Dosen Pengampu :
Oleh:
SASTRA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyusun
makalah yang berjudul “Makalah Aspek Penilaian Kemampuan Menyimak dan
Membaca pada Siswa Kelas Rendah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi
oleh dosen pengampu Dr. Haryadi, M. Pd.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 7
3.1 Simpulan 23
3.2 Saran 24
Daftar Pustaka26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
dan menulis. Pada makalah ini penyusun akan terfokus kepada perencanaan
teknik penilaian pada pembelajaran menyimak dan membaca untuk kelas rendah.
Setiap pelajaran di kelas menyangkut masalah penilaian, apakah berbentuk
informal, spontan, dan berdasarkan intuisi guru dan umpan balik, atau dalam
persiapan formal, tes berskor. Untuk menarik perhatian terhadap peran penting
yang harus ditanggung oleh para guru, saya mengusulkan, pada bagian ini dan
tiga seterusnya dari empat bagian skill-beberapa prinsip dan pedoman untuk
menilai skill tersebut dalam kelas. Untuk cara yang komprehensif dalam menilai
keempat skill tersebut.
Perkembangan penilaian hasil pembelajaran bahasa siswa sejalan dengan
perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian
merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Untuk
mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang
mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran mesti
dilakukan.
Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal memberikan pengaruh penting
bagi proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana
siswa harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi. Istilah
“penilaian” dalam bahasa Indonesia dapat bersinonim dengan “evaluasi”
(evaluation) dan kini juga popular istilah “asesmen” (assessment). Ada banyak
definisi penilaian yang dikemukakan orang, yang, walau berbeda rumusan, pada
umumnya menunjuk pada pengertian yang hamper sama. Menurut Linch (1996:2)
penilaian adalah usaha yang sistematis untuk mengumpulkan informasi untuk
membuat pertimbangan dan keputusan. Brown (2004:3) yang sengaja memilih
istilah tes dan mengartikannya sebagai cara pengukuran keterampilan,
pengetahuan, atau penampilan seseorang dalam konteks yang sengaja ditentukan.
Atau, penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005:3).
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat komponen menyimak dan membaca dalam literasi?
2. Apa hakikat dan tujuan penilaian?
3. Bagaimana penilaian kemampuan menyimak pada siswa kelas rendah?
4. Bagaimana penilaian kemampuan membaca pada siswa kelas rendah?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Menyimak
7
c. Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan
mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan, konteks dan isi.
d. Pendengar me-recall latar belakang informasi (melalui skema yang ia
miliki) sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada.
e. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Hal ini
melibatkan kegiatan interpretasi semantik.
f. Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
g. pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus
disimpan di dalam memorinya atau ditunda,
h. Pendengar menghapus bentuk pesan-pesan yang telah ia terima. Pada
dasarnya 99% kata-kata dan frase, dan kalimat yang diterima akan
menghilang dan terlupakan.
8
menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan
kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan
maupun tulis. Jenis-jenis menyimak intensif adalah (1) menyimak
kritis, yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian secara
objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak; (2) menyimak
konsentratif, yaitu menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang informasi yang disimak;
(3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan untuk
menemukan informasi baru; (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan
menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas
penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan
pembicara; (5) menyimak interogatif, yaitu kegiatan menyimak yang
bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang
diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif,
yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu
yang sudah dipilih.
2.1.2 Membaca
9
Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan gagasan
utama.
Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks
tertulis.
Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.
Ada beberapa masalah dan hambatan yang umum terjadi pada setiap orang,
masalah tersebut antara lain :
10
mencapai karakteristik tertentu.” Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan
kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang
memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas (Depdiknas, 2006) Data informasi
yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan
melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau
indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan
siswa dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing. Data
tersebut diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan
dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. Tidak
menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa
teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pengolahan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang sesuai dengan
indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Dengan demikian,
penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan,
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/karya siswa (portfolio), dan penilaian diri seauai dengan tuntutan indikator.
(Depdiknas, 2006). Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar
seorang siswa dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang
11
dimiliki siswa tersebut sebelum mengikuti proses pembelajaran, dan dianalisis
apakah ada peningkatan kemampuan, bila tidak terdapat peningkatan yang
signifikan, maka guru memunculkan pertanyaan; apakah program yang saya
buat terlalu sulit?, apakah cara mengajar saya kurang menarik? Apakah media
yang digunakan tidak sesuai?, dan lain-lain. Tingkat kemampuan satu siswa
tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan siswa lainnya, agar tidak merasa
rendah diri, merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai
kompetensi atau indikator yang diharapkan.
Penilaian memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai suatu
kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan siswa dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang
kemajuan perkembangan siswa.
12
penilaian kemampuan mendengarkan/menyimak, atau lebih tepatnya
komprehensi lisan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan
diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang segera muncul adalah
sarana apa yang harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan
penilaian yang efektif perlukah kita mempergunakan media rekaman atau
langsung disampaikan (dibacakan) lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan
memahami bahsa lisan. Oleh karena itulah, bahan yang sesuai tentulah berupa
wacana, berhubung sebuah wacana pastilah memuat informasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan (wacana)
yang digunakan untuk bahan tes menyimak, yaitu sebagai berikut: 1) tingkat
kesulitan wacana, 2) isi cakupan wacana, dan 3) jenis-jenis wacana. Tingkat
kesulitan wacana terutama untuk tes dapat dilihat dari faktor kosa kata dan
struktur kalimat yang dipergunakan. Jika kosakata yang dipergunakan sulit,
bermakna ganda, dan abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur
kalimatnya juga kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat
kesulitannya, Akan tetapi, jika kedua aspek kebahasaan tersebut sederhana,
wacana itu pun akan sederhana pula. Jika hanya salah satu aspek saja yang sulit
baik kosakata maupun struktur, wacana yang bersangkutan masih tergolong agak
sulit. Isi dan cakupan wacana biasanya mempengaruhi tingkat kesulitan wacana.
Jika isi dan cakupan itu sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa atau sesuai
dengan bidang yang dipelajari, hal itu akan mempermudah wacana yang
bersangkutan. Wacana yang diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang
bersifat netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan
terhadap isi masalah itu. Untuk kepentingan kepraktisan, diperlukan pembatasan
panjang wacana yang diteskan dan dari segi validitas tes itu terpenuhi. Bentuk
wacana yang sering dipergunakan dalam tes : (a) Pertanyaan atau pernyataan
singkat , (b) dialog, (c) ceramah Berikut ini beberapa bentuk tes menyimak. 1)
menuliskan kata baku yang disimakkan, 2) menuliskan kata yang mirip bunyi
13
dan berbeda maknanya dalam kalimat. Contoh syarat – sarat, 3) Pemahaman
pernyataan atau pertanyaan, dan 4) Pemahaman wacana.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta
atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang
diperdengarkan, dapat beberapa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes
bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana
yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin
terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian,
hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada
tingkat pemahaman (C 2) ini belum kompleks benar, belum menuntut
kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat
yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes
tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan
(diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang
terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis
14
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan.
Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih
alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja
analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara
pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis
lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi,
mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan
hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.
15
2.3.3 Bentuk-Bentuk Pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian menyimak, guru dapat memilih bentuk pertanyaan
sebagai berikut.
a. Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang disimak.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b. Melaksanakan petunjuk/perintah yang disimak.
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”. (Siswa menuliskan)
c. Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana
(berdasarkan pertanyaan yang disimak)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d. Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan
deskripsi yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam
memangsa hewan tangkapan.
e. Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh
melalui telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur
ke Bandung.
f. Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang disimak.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu simak tadi?
g. Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan
karangan yang disimak.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa
disuruh menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar
dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misalnya:
(1) Ayah makan pisang.
16
(2) Surya menggambar gunung.
(3) Kakak membaca komil.
(4) Ibu menyapu lantai.
N
O ASPEK PENILAIAN BOBOT
1 Menirukan
2 Melaksanakan Petunjuk
3 Menjawab Pertanyaan 5W1H
4 Menerka Nama
5 Penyampaian Pesan Moral
6 Menerima dan Menyampaikan Pesan
7 Menentukan Objek
17
lambang tulis itu mewakili bunyi tertentu yang mengandung makna yang
tertentu pula. Tes membaca harus menyangkut kelancaran dan pemahaman
sistem lambang bunyi dan pemahaman apa yang dibaca. Artinya, menilai
membaca harus menyangkut proses membaca dan pemahaman. Penilaian yang
berfokus pada proses (pada waktu siswa membaca) menyangkut hal-hal sebagai
berikut.
e. Tingkah laku dalam membaca, misalnya : a) membaca kata demi kata, b)
membaca cepat tanpa memperhatikan tanda baca, c) membaca
menggunakan telunjuk, d) mengulang kata, frasa, atau baris, e)
menggerakkan kepala waktu membaca, f) bergumam dalam membaca, g)
menghindari yang dianggap sulit, h) tidak dapat duduk dengan tenang
waktu membaca, i) menggunakan suara yang terlalu pelan waktu
membaca nyaring, dsb
f. Kesulitan mengnalisis kata, misalnya : a) kata dan kebalikannya, b) huruf
dan kebalikannya, c) sulit mengucapkan kata, d) salah mengucapkan
huruf, e) sulit membedakan vokal, f) sulit mengingat kata, dan g) sulit
membaca klaster.
g. Kesulitan pemahaman, dapat berupa : a) tidak dapat mengingat detail isi,
b) tidak dapat mengurutkan isi bacaan, c) tidak dapat meramalkan akhir
bacaan, d) sulit menceritakan kembali, e) sulit menyimpulkan yang
dibacanya, e) sulit mengidentifikasi ide pokok, f) tidak dapat menjawab
pertanyaan yang terkait dengan kata atau ide yang ada dalam teks, dan
sulit mengikuti petunjuk dalam membaca.
Aktivitas proses dalam membaca tersebut dapat disusun dalam bentuk format
untuk memudahkan peniliannya. Membaca nyaring berkaitan dengan kecepatan
dan keakuratan siswa dalam membaca teks. Penyusunan tes membaca nyaring
dapat ditempuh dengan cara : guru memilih bacaan dari buku teks yang telah
ada. Panjang teks bacaan sesuai dengan kondisi kelas siswa. Kegiatan tes
18
dilakukan dengan cara siswa disuruh membaca teks dengan keras dan guru
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam membaca.
Penafsiran hasil dilakukan dengan cara : jumlah kata yang dibaca dengan benar
dibagi dengan jumlah keseluruhan kata. Kesalahan atau anak yang berkesulitan
membaca nyaring menurut Abdurrahman, 1999: 209) dapat dilihat dalam
perilaku sebagai berikut:
6) menunjuk tiap kata yang sedang dibaca,
7) menulusuri tiap baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari,
8) menggerakkan kepala bukan matanya,
9) menempatkan buku terlalu dekat dengan mata atau letaknya aneh,
10) membaca tanpa ekspresi, dan
11) Lafal, intonasi terdengar datar
19
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa
tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-
lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan.
a) Lambang-lambang tulis,
20
membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Dalam teori
pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah
belum memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan pada
usaha menyempurnakan rasa. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya.
Pendidikan prasekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana
menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali
hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut,
dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada
waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar.
Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa,
mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan
melalui bahasa.
21
NO ASPEK PENILAIAN BOBOT
1 Pengenalan Abjad
2 Mengenal kelas Kata
3 Kecepatan Menyuarakan Tulisan
4 Kewajaran Pelafalan
5 Kewajaran Intonasi
6 Kelancaran
7 Kejelasan
8 Pemahaman Makna
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan siswa.
Menirukan
Melaksanakan Petunjuk
Menjawab pertanyaan
Menerka nama tokoh
Penyampaian pesan moral
Menunjuk objek
Pengenalan Abjad
Pengenalan Kelas Kata
Kecepatanmenyuarakan tulisan
Kewajaran pelafalan
Kewajaran intonasi
Kelancaran
Kejelasan
Pemahaman Makna
3.2 Saran
24
makalah yang telah di jelaskan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyediakan waktu untuk membaca makalah yang kami buat, agar
kedepannya lebih baik dan benar.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Fajrin, Rifan. 2016. Aspek penilaian pemblejaran membaca. Dikutip dari laman
http://www.rifanfajrin.com/2016/02/aspek-penilaian-pembelajaran-
membaca.html pada 21 September 2020
Melinda, Gita. 2009. Penilian pembelajran membaca. Dikutip dari laman
http://pemerhatipendidikangowa.blogspot.co.id/2009/12/penilaian-
pembelajaranmembaca_25.html pada 21 September 2020
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman. dan Pengembangan. Jakarta: Bina
Aksara.
27