2019
Dosmaulina
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23779
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EUFEMISME DALAM BAHASA BATAK TOBA:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
SKRIPSI SARJANA
Disusun Oleh:
DOSMAULINA
130703008
Skripsi ini berjudul „Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba di Desa Silando, Kecamatan
Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Menurut Allan Dan Burridge
(1991), menyatakan bahwa “eufemisme merupakan bentuk alternative atau pilihan
terhadap ungkapan yang tidak berkenaan‟ juga untuk menghindari kehilangan muka atau
rasa malu. Dalam arti lain eufemisme adalah bentuk ungkapan yang lebih halus yang
dipakai oleh sipenutur terhadap mitra tutur untuk menghindari tabu bahasa. Maka
eufemisme dapat dimanfaatkan ketika berkomunikasi dan berinteraksi agar terlihat
santun, sebab kesantunan berbahasa adalah salah satu budaya yang harus dijaga demi
hidup damai dan harmonis”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang apa saja
tipe-tipe eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba serta fungsi eufemisme dalam
Bahasa Batak Toba khususnya di desa Silando. Teori yang digunakan oleh penulis untuk
menganalisis data yaitu mengarah pada teori Allan dan Burridge. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik lapangan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tipe-tipe eufemisme dan bagaimana fungsi
eufemisme itu sendiri dalam masyarakat Batak Toba.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan kasih dan berkat-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan kekuatan
dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini
yaitu“Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba Kajian Sosiolinguistik”.
Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi dari
skripsi ini, penulis menjelaskan beberapa gambaran sistematika penulisan sebagai
berikut : bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian . Bab II merupakan tinjauan pustaka,
yang mencakup tentan kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan oleh penulis,
bab III merupakan metode penelitian yang mencakup tentang metode dasar, lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan
metode analisis data, bab VI merupakan pembahasan yang ada pada rumusan masalah,
dan bab VI merupakan kesimpulan dan saran.
Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa skripsi ini dapat selesai berkat dari
bantuan serta dukungan dari semua pihak. Butuh diketahui pula bahwa dengan segenap
kelemahan, tentu penulis masih tetap jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
meminta masukan dan kritikan yang dapat membangun serta menyempurnakan laporan
skripsi ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi
setiap pihak terutama bagi setiap pembaca, khususnya penulis.
Medan,
Penulis
Dosmaulina
NIM. 130703008
ii
Parjolo sahali mandok mauliate ma hita tu Debata Mula Jadi Nabolon disiala
asi ni rohana dohot holong ni rohana nang alani i, dilehon hahipason dohot hagogoon
tu panurat asa boi denggan pasaehon skripsi on. Adong pe tarsongon judul ni skripsi on
ima : “Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba”.
Asa boi gabe tamba ni parbinotoan tu angka namanjaha tarsingot songondia do
isi ni skripsi on, dison adong do dibahen panurat tarsongon sistematik ni skripsi on ima
: Bindu naparjolo, hupatorang ma latar belakang, rumusan masalah, tujuan penlitian,
dohot maanfaat penelitian. Bindu napaduahon, hupatorang ma tinjauan pustaka, na
patanghashon tarsingot ni kepustakaan na relevan dohot teori nai pangke, Bindu
napatoluhon, hupatorang ma metode dasar, lokasi penelitian, jenis dohot sumber data
penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data dohot metode analisis data,
Bindu napaopathon muse dipatorang ma panimpuli nang dohot angka poda.
Tangkas do diboto panurat boi pasaehon skripsi on tong do alani pangurupion
sian sude pihak, gok do hahurangan ni panurat jala mansai dao sian hata singkop.
Dibahen I mangido ma ahu tu angka sude na manjaha skripsi on asa boi mangalehon
tarsongon kritikan dohot hata poda na gabe sada parningotan di panurat, anggiat boi
lam denggan tu joloan ni ari. Hata si parpudi sian panurat, sai anggiat ma skripsi on
boi mangurupi jala tu na denggan ma tu angka jolma na manjaha tarlumobi tu panurat
sandiri.
Medan,
Panurat
Dosmaulina
NIM. 130703008
iii
pr\joloshlimn\dmo\mUliatEmhitTdEbtMljdinbol
n\disialasinirohndohto\holo^nirohnn^alniIdilEhno\hh
ipsno\dohto\hagogoano\TpNrt\asboIde^gn\psaehno\si
kirpi\siano\ado^petr\so<no\JdL\nisikirpi\siano\Im:”Eae
Upemsi\medlm\bhsbtk\tob”.asboIgbetm\bnipr\binoto
an\Ta^knmn\jhtr\si<to\so<no\diadoIsinisikirpi\sia
no\disno\ado^dodibhne\pNrt\tr\so<no\ssi\temtki\nisik
irpi\siano\Imbni\Dnpr\joloHptor^mltr\belk^RMsn\m
slh\TJan\penelitian\dohto\mn\pat\penelitian\bni\D
npDahno\Hptor^mtni\jUan\pS\tknpt^hs\hno\tr\si<
to\nikepS\than\nrelepn\dohto\teaorinIp^kebni\DnptoL
hno\Hptor^mmetodedsr\loksipenelitian\jensi\dohto\sM\
bre\dtpenelitian\Ini\s\t\Rmn\epenelitian\metodepe<M\Pl
n\dtdohto\metodeanlissi\dtbni\Dnpaopt\hno\Msedipto
r^mpnmi\Plin^dohto\a^kpodt^ks\dodibotopNrt\boIpsaeh
no\sikirpi\siano\to^doalnip>Rpiano\sian\Sdepihk\gko
\dohHr<n\nipNrt\jlmn\saidaosian\htsi^kpo\dibhne\
Im<idomaHTa^kSdenmn\jhsikirpi\siaon\asboIm<lehno
\tr\so<no\kiritikn\dohto\htpodngbesdpr\ni<otn\dip
Nrt\a^giat\boIlm\d^egn\Tjoloan\niarihtsipr\Pdisia
n\pNrt\saia^giat\msikirpi\siaon\boIm>RpijlTnd^eg
n\mTa^kjlo\mnmn\jhtr\LmobiTpNrt\sn\diri
medn\
pNrt\
dso\mUlin
nmi\130703008
iv
Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
skripsi saya ini yang berjudul : Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian
Sosiolinguistik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan minimya ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan bimbingan sangat penulis
butuhkan sehingga penulisan skripsi ini akan lebih sempurna seperti yang diharapkan.
pihak yang telah memberi motivasi serta kemudahan baik moril maupun materil yang
sangat berarti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, terkhusus
1. Bapak Dr. Budi Agustono , M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum selaku ketua Program Studi Sastra Batak
4. Ibu Dra. Herlina M.Hum selaku pembimbing I, atas petunjuk dan arahan yang
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Ramlan damanik, M.Hum selaku pembimbing II, yang telah
skripsi ini.
6. Ibu Dra. Asriaty R. Purba M,Hum, yang telah banyak membantu dan
skripsi ini.
7. Seluruh Staf Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
8. Kedua orang tua tercinta, untuk ayahanda H.Sihite dan Ibunda T.Aritonang, yang
doanya yang tulus, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Hotmaida Sihite selaku kakak dari penulis yang selalu memberikan dukungan,
baik moril maupun materil kepada penulis yang belum bisa terbalasakan,
10. Oppung Siburian yang telah kiranya sudi memberikan sumbangan informasi dan
vi
12. Kepada sahabat saya dan sekaligus membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, Jeki Tumangger, Sriwati Purba S.S, Veronika Lumban Gaol S.S,
Stevani Silalahi S.S, Mena Mustika Berutu, terimakasih buat kepedulian kalian
13. Abang-abang dan kakak-kakak Stambuk 2011 dan 2012. Yang selalu
14. Teman-teman stambuk 2013 seperjuangan Elen Katrina Simamora S.S, Dasa
Rejeki Banjarnahor S.S, Nadila Amelia S.S, Mahdatul fadila, Maysharoh, Dian
Dini, Dedy Capah Rovindo, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
telah melewati awal masa perkuliahan bersama hingga sampai penulisan skripsi,
15. Adik-adik stambuk 2014, 2015, dan 2016. Terimakasih banyak penulis ucapkan
16. Seluruh teman-teman yang juga memberikan motivasi kepada penulis, Kakak
Herawati Spd, Devi Nainggolan, Hesty Berutu, Jifora Rehuella pakpahan dan
vii
Oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik untuk penyempurnaan
skripsi ini.
Medan,
Penulis
Dosmaulina
NIM. 130703008
viii
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ix
5.2. Saran............................................................................................................... 55
Daftar Kosakata..................................................................................................... 60
PENDAHULUAN
Bahasa adalah salah satu sarana yang sangat penting dalam sebuah
digunakan sebagai ala dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Bahasa
yang digunakan oleh setiap suku tentu bahasa daerah yang berfungsi sebagai alat
Salah satu etnik yang ada di Sumatera Utara yang masih hidup dan terus
berkembang yaitu Batak Toba. Sebagai etnik Batak Toba, tentu etnik Batak Toba
menggunakan bahasa sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya.
bahasa Batak Toba juga memiliki peranan penting didalam kegiatan sehari-hari,
terutama yang masih tinggal diaerah pedalaman atau masih asli suku Batak
lebih suka memakai bahasa-bahasa gaul atau bahasa asing supaya lebih bergengsi
bahasa batak tapi dari mereka yang melanggar aturan dalam menggunakan
kosakata yang baik dan lebih sopan dalam menggunakan bahasa contoh: untuk
menyebutkan „mata‟ mereka tidak dapat membedakan yang baik kepada yang
lebih tua, tetapi ada bahasa penghalusan untuk menggantikan kosakata tersebut.
Oleh karena itu, hal itulah yang perlu dipertanyakan. Padahal mereka adalah
harapan generasi untuk mempertahankan budaya bahasa Batak Toba supaya tidak
punah. Dan masalah yang terpenting pada penyusunan latar belakang ini adalah
diwariskan dan dipertahankan oleh generasi muda dikemudian hari supaya bahasa
sosiolinguistik baru muncul pada tahun 1952 dalam karya Haver C.Currie yang
bahwa “sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi
bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa
adalah yang disetujui, dianggap baik oleh masyarakat untuk alasan-alasan tertentu
dan tidak melanggar aturan moral, filosofi, agama, dan norma sosial masyarakat
baik atau dengan tujuan yang baik. Eufemisme adalah semacam acuan berupa
kata yang dirasa kasar atau tidak pantas diucapkan atau didengar oleh orang lain
sangat penting dan sudah diangggap sebagai budaya masyarakat Indonesia pada
umumnya .
bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu; mis :„buang angin‟
untuk “kentut”. Dalam KKBI (1995 :271) Eufemisme adalah ungkapan yang lebih
mengatakan “gila”.
serta berbudaya.
dan menarik untuk dikaji di jaman modern ini. Kajian eufemisme mampu
yang terjadi dalam suatu masyarakat juga dapat diketahui dari frekuensi
menunjukkan adanya perubahan system tata nilai dalam bahasa yang berkaitan
berbahasa.
Toba perlu untuk dipertahankan atau tidak perlu diwariskan kepada kaum muda,
Toba, hal ini sangat perlu untuk dikaji supaya pengguna bahasa tidak salah
saja ada norma adat istiadat yang perlu di taati dan harus diperhatikan, supaya bisa
Hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian tentang
bentuk-bentuk apa saja eufemisme dalam Batak Toba serta fungsi eufemisme itu
pada skripsi ini yaitu ‟Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian
Sosiolinguistik‟ karena penulis tertarik pada gaya bahasa eufemisme yang ada
dalam Batak Toba yang digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari serta dalam
melakukan suatu penelitian lagi tentang eufemisme yang ada dalam masyarakat
Batak Toba.
Toba.
Toba.
eufemisme.
Indonesia.
4. Penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
dengan eufemisme.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam menyusun sebuah karya ilmiah tentu tidak terlepas dari kepustakan
yang relevan karena hal ini sangat penting dari keseluruhan langkah-langkah
skripsi dan juga tesis digunakan sebagai penunjang dalam pembuatan skripsi ini
ekonomi dan perdagangan, (2) bidang sosial, (3) bidang kesehatan, (4)
pemerintah. Hal ini merupakan pilihan kata atau diksi yang tepat untuk
Rubby dan Dardanila ada tujuh bentuk eufemisme pada harian Seputar
lan pangan „mencari pakaian dan makanan‟ atau „nafkah‟), (2) satu
„perawan‟.
Perlu dicatat Yanti Friska Purba hanya meneliti tentang Eufemisme pada
Batak Toba secara keseluruhan belum pernah dilakukan, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukannya.
10
teori yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge (1991:14), yang menjelaskan
Bentuk ungkapan tersebut yang tidak berkenaan dapat berupa seperti tabu,
ketakutan, dan yang tidak disenangi karena memiliki arti yang negatif untuk
dipilih/dipakai dalam tujuan komunikasi penutur dan mitra tutur pada situasi
tertentu.
Tipe eufemisme yang digunakan pada skripsi ini adalah tipe eufemisme
Contoh :
menyenangkan‟ =>meninggal.
2. Metaphor (Metafora) => merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal
yang berbeda.
Contoh :
11
Contoh :
Contoh :
Contoh :
Contoh:
Contoh :
Contoh :
12
Contoh :
I need to go„saya mau pergi‟=>I need to go to the lavatory „saya mau pergi
ke kamar mandi‟.
Contoh :
Bottom„dasar‟=>ass „pantat‟.
11. General for specific (hipernim) => merupakan bentuk kata yang umum
Contoh :
12. Part for whole eupheisms (Hiponim) => merupakan bentuk kata yang
Contoh:
Contoh:
„meninggal‟ .
13
15. Jargon (Jargon), yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda
bentuk.
Contoh:
sehari-hari.
Contoh:
Period„periode‟=>menstruation „menstruasi‟.
sapaan sebagai manusia yang berbudaya dan bergantung pada pesapa dan
Tuhan, panggilan nama berdasarkan usia (misalnya, dalam Batak Toba: angkang
ito‟bisa panggilan abang adik, bisa juga panggilan untuk orang muda yang baru
kita kenal. juga berdasarkan latar belakang sosial dan budaya, nama dalam
14
„dukun‟).
Kata tabu adalah kata yang merunjuk pada tindakan yang tidak boleh
dilakukan atau harus dihindari. Kata tabu bisasaja terdapat pada bagian tubuh,
bagian yang khusus, seks, haid, cacat mental dan tubuh, penyakit, yang
dikeluarkan oleh tubuh, kematian serta seni. Misalnya dalam Batak Toba,lao tu
pudi„buang hajat‟.
3.Gender
Setiap manusia selain memiliki usia yang berbeda tapi juga memiliki
jabatan yang berbeda dan kemampuan ekonomi yang berbeda pula. Sehingga pada
setiap percakapan atau komunikasi yang sedang terjadi dapat disesuaikan dengan
jabatan atau kedudukan dengan sebutan yang berbeda. Misalnya dalam bahasa
menunjukkan rasa hormat, ada pangggilan khusus untuk status tersebut begitu
juga dengan panggilan untuk seorang Polisi, Guru, pemilik perusahaan, bahkan
orang yang tertua di dalam sebuah kampung, untuk memanggil orang yang baru
15
METODE PENELITIAN
Metodelogi berasal dari kata metode dan logos. Metode yang artinya cara
yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi
pada saat terjun langsung kelapangan, mencatat segala sesuatu yang berhubungan
penelitian merupakan ilmu menenai suatu cara yang dilakukan guna mencapai
suatu tujuan.
Segala sesuatu yang kita harapkan atau hasil yang kita inginkan dapat
16
cara menganalisis data yang sudah diperoleh dari informan yang dianggap
mengambil lokasi ini karena menurut penulis pada desa tersebut masih kental
akan budaya dan menurut informasi mereka masih menggunakan bahasa Batak
yang asli dan dianggap mampu menguasai social budaya Batak Toba sehingga
Sumber data adalah kunci dari pada hasil penelitian yang diharapkan, dan
subjek dari mana data diperoleh. yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan
Sumber data primer merupakan sumber data mentah yang akan diperoleh
17
Sumber data skunder merupakan sumber data yang sudah pernah diteliti
pandang yang berbeda. Sumber data skunder ini dapat diperoleh dari
objek yang sedang dikaji, termasuk juga media lainnya yang relevan
penelitian ini. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah semua alat-
data, dan menganalisis data hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal
1) Alat rekam
2) Kamera
3) Pulpen
4) Buku
18
Metode pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan para
yaitu :
1. Metode observasi
gejala pemakaian kata dan frasa eufemisme seperti acara digereja,acara adat,dan
percakapan bahasa toba yang digunakan pada masyarakat Batak Toba khususnya
2. Metode wawancara
dilakukan pada seorang informan yang terpilih dan dianggap telah memahami
tentang masalah social budaya Batak Toba. Percakapan tersebut dilakukan dengan
3. Metode kepustakaan
mengidentifikasi kata dan frasa eufemisme dari buku-buku yang relevan untuk
19
Metode analisis data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengolah data yang mentah yang diperoleh dari informan menjadi data yang
akurat dan ilmiah. Adapun proses analisis data pada skripsi ini yaitu :
1. Menyeleksi data yang telah dikumpulkan atau data yang valid, yang
2. Mengklasifikasi data dealam ennam belas tipe eufemisme yang ada dalam
Batak Toba.
20
PEMBAHASAN
beberapa elemen seperti etika, baik berbicara maupun bertindak, agama serta
dan berkomunikasi karena memiliki aturan yang tersirat yang dapat digunakan
norma dan kesopanan guna untuk membimbing masyarakat secara baik dan benar
kata-kata naso sumanatau bersifat tidak sopan mengenai bagian sensitif seperti
alat vital, mereka akan dianggap sebagai orang dang maradatatau tidak memiliki
nilai moral.
tubu‟,teman lahir atau teman semarga‟, ketiga hal inilah yang membatasi
dan berinteraksi, baik dalam situasi normal dan nonformal. Sitem dalihan na tolu
21
kematian, upacara mangokal holi. Setiap penutur dan mitra tutur yang menghadiri
setiap upacara padat maka mereka harus menempatkan diri dengan baik pada
situasi tertentu serta mampu memilih tuturan yang tepat dan bijak untuk
orang tua dan belajar menghargai seseorang serta tidak meremehkan orang lain.
baik anak laki-laki maupun perempuan, dan semua berada diatas puncak
kesuksesan.
kesopanan, dan agama sangatlah berpengaruh satu sama lain, apalagi menyangkut
filosofi masyarakat Batak Toba yang sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau tidak berkenan di
22
nilai-nilai tersebut akan hilang begitu saja dan mungkin masyarakat akan kacau
balau karena tidak bisa memberikan contoh yang baik, saling menjatuhkan dan
tidak menghargai satu sama lain . Sehingga perlu dilestarikan dari generasi ke
regenerasi mengenai nilai-nilai sosial budaya agar tidak merusak hubungan sistem
baik diantara anggota kerabat dekat bahkan anggota keluarga masyarakat lainnya.
Maka dari itu elemen-elemen sosial budaya yang ada dalam masyarakat
tabu yang dapat meyakiti dan menyinggung perasaan seseorang. Karena elemen-
elemen tersebut mempengaruhi perilaku seseorang secara baik dan benar dalam
berkomunikasi dan berinteraksi, dan dapat memberikan nilai yang positif bagi
masyarakat itu sendiri serta supaya dapat hidup rukun dan harmonis.
Batak Toba sangatlah penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena hal
ini dipengaruhi oleh nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba,
seperti sistem kekerabatan yang diatur oleh Dalihan Natolu, filosofi „pantun
hangoluan, tois hamagoon, dan filsafat masyarakat Batak Toba yang menyangkut
sebelumnya.
ini terjadi pada kaum muda-mudi pada jaman modern sekarang, mereka kurang
23
komunikasi dan interaksi, apalagi saat bertemu dengan kerabat dekat dari kedua
orang tua, kita harus menunjukkan rasa hormat saat menyapa mereka. Situasi ini
sangat penting, mereka bisa menilai sifat dan karakter seeorang dari perkataan dan
perbuatannya, karena karena pada saat mereka salah tingkah dan salah ucapan,
orang lain tentu akan dengan mudah meyalahkan kedua orang tua yang tidak tepat
tersebutlah yang tidak bisa di didik karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
tempat ibadah, pesta pernikahan, atau acara resmi lainnya, berbeda dengan situasi
seperti di pasar, kede tuak, bahkan jalanan umum yang tidak menggunakan
eufemisme.
Kata tabu bisa digantikan oleh eufemisme agar tidak menyinggung atau
penutur maupun mitra tutur, dengan memakai eufemisme seseorang akan terlihat
santun berbicara, budi bahasanya, penuh belas kasihan dan suka menolong
pornografi. Ada beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi seseorang tidak
24
merupakan sebuah factor tempat tinggal sekitar, dimana factor ini sangat
seksama dan akan mengikuti mana kata-kta yang lebih bergengsi yang
Contoh: saat melihat seseorang sudah sukses dengan usaha dan kerja
keras, maka ada pesan moral yang dapat kita ambil yaitu menjadikannya
jelekkan seseorang dan mengatakan bahwa dia bisa sukses karena ada
orang dalam‟.
2. Psikologis
Contoh :
saat seseorang tidak menyukai orang lain yang mungkin membuatnya sakit
hati atau iri hati, mereka akan memilih menggunakan kata tabu seperti,
merupakan sebuah factor yang berbeda situasi, ada yang merasa kurang,
25
sebaliknya jika sifat seseorang tidak baik atau bahkan kategori sangat
ungkapan yang tepat dan harus menggunakan kata-kata yang tepat untuk
Contoh :
kecelakaan
berhubungan suami
istri.
rupa
26
kata dan frasa yang tepat sangatlah penting demi menjaga nilai-nilai sosial budaya
secara baik dan benar, karena masyarakat Batak Toba menjunjung tinggi nilai
mengenal Debata, tondi dan datu bolon, bahkan masih ada masyarakat yang
menganut agama sipele begu yaitu agama yang sama sekali percaya kepada Tuhan
atau Debata. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe eufemisme yang ada dalam
Eufemisme ini digunakan pada situasi nonformal seperti dirumah, di kedai atau di
pasar.
27
baik/jahat”
Untuk menyebutkan hewan atau binatang yang ada dimuka bumi tentu
perlu menggunakan bahasa yang halus, mengingat ada beberapa hewan yang tidak
boleh disebutkan nama aslinya, dengan alasan untuk menghormati sebagian dari
rumput”
rumah”
28
[sirumanga tadduk]
ihur[sigajjangihur]
melihat seseorang yang mungkin dikenal atau bahkan tidak dikenal, mereka akan
menggunakan bahasa yang spontan keluar dari alat ucap mereka, namun dengan
29
akal dan pikiran, disamping itu terdapat bagian-bagian dari tubuh manusia yang
yang memberi”
makanan”
30
berhubungan dengan manusia mulai dari hadir kedunia , beranjak dewasa hingga
akhir hidunya.
meninggal”
31
yang jauh”
tidur hingga beristirahat kembali, begitu juga setiap harinya, maka aka nada kata-
kata yang kurang enak untuk didengar saat terjadinya aktivitas tersebut,
pada bayi”
32
Berdasarkan pada konsep Keith Allan yang terdapat enam belas tipe
Contoh :
33
- Rap ma hita manopoti dosa tu Debata “saat teduh merenungi dosa kita
terhadap Tuhan”
2. Metaphor (Metafora) yakni merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal
yang berbeda.
Contoh :
- Unang sai hera huting dohot biang “jangan layaknya seperti kucing dan anjing”
- Naeng ma nian hita songon indahan dohot aek “semoga kita bisa seperti beras
34
Contoh :
Contoh kalimat ;
Contoh :
Contoh kalimat :
35
Contoh kalimat ;
Contoh:
Contoh kalimat ;
36
Contoh :
Contoh kalimat ;
yang dimakan”
8. One for one substitution (penggantian kata/kata) yakni merupakan satu kata
Contoh :
- Parnianggoan “hidung”
- Simalolong “mata”
37
Contoh kalimat ;
situmandok
9. General for specific (hipernim) yakni merupakan bentuk kata yang umum
Contoh :
Contoh kalimat ;
38
meninggal”
10. Part for whole eupheisms (Hiponim) yakni merupakan bentuk kata yang
Contoh :
- Boan jolo anggimi miting hu pudi “ bawa dulu adekmu itu buang air besar”
- Nungnga jumolo maruju ngolu amangi “bapak itu sudah telah tiada”
lebihkan.
Contoh :
39
Contoh kalimat ;
kepala”
beradadi surga.
Contoh :
Contoh kalimat ;
itu?”
40
13. Jargon yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.
Contoh :
-Togu “iring”
-Tuit “mentel”
41
sehari-hari.
Contoh :
-Jempet do pat ni gabus “langkah orang yang tidak jujur itu pendek
Contoh :
16. Acronym (akronim) yakni merupakan penyingkata atas beberapa kata menjadi
satu.
42
- Halbod „hapal bonda‟ “kemaluan yang tebal” Khusus tabu bahsa ini di
biasanya dipakai oleh seorang ibu atau anak perempuan dalam canda tawa.
a. Nama Tuhan
43
Tritunggal yang dipercaya sebagai pencipta langit dan segala isinya. Dalam
Debata/Tuhan yang merupakan suatu roh yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan
keunggulan melebihi manusia, sehingga tidak lupa mereka juga memakai kiasan
segalanya”
b. Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.
Sistem sapaan yang dipakai oleh setiap daerah termasuk masyarakat Batak
Toba, Desa Silando merupakan salah satu satu faktor utama dalam hubungan
sosial , namun tidak lazim untuk menyebutkan nama seseorang karena ada hal
atau faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mereka tentu akan menyapa dengan
melihat perbedaan usia, gender, latar belakang serta fungsi seseorang dalam
sebuah masyarakat. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan satu persatu
44
seseorang yang lebih tua, sifatnya kasar, tidak sopan atau tidak menghormati
orang yang lebih tua. Bahkan untuk yang seusia bagi orang dewasa maupun yang
tua, mereka tidak pernah memanggil dengan sebutan nama, mereka akan mencari
partuturon atau bahkan mereka akan memanggil nama anak pertama seseorang
yang akan disapa. Dalam masyarakat Batak Toba juga dikenal dengan system
sapaan Dalihan Natolu, dimana Dalihan Natolu ini yang akan mengatur
Contoh :
darah.
- iboto => panggilan untuk saudara kandung laki-laki, dapat juga dipakai untuk
- amang bao =>panggilan dari ibu mertua kepada ayah menantu laki-laki..
- inang bao => kebalikan dari amang bao, yaitu ibu kandung dari besan.
45
dengan anak laki-laki dari tondong. Dalam masyarakat Batak Tobamertua laki-
laki pantang memanggil nama parumaen, mereka juga tidak boleh berinteraksi
secara empat mata. Jika mereka ingin berbicara mereka akan menggunakan nama-
boleh memanggil mertua laki-laki dengan sebutan amang, dan mertua perempuan
d. Nama Besan
Besan adalah orang tua dari menantu. Dahulu dalam masyarakat batak
toba yang marbesan tidak boleh disebutkan, tidak boleh berbicara langsung
apalagi duduk berdekatan dalam satu ruangan itu sangat pantang, mereka
menyebut nama panggilan inang bao dan amang bao, namun kini hal tersebut
sudah mulai lumrah dibeberapa tempat, bahkan mereka sudah bisa bertatapan
dalam suatu adat, contoh ketika menari atau manortor, mereka tidak lagi peduli
kekuatan gaib atau disebut tunggal panaluan =>berasal dari nenek moyang yang
46
tidak sembarangan, biasanya ini dimiliki oleh datu bolon (datu besar).
f. Nama Raja
raja, karena mereka percaya seorang raja memiliki kekuatan yang supernatural,
dan mereka tentu sangat mematuhi akan perintah sang raja. Mereka sangat patuh
serta hormat kepada raja sehingga apapun yang diperintahkan sang raja rakyat
g. Nama Datu
Nama datu atau dukun masih dikenal dalam Batak Toba hingga kini,
mereka akan menyebutnya dengan sioppung atau jolma namalo. Mereka percaya
bahwa dukun memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh rakyat biasa, seperti
mengobati, memanggil roh, menemukan barang yang hilang, dan juga sebagai
mediator terhadap makhluk lain. Namun untuk menyebutkan datu atau dukun
supranatural‟
47
Nama tulang tidak boleh disebutkan dalam masyarakat Batak Toba, karena
bersifat tidak sopan, sebab tulang adalah tondong yang memiliki posisi terhormat
dalam suatu adat. Meskipun usia kita lebih tua darinya tetap saja kita pantang
debata natarida atau Tuhan yang kelihatan, karena tulang bisa memberi pasu-pasu
memilik kekuatan teretentu, sehingga ketika mereka berada dalam sebuah gua,
hutan, daerah terpencil bahkan tempat yang belum pernah mereka kunjungi yang
(harimau).
a. Bagiaan Tubuh
orang yang lebih tua harus menunjukkan nilai kesopanan, karena itu kitaperlu
tersebut.
Berikut akan dijelaskan hal untuk menghindari kata tabu bagian tubuh
48
Bagian organ vital ini sangat tabu dalam masyarakat Batak Toba, maka
untuk mengatakannya diperlukan bahasa yang lebih haalus agar orang tersebut
49
kesempurnaan seseorang sebab semua sudah diatur oleh sang pencipta. Begitu
juga dalam masyarakat Batak Toba table tertentu ada beberapa penyakit yang
pantang untuk disebutkan, karena mungkin takut akan tertular seperti pada table
berikut.
d. Kematian
orang yang lebih dulu meninggal. Biasanya kata mati dipakai untuk menyebutkan
50
ngolu,monding[modding],
bontang[bottang]napeak.
aktivitasnya, baik itu cair maupun padat. Masyarakat batak toba pantang untuk
pengeluarannya
telinga
Dalam masyarakat Batak Toba tentu ada beberapa ungkapan dan ejekan
terhadap seseorang yang memiliki sifat baik atau buruk. Ungkapan tersebut
pantang di ucapkan karena akan menyinggung atau menyakiti hati seseorang. Jadi
51
simalolongmimangida melihat
Untuk setiap kata dan frasa disertakan dengan tanda baca agar lebih
mudah memahaminya, sebaliknya untuk kata dan frasa yang tidak disertakan
dengan tanda baca, itu artinya sama dengan penulisan tidak terjadi perubahan.
52
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data diatas serta
Kesimpulan dan saran merupakan bagian akhir dari penelitian, guna mencakup
Sesuai dengan teori yang digunakan oleh penulis telah disimpulkan bahwa
dalam bahasa Batak Toba juga memiliki enam belas tipe eufemisme tersebut yaitu
2. Metaphor (Metafora)
3. Flippancy (Flippansi)
4. Remodeling(pemodelan ulang)
5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi)
6.Clipping (kliping)
7. Omission(pelepasan)
53
11.Hyperbole (Hiperbola)
13.Jargon (Jargon)
tabu, Bahasa Toba mempunyai kedua fungsi tersebut. Fungsi Eufemisme dalam
- Nama Tuhan
- Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.
- Nama parumean
- Nama besan
- Nama datu
54
- Bagian Tubuh
- Kematian
Fungsi-fungsi eufemisme diatas telah dipercaya dan dipahami oleh sebagian dari
tidak terlepas dari bahasa dan budaya yang bisa mempersatukan bahkan membuat
5.2. Saran
serta fungsi eufemisme yang ada dalam bahasa Batak toba. Seperti yang kita
ketahui banyak kaum milenial atau kaum yang muncul didaerah modern kini,
55
kaum regenerasi muda yang ikut turut mempertahankan dan memelihara nilai-
nilai sosial buadaya Batak Toba yang dapat diterapkan dan digunakan dalam
dipahami selain memiliki nilai positif namun berdampak juga bagi generasi muda
yang melanggar nilai sosial budaya Batak Toba. Maka anggota keluarga, kepala
adat istiadat, oraganisasi pemuda, organisasi agama dapat melakukan tugas dan
salah satu organisasi yang akan membahas kegiatan apa saja yang akan diadakan
lebih dekat dan akrab satu sama lain. Selain itu penulis menyarankan kepada
guru-guru yang mengajar disekolah agar tetap mengajarkan bahasa dan aksara
Batak Toba sebagai muatan lokal, begitu juga di Universitas Sisimangaraja XII
dengan budaya Batak Toba dan mengajarkan nilai-nilai sosial budaya Batak Toba
kepada para Mahasiswa, karena bahasa dan budaya merupakan dua hal yang
56
membahas tentang budaya dan bahasa Batak Toba, apalagi melihat begitu
menyebar di seuruh Indonesia. Penelitian skripsi ini masih sangat jauh dari kata
skripsi ini sangat menarik untuk dilakukan. Faktor sosial juga menghambat
pengaruh tipe dan fungsi eufemisme karena tidak dapat mencakup dan menggali
berharap agar lebih lagi menggali kekayaan budaya yang ada dalam masyarakat
Batak Toba, karena dengan begitu maka akan semakin banyak buku-buku yang
diterbitkan bahkan hasil para peneliti yang bisa di nikmati oleh para kaum muda,
khususnya para mahasiswa. Khusus kaum muda sangat memberi pengaruh dalam
masyarakat Batak Toba karena suatu saat bisa saja hilang dan musnah dan hal ini
57
Allan, Keith dan Burridge. 1991. Euphemism and Dyspemism Language Used as
Medan.
Pustaka Pelajar.
Keraf,gorys. 1984 :2. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : depdikbud (UT).
Gramedia.
Novianti, E. (2008). Tindak tutur direktif dalam bahasa Melayu dialek Sambas.
58
Rubby, Tia dan Dardanila. 2008. “Eufemisme pada Harian Seputar Indonesia
Sibarani, Robert. 1997. Sintaksis Bahasa Batak Toba. Medan: USU Press.
Press.
University Press
Press.
59
- Ama bapa
- Angkang[akkang] kaka
- Anggi adek
- Andora dada
- Babiat harimau
- Buat ambil
- Boan bawa
- Dungkul dengkul
- Dison disini
60
- Gonting pinggang
- Halu menstruasi
- Huting kucing
- Laho pergi
- Mate mati
- Maradian meninggal
- Manaruhon mengantar
- Mangalap menjemput
- Marangin-angin kepanasan
- Monding meninggal
- Marisi berisi
- Mawas mawas
- Marlanggar kecelakaan
- Marsirang berpisah
61
- Namarbisa ular
- Parnianggoan hidung
- Partus melahirkan
- Pangurupi pembantu
- Roa jelek
- Simanjujung kepala
- Simanangi kuping
- Simanarup rambut
- Simalolong mata
- Simangkudap dagu
- Simangido tangan
- Simanjojak kaki
- Siubeon perut
- Songon seperti
62
- Tombak hutan
- Tangkuhuk pundak
- Tudur keluar
- Togu tuntun
- Tuit mentel
63
Usia : 76 Tahun
64