Anda di halaman 1dari 6

TUGAS WAJIB 1

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA PDGK4101


DOSEN: KOMARIAH, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
NAMA : ARI FITRIADI
NIM : 857103708
KELAS : A – AKPMM
SEMESTER : 4 (Empat)

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM S1 PGSD
UPBJJ – UT JAKARTA
POKJAR PONDOK RANJI
2022
TUGAS WAJIB 1

MATA KULIAH : KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA PDGK4101


POKJAR : PONDOK RANJI (CIPUTAT)
MASA REGISTRASI : 2021 (TAHAP 2)
SEMESTER : 4 (Empat)
TUTOR : Komariah, M.Pd.

SOAL:
1. Pada hakikat keterampilan berbahasa terdiri atas 4 aspek, Jelaskan!
2. Jelaskan keterkaitan antara Aspek keterampilan berbahasa hubungan membaca dan
menulis!
3. Jelaskan yang dimaksud menyimak Ekstensif dan menyimak Intensif menurut Tarigan,
1986:35!
4. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika berdialog!
5. Jelaskan tujuan berbicara untuk menghibur menurut tarigan!

Jawaban
1. Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar bahasa, yaitu
mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Tabel berikut ini
menyajikan jenis keterampilan tersebut.
Tabel 1.1
Empat jenis Keterampilan berbahasa
Lisan Tulisan
Reseptif Mendengarkan Membaca
Produktif Berbicara Menulis

A. Mendengarkan/menyimak
Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Yang
dimaksud dengan keterampilan mendengarkan di sini bukan sekadar mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa, melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa
ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak kita sadari
sehingga kitapun tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan
mendengar tersebut.
Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif
dan situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi
dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu.
Dalam mendengarkan jenis ini kita secara bergantian melakukan aktivitas mendengarkan
dan memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan
olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh
situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film,
khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan
noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat.

B. Berbicara
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis
situasi berbicara, yaitu interaktif, semi interaktif, dan non interaktif. Situasi-situasi
berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon
yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga
memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan kata/kalimat, atau meminta lawan
bicara untuk memperlambat tempo bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang
semi interaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam
situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan,
namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh
mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat non interaktif, misalnya
berpidato melalui radio atau televisi. Misalnya pidato kenegaraan yang disampaikan
melalui siaran televisi atau radio.

C. Membaca
Membaca adalah keterampilan yang bersifat aktif-reseptif. Keterampilan membaca dapat
dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara.
Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali
keterampilan membaca dikembangkan secara terintergrasi dengan keterampilan
menyimak dan berbicara.
Keterampilan membaca dibagi menjadi ke dalam dua klasifikasi, yakni membaca
permulaan dan membaca lanjutan. Kemampuan membaca permulaan ditandai oleh
kemampuan melek huruf, yakni kemampuan mengenali lambang-lambang tulis dan
membunyikannya dengan benar. Sementara pada membaca lanjut, kemampuan membaca
ditandai oleh kemampuan melek wacana, artinya pembaca bukan hanya mengenali
lambang tulis, bisa membunyikannya dengan lancar, melainkan juga dapat memetik
isi/makna bacaan yang dibacanya.

D. Menulis
Menulis adalah keterampilan yang bersifat aktif-produktif. Menulis dapat dikatakan suatu
keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa
lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,
melainkan juga menuangkan dan mengembangkan pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, ide,
dalam suatu struktur tulisan yang teratur, logis, sistematis, sehingga mudah ditangkap
oleh pembacanya.
Sama seperti halnya dengan keterampilan membaca, keterampilan menulis juga
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni menulis permulaan dan menulis lanjutan.
Kegiatan menulis yang sesungguhnya merupakan aktivitas curah ide, curah gagasan,
yang dinyatakan secara tertulis melalui bahasa tulis.

2. Keterampilan berbahasa Indonesia diberikan kepada guru, bertujuan untuk meningkatkan


keterampilan berbahasa guru Sekolah Dasar. Keterampilan berbahasa Indonesia
mencakup: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan
keterampilan membaca. Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat
keterampilan dasar berbahasa yaitu, menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.
Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lain.
Membaca adalah suatu proses penyerapan informasi dalam dari sebuah karya tulis
untuk mengetahui informasi yang ingin disampaikan penulis.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne, 1983).
Keterkaitan antara aspek Membaca dan Menulis
Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang
bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi
dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagasan,
perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. Dalam menulis,
seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan dan revisi. Kemampuan
membaca penting sekali sebagai proses menulis. Dalam kegiatan membaca pemahaman
seringkali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman dan komentar mengenai
isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan.

3. Menyimak Ekstensif dan menyimak Intensif menurut Tarigan, 1986:35


Menyimak ektensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung
dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat digunakan untuk dua tujuan berbeda.
Misalnya menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti menyimak
radio, telivisi, percakapan orang di pasar, dan menyimak pengumuman. Menyimak
ekstensif meliputi: menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan
menyimak pasif.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang
dikehendaki. Pada menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali
sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis. Menyimak intensif meliputi: menyimak
kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak
interogatif dan menyimak selektif.

4. Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat atau merundingkan
sesuatu masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berdialog adalah:
1) Bagaimana menarik perhatian,
2) Bagaimana cara mulai dan memprakarsai suatu percakapan,
3) Bagaimana menyela, mengoreksi, memperbaiki, dan mencari kejelasan,
4) Bagaimana mengakhiri suatu percakapan.

5. Tujuan berbicara untuk menghibur menurut Tarigan (1998:49) adalah kegiatan berbicara
untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik pendengar dengan berbagai cara,
seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, dan sebagainya.
Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan
hati. Menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan. Sasaran
diarahkan pada peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan kegelian yang
sederhana. Media yang digunakan dalam berbicara untuk menghibur adalah seni
bercerita atau mendongeng, cerita yang lucu, jenaka, dan menggelikan. Saat pembicara
atau pendongeng beraksi, para partisipan dapat tertawa bersama-sama dengan penuh
kegembiraan dan kekeluargaan atau persahabatan.

Anda mungkin juga menyukai