Anda di halaman 1dari 9

Diversitas Bahasa Kaula Muda Di Jakarta Selatan

Oleh :

Kamila Zahra Hapsari

225110407111009

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
PENDAHULUAN

Sosiolinguistik berasal dari kata “socio” dan “linguistics”. Sosial adalah kata yang sama dengan
sosial, yang dikaitkan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan
membahas bahasa, khususnya unsur-unsurnya dan hubungan antar unsur-unsur tersebut. Jadi,
sosiolinguistik adalah disiplin ilmu yang mempelajari teori hubungan antara masyarakat dan
bahasa. Berdasarkan pengetahuan sebelumnya, sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek
sosial bahasa, khususnya perbedaan linguistik yang berkaitan dengan faktor sosial (Nababan
1993:2).

Dari beberapa pernyataan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik tidak hanya
mempelajari bahasa tetapi juga aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Sosiolinguistik
adalah bidang interdisipliner antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang terkait
erat. Sosiologi adalah studi objektif dan ilmiah tentang orang-orang dalam masyarakat dan
institusi serta proses sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu
bagaimana masyarakat muncul, terjadi, dan terus ada.

Dengan mempelajari institusi dan proses sosial dan semua masalah sosial masyarakat, Anda akan
belajar bagaimana orang beradaptasi dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi
dan memposisikan diri pada tempatnya sendiri di masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu
yang mempelajari bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai tujuan penelitian.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang keilmuan
interdisipliner yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan bahasa dan
penggunaan bahasa yang bersangkutan dalam masyarakat (Chaer dan Agustina 2003:2). Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner bahasa yang
berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungannya masing-masing.

Selain sosiolinguistik, istilah sosiolinguistik juga digunakan. Banyak orang menganggap kedua
istilah ini sama, namun ada pula yang menganggapnya berbeda. Dikatakan bahwa istilah
sosiolinguistik digunakan karena kajiannya masuk ke dalam bidang linguistik dan kajian ke
dalam bidang sosiologi menggunakan sosiologi bahasa. Fishman (dalam Chaer 2003: 5)
mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif.
Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian penggunaan bahasa yang
sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan
penutur, topic, latar pembicaraan. Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai
sistem sosial dan sistem komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang
terjadi dalam situasi konkrit. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik berarti mempelajari tentang bahasa yang digunakan dalam daerah tertentu atau
dialek tertentu.

Ditinjau dari nama, sosiolingustik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan
linguistik adalah kajian bahasa.Jadi kajian sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang
dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (Sumarsono 2004:1). Berdasarkan beberapa uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa
yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat tertentu.

Sosiolinguistik cenderung memfokuskan diri pada kelompok sosial serta variabel linguistik yang
digunakan dalam kelompok itu sambil berusaha mengkorelasikan variabel tersebut dengan unit-
unit demografik tradisional pada ilmu-ilmu sosial, yaitu umur, jenis kelamin, kelas sosio-
ekonomi, pengelompokan regioanal, status dan lain- lain. Bahkan pada akhir-akhir ini juga
diusahakan korelasi antara bentuk-bentuk linguistik dan fungsi- fungsi sosial dalam interaksi
intra-kelompok untuk tingkat mikronya, serta korelasi antara pemilihan bahasa dan fungsi
sosialnya dalam skala besar untuk tingkat makronya (Ibrahim, 1995:4). Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang
memfokuskan diri pada kelompok sosial serta variabel linguistik.

Alwasilah (1993:3-5) menjelaskan bahwa secara garis besar yang diselidiki oleh sosiolingustik
ada lima yaitu macam-macam kebiasaan (convention) dalam mengorganisasi ujaran dengan
berorientasi pada tujuan-tujuan social studi bagaimana norma- norma dan nilai- nilai sosial
mempengaruhi perilaku linguistik. Variasi dan aneka ragam dihubungkan dengan kerangka sosial
dari para penuturnya, pemanfaatan sumber-sumber linguistik secara politis dan aspek- aspek
sosial secara bilingualisme.
Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial
perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perilaku bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa,
perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa. Dalam sosiolingustik ada kemungkinan orang
memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi bisa juga
berlaku sebaliknya mulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala
kemasyarakatan.

Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakian data kebahasaan dan menganalisis kedalam ilmu-
ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya mengacu kepada data
kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik.

Sebagai anggota masyarakat sosiolinguistik terikat oleh nilai-nilai budaya masyarakat, termasuk
nilai-nilai ketika dia menggunakan bahasa. Nilai selalu terkait dengan apa yang baik dan apa
yang tidak baik, dan ini diwujudkan dalam kaidah- kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tapi
dipatuhi oleh warga masyarakat. Apa pun warna batasan itu, sosiolinguistik itu meliputi tiga hal,
yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasadan masyarakat. Berdasarkan batasan-
batasan tentang sosiolinguistik di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik itu meliputi tiga
hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik
membahas atau mengkaji hubungan bahasa dengan pemakai bahasa sebagai anggota masyarakat.
Bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi antar anggota masyarakat, bertukar
pikiran dan berinteraksi antar individu.

ISI
A. Sasaran Analisis

Belakangan ini masyarakat indonesia sedang marak dan populer dengan fenomena bahasa Anak
Jakarta Selatan khususnya di lingkungan para remaja. Fenomena ini menunjuk pada kebiasaan
Anak Jakarta Selatan yang berinteraksi dengan mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris. Hal ini menunjukkan adanya proses perkembangan bahasa dan fenomena ini tidak bisa
dihindari. Hal ini diungkapkan oleh Poedjosoedarmo (2009) proses perubahan bahasa ada dua
macam, yaitu perubahan internal yang terjadi karena sistem gramatikanya dan perubahan
eksternal yang disebabkan karena datangnya pengaruh bahasa lain.

Maka dari itu fenomena bahasa Anak Jakarta Selatan terjadi karena masuknya pengaruh bahasa
Inggris dalam dalam kehidupan mereka dan fenomena ini disebut code mixing. Menurut
Muysken (2000), disebutkan bahwa code mixing adalah dua bahasa yang digunakan dalam satu
kalimat dimana tata bahasa dan leksikal tidak ada dalam topik. Gaya berbahasa ini sangat viral
dalam lingkungan Anak Jakarta Selatan karena mereka menggunakannya dalam komunikasi
sehari- harinya. Mereka menggunakan bahasa ini di tempat kerja, lingkungan sekolah, tempat
tongkrong, atau bahkan di media sosial mereka.

Ada berbagai sudut pandang mengenai penggunaan bahasa Anak Jakarta Selatan. Sisi positif dari
penggunaan bahasa ini adalah secara tidak langsung membuat penggunanya berlatik untuk
mempraktekkan bahasa inggris dalam komunikasi harian mereka walaupun tidak dalam 1 kalimat
utuh. Maka ini menjadi salah satu alternatif buat kalangan remaja untuk melek dalam berbahasa
asing khususnya bahasa Inggris. Crystal (2000) menyatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa
Global. Pernyataan ini mewakili makna bahwa bahasa Inggris digunakan oleh berbagai bangsa
untuk berkomunikasi dengan bangsa di seluruh dunia. Sehingga bahasa Inggris adalah salah satu
bahasa internasional sekaligus bahasa global. Terlebih Indonesia sedang memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA yang mengharuskan kaum penerus untuk bisa
berbahasa Inggris secara aktif maupun pasif untuk dapat berkomunikasi antar negara ASEAN
khususnya.

Namun di sisi lain terdapat dampak negatif dari penggunaan bahasa ini. Bahasa Anak Jakarta
Selatan dapat mengganggu penggunaan bahasa yang baik dan benar entah disisi penggunaan
bahasa Indonesia ataupun penggunaan bahasa Inggris. Pencampuran satu bahasa dalam bahasa
lain oleh pembicara dalam komunikasi disebut code mixing. Menurut Gumperz (1977), code
mixing adalah bagian dari satu bahasa oleh seorang pembicara sementara pada dasarnya
menggunakan bahasa lain. penggunaan code mixing ini berdampak buruk karena pengguna
menggunakan kosakata bahasa Indonesia dengan kosakata bahasa Inggris secara asal tanpa
melihat konteks penggunaan kosakata tersebut dalam kalimat.
Media sosial adalah salah satu yang membuat gaya bahasa Anak Jakarta Selatan ini menjadi
terkenal luas khususnya di daerah Jakarta Selatan sehingga berdampak meningkatnya jumlah
penuturnya. Salah satu media sosial yang membuat gaya bahasa Anak Jakarta Selatan ini viral
adalah twitter. Madcoms (2010) berpendapat bahwa twitter merupakan salah satu dari sekian
banyak media sosial yang menarik perhatian pengguna internet. Hal tersebut disebabkan
penggunaannya yang mudah guna saling bertukar informasi sehingga setiap individu di planet ini
dapat saling terhubung. Terlebih twitter memungkinkan pengguna memposting status, mengikuti
akun lain, dan berinteraksi dengan pengguna lain. Dimana media sosial ini sangat populer
dikalangan artis dan tokoh masyarakat sehingga menarik minat kalangan remaja untuk
mengikutinya. Melalui twitter anak-anak muda saling berinteraksi sehingga memungkinkan
terjadinya pertukaran budaya berbahasa dan salah satunya adalah gaya berbahasa Anak Jakarta
Selatan. Sehingga penyebaran gaya bahasa Anak Jakarta Selatan menjadi sangat cepat.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kosakata bahasa Inggris apa saja yang sering
dipakai dalam code mixing dan code switching mereka serta menganalisis apakah penggunaan
kosakata bahasa inggris ini telah ditempatkan dalam konteks yang tepat dan benar dalam struktur
pola kalimat bahasa Indonesia.

B. Contoh transkip dialog :

Grace: “Eh beb, you know what? Ujian akhir kita diundur tau, tapi alasan dosennya kaga jelas
banget”

Stefani:”Really? Padahal gue udah spend many time to prepare ujian mata kuliah ini”

Grace: “Same here, gue make sure banget kalau gue ngerti materinya. Malah tiba-tiba batal for no
reason. Actually gue turn off langsung sih.”

Santi: “Halo Grace halo Stefani, aku denger kalian lagi ngebahas soal ujian yang dibatalin ya? Itu
beneran engga ya?”
Grace: “Eh Santi, iya san kabar ini aku denger sendiri dari dosen terkait. Jadi siap-siap ajasih buat
dapet jadwal baru yang dadakan”

Stefani: “Iyasih kita harus siap-siap aja sama semua kemungkinan yang terjadi”

C. Pembahasan

Kegiatan analisis ini menggunakan metode kualitatif deskritif. Menurut Poerwandari (2005),
penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip
wawancara dan observasi. Maka pengambilan data penelitian ini dengan cara mencatat semua
data yang muncul dalam percakapan sehari-hari yang berhubungan dengan topik yang dianalisis.

Permasalahan yang menjadi fokus dalam kegiatan analisis ini yaitu penggunaan kosakata bahasa
inggris apa saja yang dipakai dalam bahasa Anak Jakarta Selatan dalam percakapan sehari-hari.

Maka dari itu subjek kegiatan analisis ini adalah sepenggal percakapan mahasiswi Jakarta Selatan
dan mahasiswi di luar Jakarta Selatan. Beberapa dialog ada yang menggunakan bahasa Anak
Jakarta Selatan yang khas dengan mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.
Sebagai contoh dalam dialog “Same here, gue make sure banget kalau gue ngerti materinya.
Malah tiba-tiba batal for no reason. Actually gue turn off langsung sih.” Dialog ini menerapkan
code mixing karena mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Selain itu ada beberapa pendapat mengapa orang-orang memakai code mixing. Menurut
Fahruddiningrum (2019) ketika pembicara memilih code mixing dalam percakapan, ini tidak
berarti pengguna menyampaikan komunikasi yang tidak jelas tetapi itu merupakan salah satu cara
untuk membuat pesan menjadi lebih jelas. Terlebih Wilujeng R. Mujiono & M. Suharto (2017)
mngemukakan orang-orang memiliki alasan khusus mengapa mereka harus mencampur bahasa
seperti mengambil alih, menyesuaikan diri, mendapatkan sesuatu, mengatakan sesuatu secara
rahasia dan untuk membantu menyampaikan pemikiran. Fahrurrozy (2015), menambahkan
bahwa menggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menjadi salah satu teknik untuk
membuat pendengar memahami materi.
Dikarenakan diantara mereka ada mahasiswi yang berasal dari luar Jakarta Selatan, saat
berinteraksi yang sebelumnya mereka menggunakan tata bahasa khas kaula muda Jakarta Selatan
langsung mengubahnya menjadi bahasa indonesia yang digunakan sehari-hari hampir di segala
daerah agar interaksi lebih berjalan dengan optimal. Karena tidak semua bagian masyarakat
Indonesia mengerti dengan tata bahasa kaula muda di Jakarta Selatan. Hal ini termasuk pada
penerapan code switching.

Pada kegiatan analisis ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan
data yang peneliti memperoleh sebagai hasil suatu penelitian. Dengan menggunakan metode ini,
maka analisis ini akan mendapatkan data secara utuh dan dapat dideskripsikan dengan jelas
sehingga hasil penelitian ini benar-benar sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.

KESIMPULAN

Kesimpulannya dari analisis di atas adalah lebih banyak kaula muda di Jakarta Selatan yang
menggunakan code mixing dan code switching atau dalam konteks ini adalah bahasa Anak
Jakarta Selatan yang tepat dalam mengaplikasikan kosakata atau ungkapan bahasa Inggris ke
dalam pola kalimat bahasa Indonesia daripada yang tidak. Maka dari itu dapat disimpulkan
pengguna bahasa Anak Jakarta Selatan adalah pengguna bahasa Inggris dan bahasa Indonesia
yang bak karena mampu menggabungkan dua bahasa bahasa yang berbeda ke dalam satu kalimat
tanpa merusak pola kalimat bahasa utamanya. Penulis berharap analisis ini dapat bermanfaat
untuk mengembangkan penelitian yang lebih lanjut terutama tentang latar belakang penggunaan
code mixing dan code switching dalam kegiatan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinhome.id/info-area/jakarta-selatan/

https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/semnalisa/article/download/2336/1771/5220
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/article/download/2262/1672/

https://yoursay.suara.com/amp/lifestyle/2022/01/04/075155/fenomena-bahasa-jaksel-yang-lazim-
dipakai-anak-muda

Anda mungkin juga menyukai