Kelompok 4 :
1. Dian Khoerani_212121100
1) Membaca intensif
2) Membaca teliti
3) Membaca pemahaman
4) Membaca kritis
5) Membaca ide
1. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua samapai empat
halaman setiap hari (Tarigan 1994: 35).
Membaca secara intensif diperlukan untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih
berbobot, lebih kental secara keseluruhan. Membaca secara intensif diperlukan untuk
memperoleh informasi yang lebih menuntut kita mampu berpikir secara saling berhubungan
dan sekaligus melatih kita untuk mewujudkan pemikiran saling hubung (Relational
Thinking). Kemampuan berpikir saling berhubungan dan perlu untuk mempelajari isi buku
secara mendalam dan terperinci. Tujuan membaca intensif siswa dapat memahami bacaan
secara intensif, tanpa bersuara, dan tuntas. Siswa memahami bacan tertentu tanpa harus
berkomat - kamit, sangat tekun, dan analisis. Kemudian siswa dapat menjawab pertanyaan
bacaan sesulit apapun (Suyatno 2004:107).
Membaca intensif mempunyai tujuan, memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik,
mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi
untuk laporan lisan atau tertulis, menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Rahim 2007: 11).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak
mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan
membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai dengan membantu mereka
menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri.
2. Membaca teliti
Dari segi linguistik, membaca adalah salah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan
sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dengan menulis yang
justru melibatkan penyandian (enconding). Sebuah aspek pembacaan sansi (decoding) adalah
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language
meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna
(Tarigan, 1979:7).
Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau
komponen dari komunikasi tulisan. Dalam komunikasi tulisan, sebagimana telah dikatakan,
lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf
(Tampubolon, 1986:5).Dapat dipahami bahwa pada tingkatan membaca permulaan, proses
pengubahan inilah yang terutama dibina dan dikuasai, dan ini terutama dilakukan pada masa
anak-anak, khususnya pada tahun permulaan di sekolah. Pengertian pengubahan di sini juga
mencakup pengenalan huruf-huruf sebagai lambang-lambang bunyi bahasa. Setelah
pengubahan dimaksud di atas dikuasai secara mantap, barulah penekanan diberikan pada
pemahaman isi bacaan. Inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada tahun-
tahun selanjutnya di sekolah.
Menurut Hodgson dalam Tarigan (1979:7), Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan
yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu
tidak terlaksana dengan baik.
Tujuan utama pembelajaran membaca adalah guru dapat menciptakan suatu kondisi atau
situasi yang mendukung siswa untuk belajar membaca, dan semua ini dapat dilaksanakan
apabila guru dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang bisa diterima
oleh siswa sehingga mendapatkan hasil yang positif.di sekolah, pengajaran membaca
merupakan salah satu aspek pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Salah satu tujuannya
agar siswa memiliki kegemaran dan memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang
tertuang dalam kurikulum.
3. Membaca Pemahaman
Dalam memahami suatu bacaan yang paling tepat adalah menggunakan membaca dalam hati
(H.G. Tarigan, 1985: 10). Membaca dalam hati sendiri dapat diklasifikasikan seperti berikut.
a) Membaca ektensif
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan
bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan singkat dan
cepat. Broughton (H.G. Tarigan, 1985: 31) menyebutkan yang termasuk dalam
membaca ekstensif adalah membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal
b) Membaca intensif
Membaca intensif merupakan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan
tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya
untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Membaca intensif dibagi menjadi membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca
telaah isi itu sendiri terbagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis,
dan membaca ide (H.G. Tarigan, 1985:39).
Tujuan membaca pemahaman, Samsu Somadayo (2011: 11) menyatakan bahwa tujuan utama
membaca pemahaman adalah memperoleh pemahaman. Membaca pemahaman adalah
kegiatan membaca yang berusaha memahami isi bacaan/teks secara menyeluruh.
Seseorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan sebagai
berikut.
Anderson (Samsu Somadayo, 2011: 12) juga menyatakan bahwa membaca pemahaman
memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan itu sebagai berikut.
a. Membaca untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta-fakta.
H.G. Tarigan (1986: 117) mengungkapkan bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca
berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah mengapa
hal itu merupakan judul atau topik, masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam
bacaan tersebut, dan hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.
4. Membaca kritis
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan membaca. Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang
hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert [et al]
1961b : 1).
Membaca kritis adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan dan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu (Agustina, 2008 : 124).
Kedua, membaca kritis merupakan modal utama bagi para mahasiswa untuk mencapai
kesuksesan dalam studinya.
5. Membaca ide
Membaca Ide (Tarigan, 2008:120) adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,
memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca untuk mengetahui merupakan suatu topik yang baik. Masalah apa yang terdapat
pada cerita itu, apa yang dipelajari oleh sang tokoh dan merangkumkan apa yang dilakukan
oleh sang tokoh untuk mencapai maksudnya. Kegiatan serupa itu disebut reading for my
ideas (Anderson dalam Tarigan, 2008:120), atau dapat diperjelas dengan membaca untuk
mencari ide-ide penting.
Pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca. Setiap pembaca yang baik ialah bahwa dia
tahu dan sadar mengapa dia menbaca. Dua buah maksud yang paling umum menurut Tarigan
(2008:121) adalah:
1. mencari informasi
2. menikmati bacaan
Kedua alasan tersebut mempunyai beribu adaptasi, tetapi pada hakikatnya dalam setiap
bentuk berusaha mengajak para pembaca menyesuaikan diri pada halaman-halaman cetakan.
Pembaca yang baik adalah memahami benar-benar apa yang dibacanya. Hal ini menuntut
perhatian atau konsentrasi dan suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan
maksud. Serta menuntut pengetahuan mengenai kata-kata dan keresponsifan terhadap
organisasi bagian sebagai suatu keseluruhan.
Pemahaman juga sangat dibantu oleh refleksi atau pemikiran terhadap apa yang dibaca.
Orang yang lebih banyak membaca maka akan mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan
pengalaman, dan orang yang kaya akan ilmu dan pengalaman akan mudah berbicara atau
menulis tentang ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya.
Begitu juga semakin banyak membaca orang akan semakin terampil berbahasa, dan orang
yang terampil dalam berbahasa akan semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
Syarat pertama bagi setiap pembaca yang baik ialah bahwa dia tahu dan sadar mengapa dia
membaca. Dua maksud yang paling umum adalah :
a) Mencari informasi
b) Menikmati bacaan
Salah satu yang harus dimiliki pembaca ialah memiliki ragam kecepatan membaca, menurut
Tarigan (2008) sesuai dengan sifat bacaan yang menuntut perhatiannya, kecepatan membaca
digolongkan sebagai berikut:
1) Membaca sekilas, memetik secara kasar tiga atau empat hal dalam satu halaman untuk
memperoleh gambaran umum bagian sebagian suatu keseluruhan.
2) Membaca dengan cepat (to scan), yaitu membaca segala sesuatu secara cepat untuk
mencari hal tertentu yang dia inginkan. Membaca cepat yang baik rata-rata 800 – 1000
kata dalam satu menit. Dia tidak akan dapat lulus ujian berdasarkan apa yang telah
dibacanya dengan cepat, tetapi dia akan mendapatkan apa yang dicarinya
3) Membacanya demi kesenangan; suatu cara membaca yang melewatkan hal-hal yang
kurang menarik, dan membaca lambat-lambat hal-hal yang menarik hati atau ketika
terdapat apresiasi yang kuat. Membaca seperti ini rata-rata sekitar 500 – 600 kata dalam
satu menit
4) Membaca dengan serius bahan-bahan yang penting dan tidak akan kehilangan suatu hal.
Membaca seperti ini rata-rata dengan kecepatan 300 – 500 kata dalam satu menit.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arianto, Novi.
2013. “Kemahiran Membaca Pemahaman Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Pembangunan di Tanjungpinang.” Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang (Tidak diterbitkan). Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Diakses pada
http://jurnal.umrah.ac.id/wpcontent/uploads/gravity_forms/1-
ec61c9cb232a03a96d0947c6478e525e/2017/02/EJOURNAL-R.KASARUDIN-
110388201085-FKIP-2017-pdf.pdf
https://eprints.uny.ac.id/7694/3/bab2-%2008108244102.pdf
Agustina, 2008, Pembelajaran Keterampilan Membaca, UNP Henry Guntur, 1979, Membaca
Suatu Keterampilan Berbahasa, angkasa. Diakses pada
http://agnesidianti.blogspot.co.id/2013/12/makalah-membaca-kritis.html
http://ibnuhumairoh.blogspot.com/2016/04/membaca-ide.html?m=1