PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita semua dapat
berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan masyarakat.
Komunikasi pula tidak lepas dari kegiatan berbicara, maka dari itu keterampila
berbicara dapat menunjang dalam berkomunikasi. Maka salah satu aspek berbahasa
yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang
ketearampilan lainnya.[3]
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang
intensif. Kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial
untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang
mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah
dipahami oleh penyimaknya.[4] Berbicara menunjang keterampilan membaca dan
menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi
bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga
akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Apabila anak tidak berkompeten membaca dan menulis, maka anak merasa tidak
beruntung terutama di dalam pergaulan dengan teman-temannya di sekolahnya. Hal itu
disebabkan kemampuan membaca dan menulis merupakan pendukung penting dalam
pelaksanaan kurikulum sekolah, termasuk literatur, ilmu pengetahuan, studi-studi sosial
dan matematik. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki
kemampuan membacadan menulis, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam
mempelajar berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.
Setelah anak bisa membaca 4 aspek pada kurikulum 2013 diharapkan anak atau siswa
dapat meriviuw serta melakukan presentasi visual didepan kelas tentang apa yang telah
di baca oleh siswa tersebut. Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang 4
aspek keterampilan kebahasaan dan 2 aspek keterampilan yang telah disebutkan. Oleh
karenanya kritik yang membangun sangatlah kami harapkan, terimakasih dan selamat
membaca.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah makalah ini
yaitu meliputi :
Kegiatan mendengar bisa jadi dilakukan tanpa sengaja, tanpa maksud atau tujuan
tertentu. Akan tetapi kegiatan menyimak mempunyai tujuan untuk memahami apa yang
didengar. Dalam kegiatan menyimak diperlukan konsentrasi dan kemampuan untuk
menafsirkan pesan.[11]
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif
dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi
dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu.
Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas
mendengarkan dan memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang
diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian
contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan
film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi
mendengarkan nonietraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari
pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat.[12]
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya
untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;
Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.
Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi,
menyadari adanya reduksi bentuk-bentuk kata.
Pembicara
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang.
berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara
ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima
pesan (penyimak).
Penyimak
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak
yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif.
Penyimak seperti itu akan selalu mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu
akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh, pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan
(2001:6) rnenyatakan bahwa penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki dua
sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.
Sikap Objektif
Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan
simakan. Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula
sebaliknya. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan
manyimak, seperti pribadi pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.
Sikap Kooperatif
Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk
keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan
pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi,
maka penyimak tidak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah
sikap berkoperatif dengan pembicara.
Bahan simakan
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam
menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan
pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau
informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik,
pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan
dalam komunikasi.
Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut.
a. Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis saat pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang
akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. Sebuah topik utama memiliki ciri-ciri:
menarik perhatian pembaca bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-
topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa
topik bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah
dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan
sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan
demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan
mengetahui topik-topik bawahannya.
c) Dengar – Kerjakan
d) Dengar – Terka
e) Memperluas Kalimat
f) Menemukan Benda
g) Siman Berkata
h) Bisik Berantai
i) Menyelesaikan Cerita
l) Menyingkat/Merangkum
m) Parafrase
n) Menjawab Pertanyaan
Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di
hadapan umum secara langsung. Namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan
bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana
pembicara harus dapat:
Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga
pendengar daoat memahami apa yang diucapkan pembicara.
Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.
Menggunakan ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai
ditinjau dari hubungan antar pembicara dan pendengar.
Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita
untuk melakukan komunikasi satu sama lain.Bahasa sebagai sarana integrasi dan
adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu
ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau karyawan.Bahasa sebagai
sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar
orang yang terlibat dalam omunikasi dapat saling memahami.Bahasa sebagai sarana
memahami dri, yaitu bahasa dalam membangn karakter seseorang harus dapat
memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya sendiri.Bahasa sebagai sarana ekspresi
diri, yaitu yaitu bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan diri misalnya
menyatakan cintaBahasa sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin
efektivitas komunkasi.
Masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya
bahasa yang memiliki fungsi yang banyak itu tak dapat lepas dari tujuan berbicara itu
sendiri sebagai aplikasi dalam berbahasa, tujuan berbicara Menurut Djago tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu:[16]
a) ketepatan ucapan,
c) pilihan kata,
k) kelancaran,
l) relevansi, penalaran,
m) penguasaan topik.
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari
luar partisipan.
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama,
tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
Mengenal kosakata.
Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya orang tidak
ambil pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk.
Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan membaca) jelas
sangat mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang bergelut dengan buku.
Misalnya pelajar dan mahasiswa. Sampai-sampai sering kita jumpai ada pelajar dan
mahasiswa yang kekurangan waktu untuk membaca literatur-literatur yang diwajibkan
padanya. Bukan karena waktu yang dimiliki kurang, melainkan karena banyaknya
waktu yang tersita untuk membaca hanya satu judul buku saja.
Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca
seseorang. Minimnya tingkat pemahaman ini menjadi masalah karena ada
kecenderungan anggapan bahwa semakin lambat cara membaca seseorang, semakin
tinggi pula pemahamannya. Padahal, pada kasus latihan membaca cepat, anggapan
justru terbalik, yaitu peningkatan kecepatan membaca akan diikuti dengan peningkatan
pemahaman bacaan.
Masalah yang menjadi hambatan membaca adalah kurangnya minat membaca. Faktor
yang membelakangi hal ini adalah kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau
kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Ada indikator
bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-
hari yang digunakan warganya untuk membaca. Semakin banyak waktu yang digunakan
untuk membaca, artinya menurut kebutuhan secara pribadi, bukan dipaksa membaca
seperti halnya membaca demi tugas sekolah ataupun kuliah, maka dengan itu semakin
tinggi pula tingkat budaya bangsa tersebut.
Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga merupakan faktor
yang tak kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca. Secara teoritis, seorang
pembaca yang lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca yang bodoh, tetapi mungkin
ia hanyalah seorang pembaca yang tidak efisien.
Keterampilan Menulis
PengertianKeterampilan Menulis[19]
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis
menulis sehingga tenaga potensial dalam menulis. Menulis adalah keterampilan
produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan
berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini
karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan
juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan
yang teratur.
Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa
mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber
lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing
menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap
perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru
maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang
dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek
mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai dengan
kaidah penulisan.
Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada
tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta
masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga
tulisan menjadi sempurna. Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan
menulis proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa
memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di
benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan
di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman
sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara
menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta
menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk
mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan
tulisan yang kurang jelas.
Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan,
yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi
pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
Menyimak adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk dapat memahami suatu
informasi yang disampaikan oleh pembicara. Apabila si penyimak dapat memahami
maksud si pembicara dengan baik maka penyimak tentunya dapat memberikan respon
yang lebih tepat. Respon ini dapat berupa jawaban, pengungkapan ide atau gagasan,
atau bisa juga berupa pertanyaan pada si pembicara.
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-
face communication. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara
berbicara dan menyimak adalah sebagai berikut:
Ketika anak mulai bersekolah, perbedaan antara dua keterampilan ini mulai menghilang.
Ini karena pemahaman dalam membaca meningkat dengan cepat. Siswa mulai
mengembangkan morfologi, yang merupakan sistem untuk mengembangkan kata-kata
menjadi bentuk komunikasi tertulis.
Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan
penting antara membaca dan menyimak, antara lain :
Dari hasil laporan tersebut tampak bahwa pemahaman fonem erat kaitannya antara
suara dan simbol tertulis. Siswa harus memiliki kemampuan menyimak yang baik agar
dapat menuliskan simbolnya secara tepat. Dua keterampilan ini juga tidak dapat
dipisahkan dengan keterampilan membaca.
Membaca juga meningkatkan keterampilan berfikir logis, analitis, dan sistematis. Orang
yang terbiasa membaca tentunya akan lebih tepat dan runtut dalam berbicara. Kalimat
yang digunakan lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami oleh pendengar.
Cagrı Tugrul Mart dalam Jurnalnya yang berjudul “Developing Speaking Skills through
Reading” (International Journal of English Linguistik, 2012: 91) mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
Communication without vocabulary will break down. One of the most useful ways to
improve your communication skills is extensive reading. Extensive reading will help
you to develop your ability to express ideas, whilst also enlarging the size of
vocabulary. Vocabulary knowledge is one of the crucial factors that will influence
fluency in speaking. Reading introduces learners to a wider body of language and
contexts. Reading helps learners build up better grammar skills. As learners develop
stronger reading skills, they develop more sophisticated speaking skills.
Dari pendapat di atas jelas sekali betapa eratnya hubungan antara keterampilan
membaca dengan berbicara. Kegiatan membaca sangat penting untuk mengembangkan
keterampilan berbicara.
Di sisi lain, menulis membantu anak untuk membangun keterampilan membaca mereka.
Terutama bagi anak yang lebih muda yang harus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan fonemis mereka. Pengetahuan tentang fonem akan berkembang ketika
anak membaca dan menuliskan kata-kata baru. Untuk anak yang lebih tua, praktik
dalam proses menulis teks mereka sendiri membantu mereka untuk menganalisa
potongan-potongan dari apa yang mereka baca. Orang dewasa pun seringkali menulis
apa yang mereka baca dengan bahasa sendiri agar lebih mudah untuk diingat atau
dipahami.
Empat keterampilan berbahasa itu saling mendukung antara satu dengan yang
lainnya. Dalam suatu aktivitas berbahasa bisa saja melibatkan beberapa keterampilan
berbahasa. Peningkatan kemampuan pada satu jenis keterampilan akan mendukung
keterampilan berbahasa lainnya. Dengan demikian apabila ingin memiliki keterampilan
berbahasa yang baik maka tidak bisa mengabaikan salah satu dari empat keterampilan
tersebut.
Saran
Dalam hal ini saya berharap penulisan ini mendapat saran dan kriritik yang membangun
, sehingga jika ada yang harus di revisi dan di perbaiki tulisan iini dapat memberikan
manfaat yang jauh lebih besar dan turut andil dalam perkembangan keterampilan
berbahasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://aristhaserenade.blogspot.com/p/keterampilan-menyimak.html
http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis-449101.html
http://muhammadnadir.blogspot.com/2012/03/keterampilan-membaca.html
http://retnoendahpratiw
http://the-ladunni.blogspot.com/2011/12/makalah-keterampilan-berbahasa-
reseptif.html#ixzz2GujB1h56
i.wordpress.com/2012/12/19/keterampilan-berbahasa-dan-berbicara/
Depdikbud-Dikti
Widya.
Indonesia.
Penerbit
[4] Stewart dan Kennert Zimmer oleh Haryadi dan Zamzani, tahun 1997: Hal 56
[11]Http://Catatan%20Seorang%20Guru%20Muda%20%20MAKALAH
%20HUBUNGAN%20ANTAR%20KETERAMPILAN%20BERBAHASA
%20(MENYIMAK,%20BERBICARA,%20MEMBACA,%20DAN%20MENULIS)
diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul : 12.10
[12] Junal Bahasa Indosesia Keterampilan Berbahasa oleh Rahman Kurniawan tahun
2013
[13] Ibid
[17] Junal Bahasa Indosesia Keterampilan Berbahasa oleh Rahman Kurniawan tahun
2013 volume 2
[21] Jurnal Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia oleh Eka Retnaningsih, dkk volume
2-3, Universitas Negeri Semarang, 2013