Anda di halaman 1dari 19

Keterampilan Bahasa

BAB I

PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG

Pada KBBI dijelaskan bahwa keterampilan bahasa adalah kecakapan seseorang untuk
memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.[1] Keterampilan bahasa
yang dibahas dalam makalah ini adalah keterampilan dalam bahasa Indonesia. Terampil
berbahasa Indonesia artinya terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi baik
secara lisan maupun tertulis.[2] Dilihat dari sifatnya, keterampilan menyimak dan membaca
bersifat reseptif yaitu menerima atau memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara atau
penulis, sedangkan berbicara dan menulis bersifat produktif, artinya menghasilkan pembicaraan
atau tulisan.

Di kehidupan sehari-hari, empat keterampilan bahasa, yakni menyimak, berbicara,


membaca, dan menulis tidak dapat dipisah-pisahkan. Maka untuk mengetahui hubungan antar
empat keterampilan berbahasa itu makalah ini berjudul “Hubungan antar Keterampilan
Berbahasa (Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis)”. Selain itu adanya penambahan
dalam berbahasa yaitu keterampilan mereviuw dan keterampilan visual.

Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita semua dapat
berhubungan satu sama lain. Seseorang yang mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik
akan lebih mudah bergaul terutama dengan lingkungan masyarakat. Komunikasi pula tidak lepas
dari kegiatan berbicara, maka dari itu keterampila berbicara dapat menunjang dalam
berkomunikasi. Maka salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh sisa adalah berbicara,
sebab keterampilan berbicara menunjang ketearampilan lainnya.[3]

Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun
walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Kebutuhan akan
komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan
setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,
pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.[4] Berbicara menunjang
keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai
kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam
berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Membaca dan menulis merupakan kunci kesuksesan siswa di sekolah. Kemampuan membaca
dan menulis yang baik adalah modal dasar untuk keberhasilan dalam berbagai mata pelajaran. Di
Sekolah Dasar membaca merupakan salah satu pelajaran pokok selain berhitung dan menulis.[5]
Membaca dan menulis merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua siswa karena
melalui membaca siswa dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Bahwa membaca
dan menulis menjadi suatu ketrampilan khusus selama tahun-tahun sekolah dasar.

Apabila anak tidak berkompeten membaca dan menulis, maka anak merasa tidak beruntung
terutama di dalam pergaulan dengan teman-temannya di sekolahnya. Hal itu disebabkan
kemampuan membaca dan menulis merupakan pendukung penting dalam pelaksanaan kurikulum
sekolah, termasuk literatur, ilmu pengetahuan, studi-studi sosial dan matematik. Jika anak pada
usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membacadan menulis, maka ia akan
mengalami banyak kesulitan dalam mempelajar berbagai bidang studi pada kelas-kelas
berikutnya.

Setelah anak bisa membaca 4 aspek pada kurikulum 2013 diharapkan anak atau siswa dapat
meriviuw serta melakukan presentasi visual didepan kelas tentang apa yang telah di baca oleh
siswa tersebut. Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang 4 aspek keterampilan
kebahasaan dan 2 aspek keterampilan yang telah disebutkan. Oleh karenanya kritik yang
membangun sangatlah kami harapkan, terimakasih dan selamat membaca.Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah makalah ini yaitu
meliputi :Bagaimanakah penjelasan tentang Keterampilan Menyimak?Bagaimanakah penjelasan
tentang Keterampilan Berbicara?Bagaimanakah penjelasan tentang Keterampilan
Membaca?Bagaimanakah penjelasan tentang Keterampialan Menulis?Bagaimanakah penjelasan
tentang Keterampilan viewing?Bagaimanakah penjelasan tentang Keterampilan Presentasi
visual?Apa hubungan/ keterkaitan antar keterampilan berbahasa tersebut?Tujuan Pembuatan
Makalah

Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui :Penjelasan tentang Keterampilan
Menyimak.Penjelasan tentang Keterampilan Berbicara.Penjelasan tentang Keterampilan
Membaca.Penjelasan tentang Keterampialan Menulis.Penjelasan tentang Keterampilan
viewing.Penjelasan tentang Keterampilan Presentasi visual.Hubungan/ keterkaitan antar
keterampilan berbahasa tersebut.BAB IIPEMBAHASANKeterampilan Menyimak

Menurut Hoetomo MA terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan
cekatan.[6] Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang
disyaratkan. Dalam pengertian luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk
mengembangkan manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sebagaimana diisyaratkan.[7]

Pengertian Keterampilan Menyimak


Bayi ternyata mengembangkan kemampuan bahasa mereka sejak dalam kandungan. Penelitian
menyebutkan, sejak dikandung, janin belajar mengingat kata yang biasa dibisikkan orang tua.[8]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan bahasa pertama yang dimiliki manusia
adalah keterampilan menyimak.

Pada KBBI, menyimak diartikan sebagai mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang
diucapkan atau dibaca orang.[9] Menurut Tarigan menyimak memiliki arti suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari dua pendapat
tersebut dapat diambil simpulan bahwa kegiatan menyimak tidak sama dengan kegiatan
mendengar.[10]

Kegiatan mendengar bisa jadi dilakukan tanpa sengaja, tanpa maksud atau tujuan tertentu. Akan
tetapi kegiatan menyimak mempunyai tujuan untuk memahami apa yang didengar. Dalam
kegiatan menyimak diperlukan konsentrasi dan kemampuan untuk menafsirkan pesan.[11]

Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan yaitu situasi mendengarkan secara interaktif dan
situasi mendengarkan secara non interaktif. Mendengarkan secara interaktif terjadi dalam
percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenis dengan itu. Dalam
mendengarkan jenis ini kita secara bergantuan melakukan aktivitas mendengarkan dan
memperoleh penjelsan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau
mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, dan film, khotbah atau
mendengarkan dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi mendengarkan nonietraktif tersebut,
kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicaraan
diperlambat.[12]

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus;

Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek
(short term memory).

Berupaya membedakan bunti-bunyi yang yang membedakan arti dalam bahasa target.

Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara dan intinasi, menyadari adanya
reduksi bentuk-bentuk kata.

Membedakan dan memahami arti dari kata-kata yang didengar.

Mengenal bentuk-bentuk kata yang khusus (typical word-order patterns)Unsur – Unsur


Menyimak
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada
berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur pokok yang
menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak ialah (1) pembicara,
(2) penyimak, (3) bahan simakan, dan (4) bahasa lisan yang digunakan.

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unsur itu.[13]

Pembicara

Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan yang. berupa
informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber
pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima pesan (penyimak).Penyimak

Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia dapat
melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu, penyimak yang baik ialah penyimak
yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan intensif. Penyimak seperti itu akan selalu
mendapatkan pesan pembicara secara tepat. Hal itu akan lebih sempurna jika ia ditunjang oleh,
pengetahuan dan pengalamannya. Kamidjan (2001:6) rnenyatakan bahwa penyimak yang baik
ialah penyimak yang memiliki dua sikap, yaitu sikap objektif dan sikap kooperatif.Sikap Objektif

Yang dimaksudkan dengan sikap objektif ialah pandangan penyimak terhadap bahan simakan.
Jika bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak
sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan manyimak, seperti pribadi
pembicara, ruang, suasana, sarana dan prasarana.Sikap Kooperatif

Sikap kooperatif ialah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan pembicara untuk
keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan dengan pembicara
akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu yang terjadi, maka penyimak tidak
akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik ialah sikap berkoperatif dengan
pembicara.Bahan simakan

Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan, terutama dalam menyimak.
Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada
penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika pembicara
tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh
penyimak yang mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam komunikasi.

Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang Bahan simakan dengan cara berikut.

a. Menyimak Topik Utama Pembicaraan


Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis saat pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang akan
dibicarakan dalam komunikasi tersebut. Sebuah topik utama memiliki ciri-ciri: menarik
perhatian pembaca bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.

b. Menyimak Topik Bawahan

Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-topik
bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa topik bawahan.
Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dicerna oleh penyimak.
Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan sebuah pohon besar, topik bawahan
ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan demikian penyimak yang telah mengetahui topik
utama, dengan mudah akan mengetahui topik-topik bawahannya.

c. Menyimak Akhir Pembicaraan

Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati rangkuman yang
telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara menyampaikan simpulan, maka penyimak
mcncocokkan catatannya dengan simpulan yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu
dicermati juga tentang simpulan. yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan
penyimak. Jika pembicara hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan
himbuan itu secara cermat dan teliti.

 Teknik Pembelajaran Menyimak[14]

Tarigan mengemukakan beberapa macam teknik pembelajaran dalam menyimak, sebagai


berikut :

a) Dengar – Ulang Ucap

b) Dengar – Tulis (Dikte)

c) Dengar – Kerjakan

d) Dengar – Terka

e) Memperluas Kalimat

f) Menemukan Benda

g) Siman Berkata
h) Bisik Berantai

i) Menyelesaikan Cerita

j) Identifikasi Kata Kunci

k) Identifikasi Kalimat Topik

l) Menyingkat/Merangkum

m) Parafrase

n) Menjawab PertanyaanKeterampilan BerbicaraPengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap
muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya penyantuan antara berbicara dan
mendengarkan.[15]

Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum
secara langsung. Namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya
berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan yang harus dimiliki dalam berbicara, dimana pembicara harus
dapat:

Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya.

Menggunakan tekanan dan nada serta intonasu secara jelas dan tepat sehingga pendengar daoat
memahami apa yang diucapkan pembicara.

Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat.

Menggunakan ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi termasuk sesuai ditinjau
dari hubungan antar pembicara dan pendengar.

Berupaya agar kalimat-kalimat utama jelas bagi pendengar. Tujuan Berbicara

Berbicara merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum menjelasakan tujuan
berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu fungsi bahasa, fungsi bahasa
yang kita tahu sangat banyak sekali, diantaranya:Bahasa sebagai sarana komunikasi, yaitu kita
tahu bahwa bahasa merupakan sarana kita untuk melakukan komunikasi satu sama lain.Bahasa
sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup
bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas kerja suatu instansi atau
karyawan.Bahasa sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam omunikasi dapat saling memahami.Bahasa sebagai
sarana memahami dri, yaitu bahasa dalam membangn karakter seseorang harus dapat memahami
dan mengidentifikasi kondisi dirinya sendiri.Bahasa sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu
bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan diri misalnya menyatakan cintaBahasa sebagai
sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin efektivitas komunkasi.

Masih banyak lagi fungsi bahasa bagi kita dalam kehidupan sehari-hari, selanjutnya bahasa yang
memiliki fungsi yang banyak itu tak dapat lepas dari tujuan berbicara itu sendiri sebagai aplikasi
dalam berbahasa, tujuan berbicara Menurut Djago tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan
atas lima golongan yaitu:[16]

Menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan.Faktor


Penunjang Kegiatan Berbicara

Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi

a) ketepatan ucapan,

b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,

c) pilihan kata,

d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,

e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi

f) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,

g) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,

h) kesediaan menghargai orang lain,

i) gerak-gerik dan mimik yang tepat,

j) kenyaringan suara,
k) kelancaran,

l) relevansi, penalaran,

m) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah
faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).Faktor Penghambat
Kegiatan Berbicara

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima
oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab
gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:

1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar
partisipan.

2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan,
ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam keadaan marah,
menangis, dan sakit.Keterampilan MembacaPengertian Keterampilan Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca dapat


dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengar dan berbicara. Secara
terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Membaca adalah proses pemahaman
terhadap lambang-lambang tulisan. Membaca merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan
informasi. Pada umumnya membaca bertujuan memahami isi wacana atau bacaan.[17]

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh
pembicara adalah :

Mengenal sistem tulisan yang digunakan.

Mengenal kosakata.

Menentukan kata-kata kunci yang mengindentifikasikan topik dan gagasan utama.

Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis.

Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
Keterampilan ini berkaitan dengan keseluruhan aktifitas membaca sehingga dapat mencakup
makna proses membaca sebagai aktifitas mengolah kata yang terkandung dalam bahan bacaan,
kreatifitas, membaca, sampai pada aktifitas membaca cepat.[18]

Secara garis besar, pengetahuan tentang teknik membaca itu meliputi:

a. Pengetahuan tentang aspek-aspek keterampilan membaca :Keterampilan mengenali


kataKeterampilan mengenali tanda bacaKeterampilan memahami makna tersurat: Yaitu seperti
keterampilan memahami makna kata, frase, kalimat, paragraf, subbab, bab, dan lain-
lain.Keterampilan membaca kritisKemampuan membaca kreatif

b. Pengetahuan tentang teknik membaca cepat

c. Pengetahuan tentang membaca telaah ilmiahMasalah Umum dalam Membaca

Seperti pada umumnya, orang tidak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan orang
telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan maupun dalam
tingkat pemahamannya. Padahal secara teoritis, kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan itu
dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula. Itu bagi
seseorang yang benar-benar mau meningkatkannya. Ada beberapa masalah dan hambatan yang
umum terjadi pada setiap orang, masalah tersebut antara lain:

a.Rendahnya tingkat kecepatan membaca

Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya orang tidak ambil
pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk. Kemampuan
membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan membaca) jelas sangat mengganggu
orang-orang yang sehari-harinya memang bergelut dengan buku. Misalnya pelajar dan
mahasiswa. Sampai-sampai sering kita jumpai ada pelajar dan mahasiswa yang kekurangan
waktu untuk membaca literatur-literatur yang diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang
dimiliki kurang, melainkan karena banyaknya waktu yang tersita untuk membaca hanya satu
judul buku saja.

b. Minimnya pemahaman yang diperoleh

Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca seseorang.
Minimnya tingkat pemahaman ini menjadi masalah karena ada kecenderungan anggapan bahwa
semakin lambat cara membaca seseorang, semakin tinggi pula pemahamannya. Padahal, pada
kasus latihan membaca cepat, anggapan justru terbalik, yaitu peningkatan kecepatan membaca
akan diikuti dengan peningkatan pemahaman bacaan.

c. Kurangnya minat baca


Masalah yang menjadi hambatan membaca adalah kurangnya minat membaca. Faktor yang
membelakangi hal ini adalah kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang sesuainya
bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Ada indikator bahwa tingkat kemajuan
suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya
untuk membaca. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut
kebutuhan secara pribadi, bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas sekolah
ataupun kuliah, maka dengan itu semakin tinggi pula tingkat budaya bangsa tersebut.

d. Minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang cepat dan efektif

Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga merupakan faktor yang tak
kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca. Secara teoritis, seorang pembaca yang
lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca yang bodoh, tetapi mungkin ia hanyalah seorang
pembaca yang tidak efisien.

 Keterampilan Menulis
 PengertianKeterampilan Menulis[19]

Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bidang tulis menulis
sehingga tenaga potensial dalam menulis. Menulis adalah keterampilan produktif dengan
menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit
di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan
pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menulis adalah :

Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan.

Memilih kata yang tepat.

Menggunakan bentuk kata dengan benar.

Mengurutkan kata-kata dengan benar.

Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

Seperti diketahui, menulis itu adalah sebuah keterampilan sehingga dapat dilatih sedemikia rupa
meningkatkan kemampuan tersebut. Dalam dunia penulisan, pengetian keterampilan menulis
seringkali menjadi sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang
sesungguhnya. Hal ini banyak dibuktikan dari kenyataan banyak yang menganggap bahwa
menulis itu ditentukan karena bakat.
Sebenarnya pengertian keterampilan menulis itu adalah keterampilan itu sendiri. Artinya,
seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara untuk dapat terampil
dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara langsung atau melatih dirinya sehingga
terampil. Dengan demikian pengertian keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat
dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara itens, khusus dalam bidang
menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara itens, maka seseorang dapat terampil
menulis.Menulis sebagai Suatu Proses

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari. Menulis
sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis,
pengedrafan, perbaikan, penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan
menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan.[20]

Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan
bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan
dalam penulisan. Pada penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah
disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan
mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk
memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak
sesuai dengan kaidah penulisan.

Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap
publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk meminta masukan dari guru
dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis, pengedrafan,
perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika
menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan
ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam sebuah tulisan dengan
bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan
cara menghubungkan kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta
menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka untuk mendukung
tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang
jelas.Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu
untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan
untuk meng-hasilkan karya tulis.Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai
berikut :Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara
spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam
suatu rangkaian waktu.Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasitentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.Ekposisi yakni
karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasitentang sesuatu hal (faktual
maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan,
menerangkan,dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan pendengar/pembaca menjadi
bertambah.Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-
masitentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan
tujuan mempengaruhi, memperjelas,dan meyakinkan.Persuasif:karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasitentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual).
Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi,
meyakinkan,danmengajakKeterampilan ViewingPengertian Keterampilan Viewing

Viewing berasal dari Bahasa inggris yang memiliki arti “melihat”. melihat disini adalah berbeda
dengan mengamati. Akan tetapi dalam pembelajaran Bahasa indonesia keterampilan melihat
merupakan proses melihat dan mengamati yang ada kaitannya dengan keterampilan –
keterampilan sebelumnya yang telah dijelaskan. Dari seseorang melihat dapat menghasilkan
berbagai macam pemikiran-pemikiran yang ada didalamnya. Keterampilan Viewing merupakan
akar dari awal bisannya dalam keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis. Maka
dalam keterampilan melihat yang paling utama berperan adalah ingera penglihatan.
Keterampilan melihat akan terlihat baik jika hasil dari kegiatannya menjadikan lebih baik dari
sebelumnya ataupun menghasilkan sesuatu karya. Misalkan dengan siswa melihat sungai,
pemandangan siswa bisa membuat karya tentang tulisan ataupun puisi, dan dapat pula siswa
tersebut bercerita. Dengan bercerita tentang apa yang dilihat siswa akan terasah keterampilan
membaca serta hal yang berkaitan lagi adalah dengan keterampilan melihat siswa dapat
membaca dengan baik dan benar.[21]

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keterampilan Viewing adalah :Faktor Fisik :Tidak bisa
melihat (Cacat Mata)Gangguan penglihatan pada mataGangguan Saraf Otak yang
menghubungkan imajenasi penglihatan dengan otakFaktor Non Fisik :

Seseorang tidak bisa menggunakan keterampilan melihat atau Keterampilan Viewing dengan
benar dikarenakan kondisi psikologinya yang tidak mendukung sehingga penglihatan tidak dapat
terangsang dengan baik oleh saraf otak. Seperti contoh setelah melihat bacaan atau tulisan
Bahasa indonesia tetapi melakukan kelupaan ketika diberi pertanyaan tentang hal yang dilihat.
Kebingungan dalam melaksanakan Keterampilan Viewing dikarenakan kondisi gila atau cacat
mental.

Keterampilan Presentasi VisualPengertian Keterampilan Presentasi Visual[22]

Presentasi visual adalah melaporkan apa yang telah dilakukan dengan kegiatan atau kondisi
nyata, biasanya ditunjukkan dengan benda kongkrit yang telah diamati seperti halnya cerita
bergambar, puisi bergambar. Keterampilan Presentasi Visual ini menggunakan berbagai macam
cara untuk mencapai siswa atau seseorang dapat melakukannya yaitu: 1). Keterampilan perentasi
visual setelah menyimak yaitu melaporkan apa yang didengar baik dengan penjabaran diri atau
kelompok yang didengarkan oleh lebih dari satu orang. 2) Keterampilan perentasi visual setelah
berbicara yaitu melaporkan apa yang dibicarakan baik dengan penjabaran diri atau kelompok
yang didengarkan oleh lebih dari satu orang. 3) Keterampilan perentasi visual setelah membaca
yaitu melaporkan apa yang dibaca baik dengan penjabaran diri atau kelompok yang didengarkan
oleh lebih dari satu orang. 4) Keterampilan perentasi visual setelah menulis yaitu melaporkan apa
yang ditulis baik dengan penjabaran diri atau kelompok yang didengarkan oleh lebih dari satu
orang.Hubungan atau Keterkaitan antarKeterampilanBerbahasa (Menyimak, Berbicara,
Membaca, Menulis, Viewing, Presentasi Visual

1. Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan dasar untuk belajar bahasa. Sedangkan keterampilan


berbicara perlu menggunakan bahasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak
pasti didapatkan terlebih dahulu daripada keterampilan berbicara. Bahkan sejak bayi di dalam
kandungan sudah mampu untuk menyimak dan mengingat kata yang dibisikkan oleh orang tua.

Menyimak adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk dapat memahami suatu informasi yang
disampaikan oleh pembicara. Apabila si penyimak dapat memahami maksud si pembicara
dengan baik maka penyimak tentunya dapat memberikan respon yang lebih tepat. Respon ini
dapat berupa jawaban, pengungkapan ide atau gagasan, atau bisa juga berupa pertanyaan pada si
pembicara.

Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
berbicara. Tidak mungkin orang menyimak jika tidak ada orang yang berbicara. Begitu pula
sebaliknya, tidak mungkin orang berbicara tanpa ada yang menyimak. Dua kegiatan ini saling
melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
bertelepon, tanya-jawab dan interviu.

Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face
communication. Hal-hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan
menyimak adalah sebagai berikut:Ucapan (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan
meniru (imitasi).Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan
oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi
bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide atau gagasan mereka.Ucapan sang anak
mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup.Anak yang lebih
muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada
kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya.Meningkatkan keterampilan menyimak berarti
membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.Bunyi atau suara merupakan suatu faktor
penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak
akan tertolong kalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan
sekitarnya.Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi
yang lebih baik pada pihak penyimak.Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan
Keterampilan Membaca

Ketika anak tumbuh, mereka mulai mempelajari keterampilan berbahasa. Dua keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif (menerima) adalah keterampilan menyimak dan keterampilan
membaca. Keterampilan menyimak tentunya muncul lebih dahulu daripada keterampilan
membaca. Anak mulai menyimak dan menirukan apa yang didengarnya. Sedangkan dalam
kegiatan membaca mereka perlu untuk memahami kata-kata yang tertulis. Dari sini sepertinya
keterampilan menyimak dan keterampilan membaca begitu jauh perbedaannya. Tetapi seiring
dengan bertambahnya usia mereka, perbedaan ini akan mulai menghilang.

Ketika anak mulai bersekolah, perbedaan antara dua keterampilan ini mulai menghilang. Ini
karena pemahaman dalam membaca meningkat dengan cepat. Siswa mulai mengembangkan
morfologi, yang merupakan sistem untuk mengembangkan kata-kata menjadi bentuk komunikasi
tertulis.

Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting
antara membaca dan menyimak, antara lain :Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca
diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak
dengan pemahaman penting sekali.Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi pelajaran
lisan ( verbalized learning ) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya
bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih
tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak tinimbang membaca.Walaupun menyimak
pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading
comrehension), namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan atau
memakai atau menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar.Oleh karena itu para pelajar
membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi, agar hasil
pengajaran itu baik.Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas
mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.Bagi para
pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya. Korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak
(reading vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi , mungkin 80% atau lebih.Pembeda-
bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubugkan dengan membaca yang
tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam
ketidakmampuan dalam membaca (poor reading)Menyimak turut membantu sang anak untuk
menangkap ide utama yang disampaikan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya,
membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi
yang terperinci.Hubungan antara Keterampilan Menyimak dengan Keterampilan Menulis

Pada tahun 1997 di Amerika Serikat dibentuk sebuah lembaga yang disebut the National
Reading Panel (NRP). Tujuan dari NRP adalah untuk melaksanakan penilaian autentik tentang
penelitian ilmiah dalam membaca dan implikasinya dalam pengajaran membaca. Salah satu hasil
laporan NRP menyebutkan bahwa salah satu komponen dalam pengajaran membaca adalah
fonem. Fonem dijelaskan sebagai hubungan antara suara dan simbol tertulis bahasa atau
korespondensi fonem-grafem. Pengajaran tentang pengetahuan fonemis dan fonem yang tidak
tepat adalah alasan paling umum mengapa siswa mengalami kesulitan membaca.

Dari hasil laporan tersebut tampak bahwa pemahaman fonem erat kaitannya antara suara dan
simbol tertulis. Siswa harus memiliki kemampuan menyimak yang baik agar dapat menuliskan
simbolnya secara tepat. Dua keterampilan ini juga tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan
membaca.
Keterampilan menulis melibatkan kreativitas, cara berfikir yang sistematis, dan kemampuan
menuangkan ide dan gagasan menggunakan kata yang tepat. Keterampilan ini berkorelasi positif
dengan pengetahuan awal penulis. Salah satu cara memperoleh pengetahuan adalah melalui
kegiatan menyimak. Keterampilan menyimak yang baik tentunya dapat meningkatkan
pengetahuan yang pada akhirnya dapat memperluas atau memperdalam materi
tulisan.Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Keterampilan Membaca

Keterampilan berbicara memiliki kaitan yang sangat erat dengan keterampilan membaca.
Semakin banyak orang membaca tentunya semakin banyak pengetahuan atau informasi yang
diperolehnya. Pengetahuan ini mencakup kosakata yang luas dan beraneka ragam serta topik
pembicaraan yang lebih kaya. Orang yang gemar membaca juga lebih tepat dalam berujar karena
tau ejaan yang benar.

Membaca juga meningkatkan keterampilan berfikir logis, analitis, dan sistematis. Orang yang
terbiasa membaca tentunya akan lebih tepat dan runtut dalam berbicara. Kalimat yang digunakan
lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami oleh pendengar.

Cagrı Tugrul Mart dalam Jurnalnya yang berjudul “Developing Speaking Skills through Reading”
(International Journal of English Linguistik, 2012: 91) mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Communication without vocabulary will break down. One of the most useful ways to improve
your communication skills is extensive reading. Extensive reading will help you to develop your
ability to express ideas, whilst also enlarging the size of vocabulary. Vocabulary knowledge is
one of the crucial factors that will influence fluency in speaking. Reading introduces learners to
a wider body of language and contexts. Reading helps learners build up better grammar skills.
As learners develop stronger reading skills, they develop more sophisticated speaking skills.

Dari pendapat di atas jelas sekali betapa eratnya hubungan antara keterampilan membaca dengan
berbicara. Kegiatan membaca sangat penting untuk mengembangkan keterampilan
berbicara.Hubungan antara Keterampilan Berbicara dengan Menulis

Anak-anak mulai belajar berbicara sebelum mereka bisa mulai menulis. Untuk bisa menulis
mereka harus belajar menuangkan bahasa ke dalam simbol tertulis. Keterampilan menulis
memerlukan latihan dan bimbingan. Secara alami, dalam periode tertentu anak-anak memiliki
keterampilan berbicara yang lebih baik daripada keterampilan menulis. Tetapi pada usia yang
lebih matang, jarak antara dua keterampilan ini semakin kecil. Pada orang dewasa bisa saja
mereka mampu menulis dengan baik, tetapi dalam berbicara justru kurang terampil atau bisa juga
terjadi sebaliknya.

Berbicara adalah bentuk komunikasi langsung, sedangkan menulis merupakan bentuk


komunikasi tidak langsung. Berbicara bisa direncanakan dengan menuliskan apa yang akan
disampaikan terlebih dahulu. Apabila berbicara dilaksanakan secara spontan, misalnya dalam
percakapan sehari-hari, hanya ada sedikit waktu untuk memikirkan apa yang akan disampaikan.
Sedangkan ketika menulis penulis bisa memilih kata-kata, urutan, dan materi terbaik untuk
tulisannya. Namun, secara umum keduanya sama-sama merupakan keterampilan berbahasa
produktif (menyampaikan informasi).Hubungan antara Keterampilan Membaca dan
Keterampilan Menulis

Tidak dapat dipungkiri hubungan antara keterampilan membaca dengan menulis sangat erat. Satu
dari keterampilan ini dapat meningkatkan keterampilan lainnya dan begitu pula sebaliknya.
Keduanya sama-sama merupakan keterampilan yang berhubungan dengan tulisan Penelitian
membuktikan ketika anak-anak membaca secara ekstensif mereka menjadi penulis yang lebih
baik. Membaca beragam jenis bacaan membantu anak-anak untuk memahami struktur dan
bahasa dalam teks sehingga mereka dapat menerapkannya dalam tulisan mereka sendiri. Salah
satu tujuan utama membaca adalah untuk belajar. Terutama ketika di sekolah, pengetahuan
sebagian besar berasal dari apa yang dibaca siswa. Menulis adalah proses untuk mencurahkan
pengetahuan ke dalam teks sehingga siswa harus mempunyai pengetahuan atau informasi
sebelum bisa menuliskannya. Dengan demikian membaca memegang peranan penting dalam
keterampilan menulis.

Di sisi lain, menulis membantu anak untuk membangun keterampilan membaca mereka.
Terutama bagi anak yang lebih muda yang harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
fonemis mereka. Pengetahuan tentang fonem akan berkembang ketika anak membaca dan
menuliskan kata-kata baru. Untuk anak yang lebih tua, praktik dalam proses menulis teks mereka
sendiri membantu mereka untuk menganalisa potongan-potongan dari apa yang mereka baca.
Orang dewasa pun seringkali menulis apa yang mereka baca dengan bahasa sendiri agar lebih
mudah untuk diingat atau dipahami.Hubungan Keempat Keterampilan Bahasa dengan
Viewing

Hubungannya sangat erat karena Keterampilan Viewing merupakan akar dari awal bisannya
dalam keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis. Maka dalam keterampilan melihat
yang paling utama berperan adalah ingera penglihatan. Keterampilan melihat akan terlihat baik
jika hasil dari kegiatannya menjadikan lebih baik dari sebelumnya ataupun menghasilkan sesuatu
karya. Misalkan dengan siswa melihat sungai, pemandangan siswa bisa membuat karya tentang
tulisan ataupun puisi, dan dapat pula siswa tersebut bercerita. Dengan bercerita tentang apa yang
dilihat siswa akan terasah keterampilan membaca serta hal yang berkaitan lagi adalah dengan
keterampilan melihat siswa dapat membaca dengan baik dan benar.[23]

Hubungan Keempat Keterampilan Bahasa, Viewing dan Keterampilan Presentasi


VisualHubungan semuanya sangatlah berkaitan serta berkesinambungan karena dengan
keterampilan Bahasa dan viewing yang bagus akan menghasilkan keterampilan visual yang baik
juga.BAB IIIPENUTUPKesimpulan

Dalam berbahasa ada empat keterampilan utama, yaitu keterampilan menyimak,


berbicara, membaca, dan menulis. Pada umumnya keempat keterampilan tersebut berkembang
secara berurutan. Sejak dalam kandungan manusia sudah mampu untuk menyimak. Dari hasil
simakan itu manusia menirukan dan pada akhirnya muncul keterampilan berbicara. Setelah itu
manusia mulai mengenal simbol-simbol bahasa secara tertulis dan mempelajarinya. Untuk
membaca dan menulis masih belum diketahui secara pasti mana yang berkembang lebih dahulu.
Tetapi, anak yang belum mampu membaca pun bisa saja mencoret-coret kertas atau menulis
walaupun mungkin belum bermakna.

Empat keterampilan berbahasa itu saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.
Dalam suatu aktivitas berbahasa bisa saja melibatkan beberapa keterampilan berbahasa.
Peningkatan kemampuan pada satu jenis keterampilan akan mendukung keterampilan berbahasa
lainnya. Dengan demikian apabila ingin memiliki keterampilan berbahasa yang baik maka tidak
bisa mengabaikan salah satu dari empat keterampilan tersebut.

Selain empat keterampilan yang dikemukaan oleh berbagai macam ilmuan Bahasa
adanya keterampilan yang menjadi awal dari keterampilan-keterampilan tersebut yaitu
keterampilan melihat yang menunjang hasil dari empat keterampilan. Hal ini dikecualikan dalam
keadaan bayi dalam kandungan. Serta keterampilan yang terakir yaitu presentasi visual
merupakan hasil dari pengertian kebisaan dalam menguasai seluruh keterampilan Bahasa.Saran

Dalam hal ini saya berharap penulisan ini mendapat saran dan kriritik yang membangun ,
sehingga jika ada yang harus di revisi dan di perbaiki tulisan iini dapat memberikan manfaat
yang jauh lebih besar dan turut andil dalam perkembangan keterampilan berbahasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://aristhaserenade.blogspot.com/p/keterampilan-menyimak.html

http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-menulis-449101.html

http://muhammadnadir.blogspot.com/2012/03/keterampilan-membaca.html

http://retnoendahpratiw

http://the-ladunni.blogspot.com/2011/12/makalah-keterampilan-berbahasa-
reseptif.html#ixzz2GujB1h56

i.wordpress.com/2012/12/19/keterampilan-berbahasa-dan-berbicara/

Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud-Dikti

Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama


Widya.

Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar.Banjarmasin: Sarjana

Indonesia.

Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa

Penerbit

Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis.Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia

[2] Yeti Mulyati, dkk 2008: 2. Hal 20

[3] Tarigan tahun 1986: Hal 86

[4] Stewart dan Kennert Zimmer oleh Haryadi dan Zamzani, tahun 1997: Hal 56

[5] Sandjaja, tahun 1993

[6] Menurut Hoetomo MA 2005: Hal 531-532

[7] Suparno, 2001: Hal 27

[8]www.suaramerdeka.com diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul : 12.10

[9] Kamus Besar Bahasa Indosesia

[10] Yeti Mulyati, 2008: Hal 3-4


[11]Http://Catatan%20Seorang%20Guru%20Muda%20%20MAKALAH%20HUBUNGAN%20
ANTAR%20KETERAMPILAN%20BERBAHASA%20(MENYIMAK,%20BERBICARA,%20
MEMBACA,%20DAN%20MENULIS) diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul : 12.10

[12] Junal Bahasa Indosesia Keterampilan Berbahasa oleh Rahman Kurniawan tahun 2013

[13] Ibid

[14] Tarigan (1986: 52-73)

[15] Ibid lihat


Http://Catatan%20Seorang%20Guru%20Muda%20%20MAKALAH%20HUBUNGAN%20AN
TAR%20KETERAMPILAN%20BERBAHASA%20(MENYIMAK,%20BERBICARA,%20ME
MBACA,%20DAN%20MENULIS) diakses pada tanggal 20 September 2016 pukul : 12.10

[16] Menurut Djago, dkk 1997: Hal 37

[17] Junal Bahasa Indosesia Keterampilan Berbahasa oleh Rahman Kurniawan tahun 2013
volume 2

[18] Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud-Dikti

[19] Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar.Banjarmasin:
Sarjana Indonesia.

[20] Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989)

[21] Jurnal Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia oleh Eka Retnaningsih, dkk volume 2-3,
Universitas Negeri Semarang, 2013

[22] Ibid

[23] Ibid

Anda mungkin juga menyukai