Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN TEORI ANTROPOLINGUISTIK MODERN (COMPETENCE,

PERFORMANCE, INDEXICALITY, & PARTISIPATION) DALAM UMPASA


BUDAYA BATAK TOBA

Dairi Sapta Rindu Simanjuntak,


Universitas Putera Batam
saptadairi@gmail.com

Abstract
This studies, discusses the application of the modern anthropolinguistics
(competence, performance, indexicality, and participation) in Umpasa of Batak
Toba culture. The linguistic anthropology examines the structure and
relationships through kinship term, the concept of color, parenting, or examine
how community members communicate with each other in certain situations such
us the costum ceremonies, then connects it with the culture‟s concept. Umpasa
contains the poetic value, contains philosophy of life that is „Hagabeon‟
(happiness), „Hamoraon‟ (wealth), „Hasangapon‟ (respected), and „Saur Matua‟
(longevity and prosperity). The writer applies the anthropolinguistics modern
theory to know how is the knowledge of a language that is controlled by a speaker
of a language and the use of language that is evident in the actual communication
as a reflection of the mind of speaker regarding the sign that have a relationship
existential with the referenced and the involvement of the speaker to produce the
form of acceptable speech in in „umpasa‟ of Batak Toba culture.

Keywords: anthropolinguistic, umpasa, Batak Toba

1. Pendahuluan antropologi linguistik. Hal ini dijadikan


Antropologi merupakan cabang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri
ilmu yang mempelajari manusia dan sendiri karena bahasa mencakup semua
sistem kebudayaan secara menyeluruh. aktivitas manusia.
Manusia adalah pencipta kebudayaan, Istilah yang digunakan para ahli
namun di pihak lain kebudayaan yang untuk untuk membicarakan hubungan
“menciptakan” manusia sesuai dengan antara bahasa dan kebudayaan adalah
lingkungannya. Dengan demikian, linguistic anthropology. Sesuai dengan
terjalin hubungan timbal balik yang namanya, istilah pertama lebih
sangat erat dan padu antara kebudayaan memfokuskan pada kajian linguistik,
dan manusia. sedangkan istilah kedua lebih
Bahasa menduduki tempat yang memfokuskan pada kajian antropologi.
istimewa di dalam sebuah kebudayaan. Untuk lebih menekankan kepaduan
Selain sebagai salah satu unsur antara kedua bidang ini, dikenallah
kebudayaan, bahasa juga berfungsi istilah antropolinguistik.
sebagai sarana terpenting dalam Antropolinguistik adalah cabang
pewarisan, pengembangan dan linguistik yang mempelajari variasi dan
penyampaian atau penyebarluasan suatu penggunaan bahasa dalam hubungannya
sistem kebudayaan. dengan perkembangan waktu, perbedaan
Salah satu cakupan kajian tempat komunikasi, sistem kekerabatan,
berkaitan dengan bahasa adalah pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan,
etika berbahasa, adat-istiadat, dan pola- dalam mempelajari bagaimana
pola kebudayaan lain dari suatu suku hubungan keluarga diekspresikan dalam
bangsa. (Sibarani, 2004:50). Masih terminologi budaya, bagaimana cara
menurut Sibarani, antropolinguistik seseorang berkomunikasi dengan orang
menitikberatkan pada hubungan antara lain dalam kegiatan sosial dan budaya
bahasa dan kebudayaan di dalam suatu tertentu, dan bagaimana cara seseorang
masyarakat seperti peranan bahasa di berkomunikasi dengan orang dari
dalam mempelajari bagaimana budaya lain, bagaimana cara seseorang
hubungan keluarga diekspresikan dalam berkomunikasi dengan orang lain secara
terminologi budaya, bagaimana cara tepat sesuai dengan konteks budayanya,
seseorang berkomunikasi dengan orang dan bagaimana bahasa masyarakat
lain dalam kegiatan sosial dan budaya dahulu sesuai dengan perkembangan
teretntu, dan bagaimana cara seseorang budayanya. (Robert Sibarani 2004: 50).
berkomunikasi dengan orang dari “ Antropological
budaya lain, bagaimana cara seseorang linguistics is that sub-
berkomunikasi secara tepat sesuai field of linguistics which
dengan konteks budayanya, dan is concern with the
bagaimana bahasa masyarakat dahulu place of language in its
sesuai dengan perkembangan wider social and
budayanya. Kajian antropologi linguistik cultural context, its role
antara lain menelaah struktur dan in forging and
hubungan kekeluargaan melalui istilah sustaining cultural
kekerabatan, konsep warna, pola practices and social
pengasuhan anak, atau menelaah structures. As such, it
bagaimana anggota masyarakat saling may be seen to overlap
berkomunikasi pada situasi tertentu with another sub-field
seperti pada upacara adat, lalu with a similar domain,
menghubungkannya dengan konsep sociolinguistics, and in
kebudayaannya. practice this may indeed
be so. (Foley, 2003:3)”
2. Rumusan Masalah Foley‟s (1997:3)
Berdasarkan latar belakang di mendefenisikan
atas, maka yang menjadi rumusan linguistik antropologi
masalah dalam makalah ini adalah sebagai sub disiplin
bagaimana penerapan teori linguistik yang berkaitan
antropolinguistik modern yang terdapat dengan tempat bahasa
dalam budaya Batak Toba? dalam konteks budaya
maupun sosial yang
3. Kajian Teori memiliki peran
a. Ilmu Antropolinguistik menyokong dan
Antropolinguistik adalah cabang menempa praktek-
linguistik yang mempelajari variasi dan praktek kultural dan
penggunaan bahasa dalam hubungannya struktur sosial.
dengan perkembangan waktu, perbedaan
tempat komunikasi, sistem kekerabatan, Antropolinguistik memandang
pola-pola kebudayaan lain dari suatu bahasa sebagai prisma atau inti dari
suku bangsa. Antropolinguistik konsep antropologi budaya untuk
menitikberatkan pada hubungan antara mencari makna dibalik penggunaan,
bahasa dan kebudayaan di dalam suatu ketimpangan penggunaan maupun tanpa
masyarkat seperti peranan bahasa di menggunakan bahasa dalam bentuk
register dan gaya yang berbeda. Dengan bahasa dengan antropologi sebagai ilmu
kata lain, Antropolinguistik memuat budaya. (Sibarani 2004:51).
interpretasi bahasa untuk menemukan Menurut von Humboldt, bahasa
pemahaman kultural. itu adalah aktivitas rohani, proses
“Antropological kejiwaan yang berulang-ulang untuk
linguistics views language membentuk ide/gagasan dengan
through the prism of the mengeluarkan bunyi artikulasi. Setiap
core anthropological bahasa mencerminkan lambang jiwa,
concept, culture, and tabiat, sifat suatu bangsa itu. Hal ini
such, seeks to uncover the menimbulkan keragaman bahasa dan
meaning behind the use, perbedaannya. Teorinya ini mengandung
misuse, or non-use of konsep dasar, bahasa milik suatu bangsa
language, its different menentukan pandangannya terhadap
forms, registers and style. dunia dan lingkungan sekitarnya melalui
It is an interpretive kategori gramatikal dan klasifikasi
discipline peeling away at semantik yang mungkin ada dalam
language to find cultural bahasa yang diwarisinya bersama-sama
understandings”. ( Foley dengan kebudayaannya. Fungsi bahasa
1997:3). yang utama adalah alat untuk berpikir
dan berlaku pada setiap bangsa.
Sebagai bidang interdisipliner,
ada tiga bidang kajian antropolinguistik, b. Teori Antropolinguistik Modern
yakni studi mengenai bahasa, studi Melalui pendekatan antropologi
mengenai budaya, dan studi mengenai linguistik, kita mencermati apa yang
aspek lain dari kehidupan manusia, yang dilakukan orang dengan bahasa dan
ketiga bidang tersebut dipelajari dari ujaran-ujaran yang diproduksi; diam dan
kerangka kerja linguistik dan gesture dihubungkan dengan konteks
antropologi. Kerangka kerja linguistik pemunculannya (Duranti, 2001:1).
didasarkan pada kajian bahasa dan Dapat dikatakan pendekatannya melalui
kerangka kerja antropologi didasarkan performance, indexcality, dan
pada kajian seluk-beluk kehidupan participation.
manusia. Ada beberapa gagasan analitis
Dengan mendengar istilah yang mendasari linguistik antropologi,
antropolinguistik, paling sedikit ada tiga yaitu: 1) competence dan performance,
relasi penting yang perlu diperhatikan. 2) indeksikalitas, dan 3) partisipasi
Pertama, hubungan antara satu bahasa (Duranti, 1997: 14--21). Konsep
dengan satu budaya yang bersangkutan. competence dan performance adalah dua
Yang berarti bahwa ketika mempelajari terminologi kunci dalam tatabahasa
suatu budaya, kita juga harus generatif yang dikembangkan oleh
mempelajari bahasanya, dan ketika kita Noam Chomsky (1965). Competence
mempelajari bahasanya kita juga harus merupakan sistem pengetahuan suatu
mempelajari budayanya. Kedua, bahasa (sistem suatu budaya) yang
hubungan bahasa dengan budaya secara dikuasai oleh penutur suatu bahasa
umum yang berarti bahwa setiap ada bersangkutan, performance merupakan
satu bahasa dalam suatu masyarakat, penggunaan bahasa secara nyata dalam
maka ada satu budaya dalam masyarakat situasi komunikasi yang sebenarnya
itu. Bahasa mengindikasikan budaya, yang merupakan cerminan dari sistem
perbedaan bahasa berarti perbedaan bahasa yang ada pada pikiran penutur.
budaya atau sebaliknya. Ketiga, Konsep indeksikalitas menyangkut tanda
hubungan antara linguistik sebagai ilmu yang memiliki hubungan eksistensial
dengan yang diacu. Konsep partisipasi hormat kepada simatua (mertua). Boru
dimaksudkan sebagai keterlibatan adalah merupakan pihak yang menerima
penutur dalam menghasilkan bentuk perempuan, dan simatua adalah pihak
tuturan yang berterima (Duranti, hula-hula yang memberi perempuan. Ini
1997:14-21). bermakna agar boru memiliki hati
Ahli linguistik antropologi tidak kepada hula-hula/simatua (mertua) atau
hanya mengkaji varietas bahasa tetapi dengan kata lain agar hula-hula
juga varietas bahasa-bahasa yang memberi kesan atau pengaruh agar boru
diucapkan dalam sebuah komunitas mengerti kedudukan hula-hula dalam
tertentu. Dengan kata lain, linguistik konsep adat Batak. Dalam konsep adat
antropologi memulai asumsi bahwa Batak, hula-hula dianggap sebagai pihak
pikiran atas varietas bahasa yang memberi pasu-pasu (berkat)
mensyaratkan sebuah komunitas tutur. kepada boru. Dan dengan kata lain agar
Komunitas tutur adalah suatu kelompok boru mengerti kedudukan hula-hula dan
masyarakat yang mempunyai repertoir agar dapat menjalankan tugas dan
verbal yang relatif sama serta mereka perannya sebagai boru kepada hula-hula
mempunyai penilaian yang sama dalam konteks adat. Agar ia menghargai
terhadap norma-norma pemakaian hula-hulanya.
bahasa yang digunakan dalam Berdasarkan penjelasan di atas,
masyarakat tersebut (Chaer, 2004:36). maka berikut ini akan disajikan analisis
Sementara menurut Duranti masyarakat dengan menggunakan teori
tutur adalah produk aktifitas antropolinguistik modern
komunikatif yang terlibat dengan orang- (1) Competence: hula-hula adalah
orang di dalamnya (2000:82). sumber pasu-pasu (berkat)
dalam konteks adat Batak.
4. Pembahasan (2) Performance: Molo boru
Marumpasa (berpantun) dalam marroha, Pintor dihombar do
masyarakat Batak Toba merupakan simatuana. „Boru yang baik,
salah satu kebiasaan yang masih harus menghampiri mertuanya‟.
dipertahankan dan terus berkembang (3) Indexicality: Molo ogung na
dari waktu ke waktu. Tradisi mabola, Pintor dipaboa do
marumpasa ini selalu dilakukan dalam luhana. „Alat musik yang rusak
pelaksanaan upacara adat. Baik dalam akan mengeluarkan suara yang
acara memasuki rumah, pesta kelahiran, sumbang‟.
perkawinan, kematian, panen, dll. Maka, dalam budaya Batak
Umpasa ini dapat dikaji berdasarkan Toba, boru yang tidak mengerti
teori antropolinguistik modern, yakni akan posisinya sebagai boru dan
competence dan performance, tidak menghargai hula-hulanya,
indexicality, dan partisipation. dianggap tidak baik. Boru yang
tidak menghargai hula-hulanya
Umpasa disamakan dengan ogung (alat
1. Molo ogung na mabola, musik gong) yang sudah
Pintor dipaboa do luhana. terbelah dua.
Molo boru marroha, (4) Partisipation: sesuai dengan
Pintor dihombar do simatuana. pengertian partisipation,
keterlibatan penutur dalam
Jenis sastra di atas merupakan menghasilkan bentuk tuturan
umpasa (pantun) batak Toba. Makna yang berterima seperti pada isi
dari umpasa tersebut adalah dalam umpasa seperti di bawah ini.
budaya Batak Toba, seorang Boru harus Molo ogung na mabola,
Pintor dipaboa do luhana. rumah karena kelak dia akan menjadi
Molo boru marroha, istri orang lain dan harus mampu
Pintor dihombar do simatuana. mangurus pekerjaan rumah tangga.
Umpasa ini disampaikan hula-hula
2. Birong parsisiraan, kepada borunya agar bersikap arif dan
Di salean ingananna. bijaksana dalam mengurus rumah
Bontar pe hambing, tangga. Karena bukan kecantikan yang
Di tombara do ingananna. menjadi ukuran kebahagiaan, tetapi
adalah perilaku.
Jenis sastra kedua di atas juga Berdasarkan penjelasan di atas,
merupakan umpasa (pantun) batak Toba. maka berikut ini akan disajikan analisis
Makna dari umpasa tersebut adalah dengan menggunakan teori
birong (hitam) tempat menyimpan antropolinguistik modern
garam karena berkiatan dengan tempat (1) Competence: Boru dalam
penyimpanananya yaitu di para-para konsep Batak Toba harus
atau tempat memasak. Dengan adanya tinggal di rumah, mengurus
pengaruh asap ketika memasak, maka pekerjaan rumah.
akan membuat tempat garam akan (2) Performance: Bontar pe
menghitam. Birong (hitam) dalam hambing, Di tombara do
sampiran dan bontar (putih) dalam isi ingananna. „kambing berbulu
berasosiasi dengan „wanita.‟ Dengan putih, adanya di kolong rumah.‟
demikian, hitam memiliki akrti kurang (3) Indexicality: Birong
cantik, dan putih diasosiasikan dengan parsisiraan, di salean
kecantikan. ingananna. „tempat garam yang
Dalam budaya Batak Toba, hitam, adanya di para-para‟.
wanita pada umumnya harus tinggal di Para-para tempat menyimpan
rumah. Wanita yang betah di rumah kayu bakar yang ditaruh di atas
berarti memiliki kepribadian yang baik tungku memasak.
karena mempunyai kebiasaan untuk Maka dalam budaya Batak
mengerjakan tugas-tugas rumah Toba, anak perempuan yang
sebagaimana wanita umumnya. Dengan betah tinggal di rumah,
demikian, tempat garam yang hitam mengerjakan pekerjaan rumah
dengan kata lain wanita yang kurang tangga akan tetap dikedepankan
cantik parasnya akan tetap kelihatan sekali pun memiliki paras yang
cantik karena tetap tinggal di rumah. kurang cantik. Sama halnya
Bontar (putih) pada bagian isi pada dengan tempat garam yang di
umumnya disukai banyak orang. Makna atas para-para. Meskipun
lambang kias putih adalah cantik, maka warnanya hitam tetap
bila dikaitkan dengan rujukannya yaitu ditempatkan di rumah di dekat
kambing yang tempatnya di kandang memasak makanan.
belakang maka dapat diartikan bahwa (4) Partisipation: sesuai dengan
wanita yang cantik bila berperilaku pengertian partisipation,
seperti kambing dalam arti „binatang‟ keterlibatan penutur dalam
tidak akan memiliki arti karena akan menghasilkan bentuk tuturan
dibelakangkan. yang berterima seperti pada isi
Relevansi pengertian umpasa di umpasa seperti di bawah ini.
atas dalam budaya Batak Toba adalah: Birong parsisiraan,
anggo boru di jabu do ingananna (anak Di salean ingananna.
perempuan di rumahnya tempatnya) Bontar pe hambing,
yang artinya anak perempuan harus di Di tombara do ingananna.
(4) Partisipation: sesuai dengan
3. Bintang na rumiris, pengertian partisipation,
Ombun na sumorop. keterlibatan penutur dalam
Anak pe antong riris, menghasilkan bentuk tuturan
Boru pe antong torop. yang berterima seperti pada isi
umpasa seperti di bawah ini.
Jenis sastra yang ketiga di atas Bintang na rumiris,
juga merupakan umpasa (pantun) batak Ombun na sumorop.
Toba. Anak pe antong riris,
Makna umpasa di atas adalah dalam Boru pe antong torop.
budaya Batak Toba, kedudukan laki-laki
dianggap sangat penting, karena laki- 4. Bona ni aek Puli,
laki adalah penerus marga bapaknya. Dolok ni Sitapongan.
Sistem patrilineal yang diyakini Sai tubu ma di hamu akka na uli,
masyarakat Batak Toba membawa kesan Jala sai tambama pancarian
tanpa adanya anak laki-laki berarti akan
musnahlah keturunan dari marga orang Makna dari umpasa di atas
tuanya. Sebagaimana bintang adalah dari umpasa di atas, ada dua
mempunyai arti menduduki tempat yang istilah yang penting, yaitu aek (sungai)
tinggi atau berada di atas dan bersinar dan dolok (bukit). Aek „tumbuh segala
dalam arti memperoleh keberhasilan. yang baik‟ dan dolok „dengan rezeki
Dengan demikian, keberadaan anak laki- melimpah.‟ Secara umum dapat
laki pada masyarakat Batak Toba dapat diyakini, di mana ada sungai, menandai
bersinar dan berhasil dalam adanya kehidupan karena air merupakan
kedudukannya sebagai orang atas. sumber kehidupan. Sungai berasosiasi
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan kebaikan, karena sungai tidak
maka berikut ini akan disajikan analisis pernah mengenal orang yang akan
dengan menggunakan teori menggunakannya. Berbeda denagn kata
antropolinguistik modern dolok (bukit) yang berasosiasi dengan
(1) Competence: anak laki-laki tambah pencarian. Kondisi bukit yang
adalah penerus marga orang tua. menjulang tinggi berkaitan dengan
(2) Performance: Anak pe antong harapan penghasilan yang sama
riris, „anak pun banyak‟ tingginya dengan bukit tersbut. Umpasa
(3) Indexicality: Bintang na ini disampaikan Hula-hula kepada boru
rumiris, Ombun na sumorop. karena keberhasilan para boru
„bintang yang berjejer merupakan harapan hula-hula. Karena
rapi/jumlahnya banyak, embun bagi masyarakat Batak Toba hula-hula
yang mengendap.‟ dianggap sebagai sumber berkat.
Maka dalam budaya Batak Berdasarkan penjelasan di atas,
Toba, jumlah anak laki-laki maka berikut ini akan disajikan analisis
yang banyak dan diharapkan dengan menggunakan teori
agar kelak seperti bintang di antropolinguistik modern
langit. Berhasil menjadi orang (1) Competence: hula-hula adalah
atas dan orang yang bersinar sumber berkat bagi boru.hula-
namanya karena dianggap hula selalu mengharapkan
sebagai penerus marga orang tua keberhasilan borunya.
disamakan dengan bintang yang (2) Performance: Dolok ni
berada di atas, berjejer dan Sitapongan. „asalnya dari bukit
bersinar. Sitapongan‟
(3) Indexicality: Sai tubu ma di (hula-hula, boru, dan dongan
hamu akka na uli. „kiranya tubu) harus menjaga
datang segala yang baik.‟ kekompakan.
Maka, harapan hula-hula akan (2) Performance: Tumundalhon
keberhasilan para boru sitadoan. „penyangga alat
mendapat segala yang baik dan tenun.‟
rezeki yang melimpah (3) Indexicality: balintang ma
disamakan dengan air yang pagabe. „kayu pengikat‟
mengalir dari bukit yang Maka, dalam budaya batak toba,
mengalir terus menerus dan kekompakan antara unsur
mendapat rezeki yang melimpah dalihan natolu akan
seperti bukit yang menjulang menunjukkan persaudaraan
tinggi. yang kokoh dan kuat, sehingga
(4) Partisipation: sesuai dengan dapat hidup dengan harmonis
pengertian partisipation, karena seia sekata. Sama halnya
keterlibatan penutur dalam seperti balintang yang
menghasilkan bentuk tuturan digunakan sebagai alat pengikat
yang berterima seperti pada isi atau penyangga alat tenun agar
umpasa seperti di bawah ini. kokoh dan dapat dipakai.
Bona ni aek Puli, (4) Partisipation: sesuai dengan
Dolok ni Sitapongan. pengertian partisipation,
Sai tubu ma di hamu akka na keterlibatan penutur dalam
uli, menghasilkan bentuk tuturan
Jala sai tambama pancarian yang berterima seperti pada isi
umpasa seperti di bawah ini.
Balintangma pagabe,
5. Balintangma pagabe, Tumundalhon sitadoan.
Tumundalhon sitadoan. Saut ma gabe,
Saut ma gabe, Molo dung marsipaolooloan.
Molo dung marsipaolooloan.
5) Kesimpulan
Makna dari umpasa di atas Batak adalah salah satu etnis
adalah dalam masyarakat Batak Toba yang cukup dinamis terhadap
menekankan perlunya kebersamaan lingkungannya. Kedinamisan dan
yang sering tercermin dalam kegiatan kemampuan ber-elaborasi juga bisa
adat. Balintang sebagai alat pengikat sebagai mobilitas dalam pergaulan
pagar merujuk kepada pengertian seia dengan etnis-etnis yang lain. Sehingga
sekata. Dalam hal ini dimaksudkan suku Batak mampu memasuki budaya
perlunyna kesatuan anatar unsur Dalihan etnis yang lain. Kedinamisan itu bisa
Na Tolu dalam kegiatan adat. Dalihan sebagai ancaman terhadap budaya Batak
Na Tolu selalu hadir dalam situasi adat itu sendiri. Dengan prinsip adaptasi,
sebagai pengikat persaudaraan yang orang Batak sering melupakan
kokoh sebagaimana balintang mampu budayanya maupun bahasanya demikian
mengikat pagar agar tidak terlepas. juga dengan kearifan lokalnya sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, Dan akhirnya dengan kedinamisan,
maka berikut ini akan disajikan analisis orang Batak dengan gampang
dengan menggunakan teori memasukkan budaya, sifat dan bahasa
antropolinguistik modern asing terhadap kehidupannya.
(1) Competence: dalam budaya Sifat negatif dari kedinamisan
Batak Toba, Dalihan Natolu orang Batak, dapat kita lihat betapa
orang Batak menggandrungi Budaya tamunya dan lain sebagainya.
yang lain tanpa memperdulikan Menciptakan perumpamaan dan
budayanya. Budaya, pergaulan dan menyampaikan perumpamaan harus
bahasa Batak semakin terabaikan oleh memahami aturan-aturan.
sebagian besar orang Batak. Dapat kita
lihat semakin banyak orang dewasa yang
tidak mampu menuturkan bahasa Batak
secara baik. Dan generasi mudanya DAFTAR PUSTAKA
sangat banyak tidak memahami
bahasanya lagi. Demikian juga dengan Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic
perumpamaan Batak lama-kelamaan Anthropology: University Press.
kemampuan untuk menciptakan dan Cambridge.
menggunakan perumpamaan Batak
semakin hilang di masyarakat Batak, hal Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.
itu karena perumpamaan Batak tidak 2004. Sosiolinguistik: Rineka
dipakai dalam bahasa pergaulan sehari- Cipta. Jakarta.
hari hanya dalam upacara ritual adat.
Perumpamaan Batak yang itu-itu saja Holmes, Janet. 2001. An Introduction to
diperdengarkan, itu berdampak terhadap Sosiolinguistics: Longman.
aturan-aturan pemakaian perumpamaan London.
tersebut. Sehingga dewasa ini terlihat
perumpamaan yang diucapkan asal- Sharifian, Farzad dan Palmer, Gary B
asalan. Tidak terlihat lagi aturan yang (Ed). 2007. Applied Cultural
menyampaikan dan yang menyampaikan Linguistisc: John Benjamin
secara baik. Misalnya umpasa atau Publishing and Co. Philadelpia.
perumpamaan dari pihak hula-hula ke
pihak boru, sering bertukar. Dari yang Sibarani, R. 2004. Antropologi
dijamu terhadap yang menjamu, sering Linguistik, Linguistik
bertukar dipakai yang menjamu terhadap Antropologi. Medan: Poda.

Anda mungkin juga menyukai