Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Dasar Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu

empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah

mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada

di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu

yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat

dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa

dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).

menurut Fishman (1972), Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi–

fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah,

dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat.

Nababan (1989: 187) menjelaskan sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dalam

masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu sistem komunikasi masyarakat yang terdiri atas

lambang-lambang bunyi.

B. Ruang Lingkup Kajian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik mencakup dua hal yaitu bahasa dan masyarakat, karena pada hakikatnya

sosiolinguistik merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner dengan sosiologi. Jadi, ruang

lingkup sosiolinguistik adalah bahasa (dengan berbagai ragam, ciri, dan variasinya) dan

masyarakat dengan segala faktor, fungsi sosial, serta budaya.

Nababan (1986: 3) menyatakan bahwa ruang lingkup sosiolinguistik meliputi:


1. Mengkaji bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan

Sosiolinguistik mengkaji tentang bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan. Bahasa

merupakan bagian dari sistem sosial dan kebudayaan dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan.

Sistem sosial dan interaksi sosial di masyarakat terbentuk karena budaya, sedangkan bahasa

merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Oleh

karena itu, bahasa yang dikaji dalam sosiolinguistik tidak terlepas dari konteks sosial dan

budaya.

2. Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa dengan situasi

serta faktor-faktor sosial dan budaya.

Sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bahasa dalam konteks bahasa sebagai alat komunikasi,

akan tetapi bahasa secara menyeluruh yang meliputi faktor, ciri, dan ragam bahasa yang

kemudian dihubungkan dengan situasi sosial budaya yang ada pada saat itu. Dengan kata lain,

perubahan dan perkembangan faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa yang terjadi selalu

berhubungan dengan situasi dan faktor sosial budaya.

3. Mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat 

Sosiolinguistik erat kaitannya dengan sosiologi (masyarakat), sehingga bahasa sehari-hari yang

digunakan oleh masyarakat pun tidak lepas dari kajian sosiolinguistik. Setiap kelompok

masyarakat memiliki corak bahasa yang berbeda. Berbeda letak geografis wilayah akan

mempengaruhi penggunaan bahasa masyarakat tersebut. Selain itu, perbedaan kelas sosial,

profesi, pendidikan, juga berpengaruh terhadap bahasa yang digunakan.


C. Hubungan Sosiolinguistik dengan Ilmu Lain

Sosiolinguistik mengkaji bahasa, masyarakat, dan hubungan bahasa dengan masyarakat.

Cakupan sosiolinguistik akan semakin jelas jika dilihat hubungan sosiolinguistik denga ilmu lain

yang terkait. Ada 3 sub ilmu yang berkaitan dengan sosiolinguistik, antara lain:

1.       Sosiolinguistik dengan Ilmu Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan mausia sebagai individu ataupun

sebagai kelompok masyarakat. Dengan demikian objek kajian sosiologi adalah proses hubungan

antar manusia dalam masyarakat. Sumarsono dan Paina, (2002; 5) mengatakan bahwa sosiologi

mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota

masyarakat dan tingkah laku masyarakat. Sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam

hubungan dalam masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam arti sosiolinguistik

juga memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang. Sampai tahap tertentu sosiologi memang

menyentuh bahasa. Objek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan

tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan objek utama sosiolinguistik adalah

variasi bahasa, bukan masyarakat.

Sumarsono dan Partana (2004: 5-7) mengemukakan persamaan sosiolingguistik dengan

sosiologi sebagai berikut:

a.    Memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu.

b.    Menggunakan metode kuantitaif dengan teknik sampling random atau acak

c.    Menggunakan metode wawancara, rekaman, dan pengumpulan dokumen

d.    Pengolahan data menggunakan metode deskriptif.

e.    Keduanya memiliki hubungan simbiosis mutualisme (timbal balik) sebagai berikut:


1)   Data sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi barometer

untuk sosiologi.

2)   Aspek sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu

Masyarakat.

3)   Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan

penegetahuan mengenai sosiologi.

Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam mengklasifikasi strata

sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam

masyarakat Amerika dalam tingkat sosial yang berbeda.

2.       Sosiolinguistik dengan Linguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu yang   mengkaji   linguistik yang dihubungkan dengan

faktor sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik.  Apa yang

dikaji dalam   linguistik dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan

penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Kajian mengenai fonologi, morfologi,

struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk

mengungkap struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan

konteksnya.

Sosiolinguistik mengkaji wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar

bahasa (sosial),  yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga  ditentukan oleh faktor di luar

bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna  bahasa sangat diperlukan pengetahuan

tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang di lakukan dengan dasar

sosiolinguistik tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri (Sumarsono dan Partana, 2004: 7-9).
3.        Sosiolinguistik dengan Dialektologi

Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari variasi bahasa atau berbagai dialek bahasa yang

tersebar di berbagai wilayah dengan tujuan mencari hubungan kekerabatan. Dialektologi

memiliki persamaan dengan sosiolinguistik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Sumarsono dan Partana (2004: 9-11) bahwa persamaan tersebut terletak pada penggunaan

metode dalam penelitian keduanya sama-sama menggunakan metode komparatif. Sedangkan

segi perbedannya, sosiolinguitik menelaah tentang pergeseran bahasa, variasi bahasa, dengan

menitikberatkan pada batas-batas kemasyarakatan (usia, jenis kelamin, status sosial, lapisan

sosial dan sebagainya) bukan atas dasar batas-batas regional, objek dialektologi yang menelaah

asal muasal bahasa atau hanya berfokus pada dialek regional yang didasarkan atas batas-batas

wilayah alam.

4.        Sosiolinguistik dengan Retorika

           Retorika diartikan sebagai kajian tentang tutur terpilih (slected speech), seperti gaya

bahasa (style). Dalam hal ini kaitan antara sosiolinguistik dan retorika, penutur dalam

memilih style tidak hanya dilihat dari apa yang ingin dikatakan atau bentuk – bentuk bahasa

yang ingin dikeluarkan (seperti yang dikaji retorika) tapi juga dengan siapa ia akan bertutur pada

situasi apa serta atau harus memperhatikan konteks pertuturan. Selain itu kesejajaran diantara

keduanya adalah variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Namun, pada dimensi

sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja namun dikaitkan

dengan faktor yang menyebabkan munculnya bentuk bahasa tersebut.


4.        Sosiolinguistik dengan Psikologi

Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai

ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik bukanlah

ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara berpikir

manusia. Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan. Mulai menangis (tangis

bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan. Kesemuanya diikuti

atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya. Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi

sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai dengan

tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan manula. Dari

sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita.

Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep ini,

sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin.

4.        Sosiolinguistik dengan Antropologi

Antropologi mempelajari manusia dan kebudayaan, system kemasyarakatan. Antropologi

adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas yang mencakup hal-hal

seperti kebiasaan, adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi, teknologi, dan bahasa (sumarsono

dan Paina, (2002: 13).

Hubungan antara sosiolinguistik dengan antropologi, bahwa bagi antropologi, bahasa

sering kali dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri sekelompok orang berdasarkan etnik.

Setiap etnik akan berkomunikasi denggan etnik lain. Dengan bahasa masyarakat kita dapat

mempelajari kebudayaan. (Sumarsono dan Paina, 2003:13).


Demikian keterkaitan sosiolinguistik dengan ilmu lain yang dapat memberikan gambaran secara

ringkas tentang komonikasi antar masyarakat dari sudut sosiologi, pragmatik dan antropologi

D. Manfaat Sosiolinguistik

Sosiolinguistik memberikan pengetahuan bagaimana cara menggunakan bahasa. Sosiolinguistik

menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti

dirumuskah Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah, ”who

speak, what language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fishman itu dapat kita

jabarkan manfaat atau kegunaan sosiolinguistik bagi kehidupan praktis.

Pengetahuan sosiolinguistik dapat dimanfaatkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi.

Sosiolinguistik memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan

bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan

orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan

ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika

kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda pula

terhadap guru, terhadap teman sekelas, atau terhadap sesama murid yang kelasnya lebih tinggi.

Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada di dalam

mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan sepak bola.

Anda mungkin juga menyukai