Anda di halaman 1dari 8

PAPER

ANTROPOLOGI LINGUISTIK

Disusun Oleh:

Muh. Husain Ali Akbar (F011201026)

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Munira Hasyim, S.S., M.Hum.

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bahasa dan budaya menurut para ahli ialah dua hal yang tidak dapat terpisahkan
dan memiliki kaitan yang sangat erat. Keeratan hubungan antara bahasa dan budaya ini
sesungguhnya telah lama dirasakan oleh para linguis dan antropolog sehingga
pembicaraan dan penelitian mengenai relasi kedua bidang itu bukanlah topik yang baru
dalam dunia ilmiah. Telah banyak ahli yang memberikan pandangan mereka mengenai
hubungan kedua bidng itu.
Dalam mengetahui hubungan antara keduanya maka muncullah ilmu
antropolinguistik. Dimana ilmu ini menggabungkan antara ilmu antropologi dan
linguistic. Antropolinguistik adalah ilmu yang menggabungkan antara antropologi (ilmu
kebudayaan) dengan linguistik dalam cabang linguistik ilmu ini mempelajari variasi dan
penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat
komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, adat istiadat,
etika berbahasa, dan pola-pola kebudayaan lain dari suku bangsa.
Antropolingistik ini lebih menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan
kebudayaan didalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa didalam mempelajari
bagaimana hubungan keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya. Dalam paper ini
akan dibahas lebih lanjut bagaimana keterkaitan yang dimaksudkan dan bagaimana ilmu
antropologi memiliki hubungan dengan ilmu linguistik.

B. Rumusan masalah
1. Hubungan antropolgi dan linguistik
2. Bentuk kajian/analisis yang diterapkan dalam linguistik dan antropologi
3. Manfaat mempelajari antropolinguistik

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antropolgi dan linguistik.
2. Untuk mengetahui bentuk kajian/analisis yang diterapkan dalam linguistik dan
antropologi.
3. Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari antropolinguistik.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropolinguistik
Antropolinguistik adalah ilmu yang menggabungkan antara antropologi (ilmu
kebudayaan) dengan linguistik dalam cabang linguistik ilmu ini mempelajari  fariasi dan
penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat
komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, adat istiadat,
etika berbahasa, dan pola-pola kebudayaan lain dari suku bangsa. Antopologi lingustik
adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan antara bahasa dan budaya
terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat
dalam tindakan bermasyarakat.
Antropolingistik ini lebih menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan
kebudayaan didalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa didalam mempelajari
bagaimana hubungan keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya. Secara
sederhana dapat disebutkan bahwa antropologi linguistik (linguistic anthropology), atau
di Indonesia sering disebut Antropolinguistik adalah kajian tentang manusia dan
kebudayaan yang terkait dengan fungsi kebahasaan dan dinamika yang terdapat di
dalamnya. Cakupan kajian yang berkaitan dengan bahasa sangat luas, karena bahasa
mencangkup hamper semua aktifitas manusia. Hingga akhirnya linguistic
memperlihatkan adanya pergerakan menuju kajian yang bersifat multidisplin, salah
satunya adalah antropologi linguistik.

B. Hubungan Antropologi dan Linguistik


Menurut Lauder (2005:231), Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik
menelaah bahasa bukan hanya dari strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan
pemakaiannya dalam konteks situasi sosial budaya. Hubungan bahasa dengan
kebudayaan memang erat sekali. Mereka saling mempengaruhi, saling mengisi, dan
berjalan berdampingan. Yang paling mendasari hubungan bahasa harus kebudayaan
adalah bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan dan kebudayaan dapat
dipelajari melalui bahasa. Kajian atau pembicaraan hubungan keduanya pada umumnya
dilihat dari ilmu yang mempelajarinya, yakni Antropologi sebagai ilmu yang mengkaji
kebudayaan dan linguistik sebagai ilmu yang mengkaji bahasa.
Linguistik (ilmu bahasa) dan Antropologi Kultural (ilmu Budaya) bekerja sama
dalam mempelajari hubungan bahasa dengan aspek-aspek budaya. Antropolinguistik juga
mempelajari unsur-unsur budaya yang terkandung dalam pola-pola bahasa yang dimiliki
oleh penuturnya serta mengkaji bahasa dalam hubungannya dengan budaya penuturnya
secara menyeluruh. Keeratan hubungan antara bahasa (lingustik) dengan kebudayaan
(antropologi) telah lama dirasakan para linguis dan antropolog sehingga pembicaraan
mengenai relasi kedua bidang itu bukanlah topik baru dalam dunia ilmiah, dibawah ada
beberapa hubungan bahasa dengan kebudayaan:
1. Bahasa sebagai alat atau sarana kebudayaan
Hubungan antara bahasa dengan kebudayaan yang pertama yaitu sebagai alat atau
sarana kebudayaan yang artinya yaitu bahasa berfungsi sebagai pengembang,
pentransmisi maupun penginventarisan kebudayaan. Dalam pengembangan
kebudayaan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Pemerkaya khazanah kebudayaan, contohnya kebudayaan Indonesia yang dapat
dikembangkan dengan kebudayaan daerah yang ada di indonesia sendiri atau
dengan kebudayaan asing.
- Adanya promosi kebudayaan, promosi kebudayaan yang bertujuan untuk
mengembangkan kebudayaan tersebut biasanya digunakan bahasa sebagai alat
dalam promosi tersebut.
- Pewarisan kebudayaan secara turun-temurun. Pewarisan kebudayaan tersebut
dilakukan dengan bantuan bahasa sebagai alatnya, yaitu dengan adanya penulisan
naskah-naskah lama yang ditulis dengan bahasa.
- Sarana ekspresi nilai-nila budaya. Nilai-nilai budaya yang menggunakan bahasa
sebagai alat atau sarana penerus kebudayaan dibagi menjadi tiga, yaitu:
kebudayaan ekspresi, tradisi, dan fisik.
- Penamaan atau pengistilahan kebudayaan. Tindakan selain bertujuan untuk
mengembankan kebudayaan tersebut, juga bertujuan untuk penginventarisasi
kebudayaan. Dalam penamaan atau pengistilahan kebudayaan tersebut
digunakanlah bahasa.
2. Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan
Alisyahbana (1979), Bahasa dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan karena
pembendarahan suatu bangsa ialah jumlah kekayaan rohani dan jasmani bangsa yang
empunya bahasa itu. Tiap-tiap yang berpikir, tiap-tiap yang berbuat, tiap-tiap yang
dialami, malahan tiap-tiap yang ditangkap oleh pancaindra bangsa itu dengan sadar
dan yang menjadi pengertian dalam kehidupannya, terjelma dalam kata dan menjadi
sebagian dari kekayaan perbendaharaan kata bangsa itu. Dan kata yang berpuluh-
puluh dan berates-ratus ribu jumlahnya itu sekali lihat rupanya terpisah-pisah dan
cerai-berai, tetapi pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan kebudayaan bangsa
yang empunya bahasa itu.
3. Bahasa merupakan hasil dari kebudayaan
Menurut Levi-Strauss (1972:68), dikatakan bahwa bahasa merupakan hasil
kebudayaan.  Artinya bahwa bahasa yang digunakan atau diucapkan oleh suatu
kelompok masyarakat adalah suatu refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan
masyarakat tersebut. Misalnya, selalu ada interaksi manusia yang membutuhkan
komunikasi dan ada juga ungkapan ritual, yang masing-masing menggunakan bahasa.
4. Bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadah nya.
Bentuk bahasa yang sama mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan
kebudayaan yang menjadi wadahnya. Contoh nya kata yang sama jika wadah atau
tempat kata yang sama itu berbeda maka akan memiliki makana yang berbeda pula,
contoh:
Dalam bahasa sunda kata “atos” berarti sudah sedangkan dalam bahasa jawa “atos”
berarti keras.
5. Bahasa sebagai persyaratan budaya
Pengertian bahasa sebagai persyaratan kebudayaan dapat diartikan dalam dua cara.
Pertama, bahasa merupakan persyaratan budaya secara diakronis karena kita
mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Kedua, berdasarkan sudut pandang yang
lebih teoritis, bahasa merupakan persyaratan kebudayaan karena materi atau bahan
pembentuk keseluruhan kebudayaan, yakni relasi logis, oposisi, korelasi dan
sebagainya.
6. Bahasa mempengaruhi cara berpikir
Bahasa dan berpikir dalam kehidupan manusia adalah dua hal yang sangat mendasar
dan saling berhubungan. Kedua hal ini secara khas dan jelas membedakan manusia
dari binatang. Dengan bahasa, orang berkomunikasi dengan dirinya sendiri dengan
orang lain, sedangkan dengan berpikir, dia dapat memecahkan berbagai masalah
kehidupan yang dihadapinya. Berpikir adalah upaya yang kita lakukan dengan jalan
mengorganisasikan serta menggunakan berbagai konsep, berbagai pertimbangan,
berbagai kebiasaan, dan berbagai kaidah sebelum suatu tindakan dilakukan.

C. Bentuk kajian/analisis yang diterpakan dalam linguistic dan antropologi


Kajian antropologi linguistik antara lain menelaah struktur dan hubungan
kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan anak, atau
menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu
seperti pada upacara adapt, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.
Contoh: tindak tutur pendeta’…dengan ini, kalian saya nyatakan sebagai suami istri…’
adlah sebuah tindakan melalui bahasa ysng mempunyai otoritas dalam masyarakat untuk
mengukuhkan sepasang pengantin menjadi sepasang suami istri yang sah secara hokum
dan terterima oleh masyarakat.
Di Amerika yang melopori ilmu antropologi linguistic adalah Franz Boas,
sedangkan di Eropa di pakai istilah etnolinguistik (Duranti,1997). Melalui pendekatan
antropologi linguistic, kita mencermati apa yang dilakukan orang dengan bahasa dan
ujaran-ujaran yang diproduksi;diam dan gesture dihubungkan dengan konteks
pemunculannya (Duranti,2001:1). Malinowski (dalam Hymes, 1964:4) mengemukakan
bahwa melalui etnolinguistik kita dapat menelusuri bagaimana bentuk-bentuk linguistic
dipengaruhi oleh aspek budaya, social, mental, dan psikologis; apa hakekat sebenarnya
dari bentuk dan makna serta bagaimana hubungan keduanya. Penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi cenderung dipandang sebagai fungsi kontrol atau suatu tindakan untuk
saling mempengaruhi partisipan dalam suatu pertuturan.
Dalam mengkaji penggunaan bahasa, antropolinguis memegang dan menerapkan
tiga parameter, yakni (1) keterhubungan (interconnection), (2) kebernilaian (valuability),
dan (3) keberlanjutan (continuity). Keterhubungan itu mungkin hubungan linier yang
secara vertikal atau hubungan formal yang secara horizontal. Hubungan formal
berkenaan dengan struktur bahasa atau teks dengan konteks (situasi, budaya, sosial,
ideologi) dan ko-teks (paralinguistik, gerak-isyarat, unsur-unsur material) yang berkenaan
dengan bahasa dan proses berbahasa, sedangkan hubungan linier berkenaan dengan
struktur alur seperti performansi. Kebernilaian memperlihatkan makna atau fungsi,
sampai ke nilai atau norma, serta akhirnya sampai pada kearifan lokal aspek-aspek yang
diteliti. Keberlanjutan memperlihatkan keadaan objek yang diteliti termasuk nilai
budayanya dan pewarisannya pada generasi berikutnya (Sibarani, 2014: 319).

D. Manfaat mempelajari antropolinguistik


Manfaat mempelajari antropolinguistik adalah:
1. Menganalisis istilah-istilah budaya atau ungkapan lain (analyzing cultural terms or
other expressions).
2. Menganalisis proses penamaan (analyzing naming process).
3. Menganalisis kesopan-santunan (analyzing politeness).
4. Menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur bahasa (analyzing cultural concepts
from linguistic elements).
5. Menganalisis etnisitas dari sudut bahasa (analyzing etnicity from the view point of
language),
6. Menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa (analyzing the way of thinking
through the structure of the language)

SIMPULAN

  Antropolinguistik merupakan ilmu yang menggabungkan antara unsure bahasa dan


kebuayaan. Ilmu ini meneliti mengeai sejauh mana pengaruh budaya dalam ragam bahasa yang
timbul. Dalam ilmu ini di sebutkan bahwa antara dan kebudayaan mempunyai keterkaitan yang
amat erat, keterkaitan tersebut menurut para ahli adalah: Bahasa sebagai alat atau sarana
kebudayaan, Bahasa sebagai bagian kebudayaan, Bahasa merupakan hasil kebudayaan, Bahasa
hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadah nya.
Adapun manfaat dari mempelajari antropolinguistik adalah:
1. Menganalisis istilah-istilah budaya atau ungkapan lain (analyzing cultural terms or other
expressions).
2. Menganalisis proses penamaan (analyzing naming process).

3. Menganalisis kesopan-santunan (analyzing politeness).

4. Menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur bahasa (analyzing cultural concepts from
linguistic elements).

5. Menganalisis etnisitas dari sudut bahasa (analyzing etnicity from the view point of language),

6. Menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa (analyzing the way of thinking through the
structure of the language)

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.1980 Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Sibarani, Robert. 2015. Pendekatan Antropologi Linguistik Terhadap Kajian Tradisi Lisan.
RETORIKA, 1(01), 01-14. https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret/article/view/21/7
Diakses pada 16 Maret 2022.

Lafamena, Felta. Antropolingusitik (Hubungan Budaya dan Bahasa).


https://osf.io/29ckm/download Diakses pada 16 Maret 2022.

Laelatussajaroh, Nailis Nurul Maidah, Ismi Aini Lathifah, M. Kharis Amin Qutbi. 2016.
Antropolinguistik. Makalah. http://ismiainilathifah.blogspot.com/2016/12/antropolinguistik.html
Diakses pada 16 Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai