Anda di halaman 1dari 12

KETERAMPILAN MEMBACA SEKILAS

1. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa adalah seni dalam berkomunikasi. Keterampilan
berbahasa merupakan hal yang penting karena dengan bahasa seseorang dapat
meningkatkan pengetahuan dan lugas dalam mengungkapkan pendapat.
Keterampilan berbahasa meliputi 4 aspek, diantaranya: keterampilan menyimak,
keterampilan Berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa saling berkaiatan atara satu dengan yang lain
yang tidak dapat dipisahkan. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, empat
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca,dan menulis selalu
muncul (Saddhono, 2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk dapat
menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara,
dan menulis (Nuraini, dkk 2015). Dalam memperoleh keterampilan berbahasa,
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur; mula-mula, pada masa
kecil, kita belajar menyimak/ mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah
itu belajar membaca dan menulis (Tarigan, 2008: 1). Keterampilan berbahasa
dikategorikan menjadi dua yaitu aspek reseptif dan aspek produktif (Mulyati,
2015). Aspek reseptif bersifat penerimaan atau penyerapan, seperti pada
keterampilan menyimak dan membaca dan aspek produktif bersifat pemroduksian
bahasa seperti berbicara dan menulis. Pembelajaran bahasa memiliki fungsi
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir,mengungkapkan
gagasan, menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa, dan untuk memperluas
wawasan (Cahyaningrum dkk, 2018)
Dalam dunia pendidikan, keterampilan berbahasa merupakan modal awal
siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan di kembangkan dalam
pendidikan formal (Ahmad, 2017).
Keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Lisan
meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis
meliputi membaca dan menulis (Wulandari, dkk 2015) Keempat keterampilan ini
saling berhubungan dan saling menunjang satu sama lain. Hal itu dikarenakan
keempat aspek tersebut sangat penting, pembelajaran bahasa dimasukkan dalam
kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia(Mahargyani, dkk 2012). Menyimak,

1
membaca, menulis dan berbicara adalah hal yang lumrah dan wajib dilakukan
oleh peserta didik di sekolah, di mulai dari pelajaran sekolah dasar, seperti
menyimak apa yang di bacakan guru, mengeja dari kata per kata, membaca
paragraf, membaca cerita, setelah dapat membaca, perserta didik dapat menyerap
informasi yang di baca, mereka mulai dapat menuangkan apa yang mereka baca
berupa gagasan yang tertulis. Menulis dapat dilakukan jika penulis memiliki
gagagsan, gagasan dapat lahir jika memiliki bahan bacaan yang banyak. Menulis
dan berbicara memiliki keterkaitan yang erat, jika memiliki pengetahuan yang
mumpuni, seseorang dapat belajar berbicara, bahkan berbicara secara aktif, karena
sudah menguasai materi. Keterampilan berbahasa perlu di asah dan dikuasai
karena menunjang aktifitas dalam berkomunikasi, misalnya pada saat kecil belajar
menyimak kemudian membaca, hal ini bertujuan melatih keterampilan berbahasa.
Dengan menguasai keterampilan berbahasa, akan menunjang seseorang dalam
penguasaan kecakapan berbahasa secara keseluruhan, misalnya penguasan materi
tentang public speaking yang sangat dibutuhkan pada saat ini.

2. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses yang berkaitan dengan Bahasa, tepatnya salah satu dari
empat keterampilan Bahasa. Membaca adalah proses yang dilakukan untuk
memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui kata-kata dalam bahasa
tulis. Bahasa tulis yanbg berupa kertass, makalah, koran, buku dan lain sebagainya
itu dipahami melalui kata-kata yang ada didalamnya. Membaca adalah suatu
keterampilan yang kompleks, yang rumit yang mencakup rangkaian yang lebih
kecil. Membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang
berlangsung pada diri pembaca dan merekonstruksi amanat atau isi yang tersurat
dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya (Silitonga, dkk 1984) dalam
(Wahyudin, 2014). Membaca merupakan suatu keterampilan dan kemampuan
yang interaktif dan terpadu (Nurhayati, 2017) . Reading is bringing meaning to
and getting meaning from printed or written material (Finochiaro dkk, 2008)
dalam (Tarigan 2008). Dari beberapa pengertian diatas, membaca dapat juga
diartikan sebagai suatu metode yang digunakan dalam berkomunikasi dengan diri
sendiri dan dengan orang lain dengan mengomunikasikan makna yang terkandung

2
atau tersirat pada lambang-lambang tertulis (Tarigan, 2008 :8). Pada dasarnya,
membaca adalah berkomunikasi, maka dalam pembelajarannya meliputi empat
keterampilan seperti menyimak dan membaca yang bersifat reseptif serta
berbicara dan menulis yang bersifat produktif. Membaca sebagai suatu
keterampilan yang harus dimiliki setiap orang, karena dengan membaca akan
memperkaya pengetahuan. Dengan pengetahuan yang luas, akan mudah
menghadapi tantangan zaman. Aktivitas membaca merupakan keterampilan
berbahasa yang bertujuan untuk memahami ide, gagasan, dan persaaaan (Pujiono,
2012). Ide yang ada di dalam proses membaca seseorang akan mengalami proses
berpikir untuk memahami ide dan gagasan secara luas.

3. Tujuan Membaca
Tujuan Membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi,
dan pemahaman makna. Semakin banyak buku yang dibaca, akan semakin banyak
pengetahuan yang di dapat sehingga dapat memperluas pengetahuan dan
memperdalam pemahaman mengenai sesuatu. Tujuan membaca meliputi: (1)
membaca untuk mengetahui penemuan yang dilakukan tokoh; (2) membaca untuk
mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik; (3)membaca untuk
mengetahui apa yang terjadi disetiap bagian cerita; (4) membaca untuk
menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan; (5) membaca
untuk mengetahui apa-apa yang tidak biasa; (6) membaca untuk menemukan
apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu; (7) membaca
untuk menemukan bagaimana cara tokoh berubah. (Anderson, 1972:214) dalam
(Tarigan: 2008). Selain itu tujuan membaca yang lebih khusus, yaitu (1)
meningkatkan keterampilan membaca yang lebih mendasar; (2) mendapatkan
keterangan yang lebih pantas untuk kekayaan bahan bacaan yang memadai; (3)
meningkatkan kesenangan dalam membaca; (4) meningkatkan daya Tarik,
sehingga benar-benar menjadi pembaca sukarela; (5) memperoleh keterampilan
membaca sebagai jalan menggali kekayaan yang diperlukan amat menarik
Suhendar(1992) dalam Komalasari (2013). Membaca harus dimulai sejak dini,
dimulai dari membaca dasar yang sudah dilakukan di tingkat SD dan naik menuju
keterampilan membaca tingkat mahir. Membaca adalah sarana membuka jendela

3
dunia, tidak ada yang rugi dengan dilakukannya aktifitas membaca selama yang
dibaca adalah hal yang bermafaat dan berasal dari sumber yang jelas. Dengan
membaca, pembaca akan tahu dan paham akan gagasan yang ingin disampaikan
oleh penulis kepada pembaca dan dari bacaan yang di baca, pembaca dapat
mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang disajikan dalam bahan
bacaan.

4. Jenis Membaca
Membaca ternyata memiliki sub-bagian bagian yang lebih kecil lagi, membaca di
bagi menjadi beberapa jenis, seperti membaca cepat, membaca ekstensif,
membaca intensif, membaca teknik, membaca nyaring, membaca pemahaman,
membaca survei, membaca ide, dll. Ditinjau dari segi terdengarnya membaca
dibagi menjadi 2, yaitu (1) membaca nyaring/ bersuara/ lisan, dan; (2) membaca
dalam hati. Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara,
jenis membaca ini lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan (Nurhayati,
2017). Membaca nyaring adalah kengiatan dengan menyuarakan tulisan yang
dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca
dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik pikiran,
perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis dam membaca dalam hati adalah
kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang
dibacanya (Haryalemsana, 2009) dalam (Nurhayati, 2017). Membaca nyaring
merupakan aktivitas yang menjad alat bagi pembaca bersama orang
lain/pendengar lain untuk emangkap dan memahami informasi dan gagasan
seorang pengarang. Kegiatan membaca nyaring sangat bermanfaat bagi anak-anak
yang sedang dalam usia-usia SD untuk memahami bacaan yang di bantu oleh guru
di sekolah. Selain membaca nyaring, yang berlawanan dengan membaca nyaring
adalah membaca dalam hati, yang dilakukan tanpa suara yang hanya
memngandalkan ingatan dan jangkauan mata.

5. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan


Membaca adalah suatu keterampilan yang komplekas, yang rumit yang mencakup
atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.

4
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen: (1) pengenalan terhadap
aksara serta tanda-tanda baca; (2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan
unsur-unsur linguisitik yang formal; (3) hubungan lebih lanjut dari A dan B
dengan makna atau meaning (Broughton, 1978:90). Membaca merupakan
aktivitas kompleks dengan menggerakkan sejumlah tindakan yang terpisah-pisah.
Aktivitas yang kompleks dalam membaca meliputi pengertian dan khayalan,
mengamati, serta mengingat-ingat (Soedarso, 2005) dalam (Sunarso, 2017).
Sesuai dengan hakikat unsur lingustik formal, sifat keterampilan akan selalu
beubah, unsur-unsur dapat berupa kelompok bunyi komlpeks yang dapat disebut
sebagai kata, frase, kalimat, paragraph, bab, atau buku. Unsur yang paling dasar
berupa fonem. Secara garis besar terdapat dua aspek dalam membaca, (1)
keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah, seperti penegnalan bentuk huruf,
penegnalaln unsur linguisitik, pengenalan korespondensi pola ejaan dan bunyi.
(2)Keterampilan yang bersifat pemahaman comprehension skills) yang dapat
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order) seperti memahami
pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi/penilaian dan kecepatan
membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Sebagai upaya
menumbuhkembangkan suatu keterampilan, pembelajaran membaca akan lebih
efektif apabila didukung oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri maupun dari luar siswa. Faktor dari dalam diri siswa yang dapat
mendorong siswa aktif membaca adalah tumbuhnya motivasi (Harsono, dkk
2012).

6. Jenis Membaca Dalam Hati


Dalam kehidupan di masyarakat mereka menemukan informasi dengan membaca
dalam hati Membaca dalam hati bertujuuan untuk memperoleh informasi. Dalam
kehidupan sehari-hari, jenis membaca yang di lakukan dimasyarakat adalah
membaca dalam hati mudah dilakukan dan menghemat banyak waktu. Membaca
dalam hati dibagi menjadi 2, yaitu, membaca ekstensif dan membaca intensif.
Membaca ekstensif adalah membaca yang bertujian mengetahui isi bacaan dengan
cara yang cepat dengan menggabungkan pengetahuan yang sudah ada. Membaca

5
ekstensif adalah teknik membaca secara luas, objeknya banyak dibaca dalam
waktu singkat (Suparni, 2015). Tujuan membaca ekstensif untuk memahami isi
yang penting dengan cepat dan efisien. Membaca intensif adalah salah satu dari
membaca dalam hati atau pemahaman (Aini, 2009). Membaca jenis ini dapat
digolongkan ke dalam membaca dalam hati. Membaca dalam hati berbeda dengan
membaca teknis. Membaca dalam hati lebih banyak menggunakan kecepatan
gerak mata, sedangkan membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan
mulut. Mengingat gerakan mata lebih cepat menanggapi apa yang dibaca, maka
membaca dalam hati lebih cepat prosesnya daripada membaca teknis. Dengan kata
lain, membaca ekstensif merupakan teknik membaca tingkat mahir, yang belum
tentu bisa dilakukan orang yag masih memiliki kemampuan tingkat dasar.
Membaca intensif merupakan suatu proses mencari makna dari gagasan-gagasan
tertulis melalui interpretasi bermakna dan interaksi dengan bahasa. Membaca
intensif dipandang sebagai suatu proses beragam yang dipengaruhi oleh berbagai
pemikiran kemampuan berbahasa (Harsono, dkk 2012).

7. Membaca Ekstensif
Membaca sekilas berfungsi membantu memahami bacaan yang panjang dengan
waktu singkat. Membaca Survei adalah membaca yang dipergunakan untuk
meneliti apa yang akan di telaah dengan memeriksa indeks kata-kata yang
terdapat dalam buku, melihat judul bab, menerima bagan yang bersangkutan.
“Ekstensive reading is an approach to language teaching in which learners read
a lot of easy material in the new language. They choose their own reading
material and read it independently of their teacher. They read for general, overall
meaning and they read for information and enjoyment. (Day & Bamford, 2004),”
Artinya Membaca ekstensif adalah sebuah pendekatan bahasa untuk pengajaran
dalam pembelajar yang membaca banyak bahan yang mudah dalam bahasa baru.
Mereka memilih sendiri bahan bacaan dan membacanya secara independen guru
mereka. Mereka membaca untuk umum, secara keseluruhan berarti dan mereka
membaca untuk informasi dan kesenangan. Membaca Ekstensif meliputi
membaca sekilas dan membaca survei. “extensive reading emphasizes the large
amount of meaningful exposure provided in the target language, which plays an

6
important role in language learning”, artinya membaca ekstensif menekankan
banyaknya paparan bermakna yang disediakan dalam bahasa target, yang
memainkan peran penting dalam pembelajaran bahasa. (Suk, N 2016). “extensive
reading provides learners with rich background knowledge, vocabulary
recognition skills, and higher motivation for more reading.”, artinya membaca
ekstensif memberi pelajar dengan latar belakang pengetahuan yang kaya,
keterampilan pengenalan kosa kata, dan motivasi yang lebih tinggi untuk
membaca lebih banyak. (Sun,Y.C. 2003). Extensive reading is a type of reading
instruction providing a large number of reading materials to learners
independently (Liul, dkk 2018).

8. Membaca Sekilas/Skimming
Membaca sekilas merupakan interaksi antara pembaca dan menulis, ada proses
memahami, kemudia proses menganalisis dan memahami, dan yang terakhir
adalah respon bersifat reseptif aktif. Membaca sekilas atau skimming adalah
teknik membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi,
penerangan (Tarigan, 2007 :15). Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraf,
jangan membaca kata per kata. Dimulai dengan mencari kata kunci kemudian
berpikir mengenai arti teks tersebut. Membaca adalah membaca dengan cepat
untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan. (Farida Rahim, 2005).
Membaca skimmimg dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis
tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan
umum dengan cepat (Farida Rahim, 2005). Dalam pengertian lain membaca
skimming adalah membaca sekilas atau membaca cepat untuk mendapatkan suatu
informasi dari yang kita baca. Skimming dilakukan untuk melakukan pembacaan
cepat secara umum dalam suatu bahan bacaan. Dalam skimming, proses membaca
dilakukan secara melompat-lompat dengan melihat pokok-pokok pikiran utama
dalam bahan bacaan sambil memahami tema besarnya. Jika tidak tahu
bangaimana membaca sekilas dan cara melakukannya, pasti akan menemui
kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bacaan yang diinginkan. Ada tiga
tujuan utama membaca sekilas yaitu, (1) menperokeh gambaran umun buku,

7
missal sedang berada di took uku, kita dapat membaca sekilas untuk mengetahui
isi buku; (2) menemukan hal tertentu dari suatu bacaan; (3) menemukan dan
menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.

9. Manfaat Membaca sekilas


Fungsi skimming adalah mendapatkan ide utama tentang topik bacaan, bukan
detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan berhasil jika bisa mendapatkan ide
pokok dan bisa membayangkan apa yang dibahas dalam keseluruhan isi buku
secara umum. Manfaat Membaca Sekilas meliputi (1) mengenal topik bacaan; (2)
mengetahui pendapat orang lain (opini); (3) mendapatkan bagian penting yang
kita perlukan, tanpa membaca keseluruhan dan mengetahui organisasi tulisan; (4)
penyegaran terhadap bahan yang pernah dibaca. menyatakan bahwa memahami
teks bacaan melalui membaca sekilas (skimming) dapat meningkatkan hasil
kemampuan memahami teks (Munawaroh,dkk 2018). “Overall, it seems that
extensive reading does facilitate vocabulary acquisition, although it is not clear
whether the facilitation stems from the increased exposure, or from the fact that
the extra exposure is in the form of extensive reading.”, artinya secara
keseluruhan, nampaknya bacaan yang luas memang memfasilitasi penguasaan
kosa kata, meskipun tidak jelas apakah fasilitasi berasal dari peningkatan
pemaparan, atau dari fakta bahwa pemaparan ekstra dalam bentuk bacaan yang
luas (Al-Homoud & Schmitt, 2009).

10. Tujuan Membaca Sekilas


Tujuan membaca sekilas ada 3 yaitu, (1) Untuk memperoleh satu kesan umum,
(2)Menemukan hal tertentu dari suatu bacaan, (3) Menemukan bahan dalam
perpustakaan dengan membaca katalog untuk mendapatkan buku yang sesuai.
untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut:
(1)   Untuk mengenali topik bacaan. Apabila anda pergi ke toko buku atau
perpustakaan dan ingin mengetahui pembahasan apa dalam buku yang anda pilih
itu, anda melakukan skimming beberapa menit (atau browsing). Skimming
digunakan untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekadar untuk mengetahui
bahan tersebut, juga dilakukan orang untuk memilih artikel di majalah dan surat

8
kabar (kliping); (2)   Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Jika sudah
mengetahui topik yang dibahas, yang di butuhkan adalah pendapat penulis itu
terhadap masalah tersebut. Misalnya, tulisan tajuk surat kabar; pembaca mungkin
cukup membaca paragraf pertama atau akhir yang biasanya memuat kesimpulan
yang dibuat oleh penulisnya (redaksi); (3)   Untuk mendapatkan bagian penting
yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya, diperlukan melihat semua bahan
itu untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap.
(Komalasari, 2013).

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. (2017). Penerapan Permainan Bahasa (Katarsis) untuk Mneingkatkan


Keterampilan Berbahasa Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Metro Pusat. Jurnal
Pendidikan Dasar 9(2), 75-83 Http://Dx.Doi.Org/10.17509/Eh.V9i2.7024
Ahmad, F. Z. (2013). Penerapan Strategi PQ4R Untuk Meningkatkan Keterampilan
Membaca Pemahaman Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 1(2), 1-8
Aini, N. (2009). Penerapan Strategi PQ3R Untuk meningkatkan Kemampuan Membaca
Intensif Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Malang Tahun Pelajaran
2008/2009. Jurnal Artikulasi 8(2), 503-523
Al-Homoud, F., Schmitt, N. (2009). Extensive reading in a challenging environment: a
comparison of extensive and intensive reading approaches in Saudi Arabia.
Language Teaching Research 13(4); pp. 383–401 10.1177/1362168809341508
Broughton, G. (1978). Teaching English as a Foreignn Language (2.). New York:
Routledge.
Cahyaningrum, F., Andayani, Saddhono, K.(2018) Peningkatan Keterampilan Menulis
Argumentasi melalui Model Think Pair Share dan Media Audiovisual pada Siswa
Kelas X-10 SMA Negeri Kebakkramat. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
3(1), 44-55. DOI : 10.24832/Jpnk.V3i1.605
Day, R.R., Bamford, J. (2004). Ekstensive Reading Activities for Teaching Language.
United Kingdom: Cambridge University Press
Harsono, A., S., R., Fuady, A., Saddhono, K. (2012) Pengaruh Strategi Know Want To
Learn (Kwl) Dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Membaca Intensif
Siswa SMP Negeri Di Temanggung. Jurnal Basastra. 1(1) 53-64
Hayon, J., & Hum, M. (2007). Membaca dan Menulis Wacana: Petunjuk Praktis Bagi
Mahasiswa. Grasindo: Jakarta

10
Jiren Liu1 & Jianying Zhang1. (2018). The Effects Of Extensive Reading On English
Vocabulary Learning:A Meta-Analysis. English Language Teaching 11 (6), 1-12
10.5539/Elt.V11n6p1
Kartika, E. (2004). Memacu minat membaca siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan
Penabur, 3(8), 113-128.
Komalasari, H. (2013). Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat Melalui Teknik
Skimming Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sd Al-Zahra
Indonesia Pamulang Pada Tahun Pelajaran 2013/2014. Jakarta. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Mahargyani, A., Waluyo, H., J., Saddhono, K. (2012). Peningkatan Kemampuan
Menulis Deskripsi Dengan Menggunakan Metode Field Trip Pada Siswa Sekolah
Dasar Jurnal Basastra. 1(1) 138-152
Munawaroh, B., Madyono, S., Suwarti. (2018). Teknik Membaca Sekilas (Skimming)
Dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Teks Narasi. Jurnal Wahana
Sekolah Dasar, 1(26), 7-12
Nur’aini, H., I., M., Saddhono, K., Ulya, C. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 Pada
Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi (Studi Kasus Di Kelas X SMK Negeri 1
Karanganyar. Jurnal Basastra. 1-17
Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press
Nurhayati.(2017). Meningkatkan Hasil Belajar dengan Membaca Dalam Hati Pada
Siswa Kelas 1 MIN Tungkob Aceh Besar. Jurnal Media Inovasi Edukasi 03(10)
409-416
Pujiono, S. (2013). Berpikir Kritis dalam Literasi Membaca dan Menulis untuk
Memperkuat Jati Diri. PIBSID XXXIV
Rachmawati, U., & Madya, S. (2014). Pengembangan Webquest Sebagai Media
Instruksional Membaca Siswa SMA Negeri 1muntilan. Jurnal Kependidikan:
Penelitian Inovasi Pembelajaran, 44(1).
Rahim, F. (2006). Pengajaran membaca di sekolah dasar: Farida Rahim. PT Bumi
Aksara.
Saddhono, K. (2012). Kajian Sosiolingustik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA) Di

11
Universitas Sebelas Maret. Kajian Linguistik dan Sastra, Journals UMS, 24(2),
176-186
Suk, N. 2016. The Effect of Extensive Reading on Reading Comprehension, Reading
Rate, and Vocabulary Acquisition. Readng Research Quarterly. Pp. 1-17.
http://dx.doi.org/10.1002/rrq.152
Sun, Y.C. (2003) Extensive reading online: an overview and evaluation. Journal of
Computer Assisted Learning. 19, 438-446 https://doi.org/10.1046/j.0266-
4909.2003.00048.x
Sunarso, N.N. Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Teknik Skimming Dengan
Memanfaatkan Media Komputer Program Microsoft Powerpoint Pada Siswa
Kelas XII SMA Negeri Karangpandan. Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Suparni. (2016). Peningkatan Kemampuan Membaca Ekstensif dengan Menerapkan
Metode SQ3R Siswa Kelas VIII F SMPN 1 Kasimbar. e-Jurnal Bahasantodea
2(3), 144-158 Http://Dx.Doi.Org/10.22487/J23022000,2015.V3.I2.6323
Tarigan, H.T. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Wahyudin. (2014). Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas 1
Melalui Media Kartu di MI Al Huda Sakti Ciputat Tangerang Selatan. Jakarta.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Wulandari, Y., Suryanto, E., Saddhono, K. (2015). Penerapan Metode Picture And
Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi
pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Basastra. 2(3) 1-18

12

Anda mungkin juga menyukai