Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN


MEMBACA PADA SISWA KELAS RENDAH

Dosen Pengampu :

Dr. Haryadi, M. Pd.

Oleh:

Lana Rahmasari (2111418019)

Fitratul A’yuniyah (2111418034)

Aldi Aji Purwanto (2111418051)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

SASTRA INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga tim penyusun dapat menyusun
makalah yang berjudul “Makalah Aspek Penilaian Kemampuan Menyimak dan
Membaca pada Siswa Kelas Rendah” untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi
oleh dosen pengampu Dr. Haryadi, M. Pd.

Makalah ini disusun untuk menambah wawasan mengenai penilaian


kemampuan menyimak dan membaca pada siswa kelas rendah. Ucapan terima
kasih tim penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, sehingga penyusun dapat menyelesaikan dengan baik.

Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam


pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, tim penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik dan lebih bermanfaat lagi
khusunya bagi pembaca.

Semarang, 22 September 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah6

1.3 Tujuan Penulisan 6

BAB II PEMBAHASAN 7

2.1 Hakikat Komponen Menyimak dan Membaca dalam Literasi 7

2.2 Hakikat dan Tujuan Penilaian 10

2.3 Aspek Penilaian Menyimak pada Siswa Kelas Rendah.......................12

2.4 Aspek Penilaian Membaca pada Siswa Kelas Rendah.........................17

BAB III PENUTUP 23

3.1 Simpulan 23

3.2 Saran 24

Daftar Pustaka26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


International Literacy Institute (2002) mendefinisikan bahwa literasi
merupakan sebuah keahlian dalam jangkauan yang relatif, untuk membaca,
menulis, berkomunikasi dan berfikir secara kritis. Literasi dapat pula diartikan
melek aksara. Dengan demikian literasi mempunyai arti yang sangat luas, melek
teknologi, melek politik, melek social dan budaya, berpikiran kritis dan jauh
kedepan serta peka terhadap lingkungan sekitar. Dalam khazanah pembelajaran
bahasa, literasi diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis, kemelekwancanaan
atau kecakapan dalam membaca dan menulis (Teale & Sulzby, 1986; Cooper,
1993:6; Alwasilah, 2001).
Robinson (1983:6) menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan membaca
dan menulis secara baik untuk berkompetisi ekonomis secara lengkap. Lebih
lanjut dijelaskannya bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis
yang berhubungan dengan keberhasilan seseorang dalam lingkungan masyarakat
akademis, sehingga literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat meraup
kesuksesan dalam lingkungan sosial. National Assesment of Educational Progress
mengartikan literasi sebagai kemampuan performansi membaca dan menulis yang
diperlukan sepanjang hayat (Winterowd, 1989: 5).
Pembelajaran berbasis budaya literasi akan mengondisikan peserta didik
untuk menjadi seorang literat. Peningkatan kemampuan literasi dalam belajar
sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Literasi bahasa
mencakup empat komponen, yaitu komponen menyimak, berbicara, membaca,

4
dan menulis. Pada makalah ini penyusun akan terfokus kepada perencanaan
teknik penilaian pada pembelajaran menyimak dan membaca untuk kelas rendah.
Setiap pelajaran di kelas menyangkut masalah penilaian, apakah berbentuk
informal, spontan, dan berdasarkan intuisi guru dan umpan balik, atau dalam
persiapan formal, tes berskor. Untuk menarik perhatian terhadap peran penting
yang harus ditanggung oleh para guru, saya mengusulkan, pada bagian ini dan
tiga seterusnya dari empat bagian skill-beberapa prinsip dan pedoman untuk
menilai skill tersebut dalam kelas. Untuk cara yang komprehensif dalam menilai
keempat skill tersebut.
Perkembangan penilaian hasil pembelajaran bahasa siswa sejalan dengan
perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu disebabkan penilaian
merupakan salah satu komponen yang terkait langsung dengan kurikulum. Untuk
mengukur kadar ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang
mencakup tujuan dan isi, penilaian terhadap capaian hasil pembelajaran mesti
dilakukan.
Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal memberikan pengaruh penting
bagi proses pembelajaran, bagaimana guru harus membelajarkan dan bagaimana
siswa harus belajar, dan karenanya menentukan capaian kompetensi. Istilah
“penilaian” dalam bahasa Indonesia dapat bersinonim dengan “evaluasi”
(evaluation) dan kini juga popular istilah “asesmen” (assessment). Ada banyak
definisi penilaian yang dikemukakan orang, yang, walau berbeda rumusan, pada
umumnya menunjuk pada pengertian yang hamper sama. Menurut Linch (1996:2)
penilaian adalah usaha yang sistematis untuk mengumpulkan informasi untuk
membuat pertimbangan dan keputusan. Brown (2004:3) yang sengaja memilih
istilah tes dan mengartikannya sebagai cara pengukuran keterampilan,
pengetahuan, atau penampilan seseorang dalam konteks yang sengaja ditentukan.
Atau, penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th 2005:3).

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat komponen menyimak dan membaca dalam literasi?
2. Apa hakikat dan tujuan penilaian?
3. Bagaimana penilaian kemampuan menyimak pada siswa kelas rendah?
4. Bagaimana penilaian kemampuan membaca pada siswa kelas rendah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjabarkan hakikat komponen menyimak dan membaca dalam literasi
2. Menjabarkan hakikat dan tujuan penilaian
3. Menjabarkan aspek penilaian kemampuan menyimak pada siswa kelas rendah
4. Menjabarkan aspek penilaian kemampuan membaca pada siswa kelas rendah

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Komponen Menyimak dan Membaca dalam Literasi

2.1.1 Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan


berbahasa yang utama. Menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa
menyimak sebagai suatu proses bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran.
Dengan kata lain mendengarkan atau menyimak adalah suatu jenis
mendengarkan dan menyimak yang meminta upaya kesadaran mental
(Iskandarwassid, hal. 235). Tujuan Pembelajaran Menyimak dapat dibedakan
dua aspek tujuan menyimak, yaitu persepsi dan reseftif. Persepsi adalah ciri
kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pada pemahaman
pengetahuan tentang kaidah-kaidah kebahasaan. Reseftif adalah pemahaman
pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki pembicara.( Iskandarwassid,
hal.230) Aktivitas menyimak adalah mendemontrasikan pemahaman yang
telah dipahaminya setelah mengalami kegiatan mendengarkan secara tuntas
atau aktivitas yang meminta peringatan kembali (recall) informasi yang telah
diterima sebelumnya. Proses kegiatan menyimak menurut Brown (1995)
terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak, yakni:

a. Pendengar memproses raw speech an menyimpan image darinya dalam


short term memory. Image ini berisi frase, klausa tanda-tanda
baca,intonasi, dan pola-pola tekanan kata dari suatu rangkaian
pembicaraan yang ia dengar.
b. Pendengar menentukan tife dalam setiap peristiwa pembicaraan yang
sedang diproses.

7
c. Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan
mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan, konteks dan isi.
d. Pendengar me-recall latar belakang informasi (melalui skema yang ia
miliki) sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada.
e. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Hal ini
melibatkan kegiatan interpretasi semantik.
f. Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
g. pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus
disimpan di dalam memorinya atau ditunda,
h. Pendengar menghapus bentuk pesan-pesan yang telah ia terima. Pada
dasarnya 99% kata-kata dan frase, dan kalimat yang diterima akan
menghilang dan terlupakan.

Secara garis besar menyimak dibagi menjadi dua jenis, yakni


menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak ekstensif ialah
proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan menyimak
pengumuman.

Jenis-jenis menyimak ekstensif meliputi (1) menyimak sekunder,


yaitu menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak
menyimak siaran berita, (2) menyimak sosial, yaitu menyimak yang
berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar atau terminal, (3)
menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati
sesuatu, misalnya menyimak pembacaan puisi, atau menyimak drama, dan
(4) menyimak pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar
Jenis-jenis menyimak ini lebih banyak digunakan secara alamiah.

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus


dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat

8
menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan
kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan
maupun tulis. Jenis-jenis menyimak intensif adalah (1) menyimak
kritis,  yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian secara
objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak; (2) menyimak
konsentratif, yaitu menyimak dengan dengan penuh perhatian untuk
memperoleh pemahaman yang baik tentang informasi yang disimak;
(3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan untuk
menemukan informasi baru; (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan
menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas
penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan
pembicara; (5) menyimak interogatif, yaitu kegiatan menyimak yang
bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang
diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif,
yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan perhatian pada hal tertentu
yang sudah dipilih.

2.1.2 Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan


membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan
mendengar dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memilki tradisi lireasi
yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara
terintergrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-
keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki oleh
pembicara adalah:

 Mengenal sistem tulisan yang digunakan.


 Mengenal kosakata.

9
 Menentukan kata-kata kunci yang mngindentifikasikan topik dan gagasan
utama.
 Menentukan makna kata-kata, termasuk kosakata split, dari konteks
tertulis.
 Mengenal kelas kata gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya.

Ada beberapa masalah dan hambatan yang umum terjadi pada setiap orang,
masalah tersebut antara lain :

a. Rendahnya tingkat kecepatan membaca


b. Minimnya pemahaman yang diperoleh
c. Kurangnya minat baca
d. Minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang cepat dan efektif

2.2 Hakikat dan Tujuan Penilaian


Pengertian evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian
(assesment), sering tercampur aduk padahal keempatnya memiliki pengertian
yang berbeda . Evaluasi adalah “kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak,
dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi
berhubungan dengan keputusan nilai (value judment). Di bidang pendidikan, kita
dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan,
sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru. (Depdiknas, 2006). Penilaian
(assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang
siswa? Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan bila seorang siswa telah

10
mencapai karakteristik tertentu.” Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan
kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang
memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas (Depdiknas, 2006) Data informasi
yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring dan dikumpulkan
melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar atau
indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan
siswa dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing. Data
tersebut diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan
dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. Tidak
menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa
teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pengolahan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa yang sesuai dengan
indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Dengan demikian,
penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian
unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan,
penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil
kerja/karya siswa (portfolio), dan penilaian diri seauai dengan tuntutan indikator.
(Depdiknas, 2006). Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar
seorang siswa dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang

11
dimiliki siswa tersebut sebelum mengikuti proses pembelajaran, dan dianalisis
apakah ada peningkatan kemampuan, bila tidak terdapat peningkatan yang
signifikan, maka guru memunculkan pertanyaan; apakah program yang saya
buat terlalu sulit?, apakah cara mengajar saya kurang menarik? Apakah media
yang digunakan tidak sesuai?, dan lain-lain. Tingkat kemampuan satu siswa
tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan siswa lainnya, agar tidak merasa
rendah diri, merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai
kompetensi atau indikator yang diharapkan.
Penilaian memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai suatu
kompetensi.
2. Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan siswa dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang
kemajuan perkembangan siswa.

2.3 Penilaian Kemampuan Menyimak pada Anak Kelas Rendah


Penilaian Kemampuan Mendengarkan/Menyimak Dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa di sekolah, khususnya Bahasa Indonesia, pembelajaran dan
penialian mendengarkan/menyimak, kurang mendapat perhatian sebagaimana
halnya keterampilan berbahasa yang lain. Sesuai dengan namanya yaitu

12
penilaian kemampuan mendengarkan/menyimak, atau lebih tepatnya
komprehensi lisan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan
diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang segera muncul adalah
sarana apa yang harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan
penilaian yang efektif perlukah kita mempergunakan media rekaman atau
langsung disampaikan (dibacakan) lisan oleh guru sewaktu tes itu berlangsung.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan
memahami bahsa lisan. Oleh karena itulah, bahan yang sesuai tentulah berupa
wacana, berhubung sebuah wacana pastilah memuat informasi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan (wacana)
yang digunakan untuk bahan tes menyimak, yaitu sebagai berikut: 1) tingkat
kesulitan wacana, 2) isi cakupan wacana, dan 3) jenis-jenis wacana. Tingkat
kesulitan wacana terutama untuk tes dapat dilihat dari faktor kosa kata dan
struktur kalimat yang dipergunakan. Jika kosakata yang dipergunakan sulit,
bermakna ganda, dan abstrak, jarang dipergunakan, ditambah lagi struktur
kalimatnya juga kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat
kesulitannya, Akan tetapi, jika kedua aspek kebahasaan tersebut sederhana,
wacana itu pun akan sederhana pula. Jika hanya salah satu aspek saja yang sulit
baik kosakata maupun struktur, wacana yang bersangkutan masih tergolong agak
sulit. Isi dan cakupan wacana biasanya mempengaruhi tingkat kesulitan wacana.
Jika isi dan cakupan itu sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa atau sesuai
dengan bidang yang dipelajari, hal itu akan mempermudah wacana yang
bersangkutan. Wacana yang diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang
bersifat netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan
terhadap isi masalah itu. Untuk kepentingan kepraktisan, diperlukan pembatasan
panjang wacana yang diteskan dan dari segi validitas tes itu terpenuhi. Bentuk
wacana yang sering dipergunakan dalam tes : (a) Pertanyaan atau pernyataan
singkat , (b) dialog, (c) ceramah Berikut ini beberapa bentuk tes menyimak. 1)
menuliskan kata baku yang disimakkan, 2) menuliskan kata yang mirip bunyi

13
dan berbeda maknanya dalam kalimat. Contoh syarat – sarat, 3) Pemahaman
pernyataan atau pertanyaan, dan 4) Pemahaman wacana.

2.3.1 Kriteria Penilaian Kemahiran Menyimak

Sesuai dengan namanya, tes menyimak, bahan tes yang diujikan


disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian menyimak dapat
dilakukan dengan berbagai cara.

a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta
atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang
diperdengarkan, dapat beberapa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes
bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk memahami wacana
yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin
terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian,
hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada
tingkat pemahaman (C 2) ini belum kompleks benar, belum menuntut
kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat
yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes
tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan
(diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang
terdapat di dalam lembar tugas.
d. Tingkat Analisis

14
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan.
Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih
alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja
analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara
pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis
lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi,
mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan
hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.

2.3.2 Aspek Penilaian Kemahiran Menyimak


Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup
dan tingkat kedalaman pembelajaran serta Kompetensi Dasar yang sudah
ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, dapat
diketahui bahwa aspek yang belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang
dikembangkan dari indikator. Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa
yang belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian pembelajaran
menyimak ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua yang telah
dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan kompetensi
dasar khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek kebahasaan yang dinilai dalam pembelajaran
mendengarkan adalah sebagai berikut.
1) Pemahaman isi
2) Kelogisan penafsiran
3) Ketepatan penangkapan isi
4) Ketahanan konsentrasi
5) Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami

15
2.3.3 Bentuk-Bentuk Pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian menyimak, guru dapat memilih bentuk pertanyaan
sebagai berikut.
a. Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang disimak.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b. Melaksanakan petunjuk/perintah yang disimak.
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”. (Siswa menuliskan)
c. Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana
(berdasarkan pertanyaan yang disimak)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d. Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan
deskripsi yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam
memangsa hewan tangkapan.
e. Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh
melalui telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur
ke Bandung.
f. Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang disimak.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu simak tadi?
g. Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan
karangan yang disimak.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa
disuruh menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar
dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misalnya:
(1) Ayah makan pisang.

16
(2) Surya menggambar gunung.
(3) Kakak membaca komil.
(4) Ibu menyapu lantai.

2.3.4 Aspek penilaian Kemampuan Menyimak pada siswa Kelas Rendah

N
O ASPEK PENILAIAN BOBOT
1 Menirukan  
2 Melaksanakan Petunjuk  
3 Menjawab Pertanyaan 5W1H  
4 Menerka Nama  
5 Penyampaian Pesan Moral  
6 Menerima dan Menyampaikan Pesan  
7 Menentukan Objek  

2.4 Penilaian Kemampuan Membaca pada Anak Kelas Rendah

Penilaian Kemampuan Membaca Jenis membaca yang sering digunakan


dalam pengajaran Bahasa Indonesia yaitu tes kecepatan efektif membaca.
Kecepatan efektif membaca (KEM) menurut Ahmad Slamet H. (1997) adalah
kecepatan yang dicapai pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah kata
dibagi panjangnya waktu yang diperlukan dan perosentase skor yang diperoleh.
Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan
pihak lain melalui sarana tulisan. Jika dalam menyimak diperlukan pengetahuan
tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam kegiatan membaca
diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya menyangkut huruf
dan ejaan. Pada hakikatnya huruf atau tulisan hanyalah lambang bunyi bahasa
tertentu. Oleh sebab itu, dalam kegiatan membaca kita harus mengenali, bahwa

17
lambang tulis itu mewakili bunyi tertentu yang mengandung makna yang
tertentu pula. Tes membaca harus menyangkut kelancaran dan pemahaman
sistem lambang bunyi dan pemahaman apa yang dibaca. Artinya, menilai
membaca harus menyangkut proses membaca dan pemahaman. Penilaian yang
berfokus pada proses (pada waktu siswa membaca) menyangkut hal-hal sebagai
berikut.
e. Tingkah laku dalam membaca, misalnya : a) membaca kata demi kata, b)
membaca cepat tanpa memperhatikan tanda baca, c) membaca
menggunakan telunjuk, d) mengulang kata, frasa, atau baris, e)
menggerakkan kepala waktu membaca, f) bergumam dalam membaca, g)
menghindari yang dianggap sulit, h) tidak dapat duduk dengan tenang
waktu membaca, i) menggunakan suara yang terlalu pelan waktu
membaca nyaring, dsb
f. Kesulitan mengnalisis kata, misalnya : a) kata dan kebalikannya, b) huruf
dan kebalikannya, c) sulit mengucapkan kata, d) salah mengucapkan
huruf, e) sulit membedakan vokal, f) sulit mengingat kata, dan g) sulit
membaca klaster.
g. Kesulitan pemahaman, dapat berupa : a) tidak dapat mengingat detail isi,
b) tidak dapat mengurutkan isi bacaan, c) tidak dapat meramalkan akhir
bacaan, d) sulit menceritakan kembali, e) sulit menyimpulkan yang
dibacanya, e) sulit mengidentifikasi ide pokok, f) tidak dapat menjawab
pertanyaan yang terkait dengan kata atau ide yang ada dalam teks, dan
sulit mengikuti petunjuk dalam membaca.

Aktivitas proses dalam membaca tersebut dapat disusun dalam bentuk format
untuk memudahkan peniliannya. Membaca nyaring berkaitan dengan kecepatan
dan keakuratan siswa dalam membaca teks. Penyusunan tes membaca nyaring
dapat ditempuh dengan cara : guru memilih bacaan dari buku teks yang telah
ada. Panjang teks bacaan sesuai dengan kondisi kelas siswa. Kegiatan tes

18
dilakukan dengan cara siswa disuruh membaca teks dengan keras dan guru
mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam membaca.
Penafsiran hasil dilakukan dengan cara : jumlah kata yang dibaca dengan benar
dibagi dengan jumlah keseluruhan kata. Kesalahan atau anak yang berkesulitan
membaca nyaring menurut Abdurrahman, 1999: 209) dapat dilihat dalam
perilaku sebagai berikut:
6) menunjuk tiap kata yang sedang dibaca,
7) menulusuri tiap baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari,
8) menggerakkan kepala bukan matanya,
9) menempatkan buku terlalu dekat dengan mata atau letaknya aneh,
10) membaca tanpa ekspresi, dan
11) Lafal, intonasi terdengar datar

2.4.1 Pengertian Membaca Permulaan

Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi


siswa TK sampai dengan sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk
memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan
menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Empat aspek
keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh,
1992:119). a. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi
keterampilan membaca dan menyimak. b. Keterampilan yang bersifat
mengungkap (produktif) yang meliputi keterampilan menulis dan berbicara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas rendah bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan,
dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan
menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

19
Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki
keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam
tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.
Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa
tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-
lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca
diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan.

a) Lambang-lambang tulis,

b) Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan

c) Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Membaca Permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan


kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan
lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada
penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami
makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).

Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan pada siswa kelas rendah.


Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat
membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam
(Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca katakata dan kalimat
sederhana dengan lancar dan tepat”. Pelaksanaan Membaca Permulaan di
kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu membaca periode
tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca
tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau
alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan
kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan

20
membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran. Dalam teori
pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah
belum memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan pada
usaha menyempurnakan rasa. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian emosinya.
Pendidikan prasekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana
menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali
hal-hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut,
dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada
waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar.
Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa,
mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan
melalui bahasa.

2.4.2 Kriteria Penilaian Membaca


Kriteria Penilaian Membaca berdasarkan:
1. Ketepatan dan kejelasan pengucapan
2. Kelancaaran dalam membaca
3. Kewajaran intonasi
4. Volume suara
Hasil penilaian dinilai dengan menggunakan kriteria yang di adaptasi 2 buku
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah dalam Hartati, et.al
(2006:245)
2.4.3 Aspek Penilaian Membaca pada Siswa Kelas Rendah

21
NO ASPEK PENILAIAN BOBOT
1 Pengenalan Abjad
2 Mengenal kelas Kata
3 Kecepatan Menyuarakan Tulisan  
4 Kewajaran Pelafalan  
5 Kewajaran Intonasi  
6 Kelancaran  
7 Kejelasan  
8 Pemahaman Makna  

22
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan


berbahasa yang utama. Menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa
menyimak sebagai suatu proses bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran.
Tujuan Pembelajaran Menyimak dapat dibedakan dua aspek tujuan
menyimak, yaitu persepsi dan reseftif.

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan


membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan
mendengar dan berbicara.

Penilaian memiliki tujuan sebagai berikut:

 Menggambarkan sejauh mana seorang siswa telah menguasai suatu


kompetensi.
 Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah
berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian
maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
 Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan siswa dan sebagai alat diagnosis yang membantu
pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau
pengayaan.
 Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

23
 Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan siswa.

Aspek Penilaian Menyimak Pada Siswa Kelas Rendah

 Menirukan
 Melaksanakan Petunjuk
 Menjawab pertanyaan
 Menerka nama tokoh
 Penyampaian pesan moral
 Menunjuk objek

Aspek Penilaian Membaca Pada Siswa Kelas Rendah

 Pengenalan Abjad
 Pengenalan Kelas Kata
 Kecepatanmenyuarakan tulisan
 Kewajaran pelafalan
 Kewajaran intonasi
 Kelancaran
 Kejelasan
 Pemahaman Makna

3.2 Saran

Menyadari bahwa tim penulis masih jauh dari kata sempurna,


kedepannya kami akan lebih fokus dan rinci dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap tim penulis pembuat
isi makalah juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan

24
makalah yang telah di jelaskan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyediakan waktu untuk membaca makalah yang kami buat, agar
kedepannya lebih baik dan benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.
Aziz, Ari Roosdhiana. 2016. Evaluasi Pembelajaran Membaca Permulaan di Sekolah
Dasar Negeri 2 Jangkrikan Wonosobo Menggunakan Model Evaluasi CIPP.
Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. Diunduh dari laman
https://core.ac.uk/download/pdf/78033202.pdf pada 21 September
2020https://lobikampus.blogspot.com/2016/06/pembelajaran-menyimak-dan-
penilaiannya.html
Dahnianti ,Besse Ayus. Tahun tidak tercantum. Aspek-aspek Penilaian dan
Pengukuran Dalam Membaca. Jurnal Universitas Muhhammadiyah
Makkassar. Dikutip dari laman
https://www.academia.edu/32327995/ASPEK_ASPEK_PENILAIAN_DAN_
PENGUKURAN_DALAM_MEMBACA_BG_V_pdf pada 21 September
2020
Djuanda, Dada. 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar.Jurnal UPI Kampus Sumedang 2. Dikutip dari laman
http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_13-
April_2010/Penilaian__dalam_Pembelajaran_Bahasa_Indonesia_di_Sekolah_
Dasar-Dadan_Juanda.pdf pada 21 September 2020
https://lobikampus.blogspot.com/2016/06/pembelajaran-menyimak-dan-
penilaiannya.html
Iyosremana. 2012. Pengukuran Pemahaman Membaca. Dikutip dari laman
https://iyosrosmana.wordpress.com/2009/05/16/pengukuran-pemahaman-
membaca/ pada 21 September 2020

26
Fajrin, Rifan. 2016. Aspek penilaian pemblejaran membaca. Dikutip dari laman
http://www.rifanfajrin.com/2016/02/aspek-penilaian-pembelajaran-
membaca.html pada 21 September 2020
Melinda, Gita. 2009. Penilian pembelajran membaca. Dikutip dari laman
http://pemerhatipendidikangowa.blogspot.co.id/2009/12/penilaian-
pembelajaranmembaca_25.html pada 21 September 2020
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman. dan Pengembangan. Jakarta: Bina
Aksara.

27

Anda mungkin juga menyukai