Anda di halaman 1dari 14

Sosiolinguistik

Tugas ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah linguistik
Dosen pembingbing : umi kulsum, M.A

Penyusun :

Dicky Algifari 11180210000124

Arizal Rafsanjani 11180210000200


Euis fitriani 11180210000150

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2018-2019
pendahuluan
Dalam studi lingistik, bidang kajian yang mempelajari berbagai macam ragam bahasa
berkenaan dengan fungsi pemakaian nya masing masing disebut sosiolinguistik, yang
merupakan ragam kajian antara sosiologi dan linguistik. Oleh karena itu, ada juga yang
menyebut nya dengan nama sosiologi bahasa. Kedalam sosiolinguistik ini termasuk juga
kajian mengenai kebijaksanaan bahasa, perencanaan bahasa, pembakuan dan pengembangan
bahasa, serta pengajaran bahasa.
sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan
masyarakat penutur nya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan
bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami. Variasi dalam kajian ini
merupakan pokok yang di pengaruhi atau mempengaruhi perbedaan aspek sosiokultural
dalam masyarakat. Kelahiran sosiolinguistik merupakan buah dari perdebatan panjang dan
melelahkan dari berbagai generasi dan aliran.
Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. curie dalam sebuah artiker
yang terbit tahun 1952, judul nya “ projection of sosiolingistics : the realitionship of speech
to sosial status.
Yang isi nya tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang dengan
status sosial nya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda propesi atau
kedudukan nya dalam masyarakat cenderung menggunakam ragam bahasa yang berbeda
juga.1

A. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud sosiolinguistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan bahasa dan budaya sosiolinguistik ?
3. Apa yang dimaksud dengan variasi bahasa ?
4. Apa yang dimaksud perencanaan bahasa ?
5. Apa yang dimaksud bahasa dan kelas sosial ?

1
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.v
Pembahasan
A. Pengertian sosiolinguistik
Sosiolinguistik sebagai linguistik memandang atau menempatkan kedudukan
bahasa dalam hubungan nya dengan pemakai bahasa dalam masyarakat, karena dalam
kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu akan tetapi sebagai
masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam
bertutur akan selalu di pengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitar nya.2

Menurut fishman sosiolinguistik didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri


dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara bahasawan dengan ciri fungsi itu
dalam suatu masyarakat bahasa.3

Menurut abdul chaer sosiolinguistik dibagi menjadi dua yaitu sosiolog dan
linguistik, sosiolog adalah : kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia dan
masyarakat, lembaga lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Dan
linguistik adalah : bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajian nya.4

Menurut sumarsono sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan


dengan kondisi kemasyarakatan.5

Pada hakikat nya sosiolinguistik membahas tentang keterkaitan bahasa dan


masyarakat, yang di dalam nya mengkaji tentang berbagai ragam bahasa dan kondisi
masyarakat.

B. Bahasa dan kebudayaan


Ada yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada
pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang
berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat di
pisahkan, ada yang mengatakan bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan, sehingga
segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin dalam bahasa. Sebaliknya, ada
juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan dan cara
berfikir manusia atau masyarakat penutur nya.6

2
Dewa putu wijana, Muhammad rohmadi, sosiolinguistik kajian teori dan analisi. (jogja: pustaka pelajar) 2010, h.7
3
Mansoer pateda, sosiolinguistik. (bandung: angkasa ) 1987, h 2
4
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.2
5
Sumarsono, sosiolinguistik. ( jogyakarta : pustaka pelajar) 2009, h.1
6
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.162
1. Hakikat kebudayaan
kebudayaan memiliki berbagai definisi, menurut kroeber dan kluckhom terdapat lima
gololongan kebudayaan menurut sifat definisi nya.
a. Definisi yang historis, yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu
diwarisi secara kemasyarakatan.
b. Definisi yang normatif, yakni definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai
aturan hidup dan tingkah laku.
c. Definisi yang psikologis, yakni definisi yang menekankan pada kegunaan
kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan dan
belajar hidup.
d. Definisi yang struktural, yakni definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai
suatu sistem yang berpola dan teratur.
e. Definisi yang genetik, yakni definisi yang menekankan pada terjadi nya kebudayaan
sebagai hasil karya manusia.7

Tanpa melihat bagaimana rumusan defenisi-definisi yang dikumpulkan itu satu


persatu dapat diketahui dari pengelompokan itu bahwa kebudayaan itu melingkupi
semua aspek dan segi kehidupan manusia.

2. Hubungan bahasa dan kebudayaan


Hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif,
dimana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan. Namun ada pendapat yang
mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif,
yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.
Menurut Masinambouw, menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua
sistem yang melekat pada manusia.
Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam
masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana
berlangsungnya interaksi itu.8
a. Hubungan subordinatif : adalah hubungan bahasa dengan kebudayaan yang berkaitan
dengan perubahan bahasa yang di akibatkan perubahan budaya.
b. Hubungan koordinatif : adalah hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama
tinggi.

7
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.162-163

8
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.165
3. Etika berbahasa
Kalau kita terima pendapat masinambouw yang mengatakan bahwa sistem bahasa
mempunyai fungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi manusia di dalam
masyarakat, maka berarti di dalam tindak laku berbahasa harus lah di sertai norma norma
yang berlaku di dalam budaya itu. Sistem tindak laku berbahasa menurut budaya budaya
ini di sebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa.
Etika berbahasa ini erat berkaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma norma sosial,
dan sistem budaya yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh karena itu, ketika
berbahasa ini antara lain :
a. Apa yang harus kita katakan pada waktu dan keadaan tertentu.
b. Ragam bahasa apa yang paling wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan
budaya tertentu.
c. Kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara dan menyela pembicaraan
orang lain
d. Kapan kita harus diam.
e. Bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita di dalam berbicara itu.9
Gerak gerik fisik dalam etika bertutur menyangkut dua hal yaitu : kinesik dan
proksimik. Yang dimaksud dengan kinesik adalah : gerakan mata, perubahan ekspresi
wajah, perubahan posisi kaki, gerakan tangan dan bahu, kepala dan sebagainya.
Dan yang maksud dengan proksimik adalah jarak tubuh di dalam berkomunikasi.
Secara terpisah, kinesik dan proksimik ini merupakan alat komunikasi juga yaitu
alat komunikai nonverbal atau alat komunikasi nonlinguistik, yang biasa di bedakan
dengan alat komunikasi verbal atau alat komunikasi nonlinguitik. Dalam kontak
langsung, biasanya kedua alat komunikasi ini di gunakan untuk mencapai kesempurnaan
interaksi.10

C. Variasi bahasa
Bahasa di dunia tidaklah sama, terdapat berbagai macam bahasa. Dalam suatu
negara beragam bahasa yang dipergunakan, bahkan pada suatu daerah tertentu beragam
bahasa yang dapat kita dengar yang dipergunakan orang. Di Indonesia kita mengenal
adanya bahasa nasional, bahasa negara, bahasa pengantar, bahasa kebudayaan, dan juga
bahasa daerah. Di dalam bahasa daerah juga terdapat variasi bahasa yang begitu
banyak.

9
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.172
10
Abdul chaer leonie agustina, sosiolinguistik perkenalan awal. ( Jakarta: rineka cipta ), 2004, h.173
Terjadinya keragaman atau variasi bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh
penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan
terjadinya keragaman bahasa. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa
tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat
luas. Dan variasi bahasa tersebut dapat kita lihat dalam beberapa hal.

1. Variasi dari segi penutur


Variasi bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi
bahasa yang disebut dengan idiolek, yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan.
Setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idiolek masing-masing. Variasi idiolek ini
berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan
sebagainya. Namun yang paling dominan adalah warna suara, sehingga kita akan
mengetahui siapa yang berbicara tanpa melihat orangnya.11
Variasi bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni
variasi bahasa dari kelompok penutur yang jmlahnya relatif, yang berada pada suatu
tempat, wilayah, atau area tertentu.12

Variasi bahasa ketiga berdasarkan penuturnya adalah yang disebut kronolek atau
dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok pada masa
tertentu.
Variasi bahasa keempat berdasarkan penuturnya yang disebut sosiolek atau dialek
sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan
kelas sosial para penuturnya, biasannya dikemukakan orang variasi bahasa yang disebut
akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargot, argot, dan ken.
Yang dimaksud dengan akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau
lebih bergengsi dari dari pada variasi sosial lainya.

11
Abdul Chaer Leonie Agustina, Sosiolinguistik Pperkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal. 62-63.
12
Abdul Chaer Leonie Agustina, Sosiolinguistik Pperkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal.63
Yang dimaksud basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi, bahkan
dipandang rendah.
Yang dimaksud vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pemakai bahasa
oleh mereka yang kurang terpelaja, atau kalangan yang tidak berpendidikan.
Yang dimaksud slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya,
variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh
diketahui oleh kalangan di luarnya.
Yang dimaksud kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan
sehari-hari.
Yang dimaksud jargot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh
kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan sering tidak dimengerti oleh masyarakat
umum atau masyarkat di luar kelompoknya.
Yang dimaksud argot adalah variaso sosial yang digunakan secara terbatas pada
profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Dan letak kekhususan argot adalah pada
kosakata.
Dan yang dimaksud dengan ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada memelas,
dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan.13

2. Variasi dari Segi Pemakaian


Variasi bahasa berkenaan dengan pengunaanya, pemakaianya, atau fungsinya
disebut dengan fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan
berdasarkan bidang pengunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu
digunakan untuk keperluan apa. Misalnya , bidang sastra jurnalistik, pertanian,
pelayan, perekonomian, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Variasi bahasa
berdasarkan bidang kegiatan ini biasa yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang
kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus
yang tidak digunakan dalam bidang lain.14

13
Abdul Chaer Leonie Agustina, Sosiolinguistik Pperkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal.68.
14
Abdul Chaer Leonie Agustina, Sosiolinguistik Pperkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal.68.
3. Variasi dari Segi Keformalan

Berdasarkan tingakat keformalanya, Martin Joos membagi atas lima gaya,

a. Ragam Baku
Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam
situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.
b. Ragam Resmi atau formal
Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato
kenegaraan, rapat dinas, surat-surat dinas, ceramah agama , buku-buku
pelajaran, dan sebagainya.
c. Ragam Usaha atau Ragam konsultatif
Ragam Usaha atau Ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan rapat-rapat atau pembicaraan yang
berorientasi kepada hasil produksi.
d. Ragam Santai atau Ragam Kasual
Ragam Santai atau ragam kasual adalah variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman
karib pada waktu beristirahat, berolah-raga, berekreasi, dan sebagainya.
e. Ragam Akrab atau Ragam Intim
Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti anggota keluarga, atau teman
yang sudah akrab.15

4. Variasi dari Segi Sarana


Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam
hal ini dapat disebut dengan adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam
berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, seperti telefon, atau telegraf.

15
Abdul Chaer Leonie Agustina, Sosiolinguistik Pperkenalan Awal, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal.72.
Adannya ragam bahasa lisan dan tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan
dan bahasa tulis memilki wujud dan struktur yang tidak sama. Ketidaksamaan ini
dikarenakan berbahasa lisan kita dibantu oleh unsur-unsur nonlinguistik yang berupa
nada suara, gerak-gerik tangan, kepala dan lain sebagainya.

D. Perencanaan Bahasa

Perencanaan bahasa adalah suatu yang sangat penting, bukan hanya untuk
melestarikan pengarahan bahasa, tetapi juga untuk menghilangkan konflik-konflik
bahasa. Konflik bahasa dapat mengakibatkan konflik fisik yang pada akhirnya
mengganggu stabilitas ketahanan suatu bangsa.16 Oleh karena bahasa menyangkut
kepentingan semua penutur bahasa, maka persoalan bahasa diperlukan kebijakan dan
perencanaan yang matang.

Berbicara soal kebijakan bahasa, hal yang harus dipersoalkan adalah

a. Mengapa Perlu Perencanaan ?

Dilihat dari segi sosiolinguistik, mengapa kita perlu membuat perencanaan


kebahasaan ? Bahasa adalah bentuk dari tingkah laku sosial. Bahasa dipergunakan
manusia dalam berkomunikasi. Dalam komunikasi ini, terjadi perbenturan sehingga
muncul konflik-konflik, walaupun konflik itu bukanlah konflik bahasa. Tetapi
bahasalah yang memperajam konflik tersebut. Seperti konflik-konflik fisik yang
diisebabkan oleh kata-kata yang kasar yang mempertajam konflik tersebut.

b. Apa yang direncanakan ?


1. Pemantapan bahasa sesuai dengan fungsinya. Contoh suatu bahasa yang hanya
berfungsi sebagai sebagai alat komunikasi dilingkungan keluarga. Dengan
demikian bahasa tersebut tak perlu diajarkan di sekolah.
2. Bahasa sebagai lingua franca. Ini ditujukan pada negara yang memilki banayak
bahasa seperti indonesia. Yang perlu direncanakan disini adalah pemantapan

16
Mansoer pateda, Sosiolinguistik, Angkasa, Bandung,1987, hal. 92.
sikap untuk rela mengorbankan bahasa daerah sendiri demi persatuan nasional.

3. Penerimaan penutur bahasa untuk ikut membantu kebijaksanaan pemerintah


dalam kebahasaan.
4. Pendidikan dan pengajaran kebahasaan di dalam dan diluar lembaga
pendidikan.
5. Kerja sama dengan lemabaga atau perseorangan yang tidak menangani
langsung bidang kebahasaan.17

c. Siapa yang merencanakan ?


1. Ahli bahasa
2. Pemerintah
3. Guru bahasa
4. Masyarakat penutur bahasa yang bersangkutan

d. Bagaimana merencanakanya ?
Perencanaan kebijakan kebahasan harus dilakukan secara terpadu dengan
inisiatif pertama dari pemerintah. Perencanaan itu lahir dari studi mendalam dan
melewati pertemuan-pertemuan ilmiah yang melibatkan semua unsur yang
bersangkutan dengan masalah kebahasaan.18

E. Bahasa dan kelas sosial


Kelas sosial menurut Samorsono yaitu, mengacu kepada golongan masyarakat yang
mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi,
pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta dan sebagainya.

Seorang individu mungkin mempunyai status sosial yang lebih satu. Misalnya si A
adalah seorang bapak di keluarganya, yang juga berstatus sosial sebagai guru. Jika dia
guru sekolah negeri dia juga masuk ke dalam kelas pegawai negeri. Jika dia seorang
sarjana, dia bisa masuk kelas sosial golongan “terdidik”.19

17
Mansoer pateda, Sosiolinguistik, Angkasa, Bandung,1987, hal.94.
18
Mansoer pateda, Sosiolinguistik, Angkasa, Bandung,1987, hal.96
19
Sumarsono, Sosiolinguistik. (Yogyakarta: Sabda), 2009, h.43
a. Ragam bahasa kelas sosial
Kelas sosial sering mengacu pada golongan masyarakat yang mempunyai
kesamaan tertentu dalam bidang masyarakat seperti, ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
kedudukan, kasta dan sebagainya. Lain halnya dengan kasta yang bersifat tertutup,
karena seseorang dari golongan tertentu tidak bisa masuk ke dalam golongan lain.
Perbedaan antar kelompok masyarakat tercermin dalam ragam Bahasa yang
digunakan. Berbeda dengan ragam Bahasa dialek, ragam bahasa dialek regional itu
dapat dibedakan secara cukup jelas dengan dialek regional yang lain. Batas perbedaan
itu bertepatan dengan batas-batas alam seperti laut, sungai, gunung, jalan raya, hutan,
dan sebagainya. Atau mungkin, batas itu ditentukan berdasarkan ketentuan politik atau
administrasi pemerintahan. Secara linguistik dapat dikatakan, jika dua dialek regional
berdampingan, di dekat perbatasan itu bisa jadi kedua unsur dialek itu akan
“bercampur”. Semakin jauh dari batas itu, perbedaan itu semakin “besar”. Sekurang-
kurangnya hal ini benar pada heberapa situasi .
Situasi pada ragam kelas sosial berbeda. Anggota masyakarat dari suatu dialek
tertentu tetap berkumpul dengan anggota masyarakat tutur dialek-dialek sosial yang
lain di dalam suatu wilayah tertentu. Tetapi kedekatan ini tidak selalu membawa
kedekatan bentuk bahasa bahkan perbedaan bentuk bahasa dalam kelas sosial yang satu
dengan kelas sosial yang lain sangat jauh berbeda, leboh jauh dari perbedaan yang ada
pada dua dialek regional. Contoh yang cukup menonjol, ragam bahasa di bali yang
mengenal lapisan masyarakat dalam bentuk kasta.
Menurut Bernstein mengemukakan bahwa, ada dua ragam bahasa penutur yaitu: 1.
Kode terperinci yang cenderung digunakan dalam situasi formal atau dalam diskusi
akademik. 2. Kode terbatas cenderung digunakan dalam situasi non formal.

b. Kelas sosial dan ragam baku


Ada kaidah yang baku di dalam bahasa Inggris, jika subjek adalah kata ganti orang
ketika tunggal (she,he, it), predikat kata kerjanya harus menggunakan sufiks-s.
Kemudia diadakanlah penelitian apakah ada hubungan antara kelompok sosial dengan
gejala bahasa ini. Peneliatian diadakan di dua tempat, yaitu di Detroit (AS) dan di
Norwich, Inggris. Dan penelitian tersebut menunjukkan bahwa, semakin tinggi kelas
sosial maka semakin dikit pemakaian kata kerja tanpa-s atau semakin sedikiy jumlah
orang yang menggunakan bentuk nonbaku. Semakin rendah kelas sosialnua, semakin
banyak pemakai bentuk nonbaku.
DAFTAR PUSTAKA
Rohmadi, Muhammad. 2010. sosiolinguistik kajian teori dan analisi..jogja: pustaka pelajar
Pateda,Mansoer 1987. sosiolinguistik. bandung: angkasa
Agustina, Abdul chaer leonie agustina. 2004. sosiolinguistik perkenalan awal. Jakarta: rineka
cipta
Sumarsono, 2009. sosiolinguistik. jogyakarta : pustaka pelajar

Anda mungkin juga menyukai