Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah
mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada
di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu
yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat
dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).
menurut Fishman (1972), Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi–
fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah,
masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu sistem komunikasi masyarakat yang terdiri atas
lambang-lambang bunyi.
Sosiolinguistik mencakup dua hal yaitu bahasa dan masyarakat, karena pada hakikatnya
sosiolinguistik merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner dengan sosiologi. Jadi, ruang
lingkup sosiolinguistik adalah bahasa (dengan berbagai ragam, ciri, dan variasinya) dan
Sosiolinguistik mengkaji tentang bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan. Bahasa
merupakan bagian dari sistem sosial dan kebudayaan dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Sistem sosial dan interaksi sosial di masyarakat terbentuk karena budaya, sedangkan bahasa
merupakan sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Oleh
karena itu, bahasa yang dikaji dalam sosiolinguistik tidak terlepas dari konteks sosial dan
budaya.
Sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bahasa dalam konteks bahasa sebagai alat komunikasi,
akan tetapi bahasa secara menyeluruh yang meliputi faktor, ciri, dan ragam bahasa yang
kemudian dihubungkan dengan situasi sosial budaya yang ada pada saat itu. Dengan kata lain,
perubahan dan perkembangan faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa yang terjadi selalu
Sosiolinguistik erat kaitannya dengan sosiologi (masyarakat), sehingga bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh masyarakat pun tidak lepas dari kajian sosiolinguistik. Setiap kelompok
masyarakat memiliki corak bahasa yang berbeda. Berbeda letak geografis wilayah akan
mempengaruhi penggunaan bahasa masyarakat tersebut. Selain itu, perbedaan kelas sosial,
Cakupan sosiolinguistik akan semakin jelas jika dilihat hubungan sosiolinguistik denga ilmu lain
yang terkait. Ada 3 sub ilmu yang berkaitan dengan sosiolinguistik, antara lain:
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan mausia sebagai individu ataupun
sebagai kelompok masyarakat. Dengan demikian objek kajian sosiologi adalah proses hubungan
antar manusia dalam masyarakat. Sumarsono dan Paina, (2002; 5) mengatakan bahwa sosiologi
mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota
masyarakat dan tingkah laku masyarakat. Sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam
hubungan dalam masyarakat, memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam arti sosiolinguistik
juga memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang. Sampai tahap tertentu sosiologi memang
menyentuh bahasa. Objek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan
tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan objek utama sosiolinguistik adalah
a. Memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu.
untuk sosiologi.
Masyarakat.
3) Bahasa yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan
sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam
penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Kajian mengenai fonologi, morfologi,
struktur kalimat, dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk
konteksnya.
bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh faktor di luar
bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat diperlukan pengetahuan
tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian yang di lakukan dengan dasar
sosiolinguistik tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri (Sumarsono dan Partana, 2004: 7-9).
3. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi merupakan ilmu yang mempelajari variasi bahasa atau berbagai dialek bahasa yang
memiliki persamaan dengan sosiolinguistik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumarsono dan Partana (2004: 9-11) bahwa persamaan tersebut terletak pada penggunaan
segi perbedannya, sosiolinguitik menelaah tentang pergeseran bahasa, variasi bahasa, dengan
menitikberatkan pada batas-batas kemasyarakatan (usia, jenis kelamin, status sosial, lapisan
sosial dan sebagainya) bukan atas dasar batas-batas regional, objek dialektologi yang menelaah
asal muasal bahasa atau hanya berfokus pada dialek regional yang didasarkan atas batas-batas
wilayah alam.
Retorika diartikan sebagai kajian tentang tutur terpilih (slected speech), seperti gaya
bahasa (style). Dalam hal ini kaitan antara sosiolinguistik dan retorika, penutur dalam
memilih style tidak hanya dilihat dari apa yang ingin dikatakan atau bentuk – bentuk bahasa
yang ingin dikeluarkan (seperti yang dikaji retorika) tapi juga dengan siapa ia akan bertutur pada
situasi apa serta atau harus memperhatikan konteks pertuturan. Selain itu kesejajaran diantara
keduanya adalah variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Namun, pada dimensi
sosiolinguistik tidak hanya mengkaji bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja namun dikaitkan
Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan dengan psikologi dan dipandang sebagai
ilmu yang tidak independen. Lebih jauh Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik bukanlah
ilmu yang berdiri sendiri. Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara berpikir
manusia. Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan. Mulai menangis (tangis
bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk, merangkak, dan berjalan. Kesemuanya diikuti
atau sejalan dengan perkembangan kebahasaannya. Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi
sebagai variasi bahasa dilihat dari segi usia penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai dengan
tingkat perkembangannya). Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan manula. Dari
sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan wanita.
Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer konsep ini,
sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau jenis kelamin.
adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas yang mencakup hal-hal
seperti kebiasaan, adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi, teknologi, dan bahasa (sumarsono
sering kali dianggap sebagai ciri penting bagi jati diri sekelompok orang berdasarkan etnik.
Setiap etnik akan berkomunikasi denggan etnik lain. Dengan bahasa masyarakat kita dapat
ringkas tentang komonikasi antar masyarakat dari sudut sosiologi, pragmatik dan antropologi
D. Manfaat Sosiolinguistik
menjelaskan bagaimana menggunakan bahasa itu dalam aspek atau segi sosial tertentu, seperti
dirumuskah Fishman (1967:15) bahwa yang dipersoalkan dalam sosiolinguistik adalah, ”who
speak, what language, to whom, when, and to what end”. Dari rumusan Fishman itu dapat kita
bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan
orang tertentu. Jika kita adalah anak dalam suatu keluarga, tentu kita harus menggunakan
ragam/gaya bahasa yang berbeda jika lawan bicara kita adalah ayah, ibu, kakak, atau adik. Jika
kita seorang murid, tentu kita harus menggunakan ragam/gaya bahasa yang berbeda pula
terhadap guru, terhadap teman sekelas, atau terhadap sesama murid yang kelasnya lebih tinggi.
Sosiolinguistik juga akan menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada di dalam
mesjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan sepak bola.