A. Muqaddimah
Al-Qur’an> diturunkan di tengah-tengah masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang mengakar. Historisitas al-Qur’an> tidak turun dalam ruang
hampa (tanpa konteks). Sebagai pesan Allah, wahyu memiliki objek sasaran
dan tujuan. Melepaskan wahyu dari konteks sosial budaya adalah mengabaikan
sisi historisitas dan realitas. Para ahli Al-Qur’an> juga mengakui keterkaitan
wahyu dan konteks dengan memunculkan konsep Makiyah-Madaniyah ,
Asbab> al-Nuzul> , dan Nas>ikh Mansuk>h . Dialektika al-Qur’an> dengan
kultur budaya Arab lokal tidak hanya berlaku dalam sisi muatannya, tetapi juga
terjadi pada sisi jenis dan style bahasanya.
Hipotesa di atas secara implisit menyatakan bahwa al-Qur’an> memiliki
keterkaitan yang sangat erat dengan basis kultur bahasa masyarakat Arab.
Memahami basis kultur bahasa masyarakat Arab menjadi hal penting untuk
diperhatikan manakala hendak mengkaji al- Qur’an>. Ini dilakukan untuk
mengungkap spesifikasi bahasa al-Qur’an> tanpa mengesampingkan basis
kultur bahasa induknya sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam.
Logika dialektika al-Qur’an> dan budaya Arab juga tampak jelas melalui
konsep wahyu sebagai konsep sentral di dalam al-Qur’an> serta karakteristik
bahasa yang membangunnya melalui puisi dan sajak. Konsep ini bahkan
meneguhkan pernyataan al-Qur’an> sendiri, yaitu bahwa bahasa Arab
merupakan acuan bahasanya.
Dengan demikian jelas sekali bahwa bahasa al-Qur’an memang benar-
benar searah dengan keadaan sosial bangsa arab yang notabennya sebagai
tempat dimana al-Qur’an diturunkan. Meskipun pada kenyataanya bahasan al-
Qur’an tidak serta merta hanya membahas tentang orang arab saja. Seperti
contoh surat Ar-Rumm, secara nama, surat ini bernama Ar-Rumm yang
memiliki arti Bangsa romawi, yang secara sosio-kultural maupun sosio-historis
tidak berhubungan dengan bangsa arab.
2
B. Teori sosiolinguistik
1. Pengertian sosiolinguistik
Bahasa merupakan aspek gejala sosial dalam kehidupan manusia.
Mengingat bahasa merupakan gejala sosial, tentu saja faktor- faktor
nonlinguistik atau faktor eksternal bahasa sangat berpengaruh terhadap
pemakaian bahasanya. Faktor-faktor nonlinguistik tersebut misalnya faktor-
faktor sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis kelamin, umur, dan
sebagainya. Faktor-faktor nonlinguistik yang lain adalah faktor situasional,
yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa pembicaraan itu
diselenggarakan, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa
pembicaraan itu. Hal-hal tersebut terbungkus dalam naungan disiplin ilmu
sosiolinguistik.1
Sosiolinguistik sendiri bersasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”.
Sosio sama dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat.
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membicarakan bahasa
khususnya unsur- unsur bahasa dan antara unsur- unsur itu.Jadi,
sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan
masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian sebelumnya,
sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek
kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang terdapat
dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan.2
Nababan mengatakan bahwa sosiolinguistik merupakan pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan. Dalam hal ini bahasa berhubungan
erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subjek, atau pelaku berbahasa
dengan bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang
satu dengan yang lain.3 Yang dimaksud dimensi masyarakat, adalah
berbagai aspek kehidupan manusia yang meliputi agama, pendidikan,
1
Suwito. Pengantar Awal Sosiolinguistik, Teori dan Problema (Surakarta: Henary Offset
1983), 8.
2
Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), 2.
3
Nababan, P.W.J. Sosiolinguisti: Suatu Pengantar , cet. II (Jakarta: PT Gramedia, 1990),
18.
3
4
David Crystal, An Encyclopedic Dictionary of Language and Language (New York:
Penguin Books, 1994), 357.
5
Abdul Ngalim, Wacana Khas Komunikasi Promosi Perbankan dalam Kajian
Sosiolinguistik, cet. I (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2011), 11.
6
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik. Edisi Ketiga, cet. I (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1993), 200.
4
bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap
bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa. Sumarsono juga
menjelaskan, bahwa pandangan tersebut mengarah ke bidang sosioligi
daripada ke linguistik.7 Memang ada dua kemungkinan, sosiolinguistik
kemungkinan memulai dari masalah sosial dikaitkan dengan bahasa, atau
sebaliknya memulai dari bahasa dikaitkan dengan fenomena kebahasaan.
Dengan demikian, dalam kajian sosiolinguistik menunjukkan adanya realita,
bahwa bahasa memiliki multifungsi (multifunction). Artinya, tidak ada
bidang ilmu yang tidak memerlukan bahasa. Bahasa Indonesia, sebagai
bahasa nasional, berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-
mengajar dan dalam karya tulis ilmia. Dengan demikian, penulis ilmiah
berbahasa Indonesia,baik yang mengkaji materi bahasa Indonesia, maupun
yang mengkaji materi bidang ilmu yang lain harus menerapkan kaidah
bahasa Indonesia yang standar dalam tukisan. Yang dikaji dalam
sosiolinguistik, pada umumnya berupa karakter bahasa khusus, dan sifat
masyarakat yang berbeda-beda.
Secara umum, sosiolinguistik didefinisikan sebagai suatu cabang
kajian linguistik yang membahas bahasa dalam hubungannya dengan faktor
kehidupan masyarakat, yang heterogen meliputi kelas sosial, tingkat
pendidikan, agama dan sebagainya.
Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakian data kebahasaan dan
menganalisis kedalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial,
dan sebaliknya mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke
dalam linguistik. Misalnya orang bisa melihat dulu adanya dua ragam
bahasa yang berbeda dalam satu bahasa kemudian mengaitkan dengan
gejala sosial seperti perbedaan jenis kelamin sehingga bisa disimpulkan,
misalnya ragam (A) didukung oleh wanita ragam (B) didikung oleh pria
dalam masyarakat itu. Atau sebaliknya, orang bisa memulai dengan
memilah masyarakat berdasarkan jenis kelamin menjadi pria- wanita,
7
Sumarsosno. Sosiolinguistik. Cetakan VII.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar-Sabda, 2011).2
5
kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang bisa dipakai wanita atau
tutur yang bisa dipakai pria.
Trudgill mengungkapkan sosiolinguistik adalah bagian dari
linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala
kebudayaan.Bahasa bukan hanya dianggap sebagai gejala sosial melainkan
juga gejala kebudayaan. Implikasinya adalah bahasa dikaitkan dengan
kebudayaan masih menjadi cakupan sosiolinguistik, dan ini dapat
dimengerti karena setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan tertentu.8
Sebagai anggota masyarakat, sosiolinguistik terikat oleh nilai-nilai
budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika dia menggunakan bahasa.
Nilai selalu terkait dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan ini
diwujudkan dalam kaidah- kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tapi
dipatuhi oleh warga masyarakat. Apa pun warna batasan itu, sosiolinguistik
itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa
dan masyarakat.
Berdasarkan batasan-batasan tentang sosiolinguistik di atas dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa,
masyarakat, dan hubungan antara bahasa dengan masyarakat.
Sosiolinguistik membahas atau mengkaji bahasa sehubungan dengan
penutur ,bahasa sebagai anggota masyarakat. Bagaimana bahasa itu
digunakan untuk berkomunikasi antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya untuk saling bertukar pendapat dan berinteraksi antara
individu satu dengan lainnya.
2. Sosiolinguistik Al-Qur’an
Bahasa al-Qur`an memiliki hakikat yang khusus, berbeda dengan
bahasa-bahasa yang lain. Karena bahasa al-Qur`an bukan hanya mengacu
pada dunia empiris semata, melainkan juga mengatasi ruang dan waktu,
bersifat metafisik dan Ilahiyah. Al-Qur’an memiliki keindahan uslub,
mengandung kabar-kabar dan hukum-hukum serta agama-agama yang telah
8
Sumarsosno. Sosiolinguistik. Cetakan VII.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar-Sabda, 2011).3
6
dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, melainkan dari
prediksi yang dapat dipakai baik oleh lambang maupun oleh makna yang
dimaksudkan oleh ungkapan kebahasaan itu. 12
a) Majaz
Majaz secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab المجاز, bentuk masdar
(infinitif) dari kata جاز. Sedangkan secara terminologis para ulama telah
banyak mendefinisikannya dengan beberapa pendapat, diantaranya :13
12
Wahab, Abdul. Isu Linguistik Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Surabaya: Airlangga
University Press, 1998).65
13
Abdullah As-Sudais , Al-Majaaz 'Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani'iin, ,
(Al-Maktabah Asy-Syaamilah, tt). 7
14
Abdullah As-Sudais , Al-Majaaz 'Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani'iin, ,
(Al-Maktabah Asy-Syaamilah, tt). 8
8
Contoh:
b) Tasybih
Tasybih secara bahasa artinya menyerupakan Dalam istilah balaghah,
tasybih adalah : “menyamakan satu hal dengan hal lain dengan
menggunakan perangkat (sarana) tasybih untuk mengumpulkan
keduanya”. Tasybih juga dapat di artikan : “menyerupakan dua perkara
atau lebih yang memiliki kesamaan sifat karena ada tujuan yang di
kehendaki oleh penutur”. Melalui pengantar tentang tasybih, berikut ini
adalah rukun/unsur penting dalam tasybih, keberadaan masing-masing
unsure akan sangat penting untuk mensinergikan sebuah ungkapan.
Dengan istilah lain, bahwa unsure ini akan selalu ada dalam gaya bahasa
tasybih baik secara eksplisit maupun implicit. Dan rukun tersebut adalah
sebagai berikut : 1. Al-Musyabbah (sesuatu yang di bandingkan dengan
sesuatu lainnya karena ada persamaan sifat antara keduanya) 2. Al-
Musyabbah bih (sesuatu yang sifatnya di jadikan perbandingan) 3. Adat
al-Tasybih (perangkat untuk menggabungkan dua persamaan sifat yang
ada) 4. Wajh al-Syibh (kesamaan sifat yang di perbandingkan) 16
15
al-Haashimy, Ahmad. Jawaahir al-Balaaghah fii al-Ma’aany wa al-Bayaan wa al-Bady’.
(Jakarta: Maktabah Daar Ihyaa‟ al-Kutub al-‟Arabyyah, 1990) 291
16
Rasyid, Mohammed, Al-Madkhal fi -ilm Al-Balaghah, (Maktabah Dār al-Fikr, Lebanon)
47
9
c) Kinayah
Kinayah secara etimologis berasal dari kata bahasa arab الكناية, bentuk
masdar (infinitif) dari kata َكنَى. Sedangkan secara terminologis kinayah
adalah suatu lafadz yang diungkapkan dengan menitikberatkan kepada
makna seharusnya beserta membolehkan penyebutan makna aslinya.18
Menurut al Hasyimi kinâyah secara leksikal bermakna tersirat.
Sedangkan secara terminologi kinâyah adalah suatu ujaran yang
maknanya menunjukkan pengertian pada umumnya (konotatif), akan
tetapi bisa juga dimaksudkan untuk makna denotatif. Sedangkan al-
Jahidz (255 H.) mendefinisikan kinâyah dengan makna yang tersirat.
Dalam pandangannya, kinâyah merupakan kebalikan dari fasahah dan
sarih (kata-kata yang jelas maknanya).19
17
Badawi, Ahmad Ahmad. Min Balaghah Al-Qur`an. (Kairo: Dar al- Nahdlah, 1950) 190
18
Muhammad Abdulmun'im Al-Qoi'ii ,Al-Ashlaan Fi 'Ulum Al-Qur'an, (Dar Al-Mun'im
Al-Qoi'ii, cet IV, 1996).314
19
Hasyimy, Ahmad Jawahirul- Balaghah, (Indonesia : Maktabah Dar Ihya -Kutubil
Arabiyyah, 1960 ) 345
10
b) Analisis
20
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004).142
11
Ayat ini berbicara tentang kekalahan bangsa romawi, dimana telah terjadi
peperangan antara bangsa romawi dengan bangsa Persia. Dalam
peperangan tersebut, bangsa romawi dikalahkan oleh bangsa Persia.
Akan tetapi dilihat dari background keduanya, yang mana bangsa romawi
merupakan ahli kitab dan bangsa Persia merupakan penyembah berhala.
Maka bisa ditarik benang merah sebuah hungunan antara orang islam
dengan romawi ataupun Persia. Dimana ada kesamaan antara orang islam
arab dengan romawi, yakni sama-sama mempunyai kitab suci, dan
kesamaan orang arab yang masih kafir dengan Persia, yakni sama-sama
menyembah berhala.
Dari uraian diatas sangatlah jelas, bahasan alquran dalam surat ar-rum ini
sesuai dengan sosiolinguistik masyarakat arab pada zaman itu. Karena
sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang
hubungan masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian
sebelumnya, sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –
aspek kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang
terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor
kemasyarakatan.21
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.
b) Analisis
21
Nababan, P.W.J.. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar………hlm 2
22
Hasyimy, Ahmad ……345
13
b) Analisis
b) Analisis
23
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa…….138
14
b) Analisis
24
Abdullah As-Sudais , Al-Majaaz 'Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-
Maani'iin, , (Al-Maktabah Asy-Syaamilah, tt). 7
25
Muhammad Abdulmun'im Al-Qoi'ii ,Al-Ashlaan Fi 'Ulum Al-Qur'an, (Dar Al-Mun'im
Al-Qoi'ii, cet IV, 1996).314
15
b) Analisis
(لطان% )سdari segi kalimat ‘arabiyah yang artinya menurut kamus adalah
Raja. Tapi dalam ayat ini tidak sesuai dengan makna yang
dikehendakinya yaitu bukan lagi diartikan dengan makna hakiki, tetapi
diartikan dengan makna majazi yang artinya adalah (bukti), hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa majaz adalah peralihkan makna
dasar ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan
makna dari makna dasarnya.26
Nah, jelasalah bahwa dalam ini ada terkandung makna majaz. Dan disini
kami bisa menyimpulkan pemahaman bahwa kalimat majaz yang
makna hakikatnya.
26
Abdullah As-Sudais , Al-Majaaz 'Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani'iin, ,
(Al-Maktabah Asy-Syaamilah, tt). 8
16
b) Analisis
b) Analisis
Lafad ودق%% % ال secara bahasa bermakna keramahan, akan tetapi dalam
kontek ayat ini, lafadh ودق% الberalih makna menjadi hujan, hal ini tentu
saja menunjukkan suatu tatanan tersendiri dalam ilmu kebahasaan,
peralihan makna inilah yang dinamakan dengan majaz, 28 dengan adanya
majaz dalam ayat ini, menunjukkan betapa bahasa al-qur’an relevan
dengan sosio kultural orang arab. Sperti yang telah kita ketahui, orang-
orang arab pra islam sangatlah bangga dengan keindahan bahasa mereka,
orang-orang arab mengangkat syair, sajak-sajak, puisi, dsb diatas
kehormatan mereka. Semakin indah syair mereka, semakin dihormati
mereka. Sampai pada al-quran diturunkan, barulah para penyair-penyair
hebat tersebut ibarat bertekuk lutut dibawah keindahan bahasa al-quran,
dan hal tersebutlah salah satu hal yang menjadikan alqur’an sebagai
mu’jizat nabi SAW.
28
Abdullah As-Sudais , Al-Majaaz 'Inda Al-Usuliyyin Bain Al-Mujiiziin Wa Al-Maani'iin, ,
(Al-Maktabah Asy-Syaamilah, tt). 8
18
b) Analisis
29
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa……...142
19
2. Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai analisis yang
menjadi pokok bahasan dalam penelitian tingkat kecil ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
penelitian ini.
20
Daftar pustaka
Hasbi Ash Shiddieqy. 1987. Sejarah dan pengantar ilmu al quran/tafsir. Jakarta:
Bulan Bintang.
Keraf, Gorys. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti, 1993. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga, Cetakan Pertama.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad Abdulmun'im Al-Qoi'ii, Al-Ashlaan Fi 'Ulum Al-Qur'an, Dar Al-
Mun'im Al-Qoi'ii, 1996, cet IV.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ngalim, Abdul, 2011. Wacana Khas Komunikasi Promosi Perbankan dalam
Kajian Sosiolinguistik. Cetakan Pertama. Surakarta: Muhammadiyah
University Press
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Sosiolinguistik
Disusun Oleh :
Muh. Amrul Aziz 212417007
Dosen Pengampu :
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2018