SINTAKSIS
Disusun Oleh :
Nim 2223311011
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review dengan tepat waktu. Tujuan saya
menyelesaikan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kulia “SINTAKSIS”.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Azhar Umar, M.Pd yang sudah
mempercayakan tugas ini kepada saya, sehingga sangat membantu saya untuk memperdalam
pengetahuan pada matakulia ini. Tujuan saya untuk memenuhi tugas makalah ini diharapkan
dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi saya sendiri.
Saya sadar bahwa tugas yang saya selesaikan ini masik banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi materi yang dituangkan pada tugas ini, saya memohom maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan dari tugas yang saya buat. Mudah – mudahan dengan adanya
pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi saya sebagai penulis maupun pembaca. Saya juga mengharapkan adanya kritik serta saran
dri pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan Cbr.................................................................................................................1
C. Manfaat Cbr...............................................................................................................1
A. Identitas Buku............................................................................................................2
B. Ringkasan Buku.........................................................................................................4
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................25
A. Kesimpulan................................................................................................................25
B. Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mengkritik buku adalah salah satu cara untuk lebih memahami isi dari buku tersebut.
Mengkritik buku merupakan kegiatan mengulas satu buku dengan buku yang lain agar dapat
mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam buku tersebut. Dengan mengkritik buku,
kita akan lebih mengetahui kelebihan serta kelemahan pada buku tersebut. Mengkritik buku tidak
dapat dilakukan apabila pengkritik tidak membaca keseluruhan buku tersebut. Dengan
melakukan review tersebut pembaca dapat mengetahui kualitas buku, serta dapat memberikan
masukan kepada penulis jurnal berupa kritikan dan saran terhadap sistematika penulisan.
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan dipahami , terkadang
kita hanya memilih satu buku untuk di baca tapi hasilnya masik belum memuaskan misalnya dari
analisis bahasa, oleh karena itu penulis perencanaan CBR untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi yang mau dibacanya.
B. Tujuan CBR
C. Manfaat CBR
1
BAB II
ISI BUKU
A. Identitas buku
ISBN : 978–602–417-321–0
2
Buku Pembanding (2)
ISNB : 978-602-5414-27-5
3
B. Ringkasan Buku
1. Pengertian Sintaksis
Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan
tattein yang berarti menempatkan (Verhaar, 1993:70). Sehingga kata suntattein berarti dengan
menempatkan atau lebih sering dikenal dengan ilmu tata kalimat atau ilmu tentang penempatan
kata. Fokus kajian sintaksi adalah pada kata, frasa, klausa dan kajian lainnya yang masih
berhubungan dengan tata kalimat. Oleh karenanya sintaksis sering disebut sebagai ilmu tata
kalimat. Beberapa ahli bahasa mempunyai pandangan tersendiri dalam mendefinisikan kata
sintaksis. Tarigan (1983: 4) mengatakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa
yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Keraf (1984: 137) mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang
mempelajari dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata,
intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai. Sedangkan menurut Ramlan (1987: 21) sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu
mengkaji tentang struktur pembentukan kalimat yang meliputi kata, frasa, dan klausa. Dari
beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa kajian sintaksis meliputi kata, frasa, klausa dan
kalimat. Ruang lingkup kajian sintaksis tersebut didasarkan atas beberapa pemikiran, antara lain
sebagai berikut:
2. Frasa
Frasa (frase) adalah sebuah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif atau tidak berpredikat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ramlan (1987: 21) bahwa frasa adalah sebuah kontruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Untuk lebih mudah mengenali frasa, berikut ini adalah beberapa ciri- ciri yang melekat
pada frasa:
1. Frasa terbentuk dari dua kata atau lebih yang berhubungan dan saling membentuk
satukesatuan
2. Frasa tidak melampaui batas fungsi (SPOK)
3. Frasa tidak memenuhi syarat sebagai klausa
4. Frasa harus lebih kecil daripada klausa
4
3. Klausa
Ramlan (1981: 62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari
predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel.), keterangan (K),
maupun tidak. Selanjutnya Tarigan (1988: 21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata
yang mengandung satu predikat (P). Keraf (1984: 138) mendefinisikan klausa sebagai suatu
kontruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional,
yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Untuk lebih mudah mengenali klausa, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang melekat
pada klausa:
a) Merupakan kelompok kata
b) Mempunyai unsur predikat
c) Satu klausa mempunyai satu predikat
d) Tidak mempunyai intonasi akhir di dalamnya
e) Tidak mempunyai tanda baca karena kedudukannya lebih rendah dari kalmia
4. Kalimat
Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda- beda dalam mendefinisikan kalimat.
Elson and Pickett, (1969: 82) mengungkapkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
A. Fokker (1960: 9) juga mengatakan kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti
penuh dan turunnya suara menjadi cirinya sebagai batas keseluruhanya. Menurut Gorys Keraf
(1978: 156) kalimat adalah suatu bagian ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah kumpulan kata yang
tertruktur dan mengandung pikiran yang lengkap. Kaitannya dengan satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase dan klausa) kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konsituen
dasar berupa klausa yang dilengkapi dengan konjugsi bila diperlukan serta disertai dengan
intonasi di bagian akhir. Untuk lebih mudah mengenali kalimat, berikut ini adalah beberapa ciri-
ciri yang melekat dalam sebuah kalimat:
5
5. Pengertian Frasa
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa, frasa berada pada satu fungsi unsur klausa, yaitu S. P, O,
Pel, atau Ket. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan satuan
gramatikal yanggterdiriidua kata atauulebih dari dua kata tersebut tidak melebihi keseluruhan
unsurnya, tidak melebihi batas fungsi, dan tidak meduduki fungsi sintaksis sendiri-sendiri.
6. Pengertian Kiasan
Kata kiasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “perbandingan”.
Sedangkan makna kias artinyaasebuah arti ataummakna dari ungkapannatau kata yang
mengandung pengibaratan atau pengandaian. Makna lain dari kiasan yaitu perumpamaan atau
pengibaratan, arti dari kata yang bukan sebenarnya, dan dapat berupa lambang, sindiran, ataupun
pelajaran. Dengan demikian, kata kiasan dapat disumpulkan sebagai kata yang mengandung
makna bukan sebenarnya atau mengandung perumpaan.
Perbedaan frasa dengan kata majemuk terdapat pada unsur-unsur pembentuknya. Unsur-unsur
pembentuk kata majemuk salah satu atau keduanyaamerupakan satuan leksikalmterikat,
artinyaasatuan leksikal itu dapat hadir sebagai kata mandiri, tetapi selaluuberangkai dengan
unsur leksikalilain. Perbedaan (frasa, kata majemuk, dan kiasan):
>Frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau maknaAgramatikal. Contoh,
kata “kaki Nasir” mempunyai makna sintaktik atau gramatikal sesuai dengan kata 'kaki' dan
'Nasir'.
>Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru atau memiliki satu makna tetapi
maknanya masih dapat ditelusuri secara langsung dengan cara menggabungkan kata-kata.
Contoh, kata “kaki meja” yangmmasih dapat ditelusuri dariumakna 'kaki' dan 'meja'.
>Kiasan dapat memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari sebuah
kata yang digabungkan. Contoh, kata “kaki tangan” yanggtidakkada sangkut pautnya dengan
'kaki' dan 'tangan‟.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Buku
BUKU UTAMA
BAB I DASAR-DASAR
SINTAKSIS
A. Pengertian Sintaksis
Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan
tattein yang berarti menempatkan (Verhaar, 1993:70). Sehingga kata suntattein berarti dengan
menempatkan atau lebih sering dikenal dengan ilmu tata kalimat atau ilmu tentang penempatan
kata. Fokus kajian sintaksi adalah pada kata, frasa, klausa dan kajian lainnya yang masih
berhubungan dengan tata kalimat. Oleh karenanya sintaksis sering disebut sebagai ilmu tata
kalimat. Beberapa ahli bahasa mempunyai pandangan tersendiri dalam mendefinisikan kata
sintaksis. Tarigan (1983: 4) mengatakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa
yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Keraf (1984: 137) mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang
mempelajari dasar-dasar serta proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata,
intonasi, dan sistem tata bahasa yang dipakai. Sedangkan menurut Ramlan (1987: 21) sintaksis
adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu
mengkaji tentang struktur pembentukan kalimat yang meliputi kata, frasa, dan klausa. Dari
beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa kajian sintaksis meliputi kata, frasa, klausa dan
kalimat. Ruang lingkup kajian sintaksis tersebut didasarkan atas beberapa pemikiran, antara lain
sebagai berikut:
Salah satu unsur terpenting pembangun kalimat adalah kata. Kata sebagai unsur sintaksis
di dalam kalimat dapat menduduki fungsi yang berbeda yaitu kata yang berfungsi sebagai subjek,
predikat, objek, pelengkap, maupun keterangan.
Frasa adalah salah satu unsur yang dikaji dalam sintaksis. Oleh karena itu, kedudukan
frasa sebagai unsur pembangun sintaksis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu berdasarkan
ada tidaknya unsur inti dan berdasarkan kelas kata.
7
3. Kalimat dibangun oleh klausa
Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji tentang tata kalimat beserta unsur-unsur yang
membangun kalimat tersebut, salah satunya adalah klausa. Klausa tersebut dapat berbentuk
klausa bebas maupun klausa terikat.
Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji tentang tata kalimat, maka ruang lingkup kajian
sintaksis meliputi jenisjenis kalimat, seperti kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat aktif,
kalimat pasif, kalimat transitif, dan kalimat intransitive.
1. Frasa
Frasa (frase) adalah sebuah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif atau tidak berpredikat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ramlan (1987: 21) bahwa frasa adalah sebuah kontruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih.
Kedua kata tersebut dapat berfungsi sebagai inti atau hanya salah satu saja yang berupa inti.
Ramlan (1987:153) dalam bukunya berjudul Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis mendefinisikan
frasa sebagai satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas
fungsi unsur klausa. Maksud dari tidak melampaui batas fungsi klausa adalah tidak melampaui
batas fungsinya di dalam kalimat apakah sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau
keterangan. Jika sudah melewati batas fungsi tersebut maka dia tidak lagi tergolong ke dalam
jenis frasa mungkin sudah masuk sebagai klausa atau kalimat. Untuk lebih mudah mengenali
frasa, berikut ini adalah beberapa ciri ciri yang melekat pada frasa:
1. Frasa terbentuk dari dua kata atau lebih yang berhubungan dan saling membentuk
satukesatuan
2. Frasa tidak melampaui batas fungsi (SPOK)
3. Frasa tidak memenuhi syarat sebagai klausa
4. Frasa harus lebih kecil daripada klausa
2. Klausa
Ramlan (1981: 62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari
predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel.), keterangan (K),
maupun tidak. Selanjutnya Tarigan (1988: 21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata
yang mengandung satu predikat (P). Keraf (1984: 138) mendefinisikan klausa sebagai suatu
kontruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional,
yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan subjek, predikat, objek, dan keterangan.
8
Untuk lebih mudah mengenali klausa, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri yang melekat
pada klausa:
1. Merupakan kelompok kata
2. Mempunyai unsur predikat
3. Satu klausa mempunyai satu predikat
4. Tidak mempunyai intonasi akhir di dalamnya
5. Tidak mempunyai tanda baca karena kedudukannya lebih rendah dari kalimat
3. Kalimat
Beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda- beda dalam mendefinisikan kalimat.
Elson and Pickett, (1969: 82) mengungkapkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa.
A. Fokker (1960: 9) juga mengatakan kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti
penuh dan turunnya suara menjadi cirinya sebagai batas keseluruhanya. Menurut Gorys Keraf
(1978: 156) kalimat adalah suatu bagian ujaran, yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan,
sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Berdasarkan
pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah kumpulan kata yang
tertruktur dan mengandung pikiran yang lengkap. Kaitannya dengan satuan sintaksis yang lebih
kecil (kata, frase dan klausa) kalimat merupakan satuan sintaksis yang disusun dari konsituen
dasar berupa klausa yang dilengkapi dengan konjugsi bila diperlukan serta disertai dengan
intonasi di bagian akhir. Untuk lebih mudah mengenali kalimat, berikut ini adalah beberapa ciri-
ciri yang melekat dalam sebuah kalimat:
9
BAB II FRASA, KATA MAJEMUK, DAN KIASAN
A. Pengertian Frasa
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa, frasa berada pada satu fungsi unsur klausa, yaitu S. P, O,
Pel, atau Ket. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan satuan
gramatikal yanggterdiriidua kata atauulebih dari dua kata tersebut tidak melebihi keseluruhan
unsurnya, tidak melebihi batas fungsi, dan tidak meduduki fungsi sintaksis sendiri-sendiri.
1. Sifat-Sifat Frasa
a) Frasa menjadi fungsi gramatikal dalam kalimat.
b) Mengandung satu kesatuan yaitu makna gramatikal.
c) Frasa bersifat Non-predikatif.
d) Konstistuen frasa yaitu kata dan bukan morfem.
e) Frasa menduduki satu fungsi.
f) Frasa merupakan konstituen klausa.
g) Bagian frasa tidakkdapattditukar atau dibalik susunannya.
h) Frasaadapattdiperluas dengan tambahan kata depan, tengah, atau di belakang.
i) Frasa terdiri atassdua konstituennpembentukan atau lebih yang memiliki
kedekatannhubungan.
2. Contoh Frasa
Dalam kalimat pertama terdapat dua frasa, yaitu (a) sedang mempelajari dan (b) sintaksis
frasa: dalam hal ini, kita merupakan kata. Dalam kalimat kedua terdapat satu frasa majemuk ke
perpustakaan Universitas Negeri Semarang atau yang sebenarnya dapat diuraikan menjadi tujuh
frasa, yaitu (a) Universitas Negeri (b) Universitas Negeri Semarang, (c) perpustakan Universitas
Negeri Semarang (d) ke perpustakaan, (e) ke perpustakaan Universitas, (f) ke perpustakaan
Universitas Negeri, dan (g) ke perpustakaan Universitas Negeri Semarang; dalam kalimat itu
Zainab dan pergi masing-masing merupakan kata. Sementara itu, dalam kalimat ketiga terdapat
dua frasa, yaitu (a) bukunya dan (b) banyak sekali.
1
B. Pengertian Kata Majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berpola
sebagai kata yang mempunyai pola gramatikal, fonologis, dan semantis. Kata majemuk
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak berubah dan tidak
dapat disisipi oleh kata lain atau dipisahkannstrukturnya, karenaaakan memengaruhi arti
secaraakeseluruhan. Dapat disimpulkan bahwa kata majemuk merupakan satuan bahasaayang
beradaadalam Tataran katas(satuan bahasa dalammtataran kata lainnyaaadalah kata dasar, kata
berimbuhan, dan kata ulang.
C. Pengertian Kiasan
Kata kiasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “perbandingan”.
Sedangkan makna kias artinyaasebuah arti ataummakna dari ungkapannatau kata yang
mengandung pengibaratan atau pengandaian. Makna lain dari kiasan yaitu perumpamaan atau
pengibaratan, arti dari kata yang bukan sebenarnya, dan dapat berupa lambang, sindiran, ataupun
pelajaran. Dengan demikian, kata kiasan dapat disumpulkan sebagai kata yang mengandung
makna bukan sebenarnya atau mengandung perumpaan.
Perbedaan frasa dengan kata majemuk terdapat pada unsur-unsur pembentuknya. Unsur-
unsur pembentuk kata majemuk salah satu atau keduanya merupakan satuan leksikal mterikat,
artinya satuan leksikal itu dapat hadir sebagai kata mandiri, tetapi selaluuberangkai dengan unsur
leksikal lain.
11
>Frasa tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktik atau maknaAgramatikal. Contoh,
kata “kaki Nasir” mempunyai makna sintaktik atau gramatikal sesuai dengan kata 'kaki' dan
'Nasir'.
>Kata majemuk sebagai komposisi memiliki makna baru atau memiliki satu makna tetapi
maknanya masih dapat ditelusuri secara langsung dengan cara menggabungkan kata-kata.
Contoh, kata “kaki meja” yangmmasih dapat ditelusuri dariumakna 'kaki' dan 'meja'.
>Kiasan dapat memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari sebuah
kata yang digabungkan. Contoh, kata “kaki tangan” yanggtidakkada sangkut pautnya dengan
'kaki' dan 'tangan‟.
Dari pengertian mengenai frasa dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan satuan
gramatikal yang terdiri dua kata atau dapat lebih dua kata tersebut tidak melebihi keseluruhan
dari unsurnya, tidak melebihi batas fungsi, dan tidak meduduki fungsi sintaksis sndiri-sendiri.
Dapat disimpulkan dari ulasan tersebut bahwa kata majemuk merupakan satuan bahasa
yang berada dalam Tataran kata (satuan bahasa dalam tataran kata lainnya adalah kata dasar, kata
berimbuhan, dan kata ulang.
Kiasan dapat disimpulkan sebagai perumpamaan atau pengibaratan, dan mengandung arti
kata yang bukan sebenarnya, dapat berupa lambang atau sindiran.
A. Frasa
Menurut Ramlan M (2005: 138), frasa aalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata
atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Sedangkan Chaer (2012: 222)
mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari gabungan kata yang non-
predikatif. Chaer menambahkan bahwa lazim disebut juga sebagai gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Jadi secara umum frasa adalah suatu kelompok kata
yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang tidak melampaui batas
subjek dan batas predikat.
Frasa Endosentris
Chaer (2012: 226) menjelaskan bahwa frasa endosentris ialah frasa yang salah satu
unsurnya ataupun komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, ialah: a. Frasa Endosentris koordinatif;
b. Frasa Endosentris atributif; c. Frasa Endosentris apositif.
1
Frasa Eksosentris
Frasa Eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan
unsurnya. Frasa Eksosentris tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa Eksosentris adalah frasa
yang tidak mempunyai UP.
Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui
batas fungsi unsur klausa. Frasa dibagi menjadi dua, yakni frasa endosentris dan frasa ekssentris.
Frasa endosentris ada tiga bagian, yakni: (a) frasa endosentris apositif, (b) frasa endosentris
atributif, dan (c) frasa endosentris koordinatif. Sedang frasa eksosentris dibagi menjadi dua,
yakni: frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris non-direktif.
Frasa merupakan suatu kelompok kata yang tersusun dari dua kata atau lebih. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Keraf (1984:138) bahwa frasa merupakan suatu konstruksi
yang terdiri dari dua kata atau lebih. Namun, satu hal yang harus dipahami berkaitan dengan
frasa ini bahwa masing-masing kata yang membentuk konstruksi merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Artinya meskipun frasa dapat berdiri sendiri, namun apabila dipindahkan letaknya dalam
kalimat harus dipindahkan secara utuh atau lengkap.
Frasa berdasarkan kategori unsur inti atau kelas kata unsur yang membentuknya, dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis frasa, yaitu: frasa nomina(kata benda), frasa pronomina(kata
ganti), frasa verba(kata kerja), frasa numeral(kata bilangan),frasa adjektival(kata sifat),frasa
adverbial(kata keterangan), frasa preposisional(kata depan), frasa konjungsi(kata sambung)
(Kridalaksana, 1994:125 dan Ramlan, 2001: 141).
Frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat(inti) frasa nomina adalah
kata 6benda. Frasa nomina juga paling sering berkedudukan sebagai subjek dan objek
sebagaimana halnya nomina.
Frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja.Unsur pusat (inti) frasa kerja adalah kata
kerja. Inti frasa tersebut merupakan kata kerja. Oleh karena itu, frasa bunga mawar termasuk
frasa nomina. Pada umumnya frasa kerja, seperti halnya kata kerja, menduduki fungsi sintaksis
predikat; meskipun juga dapat menduduki fungsi sintaksis yang lain.
1
3. Frasa adjektival(Frasa sifat)
Frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Unsur pusat(inti) frasa sifat adalah kata
sifat. Fungsi frasa sifat dapat berfungsi sebagai berikut:
Frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Unsur pusat(inti) frasa keterangan
adalah kata keterangan. Pada umumnya frasa keterangan sering menduduki fungsi sebagai
keterangan dalam kalimat. Seringkali kata keterangan merupakan inti dari frasa keterangan.
Karena alasan tersebut, letak frasa keterangan dapat di awal, dan di akhir kalimat atau dapat
terletak di depan atau di belakang subjek.
Frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Unsur pusat(inti) frasa bilangan
adalah kata bilangan.numeralia merupakan kata yang menujukkan kata bilangan atau kuantitas.
Pada umumnya frasa numeralia diikuti dengan kata penggolong atau kata bantu bilangan yang
sesuai.
Frasa preposisional merupakan frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai
unsur penjelas. Sedangkan jenis kata yang berfungsi sebagai penjelas berupa nomina, adverbial,
atau adjektiva.
Frasa yang dibentuk dari kata ganti. Frasa pronominal dibagi menjadi tiga yaitu frasa
pronominal modifikatif, frasa pronominal koordinatif, dan frasa pronominal apositif.
1
8. Frasa konjungsi(frasa penghubung)
Frasa kongjungsi adalah frasa yang didalamnya terdapat kata penghubung atau kata
sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda dalam klausa
adalah predikat, maka petanda dalam klausa konjungsi selalu memiliki predikat. Menurut
Ramlan frasa konjungsi sering disebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan
menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
Frasa adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang memiliki ciri tidak
berpredikat, terdiri dari unsur kata atau frasa dan menduduki suatu fungsi dan kesatuan makna
dalam kalimat. Frasa berdasarkan kategori unsur inti atau kelas kata unsur yang membentuknya,
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis frasa, yaitu: frasa nomina (kata benda), frasa
pronomina(kata ganti), frasa verba(kata kerja), frasa numeral (kata bilangan), frasa
adjektival(kata sifat), frasa adverbial(kata keterangan), frasa preposisional(kata depan), frasa
konjungsi(kata sambung). (Kridalaksana, 1994:125 dan Ramlan, 2001: 141).
A. Pengertian Klausa
Sintaksis asal dari kata bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti „dengan‟ dan tattein yang
berarti „menempatkan‟. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersamabersama kata-
kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad dalam Putrayasa, 2008: 1). Banyak pakar
memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan dalam (Putrayasa, 2008:1) mengatakan,
bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frasa.Klausa merupakan gabungan kelompok kata yang memiliki fungsi sintaksis
yang didalamnya terdiri atas unsur subjek dan predikat yang berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah suatu susunan yang berada di atas satuan frasa dan di bawah satuan
kalimat, berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada
komponen berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi
sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41). Klausa merupakan sebuah
susunan kebahasaan yang dapat dikembangkan menjadi kalimat. Dapat dikatakan klausa sebagai
kalimat dasar. Kalimat dasar merupakan kalimat deklaratif yang memiliki struktur predikasi.
Klausa dapat dikatakan sebagai bagian inti kalimat atau pembetuk kalimat.
1
B. Ciri-ciri Klausa
Ciri-ciri yang ada dalam sebuah klausa sudah terkandung dari beberapa rumusan makna
klausa yang dikemukakan para ahli linguistik di atas.
C. Jenis-jenis Klausa
menduduki fungsi subjek, objek, keterangan, dan pelengkap (Arifin, 2008: 34).
a. Subjek
Menurut Arifin (2008: 25) menjelaskan dan memberikan contoh bahwa subjek adalah
bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang menandai apa yang dinyatakan
oleh pembicara (penulis). Di dalam bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat.
b. Objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nominal yang melengkapi
verba transitif. Objek dikenai suatu perbuatan atau pekerjaan dalam disebutkan dakam predikat
verbal. Objek dapat dibagi menjadi objek langsung dan objek tak langsung.Objek langsung
adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Sementara
objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau diuntungkan oleh perbuatan yang
terdapat dalam predikat verbal.
c. Klausa Keterangan
Menurut Arifin (2008: 36-37) menjelaskan dan memberikan contoh bahwasanya klausa
keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar inti, yang berfungsi meluaskan atau
membatasi makna subjek atau makna prediket. Contohnya yaitu:
1
d. Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas nomina, frasa nominal, adjektiva, atau
frase adjektival yang merupakan bagian dari predikat verbal.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadiradalah S,
sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya menjadi kalimat dapat dibedakan menjadi dua:
a. Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Yang
artinya, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subjek dan yang berfungsi sebagai
predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas merupakan klausa yang dapat dilepaskan dari
rangkaian yang lebih besar sehingga kembali pada wujudnya yang semula, yaitu kalimat.
b. Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi menjadi kalimat mayor, tapi hanya
berpotensi menjadi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep kalimat
merangkum seperti panggilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram.
Menurut Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya
kalusa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Unsur negasi. yang disebut dengan unsur negasi adalah tidak, tak, bukan, belum, dan
jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatikal
menegatifkan predikat dibagi menjadi dua.
a. Klausa Positif
Klausa positif adalah klausa yang tidak terdapat unsur negasi yang menegatifkan
predikat.
1
b. Klausa Negatif
Klausa negatif adalah klausa yang didalamnya terdapat unsur negasi yang menegatifkan
predikat.
A. Fungsi Subjek
1. Pengertian Subjek
Menurut Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2012:89 Subjek merupakan unsur lain yang
menjelskan unsur kalimat atau klausa dalam kalimat yang bersangkutan. Subjek merupakan
unsur yang memiliki susunan tertentu, misalnya dalam susunan nonkontekstual harus hadir
secara eksplisit, tetapi pada susunan lain, misalnya susunan kontekstual bisa implisit. Sedangkan
yang dimaksud susunan kontekstual adalah susunan yang kehadirannya membutuhkan konteks
lain. Misalnya menyelenggarakan peringatan HUT RI ke-74. Sedangkan konstruksi
nonkontekstual adalah konstruksi yang tidak terikat oleh konstruksi lain. Misalnya kota-kota
besar menyelenggarakan peringatan HUT RI ke-74.
a. Bentuk Subjek
Subjek dapat berupa kata monomorfemik atau polimorfemik. Kata sepatu adalah kata
monomorfemik yang bisa menjadi subjek klausa berikut, sepatu itu di beli oleh ibu. Sebaliknya,
katapolimorfemik seperti pemeliharaannya juga dapat menjadi subjek klausa kurang. Secara
sintaksis subjek bisa beruapa frase atau klausa.
b. Letak Subjek
Subjek terletak di depan predikat atau dibelakang ojek. Dalam susunan tertentu letak subjek
dapat ditukar dengan letak predikat dengan syarat tidak mengacaukan makna struktural kalimat.
Contohnya: tas itu terbawa // tas itu Subjek terletak di belakang objek. Hal ini disebabkan
hubungan antar predikat dan objek sangat erat tidak dapat disela oleh subjek.
B. Fungsi Predikat
1. Pengertian Predikat
1
2. Ciri – ciri Predikat
a. Bentuk Predikat
Bentuk predikat dapat dilihat dari dua tataran. Pada tataran morfologi subjek dapat
berupa kata tunggal atau kata monomorfemik dan dapat juga berupa kata kompleks atau kata
polimorfemik. Pada tataran sintaksis dapat berupa frase. Frase adalah konstruksi sintaksis yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsional.
b. Letak Predikat
Contohnya: Tindakan orang-orang di kampung itu // sangat menguntungkan para pejabat desa.
Sangat menguntungkan para pejabat desa // tindakan orang-orang di kampung itu.
a. Jawaban pertanyaan, mengapa, bagaimana, berapa, di mana, ke mana, dan dari mana jika
terletak di belakang subjek merupakan predikat kalimat. Contoh:
2. Bagaimana // hamparan bunga-bunga tulip itu? Hamparan bunga-bunga tulip itu // sungguh
mengagumkan.
Contohnya: kata ialah, adalah, dan merupakan dapat menjadi batas antara subjek dengan
predikat.
c. Predikat dapat diingkarkan Ada dua bentuk pengingkar yakni kata tidak dan
bukan. Contoh: H. Saroni // bukan DPC PPP Grobogan, melainkan DPD Grobogan.
C. Fungsi Objek
1. Pengertian Objek Objek sebuah nomina atau kelompok nomina yang memenuhi suatu verba-
verba pada klausa.
1
D. Fungsi Pelengkap
Klausa pelengkap merupakan klausa yang terdiri dari nomina, frasa nomina,
adjektiva/frasa adjektia yang menggambarkan bagian atas predikat verbal.
1. Pengertian Pelengkap Pelengkap ialah sebuah kata yang menjadi bagian klausa atau kalimat
yang harus bersamaan dengan predikat. Pelengkap yakni unsur yang menggenapi predikat.
Objek bisa berubah menjadi subjek, jika sebuah kalimat yang mengisi objek tersebut
diganti menjadi kalimat pasif. Berlainan dengan objek, pelengkap tidak mungkin diubah sebagai
subjek di kalimat pasif. Contohnya: Kakak membuatkan Ayah teh hangat ketika sakit. Kalimat
tersebut, terdapat dua kelompok kata yang berlaku sebagai pelengkap yakni “ayah” dan “teh
hangat”. Untuk membuktikan kata mana yang memiliki kedudukan sebagai pelengkap, harus
mengawasi kata tersebut dengan menggantinya sebagai subjek.
E. Fungsi Keterangan
1. Pengertian Keternagan
Keterangan sebuah unsur dalam kalimat yang berfungsi untuk menerangkan keseluruhan
bagian kalimat. Keterangan dapat terletak dimana saja.
2. Jenis-jenis Keterangan
a. Keterangan akibat Keterangan akibat merupakan bagian klausa atau kalimat yang menyatakan
dampak terjadinya sesuatu yang disebut pada predikat, seperti sehingga, sampai, akibatnya.
Contoh : Mereka mengadakan rapat sampai lelah.
2
BUKU PEMBANDING
1. Sintaksis adalah proses perangkaian kata menjadi susunan gramatikal yang membentuk ujaran
(Hockett, 1958:179).
2. Sintaksis adalah cabang liguistik yang menyelidiki satuan satuan kata dan satuan-satuan lain
di atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta penyusunan sehingga menjadi satuan
ujaran (Abdul Chaer).
3. Kata sintaksis (Inggris=Syintax) berasal dari bahasa Yunani sun artinya “dengan” dan tattien
artinya “menempatkan”. Secara etimologis, istilah tersebut berarti menempatkan atau menyusun
secara bersama sama antara kata dengan kata atau kata kelompok kata.
4. Sintaksis secara langsung dari bahasa Belanda syintaxis, yang kemudian dalam bahasa Inggris
menggunakan istilah syntax. Dengan kata lain sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kaimat, klausa, dan frasa (M. Ramlan dengan
bukunya Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis )
a. cabang linguistik tentang susunan kalimat dengan bagian-bagiannya atau ilmu tata kalimat.
b. pengaturan hubungan kata dengan kata atau satuan lain yang lebih besar.
c. subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatikal; bagian
lain ialah morfologi)
Konstruksi Sintaksis
Istilah konstruksi menunjuk suatu konsep satuan bahasa yang bermakna. Dengan kata
lain, konstruksi sintaksis adalah satuan bahasa bermakna berupa frasa, klausa, dan kalimat.
Unsur terkecil konstruksi sintaksis adalah bentuk bebas atau kata. Konstruksi sintaksis memiliki
ciri (1) anggotanya berupa bentuk bebas, (2) hubungan antara unsurnya dapat disisipi bentuk kata
lain, (3) struktur unsurnya biasanya tidak tetap, (4) bentuknya berupa frasa, klausa, dan kalimat.
2
BAB II Frasa Bahasa Indonesia
1. Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan bahasa yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau
lebih yang tidak memiliki ciri klausa (Cook, 1971;91) atau tidak predikatif (Kridalaksana,
2001:177). Ramlan (2001:138) berpendapat frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Pendeknya, frasa adalah satuan
gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu fungsi unsur
klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
2. Klasifikasi Frasa
3. Kategori Frasa
Kategori frasa adalah golongan frasa dilihat dari persamaan distribusinya dengan kategori
(jenis, kelas, atau golongan) kata. Berdasarkan kategorinya, frasa dapat dibedakan menjadi
beberapa golongan: (1) frasa nominal, (2) frasa verbal, (3) frasa adjektival, (4) frasa numeralia,
dan (5) frasa preposisional.
1. Pengertian Klausa
Klausa dapat dikatakan sebagai bagian inti kalimat atau dapat juga dikatakan sebagai
pembentuk kalimat. Ramlan (2001:79) menyatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket) maupun tidak. Karena berintikan predikat (P), klausa bersifat predikatif. Sebenarnya unsur
inti klausa adalah S dan P, tetapi S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat majemuk sebagai
akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban.
2. Unsur Klausa
Secara fungsional unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P). unsur lain seperti objek
(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket) boleh ada dalam klausa boleh juga tidak ada. Unsur
fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah predikat (P).
2
3. Kalimat dan Klausa
Perbedaan kalimat dengan klausa dalam hal intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi
ciri kalimat sedangkan dalam klausa tidak ada. Baik kalimat maupun klausa merupakan
konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Dilihat dari segi struktur internalnya,
kalimat dan klausa keduanya terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek,
pelengkap atau keterangan. Perhatikan contoh berikut.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya
disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca
yang lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru
melambangkan kesenyapan.
Kalimat merupakan satuan dasar wacana. Artinya, wacana hanya akan terbentuk jika ada
dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan
demikian, setiap tuturan, berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan
di atas pada suatu wacana atau teks, berstatus kalimat. Berikut ini adalah kutipan sebuah wacana
(teks) yang terdiri atas satu paragraf.
2. Bagian-bagian Kalimat
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis
terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau
kelompok kata dan kelompok kata yang lain, berbeda beda. Sementara itu, kedudukan tiap kata
atau kelompok kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang
dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat seperti pada (4b), dan
ada pula yang tidak seperti (5b) antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis yaitu
“klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih,
yang mengandung unsur predikasi sedangkan frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua
kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi. Perlu dicatat bahwa di bawah kata masih
ada satu satuan tata bahasa, yaitu morfem.
2
B. Kelebihan Dan Kelemahan Buku
Kelebihan Buku
Menurut saya kelebihan dari buku utama adalah materi yang di paparkan dalam buku
tersebut mudah dipahami dan mudah di mengerti. Setiap menulis materi selalu menggunakan
sumber nya. Memiliki cover yang bagus sehingga berkesan dan menarik untuk di baca. Buku ini
selalu di dukung oleh parah ahli. Dimna di buku tersebut di jelaskan secara detail dan lengkap.
Menurut saya kelebihan dari buku pembanding adalah cover yang sangat bagus,
materinya selalu di dukung oleh parah ahli. Dan mudah di mengerti, dimna di buku tersebut di
jelaskan secara detail dan lengkap.
Kelemahan Buku
Menurut saya kelemahan dari buku utama adalah Pada akhir bab tidak di cantumkan
rangkuman atau kesimpulan nya karna rangkuman atau kesimpulan sangat membantu
mahasiswa dalam meringkas ulang apa isi materi yang ada.
Menurut saya kelemahan dari buku pembanding adalah halamannya lebih sedikit di
bandingkan buku utama, di dalam buku pembanding tidak di sertai gambar yang bisa
memperjelas pembahasan dan mempermudah mengetahui secara langsung dan singkat isi
bacaan, dan tidak di paparkan kesimpulan di akhir buku
2
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar serta proses
pembentukan kalimat dalam suatu bahasa, seperti kata, intonasi, dan sistem tata bahasa yang
dipakai. sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat,
klausa, dan frasa. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah ilmu mengkaji tentang struktur pembentukan kalimat yang meliputi kata, frasa, dan
klausa. Dari beberapa definisi diatas dapat dirumuskan bahwa kajian sintaksis meliputi kata,
frasa, klausa dan kalimat.
Frasa (frase) adalah sebuah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif atau tidak berpredikat. Frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dari
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa, frasa berada pada satu
fungsi unsur klausa, yaitu S. P, O, Pel, atau Ket. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih dari dua kata tersebut
tidak melebihi keseluruhan unsurnya, tidak melebihi batas fungsi, dan tidak meduduki fungsi
sintaksis sendiri-sendiri.
Kata Majemuk Kata majemukkatau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang
seluruhnya berpola sebagai kata yang mempunyai pola gramatikal, fonologis, dan semantis. Kata
majemuk merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak berubah
dan tidak dapat disisipi oleh kata lain atau dipisahkan strukturnya, karena akan memengaruhi arti
secara keseluruhan.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar makalah ini dapat menjadi refrensi atau rujukan
bagi mahasiswa lainnya. Dan hasil analisa atau review buku ini dapat menjadi penilaian untuk
menciptakan buku yang lebih baik lagi agar memudahkan pembaca untuk memahaminya. Saran
dan kritik juga kami harapkan dari para pembaca guna mencapai kesempurnaan dalam makalah
critical book review ini.
2
DAFTAR PUSTAKA
Rumilah S. (2021). Sintaksi Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia. Surabaya: CV. Revka
Prima Media.