Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK

REPORT

MK.RETORIKA

PBSI-FBS

CRITICAL BOOK REPORT

Oleh:

Nama : Tiopiolina

NIM : 2193111034

Kelas : Reguler B 2019

Mata Kuliah : Retorika

Dosen Pengampu : Dr.H.M.JOHARIS LUBIS,M.M.,M,Pd.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan

Oktober 2020
EXECUTIVE SUMMARY

Retorika adalah kajian ilmu pengetahuan yang tercipta dari dinamika filsafat
Yunani bahkan banyak dari filsuf Yunani yang menjadi ahli retorika. Retorika
memiliki berbagai makna dan yang paling populer, retorika adalah seni dalam
berbicara atau berpidato. etorika memiliki perkembangan yang berbeda pada tiap
zamannya dan perlu kamu tahu bahwa fungsi retorika itu selalu berubah. Pada
periode Romawi, retorika itu alat kepentingan kekuasaan, sedang pada abad
pertengahan, retorika adalah alat dakwah para agamawan.Di balik peliknya
perjalanan retorika ternyata retorika sangat bermanfaat ketika kita mau
mendalaminya.

Titik tolak retorika adaah berbicara. Berbicara adalah salah satu kemampuan
khusus pada manusia. Retorika berarti kesenian untuk berbicara baik ( Kunst, gut
zuraden atau Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan
terampilan teknis ( ars, techne). Retorika modern mencakup ingatan yang kuat, daya
kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan yang tepat dan daya pembuktian
serta penilaian yang tepat. Retorika Modern adalah gabungan yang serasi antara
pengetahuan, pikiran, kesenian, dan kesanggupan berbicara.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpaham kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Report ini tepat pada waktunya.Adapun penulisan Critical Book Report ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Retorika.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
banyak pihak yang telah memberi dukungan serta kontribusinya,terkhusus kepada
Dr.H.M.Joharis Lubis,M.M.,M,Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Retorika.

Buku yang saya ulas berjudul “Pengantar Retorika” sebagai buku utama yang
ditulis oleh Drs.Yusuf Zainal Abidin,M.M. dan buku …..

Akhir kata hanya inilah yang dapat penulis sampaikan.Penulis berharap


laporan ini bermanfaat bagi banyak pihak,khususnya mahasiswa yang sedang mencari
refrensi buku retorika.Penulis juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna,sehingga penulis sangat mengharpkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Rasionalisasi Pentingnya CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang dianalisis

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu
penulis membuat CBR Kepemimpinan ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi terkhusus pada pokok bahasa tentang kepemimpinan.

B.Tujuan Penulisan CBR


1.Memenuhi tugas mata kuliah Retorika.

2.Mengulas dan mengkritisi isi buku.

3.Mengetahui keunggulan dan kelemahan pembahasan dalam buku.

C.Manfaat Penulisan CBR


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:

1.Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian retorika, ciri-ciri retorika,


teori-teori retorika dan lainnya.

2.Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.

3.Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-


buku yang dianalisis tersebut.

D.Identitas Buku
1.Buku Utama
1. Judul buku : Pengantar Retorika

2. Edisi :2

3. Pengarang : Drs.Yusuf Zainal Abidin,M.M.

4. Kota terbit : Bandung

5. Tahun terbit : 2012

6. Penerbit : Pustaka Setia

7. Tebal buku :224 halaman

8. ISBN : 978-979-076-311-1

2.Buku Pembanding

1. Judul buku : Retorika

2. Edisi :1

3. Pengarang : Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComm&MediaSt

Dr. Anna Gustina Zainal, M.Si.

4. Kota terbit : Serang

5. Tahun terbit : 2020

6. Penerbit : CV. AA. RIZKY

7. Tebal buku : viii-148 halaman

8. ISBN : 978-623-7726-81-4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A.Buku Utama
Sejarah retorika diperkirakan dimulai sejak tahun 467 SM.Filsafat membawa
orang pada pengetahuan yang sejati.Harus diakui bahwa kemampuan manusia dalam
merangkai ide-ide umum yang mendunia,senantiasi dilambangkan melalui kata-
kata,baik dalam tulisan maupun ucapan.Humboldt menegaskan bahwa kemampuan
berbahasa yang kreatif merupakan fitrah yang ada dalam akal setiap
manusia.Berkaitan dengan itu istilah bahasa bagi Humboldt merujuk pada keupayaan
penutur dan pendengar bukan ujaran tetap dan kaku.

Dengan demikian,Chomsky memperkuat gagasan Humboldt tentang hal ini


melalui ide struktur dalaman dan struktur luaran.Dengan demikian bahasa merupakan
alat yang paling penting bagi seorang filsuf sebagai perantara untuk menemukan
ekspresi.Hubungan bahasa dengan masalah filsafat telah lama menjadi perhatian para
filsuf,bahkan sejak zaman Yunani.Meskipun para filsuf terdahulu belum menjadikan
analisis bahasa sebagai satu-satunya objek pemikiran mereka,namun dalam pemikiran
tersebut kita dapat melihat percikan ide yang bercirikan filsafat.Perkembangan
selanjutnya bahasa menjadi titik tolak retorika yaitu berbicara dengan indah.

Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang sudah
berkembang sejak zaman Yunani kuno.Apabila dilihat dari istilah tradisional,retorika
merupakan teknik pemakaian bahasa sebagai seni,yang didasarkan pada pengetahuan
yang disusun baik.

Secara terminology,retorika merupakan seni berpidato dan berargumentasi


menggunakan tata bahasa yang baik,lancer,dan benar.Menurut Aristoteles dalam
retorika terdapat tiga bagian inti,yaitu ethos,pathos,dan logos.Dengan demikian kajian
tentang retorika menjadi sangat penting,terutama berkaitan dengan public relation.
Ilmu komunikasi yang semakin tumbuh dan berkembang merupakan fase
akhir dari perkembangan disiplin ilmu ini.Pada awalnya publisistik berasal dari
Jerman.Walaupun demikian,minat pada sosiologi pers yang terus tumbuh telah
membawa para sarjana Jerman pada satu titik yang tidak ada kaitannya dengan
persuratkabaran.Dofivat menambahkan lebig lanjut bahwa publisistikselalu bertujuan
dan dislaurkan kepada perbuatan.

BAB 2.Sejarah dan Pengertian Retorika

Retorika memberikan peristiwa dengan cara bertutur.Sejaran lainnya ilmu retorika


untuk pertama kali dikembangkan di Yunani.Dinamika perkembangan komunikasi
antarmakhluk diawali sesuatu yang sangat sederhana,berikutnya manusia
menciptakan symbol-simbol dari suku kata yang dapat dimengerti dan dipahami.Pada
periode selanjutnya,untuk pertama kalinya,urutan sistematis retorika diletakkan oleh
masyarakat Syracus,yaitu koloni Yunani di Pulau Sicilia.Keadaan dibawah tekanan
para tiran inilah yang mengharuskan rakyat Syracuse pandai beretorika demi
mempertahankan hak-hak mereka.

Teori kemungkinan ini sering disebut sebagai Techne Logon (Seni Kata-kata).Kisah
tentang metode kemungkinan pernah terjadi pada Gelon,penguasa yang berhasil
menggulingkan demokrasi dan menegakkan kembali tirani,menderita halitosis (bau
mulut).Kaum sofis berpendapat bahwa manusia adalah “makhluk yang
berpengetahuan dan berkemauan”.Tokoh aliran Sofisme adalah Georgias (480-370
SM).Adapun yang menjadi lawan dalam pendapat Georgias adalah pendapat
Protagoras (500-432 SM) dan Socrates (469-399 SM).

Dari sini kita dapat simpulkan,bahwa yang membedakan kaun Sofisme dan filsuf
terletak pada tujuan.Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Jalal,berkat kaum
Sophis,para ahli pidato muncul di pesta Olimpiade,di gedung perwakilan dan
pengadilan.Selain itu,Demosthenes termashur karena kegigihannya mempertahankan
kemerdekaan Athena dari ancaman raja Philipus dari Macedonia.Sampai
akhirnya,retorika menjadi pelajaran elit hanya untuk yang berbakat.

Isocrates pada tahun 392 SM mendirikan sekolah retorika dengan


menitikberatkan pendidikannya pada pidato-pidato politik.Plato sependapat dengan
Isocrates,bahwa retorika memegang peranan penting bagi persiapan seseorang untuk
menjadi pemimpin.Salah seorang tokoh retorika pada zaman Yunani adalah
Aristoteles,yang sampai sekarang pendapatnya masih banyak dikutip.Bagi Aristoteles
retorika adalah the art of persuasion.Demikian sepintah pertumbuhan retorika di
Yunani.

1) Retorika Zaman Romawi


2) Retorika Abad Pertengahan
3) Retorika Masa Modern

Negara-negara yang berjasa untuk membangun ilmu retorika pada zaman modern
adalah Prancis,Inggris,Amerika Serikat,dan Jerman Barat.Prancis sebagai pintu
gerbang revolusi,Inggris yang melahirkan banyak tokoh retorika,Amerika Serikat
dengan demokrasi Anglo-Amerikan,dan Jerman yang menggunakan retorika sebagai
alat propaganda.

Sejarah perkembangan retorika di Indonesia tidak terlepas dari sejarah


Indonesia.Tercatat beberapa tokoh yang terkenal dengan kemampuan berbahasanya
seperti H.Agus Salim,Ir.Soekarno,Buya Hamka,dan Bung Tomo.

Berbicara yang dapat meningkatkan kualitas eksistensi di tengah-tengah oranglain


bukan sekadar berbicara melainkan berbicara dengan cara yang menarik.Dalam
bahasa Yunani,rhetor,orator,teacher,retorika adalah teknik pembujukrayuan secara
peruasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karaktes
pembicara,emosional,atau argument.Retorika memberikan kasus melalui bertutur
yang mengajarkan orang tentang keterampilan berbicara.
Dalam ajaran retorika Aristoteles,terdapat tiga teknis alat persuasi,yaitu
deliberative,forensic,dan demontratif.

Retorika tidak hanya menekankan pada output verbal seseorang ketika


berbicara,tetapi juga output nonverbalnya.Hal itulah yang dikatakan Kenneth Burke
sebagai konsubstabilitas dengan menggunakan media oral atau tertulis.

BAB 3.Retorika dan Gaya Bahasa

Setiap manusia secar fitrah memiliki kemampuan berbahasa.Sejak lahir


manusia manusia tumbuh dalam buaian serta pelukan bahasa.Ketika berbicara di
depan umum,seseorang membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang kualitas
pembicaraannya.

Bahasa adalah system lambing bynyi yang arbitrer,yang dipergunakan


masyarakat untuk bekerja sama,berinteraksi,dan mengidentifikasikan diri.Sampai saat
ini bahasa merupakan salah satu persoalan yang sering dimunculkan dan dicari
jawabannya.

Dalam pengertian popular,bahasa adalah percakapan.Dalam tindakan


berbahasa,terdapat berbagai variable psikis,ide,gerak fisik,jaringan saraf,bahkan
system nilai tempat bahasa tumbuh dan berkembang.Setiap orang mempunyai dan
menggunakan bahasa.Bahasa adalah alat komunikasi apabila ditinjau dari
fungsinya.Pengertian bahasa dapat dipandang dari dua sisi,yaitu internal dan
eksternal.

Jujun suriasumantri menyebut bahwa bahasa sebagai merangkai bunyi dan


lambing yang membentuk makna.Menurut Wibowo bahasa adalah system symbol
bunyi yang bermakna dan berartikulasi.Walija berpendapat bahwa bahasa adalah
komunikasi yang paling lengkap dan efktif untuk menyampaikan
ide,pesan,maksud,perasaan,dan pendapat kepada orang lain.Menurut
Syamsuddin,bahasa adalah alat yang dipakai untuk memengaruhi dan
dipengaruhi.Panggabean berpendapat bahwa bahasa adalah system yang
mengutarakan dan melaporkan yang terjadi pada system saraf.

Pada dasarnya berbicara dan berbahasa membentuk wujud yang


berbeda.Menurut Arsjad ada beberapa factor kebahasaan dan factor nonkebahasaan
yang harus dikuasai untuk menunjang efektivitas pembicaraan.Menurut
Supratman,seorang pembicara yang baik seharusnya menyadari beberapa
kemungkinan yang terjadi.Jadi terampil berbicara bukan hanya banayk bicara,bukan
hanya fasih dan lancer.Berbicara yang efektif seyogianya menyenangkan,memiliki
daya tarik,mengasyikan,dan mencapai tujuan yang jelas.

Bahasa di dalam karya sastra bukan bahasa yang seperti dipakai dalam
komunikasi sehri-hari.Bahasa dalam karya sastra lebih banayk ditujukan untuk
mendapat efek estetis.

Gaya bahasa merupakan salah satu factor terpenting dalam retorika.Gaya


bahasa adalah cara pengungkapan pikiran melalui secara khas yang memperlihatkan
jiwa dan kepribadian pengarang.Stilistika adalah nama lain dari gaya bahasa.Gaya
bahasa yang dimaksud adalah penggunaan bahasa dalam karya sastra

Bertolak belakang dari berbagai pengertian diatas,Aminuddin mengartikan


stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalm menggunakan system tanda
sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan.Kajian stilistika merupakan bentuk
kajian yang menggunakan penndekatan objektif.

BAB 4.Berbicara Sebagai Proses Komunikasi.

Manusia adalah makhluk social sehingga tindakannya yang pertama dan paling
penting adalah tindakan social.Komunikasi mempersatukan individu dalam
kelompok-kelompok dengan jalan menerapkan konsep-konsep umum.Dengan
demikian,komunikasi dapat dipandang sebagai kombinasi perbuatan atau tindakan
serangkaian unsur yang mengandung maksud dan tujuan.Untuk menunjukkan hakikat
purposive dari komunikasi itu,Halliday mempergunakan istilah fungsi.

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan manusia dalam


kegiatan berbahasa setelah aktivitas menyimak.Berbicara pada hakikatnya adalah
proses berkomunikasi secara lisan antara pembicara dan lawan bicara.Berbicara lebih
dari sekedar pengucapan bynyi atau kata.Berbicara sebenarnya merupakan proses
bukan kemampuan.Menurut Tarigan (1990),tujuan utama berbicara adalah
berkomunikasi.Dengan demikian,berbicara secara umum dapat diartikan
penyampaian maksud seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
lisan.

Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator kepada


komunikan.Kemudian,komunikan memberikan umpan balik kepada
komunikator.Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
factor-faktor fisik,psikologis,neurologis,semantic,dan linguistik.Kemmapuan
berbicara tidak mudah diperoleh.Pemahaman tentang segala aspek yang berkaitan
dengan keterampilan berbicara perlu dilakukan dalam dunia pendidikan.

Menurut Brooks,berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi


dua arah secara langsung.Berbagai jenis berbicara antara lain
diskusi,percakapan,pidato menjelaskan,pidato,ceramah,dan sebagainya.Ada lima
alasan yang digunakan untuk mengklasifikasikan berbicara,yaitu
situasi,tujuan,metode penyampaian,jumlah penyimak,dan peristiwa khusus.

Adapun fungsi berbicara yaitu:

1.Pemenuhan hajat hidup manusia

2.Alat komunikasi untuk berbgai urusan.

3.Ekspresi sikap
4.Alat pengembangan ide

5.Peredam ketegangan

Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-


beda.Kegiatan menyimak diawa;I dengan mendengar dan diakhiri dengan memahami
atau menanggapi.Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan bahasa,yaitu
ragam bahasa lisan.Pemberi pesan juga dapat disebut pembicara,sedangkan penerima
pesan disebut sebagai pendengar.

Dalam pembinaan keteram[ilan berbicara,hal yang perlu mendapat perhatian


menurut Arsyad ada dua aspek,yaitu aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.Jalongo
(1992) menyatakan bahwa dalam praktik berbahasa,komponen kebahasaan akan
selalu muncul.

Tujuan utama berbicara adalah berkomunikasi.Sebagai alat social atau alat


perusahaan atau professional,pada dasarnya mempunyai 3 tujuan umum berikut.

1.Berbicara untuk Menghibur

2.Berbicara untuk Meyakinkan

3.Berbicara untuk Merundingkan

BAB 5.Retorika Dalam Islam

Usia dakwah dan komunikasi sebagai aktivitas manusia,setua dengan sejarah


manusia.Sebagai proses informasi nilai-nilai keisalaman,dakwah membutuhkan
proses pengkomunikasian.Ajaran-ajaran keagamaan tidak semuanya berbentuk
keterangan yang gambling.Menurut Osgood,peroses komunikasi ditnjau dari peranan
manusia dalam memberi interpretasi.Dakwah dalam rangka proses komunikasi inilah
yang dalam berbagai istilah Islam disebut dengan tabligh.
Proses dakwah bukan komunikasi semata,melainkan komunikasi yang
khas.Ciri khas yang membedakannya terletak pada pendekatnnya.Materi dkwah
adalah isi pesan atau materi yang disampaikan dai atau komunikator.

Pendekatan dalam dakwah dibagi menjadi dua bentuk,yaitu pendekatan social


dan pendekatan psikologis.Menurut Jamaluddin Kafei,tujuan dakwah dapat
dikelompokkan menjadi 4 macam.

a.Tujuan utama

b.Tujuan hakiki

c.Tujuan umum

d.Tujuan khusus

Setelah membahas pemanaan dakwah,baik secara etomologis dan


terminologis,pada bagian ini akan membahas kaitan dakwah dengan Islam.Dengan
kata lain,risalah yang dibawa Rasulullah SAW. Bertujuan untuk menuntun umat
manusia agar hidup sesuai dengan fitrahnya.Dakwah merupakan usaha untuk
mengubah situasi ke situasi yang lebih baik dan sempurna.Untuk memahami makna
yang terkandung dalam hal dakwah,kita harus memahami makna dari dakwah.

Pertama definisi dakwah menekankan pada proses pemberian motivasi untuk


melakukan pesan dakwah.Kedua,definisi dakwah yang menekankan proses
penyebaran pesan dakwah.Ketiga,deinisi dakwah menekankan pada pengorganisasian
dan pemberdayaan sumber manusia.Keempat,definisi dakwah menekankan pada
system dalam menjelaskan kebenaran,kebaikan,dan petunjuk ajaranKelima,deinisi
dakwah yang menekankan urgensi pengamalan aspek pesan dakwah sebagai tatanan
hidup manusia.Keenam,definisi dakwah yang menekankan profsionalisme dakwah.

Adapun esensi dan substansi dakwah adalah sebagai berikut:


1.Dakwah adalah kewajiban untuk berusaha.

2.Dakwah merupakan usaha untuk mengubah situasi pada situasi yang lebih
sempurna.

Sejak kelahirannya 14 abad lalu hingga saat ini,aktivitas dakwah terus mengalami
berbagai perubahan dan perkembangan.Kendati kritik atas metode “konvensional”
banyak dilontarkan,ternyata metode ini tidak dapat diganti dengan metode lain

Setiap bentuk komunikasi adalah sebuah drama.Istilah dakwah berasal dari


bahasa Arab,yang artinya mengajak atau menyeru.dari definisi tersebut,dapat
disimpulkan bahwa retorika dakwah adalah keterampilan menyampaikan ajaran Islam
secara lisan untuk memberikan pemahaman yang benar untuk kaum muslim.

Ceramah,pidato,atau khotbah merupakan bentuk kegiatan dakwah yang sangat


sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat.Tujuan retorika dalam
kaitannya dengan dakwah yang paling penting adalah “memengaruhi
audiens”.Pemikiran atau penegtahuan yang sistematis terhadap dakwah dan
pengetahuan dakwahtelah melahirkan ilmu dakwah dalam bentuk teoritis.

Pendekatannya diwarnai pendekatan aksiologis dan sebagainnya


metodologis.Sampai awal abad ke -20 perkembangan ilmu dakwah telah mencapai
tahap sistematis,tetapi belum ke tahap ilmiah.Tahap ilmu dakwah mencapai tahap
ilmiah pada pertengahan abad ke-20.Literatur-literatur mengenai ilmu dakwah mulai
bermunculan dengan pertanggungjawaban ilmiah yang jelas.R.B.S.Fudyartanta
menyebutkan empat fungsi ilmu pengetahuan,yaitu sebagai berikut.

1.Fungsi deskriptif

2.Fungsi penegmbangan

3.Fungsi prediksi
4.Fungsi control

5.Kebutuhan dalam berbagai bidang

Selama teori dakwah merupakan hasil pikiran ilmiah dari ulama,ilmuwan atau pakar
dakwah,teori-teori dakwah akan selalu berkembang selaras dengan dinamika dan
dialektika kehidupan umat Islam.

1.Paradigma Dakwah sebagai Teori Dakwah

2.Paradigma Dakwah sebagai Tablig

3.Paradigma Dakwah Kultural

4.Paradigma Dakwah gerakan (Harakah)

BAB 6.Monologika:Seni Berbicara Secara Monolog

Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog.Monolog adalah


kegiatan berkomunikasi atau berbicara yang dilakukan dalam satu arah.Secara
khusus,bentuk berbicara monolog yang akan dibahas dalam bab ini adalah
pidato,bercerita,dan membawakan acara.

Bentuk utama monologika adalah pidato,karena lebih bersifat satu arah.Kecakapan


dalam berbahasa Indonesia yang baik mencakup empat hal besar,yaitu
menyimak,berbicara,membaca,dan menulis.

Pembahasan tentang public speaking tidak bisa lepas dari pembahasan tentang
komunikasi karena public speaking merupakan bagian dari komunikasi.Komunikasi
adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan melalui media tertentu dari
seseorang kepada orang lain.dengan tujuan dan konteks tertentu.Komunikasi public
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering terjadi dalam kehidupan
manusia.
Retorika dengan pidato memiliki hubungan yang sangat erat,karena sama-sama
memiliki pihak lain atau maksud untuk disampaikan kepada pihak lain.Pidato dapat
dimknai sebagai cara untuk menyampaikan gagasan,pikiran,dan perasaan kepada
orang lain secara lisan.Beragam pidato yang dapat didengarkan,misalnya pidato
ilmiah,pidato politik,pidato orang berdemonstrasi,dan pidato di pengadilan.

Jenis-jenis pidato

1.Bidang politik

2.Kesempatan khusus

3.Kesempatan resmi

4.Pertemuan informatif

Macam-macam pidato

1.Pidato impromptu

2.Pidato manuskrip

3.Pidato memoriter

4.Pidato ekstemporer

Ciri-ciri pidato yang baik

1.Pidato yang saklik

2.Pidato yang jelas

3.Pidato yang hidup

4.Pidato yang memiliki tujuan

5.Pidato yang memiliki klimaks


6.Pidato yang memiliki pengulangan

7.Pidato yang Berisi Hal-hal yang Mengejutkan

8.Pidato yang Dibatasi

9.Pidato yang Mengandung Humor

Takut atau cemas sering disebut dengan demam panggung.Sebab-sebab rasa takut dan
cemas dalam berpidato,yaitu:

1.Takut ditertawakan atau kehilangan muka

2.Takut berhenti di tengah pembicaraan,karena kehilangan ide.

3.Terdapat pendengar yang kedudukannya lebih tinggi

4.Tidak menguasai tema

5.Takut membuat kesalahan dan mendapatkan kritik

6.Situasi yang luar biasa

7.Pembicaraan tidak bisa dimengerti

8.Mendapat pengalaman yang jelek

9.Membandingkan dengan pembicara yang lebih baik

10.Harapan pendengar tidak terpenuhi

11.Pidatonya direkam atau difilmkan

12.Gerak mimic dan tubuh tidak sepadan

Cara mengatasi kecemasan saat berpidato

1.Membina kontak mata dengan pendengar


2.Tidak mengembangkan aktivitas pada mimbar

3.Tidak melambungkan tujuan terlalu tinggi

4.Menganggap pendengar sebagai kawan,bukan lawan

5.Berpikirlah bahwa kita tidak dapat memuaskan semua oramg

6.Menggap tugas sebagai pembuktian bukan pencobaan

7.Menganggap kegagalan sebagai kemenangan yang tertunda

8.Berusaha untuk menenangkan diri

9.Memilih tema yang baik dan tepat bagi pendengar

10.Menjauhi pikiran bahwa pendengar menantang anda

11.Tanamkan pola pikir yang positif

12.Menganggap rasa cemas adalah hal yang wajar.

BAB 7.Dialogika Sarana Diskusi dan Debat

Keterampilan berbicara dalam ragam budaya masyarakat Indonesia bisa


terwujud dalm berbagai bentuk.Diskusi,tanya-jawab,atau debat bukanlah hal yang
mudah.Secara etimologis kata “diskusi” berasal dari bahasa Latin,discussion yang
berarti memeriksa.Berdiskusi harus memenuhi kriteria berikut.

1.Ada masalah yang dibicarakan

2.Ada anggota diskusi

3.Ada peserta sebagai anggota diskusi

4.Ada kesimpulan atau keputusan yang harus disetujui oleh semua anggota.
Hal yang paling menonjol dalam kegiatan diskusi adalah tukar-menukar informasi
antara dua orang atau lebih.Bentuk diskusi dapat berupa diskusi
panel,symposium,seminar,lokakarya,dan brainstorming.

Jenis kegiatan diskusi dapat berupa:

1.Diskusi Kelompok

2.Diskusi berkelompok

3.Diskusi panel

4.Rapat kerja

5.Seminar

6.Konferensi

7.Kongres

8.Simposium

9.Kolokium

10.Lokakarya

11.Sarasehan

12.Sumbang saran

Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih dalam suasana resmi
ataupun tidak.Oleh karena itu,topic harus ditentukan sebelum diskusi dimulai.

Tanya jawab adalah proses dialog antara orang yang mencari informasi dan orang
yang memberikan informasi.Ada tiga bentuk dalam tanya jawab,yaitu
interviu,konfrensi pers,dan tanya jawab pengadilan.
Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu
pendapat,prinsip,argument,konsep,dengan tujuan memenangkan pendapat
sendiri.Kegiatan ini memepertajam hasil yang akan dicapai,sebab suatu masalah akan
membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak

Debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antarpribadi atau pihak.Dalam


debat,ada unsur emosi banyak berperan.Ada berbagai macam debat,antara lain
sebagai berikut.

1.Debat kompetitif

2.Debat Perlementer

a.Debat Perlementer Australia

b.Debat Perlementer Inggris

c.Debat Perelementer Amerika

d.Debat Perlementer Asia

3.Debat Proposal

4.Debat Lincoln-Douglas

B.Buku Pembanding
Bab I.Sekilas Tentang Retorika

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan berkomunikasi yang sangat mendasar


yang dimiliki oleh manusia. Retorika berasal dari bahasa Inggris “rhetoric” dan
bersumber dari bahasa Latin “rhetorica” yang berarti ilmu berbicara. Menurut Marta
(2014) meskipun retorika mencakupi seluruh penggunaan bahasa, tetapi dalam kajian
semiotik bahasa (bahasa sebagai kajian semiotik) tidak disebutkan bahwa retorika
merupakan bagian dari kajian semiotik. Istilah retorika pada awalnya diperkenalkan
oleh Aristoteles (384-322 SM).

Pada awalnya retorika tidak dipandang sebagai ilmu, tetapi sebagai kecakapan
berpidato. Aristoteles dengan tegas mengatakan bahwa retorika adalah ilmu tersendiri
yang memiliki kedudukan yang sejajar dengan ilmu lain. Perubahan pandangan
tentang retorika mulai muncul pada pertengahan abad ke-20. Seiring dengan
berjalannya waktu dan perkembangan zaman, muncul pandangan-pandangan negatif
tentang retorika.

Hakikat retorika adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan


menggunakan bahasa sebagai alatmya. Jadi istilah persuasif dalam retorika adalah
persuasive dalam penyajian kemungkinan-kemungkinan yang diberikan kepada
pendengar atau pembaca. Retorika juga sangat memperhatkan etika.

Berkaitan dengan kaitan antara retorika dan public speaking, Rajiyem (2005)
menyatakan bahwa dalam ilmu komunikasi, retorika dan public speaking tidak terlalu
dibedakan pengertiannya. Ungkapan yang baik secara retoris harus didukung oleh
unsur bahasa, etika dan nilai moral, nalar yang baik, serta pengetahuan yang
memadai. Meskipun retorika mencakupi seluruh penggunaan bahasa, namun dalam
kajian semiotik bahasa (artinya bahasa sebagai kajian semiotik) tidak disebutkan
bahwa retorika merupakan bagian kajian semiotik.

BAB II.Sejarah dan Perkembangan Retorika

Sejarah retorika sangat panjang. Retorika sudah ada sejak manusia lahir. Namun
sebagai seni yang dipelajari mulai abad ke-5 Sebelum Masehi (SM) ketika kaum
Sophis di Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan
pengertahuan tentang politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada
kemampuan berpidato. Retorika berkembang pada masa Yunani. Rakhmat (2007)
menjelaskan bahwa pada masa inilah retorika mengalami masa kejayaan.
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan hal-hal yang abstrak secara jernih dan
jelas. Keterampilan menggunakan bahasa mendapat perhatian dari penguasa pada
masa itu untuk merebut kekuasaan dan melebarkan pengaruhnya. Ada yang menyebut
agitator ini sebagai kaum Sophis yang artinya menggunakan argumen-argumen yang
tidak sah. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan memopulerkannya. Uraian
sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni
Yunani di pulau Sicilia.

Di sinilah kemusykilan terjadi. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus


sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan. Untuk membantu orang
memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah retorika, yang diberi
nama Techne Logon (Seni Kata-Kata). Selain Corax, terdapat banyak tokok retorika
yang lain pada masa Yunani, di antaranya Georgias, dari kaum Sofisme. Gorgias
merupakan guru retorika yang pertama. Ia membuka sekolah retorika yang
mengajarkan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu (berbicara
tanpa persiapan).

Sokrates menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Tokoh lainnya adalah
Isokrates. Isokrates mencuatkan retorika dengan penekanan pada proses kreatif dalam
penggunaan bahasa yang dapat menimbulkan keindahan atau seni bahasa, bukan pada
penggunaan bahasa yang ketat akan kaidah-kaidah bahasa. Isokrates dikenal sebagai
“political essayist” yang pertama. Plato mengemukakan pandangan yang amat
ekstrem terhadap retorika.

Bagi Plato retorika memegang peranan penting bagi persiapan untuk menjadi
pemimpin. Semua keahliannya itu merupakan unsur-unsur yang diperlukan dalam
retorika, untuk menjadikan retorika sebagai ilmu. Aristoteles menyebut tiga cara
untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus sanggup menunjukkan kepada
khalayak bahwa Anda memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya,
dans tatus yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuh hati khalayak:
perasan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Kelak, para
ahli retorika modern menyebutnya imbauan emosional (emotional appeals). Ketiga,
Anda meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai
bukti. Di sini Anda mendekati khalayak melalui otaknya (logos).

Sebagaimana diketahui, silogisme terdiri dari tiga premis: mayor, minor, dan
kesimpulan. Demosthenes. Pendapatnya adalah mengenai retorika dalam demokrasi.
Demosthenes menjadi pemimpin partai yang anti Macedonia di Athena. Teori
retorika Aristoteles pada masa Yunani sangat sistematis dan komprehensif. Buku Ad
Herrenium yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM hanya
menyistematisasikan dengan cara Romawi warisan retorika gaya Yunani.
Kemampuan Hortensius disempurnakan oleh Cicero.Karena dibesarkan dalam
keluarga kaya dan menikah dengan istri yang memberinya kehormatan dan uang.

Caesar, penguasa Romawi yang ditakuti, memuji Cicero dengan mengatakan “Anda
telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang pertama yang
menggunakan semuanya. Cicero merupakan orator ulung pertama dari kalangan
bangsa Romawi dengan bukunya yang berjudul “De Oratore”. Teknik yang
digunakan oleh Cicero biasa digunakan oleh orang-orang Yunani Kuno yaitu dengan
dialog dan drama.

Puluhan tahun sepeninggal Cicero, Quintilianus mendirikan sekolah retorika. Sejak


zaman Yunani sampai Romawi, retorika selalu berkaitan dengan kenegarawanan.
Abad pertengahan sering disebut juga abad kegelapan, termasuk bagi perkembangan
retorika.

Abad Pertengahan berlangsung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, selama


periode panjang tersebut,warisan peradaban Yunani diabaikan. Renaissance
mengantarkan kita kepada retorika modern, yang menghubungkan Renaissance
dengan retorika modern adalah Roger Bacon (1214-1219).
Pada abad ke-20 retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan
modern, khususnya ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi. Dewasa ini retorika
sebagai public speaking, oral communication, atau speech communication diajarkan
dan diteliti secara ilmiah di lingkungan akademis.

Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan retorika mulai dari zaman
Yunani Kuno, Romawi, Abad Pertengahan, hingga retorika modern.

BAB III.Retorika Sebagai Ilmu

Tokoh pertama yang menyatakan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri adalah
Aristoteles. Aristoteles memiliki pandangan lain. Ia menyatakan bahwa retorika
adalah subjek dengan sistematiknya sendiri, sebagaimana ilmu-ilmu yang lain yang
memiliki ontologiepistemologi- aksiologi sendiri.

Ontologi berarti objek, pokok persoalan, atau masalah yang dikaji. Aristoteles
menekankan bahwa retorika adalah suatu pokok persoalan atau objek yang dapat
diambarkan secara sistematis. Secara umum, objek, pokok persoalan, atau masalah
yang menjadi bidang kajian retorika adalah manusia dan kegiatan bertutur atau
berbicaranya.

Kegiatan berbicara pada dasarnya mempunyai pola yang sama dengan berbagai
tingkah laku manusia lainnya. Disadari atau tidak, motif ini pasti ada. Yang sering
dan kurang disadari adalah ada rasa ingin dihargai, rasa ingin diakui, rasa ingin
dihormati, atau rasa-rasa yang lain berkaitan dengan eksistensi diri. Bahasa juga
merupakan pokok persoalan yang masuk dalam lingkup retorika. Hal ini membuka
kemungkinan adanya penafsiran lebih dari satu, sehingga menimbulkan ambiguitas.
Sehubungan dengan ini, maka kekuranghati-hatian mempergunakan bahasa inilah
yang merupakan sumber kesalahpahaman dalam komunikasi.

Topik pembicaraan adalah segala sesuatu yang diangkat oleh pembicara sebagai
pokok pembicaraan. Retorika dapat membimbing dalam memilih topic pembicaran,
karena pemilihan topik pembicaraan merupakan salah satu persoalan yang termasuk
dalam lingkup retorika. Pembicaraan adalah bentuk bahasa yang mengemban gagasan
pembicaraan yang terpilih. Menurut pandangan retorika, sebuah pembicaran
dikatakan baik kalau di satu pihak ia mampu secara tepat mewadahi gagasan
pembicara, dan di pihak lain ia mampu menungkapkan kembali gagasan tersebut pada
lawan bicaranya serta membuat lawan bicara bersedia untuk bekerja sama.

Ciri utama yang memandai kehadiran sebuah ilmu adalah metode yang
dikembangkan. Jadi setiap ilmu memiliki cara kerja atau metodenya sendiri dalam
mengkaji objeknya. Retorika telah diakui sebagai seperangkat cara atau metode yang
mempertajam kejelasan suatu gagasan. Aliran tradisional misalnya, mengembangkan
metode taksonomi dalam penggarapan pokok masalah. Dalam masalah bahasa,
retorika tradisional mengembangkan metode pemilihan materi bahasa dan
penyusunannya di atas prinsip-prinsip persuasi.

Aristoteles menawarkan tiga jenis retorika yang dapat dipilih untuk menampilkan
suatu pembicaraan, yakni:

a. Retorika pengarahan (deliberative rhetoric).Retorika ini biasanya dipakai untuk


menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang
dari topik yang disampaikan.

b. Retorika penghakiman (forensic of yudicial rhetoric) Retorika ini biasanya dipakai


untuk menghakimi hal-hal yang sudah terjadi. Wujud pembicaraannya sendiri
terkadang bisa berupa pembelaan, tetapi tidak jarang retorika ini dipakai untuk
menghakimi hal-hal yang sudah terjadi.

c. Retorika pengobatan (epideactic or declamatory rhetoric) Retorika ini biasanya


dipakai untuk membakar semangat pendengar, berhubungan dengan suatu peristiwa
yang sedang berlangsung.
Sebagaimana telah terungkap sebelumnya bahwa kemampuan berbicara merupakan
kemampuan yang amat diperlukan dalam pemerintahan, politik, hukum,
perundangundangan, pengadilan, dan lain-lain. Dalam menyampaikan sesuatu sebagai
topic pembicaraan, retorika menganjurkan agar apa yang dibicarakan mempunyai
dasar-dasar kebenaran, bukan asal bicara.

Dalam menata dan memilih bahasa, retorika juga menyarankan dan menekankan
pentingnya kelogisan. Meskipun terlihat bertumpang tindih karena berfokus pada hal
yang sama, sesungguhnya terdapat perbedaan yang mendasar. Logika tidak hanya
berhenti pada tingkat menggambarkan sesuatu secara rasional, tetapi lebih daripada
itu.

Retorika banyak sekali memerlukan bantuan logika untuk menghasilkan pembicaraan


yang logis, sedangkan logika memerlukan retorika dalam penyampaian dirinya.
Kaitan antara retorika dan logika sesungguhnya bukan merupakan hal yang baru. Ada
anggapan bahwa retorika adalah bagian dari bahasa. Anggapan yang keliru, yakni
yang menganggap retorika adalah bagian dari bahasa masih berlangsung sampai
sekarang. Pada zaman pertengahan dan renaisan (Renaissance), retorika lebih dikenal
sebagai studi sastra.

Pengertian retorika yang ditampilkan pada zaman pertengahan dan renaisan itu
kemudian berkembang subur dan mencapai puncaknya pada abad ke-18.
Sesungguhnya retorika memiliki tujuan yang mulia,luhur, yakni membina
berkembangnya saling pengertian,kerja sama, dan kedamaian dalam kehidupan
bermasyarakat. Keseluruhan upaya dalam proses persiapan, penataan dan penampilan
pembicaraan akan efektif kalau didasarkan pada prinsip-prinsip retorika, karena
retorika adalah ilmu yang menggarap masalah berbicara secara sistematis.

Tokoh pertama yang menyatakan retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri adalah
Aristoteles. Sebelum itu,kedudukan retorika tidak begitu jelas. Pada
umumnya,retorika hanya dikenal sebagai kecakapan berpidato. Jadi saat sebelum
Aristoteles, retorika hanya dikaitkan dengan penggunaan bahasa lisan. Aristoteles
memiliki pandangan lain. Ia menyatakan bahwa retorika adalah subjek dengan
sistematikanya sendiri, sebagaimana ilmu-ilmu yang lain.

BAB IV. Fungsi, Jenis, Strategi Dan Gaya Retorika

Menurut Raudhonah (2007:52), fungsi retorika diantaranya yaitu:

Mass information, yaitu untuk memberi dan menerima informasi kepada khalayak.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuan yang
dimiliki.Tanpa komunikasi, informasi tidak bisa disampaikan dan diterima.

Mass education, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini dilakukan oleh guru pada
murid untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang memiliki keinginan
untuk memberikan pendidikan.

Mass persuasion, yaitu untuk memengaruhi. Hal tersebut biasa dilakukan oleh setiap
orang atau lembaga yang memberi dukungan dan ini bisa digunakan oleh orang
bisnis, dengan mempengaruhi iklan yang dibuat.

Mass intertainement, yaitu untuk menghibur. Hal tersebut biasa dilakukan oleh radio,
televisi atau orang yang memiliki profesional menghibur.

Adapun fungsi retorika lainya yaitu:

 Membimbing penutur mengambil keputusan yang tepat.

 Membimbing penutur secara lebih baik memahami masalah kejiwaan manusia


pada umumnya dan kejiwaan penanggap tutur yang akan dan sedang dihadapi.

 Membimbing penutur menemukan ulasan yang baik.

 Membimbing penutur mempertahankan diri serta mempertahankan kebenaran


dengan alasan yang masuk akal.
Jenis-Jenis Retorika

Menurut Hedrikus (1993:16), retorika diklasifikasikan menjadi tiga jenis diantaranya


yaitu:

1. Monologika
2. Dialogika
3. Pembinaan teknik bicara

BAB V.Unsur-Unsur Dalam Retorika

Terdapat tiga unsur pokok dalam retorika, yaitu pembicara, khalayak, dan pesan.
Pembicara dan khalayak merupakan unsur yang penting karena kedua unsur tersebut
adalah manusia yang berperan utama dalam retorika. Pembicara hendaknya
memahami khalayaknya sehingga tujuan penyampaian pidato dapat tercapai. Dalam
kehidupan sehari-hari kita biasa menyampaikan buah pikiran dan perasaan dengan
menggunakan bahasa dan simbol lain yang bisa dilihat dan dipahami. Dengan
demikian orang lain akan bisa mengetahui apa yang kita maksudkan. Dengan kata
lain, pesan yang kita sampaikan itu selalu mengandung makna yang dibangun oleh
adanya isi (content) dan lambang (symbol). Bahasa dalam arti makna yang mencakup
bingkai referensi (frame of reference) dan bidang pengalamannya (field of
experience).

BAB VI.Peran Retorika Dalam Kehidupan

Kegiatan berbicara tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Berbicara


merupakan kebutuhan manusia. Kegiatan dan bentuk berbicara banyak ragamnya
Dapat dikatakan bahwa retorika menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Hingga
kini retorika digunakan dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, seni, tulisan,
dan pendidikan. Semua bidang tersebut memerlukan kemampuan retorika.
Pemanfaatan retorika tidak hanya pada karya seni baik seni klasik maupun pada seni
modern, misalnya pada seni drama, teater, dan film. Pada ketiga kesenian ini bahasa
dan gaya bahasa dipilih benar, kemudian ditata dengan baik, selanjutnya ditampilkan
di depan penonton. Cara kerja memilih/menemukan, menata, dan menampilkan
benarbenar merupakan langkah-langkah seperti dalam retorika. Selain itu retorika
juga digunakan pada saat kita menulis makalah atau artikel. Pada saat menulis
makalah, kita akan melakukan langkah-langkah dalam retorika, seperti menemukan
topik, melakukan riset topik, kemudian menyusunnya dalam tulisan yang baik dan
menarik.

BAB VII.Jenis-Jenis Pidato

Pidato ini bertujuan untuk menyampaikan informasi.Khalayak diharapkan


mengetahui, mengerti, dan menerima informasi itu. Apapun jenisnya, pidato
informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Penyusunan pesan
informatif menurut Monroe terdiri dari tiga tahapan, yaitu perhatian, kebutuhan, dan
pemuasan. Dalam memilih teknik-teknik pengembangan bahasan, ada dua faktor
penting: faktor informatif dan penarik perhatian.

Pidato persuasif adalah pidato yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat, sikap,
sifat, dan tingkah laku audiens. Dalam melakukan pidato persuasif, pembicara
mungkin menghadapi beberapa tipe khalayak, yaitu khalayak tak sadar, khalayak
apatis, khalayak tertarik tapi ragu, dan khalayak yang bermusuhan.

Selain menggunakan daya tarik motif, pesan persuasive juga dapat menggunakan
pencitraan (imagery) untuk memperkuat persuasinya.

Terdapat tiga jenis pidato berdasarkan tujuannya, yaitu pidato informatif, persuasif,
dan rekreatif. Selain itu terdapat pula beberapa jenis pidato berdasarkan metode
penyampaiannya,yaitu impromptu, naskah (manuskrip), menghafal,serta ekstemporer.

BAB VIII.Persiapan dan Penyusunan Pidato


Sebelum berpidato, kita harus mengetahui lebih dahulu apa yang akan kita sampaikan
dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak. Singkatnya kita memerlukan
pokok bahasan (topik) dan tujuan.

Kriteria topik yang baik:

a. Harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara

b. Menarik minat pembicara

c. Menarik minat pendengar

d. Harus sesuai dengan pengetahuan pendengar

e. Harus terang ruang lingkup dan pembatasannya

f. Harus sesuai dengan waktu dan situasi

g. Harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain.

Prinsip-Prinsip Komposisi Pidato

a. Kesatuan (unity)
b. Pertautan
c. Titik berat

Sebelum menyampaikan pidato, terlebih dahulu harus dipersiapkan topik dan


tujuannya. Setelah itu pembicara menyusun pidatonya dengan memperhatikan
berbagai prinsip dalam penyusunan pidato dan pemilihan kata-kata.

Anda mungkin juga menyukai