dalam mengajarkan materi ini. Teks eksplanasi adalah
fenomena alam atau sosial (Isnatun dan Farida, 2013: 80). Sependapat dengan
Isnatun dan Farida, Kosasih (2013: 85) mengatakan bahwa teks eksplanasi adalah
teks yang menerangkan atau menjelaskan mengenai proses atau fenomena alam
maupun sosial.
Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2014: 4) secara implisit mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset,
video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar
diartikan sebagai seluruh perantara (dalam hal ini bahan atau alat) yang dapat
buku, majalah, surat kabar, internet, dan sebagainya. Di sisi lain, media
siswa dapat memperoleh pengetahuan atau menciptakan pengetahuan, kecakapan, dan sikap.
Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2014: 28) berpendapat bahwa ada
empat manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa. Berikut manfaat
media pembelajaran.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Hal terpenting di dalam pemilihan media adalah siswa dipermudah,
yang akan digunakan oleh guru haruslah sesuai dan diarahkan untuk
siswa.
d. Media yang akan digunakan haruslah diperhatikan dari segi efektivitas dan
e. Media yang akan digunakan juga harus diperhatikan dari segi kepraktisannya.
media gambar seri merupakan rangkaian gambar yang berisi tentang suatu
kejadian. Rangkaian gambar pada media gambar seri diharapkan dapat membantu
siswa dalam menulis teks eksplanasi. Hal ini disebabkan oleh teks eksplanasi
merupakan teks yang menjelaskan proses terjadinya suatu fenomena alam atau
sosial.
Adapun
kognitif.
(one way).
penyaji.
peserta.3
PEMBELAJARAN VARIATIF)
Menurut Salman Rusdie (2011), manajemen kelas adalah segala usaha yang dilakukan untuk
mewujudkan terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan, serta dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan mereka.
Metode bercerita menurut Fadlillah, (2014:172) adalah metode yang
9) guru memantau proses belajar siswa, dan 10) guru memberikan umpan
satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain anak harus belajar
1) Fungsi komunikatif
2) Fungsi motivasi
3) Fungsi kebermaknaan
sampaikan.
5) Fungsi individualitas
(Pengembangan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa | ykat, Volume
03, Nomor 01, Juni 2018)
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode
pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit
harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-
sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan
secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. (Seminar Nasional Pendidikan Dasar
Universitas Negeri Medan 2017 - PERANAN GURU MEMILIH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN)
pengertian model pembelajaran
budaya”
Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama (Permendikbud No. 103
Tahun 2014) yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan. Ketiga model tersebut adalah: model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek (Project Based
Learning), dan model Pembelajaran Melalui Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry
Learning). Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi
pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran
tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika
menggunakan model pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus menganalisis rumusan
pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based
Learning).
Komponen AKM Literasi Membaca yakni mengukur berbagai konten, berbagai konteks dan
berbagai proses kognitif peserta didik.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan. Literasi membaca
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Teks informasi merupakan
jenis teks yang bertujuan untuk memberikan fakta, data, dan informasi dalam rangka
pengembangan wawasan serta ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Sementara Teks Fiksi
merupakan teks yang bertujuan untuk memberikan pengalaman mendapatkan hiburan,
menikmati cerita, dan melakukan perenungan kepada pembaca. Asesmen Literasi Membaca
Tingkat SMA memiliki 2 level pembelajaran. Level pembelajaran 1 untuk kelas 9 dan 10. Pada
level ini peserta didik akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca. Peserta didik
pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya.
Kajian literatur
Jurnal ilmiah terindeks
Prosiding seminar
Laporan hasil penelitian
Buku Ajar
TERVERIFIKASI
seorang mahasiswa
FOLLOW
Perlunya Peningkatan Kompetensi Literasi Numerasi Peserta Didik Sekolah Dasar dalam
Pembelajaran Abad 21
Menurut Mulyasa (2013: 25) berpendapat bahwa, pada hakikatnya standar kompetensi guru
adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya,
sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Minimnya literatur untuk mengembangkan inovasi dalam pelaksanaan program literasi, serta
ketersediaan buku-buku koleksi bahan bacaan pada perpustakaan sekolah yang belum
memadai.
Belum adanya pelatihan literasi numerasi untuk guru, yang berdampak pada rendahnya
pengetahuan dan kemampuan guru dalam merancang dan mengelola kelas yang melibatkan
unsur literasi numerasi.
Minimnya pengawasan guru terhadap praktik literasi numerasi dalam kehidupan sehari-hari,
yang berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan program literasi numerasi. (Ibrahim, 2017:
14) (https://www.kompasiana.com/khafidahsyairoh6302/5fd0366ad541df742239ed03/
perlunya-peningkatan-kompetensi-literasi-numerasi-peserta-didik-sekolah-dasar-dalam-
pembelajaran-abad-21)
mengembangkan mutu pembelajaran dan lulusan. Pada Tahun 2018 arah kebijakan Kemdikbud
Sejalan dengan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson,
kemampuan yang perlu dicapai oleh peserta didik yaitu pengembangan HOTS (Higher Order
Thinking Skills) pada mengevaluasi, menganalisis dan mengkreasi bukan hanya LOTS (Lower
Order Thinking Skills) dan MOTS (Middle Order Thinking Skills) yakni melingkupi mengetahui,
memahami dan mengaplikasikan. Pembelajaran berbasis HOTS juga dijadikan proses tingkat
tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom, dengan membagi kemampuan menjadi dua yakni
LOTS yang penting dalam proseskegiatan belajar mengajar, yaitu mengingat, memahami, dan
menerapkan serta HOTS meliputi ketrampilan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Wena,
2020).
dan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang mana pembelajaran terpusat pada peserta didik
dengan penguasaan materi ajar dari berbagai sumber referensi dan pendidik hanya sebagai
fasilitator.
belajar. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan abad 21 mengarahkan untuk perubahan yang
signifikan dalam bahan ajar, media pembelajaran, fasilitas, ataupun membekali peserta didik
dalam menghadapi persaingan global yang semakin meningkat. Menganalisis kompetensi dasar,
penilaian berbasis prinsip HOTS, serta merevisi semua aspek yang berhubungan dengan