A. Pengertian antropolinguistik
Antropolinguistik adalah ilmu yang menggabungkan antara antropologi (ilmu kebudayaan)
dengan linguistik dalam cabang linguistik ilmu ini mempelajari variasi dan penggunaan bahasa
dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem
kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, adat istiadat, etika berbahasa, dan pola-
pola kebudayaan lain dari suku bangsa.
Antropolingistik ini lebih menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di
dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana hubungan
keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya. Antropolinguistik adalah cabang linguistik
yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan
waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pola-pola kebudayaan lain dari suatu
suku bangsa. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan
di dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana hubungan
keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya, bagaimana cara seseorang berkomunikasi
dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, bagaimana cara seseorang berkomunikasi
dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya, dan bagaimana bahasa
masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya.
Antropolinguistik memandang bahasa sebagai prisma atau inti dari konsep antropologi budaya
untuk mencari makna dibalik penggunaan, ketimpangan penggunaan maupun tanpa
menggunakan bahasa dalam bentuk register dan gaya yang berbeda. Dengan kata lain,
Antropolinguistik memuat interpretasi bahasa untuk menemukan pemahaman kultural. sebagai
bidang interdisipliner, ada tiga bidang kajian antropolinguistik, yakni studi mengenai bahasa,
studi mengenai budaya, dan studi mengenai aspek lain dari kehidupan manusia, yang ketiga
bidang tersebut dipelajari dari kerangka kerja linguistik dan antropologi. kerangka kerja
linguistik didasarkan pada kajian bahasa dan kerangka kerja antropologi didasarkan pada kajian
seluk beluk kehidupan
Dengan mendengar istilah Antropolinguistik, paling sedikit ada tiga relasi penting yang perlu
diperhatikan. Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya yang bersangkutan.
Artinya, ketika kita mempelajari suatu budaya, kita juga, bahkan harus mempelajari bahasanya
dan ketika kita mempelajari budayanya. Kedua, hubungan antara bahasa dengan budaya secara
umum. Dalam hal ini, kita tahu bahwa setiap ada satu bahasa dalam satu masyarakat, maka ada
satu budaya dalam masyarakat itu. Bahasa mengindikasikan budaya: perbedaan bahasa berarti
perbedaan budaya atau sebaliknya. Oleh karena itu, penghitungan bahasa seolah-olah relevan
dengan penghitungan budaya bahkan penghitungan etnik. Ketiga, hubungan antara linguistik
sebagai ilmu bahasa dengan antropologi sebagai ilmu budaya..
B. Hubungan Koordinatif
mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan yang bersifat koordinatif ada dua hal yang
perlu dicatat. pertama, ada yang mengatakan hubungan kebahasaan dan kebudayaan itu
seperti anak kembar siam, dua fenomena yang terikat erat, seperti dua sisi pada sekeping
mata uang. sisi yang satu adalah sistem kebahasaan, dan sisi yang lain adalah sistem
kebudayaan. pendapat slizer ini sejalan dengan pendapat masinambouw yang
menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang 4melekat4
pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah suatu sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi
sebagai sarana berlangsungnya interaksi.
Kedua, yang menarik dalam hubungan koordinatif ini adalah adanya hipotesis yang
sangat kontroversial, karena itu hipotesis ini dikenal dengan nama hipotesis sapir shorf,
dan lazim juga disebut relativitas bahasa. menurut sapir dan shorf, bahasa bukan hanya
menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia dan
oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. dengan kata lain, suatu bangsa yang
berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran
yang berbeda pula. jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu
bersumber dari perbedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa manusia tidak mempunyai
pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran
manusia, maka ciri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan
budaya penuturnya.
sementara itu, menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan
sebagai media komunikasi untuk menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar
anggota masyarakat. sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan
dalam beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya,
keseniannya, dan dalam adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya ,sangat sarat
dengan daya-daya kohesif dan saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa
masing-masing entitas yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.
pembelajaran budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur bahasa
yang digunakan dalam masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua hal
yang saling berkaitan erat. 9ntuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat,
seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Abdul chaer
mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku
untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang dikomposisikan
pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula pada struktur interaksi
kebudayaan secara menyeluruh. Antropolog Amerika serikat :Clifford Gertz dan
Antropolog Perancis claud Levi-Strauss sepakat mendefinisikan kebudayaan sebagai
sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-simbol, perlambang dan makna-makna
yang dimiliki secara komunal atau bersama, yang dapat diidentifikasi, sekaligus bersifat
publik.
Bahasa digunakan sebagai ekspresi nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang dapat
disampaikan oleh bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan terbagi atas tiga bagian kebudayaan
yang saling berkaitan, kebudayaan ekspresi, kebudayaan tradisi, dan kebudayaan fisik
4.Bahasa hanya mempunyai makna dalam latar kebudayaan yang menjadi wadahnya.
Bentuk bahasa yang sama mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Jika dibandingkan antara 2dua suku bangsa, kita akan melihat perbedaan
makna tersebut.
5.Bahasa sebagai persyaratan kebudayaan.
Pengertian bahasa sebagai persyaratan kebudayaan dapat diartikan dalam dua cara. Pertama,
bahasa merupakan persyaratan budaya secara diakronis karena kita mempelajari kebudayaan
melalui bahasa. Kedua, berdasarkan sudut pandang yang lebih teoritis, bahasa merupakan
persyaratan kebudayaan karena materi atau bahan pembentuk keseluruhan kebudayaan, yakni
relasi logis, oposisi, korelasi dan sebagainya.