Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fitratul A’yuniyah

NIM : 2111418034

Matkul : Etnolinguistik

KESIMPULAAN DISKUSI RELEVANSI ETNOLINGUISTIK DENGAN CABANG


KEILMUAN LAINNYA

Etnolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji bahasa dalam hubungannya


dengan kebudayaan (the study of speech and language within the context of culture) (Rokhman,
2005). Dapat dikatakan bahwa kajian yang ada dalam etnolinguistik memanfaatkan pendekatan
multidisiplin. Yakni antara lain linguistik, sosiologi, antropologi dan psikologi sosial. Istilah
etnolinguistik berasal dari kata “etnologi” dan “linguistik”, yang lahir karena adanya
penggabungan antara pendekatan yang biasa dilakukan oleh para ahli etnologi (kini: antropologi
budaya) dengan pendekatan linguistik (Ahimsa, 1997).

Etnolinguistik merupakan bidang studi terbentuknya kebudayaan dan keterkaitannya


dengan bahasa, serta bagaimana kebudayaan yang terbentuk tersebut terus-menerus mengalami
perubahan, baik secara disadari maupun tidak oleh para pendukung kebudayaan itu sendiri,
sebagaimana tercermin dari bahasa yang mereka gunakan (Ahimsa, 1997).

Linguistik Antropologi bersinonim atau yang berkesepadanan makna dengan


etnolinguistik. Menurut Kradilaksana (2001: 52) disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam
etnolinguistik dipelajari bahasa suku bangsa tertentu dalam kaitannya dengan budayanya.
Linguistik Antropologis diberi makna singkat 'linguistik yang bersifat keantropologian'.
Menurut Foley (2001: 3-5) linguistik antropologis adalah cabang linguistik yang dapat
digunakan untuk mempelajari bahasa dalam konteks sosial dan budaya daam arti yang luas.
Dengan linguistik antropoligis dapat digali makna tersembunyi yang berada di balik pemakaian
bentuk-bentuk kebahasaan dan pemakaian register yang berbeda-beda.

Persamaan etnolinguistik dengan sosiolinguistik dan dialektologi adalah ketiganya


merupakan studi tentang bahasa. Selain itu, kajian sosiolinguistik, dialektologi, dan
etnolinguistik sama-sama memiliki variasi bahasa berdasarkan sosial dan budaya. Kemudian
sosiolinguistik, dialektologi, dan etnolinguistik juga sama-sama membahas unsur kebahasaan,
seperti fonologi, sintaksis, morfologi maupun semantiknya. Persamaan etnolinguistik dengan
antropolinguistik yakni sama-sama menggunakan bahasa dan kebudayaan sebagai objek kajian.
Perbedaan dari empat cabang ilmu tersebut adalah kajian dialektologi lebih mementingkan
keadaan variasi bahasa yang ada, sedangkan kajian sosiolinguistik mengkaji proses munculnya
variasi bahasa, kajian antropolinguistik lebih fokus pada aspek budayanya daripada aspek
bahasa, dan etnolinguistik mengkaji fungsi dan pemakaian bahasa dalam konteks kebudayaan.

Adanya relevansi antara etnolinguistik dengan bidang komunikasi, memunculkan kajian


Etnografi Komunikasi yang dipelopori oleh Dell Hymes. Etnografi tutur (sebagai ilmu tentang
perilaku/behaviour) sendiri, termasuk ke dalam bagian dari etnografi komunikasi tersebut, seperti
yang telah dijelaskan pada materi yang diberikan sebelumnya. Etnografi komunikasi merupakan
perpaduan antara antropologi dan sosiolinguistik pada studi perilaku komunikatif sebagaimana
fungsinya dalam konteksnya (Emzir 2013: 176).

Pada awalnya oleh Dell H Hymes diistilahkan sebagai “etnografi berbahasa” pada tahun
1962. Namun seiring dengan perkembangan, Hymes kemudian memperbaharui kajian tersebut
menjadi "etnografi komunikasi", karena ia memandang bahwa esensi dalam berbahasa adalah
komunikasi. Sebab, suatu bahasa tidak akan memiliki makna jika tanpa ada komunikasia
didalamnya, dan bahasa tersebut tak akan berguna; bahkan bisa musnah jika tidak
dikomunikasikan.
Menurut Kuswarno (2008), etnografi komunikasi bertujuan untuk menghimpun data deskriptif
dan analisis terhadapnya tentang bagaimana makna-makna sosial dipergunakan (dalam konteks
komunikasi) atau ketika makna itu dipertukarkan.

Anda mungkin juga menyukai