Anda di halaman 1dari 31

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menjadikan siswa

memiliki keempat ketarampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca

dan menulis dalam menyampaikan materi yang sesuai. Proses

penyampaiannya dilakukan melalui proses komunikasi yang

melibatkan aktivitas menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

(Kurniawan, 2015:40).

Pembelajaran bahasa Indonesia disekolah dasar menuntut empat

keterampilan berbahasa. Pada prinsipnya adalah penyampaian pesan,

karena komunikasi sebagai basis pembelajaran yang tujuan utamanya

ialah menyampaikan pesan pada siswa. Ruang lingkup pesan disini

merupakan pembelajaran biasa dibahasakan dengan materi

pembelajaran.

Kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran

bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan berbahasa, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dua kemampuan

pertama merupakan kemampuan berbahasa yang tercakup dalam

kemampuan orasi (oracy), sedangkan dua kemampuan kedua

merupakan kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi

1
2

(literacy). Kemampuan orasi merupakan yang berkaitan dengan bahasa

lisan, sedangkan kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis

(Kartadinata, 2011:35).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa mencakup empat

aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat

aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi seimbang serta

menyajikannya dengan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa

tertarik pada pembelajaran yang guru sajikan. Di sinilah pentingnya

keterampilan pembelajaran bahasa Indonesia dalam kaitannya dengan

pembelajaran lainnya.

2. Keterampian Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa

yang disajikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia selain

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan ketrampilan

menulis.

Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No 2 Tahun 1989


tentang Sistim Pendidikan Nasional, bahwa membaca merupakan
salah satu dari empat keterampilan pokok yang harus dibina dan
dikembangkan dalam pendidikan bahasa (Irdawati dan Darmawan,
2013).
Keterampilan berbahasa sehubungan dengan penggunaan bahasa,

terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu mendengarkan

(menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Berikut ini penjabaran

empat keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah dasar:


3

a. Menyimak

Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya

merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegiatan

komunikasi; perbedaannya terletak dalam jenis komunikasi:

menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan

membaca behubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan,

keduanya mengandung persamaan yaitu memperoleh informasi

menangkap isi atau pesan, dan memahami makna komunikasi

(Tarigan, 2008:30-31).

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan

lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi

yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa

lisan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak

merupakan proses menyerap infromasi ilmu pengetahuan dari

berbagai sumber, dalam menyimak indra pendengaran merupakan

sebagai modal utama untuk memperoleh informasi, dan ketika

memperoleh informasi tersebut sikap kognitif itu yang akan

menemukan serta memahami berbagai ilmu pengetahuan yang

dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


4

b. Berbicara

Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara

adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada

kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan

menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau

beru dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat

dengan perkembangan kosakata yang diperoleh oleh sang anak;

melalui kegiatan menyimak dan membaca (Tarigan, 2008:3).

Disini dapat ditegaskan, terampil berbicara adalah suatu

keterampilan berbahasa siswa dalam menyampaikan ide-gagasan

secara lisan. Terampil berbicara adalah kemampuan siswa dalam

menyampaikan ide-gagasan melalui bahasa lisan dan gaya yang

menarik. Keterampilan ini penting bagi siswa karena dalam

kesehariannya, siswa selalu melakukan kegiatan komunikasi

(berbicara) pada orang lain, termasuk dalam kegiatan keilmuan

semisal, pembelajaran.Untuk bisa menyampaikan gagasan

keilmuannya dengan baik, maka terampil berbicara menjadi

tuntutan siswa.

c. Membaca

Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasan

tulis. Disamping itu, membaca juga merupakan suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh


5

pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/bahan tulis (Somadoyo, 2011:4-5)

Membaca merupakan media komunikasi yang memberikan

banyak informasi, dan pembaca harus memahami pada bacaan

yang dibacanya agar bisa menyuarakan informasi yang diperoleh.

Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif

yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman

menyeluruh tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian

terhadap keadaan, nilai, fungsi dan nampak bacaan itu (Nurhadi,

2016:2).

Membaca merupakan untuk memperoleh informasi dengan apa

yang kita baca, tujuan membaca itu bukan hanya sekedar membaca

melainkan untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Dengan

membaca dapat membuka jendela informasi yang terbatas dalam

kehidupan sehari-hari yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari agar lebih bernilai lagi.

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan,

tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik,

dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan

proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf ) ke dalam kata-kata

lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas


6

pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis,

dan pemahaman kreatif. (Rahim, 2008:2).

Prinsip dari model pembelajaran keterampilan membaca adalah

reading for pleasure, maksudnya adalah membaca untuk

memperoleh kesenangan dan reading for information, yaitu

membaca untuk memperoleh informasi.

Dari beberapa hal diatas tentang membaca dapat dirumuskan

menjadi memahami isi dari apa yang tertulis, dan mengeja atau

melafalkan apa yang tertulis.

Dalam membaca ada beberapa tahapan, diantaranya yaitu:

1) Membaca Permulaan

Tahap ini merupakan tahapan awal dalam membaca

membaca. Dalam hal ini, membaca permulaan bersifat

mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang

lebih rendah. Membaca permulaan merupakan suatu

keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh

pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar

orang bisa membaca (Dalman, 2013:85).

Membaca permulaan merupakan tahap awal belajar

membaca agar bisa naik pada tingkat membaca

pemahaman. Ketika membaca permulaan siswa dikenalkan

pada kata atau kalimat yang sering mereka dengar dan


7

sering-seringlah mengulang serta mengeja huruf menjadi

kata dan kalimat.

Membaca permulaan merupakan aktivitas kompleks

yang mencakup pada kecakapan. Kecakapan yang

dimaksud adalah kemampuan atau kesanggupan siswa

membaca dengan lafal, intonasi yang jelas, dan benar.

Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada

pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut

untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, dan kalimat

yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan

(Arijani, 2013).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa membaca

permulaan tahap awal yang akan menentukan hasil

ketercapaian memasuki tahap membaca lanjut. Jika

membaca permulaan bisa dikuasi maka akan mudah untuk

memasuki tahap selanjutnya. Membaca permulaan siswa

mampu menyuarakan simbol huruf yang dibaca.

2) Membaca Pemahaman atau Membaca Lanjut

Membaca pemahaman merupakan keterampilan

membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi.

Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif

(membaca untuk memahami). Dalam membaca

pemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi


8

bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si pembaca

dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya

dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan

menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikan baik

secara lisan maupun tulisan (Dalman, 2013:87).

Pada membaca pemahaman pembaca mampu

memahami isi yang dibacanya. Pada tingkat Sekolah Dasar

membaca pemahaman sudah dikenalkan di siswa kelas V,

disini siswa harus bisa menemukan ide pokok atau gagasan

utama yang dibacanya.

Sesuai dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) (Depdikbud, 2006) menekankan bahwa
kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas V
sekolah dasar semester 1 adalah menemukan
gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan
kecepatan minimal 75 kata permenit, sedangkan
pada semester 2, siswa diharapkan mampu
menemukan informasi secara tepat dari berbagai
teks khusus yang dilakukan melalui membaca cepat
(Somadoyo, 2011:4).
Pada dasarnya membaca pemahaman merupakan

kelanjutan dari membaca permulaan. Apabila seorang

pembaca telah melalui tahap membaca permulaan, ia

berhak masuk ke dalam tahap membaca pemahaman atau

membaca lanjut. Disini seorang pembaca tidak lagi dituntut

bagaimana ia melafalkan huruf dengan benar dan

merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi bentuk kata,


9

frasa, dan kalimat. Tetapi, di sini ia dituntut untuk

memahami isi bacaan yang dibacanya.

Proses pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri

atas tiga tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan

pascabaca. Ketiga tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Kegiatan prabaca

Pada tahap ini, pada awal semester kepada siswa diajarkan

(a) sikap duduk yang baik, (b) cara meletakkan atau

menempatkan buku dimeja, (c) cara memegang buku, (d)

cara membalik halaman buku yang tepat, dan (e) melihat

atau memperhatikan gambar atau tulisan (Kartadinata,

2011:43).

2) Kegiatan membaca

Setelah kegiatan prabaca dilaksanakan inti pembelajaran

membaca. Tahapan ini sering disebut tahapan membaca.

Pada tahap ini banyak sekali variasi yang dapat dilakukan

guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau

siswa Resmini (dalam Abidin, 2012:22-24).

3) Kegiatan pascabaca

Dalam hal ini siswa sudah diarahkan pada pembelajaran

membaca teknik, yakni untuk memperbaiki dan melancarkan

teknik membaca pada anak-anak. Artinya, melatih siswa

dengan tepat dan mudah mengubah tulisan menjadi suara


10

dengan memperhatikan ucapan, tekanan, dan irama

(Kartadinata, 2011:43).

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah pembelajaran membaca

yang dilakukan di sekolah harus mencerminkan tahapan yakni

prabaca (yang identik dengan kegiatan awal pembelajaran), tahap

membaca dan tahap pascabaca (yang identik dengan kegiatan inti

dan penutup pembelajaran). Tahapan-tahapan ini wajib sifatnya

karena melalui tahapan inilah akan tergambar jelas aktivitas siswa

belajar. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa pembelajaran adalah

serangkaian aktivitas siswa belajar. Tanpa aktivitas siswa kegiatan

yang dilakukan bukan pembelajaran membaca.

d. Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu

kegiatan yang produktif dan ekspesif. Dalam kegiatan menulis ini,

penulis haruslah terampil memanfaatkfan grafolegi, struktur

bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang

secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang

banyak dan teratur (Tarigan, 2008:3-4).

Untuk itu, tugas guru bahasa Indonesia dalam

penyelenggaraan pembelajaran memiliki peran yang ganda. Di satu

sisi, guru untuk bertanggung jawab terhadap pembelajarannya


11

sendiri, juga bertanggung jawab atas pembelajaran lainnya. Tidak

heran bila, ketidakbisaan siswa menguasai materi belajar mata

pelajaran lain bersumber dari penguasaan keterampilan bahasa

yang tidak baik. Dengan kenyataan ini, pembelajaran bahasa

Indonesia harus dilakukan dengan optimal agar bisa membekali

siswa yang terampil dalam berbahasa untuk menguasai untuk

memahami materi pembelajaran yang sudah ditentukan.

B. Membaca Usia Dini


1. Pengertian Membaca
Syafi’ie dalam Somadayo (2011:5) menyatakan bahwa membaca

adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata dalam

mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan

kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata untuk

memperoleh pemahaman terhadap bacaan.

Membaca merupakan proses pengembangan keterampilan, mulai

dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat, paragraf sampai

mehamai bacaan dari keseluruhan isi yang dibaca. Dalam membaca ada

beberapa tingkatan, tingkatan yang paling rendah yaitu membaca

permulaan. Membaca permulaan merupakan proses pengenalan huruf,

pelafalan serta intonasi huruf secara lisan.

Kemampuan membaca permulaan ialah membaca yang diajarkan

secara terprogram pada anak prasekolah. Membaca sudah dapat

diajarkan pada balita anak prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun.
12

Biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Membaca

permulaan adalah menerjemahkan symbol (huruf) ke dalam suara yang

dikombinasikan dengan kata-kata. Kata-kata disusun sehingga kita

dapat belajar memahaminya, dan dapat membaca (Arijani, 2013).

Membaca permulaan merupakan belajar mengenal symbol huruf

yang secara lisan akan dilafalkan sesuai tulisan atau symbol huruf yang

dibaca. Membaca permulaan penentu untuk naik pada tahap membaca

lanjut.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan

akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut.

Pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II merupakan membaca

tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh di kelas I dan di

kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca pada kelas-

kelas berikutnya (Kartadinata, 2011:43).

Kemampuan membaca usia dini atau permulaan menjadi prioritas

utama bagi siswa yang belum bisa membaca, karena dengan melalui

tahap membaca permulaan diajarkan tahap demi tahap agar siswa dapat

membaca dengan baik. Dengan megajarkan membaca pada siswa bisa

dilakukan dengan berbagai teknik membaca yang tentunya disesuaikan

dengan kemampuan anak, teknik membaca yang sesuai akan menarik

perhatian siswa dalam pembelajaran membaca, dengan demikian siswa

akan menyadari bahwa betapa menyanangkannya belajar membaca


13

karena akan mendapatkan beragam informasi yang belum mereka temui

di kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini atau Taman Kanak-kanak

Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang

diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada

pengembangan seluruh aspek kepribadian anak (Suyadi & Ulfah,

2013:17).

Pendidikan usia dini adalah proses perkembangan anak untuk

mengembangan seluruh aspek kepribadian melalui pemberian

rangsanagan pendidikan anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani (Helmawati,

2015:59).

Oleh karena iu, pendidikan anak usia dini atau setera dengan

jenjang pendidikan taman kanak-kanak memberi kesempatan kepada

anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.

Konsekuensinya lembaga pendidikan anak usia dini perlu menyediakan

berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek

perkembangan seperti : kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan

motorik.
14

Balitbang Diknas (dalam Yusuf, 2011:53) mengemukakan

karakteristik aspek bahasa pada perkembangan bagi anak usia dini

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Karakteristik Anak Usia Dini pada Apek Bahasa
Aspek 0-12 Bulan 1-3 Tahun 4-6 Tahun
Usia
Bahasa 1. Menagis 1. Mengucapkan 1. Menyebutkan
2. Mengoceh kalimat terdiri dari nama, jenis
3. Bereaksi dua kata kelamin, umur,
ketika 2. Dapat dan alamat
namanya menggunakan rumah
dipanggil bahasa isyarat 2. Berbicara lancar
3. Mengerti perintah dengan kalimat
sederhana sederhana
4. Dapat menyebut 3. Dapat
nama dirinya menggunakan
5. Dapat dan menjawab
menggunakan pertanyaan
kalimat tanya “apa”,
(seperti “apa “mengapa”,
ini?”) “dimana”, dan
6. Mengerti larangan “kapan”
“jangan!” 4. Senang
mendengarkan
dan
menceritakan
kembali cerita
sederhana
3. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak

Memahami tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)

merupakan hal penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan TK. Penyelenggaraan

dan pengembangan TK diharapkan akan terarah secara tepat sehingga


15

mengenai sasaran. Bagi pada guru atau pihak-pihak tertentu yang

terlibat langsung dalam pengelolaan lingkungan belajar di TK,

pentingnya pemahaman terhadap tujuan pendidikan tersebut lebih

mendesak lagi (Mariyana, 2009:4).

Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk

belajar. Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan

sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak

usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang

menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini.

Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa orientasi belajar

anak usia dini bukan terfokus pada prestasi, seperti kemampuan

membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan lain yang

bersifat akademis, tetapi belajarnya perlu lebih diarahkan pada

pengembangan pribadi, seperti sikap dan minat belajar serta berbagai

potensi dan kemampuan dasarnya (Mulyasa, 2012:34).

Bahwa cara belajar anak usia prasekolah memang bersifat khas.

Kemampuan memahami perkembangan dan cara belajarnya akan

membawa kita pada kemampuan menyediakan pembelajaran sesuai

dengan kebutuhannya.

Diantara para ahli yang menekuni bidang Pendidikan Anak Usia

dini dan Prasekolah, yakni Bredecamp & Cople, 1997 (dalam

Mariyana, 2009:4) berpendapat bahwa pendidikan pada jenjang TK


16

ditujukan dan dirancang untuk melayani dan meningkatkan

perkembangan intelektual, sosial, emosional, bahasa dan fisik anak.

4. Pembelajaran Membaca Anak Usia Dini

Pembelajaran dan pertumbuhan dimulai sejak lahir dan tahun-

tahun usia dini penting bagi pembangunan dasar yang kuat di mana

semua pembelajran lanjutan terjadi. Sepanjang tahun-tahun awal terjadi

pertumbuhan, perkembangan, dan pembelajaran dalam jumlah yang

luar biasa dalam semua bidang-sosial, emosional, kognitif, dan fisik.

Semua pengalaman prasekolah ini diharapkan telah mempersiapkan

anak untuk melanjutkan pelajaran sekolah dan menguasai semua

pembelajaran yang nantinya diharapkan selama pendidikan formal

(Roopnarine & Jonhnshon, 2011: 192).

Anak usia dini atau Taman Kanak-kanak sudah dapat diajarkan

untuk membaca namun harus sesuai dengan perkembangan anak/tanpa

paksaan dan dengan cara yang menyenangkan karena persoalan yang

terpenting adalah cara yang digunakan untuk mempelajarinya sehingga

anak menganggap kegiatan belajar mereka seperti bermain (Wulandari,

2015).

Dapat disimpulkan bahwa dalam membelajarkan anak membaca

harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Tahapan anak berbeda-

beda walaupun umurnya sama karena hal ini tergantung dari kesiapan

anak. Apabila anak belum siap untuk belajar membaca, jangan


17

dipaksakan untuk membaca. Pendidik ataupun orangtua harus bisa

mengenali dimana tahapan membaca peserta didik atau anaknya.

Perkembangan dan pendidikan anak usia dini penting bagi

pembelajaran dan pertumbuhan sekolah dan penting bagi keberhasilan

sepanjang hayat. Sementara harapan meningkat dan standar diperluas,

anak-anak ditempatkan pada ketegangan kurikulum yang berkembang.

(Ogens, 1990 dalam Roopnarine & Jonhnshon, 2011:193)

Pendidikan di Taman kanak-kanak untuk mendukung perkembangan

anak pada usia dini dalam aspek kognitifnya (membaca, menulis dan

berhitung) dan aspek interakasi sosialnya pada dilingkungan tempat

bermainnya.

Dengan demikian pada membaca usia dini di Taman Kanak-kanak

hanya sebatas pengenalan tidak menjadikan tujuan utama dalam

pembelajaran di pendidikan anak usia dini atau taman kanak-kanak.

Belajar membaca pada pendidikan TK memang tidak terlalu

ditekankan, melainkan belajar membaca di Taman Kanak-kanak lebih

diintegrasikan pada kegiatan, misalnya bernyanyi, bermain, bertanya,

dan berdialog dengan guru serta teman sebayanya.

C. Kemampuan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar


1. Tujuan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan

sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh

informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas


18

pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas

awal SD/MI perlu memperoleh latihan membaca dengan baik

khususnya membaca permulaan (Irdawati dan Darmawan, 2013)

Membaca permulaan diberikan dikelas awal tujuannya untuk

mengembangkan pengetahuan bahasa anak. Karena dengan

memperoleh membaca di kelas awal SD/MI akan mudah untuk

memiliki kemampuan membaca pemahaman dan untuk memperoleh

beragam ilmu pengetahuan.

Membaca permulaan diberikan dikelas rendah sekolah dasar

(SD),yaitu di kelas satu sampai dengan kelas tiga. Di sinilah anak-

anak harus dilatih agar mampu membaca dengan lancar sebelum

mereka memasuki membaca lanjut atau pemahaman. Pada saat anak-

anak memasuki kelas empat sekolah dasar, mereka tidak diperkenanan

lagi membaca permulaan atau mekanik karena di kelas tinggi, mereka

harus memasuki tahap membaca pemahaman (Dalman, 2013:86)

Membaca permulaan di sekolah dasar siswa dibiasakan secara

berulang-ulang mengeja huruf, melafalkan huruf sesuai dengan

intonasi yang tepat dan bisa menuliskan huruf yang mereka baca agar

ketika memasuki membaca lanjut mereka sudah menguasai membaca

permulaan dan dapat melanjutkan pada membaca pemahaman (lanjut).

Kurikulum SD 1994 menekankan bahwa tujuan pembelajaran

membaca di Sekolah Dasar dibagi ke dalam dua golongan, yakni

pertama agar siswa menguasai teknik membaca, dan kedua agar ssiwa
19

dapat mehamai isi bacaan. Tujuan pertama dapat dicapai melalui

pembelajaran membaca permulaan, dan tujuan yang kedua dicapai

melalaui pembelajaran pemahaman. (Somadayo, 2011:6).

Jadi pada umumnya tujuan membaca disekolah dasar merupakan

untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan

maupun tulis.

Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik

pada tingkat pemula.

a. Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa) merupakan

lambang komunikasi yang menggunakan bahasa, baik bahasa lisan,

maupun bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang dilisankan

(diucapkan). Contohnya orang yang berbicara. Adapun lambang

bahasa tertulis adalah lambang berbentuk tulisan.

b. Mengenali kata dan kalimat yaitu mengetahui rangkaian huruf

menjadi satu kata yang memiliki arti, dan mengetahui beberapa

kata yang memiliki makna didalamnya.

c. Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci yaitu memahami

bahasa yang dibaca sebagai inti dari tulisan yang dibaca.

d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek yaitu mengemukakan inti

pokok dari bacaan yang dibaca (Iskandarwassid, 2013:289).

Dengan demikian, tujuan membaca disekolah dasar adalah untuk

mengembangkan proses kognitif siswa dalam mengingat lambang

tulisan atau bahasa. Tujuannya agar siswa terlatih sejak dini sesuai
20

dengan usianya untuk mengenal lambang bahasa, supaya pada jenjang

membaca lanjut siswa tidak lagi belajar mengenal lambang bahasa,

melainkan sudah dapat memahami isi tulisan ,menuliskan dan dapat

berkomunikasi dengan baik.

2. Pembelajaran Membaca Permulaan di Sekolah Dasar

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan

intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut

kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,

menulis dan menghitung atau CALISTUNG) (Syamsu, 2011:61).

Tabel 2.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca
Kelas I Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami teks Pendek dengan 3.1 Membaca nyaring suku kata

membaca nyaring dan kata dengan lafal yang

tepat

3.2 Membaca nyaring kalimat

sederhana dengan lafat dan

intonasi yang tepat

Sumber (Kartadinata, 2011:17)

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca

bagi siswa sekolah dasar awal. Siswa belajar untuk memperoleh

kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi


21

bacaan dengan baik. Untuk memperoleh kemampuan membaca

diperlukan tiga indikator, yaitu kemampuan membunyikan:

1) Lambang-lambang tulis yaitu lambang yang berbentuk tulisan.

2) Penguasaaan kosakata untuk memberikan arti yaitu

kemampuan menghafal beberapa kata agar lebih banyak kata

yang memiliki makna untuk disampaikan.

3) Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa merupakan

pandai menempatkan makna kata yang sesuai pada bahasa

yang diperlukan sesuai dengan kondisi yang akan disampaikan.

Masri Sareb Putra, 2008: 4 (dalam Wulandari, 2015) mengatakan

bahwa membaca permulaan menekankan pengkondisian anak untuk

masuk dan mengenal bacaan sehingga belum sampai pada pemahaman

yang mendalam pada materi bacaan. Membaca permulaan adalah

suatu kesatuan kegiatan yang terpadu mencakup beberapa kegiatan

seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan

bunyi, maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud

bacaan.

Pembelajaran kemampuan membaca disekolah dasar merupakan

sebuah proses awal untuk memasuki pada membaca lanjut. Dengan

melewati proses membaca permulaan siswa dituntut untuk mengahafal

huruf, menyuarakan huruf, menyatukan huruf menjadi kalimat dan

terakhir memahami makna kata dan terakhir membaca kalimat-

kalimat panjang dan mehamai makna kalimat yang dibaca. Siswa


22

memperoleh pembelajaran membaca permulaan pada kelas awal, kelas

I dan kelas II, kelas III dan XI siswa akan memperoleh membaca

lanjut atau pemahaman.

Kartadinata (2011:41) mengemukakan bahwa kemampuan

membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Jadi,

bagaimanapun guru kelas I dan kelas II haruslah berusaha sungguh-

sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang

memadai kepada anak didik. Hal itu memerlukan pelaksanaan

pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan, baik mengenai

materi, metode maupun pengembangannya.

Guru kelas I dan kelas II harus lebih memaksimalkan lagi pada

proses pembelajaran membaca untuk memberikan pengajaran yang

lebih optimal lagi pada siswa. Karena kemampuan membaca

permulaan merupakan membaca tahap awal yang akan menentukan

pada ke tingkat selanjutnya.

Kegiatan membaca untuk anak usia dini masuk dalam lingkup

perkembangan bahasa keaksaraan Permendiknas No 58 Tahun 2009

(dalam Wulandari, 2015). Di sini anak akan belajar untuk mengenal

simbol-simbol huruf, menyebutkan nama benda yang suara huruf

awalnya sama, menyebutkan kata yang mempunyai huruf awal yang

sama, memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf dengan

membaca gambar atau menghubungkan tulisan dengan simbol, serta

membaca dan menulis namanya sendiri dengan lengkap. Membaca pada


23

tingkat awal atau membaca permulaan dapat diberikan kepada anak di

Taman Kanak- kanak.

Pada saat membaca permulaan harus dikenalkan kata atau kalimat

yang bermakna, misalnya:

Ini ani – ini. Kuku – kuku ani

Ini kaki –kaki. Ani – kaki kaku

Bacaan yang dituliskan di atas hendaklah berkaitan dengan diri

anak. Nama yang dituliskan guru adalah nama yang ada di lingkungan

anak. Kata-kata yang ditulis untuk dibaca anak adalah kata-kata yang

dikenal anak. Supaya anak cepat membaca, seringlah mengulang

huruf yang telah dikenalkan dalam kata-kata ataupun pola kalimat.

Mengajarkan siswa pada tahap permulaan ini banyak cara atau

metode yang dapat digunakan sehingga siswa akan tertarik pada

materi membaca yang guru berikan, sehingga pembelajaran membaca

tidak monoton malah akan berkesan bagi siswa jika pembelajaran

membaca dikemas dengan menarik.

Beberapa metode pembelajaran bahasa Indonesia pada tingkat

permulaan adalah:

1) Metode Eja

Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini memulai

pengajarannya dengan mengenalkan huruf-huruf secara

alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai bunyinya

menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini, pada siswa diajak


24

untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan

beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya seperti contoh

yang telah dijelsakan diatas : b, a – ba (dibaca be.a-ba) d,u-du

(dibaca de.u-du) ba-du dilafalkan badu.

2) Metode Bunyi dan Abjad

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode bunyi

hampir sama dengan metode eja, hanya saja perbedaannya

terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf. Misalnya: huruf

b dilafalkan /beh/ d dilafalkan /deh/.

3) Metode Suku Kata dan Metode Kata

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini

diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi, be, bu, bo,

ca, ci, cu, ce, da, di, de, do dan seterusnya. Suku-suku kata

tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.

Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat

berbagai variasi pada suku kata menjadi kata-kata bermakna,

untuk bahan ajar membaca dan menulis permulaan, kata-kata

tadi misalnya : ba-bi cu-ci da-da dan ka-ki. Kegiatan ini dapat

dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat

sederhana.

4) Metode Global

Sebagai contoh, dibawah ini merupakan bahan ajar untuk

membaca permulaan yang menggunakan metode global.


25

a) Memperkenalkan gambar dan kalimat.

b) Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi

suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf. Misalnya: ini

mmi = i-n-i m-i-m-i

5) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)

SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan

untuk proses pembelajaran membaca permulaan bagi siswa

pemula (Irdawati dan Darmawan, 2013).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beragam metode yang telah

dijelaskan semuanya menarik untuk diterapkan, namun guru perlu

mengemasnya dengan semenarik mungkin dan harus disesuaikan

dengan kondisi kemampuan siswanya.

Perbandingan antara siswa melalui pendidikan taman kanak-kanak

dengan siswa yang tidak melalui pendidikan akan memiliki perbedaan

terhadap kemampuan membaca permulaan. Siswa yang menempuh

pendidikan di taman kanak-kanak telah dikenalkan berbagai

kemampuan bahasa seperti menulis, membaca dan menghitung.

Sedangkan siswa yang tidak menempuh pendidikan TK belum

mengenal beragam bahasa tulis, karena pendidikan sejak dini

merupakan suatu hal yang diinginkan para orang tua agar ketika

memasuki jenjang sekolah dasar anak mereka sudah dibekali dengan

kemampuan bahasa, seperti membaca dan menulis.


26

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca permulaan pada

jenjang sekolah dasar harus memperoleh perhatian yang sungguh-

sungguh dari pendidik. Baik itu siswa yang menempuh pendidikan

taman kanak-kanak atau tidak dari pendidikan taman kanak-kanak.

Karena membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa

tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca

seseorang akan mendapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu

dan pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman baru. Oleh sabab itu,

pembelajaran membaca di sekolah dasar mempunyai peranan penting.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini

adalah: (1) “Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan

Melalui Metode SAS di Kelas II SDN Pinot”. Membaca merupakan

salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif (Yeti

Mulyati, 2009:12) Disebut reseptif karena dengan Jurnal Kreatif Tadulako

Online Vol. 2 No. 1 ISSN 2354614X29 membaca seseorang dapat

memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta

pengalamanpengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bahan bacaan

itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya

pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.

Dengan demikian, kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat

diperlukan oleh siapa pun yang ingin maju dan meningkatkan diri.
27

“Pengaruh Media Kartu Huruf Terhadap Kemampuan

Membaca Permulaan Anak Kelompok B TK Negeri II Malang”.

Dalam pembelajaran membaca permulaan di TK kelompok B peranan

media amatlah besar mengingat anak-anak usia TK, masih amat senang

bermain sambil belajar. Berdasarkan pengamatan awal di lapangan, di TK

Negeri Pembina II Malang bahwa dalam proses pembelajaran membaca,

selama ini cenderung (1) anak kurang berani membaca, (2) kosa kata

masih sangatlah kurang saat disuruh membaca, (3) guru hanya

menggunakan media ala kadarnya.

E. Kerangka Pemikiran

Kemampuan membaca permulaan merupakan tahapan proses

belajar membaca bagi siswa sekolah dasar awal. Sebagai kemampuan yang

mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan

benar-benar memerlukan perhatian guru; sebab, jika dasar itu tidak kuat,

pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat

memiliki kemampuan membaca yang memadai. Oleh sebab itu,

bagaimanapun guru kelas I dan kelas II haruslah berusaha sungguh-

sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang

memadai kepada siswa.Oleh karena itu guru perlu merancang

pembelajaran membaca dengan baik, baik itu mengenai materi, metode

maupun pengembangannya (Kartadinata, 2011:43).


28

Kemampuan membaca permulaan pada tingkat sekolah dasar perlu

di kemas dengan menarik agar tumbuh pada diri siswa rasa ketertarikan

untuk belajar membaca dan belajarpun tidak merasa bosan, tujuannya

untuk menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang

menyenangkan.

Membaca permulaan diberikan di kelas rendah sekolah dasar (SD),

yaitu di kelas I samapi kelas III.Disinilah anak-anak harus dilatih agar

mampu membaca dengan lancar sebelum mereka memasuki membaca

lanjut atau pemahaman. Pada saat anak-anak memasuki kelas IV sekolah

dasar, mereka tidak diperkenankan lagi membaca permulaan atau mekanik

karena di kelas tinggi, mereka harus memasuki tahap membaca

pemahaman (Dalman, 2013:86).

Membaca di sekolah dasar dilatih membaca permulaan untuk

mengenal lambang bahasa tulis dan ikut melafalkan bahasa yang ditulis.

Namun pembelajaran pada jenjang Taman Kanak-kanak perlu disesuaikan

dengan usia anak yang masih hobi bermain, dalam pembelajarannya tidak

begitu ditekankan pada anak agar bisa membaca dengan baik, melainkan

bermain dan belajar menjadi terpadu pada pembelajaran di Taman Kanak-

kanak.

Pembelajaran di taman kanak-kanak (TK) hendaknya disesuaikan

dengan usia anak yang masih suka bermain. Di taman kanak-kanak (TK)

siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dengan usia pada tiap-tiap

tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai, budi bahasa, berhitung, agama,


29

membaca, bernyanyi, dan berbagai macam keterampilan. Kegiatan

pembelajaran membaca misalnya harus diintegrasikan dalam kegiatan

bermain. Dalam kegiatan belajar membaca misalnya dapat dilakukan

dengan permainan-permainan mencocokan huruf menjadi sebuah kata, ini

tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga

kesiapan mental sosial dan emosional serta untuk menumbuhkan

kecerdasan anak. Pendidikan taman kanak-kanak bertujuan untuk

membantu meletakan dasar kearah sikap perkembangan pengetahuan.

Oleh karena itu, membaca permulaan bagi peserta didik sekolah

dasar awal harus memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh dari

pendidik. Baik itu siswa yang menempuh pendidikan taman kanak-kanak

atau bukan dari pendidikan taman kanak-kanak. Dengan demikian anak-

anak akan menyadari bahwa betapa pentingnya membaca. Karena dengan

membaca bisa mendapatkan beragam informasai ilmu pengetahuan dari

berbagai media cetak. Dari kerangka pemikiran di atas dapat dituangkan

dalam paradigma sebagaimana berikut:


30

Kemampuan Membaca Siswa Kelas I di MI PGM Kota Cirebon

Kemampuan Membaca

Melalui TK Tidak Melalui TK

1. Membaca Baru mengenal


(mengenal aksara symbol huruf, bunyi
dan ejaan) huruf dan berbagai
2. Budi bahasa pengetahuan dasar
3. Berhitung lainnya ketika
4. Bermain masuk pada jenjang
5. bernyanyi sekolah dasar

Terdapat perbandingan kemampuan


membaca siswa kelas I yang melalui TK
dan Tidak Melalui Tk

Tabel 2.3
Skema Perbandingan Kemampuan Membaca Permulaan
Antara Siswa Melalui TK dan Tidak Melalui TK
31

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat

teoritis. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai

kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari

teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan

dengan teori yang relevan (Sukardi, 2003:41). Dengan memperhatikan

masalah-masalah di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan, dalam kemampuan

membacapermulaan antara siswa yang melalui TK dengan yang

tidak melalui TK.

Ha : Ada perbedaan yang signifikan, dalam kemampuan membaca

permulaanantara siswa yang melalui TK dengan siswa yang tidak

melalui TK.

Dengan demikian kriteria uji hipotesis dalam penelitian ini adalah

jika thitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika thitung> t

tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan Ha diterima.

Anda mungkin juga menyukai