Anda di halaman 1dari 77

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Sastra Batak Skripsi Sarjana

2019

Eufemisme dalam Bahasa Batak Toba:


Kajian Sosiolinguistik

Dosmaulina
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/23779
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EUFEMISME DALAM BAHASA BATAK TOBA:
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

SKRIPSI SARJANA

Disusun Oleh:

DOSMAULINA
130703008

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul „Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba di Desa Silando, Kecamatan
Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Menurut Allan Dan Burridge
(1991), menyatakan bahwa “eufemisme merupakan bentuk alternative atau pilihan
terhadap ungkapan yang tidak berkenaan‟ juga untuk menghindari kehilangan muka atau
rasa malu. Dalam arti lain eufemisme adalah bentuk ungkapan yang lebih halus yang
dipakai oleh sipenutur terhadap mitra tutur untuk menghindari tabu bahasa. Maka
eufemisme dapat dimanfaatkan ketika berkomunikasi dan berinteraksi agar terlihat
santun, sebab kesantunan berbahasa adalah salah satu budaya yang harus dijaga demi
hidup damai dan harmonis”. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang apa saja
tipe-tipe eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba serta fungsi eufemisme dalam
Bahasa Batak Toba khususnya di desa Silando. Teori yang digunakan oleh penulis untuk
menganalisis data yaitu mengarah pada teori Allan dan Burridge. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik lapangan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tipe-tipe eufemisme dan bagaimana fungsi
eufemisme itu sendiri dalam masyarakat Batak Toba.

Kata kunci : Eufemisme Batak Toba

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan kasih dan berkat-Nya, yang karena-Nya, penulis diberikan kekuatan
dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini
yaitu“Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba Kajian Sosiolinguistik”.
Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi dari
skripsi ini, penulis menjelaskan beberapa gambaran sistematika penulisan sebagai
berikut : bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian . Bab II merupakan tinjauan pustaka,
yang mencakup tentan kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan oleh penulis,
bab III merupakan metode penelitian yang mencakup tentang metode dasar, lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan
metode analisis data, bab VI merupakan pembahasan yang ada pada rumusan masalah,
dan bab VI merupakan kesimpulan dan saran.
Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa skripsi ini dapat selesai berkat dari
bantuan serta dukungan dari semua pihak. Butuh diketahui pula bahwa dengan segenap
kelemahan, tentu penulis masih tetap jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
meminta masukan dan kritikan yang dapat membangun serta menyempurnakan laporan
skripsi ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi
setiap pihak terutama bagi setiap pembaca, khususnya penulis.

Medan,
Penulis

Dosmaulina

NIM. 130703008

ii

Universitas Sumatera Utara


HATA PATUJOLO

Parjolo sahali mandok mauliate ma hita tu Debata Mula Jadi Nabolon disiala
asi ni rohana dohot holong ni rohana nang alani i, dilehon hahipason dohot hagogoon
tu panurat asa boi denggan pasaehon skripsi on. Adong pe tarsongon judul ni skripsi on
ima : “Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba”.
Asa boi gabe tamba ni parbinotoan tu angka namanjaha tarsingot songondia do
isi ni skripsi on, dison adong do dibahen panurat tarsongon sistematik ni skripsi on ima
: Bindu naparjolo, hupatorang ma latar belakang, rumusan masalah, tujuan penlitian,
dohot maanfaat penelitian. Bindu napaduahon, hupatorang ma tinjauan pustaka, na
patanghashon tarsingot ni kepustakaan na relevan dohot teori nai pangke, Bindu
napatoluhon, hupatorang ma metode dasar, lokasi penelitian, jenis dohot sumber data
penelitian, instrument penelitian, metode pengumpulan data dohot metode analisis data,
Bindu napaopathon muse dipatorang ma panimpuli nang dohot angka poda.
Tangkas do diboto panurat boi pasaehon skripsi on tong do alani pangurupion
sian sude pihak, gok do hahurangan ni panurat jala mansai dao sian hata singkop.
Dibahen I mangido ma ahu tu angka sude na manjaha skripsi on asa boi mangalehon
tarsongon kritikan dohot hata poda na gabe sada parningotan di panurat, anggiat boi
lam denggan tu joloan ni ari. Hata si parpudi sian panurat, sai anggiat ma skripsi on
boi mangurupi jala tu na denggan ma tu angka jolma na manjaha tarlumobi tu panurat
sandiri.

Medan,
Panurat

Dosmaulina
NIM. 130703008

iii

Universitas Sumatera Utara


htpTjolo

pr\joloshlimn\dmo\mUliatEmhitTdEbtMljdinbol
n\disialasinirohndohto\holo^nirohnn^alniIdilEhno\hh
ipsno\dohto\hagogoano\TpNrt\asboIde^gn\psaehno\si
kirpi\siano\ado^petr\so<no\JdL\nisikirpi\siano\Im:”Eae
Upemsi\medlm\bhsbtk\tob”.asboIgbetm\bnipr\binoto
an\Ta^knmn\jhtr\si<to\so<no\diadoIsinisikirpi\sia
no\disno\ado^dodibhne\pNrt\tr\so<no\ssi\temtki\nisik
irpi\siano\Imbni\Dnpr\joloHptor^mltr\belk^RMsn\m
slh\TJan\penelitian\dohto\mn\pat\penelitian\bni\D
npDahno\Hptor^mtni\jUan\pS\tknpt^hs\hno\tr\si<
to\nikepS\than\nrelepn\dohto\teaorinIp^kebni\DnptoL
hno\Hptor^mmetodedsr\loksipenelitian\jensi\dohto\sM\
bre\dtpenelitian\Ini\s\t\Rmn\epenelitian\metodepe<M\Pl
n\dtdohto\metodeanlissi\dtbni\Dnpaopt\hno\Msedipto
r^mpnmi\Plin^dohto\a^kpodt^ks\dodibotopNrt\boIpsaeh
no\sikirpi\siano\to^doalnip>Rpiano\sian\Sdepihk\gko
\dohHr<n\nipNrt\jlmn\saidaosian\htsi^kpo\dibhne\
Im<idomaHTa^kSdenmn\jhsikirpi\siaon\asboIm<lehno
\tr\so<no\kiritikn\dohto\htpodngbesdpr\ni<otn\dip
Nrt\a^giat\boIlm\d^egn\Tjoloan\niarihtsipr\Pdisia
n\pNrt\saia^giat\msikirpi\siaon\boIm>RpijlTnd^eg
n\mTa^kjlo\mnmn\jhtr\LmobiTpNrt\sn\diri

medn\

pNrt\

dso\mUlin

nmi\130703008

iv

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat

dan karuniaNya yang telah dilimpahkannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi saya ini yang berjudul : Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian

Sosiolinguistik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan program studi Sastra Batak di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan minimya ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran, kritikan, dan bimbingan sangat penulis

butuhkan sehingga penulisan skripsi ini akan lebih sempurna seperti yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberi motivasi serta kemudahan baik moril maupun materil yang

sangat berarti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, terkhusus

penulis mengucapkan bayak terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono , M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum selaku ketua Program Studi Sastra Batak

Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


3. Bapak Drs. Flansius Tampubolon M.Hum selaku sekretaris Program Studi Sastra

Batak Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Herlina M.Hum selaku pembimbing I, atas petunjuk dan arahan yang

diberikan kepada penulis yang begitu berarti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ramlan damanik, M.Hum selaku pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan, waktu, dan tenaga dalam pelaksanaan sampai penulisan

skripsi ini.

6. Ibu Dra. Asriaty R. Purba M,Hum, yang telah banyak membantu dan

memberikan masukan kepada penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan

skripsi ini.

7. Seluruh Staf Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis

selama masa perkuliahan.

8. Kedua orang tua tercinta, untuk ayahanda H.Sihite dan Ibunda T.Aritonang, yang

tiada hentinya memberikan dukungan motivasi, perhatian, cinta kasih, serta

doanya yang tulus, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Hotmaida Sihite selaku kakak dari penulis yang selalu memberikan dukungan,

baik moril maupun materil kepada penulis yang belum bisa terbalasakan,

sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Oppung Siburian yang telah kiranya sudi memberikan sumbangan informasi dan

arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi

Universitas Sumatera Utara


11. Seluruh Civitas Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera utara.

12. Kepada sahabat saya dan sekaligus membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, Jeki Tumangger, Sriwati Purba S.S, Veronika Lumban Gaol S.S,

Stevani Silalahi S.S, Mena Mustika Berutu, terimakasih buat kepedulian kalian

demi kelancaran skripsi ini.

13. Abang-abang dan kakak-kakak Stambuk 2011 dan 2012. Yang selalu

memberikan bimbingan dan semangat.

14. Teman-teman stambuk 2013 seperjuangan Elen Katrina Simamora S.S, Dasa

Rejeki Banjarnahor S.S, Nadila Amelia S.S, Mahdatul fadila, Maysharoh, Dian

Dini, Dedy Capah Rovindo, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang

telah melewati awal masa perkuliahan bersama hingga sampai penulisan skripsi,

tetap semangat 45 buat kita yang belum sampai tujuan.

15. Adik-adik stambuk 2014, 2015, dan 2016. Terimakasih banyak penulis ucapkan

atas dukungan dan motivasi yang sangat berharga bagi penulis.

16. Seluruh teman-teman yang juga memberikan motivasi kepada penulis, Kakak

Herawati Spd, Devi Nainggolan, Hesty Berutu, Jifora Rehuella pakpahan dan

Ana Maria, Suryani Aritonang agar skripsi ini cepat selesai.

vii

Universitas Sumatera Utara


Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik untuk penyempurnaan

skripsi ini.

Medan,

Penulis

Dosmaulina

NIM. 130703008

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8

2.1 Kepustakaan yang Relevan ............................................................................... 8

2.2 Teori yang digunakan...................................................................................... 11

2.2.1 Tipe Eufemisme ..................................................................................... 11

2.2.2 Fungsi Eufemisme.................................................................................. 14

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 16

3.1 Metode Dasar ................................................................................................. 16

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 17

3.4 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 18

ix

Universitas Sumatera Utara


3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 19

3.6 Metode Analisis Data ..................................................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 21

4.1 Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba ........................................................... 27

4.1.1. Eufemisme Manusia .................................................................................... 27

4.1.2. Eufemisme Hewan ..................................................................................... 28

4.1.3. Eufemisme Sifat .......................................................................................... 29

4.1.4. Eufemisme Bagian Tubuh ........................................................................... 30

4.1.5. Eufemisme Benda ....................................................................................... 31

4.1.6. Eufemisme Aktivitas ................................................................................... 32

4.2 Tipe-tipe Eufemisme dalam Bahasa Toba ...................................................... 33

4.3 Fungsi Eufemisme dalam Bahasa Toba .......................................................... 43

4.3.1. Sapaan dan Penamaan ................................................................................. 43

4.3.2. Menghindari Kata Tabu ........................................................................ 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 53

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 53

5.2. Saran............................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 58

Daftar Kosakata..................................................................................................... 60

Data Informan ....................................................................................................... 64

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah salah satu sarana yang sangat penting dalam sebuah

komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan. Menurut Lyon (dalam

Pateda dan Yenni,1993:4),“bahasa adalah sistem simbol yang dirancang seakan-

akan untuk tujuan komunikasi”. Tidak berbeda jauh dengan (Kridalaksana,

1993:21) mengatakan, “Bahasa adalah system lambang bunyi yang dipergunakan

oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengindentifikasikan diri. oleh karena itu bahasa sangat diperlukan dalam

kehidupan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam

mengekspresikan perasaan apapun sesuai situasi”.

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki beragam suku, agama,

budaya dan bahasayang berbeda-beda. Setiap suku memiliki bahasa yang

digunakan sebagai ala dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Bahasa

yang digunakan oleh setiap suku tentu bahasa daerah yang berfungsi sebagai alat

komunikasi antar masyarakat, dan sebagai lambang identitas tiap daerah.

Salah satu etnik yang ada di Sumatera Utara yang masih hidup dan terus

berkembang yaitu Batak Toba. Sebagai etnik Batak Toba, tentu etnik Batak Toba

menggunakan bahasa sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya.

bahasa Batak Toba juga memiliki peranan penting didalam kegiatan sehari-hari,

terutama yang masih tinggal diaerah pedalaman atau masih asli suku Batak

Universitas Sumatera Utara


Toba,bahkan beberapa sekolah masih menggunakan Bahasa Toba sebagai media

komunikasi salah satunya desa Silando, kecamatan Muara.

Seperti yang kita ketahui dizaman modern ini semakin banyaknya

perkembangan kosakata yang muncul ditengah-tengah masyarakat, apalagi

khususnya kaum muda yang terpengaruh oleh perkembangan IPTEK, mereka

lebih suka memakai bahasa-bahasa gaul atau bahasa asing supaya lebih bergengsi

dan mengesampingkan bahasa daerah. Banyak kaum muda yang mengetahui

bahasa batak tapi dari mereka yang melanggar aturan dalam menggunakan

kosakata yang baik dan lebih sopan dalam menggunakan bahasa contoh: untuk

menyebutkan „mata‟ mereka tidak dapat membedakan yang baik kepada yang

lebih tua, tetapi ada bahasa penghalusan untuk menggantikan kosakata tersebut.

Oleh karena itu, hal itulah yang perlu dipertanyakan. Padahal mereka adalah

harapan generasi untuk mempertahankan budaya bahasa Batak Toba supaya tidak

punah. Dan masalah yang terpenting pada penyusunan latar belakang ini adalah

cara untuk mengembangkan budaya daerah yang berbeda-beda sehingga dapat

diwariskan dan dipertahankan oleh generasi muda dikemudian hari supaya bahasa

daerah tetap terpelihara dengan baik. Sehingga sangat diperlukan berbagai

penelitian demi mewujudkan pelestarian dan pengembangan bahasa daerah

supaya bahasa daerah itu tetap terpelihara dengan baik.

Dalam bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya

dengan penggunaan bahasa dalam masyarakat yaitu sosiolinguistik. Istilah

sosiolinguistik baru muncul pada tahun 1952 dalam karya Haver C.Currie yang

menyarankan perlu adanya penelitian mengenai hubungan antaraperilaku ujaran

Universitas Sumatera Utara


dengan status social (Dittmar 1976:127). Kridalaksana (1984:2) mengemukakan

bahwa “sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi

bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa

itu di dalam suatu masyarakat bahasa”.

Kemudian J.A. Fishman 1972:4) berpendapat bahwa „Sosiolinguistic is the


study of the characteristics of language varieties the characteristics of their
functions, and the characteristics of their speakers as thesethree constantly
interact, change and change one another within a speech community‟
(Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, funggsi-
fungsi variasi bahasa, dan pemakai tiga unsur ini selalu berinteraksi,
berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat
tutur.

Selanjutnya, Abdul Chaer (1995:2) berpendapat bahwaa Sosiolinguistik


adalah ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistic, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Jadi sosiolinguistik
sangat erat hubungannya dengan masyarakat karena bahasa semata-mata
tidak terlepas kaitannya dengan masyarakat dalam interaksi sosial sehari-
hari.
Dalam ilmu linguistik, hal ini disebut dengan eufemisme.
Eufemisme yaitu ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang

dirasakan kasar, atau yang tidak menyenangkan. Ungkapan-ungkapan tersebut

adalah yang disetujui, dianggap baik oleh masyarakat untuk alasan-alasan tertentu

dan tidak melanggar aturan moral, filosofi, agama, dan norma sosial masyarakat

(Anita Purba 2002). Eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata

Yunani”eufhemizein” yang berarti‟mempergunakan kata-kata dengan arti yang

baik atau dengan tujuan yang baik. Eufemisme adalah semacam acuan berupa

ungkapan-ungkapan yang lebih halus untuk menggantikan acuan-acuan yang

mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan, atau menyugestikan

sesuatu yang tidak menyenangkan (Keraf, 1984:2 132).

Universitas Sumatera Utara


Pendapat lain tentang eufemisme yaitu Rahmat (2006:50), eufemisme

ialah ungkapan pelembut yang biasanya menggantikan kata-kata yang terasa

kurang enak. Eufemisme merupakan bentuk ungkapan untuk memperhalus kata-

kata yang dirasa kasar atau tidak pantas diucapkan atau didengar oleh orang lain

(Sukoharjo ,2013). Penggunaan eufemisme dalam ragam tulis maupun lisan

sangat penting dan sudah diangggap sebagai budaya masyarakat Indonesia pada

umumnya .

Menurut Kridalaksana (1993:53) Eufemisme adalah pemakaian kata atau

bentuk lain untuk menghindari bentuk larangan atau tabu; mis :„buang angin‟

untuk “kentut”. Dalam KKBI (1995 :271) Eufemisme adalah ungkapan yang lebih

halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap

merugikan atau tidak menyenangkan, misalnya : kurang akal sehat untuk

mengatakan “gila”.

Istilah-istilah yang dinamakan eufemisme seperti menurut Chaer,

1994:144; kridalaksana, 1984:48 dan lain-lain menggunakan eufemisme untuk

menghaluskan sesuatu ungkapan/tuturan, agar penuturnya dipandang lebih sopan

serta berbudaya.

Tabu bahasa dan eufemisme merupakan fenomena linguistik yang unik

dan menarik untuk dikaji di jaman modern ini. Kajian eufemisme mampu

mendeskripsikan berbagai perubahan makna kata yang berkaitan dengan

kecenderungan budaya berbahasa masyarakat modern pada umumnya, Perubahan

yang terjadi dalam suatu masyarakat juga dapat diketahui dari frekuensi

penggunaan kata-kata tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya makna-

Universitas Sumatera Utara


makna baru dalam bahasa, khususnya yang dimunculkan oleh media massa cetak,

menunjukkan adanya perubahan system tata nilai dalam bahasa yang berkaitan

erat budaya masyarakat penuturnya. Menghindari tabu bahasa serta penggunaan

eufemisme dalam komunikasi merupakan salah satu bentuk kesantunan

berbahasa.

Sehingga sangat perlu dipertanyakan apakah Eufemisme Bahasa Batak

Toba perlu untuk dipertahankan atau tidak perlu diwariskan kepada kaum muda,

yang mana mempertahankan pemakaian eufemisme dalam bahasa Batak Toba

adalah salah satu bentuk untuk mempertahankan kekayaan kebudayaan Batak

Toba, hal ini sangat perlu untuk dikaji supaya pengguna bahasa tidak salah

menggunakan bahasa dengan sembarangan, karena dalam etika berbahasa tentu

saja ada norma adat istiadat yang perlu di taati dan harus diperhatikan, supaya bisa

diterima dengan baik oleh masyarakat itu sendiri .

Hal itulah yang mendorong penulis untuk melakukan suatu penelitian tentang

bentuk-bentuk apa saja eufemisme dalam Batak Toba serta fungsi eufemisme itu

sendiri ditengah masyarakat dalam penggunaannya. Jadi penulis memberi judul

pada skripsi ini yaitu ‟Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba: Kajian

Sosiolinguistik‟ karena penulis tertarik pada gaya bahasa eufemisme yang ada

dalam Batak Toba yang digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari serta dalam

menggunakan kosakata atau frasa dalam media komunikasi sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis menyimpulkan sangat penting untuk

melakukan suatu penelitian lagi tentang eufemisme yang ada dalam masyarakat

Batak Toba.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa sajakah tipe-tipe eufemismeyang terdapat dalam Bahasa Batak Toba?

2. Apa Fungsi eufemisme dalam Bahasa Batak Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin penulis capai adalah :

1. Untuk mengetahui tipe-tipe eufemisme yang terdapat dalam Bahasa Batak

Toba.

2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi eufemisme dalam Bahasa Batak

Toba.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperkaya sumber referensi perpustakaan yang ada di Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya pada

program studi Sastra Batak.

2. Menambah wawasan tentang bahasa- bahasa yang lebih halus atau

eufemisme.

3. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak

tertentu guna sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan

Universitas Sumatera Utara


pelesatarian bahasa Batak Toba sebagai salah satu etnis yang ada di

Indonesia.

4. Penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan dalam penelitian sosiolinguistik khususnya yang berhubungan

dengan eufemisme.

5. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah daerah mengenai penggunaan

eufemisme dalam bahasa Batak Toba.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakan yang Relevan

Dalam menyusun sebuah karya ilmiah tentu tidak terlepas dari kepustakan

yang relevan karena hal ini sangat penting dari keseluruhan langkah-langkah

metode penyusunan penelitian. Tinjauan pustaka merupakan konsep kegiatan

mencari, membaca,dan menelaah laporan-laporan hasil penelitian.

Adapun beberapahasil penelitian terdahulu baik dalam bentuk buku,

skripsi dan juga tesis digunakan sebagai penunjang dalam pembuatan skripsi ini

yaitu sebagai berikut:

1. Sutarman (2013) dalam bukunya tabu dan bahasa mengidentifikasi

penggunaan eufemisme dalam bahasa sebagai berikut, (1) bidang

ekonomi dan perdagangan, (2) bidang sosial, (3) bidang kesehatan, (4)

bidang seksologi, (5) bidang pekerjaan, (6) bidang kebijakan

pemerintah. Hal ini merupakan pilihan kata atau diksi yang tepat untuk

menandai penggunaan eufemisme dalam masing-masing profesi

maupun aktivitas kehidupan.

2. Penelitian tentang eufemisme Faridah (2002) dalam tesisnya

„Eufemisme dalam Bahasa Melayu Serdang yang menjelaskan bentuk,

fungsi, dan makna eufemisme, Faridah juga menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Allan dan Burridge.

Universitas Sumatera Utara


3. Selanjutnya ada Rubby dan Dardanila (2008) dalam artikelnya yang

berjudul “eufemisme pada Harian seputar Indonesia‟ mereka

membahas bentuk-bentuk eufemisme dan frekuensi pemakaiannya.

Mereka juga menggunakan teori Allan dan Burridge (1991). Penelitian

mereka bersumber dari Seputar Indonesia edisi juni-juli 2007, yang

dikumpulkan dengan menggunakan metode simak yang kemudian

dianalisis dengan metode agih dan dan metode deskripsi. Menurut

Rubby dan Dardanila ada tujuh bentuk eufemisme pada harian Seputar

Indonesia, yaitu (1) ekspresi figurative (misalnya: Nasib mpseda di

PSMS berada di ujung tanduk‟berada dalam situasi yang kritis atau

keadaan genting‟), (2) flipansi (misalnya:..kader yang tidak

menghindahkan peraturan organisasi‟tidak menaati peraturan yang

telah ditetapkan‟), (3) sirkumlokusi (misalnya: Pemain Timnas

Indonesia tak bolehterperangkap dalam permainan dan perang kata

yang dilontarkan Arab Saudi „terprovokasi atau terpancing emosi‟),

(4) singkatan (misalnya: PSK (Pekerja Seks Komersial) „pelacur‟), (5)

satu kata untuk menggantikan satukata yang lain (misalnya: Lembaga

Permasyarakat (LP) „penjara‟, „bui‟, atau „rumah tahanan‟) , (6) umum

ke khusus (misalnya: gugur „mati‟, „meninggal‟), dan (7) hiperbola

(misalnya: Barna belum juga puas, kembalimenghujani tubuh pria

malang itu bertubi-tubi „ditikam‟ atau „dibacok‟.

4. Andayani (2005) dalam tesisnya yang berjudul “Eufemisme dalam

upacara perkawinan Adat Jawa Nemokke di Medan”, mengkaji

Universitas Sumatera Utara


tentang tipe-tipe eufemisme, fungsi, makna, serta pola sosiolinguistik

penggunaan eufemisme dalam prosesi Nemokke. Menurut Andayani,

tipe-tipe eufemisme terdiri atas (1) metafora (misalnya: golek sandang

lan pangan „mencari pakaian dan makanan‟ atau „nafkah‟), (2) satu

kata menggantikan kata yang lain (misalnya: wal lang„lepas hitungan‟

atau „segala sesuatu harus diperhitungkan), (3) hiperbola (misalnya:

satrio bagus„ksatria baik‟ atau „suami‟), dan (4) ekspresi figuratif

(misalnya: wes ngentok ake kembar mayang ponco worno„sudah

bertemu dengan bunga lima warna‟ atau „menikah). Selanjutnya,

eufemisme berfungsi sebagai sapaan (misalnya: guru laki „suami‟) dan

menghindari tabu (misalnya: kembar sekar mayang ponco worno

„perawan‟.

5. Yanti Friska Purba (2013) juga menggunakan pandangan Allan dan

Burridge dalam skripsinya yang berjudul“Eufemisme pada Tuturan

Perkawinan Batak Toba yang menjelaskan bentuk, makna, dan fungsi

pada tuturan perkawinan”. Menurut Yanti, ada enam tipe yang

ditemukan pada tuturan perkawinan Batak Toba yaitu (1) Ekspresi

Figuratif, (2) Metafora , (3) Sirkumlokusi). (4) Pelesapan, (5) Jargon,

(6) Hiperbola, (7) Sebagian untuk keseluruhan.

Perlu dicatat Yanti Friska Purba hanya meneliti tentang Eufemisme pada

Tuturan Perkawinan Batak Toba, Tetapi pada pembahasan eufemisme dalam

Batak Toba secara keseluruhan belum pernah dilakukan, sehingga peneliti tertarik

untuk melakukannya.

10

Universitas Sumatera Utara


2.2 Teori yang Digunakan

Teori yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini mengacu kepada

teori yang dikemukakan oleh Allan dan Burridge (1991:14), yang menjelaskan

bahwa eufemisme merupakan bentuk pilihan dalam mengungkapkan sesuatu yang

tidak berkenan dan digunakan untuk menghindarkan rasa malu(kehilangan muka).

Bentuk ungkapan tersebut yang tidak berkenaan dapat berupa seperti tabu,

ketakutan, dan yang tidak disenangi karena memiliki arti yang negatif untuk

dipilih/dipakai dalam tujuan komunikasi penutur dan mitra tutur pada situasi

tertentu.

2.2.1 Tipe Eufemisme

Tipe eufemisme yang digunakan pada skripsi ini adalah tipe eufemisme

menurut Allan dan Burridge yaitu :

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif ) => merupakan bentuk

perlambangan, makna atau kiasan.

Contoh :

Go to the happy huntinggrounds„pergi ke tanah pekuburan yang

menyenangkan‟ =>meninggal.

2. Metaphor (Metafora) => merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal

yang berbeda.

Contoh :

11

Universitas Sumatera Utara


The miraculous pitcher that holds water with the mouth

downwards„tempat air yang menakjubkan dengan mulut yang menghadap

ke bawah‟=> alat kelamin wanita.

3. Flippancy (Flippansi) => merupakan makna di luar pernyataan.

Contoh :

Kick the bucket„menendang tempat air‟=> die‟meninggal‟.

4. Remodeling (pemodelan ulang => merupakan bentuk kata ulang.

Contoh :

Basket„keranjang‟ =>bastard „bajingan.

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi)=>merupakan bentuk kata yang lebih

panjang atau bersifat tidak langsung.

Contoh :

Little girl‟s room„ruang gadis kecil‟ =>toilet‟kamar mandi‟ .

6. Clipping (kliping) => merupakan bentuk pemotongan atau pemenggalan.

Contoh:

Brassiere„bh‟ =>bra „bh.

7. Acronyms (Akronim) => merupakan bentuk penyingkatan atas beberapa

kata menjadi satu.

Contoh :

Snafu => situation normal‟situasi normal‟

8. Abbreviation (Abreviasi) =>merupakan bentuk penyingkatan kata-kata

menjadi beberapa huruf.

Contoh :

12

Universitas Sumatera Utara


S.O.B => son of bitch „anak pelacur‟.

9. Pelesapan (Omission) => merupakan bentuk penghilangan sebagian kecil.

Contoh :

I need to go„saya mau pergi‟=>I need to go to the lavatory „saya mau pergi

ke kamar mandi‟.

10. One for one substitution (penggantian kata/kata).

Contoh :

Bottom„dasar‟=>ass „pantat‟.

11. General for specific (hipernim) => merupakan bentuk kata yang umum

menjadi kata yang khusus.

Contoh :

Go to bed„pergi tidur‟=>fuck „berhubungan intim‟ .

12. Part for whole eupheisms (Hiponim) => merupakan bentuk kata yang

khusus menjadi kata umum.

Contoh:

Stuffed up nose, postnasal drip running eyes„hidung tersumbat, ingusan,

mata berair‟=>I‟ve got cough „saya demam‟.

13. Hyperbole (Hiperbola) => merupakan bentuk ungkapan yang berlebihan.

Contoh:

Flight to glory„terbang ke tempat yang nyaman (surga)=>death

„meninggal‟ .

14. Understatement(Makna diluar pernyataan) => merupakan satu makna kata

yang terlepas dari makna kata tersebut.

13

Universitas Sumatera Utara


Contoh:

Genitals‟ alat kelamin, bulogate‟ kasus, etc‟dll‟=>thing „sesuatu‟.

15. Jargon (Jargon), yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda

bentuk.

Contoh:

Feces„kotoran (istilah medis)‟ → shit „tahi‟

16. Colloquial (Kolokial) => merupakan bentuk ungkapan yang dipakai

sehari-hari.

Contoh:

Period„periode‟=>menstruation „menstruasi‟.

2.2.2. Fungsi Eufemisme

Menurut Keith Allan dan Burridge (1991) mengemukakan beberapa

fungsi Eufemisme dalam penggunannya didalam masyarakat pemakainya yaitu:

1. Sapaan dan Penamaan

Didalam kehidupan sehari-hari,tentu setiap manusia menggunakan sitem

sapaan sebagai manusia yang berbudaya dan bergantung pada pesapa dan

penyapa. Kata sapaan yang berbeda ditujukan untuk menyebutkan,misalnya nama

Tuhan, panggilan nama berdasarkan usia (misalnya, dalam Batak Toba: angkang

boru „kakak perempuan‟) berdasarkan genders (misalnya, dalam Batak Toba:

ito‟bisa panggilan abang adik, bisa juga panggilan untuk orang muda yang baru

kita kenal. juga berdasarkan latar belakang sosial dan budaya, nama dalam

14

Universitas Sumatera Utara


keluarga(family), nama binatang buas (misalnyadalam Batak Toba: namalo

„dukun‟).

2. Menghindari kata Tabu

Kata tabu adalah kata yang merunjuk pada tindakan yang tidak boleh

dilakukan atau harus dihindari. Kata tabu bisasaja terdapat pada bagian tubuh,

bagian yang khusus, seks, haid, cacat mental dan tubuh, penyakit, yang

dikeluarkan oleh tubuh, kematian serta seni. Misalnya dalam Batak Toba,lao tu

pudi„buang hajat‟.

3.Gender

Setiap manusia selain memiliki usia yang berbeda tapi juga memiliki

jabatan yang berbeda dan kemampuan ekonomi yang berbeda pula. Sehingga pada

setiap percakapan atau komunikasi yang sedang terjadi dapat disesuaikan dengan

jabatan atau kedudukan dengan sebutan yang berbeda. Misalnya dalam bahasa

batak, untuk memanggil Pendeta harus dengan sebutan „Amang‟ demi

menunjukkan rasa hormat, ada pangggilan khusus untuk status tersebut begitu

juga dengan panggilan untuk seorang Polisi, Guru, pemilik perusahaan, bahkan

orang yang tertua di dalam sebuah kampung, untuk memanggil orang yang baru

dikenal sebelum bertutur dengan sebutan Amang boru/Namboru agar terlihat

akrab dan lebih sopan dan lain-lain.

15

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metodelogi berasal dari kata metode dan logos. Metode yang artinya cara

yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi

metodelogi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sudaryanto (1982:2).

Penelitian adalah sebuah kegiatan untuk mencari fakta yang sebenarnya

pada saat terjun langsung kelapangan, mencatat segala sesuatu yang berhubungan

dengan objek penelitian,untuk merumuskan dan menganalisis data hingga

membuahkan hasil yang maksimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian merupakan ilmu menenai suatu cara yang dilakukan guna mencapai

suatu tujuan.

3.1 Metode Dasar

Segala sesuatu yang kita harapkan atau hasil yang kita inginkan dapat

diketahui melalui terjun langsung kelapangan, Sehingga penulis menggunakan

metode penelitian yang deskriptif kualitatif Sudaryanto(1986:40-50) yang

merupakan jenis metode yang berusaha utnuk menggambarkan dan

menginterpretasikan objek kebahasaan sesuai apa adanya,sehingga penulis

mendapatkan gambaran sifat keadaan atau fenomena kebahasaan yang secara

16

Universitas Sumatera Utara


alami dalam bahasa Batak Toba pada saat penelitian dilaksanakan atau dapat

memberikan penyelesaian masalah yang ada pada fenomena kebahasaan dengan

cara menganalisis data yang sudah diperoleh dari informan yang dianggap

mengetahui objek yang ingin diteliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis tetapkan adalah Desa Silando, Kecamatan

Muara, Kabupaten Tapanuli Utara,Provinsi Sumatera Utara. Alasan penulis

mengambil lokasi ini karena menurut penulis pada desa tersebut masih kental

akan budaya dan menurut informasi mereka masih menggunakan bahasa Batak

yang asli dan dianggap mampu menguasai social budaya Batak Toba sehingga

untuk mengetahui kebenarannyamaka penulis akan melakukan penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah kunci dari pada hasil penelitian yang diharapkan, dan

subjek dari mana data diperoleh. yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan

sumber data. Sumber data dapat dibagi dua yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data mentah yang akan diperoleh

dari lapangan dan yang belum pernah dianalis.

17

Universitas Sumatera Utara


2. Sumber Data Sekunder

Sumber data skunder merupakan sumber data yang sudah pernah diteliti

sebelumnya dan dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui dari sudut

pandang yang berbeda. Sumber data skunder ini dapat diperoleh dari

daftar-daftar pustaka atau buku-buku yang yang berhubungan dengan

objek yang sedang dikaji, termasuk juga media lainnya yang relevan

dengan penelitian yang dilaksanakan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian yang berbeda adalah hampir sama dengan

penelitian ini. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah semua alat-

alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data,memeriksa data, mengolah

data, dan menganalisis data hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal

ini, penulis memakai beberapa alat bantu seperti :

1) Alat rekam

2) Kamera

3) Pulpen

4) Buku

18

Universitas Sumatera Utara


3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan para

peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari

penelitian di lapangan. Adapun metode yang dipakai untuk mengumpulkan data

yaitu :

1. Metode observasi

Metode observasi merupakan cara langsung yang dapat dilihat dilapangan

gejala pemakaian kata dan frasa eufemisme seperti acara digereja,acara adat,dan

percakapan bahasa toba yang digunakan pada masyarakat Batak Toba khususnya

yang tinggal di desa Silando.

2. Metode wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu metode yang langsung

dilakukan pada seorang informan yang terpilih dan dianggap telah memahami

tentang masalah social budaya Batak Toba. Percakapan tersebut dilakukan dengan

cara memancing informan agar pembicaraan terarah dengan menggunakan

beberapa pertanyaan yang sudah dirumuskan oleh penulis.

3. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data-data dengan membaca, mencatat, dan

mengidentifikasi kata dan frasa eufemisme dari buku-buku yang relevan untuk

19

Universitas Sumatera Utara


membantu menyelesaikan dserta melengkapi data yang berhubungan dengan

penyusunan skripsi ini.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengolah data yang mentah yang diperoleh dari informan menjadi data yang

akurat dan ilmiah. Adapun proses analisis data pada skripsi ini yaitu :

1. Menyeleksi data yang telah dikumpulkan atau data yang valid, yang

kemudian menggugurkan data yang tidak relevan..

2. Mengklasifikasi data dealam ennam belas tipe eufemisme yang ada dalam

Batak Toba.

3. Menganalisis data yang sudah dikumpulkan.

4. Mencari fungsi eufemisme yang ada dalam Batak Toba.

5. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data.

20

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam masyarakat Batak Toba terdapat unsur-unsur yang dipengaruhi oleh

beberapa elemen seperti etika, baik berbicara maupun bertindak, agama serta

filosofi Batak Toba.Elemen-elemen tersebut sangat berpengaruh dalam bertindak

dan berkomunikasi karena memiliki aturan yang tersirat yang dapat digunakan

oleh masyarakat Batak Toba dengan baik dan benar.

Misalnya dalam etika berbicara, tentu sesorang memberikan nilai moral,

norma dan kesopanan guna untuk membimbing masyarakat secara baik dan benar

dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Karena ketika seseorang mengucapkan

kata-kata naso sumanatau bersifat tidak sopan mengenai bagian sensitif seperti

alat vital, mereka akan dianggap sebagai orang dang maradatatau tidak memiliki

nilai moral.

Sistem sapaan dalam masyarakat Batak Toba diatur oleh Dalihan

Natolu(tungku yang tiga)‟, yang merupakan hula-hula‟orangtua dari istri‟, dongan

tubu‟,teman lahir atau teman semarga‟, ketiga hal inilah yang membatasi

hubungan antarpenutur dan yang membatasi pilihan tutur dalam berkomunikasi

dan berinteraksi, baik dalam situasi normal dan nonformal. Sitem dalihan na tolu

21

Universitas Sumatera Utara


juga berperan penting dalam upacara adat seperti peristiwa perkawinan, upacara

kematian, upacara mangokal holi. Setiap penutur dan mitra tutur yang menghadiri

setiap upacara padat maka mereka harus menempatkan diri dengan baik pada

situasi tertentu serta mampu memilih tuturan yang tepat dan bijak untuk

menghindari kesalahpahaman. Berikut beberapa filosofi yang dianut oleh

masyarakat Batak Toba :

Filosofi yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 pantun hangoluon, tois hamagoan

Maksudnya adalah supaya anak muda memiliki sopan santun, menghormati

orang tua dan belajar menghargai seseorang serta tidak meremehkan orang lain.

Filsafat yang ada dalam masyarakat Batak Toba yaitu :

 hamoraon, hagabeon, dohot hasangapon

Maksudnya adalah masyarakat Batak Toba biasanya mengharapkan

kehidupan anak-anaknya bisa memiliki kekayaan anak, memiliki keturunan

baik anak laki-laki maupun perempuan, dan semua berada diatas puncak

kesuksesan.

Larangan-larangan yang diatur oleh system sapaan, etika, norma dan

kesopanan, dan agama sangatlah berpengaruh satu sama lain, apalagi menyangkut

filosofi masyarakat Batak Toba yang sangat berperan penting dalam kehidupan

sehari-hari. Seperti mengucapkan kata-kata yang tidak baik atau tidak berkenan di

hati seseorang, yang dapat menyinggung hati seseorang.

22

Universitas Sumatera Utara


Tentu ada sebuah kekwahatiran dalam masyarakat Batak Toba suatu saat

nilai-nilai tersebut akan hilang begitu saja dan mungkin masyarakat akan kacau

balau karena tidak bisa memberikan contoh yang baik, saling menjatuhkan dan

tidak menghargai satu sama lain . Sehingga perlu dilestarikan dari generasi ke

regenerasi mengenai nilai-nilai sosial budaya agar tidak merusak hubungan sistem

baik diantara anggota kerabat dekat bahkan anggota keluarga masyarakat lainnya.

Maka dari itu elemen-elemen sosial budaya yang ada dalam masyarakat

Batak Toba sebaiknya menggunakan bahasa eufemisme untuk menghindari kata

tabu yang dapat meyakiti dan menyinggung perasaan seseorang. Karena elemen-

elemen tersebut mempengaruhi perilaku seseorang secara baik dan benar dalam

berkomunikasi dan berinteraksi, dan dapat memberikan nilai yang positif bagi

masyarakat itu sendiri serta supaya dapat hidup rukun dan harmonis.

Menghindari tabu bahasa dan menggunakan eufemisme dalam masyarakat

Batak Toba sangatlah penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi, karena hal

ini dipengaruhi oleh nilai sosial budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba,

seperti sistem kekerabatan yang diatur oleh Dalihan Natolu, filosofi „pantun

hangoluan, tois hamagoon, dan filsafat masyarakat Batak Toba yang menyangkut

‟hamoraon, hagabeon, dan hasangapon seperti yang dijelaskan pada halaman

sebelumnya.

Melihat fakta yang terjadi pada sebagian masyarakat yang kurang

memahami elemen-elemen sosial budaya atau kurang apresiasi(menghargai), hal

ini terjadi pada kaum muda-mudi pada jaman modern sekarang, mereka kurang

23

Universitas Sumatera Utara


memahami akan nilai-nilai sosial budaya yang akan mempengaruhi sistem

komunikasi dan interaksi, apalagi saat bertemu dengan kerabat dekat dari kedua

orang tua, kita harus menunjukkan rasa hormat saat menyapa mereka. Situasi ini

sangat penting, mereka bisa menilai sifat dan karakter seeorang dari perkataan dan

perbuatannya, karena karena pada saat mereka salah tingkah dan salah ucapan,

orang lain tentu akan dengan mudah meyalahkan kedua orang tua yang tidak tepat

dalam memberikan didikan dan moral kepada anaknya, padahal si anak

tersebutlah yang tidak bisa di didik karena dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,

apalagi terjadi perpindahan suku-suku lain ke wilayah masyarakat Batak Toba,

begitupun sebaliknya, perpindahan suku Batak Toba kewilayah lain sangat

mempengaruhi nilai-nilai yang asli dalam masyarakat tersebut.

Eufemisme lebih cenderung digunakan pada acara-acara formal seperti

tempat ibadah, pesta pernikahan, atau acara resmi lainnya, berbeda dengan situasi

seperti di pasar, kede tuak, bahkan jalanan umum yang tidak menggunakan

eufemisme.

Kata tabu bisa digantikan oleh eufemisme agar tidak menyinggung atau

menyakiti hati seseorang bahkan bisa menimbulkan efek ketidaknyamanan bagi

penutur maupun mitra tutur, dengan memakai eufemisme seseorang akan terlihat

santun berbicara, budi bahasanya, penuh belas kasihan dan suka menolong

sesama. Kesantunan berbahasa bertujuan untuk menghindari hal-hal yang bersifat

pornografi. Ada beberapa factor lain yang dapat mempengaruhi seseorang tidak

menggunakan eufemisme dalam berkomunikasi dan bertindak :

24

Universitas Sumatera Utara


1. lingkungan :

merupakan sebuah factor tempat tinggal sekitar, dimana factor ini sangat

memengaruhi sifat dan tindak laku seseorang, mereka melihat dengan

seksama dan akan mengikuti mana kata-kta yang lebih bergengsi yang

digunakan oleh anak muda zaman modern.

Contoh: saat melihat seseorang sudah sukses dengan usaha dan kerja

keras, maka ada pesan moral yang dapat kita ambil yaitu menjadikannya

sebagai motivasi untuk maju dan berkembang atau sebaliknya menjelek-

jelekkan seseorang dan mengatakan bahwa dia bisa sukses karena ada

orang dalam‟.

2. Psikologis

=>merupakan sebuah factor kejiwaan dimana seseorang yang tidak bisa

mengendalikan diri dan emosi, sehingga seseorang lebih cenderung

menggunakan kata tabu bahasa daripada eufemisme bahasa.

Contoh :

saat seseorang tidak menyukai orang lain yang mungkin membuatnya sakit

hati atau iri hati, mereka akan memilih menggunakan kata tabu seperti,

„babi, bujang inam,parbonda bosi,rojan,bursik,tena‟ kata-kata tersebut

merupakan hal yang tabu,tapi dengan mengucapkannya menurutnya dapat

mengurangi sakit hatinya walau hal ini sangatlah tidak sopan.

3. Sifat atau keadaan seseorang :

merupakan sebuah factor yang berbeda situasi, ada yang merasa kurang,

bahkan ada yang merasa lebih. Hal tersebut dapat menimbulkan

25

Universitas Sumatera Utara


pertentangan dalam suatu masyarakat, jika sifat seseorang yang menonjol

adalah sifat baik seseorang maka tidak akan bermasalah, namun

sebaliknya jika sifat seseorang tidak baik atau bahkan kategori sangat

buruk, hal inilah yang menimbulkan seseorang untuk menggunakan

ungkapan yang tepat dan harus menggunakan kata-kata yang tepat untuk

menghormati orang tersebut. Dengan menggunakan pilihan kata yang

tepat merupakan sebuah kesantunan berbahasa, dan apapun sifat atau

keadaan seseorang kita harus menghormatinya supaya dia tidak merasa

diremehkan atau direndahkan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Narintik [naritti] „hurang roha‟ menyatakan gila

- Tumpur[tuppur] „sumurut‟ menyatakan bangkrut

- Marlanggar „martumpur‟ menyatakan

kecelakaan

- Martole „tunggane‟ menyatakan

berhubungan suami

istri.

- Roa balang „hurang rupa‟ menyatakan kurang

rupa

- Mapogos „dang marnasib‟ kurang beruntung

26

Universitas Sumatera Utara


Semua yang berbentuk eufemisme tentu tidak terlepas dari kata dan frasa. Pilihan

kata dan frasa yang tepat sangatlah penting demi menjaga nilai-nilai sosial budaya

secara baik dan benar, karena masyarakat Batak Toba menjunjung tinggi nilai

etika, moral, kesopanan yang ditunjukkan lewat perilaku sesesorang dengan

menggunakan atau mengungkapkan gaya bahasa eufemisme untuk menghormati

perasaan seseorang serta tidak membuatnya tersinggung atau merasa terluka.

Paham agama dan kepercayaan pada masyarakat Batak Toba masih

mengenal Debata, tondi dan datu bolon, bahkan masih ada masyarakat yang

menganut agama sipele begu yaitu agama yang sama sekali percaya kepada Tuhan

atau Debata. Berikut akan dijelaskan beberapa tipe eufemisme yang ada dalam

bahasa Batak toba

4.1 Eufemisme Dalam Bahasa Batak Toba

Setelah dilakukan penelitian terdapat tipe-tipe eufemisme, fungsi

eufemisme yang ada dalam bahasa Batak Toba berikut penjelasannya.

4.1.1 Eufemisme Manusia

Eufemisme manusia yaitu eufemisme untuk penamaan dan penyebutan

seseorang yang sudah berkeluarga ataupun orang memiliki kekuatan supranatular.

Eufemisme ini digunakan pada situasi nonformal seperti dirumah, di kedai atau di

pasar.

27

Universitas Sumatera Utara


Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia

-pangintubu[pangittubu] “yang melahirkan” “ibu”

-parsinuan “yang menanam” “ayah”

-pardijabu „yang memiliki rumah” “istri”

-namalo “orang pintar” “dukun”

-pangula-ngula “yang melakukan “dukun”

baik/jahat”

-pangurupi “yang membantu” “pembantu”

-pinasangapan “yang dihormati” “Tuhan,raja

4.1.2 Eufemisme Hewan

Untuk menyebutkan hewan atau binatang yang ada dimuka bumi tentu

perlu menggunakan bahasa yang halus, mengingat ada beberapa hewan yang tidak

boleh disebutkan nama aslinya, dengan alasan untuk menghormati sebagian dari

mahkluk ciptaan Tuhan.

Bahasa toba Gloss Bahasa indonesia

- Namarbisa “yang berbisa” “ular”

-Silomlomdirobean “yangbisa makan “lembu”

rumput”

- Pinahan lobu peliharaan dibelakang “babi”

rumah”

- Sitapi “yang bertubuh kecil” “kucing”

28

Universitas Sumatera Utara


-Sirumangatanduk “yang memilik tanduk” “kerbo”

[sirumanga tadduk]

-Gaja “yang memiliki belalai” “gajah”

-Nagogo “yang kuat” “harimau”

-Mawas “yang bias menggantung” “mawas”

-Siganjang “yang berbisa” “ular”

ihur[sigajjangihur]

- Siteukon “yang dipelihara” “anjing”

4.1.3 Eufemisme Sifat

Eufemisme sifat sangat penting digunakan untuk menyatakan sifat atau

karakteristik seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi, apalagi saat

melihat seseorang yang mungkin dikenal atau bahkan tidak dikenal, mereka akan

menggunakan bahasa yang spontan keluar dari alat ucap mereka, namun dengan

menggunakan eufemisme akan terlihat lebih sopan dan berwibawa.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

-Sirang “berpisah” “cerai”

-Marpogos “merosot” “tumpur”

-Monding[modding] “mendiang” “meninggal‟

-Marisi “berisi” “hamil”

-Lamban[labban] “lelet” “lamban‟‟

29

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Eufemisme Bagian Tubuh

Manusia sebagai mahkluk ciptaan yang paling sempurna dan memiliki

akal dan pikiran, disamping itu terdapat bagian-bagian dari tubuh manusia yang

tabu untuk di ucapkan sehingga sangat diperlukan penggunaan eufemisme untuk

terlihat sopan santun.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Simajujung “yang menjunjung” “kepala”

- Simanangi “yang mendengarkan” “kuping”

- Simalolong “yang melihat” “mata”

- Parnianggoan “yang mencium” “hidung”

- Simanarup “bagian kepala” “rambut”

- Simangkudap[simakkudap] “bagian bawah mulut” “dagu”

- Simangido “yang meminta dan “tangan”

yang memberi”

- Simanjojak[simajjojak] “yang dapat menginjak” “kaki”

- Dungkul[dukkul] “dibawah bagian paha” “dengkul”

- Jari-jari “jari-jari” “jari-jari”

-Tangkuhuk[takkuhuk] “dibelakang bagian leher” “pundak”

- Rukhung[rukkung] “dibawah bagian dagu” “leher”

- Siubeon “yang bisa menampung “perut”

makanan”

30

Universitas Sumatera Utara


- Tambon[tabbon] “bagian dibawah pinggang” “pantat”

- Holi-holi natoltol/ruhkung “bagian belakang leher” “pundak”

- Gonting [gotting] “bagian dibawah perut” “pinggang”

- Andora[addora] “bagian depan ” “dada”

- Tarus/taguk “yang dimiliki wanita” “panyudara”

- Hauma santopak[sattopak] “yang dapat menghilang‟ “alat kelamin wanita”

- Pilat “menghadap kedepan” “alat kelamin pria”

-Pardompakan [pardoppakan] “bagian depan kepala” “dahi”

- Natu “yang dapat menghilang” “alat kelamin pria”

- Sitabean “yang dapat menyusui” “payudara wanita”

4.1.5 Eufemisme Benda

Eufemisme benda juga dipakai untuk menyebutkan benda yang

berhubungan dengan manusia mulai dari hadir kedunia , beranjak dewasa hingga

akhir hidunya.

Bahasa Toba Gloss Bahasa Indonesia

- Halu “pantang pakaian “ “haid”

-Situmandok[situmaddok] “tempat penimbunan” “kuburan”

- Batang “tempat orang “peti mati”

meninggal”

- Jabu-jabu “rumah-rumah “peti mati”

31

Universitas Sumatera Utara


- Tombak[tobbak] “belantara” “hutan”

- Banua toru “dibawan tanah “alam baka”

yang jauh”

- Sisombaon[sisobbaon] “yang patut disembah” “Tuhan”

- Banua tonga “bagian tengah langit” “khayangan”

4.1.6 Eufemisme Aktivitas

Setiap manusia memiliki aktivitas yang berbeda-beda mulai dari bangun

tidur hingga beristirahat kembali, begitu juga setiap harinya, maka aka nada kata-

kata yang kurang enak untuk didengar saat terjadinya aktivitas tersebut,

digunakanlah eufemisme supaya terlihat lebih sopan.

Bahasa Toba Gloss Bahasa indonesia

- Manaruhon hupudi “mengantar kebelakang” “buang air besar”

- Tuduru “mengantar keluar” “buang air kecil”

- Mangaji “mengantar kebelakang” “buang air besar”

- Tarilu-ilu “berurai air mata” “menangis”

- Manarus “memberikan air susu “menyusui”

pada bayi”

- Marangin-angin “mencari udara” “kepanasan”

- Mangalap gogo “mengambil tenaga” “istirahat”

- Partus “melahirkan” “melahirkan”

32

Universitas Sumatera Utara


- Martapian “pergi kekamar mandi” “mandi”

- Manunggali “menaiki” “mengawini”

- Tunggal “bersatu” “kawin/setubuh(hewan)

4.2 Tipe-tipe Eufemisme Bahasa Toba

Berdasarkan pada konsep Keith Allan yang terdapat enam belas tipe

eufemisme, dan pada Bahasa Batak Toba terdapat tipe

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif ) yakni merupakan

bentukperlambangan, makna atau kiasan.

Contoh :

Batak Toba Gloss Bahasa indonesia

- Mardua holong “dua hati” “selingkuh”

- Marsirang podoman “dua tempat tidur” “cerai”

- Manaruhon nanipangan “mengantar yang dimakan” “buang hajat”

-Bagas na badia “rumah ibadah” “tempat ibadah”

-Manopoti dosa “meminta ampun” “tobat”

Contoh dalam kalimat ;

-Boasa mardua holong ho dongan? “menggapa engkau mendua hati teman?

33

Universitas Sumatera Utara


- Nungnga marsirang podoman “mereka sudah berdua tampat tidur be nasida

- Laho tu pudi manaruhon “pergi kebelakang mengantar

nanipanganna yang dimakan”

-Beta laho tu bagas na badia “ayo pergi ke tempat ibadah”

- Rap ma hita manopoti dosa tu Debata “saat teduh merenungi dosa kita

terhadap Tuhan”

2. Metaphor (Metafora) yakni merupakan bentuk yang implisit dalam dua hal

yang berbeda.

Contoh :

Batak Toba Bahasa Indonesia

- Hera huting dohot biang “seperti kucing dengan anjing ”

- Songon indahan dohot aek “seperti air dan beras”

Contoh dalam kalimat ;

- Unang sai hera huting dohot biang “jangan layaknya seperti kucing dan anjing”

- Naeng ma nian hita songon indahan dohot aek “semoga kita bisa seperti beras

dan air, meski berbeda tapi dapat saling melengkapi”

34

Universitas Sumatera Utara


3. Flippancy (Flippansi) yakni merupakan makna di luar pernyataan.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Nungnga jumolo ‟monding‟ ‟meninggal‟

- Maradian „monding‟ ‟meninggal‟

Contoh kalimat ;

- Nungnga jumolo be amang i “bapa sudah terlebih dulu meninggalkan ibu”

Manadingkon [manadikkon] inang i.

- Dison maradian…. “telah berpulang”…

4. Remodeling (pemodelan ulang) yakni merupakan bentuk kata ulang.

Contoh :

- Barbar “menipiskan kayu

Contoh kalimat :

-Barbar majo hau pinasa i “tipiskan dulu pohon nangka itu

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi) yakni merupakan bentuk kata yang lebih

panjang atau bersifat tidak langsung.

35

Universitas Sumatera Utara


Contoh :

-Dang boi mambege “tidak bisa mendengar/tuli”

- Parroha sada “selalu ingin menang/egois”

Contoh kalimat ;

- Dang boi hape mabege “ternyata tidak bisa mendengar

gelleng ni si jakkup anaknya si jakkup itu”

- Butul do ho parroha sada “betulnya kau berhati satu/egois

6. Clipping (kliping) yakni merupakan bentuk pemotongan atau pemenggalan.

Contoh:

-Pis “buang air kecil”

- E‟ek “buang air besar”

- Ntut “buang angin”

Contoh kalimat ;

- Boan jolo anggimi pis “bawa dulu adekmu kencing”

- Nungnga ngek ibana? “sudah kau bawa dia kebelakang?”

-Nungnga ntut be si adek “sudah kentut adek”

36

Universitas Sumatera Utara


7. Pelesapan (Omission) yakni merupakan bentuk penghilangan sebagian kecil.

Contoh :

-Laho hu [ lao tu ]pudi “pergi kebelakang”

- Aha dope naipaima hamu ? “apa lagi yang kau tunggu?”

- Di ingot hamu dope? “masih ingat nya kau?”

Contoh kalimat ;

- Laho[lao] ibana hupudi[tu pudi] manaruhon nanipangan “dia pergi mengantar

yang dimakan”

- Ai nungnga marhasohotan Sidebora “si Debora sudah menikah,

aha do naipaimam? apa lagi yang kau tunggu?

- Di ingot ho dope, situppal “masih ingat nya kau, situppal

namarlanggar di Medan? yang tabrakan di Medan?

8. One for one substitution (penggantian kata/kata) yakni merupakan satu kata

untuk menggantikan satu kata lainnya.

Contoh :

- Parnianggoan “hidung”

- Simalolong “mata”

37

Universitas Sumatera Utara


- Situmandok[situmaddok] “kuburan”

Contoh kalimat ;

- Boasa basi nimmu, na boha “kenapa basi kamu bilang,

do parnianggoanmu? “dimana nya kau buat hidungmu!”

- Aha do na di simalolongmi? “apa yang ada di matamu itu?

- Nungngadibahen nasida “mereka buat doa sebelum pergi

angiang paima laho tu ke kuburan”

situmandok

9. General for specific (hipernim) yakni merupakan bentuk kata yang umum

menjadi kata yang khusus.

Contoh :

Bata Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Koncing [kossing] „tu duru‟ “buang air besar/kecil”

- Monding[modding] „maruju ngolu‟ “meninggal”

-Modom „renges„ “tidur”

Contoh kalimat ;

- Nungnga sae adek koncing[kossing]? “sudah siap adek keluar?”

38

Universitas Sumatera Utara


-Nungnga monding[modding]be ama ni si Ucok“bapak si Ucok itu sudah

meninggal”

- Di dia modom uma? “dimana mama tidur?”

10. Part for whole eupheisms (Hiponim) yakni merupakan bentuk kata yang

khusus menjadi kata umum.

Contoh :

Batak Toba Eufemisme Bahasa Indonesia

- Miting „berak‟ “buang air besar”

- Maruju ngolu „monding‟ “meninggal”

Contoh dalam kalimat ;

- Boan jolo anggimi miting hu pudi “ bawa dulu adekmu itu buang air besar”

- Nungnga jumolo maruju ngolu amangi “bapak itu sudah telah tiada”

11. Hyperbole (Hiperbola) yakni merupakan bentuk ungkapan yang melebih-

lebihkan.

Contoh :

-Boru ni raja “putri kesayangan”

-Si jugul baut “keras kepala”

-Paburju hu “terlalu baik”

39

Universitas Sumatera Utara


-Pangkehede-hedeon “lebih dari orang mentel”

-Nungnga sonang “sudah senang

Contoh kalimat ;

-Boru ni raja do antong [attong]i “dia itu kan putrid kesayangan”

-Hera si jugul baut do ho “kau sperti orang terlalu keras

kepala”

-Unang paburjuhu tu ibana “jangan terlalu baik padanya”

-E tahe, unang pangkehede-hedeon, sotung dibursingkon jolma “jangan terlalu

mentel, nanti orang menyumpahi kita.

-Nungnga sonang be halak amang di surgo hasonangan “bapa sudah tenang

beradadi surga.

12. Understatement(Makna diluar pernyataan) yakni merupakan satu makna kata

yang terlepas dari makna kata tersebut.

Contoh :

-Na disan i “yang disana itu”

-Nga tarujung “sudah dipenghujung”

Contoh kalimat ;

-Buat jo palia na disan I “tolong ambilkan pete yang disana

itu?”

40

Universitas Sumatera Utara


-Pahatop jo anggi,nga tarujung be on? “cepatkanlah adek, sudah tak

tertahan lagi ini”

13. Jargon yaitu kata yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda bentuk.

Contoh :

-Tuntun [tuttun] “iring”

-Togu “iring”

-Tuit “mentel”

-Panghehede-hedeon [pakkehede-heon] “mentel

-Marsiruppa “kerja sama/tolong menolong

-Marsidapari “kerja sama/tolong menolong

Contoh dalam kalimat ;

- Tuntun [tuttun] jo adek i tu pudi” “iringi dulu adek itu kebelakang”

- Togu ma au tuhan tu dalanmu “iringi aq kejalanmu yang benar”

- Unang patuit hu jadi jolma “jangan terlalu mentel jadi orang

- Na panghehede-hedeon do haroa ho “jangan terlalu mentel

-Marsiruppa do sude angka jolma na nahasea“untuk berhasil diperlukan kerja

sama dan tolong menolong.

41

Universitas Sumatera Utara


14. Colloquial (Kolokial) yakni merupakan bentuk ungkapan yang dipakai

sehari-hari.

Contoh :

- Marsiurupan “kerja sama”

- Mardumpul [marduppu] “datang bulan”

-Jempet do pat ni gabus “langkah orang yang tidak jujur itu pendek

15. Abreviation (abreviasi) yakni merupakan kata-kata menjadi beberapa huruf.

Contoh :

-PH3 „par;huta-huta hian‟ “orang yang kampungan”

-HKBP „huria kristen batak protestan‟ “gereja kristen Batak Toba “

-PMH „pendek, mokmok, hapal‟ “pendek, gemuk, tebal”

-BE „buku ende‟ “buku kebaktian”

-OP „Ompung‟ “kakek/nenek”

-ST „sintua‟ “tetua digereja”

- NB „naposo bulung‟ “muda-mudi

- PTT „patentengan‟ “orang yang merasa hebat”

16. Acronym (akronim) yakni merupakan penyingkata atas beberapa kata menjadi

satu.

42

Universitas Sumatera Utara


Contoh :

- Arios „aritonang ompu sungguh‟ “boru aritonang ompu sungguh””

- Borlap „boru laban‟ “boru silaban

- Huting „hurang tinggil‟ “kurang jelas”

- Naruto „narintik naoto‟ “orang yang kurang kurang ilmu”

- Halbod „hapal bonda‟ “kemaluan yang tebal” Khusus tabu bahsa ini di

biasanya dipakai oleh seorang ibu atau anak perempuan dalam canda tawa.

- Aspemo „asal peak modom‟ “ketika bersandar langsung tidur”

- Hasian „halak nasialan‟ “tambatan hati”

- Golsu „golang suhu‟ “gelang pengukur”

- Parbada „parlawak batak daerah‟ “sebuah grup Batak Toba”

- Napes „naga pesong‟ “marga sinaga”

- Sinaga „siang najolo ganteng‟ “dari dulu sudah tampan”

- P.nauli „pardomuan nauli “sebuah nama kampung”

4.3. Fungsi Eufemisme Bahasa Toba

4.3.1. Sapaan dan Penamaan

a. Nama Tuhan

43

Universitas Sumatera Utara


Dalam kehidupan sehari-hari, tentu manusia pasti memiliki system

kepercayaan masing-masing. Begitu juga dalam masyarakat Batak Toba yang

memiliki kepercayaan terhadap Tuhan, yang disebut sebagai Debata Natolu‟Allah

Tritunggal yang dipercaya sebagai pencipta langit dan segala isinya. Dalam

masyarakat Batak Toba khusunya Desa Silando, mereka percaya kepada

Debata/Tuhan yang merupakan suatu roh yang memiliki kekuatan, kekuasaan dan

keunggulan melebihi manusia, sehingga tidak lupa mereka juga memakai kiasan

atau ungkapan untuk menggantikan kata Debata yakni sebagai berikut :

-ama na pargogo na so hatudosan “bapa yang memiliki kekuatan diatas

segalanya”

-ama na dibanua ginjang “bapa yang ada disurga”

-ama nasomurung „bapa yang mahakasih

b. Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.

Sistem sapaan yang dipakai oleh setiap daerah termasuk masyarakat Batak

Toba, Desa Silando merupakan salah satu satu faktor utama dalam hubungan

sosial , namun tidak lazim untuk menyebutkan nama seseorang karena ada hal

atau faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mereka tentu akan menyapa dengan

melihat perbedaan usia, gender, latar belakang serta fungsi seseorang dalam

sebuah masyarakat. Untuk lebih jelasnya, penulis akan menjelaskan satu persatu

yaitu sebagai berikut :

1. Sapaan berdasarkan usia

44

Universitas Sumatera Utara


Mereka yang lebih muda tidak diperbolehkan untuk memanggil nama

seseorang yang lebih tua, sifatnya kasar, tidak sopan atau tidak menghormati

orang yang lebih tua. Bahkan untuk yang seusia bagi orang dewasa maupun yang

tua, mereka tidak pernah memanggil dengan sebutan nama, mereka akan mencari

partuturon atau bahkan mereka akan memanggil nama anak pertama seseorang

yang akan disapa. Dalam masyarakat Batak Toba juga dikenal dengan system

sapaan Dalihan Natolu, dimana Dalihan Natolu ini yang akan mengatur

berjalannya sebuah adat.

Contoh :

- angkang [akkang] =>panggilan untuk seorang kakak yang memiliki hubungan

darah.

- iboto => panggilan untuk saudara kandung laki-laki, dapat juga dipakai untuk

seorang laki-laki yang baru dikenal.

2. Sapaan berdasarkan gender

- amang bao =>panggilan dari ibu mertua kepada ayah menantu laki-laki..

- inang bao => kebalikan dari amang bao, yaitu ibu kandung dari besan.

3. Sapaan berdasarkan latar belakang sosial

- pangulu => kepala desa

- raja parhata => pemimpin adat atau protocol

-pandita [paddita] => pemimpin ibadah

45

Universitas Sumatera Utara


c. Nama Parumaen

Parumaen merupakan seorang menantu perempuan yang sudah menikah

dengan anak laki-laki dari tondong. Dalam masyarakat Batak Tobamertua laki-

laki pantang memanggil nama parumaen, mereka juga tidak boleh berinteraksi

secara empat mata. Jika mereka ingin berbicara mereka akan menggunakan nama-

nama benda disekitar mereka sebagai mediator. Sedangkan seorang parumaen

boleh memanggil mertua laki-laki dengan sebutan amang, dan mertua perempuan

dengan sebutan inang.

d. Nama Besan

Besan adalah orang tua dari menantu. Dahulu dalam masyarakat batak

toba yang marbesan tidak boleh disebutkan, tidak boleh berbicara langsung

apalagi duduk berdekatan dalam satu ruangan itu sangat pantang, mereka

menyebut nama panggilan inang bao dan amang bao, namun kini hal tersebut

sudah mulai lumrah dibeberapa tempat, bahkan mereka sudah bisa bertatapan

dalam suatu adat, contoh ketika menari atau manortor, mereka tidak lagi peduli

atau mengingat akan budaya nenek moyang dahulu.

e. Nama makhluk yang tidak kelihatan (supranatural)

Dalam masyarakat Batak Toba masih terdapat kepercayaan terhadap

kekuatan gaib atau disebut tunggal panaluan =>berasal dari nenek moyang yang

46

Universitas Sumatera Utara


bisa menjalankan sesuai perintah, dan orang yang memiliki kekuatan tersebut

tidak sembarangan, biasanya ini dimiliki oleh datu bolon (datu besar).

f. Nama Raja

Pada zaman dahulu masyarakat Batak Toba dilarang menyebutkan nama

raja, karena mereka percaya seorang raja memiliki kekuatan yang supernatural,

dan mereka tentu sangat mematuhi akan perintah sang raja. Mereka sangat patuh

serta hormat kepada raja sehingga apapun yang diperintahkan sang raja rakyat

akan melakukan segala perintahnya denga baik.

g. Nama Datu

Nama datu atau dukun masih dikenal dalam Batak Toba hingga kini,

mereka akan menyebutnya dengan sioppung atau jolma namalo. Mereka percaya

bahwa dukun memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh rakyat biasa, seperti

mengobati, memanggil roh, menemukan barang yang hilang, dan juga sebagai

mediator terhadap makhluk lain. Namun untuk menyebutkan datu atau dukun

tidak diperbolehkan karena posisinya dianggap terhormat. Mereka akan memakai

pengganti nama sebagai berikut :

- Panungkunan [panukkunan] „orang yang memiliki kemampuan

supranatural‟

- Datu bolon „yang memiliki pengetahuan yang lebih‟

47

Universitas Sumatera Utara


h. Nama Tulang

Nama tulang tidak boleh disebutkan dalam masyarakat Batak Toba, karena

bersifat tidak sopan, sebab tulang adalah tondong yang memiliki posisi terhormat

dalam suatu adat. Meskipun usia kita lebih tua darinya tetap saja kita pantang

menyebutkan namanya. Dalam Batak Toba mereka percaya Tulang merupakan

debata natarida atau Tuhan yang kelihatan, karena tulang bisa memberi pasu-pasu

atau berkat kepada pihak boru.

i. Nama binatang buas

Masyarakat Batak toba masih percaya terhadap binatang buas yang

memilik kekuatan teretentu, sehingga ketika mereka berada dalam sebuah gua,

hutan, daerah terpencil bahkan tempat yang belum pernah mereka kunjungi yang

dianggap seram, mereka akan memakai ungkapan halus seperti parompungan,

nagogo, panginganan dan lain-lain guna menghormatinya, seperti babiat

(harimau).

4.3.2. Menghindari Tabu

a. Bagiaan Tubuh

beberapa organ tubuh tak dapat disebutkan namanya apalagi terhadap

orang yang lebih tua harus menunjukkan nilai kesopanan, karena itu kitaperlu

mencari dan menggunakan bahasa yang lebih halusuntuk menghormati hal

tersebut.

Berikut akan dijelaskan hal untuk menghindari kata tabu bagian tubuh

48

Universitas Sumatera Utara


Nama bagian tubuh Eufemisme Bahasa Indonesia

- Mata Simalolong mata

- Igung parnianggoan hidung

- Ngingi ipon gigi

- Ihur tambon [tabbon] bokong

- Baba simangkudap [simakudap] mulut

- Bohi pardompakan[pardopakan] wajah

- Ulu simajujung kepala

- Pinggol simanangi kuping

b. Bagian Organ vital

Bagian organ vital ini sangat tabu dalam masyarakat Batak Toba, maka

untuk mengatakannya diperlukan bahasa yang lebih haalus agar orang tersebut

tidak tersinggung atau salah paham.

Nama organ vital Eufemisme Bahasa Indonesia

-Pidong Pilat alat kelamin laki-laki

-Bonda[bodda] bujang/hauma satopak alat kelamin perempuan

-Susu taguk payudara

49

Universitas Sumatera Utara


c. Penyakit Cacat Mental

Didalam kehidupan tentu tidak bisa manusia untuk menjamin

kesempurnaan seseorang sebab semua sudah diatur oleh sang pencipta. Begitu

juga dalam masyarakat Batak Toba table tertentu ada beberapa penyakit yang

pantang untuk disebutkan, karena mungkin takut akan tertular seperti pada table

berikut.

Nama penyakit Eufemisme Bahasa Indonesia

-Tepal Timpang[tippang] kaki miring

-Pitung Hurang simalolong tidak bisa melihat

-Bisu Ngungu bisu

-Pampang[pappang] Dang boi mardalan tidak bisa berjalan

-Tupihon[tupikon] Ngukngak/hallang sumbing

d. Kematian

Kematian dalam masyarakat Batak Toba sangatlah tabu, karena mereka

menganggap walupun sudah mati, mereka tetap menghargai dan menghormati

orang yang lebih dulu meninggal. Biasanya kata mati dipakai untuk menyebutkan

hewan dan tanaman.

Kematian Eufemisme Bahasa Indonesia

- I tanom i suanhon [I suatton] di tanam

- Tu udean situmandok [situmaddo]) kuburan

50

Universitas Sumatera Utara


- Batang jabu-jabu peti mayat

-Mate nungnga jumolo, maruju

ngolu,monding[modding],

bontang[bottang]napeak.

e. Benda yang dikeluarkan oleh tubuh

Bagian tubuh tertentu pasti akan meengeluarkan sesuatu sesuai

aktivitasnya, baik itu cair maupun padat. Masyarakat batak toba pantang untuk

menyebutkannya karena organ pengeluarannya dianggap suci.

Benda yang keluar dari Eufemisme bahasa Indonesia

tubuh dan organ

pengeluarannya

-Tena na haluar[na kaluar] kotoran

-Konsing[kossing] songon aek urin

-Tungkihon[tukkikon] hera nana kotoran yang keluar dari

telinga

f. Sumpah serapah dan ejekan

Dalam masyarakat Batak Toba tentu ada beberapa ungkapan dan ejekan

terhadap seseorang yang memiliki sifat baik atau buruk. Ungkapan tersebut

pantang di ucapkan karena akan menyinggung atau menyakiti hati seseorang. Jadi

51

Universitas Sumatera Utara


untuk menggantikan kata tersebut digunakanlah eufemisme agar tidak

menyinggung atau menyakiti hati seseorang.

Sumpah serapah Eufemisme Bahasa Indonesia

- Bujang inam naboi mago yang bisa menghilang

- Matami pake gunakan mata untuk

simalolongmimangida melihat

-Babiat songon na diporlak i seperti yang dihutan

- Narintik[narittik] hurang roha orang gila

- Bursik pangalaho na so ture sifat kurang ajar

-Babi jalang boru-boru naso suman kupu-kupu malam

Untuk setiap kata dan frasa disertakan dengan tanda baca agar lebih

mudah memahaminya, sebaliknya untuk kata dan frasa yang tidak disertakan

dengan tanda baca, itu artinya sama dengan penulisan tidak terjadi perubahan.

52

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data diatas serta

penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat diambil dari kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dan saran merupakan bagian akhir dari penelitian, guna mencakup

keseluruhan dari pada isi skripsi.

Sesuai dengan teori yang digunakan oleh penulis telah disimpulkan bahwa

dalam bahasa Batak Toba juga memiliki enam belas tipe eufemisme tersebut yaitu

1. Figuratif expressions (Ekspresi figuratif )

2. Metaphor (Metafora)

3. Flippancy (Flippansi)

4. Remodeling(pemodelan ulang)

5. Cirkumlocutions(sirkumlokusi)

6.Clipping (kliping)

7. Omission(pelepasan)

8. One for one substitution (penggantian kata/kata)

53

Universitas Sumatera Utara


9. General for specific (hipernim)

10. Part for whole eupheisms (Hiponim)

11.Hyperbole (Hiperbola)

12.Understatement (Makna diluar pernyataan)

13.Jargon (Jargon)

14. Colloquial (Kolokial)

15. Abreviations (Abreviasi)

16. Acronym (Akronim)

Dilihat dari fungsi Eufemisme yaitu : Fungsi sapaan dan menghindari

tabu, Bahasa Toba mempunyai kedua fungsi tersebut. Fungsi Eufemisme dalam

Bahasa Toba yaitu :

1. Fungsi sapaan yang terdiri atas

- Nama Tuhan

- Nama orang berdasarkan usia, gender, latar belakang sosial, serta fungsi sosial.

- Nama parumean

- Nama besan

- Nama makhluk yang tidak kelihatan (supernatural)

- Nama datu

54

Universitas Sumatera Utara


- Nama tulang

- Nama binatang buas

2. Fungsi menghindari tabu bahasa yang terdiri atas :

- Bagian Tubuh

- Bagian Organ vital

- Penyakit Cacat Mental

- Kematian

- Benda yang dikeluarkan oleh tubuh

- Sumpah serapah dan ejekan

Fungsi-fungsi eufemisme diatas telah dipercaya dan dipahami oleh sebagian dari

seluruh masyarakat Batak Toba terkhusus desa Silando, semoga bisa

mempertahankan nilai-nilai sosial budaya, karena berkomunikasi dan berinteraksi

tidak terlepas dari bahasa dan budaya yang bisa mempersatukan bahkan membuat

hubungan sesuatu anggota masyarakat menjadi tidak harmonis.

5.2. Saran

Dalam penelitian skripsi ini yaitu membahas tentang tipe-tipe eufemisme

serta fungsi eufemisme yang ada dalam bahasa Batak toba. Seperti yang kita

ketahui banyak kaum milenial atau kaum yang muncul didaerah modern kini,

55

Universitas Sumatera Utara


banyak dari mereka yang belum paham tentang tugas dan tanggung jawab sebagai

kaum regenerasi muda yang ikut turut mempertahankan dan memelihara nilai-

nilai sosial buadaya Batak Toba yang dapat diterapkan dan digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai sosial budaya sangat menarik untuk

dipahami selain memiliki nilai positif namun berdampak juga bagi generasi muda

dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan tepat dan benar

Maka dengan menggunakan eufemisme dapat terhindar dari ucapan tabu

yang melanggar nilai sosial budaya Batak Toba. Maka anggota keluarga, kepala

adat istiadat, oraganisasi pemuda, organisasi agama dapat melakukan tugas dan

tanggung jawabnya untuk menjaga dan melestarikan penggunaan nilai-nilai sosial

budaya yang ada dalam masyarakat Batak Toba.

Penulis menyarankan agar supaya organisasi seperti Karang Taruna tetap

dapat dipertahankan dan berkelanjutan, karena organisasi tersebut merupakan

salah satu organisasi yang akan membahas kegiatan apa saja yang akan diadakan

dikampung tersebut dengan menggunakan bahasa daerah mereka akan merasa

lebih dekat dan akrab satu sama lain. Selain itu penulis menyarankan kepada

guru-guru yang mengajar disekolah agar tetap mengajarkan bahasa dan aksara

Batak Toba sebagai muatan lokal, begitu juga di Universitas Sisimangaraja XII

Tapanuli Utara(UNITA) supaya mengadakan mata kuliah yang berhubungan

dengan budaya Batak Toba dan mengajarkan nilai-nilai sosial budaya Batak Toba

kepada para Mahasiswa, karena bahasa dan budaya merupakan dua hal yang

sangat berhubungan erat.

56

Universitas Sumatera Utara


Saran ini juga penulis tujukan untuk para peneliti-peneliti yang ingin

membahas tentang budaya dan bahasa Batak Toba, apalagi melihat begitu

banyaknya masyarakat Batak Toba yang sudah berpindah-pindah penduduk dan

menyebar di seuruh Indonesia. Penelitian skripsi ini masih sangat jauh dari kata

sempurna, sehingga sangat mungkin untuk diperbaiki, karena penelitian tentang

skripsi ini sangat menarik untuk dilakukan. Faktor sosial juga menghambat

pengaruh tipe dan fungsi eufemisme karena tidak dapat mencakup dan menggali

semua konteks sosial budaya Batak Toba.

Untuk itu diperlukan bagi para peneliti-peneliti selanjutnya, penulis

berharap agar lebih lagi menggali kekayaan budaya yang ada dalam masyarakat

Batak Toba, karena dengan begitu maka akan semakin banyak buku-buku yang

diterbitkan bahkan hasil para peneliti yang bisa di nikmati oleh para kaum muda,

khususnya para mahasiswa. Khusus kaum muda sangat memberi pengaruh dalam

mempertahankan dan memelihara aspek-aspek budaya yang ada dalam

masyarakat Batak Toba karena suatu saat bisa saja hilang dan musnah dan hal ini

dapat merusak hubungan antara anggota masyarakat.

57

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Allan, Keith dan Burridge. 1991. Euphemism and Dyspemism Language Used as

Shield and Weapon. Oxford: Oxford University.

Andayani 2005. “Eufemisme dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa Nemokke”.

Medan.

Baehaqie, Imam. 2008. Sintaksis : Teori dan Analisisnya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Jakarta:PT Rineka Cipta.

Faridah. 2002. “Eufemisme dalam Bahasa Melayu Serdang.” (Tesis).

Medan:Program Pasca Sarjana USU.

Friska, Yanti. 2013. “Eufemisme Pada Tuturan Perkawinan Batak Toba”.

(Skripsi) Universitas Sumatera Utara.

Keraf,gorys. 1984 :2. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : depdikbud (UT).

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik (Edisi Kedua). Jakarta:

Gramedia.

Novianti, E. (2008). Tindak tutur direktif dalam bahasa Melayu dialek Sambas.

Tesis. Universitas Diponegoro.

58

Universitas Sumatera Utara


Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blanc.

Ramlan, M. 1987. Sintaksis. Yogyakarta : CV Karyono.

Rubby, Tia dan Dardanila. 2008. “Eufemisme pada Harian Seputar Indonesia

Sibarani, Robert. 1997. Sintaksis Bahasa Batak Toba. Medan: USU Press.

Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik.. Yogyakarta: Duta Wacana University

Press.

Veerhar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Wahab, Abdul. 1990. Butir-butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University

Press.

Http://www.kamusbatak.com, tanggal akses 19 juni 2019, Medan.

59

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR KOSAKATA

Bahasa Toba Bahasa Indonesia

- Ama bapa

- Angkang[akkang] kaka

- Anggi adek

- Andora dada

- Babiat harimau

- Bursik sifat yang sangat buruk

-Babi jalang kupu-kupu malam

- Boru ni raja putri kesayangan

- Barbar menipiskan kayu

- Buat ambil

- Bujang yang bisa menghilang

- Bonda yang dapat menghilang

- Beta sifat mengajak

- Bagas menyatakan tempat/perasaan

- Boan bawa

- Banua tonga bagian tengah langit

- Banua ginjang bagian atas langit

- Banua toru bagian bawah langit

- Dungkul dengkul

- Dison disini

60

Universitas Sumatera Utara


- Datu bolon orang pintar

- Gonting pinggang

- Gelleng anak laki-laki/perempuan

- Halu menstruasi

- Huting kucing

- Jumolo lebih duluan

- Konsing buang air kecil

- Laho pergi

- Mate mati

- Maradian meninggal

- Manaruhon mengantar

- Mangalap menjemput

- Marangin-angin kepanasan

- Marpogos jatuh miskin

- Monding meninggal

- Marisi berisi

- Mawas mawas

- Marsiruppa gotong royong

- Marlanggar kecelakaan

- Marsirang berpisah

- Maruju ngolu meniggal

- Miting buang air besar

- Narintik tidak waras

61

Universitas Sumatera Utara


- Nungnga sudah

- Namalo yang pintar

- Namarbisa ular

- Parnianggoan hidung

- Partus melahirkan

- Pilat menghadap kedepan

- Parsinuan yang menanam

- Pangintubu yang melahirkan

- Pardijabu yang memiliki rumah

- Pinahan peliharaan dibelakang rumah

- Pangurupi pembantu

- Roa jelek

- Simanjujung kepala

- Simanangi kuping

- Simanarup rambut

- Simalolong mata

- Simangkudap dagu

- Simangido tangan

- Simanjojak kaki

- Siubeon perut

- Situmandok tempat orang meninggal

- Songon seperti

- Sijugul keras kepala

62

Universitas Sumatera Utara


- Sirumanga tanduk kerbau

- Silomlom dirobean lembu

- Sisombaon yang patut disembah

- Tombak hutan

- Tambon bagian bawah pinggang

- Tangkuhuk pundak

- Tarus/taguk yang dapat menyusui

- Tudur keluar

- Togu tuntun

- Tuit mentel

63

Universitas Sumatera Utara


DATA INFORMAN

Nama : Op. Siburian

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Usia : 76 Tahun

Pekerjaan : Pensiunan Guru

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Toba dan Bahasa Indonesia

Kedudukan dalam masyarakat : Tokoh Masyarakat

64

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai