Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP DASAR EVALUASI MEMBACA DAN MENULIS

Eka Anshory Maulana, Jihan Rafifah, Kinanti Ayu Agustin,


Maysha Aprilia, Okvia Fitrah Syahrani, Zakia Virginia Putri
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam
pengungkapan pikiran seseorang, Kemampuan membaca dan menulis sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa diajarkan di sekolah dengan tujuan agar para siswa dapat
mengarti maksud yang terkandung dalam bacaan sehingga dapat memahami isi bacaan
dengan baik dan benar. Untuk mengetahui barhasil tidaknya suatu pembelajaran
keterampilan membaca dan menullis diperlukan evaluasi keterampilan membaca dan
menulis. Tulisan ini membahas tentang prinsip dasar evaluasi menulis dan membaca.
Penelitian ini dilatarbelakangi rasa ingin tahu mahasiswa mengenai evaluasi prinsip
dasar evaluasi menulis dan membaca. Ketidaktahuan kami membawa kami kepada
tujuan dari pembuatan artikel ini, yaitu untuk memahami secara komprehensif tentag
materi prinsip dasar evaluasi membaca dan menulis. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi literatur. Hasil
penelitian menunjukkan 1) pengertian dan tujuan evaluasi keterampilan membaca dan
menulis, 2) teknik evaluasi, dan 3) tes membaca.
Kata kunci: Evaluasi, Keterampilan, Menulis, Membaca, Teknik.

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berinteraksi antar sesama manusia memiliki
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat empat keterampilan dalam berbahasa
yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Seluruh
keterampilan berbahasa tersebut sangat penting sehingga harus dimiliki oleh setiap individu
demi kelancaran komunikasi. Keterampilan membaca dan menulis juga memiliki peran yang
sangat penting dalam penyampaian informasi secara lisan maupun tulisan. Keterampilan
membaca dan menulis dapat diasah dan dimanfaatkan dengan baik, salah satu caranya adalah
melalui pembelajaran di sekolah. Melalui mata pembelajaran bahasa siswa diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan membaca dan menulis. Dengan meningkatnya keterampilan
membaca siswa mampu memahami maksud yang terkandung dalam bacaan sehingga dapat
memahami isi bacaan dengan benar. Selain itu, siswa juga harus meningkatkan keterampilan
menulis sehingga siswa mampu menuangkan ide, gagasan, ataun informasi secara tepat dan
sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Kebermanfaatan keterampilan membaca dan menulis
diharapkan tidak hanya pada bidang bahasa tetapi mampu mendorong siswa untuk lebih
mudah memahami materi seluruh mata pelajaran yang diberikan melalui proses membaca
pemahaman dan menulis kreatif.

Peran evaluasi dalam dunia pendidikan sangatlah penting, evaluasi dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dan guru dalam pembelajaran
yang telah dilaksanakan serta kesesuaian hasil belajar dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran. Membaca dan menulis sebagai aspek keterampilan yang harus dimiliki
siswa juga membutuhkan evaluasi. Banyaknya permasalahan atau hambatan yang ditemukan
pada semangat membaca dan menulis yang dimiliki siswa harus ditelusuri lebih dalam, salah
satunya dengan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Ditemukan berbagai teknik evaluasi
dan jenis tes membaca dan menulis. Melalui evaluasi membaca dan menulis diharapkan guru
mampu memahami dan menyusun strategi yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan
membaca dan menulis pada siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah sudi literatur. Menurut Sarwono (2006),
penelitian kepustakaan adalah studi yang mempelajari berbagai buku referensi serta hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan teori mengenai masalah
yang akan diteliti. Sedangkan Danandjaja (2004) mengemukakan bahwa kajian kepustakaan
adalah cara penelitian blibiografi secara sistematik ilmiah, yang mengumpulkan bahan-bahan
blibiografi, yang berkaitan dengan sasaran penelitian; teknik pengumpulan data dengan teknik
kepustakaan; dan mengorganisasikan serta menyajikan data-data.

Jadi penelitian kepustakaan atau studi literatur adalah sebuah penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi melalui buku-buku referensi, atau
pun hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan bisa berupa artikel, jurnal, dan catatan-
catatan yang lainnya.

Menurut Zed (2008), ada empat langkah penelitian kepustakaan, yaitu:

1. Menyiapkan alat perlengkapan.


2. Menyusun bibliografi kerja, bibliografi kerja merupakan cacatan mengenai
sumber utama yang akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
3. Mengatur waktu.
4. Membaca dan membuat catatan penelitian, artinya apa yang dibutuhkan dalam
penelitian tersebut dapat dicatat, supaya tidak bingung dalam lautan buku yang
begitu banyak.

PEMBAHASAN
A. Evaluasi Keterampilan Membaca
a) Pengertian
Menurut Purwanto (2002) secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi
merupakan pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat
dipandang sebagai proses merenacanakan, memperoleh, serta menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan. Evaluasi juga
pengumpulan kenyataan yang disusun secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kenyataannya terjadi perubahan dalam diri saya serta menetapkan sejauh mana tingkat
perubahan dalam pribadi siswa (Bloom: 1971).

Menurut Susarso (2001) keterampilan membaca sebagai salah satu aktivitas kompleks.
Tidak hanya melibatkan kemampuan membaca, tetapi juga melibatkan kemampuan
kognitif, kemampuan untuk mengamati dan kemampuan berkomunikasi. Tidak hanya itu,
kemampuan motoric juga menentukan keterampilan membaca. Keterampilan membaca
juga dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang dalam memahami, menafsirkan,
membaca, dan memecahkan kode bahasa pada teks tertulis.

Menurut Iskandar (2008: 246) tes kemampuan membaca dalah sebuah tes
keterampilan berbahasa yang bisa dilakukan dalam pengajaran bahasa, baik dalam
pengajaran pertama maupun bahasa kedua (bahasa asing). Evaluasi pembelajaran
membaca adalah salah satu kegiatan untuk memperoleh informasi tentang hasil
pembelajaran membaca, kemudian mengolah dan menafsirkannya dengan tolak ukur
tertentu.

b) Tujuan
Tujuan dari evaluasi keterampilan membaca dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan pembelajar dalam;

a. Memahami informasi
b. Menerima, mengklasifikasi, menganaisis, dan menyimpulkan informasi
c. Ketepatan lafal dan intonasi ketika membaca tes dalam bahasa target
c) Teknik
Teknik evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan membaca
dipaparkan sebagai berikut.

1. Membaca dengan lafal dan intonasi yang tepat


2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
3. Mneyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari cerita yang dibaca
4. Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan menyimpulkan bahan bacaan
5. Menentukan kata sulit, umum, dan khusus, homonim, homofon, hiponim, sinonim,
dan antonim.
6. Melengkapi bagian-bagian tertentu dari bacaan yang sengaja dihilangkan (teknik
klose)
7. Menyusun kembali rangkaian informasi yang kurang tepat dari suatu bacaan dalam
bahasa target
d) Tes Membaca Pemahaman
Terdapat berbagai macam kegiatan membaca, di antaranya membaca cepat, membaca
sekilas, membaca keras, dan membaca pemahaman. Dari beberapa macam membaca,
membaca pemahaman ditempatkan sebagai membaca pada tingkat tinggi karena membaca
pemahaman berusaha mencari isi yang tersurat dan tersirat dari bacaan. Dalam
pengukurannya, kemampuan membaca pemahaman siswa dapat dilihat seteleh mereka
memhami bacaan, baik dengan cara membuat ringkasan secara lisan atau tertulis maupun
menjawab beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman siswa atas bacaan (Sulikhah,
Utomo, Santoso, 202)

Membaca pemahaman terdapat tiga level yaitu (1) pemahaman literal, pembaca
memahami ide dan informasi yang tertera dalam teks, (2) pemahaman interpretatif,
pembaca memahami ide dan informasi yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks,
dan (3) pemahaman kritis, pembaca dituntut untuk menganalisis, mengevaluasi, memberi
tanggapan terhadap informasi dalam teks.

Membaca pemahaman literal merupakan salah satu tingkatan dari membaca


pemahaman. Pemahaman literal berhubungan dengan ingatan (1) fakta-fakta dan detail,
(2) peristiwa dan urutan kejadian, (3) mengenai hal-hal yang sering disebut., (4) mengecek
makna yang sesuai, (5) tentang ide kalimat dan ide pokok paragraf. (Aulia, 2012). Pada
tingkat membaca pemahaman literal pembaca hanya memahami makna tersurat di dalam
teks yang meliputi arti kata, kalimat, serta paragraf. Penggunaan kata tanya 5W+1H atau
ADIKSIMBA dapat digunakan untuk mengukur tingkat membaca pemahaman literal.
Membaca pemahaman interpretatif merupakan proses pelacakan gagasan yang
disampaikan secara tidak langsung. Membaca interpretatif meliputi: pembuatan simpulan,
hubungan sebab akibat, dan menemukan tujuan pengarang menulis bacaan.

Menurut Pujiono (2008) membaca kritis adalah kemampuan mengolah bahan bacaan
secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat
maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis,
mensintesis, dan menilai. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca seorang
pembaca tidak hanya mengungkap makna yang tersurat, tetapi juga menemukan makna
antarbaris, dan makna di balik baris. Artinya, membaca kritis tidak hanya memahami arti
yang tersurat dalam teks, tetapi juga untuk membaca hal-hal yang tersirat.

Selanjutnya, bahan ujian dalam keterampilan membaca pemahaman dapat


dikelompokkan sebagai berikut.
a. Tes Pemahaman Wacana Prosa
Wacana yang berbentuk prosa, nonfiksi atau fiksi, singkat atau agak panjang,
dengan isi tentang berbagai hal menarik (Burhan Nurgiyantoro, 2010:378). Namun,
harus diingat bahwa untuk dapat mengerjakan soal siswa harus benar-benar
membaca dan memahami teks bacaan. Soal yang umum dinyatakan dalam tes
adalah tema, gagasan pokok, gagasan penjelas, makna tersurat dan tersirat, bahkan
juga makna istilah ungkapan.
Jika wacana yang diteskan agak panjang, satu wacana biasanya dibuat menjadi
beberapa soal. Jika demikian, harus ada kejelasan perintah dalam mengerjakan soal
tersebut. Soal juga dapat hanya dengan mengambil wacana singkat, misalnya hanya
satu atau dua kalimat (Burhan Nurgiyantoro, 2010:380).
b. Tes Pemahaman Wacana Dialog
Tes bentuk dialog sebaiknya juga diambil menjadi salah satu bahan tes membaca
pemahaman. Wacana dialog banyak ditemukan dan diperlukan dalam fakta realitas
kehidupan, misalnya dalam pembicaraan atau rekaman telefon dan berbagai bentuk
dialog lain yang melibatkan berbagai orang dalam berbagai profesi dalam berbagai
konteks. Singkatnya, wacana bentuk dialog perlu mendapatkan perhatian.
Pengambilan wacana untuk bahan tes keterampilan membaca pemahaman juga
akan menjadikan tes menjadi bervariasi. Sama halnya dengan wacana prosa, tes
membaca dalam wacana bentuk dialog juga lazimnya dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan pemahaman isi wacana.
c. Tes Pemahaman Wacana Kesastraan
Berbagai teks genre sastra juga lazim diambil sebagai bahan pembuatan tes
membaca pemahaman, baik yang berupa genre fiksi, puisi, maupun teks drama.
Kecuali puisi, pengambilan bahan biasanya dengan mengutip sebagian teks yang
secara singkat telah mengandung unsur tertentu yang layak untuk diteskan. Bahan
tes dalam banyak hal diambil dari teks-teks kesastraan tidak jauh berbeda dengan
wacana yang bukan kesastraan. Keduanya sama-sama terkait dengan pemahaman
pesan, makna tersurat dan tersirat, makna ungkapan, dan lain-lain.
d. Tes Pemahaman Wacana Lain (Surat, Tabel, dan Iklan)

Selain berbagai jenis wacana di atas, ada sejumlah wacana penting lain yang juga
banyak ditemukan, misalnya surat, tabel, diagram, iklan, slogan, telegram (yang
kini digantikan oleh sms), dan lain-lain. Berbagai wacana tersebut terkait dengan
kebutuhan hidup, maka mereka menjadi penting. Wacana surat yang diujikan
haruslah dibatasi pada berbagai jenis surat resmi, maksudnya bukan surat pribadi
dan lazimnya terkait dengan komponen pendukung, isi pesan, serta dapat pula
masalah makna istilah dan ungkapan.
A. Evaluasi Keterampilan Menulis
a) Pengertian
Menurut Landsheere (1984) evaluasi merupakan proses penentuan materi dan
metode pembelajaran apakah sudah selaras dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Penentuan tersebut dapat dilaksanakan dengan memberikan tes kepada
peserta didik. Pada pelajaran bahasa Indonesia, aspek yang dinilai adalah keterampilan
berbahasa peserta didik. Keterampilan tersebut mencakup beberapa jenis keterampilan
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Tarigan, 1981:1).

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan peserta didik untuk meningkatkan


kemampuan menulisnya. Dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat guru dapat
melihat kemampuan menulis peserta didik. Sebaiknya teknik penilaian yang
digunakan sesuai dengan indikator, dan tujuan pembelajaran. Sehingga perlu
pengembangan sistem penilaian yang dapat mengukur kemampuan peserta didik
secara menyeluruh untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi dan
kreativitas pada dirinya.

b) Tujuan
Tujuan dari evaluasi keterampilan menulis untuk mendapatkan informasi
mengenai kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide, perasaan dan
pikirannya dengan menggunakan bahasa secara tulis. Serta untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam memahami informasi, menerima, mengklasifikasi,
menganalisis dan menyimpulkan informasi.
Menurut Suhendar,dkk (1997) unsur-unsur bahan penilaian pengajaran menulis
sebagai berikut:
1. Isu karangan, adalah gagasan atau ide pengarang yang berada dalam
keseluruhan karangan. Penilaian terpusat pada topik atau tema permasalahan yang
menarik.
2. Bentuk karangan, seperti surat, laporan, iklan, pengumuman, petunjuk dan
lain-lain.
3. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang
berlaku dan memenuhi syarat sebagai bahasa tulis.
4. Ejaan, adalah sistem yang mengatur sistem pemindahan bahasa lisan ke dalam
bahasa tulis. Ketepatan ejaan meliputi cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara
penulisan unsur serapan, pemakaian tanda baca.
c) Teknik
Teknik evaluasi yang dapat digunakan yaitu:
1. Menulis huruf, nama, peristiwa, dan keadaan yang diperdengarkan,
diperlihatkan, dan bicara.
2. Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita, dialog, peristiwa yang
didengar atau dibaca.
3. Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian gambar.
4. Melaporkan pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau perjalanan secara tulis.
5. Menjawab pertanyaan sederhana atau komplek secara tulis.
6. Membuat karangan berdasarkan tema tertentu.
7. Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.
d) Jenis-Jenis
Menurut Depdiknas (2002) jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan menulis dapat dilihat dari isi, pendekatan, dan bentuk yang berupa:
1. Tes Diskrit, Integratif, dan Komunikatif
Tes Diskrit:
Tes bahasa diskrit, yaitu tes yang hanya mengukur satu aspek bahasa, seperti
menulis. Aspek menulis itu dapat dipahami dan diteskan secara sendiri dan terpisah
dari aspek bahasa yang lain karena setiap aspek itu mewakili unitnya (Brown 1980;
Farhady 1979). Tes diskrit merupakan tes bahasa yang secara analitis didasarkan
pada pikiran bahwa hanya satu bagian dari kaidah-kaidah bahasa yang boleh diteskan
pada satu waktu. Kemampuan menulis harus diteskan secara terpisah. Kemampuan
reseptif dan produktif harus dites dalam tes yang berbeda (Oller, 1979:209-210). Dari
keterangan di atas dapat dilihat bahwa sebuah butir soal hanya untuk mengukur satu
aspek kebahasaan dan satu aspek keterampilan.
Tes integratif:
Tes integratif beranggapan bahwa kemampuan berbahasa secara keseluruhan
harus dijaring dengan tes yang menyeluruh dan bukan melalui tes yang terpisah-pisah.
Dengan demikian, tes dengan pendekatan integratif memperlakukan butir-butir
kebahasaan dan keterampilan secara terpadu (Oller, 1979). Pemaduan tersebut
dimaksudkan untuk menguji kemampuan siswa dalam menggunakan dua atau lebih
keterampilan berbahasa secara simultan. Adapun teknik tes yang dapat ditampilkan
sesuai dengan maksud tersebut antara lain tes cloze dan dikte. Pada dasarnya tes cloze
berupa tugas untuk melengkapi kembali sebuah teks wacana dengan sejumlah kata
yang secara sistematis telah dihilangkan. Teknik seperti akan menuntut siswa untuk
lebih dulu menguasai sistem gramatikal, kosakata, dan bahkan pemahaman terhadap
tema yang dibicarakan dalam wacana tersebut.
Dengan demikian, melakukan tes cloze dapat diungkapkan secara integratif
pemahaman siswa mengenai pengetahuan linguistik, pengetahuan tekstual, dan
pengetahuan tentang topik. Pada dasarnya dikte juga merupakan tes integratif yang
mengukur secara serentak kemampuan fonologi, leksikal, gramatikal, dan tekstual.
Dikte berkorelasi secara nyata dengan penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi
(Oller, 1979). Dalam kegiatan dikte terjadi proses mental yang aktif baik yang
melibatkan konteks linguistik maupun ekstralinguistik.
Tes komunikatif:
Tes komunikatif menurut Oller (1979) merupakan tes pragmatik, yaitu suatu
prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan urutan-urutan unsur
bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata dan sekaligus menuntut
siswa untuk menghubungkan unsur-unsur bahasa dengan konteks ekstralinguistik.
Dengan demikian, sesungguhnya tes komunikatif sejalan dengan tes integratif. Akan
tetapi tidak semua tes integratif merupakan tes komunikatif, sedangkan tes
komunikatif pasti tes integratif (Oller, 1979).
Apabila sebuah tes bahasa mengaitkan unsur-unsur bahasa dengan konteks
pemakainya, maka tes tersebut dapat dikategorikan sebagai tes komunikatif. Dengan
tes komunikatif siswa dituntut untuk menggunakan bahasa dalam berbagai keperluan
komunikasi secara khusus. Dalam hal ini siswa diberi tugas untuk menulis surat,
menulis cerpen, menulis puisi, atau menulis iklan/slogan dengan konteks yang
ditentukan. Dalam bidang membaca siswa diberi tugas untuk memahami berbagai
wacana tulis dalam berbagai bentuk dengan pemahaman kontekstual. Contohnya
menyusun sebuah paragraf berdasarkan kalimat-kalimat yang diacak.
2. Tes Performansi Langsung dan Performansi Tidak Langsung
Tes performansi langsung:
Tes ini lahir berdasarkan pendekatan performansi yang menganggap bahasa
bukan sebagai sistem tetapi bahasa sebagai action. Berdasarkan pendekatan tersebut
belajar bahasa adalah belajar melaksanakan performansi berbahasa dalam berbagai
konteks khusus (Baker 1990). Dari pendekatan performansi tersebut muncullah tes
performansi langsung dan tes performansi tidak langsung.
Tes performansi langsung merupakan jenis tes yang menuntut siswa untuk
dapat menggunakan kompetensi berbahasanya secara serentak dan langsung untuk
memahami maupun melakukan tindak komunikasi. Tes performansi langsung
menuntut siswa untuk memahami dan menghasilkan wacana dalam berbagai konteks
khusus baik secara tertulis maupun lisan. Melihat pendekatan yang mendasari, tes
performansi langsung pada hakikatnya sama dengan tes komunikatif. Keduanya
sama-sama mengukur kemampuan siswa menggunakan dan memahami bahasa dalam
berbagai konteks komunikasi.
Jenis tes ini memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan. Kelebihan jenis tes
menulis performansi langsung tersebut mencakup memiliki tingkat validitas konstruk
yang sangat tinggi, otentik, dan memenuhi kriteria performansi yang tinggi.
Sedangkan kelemahan tes performansi langsung mencakup memerlukan waktu yang
banyak, kebenaran hasil pengukuran rendah, dan memerlukan tenaga dan waktu yang
banyak dari guru (korektor).
Konteks dan fungsi bahasa meyakinkan orang untuk menggunakan
barang/jasa. Kompetensi komunikatif yang diukur kemampuan menyusun kalimat
yang berisi penjelasan ciri dan nama barang, kalimat yang menunjukkan alasan
menggunakan, kalimat pujian terhadap barang/jasa, dan mengurutkan serta
memadukannya sesuai dengan konteks iklan. Tugas siswa menyusun iklan dengan
konteks tertentu. Wujud tes buatlah sebuah iklan untuk meyakinkan temanmu di
sekolah agar membeli majalah sekolah yang diterbitkan di sekolahmu!
Tes menulis langsung menuntut siswa untuk menemukan, membatasi,
mengembangkan, dan mengorganisasikan gagasannya secara terpadu dan utuh.
Dengan tes menulis langsung ini siswa menggunakan berbagai keterampilan
bahasanya untuk mengekspresikan gagasan yang telah dipilih. Tes langsung ini
berupa tugas menulis dengan stimulus tertentu. Misalnya, menulis dengan diberikan
tema tertentu, menulis berdasarkan gambar seri yang disediakan, menulis berdasarkan
informasi yang didengar, menulis berdasarkan buku, atau menulis berdasarkan
pengamatan objek/kegiatan tertentu. Tes menulis langsung diberi skor secara serentak
dengan menggunakan pedoman pengamatan.
Tes performansi tidak langsung:
Tes ini juga termasuk tes komunikatif. Dalam tes performansi langsung siswa
dituntut dapat menggunakan dan memahami bahasa dalam konteks komunikasi yang
terbatas (memahami atau menghasilkan bagian wacana tertentu). Tes performansi
tidak langsung mengukur kompetensi dalam menguasai keterampilan bawahan
tertentu dari keseluruhan keterampilan bawahan yang dituntut dalam
menggunakan/memahami bahasa dalam konteks komunikasi. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa tes performansi tidak langsung mengukur hanya sebagian/terfokus
dari keterampilan utuh yang diperlukan dalam tes performansi langsung. Dalam tes
performansi langsung keseluruhan keterampilan bawahan serentak diamati, dalam tes
menulis tidak langsung sebagian dari keterampilan bawahan saja yang diukur.
Misalnya, tes untuk melengkapi ulasan buku yang belum mengandung pernyataan
tentang kelebihan buku/manfaat buku, tes untuk melengkapi iklan dengan kalimat
ajakan yang sesuai, dan seterusnya.
Kelebihan jenis tes performansi tidak langsung mencakup memiliki tingkat
objektivitas yang tinggi, efisiensi dari segi waktu dan dana dalam pelaksanaan
maupun pengkoreksian. Kelemahan tes tersebut dikaitkan dengan validitas konstruk
yang tidak mencakup keseluruhan konstruk. Hal ini yang menyebabkan validitas
konstruk tes secara empiris tidak tinggi, tetapi hanya cukup saja. Meskipun begitu tes
menulis tidak langsung memiliki validitas konstruk yang lebih baik dibanding dengan
tes pengetahuan tentang keterampilan berbahasa. Tes menulis tidak langsung dapat
berupa kegiatan melengkapi tindak tutur tertentu dari sebuah wacana, mengurutkan
bagian-bagian wacana, memvariasikan bagian wacana, mengembangkan bagian
wacana tertentu.
3. Tes Objektif, Subjektif, dan Cloze
Tes Objektif:
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa sehingga hasil pekerjaan
siswa tersebut dapat dikoreksi secara objektif (dinilai oleh siapapun serta akan
menghasilkan skor yang sama). Tes objektif yang dibahas disini mencakup tiga jenis,
yakni tes objektif melengkapi, tes objektif pilihan, dan tes objektif menjodohkan.
Tes objektif melengkapi:
Tes ragam ini menuntut siswa memberikan jawaban dengan melengkapi yang
belum sempurna. Butir tes ini terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang tidak
disempurnakan. Siswa tugasnya mengisi atau menjawab soal itu dengan mengisikan
kata-kata, nomor, atau simbol dengan tepat.
1) Tes objektif bentuk pilihan
Bentuk pilihan yaitu tes yang dilakukan dengan cara siswa memilih dari
sejumlah jawaban yang disediakan. Bentuk pilihan dapat berupa soal benar
salah, soal pilihan ganda, dan menjodohkan. Khusus untuk bentuk pilihan
ganda tersebut dibedakan atas beberapa macam soal.
2) Tes objektif menjodohkan (Matching)
Ragam soal jenis ini terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban dalam serentetan seri
jawaban yang disediakan. Tugas siswa dalam ragam soal jenis ini adalah
mencari dan menjodohkan masing-masing dengan jawaban-jawaban yang
tersedia dalam kolom terjodoh (seri jawaban). Jenis tes ini cocok untuk
mengukur kemampuan identifikasi hubungan antara dua hal. Ragam tes ini
terdiri dari dua lajur. Lajur kiri biasanya berisi pernyataan yang belum lengkap
sedang lajur kanan soal berisi jawaban atau pelengkap.

Tes Subjektif:
Tes subjektif adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa
dalam bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Dalam tes subjektif siswa relatif
bebas untuk mendekati masalahnya, menentukan informasi faktual yang
digunakannya, mengorganisasikan jawaban dan seberapa besar tekanan yang
diberikan pada setiap aspek jawabannya. Dengan demikian tes subjektif ini dapat
dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menganalisis, mensintesis
fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipahaminya. Jawaban tes subjektif ini
menunjukkan kualitas cara berpikir siswa, aktivitas kognitif tingkat tinggi, dan
kedalaman pemahaman siswa terhadap masalah yang dihadapi.
Tes subjektif ini mementingkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah. Cara berpikir yang ditekankan pada tes subjektif ini adalah bagaimana siswa
sampai pada suatu kesimpulan dan bukan semata-mata kesimpulannya sendiri. Tes
jenis ini sangat penting untuk menguji kemampuan siswa yang berkaitan dengan cara
mengorganisasi pengetahuan dengan kata-kata siswa sendiri. Dengan sifat tes
subjektif ini jelas jawaban siswa akan sangat bervariasi. Hal inilah yang sangat
mempengaruhi unsur subjektivitas pengoreksi.
Tes Cloze:
Tes cloze bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan
pragmatik, yaitu kemampuan memahami wacana atas dasar penggunaan kemampuan
linguistik dan ekstralinguistik. Pengukuran tingkat penguasaan kemampuan
pragmatik itu dilakukan dengan menugaskan peserta tes untuk mengenali dan untuk
mengembalikan seperti aslinya bagian-bagian suatu wacana yang telah dihilangkan.

PENUTUP
Evaluasi keterampilan membaca adalah salah satu kegiatan untuk memperoleh
informasi tentang hasil pembelajaran membaca, kemudian mengolah dan menafsirkannya
dengan tolak ukur tertentu. Teknik evaluasi keterampilan membaca adalah (1) Membaca
dengan lafal dan intonasi yang tepat, (2) Menjawab pertanyaan-pertanyaan, (3)
Menyimpulkan tema dan unsur-unsur lainnya dari cerita yang dibaca, (4) Mengidentifikasi,
mengklarifikasi, dan menyimpulkan bahan bacaan, (5) Menentukan kata sulit, umum, dan
khusus, homonim, homofon, hiponim, sinonim, dan antonim, (6)Melengkapi bagian-bagian
tertentu dari bacaan yang sengaja dihilangkan (teknik klose), (6)Menyusun kembali rangkaian
informasi yang kurang tepat dari suatu bacaan dalam bahasa target.
Evaluasi keterampilan menulis bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
kemampuan peserta didik dalam menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan
menggunakan bahasa secara tulis. Teknik evaluasi yang dapat digunakan adalah (1) Menulis
huruf, nama, peristiwa, dan keadaan yang diperdengarkan, diperlihatkan, dan bicara; (2)
Menyampaikan kembali secara tertulis suatu cerita, dialog, peristiwa yang didengar atau
dibaca; (3) Menuliskan cerita berdasarkan gambar atau rangkaian gambar; (4) Melaporkan
pengalaman, peristiwa, pekerjaan, atau perjalanan secara tulis; (5) Menjawab pertanyaan
sederhana atau komplek secara tulis; (6) Membuat karangan berdasarkan tema tertentu; (7)
Menggunakan ejaan dan tanda baca secara tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Ginanjar. (2020). Keterampilan Membaca. Tripen.com. [daring]
https://www.tripven.com/keterampilan-membaca/

Arispadil93. (2014). Evaluasi Pembelajaran Membaca. [daring]


http://arispadli93.blogspot.com/2014/04/evaluasi-pembelajaran-bahasa.html

Aulia, R. (2012). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA


ANAK TUNARUNGU. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. I (2). 347-357.
Depdiknas. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata pelajaran Bahasa
Indonesia Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Direktorat PLP.
Djuanda, D. (2010). Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
dasar. gerbang penelitian. Bersih , 15.
Haryanto. (2009). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Pemula dengan
Media Gambar. Tesis. [daring] https://core.ac.uk/download/pdf/12352183.pdf
Kholiq. A., Luthfiyati, D. (2020). Tingkat Membaca Pemahaman Siswa SMA Kabupaten
Lamongan. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 4(01), 17-32.
Magdalena, Ina dkk. (2020). Evaluasi Pembelajaran SD: Teori dan Praktik. CV Jejak (Jejak
Publisher).[daring]
https://www.google.co.id/books/edition/Evaluasi_pembelajaran_SD_teori_dan_prakt
/ncX-DwAAQBAJ?hl=en&gbpv=0
Reniasih, NM, Martha, IN, & Putrayasa, IB (2017). PENILAIAN GURU ATAS
KOMPETENSI KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2
SINGARAJA. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha , 6 (1).
Sari, Asmendri. 2020. "Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA". Natural Science. 6(1):43-44.

Supriadi. (2013). Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.Gorontalo:UGN Press Gorontalo


Suryani, Kuspiyah, dan Fitriyah. (2020). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN LITERAL BERBASIS LITERASI
KITAB KUNING MAHASISWA PROGRAM STUDI PBSI STKIP NURIL HUDA
SUKARAJA. GERAM: GERAKAN AKTIF MENULIS). VIII(2). 33-40.

Anda mungkin juga menyukai