Anda di halaman 1dari 43

CRITICAL BOOK REPORT

MK.PENILAIAN
PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA

PBSI-FBS

CRITICAL BOOK REPORT

OLEH:

NAMA : TIOPIOLINA

NIM : 2193111034

KELAS : REGULER B 2019

DOSEN PENGAMPU : Diah Eka Sari,S.Pd.,M.Pd

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa Dan Seni

Universitas Negeri Medan

Oktober 2020
EXECUTIVE SUMMARY

Brown (2004:3 ) mengemukakan bahwa penilaian merupakan sebuah cara


pengukuran pengetahuan, kemampuan, dan kinerja seseorang dalam suatu ranah
yang diberikan. Definisi ini menunjuk pada sebuah pengertian bahwa penilaian
adalah suatu cara, artinya penilaian terdiri dari teknik-teknik dan prosedur yang
tersusun secara sitematis. Kemudian penialain merupakan sebuah alat pengukuran
artinya penilaian yang dilakukan mampu mengukur pengetahuan dan kemampuan
seseorang dalam secara umum maupun secara khusus. Terakhir, penilaian adalah
suatu pengukuran kinerja artinya alat penilain harus mampu mengukur keterampuan,
hasil karya, dan kinerja seseorang dalam ranah yang hendak diujikan. Pendapat lain
mengemukakan evaluasi merupakan kriteria khusus dalam pembuatan keputusan
melalui informasi sikap yang baik, pekerjaan yang baik, dan belajar yang baik, serta
menentukan langkah yang tepat dalam pembelajaran berikutnya (Anderson, 2008:21).

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan Critical Book
Report Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini tepat pada
waktunya.Saya juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu,terkhusus kepada ibu Diah Eka Sari,S.Pd,M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
membimbing saya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari


segi susuanan kalimat maupun tata bahsanya. Oleh karena itu penulis menerima kritik
dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis berharap semoga CBR tentang pendidikan


kewarganegaraan ini dapat berguna dan menambah wawasan pembaca.

Pangkalpinang,Oktober 2020

Tiopiolina

ii
DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.PENDAHULUAN........................................................................................................1
A.Rasionalisasi Pentingnya CBR.........................................................................................1
B.Tujuan Penulisan CBR.....................................................................................................1
C.Manfaat Penulisan CBR...................................................................................................1
D.Identitas Buku..................................................................................................................2
BAB II.RINGKASAN ISI BUKU...........................................................................................3
A.Buku Utama.....................................................................................................................3
B.Buku Pembanding..........................................................................................................16
BAB III.ANALISIS ISI BUKU.............................................................................................35
A.Analisis Buku Utama.....................................................................................................35
B.Ananlisis Buku Pembanding...........................................................................................35
BAB IV.PENUTUP...............................................................................................................37
A.Simpulan........................................................................................................................37
B.Saran...............................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................38

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi Pentingnya CBR


Penilaian pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang harus
dilakukan oleh seorang guru untuk melihat hasil belajar peserta didik. Alasannya,
pembelajaran sebagai suatu sistem tidak hanya terdiri atas hasil belajar tatapi juga
komponen-komponen penting lainnya, seperti guru, strategi, dean media. Namun,
bukan berarti di dalam buku ini tidak digunakan istilah penilaian karena hal tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari evaluasi itu sendiri.

Sebagai bentuk akuntabilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran, maka


setiap guru dan tenaga kependidikan lainya harus memahami konsep, prinsip, teknik,
dan procedur evaluasi pembelajaran sehingga hasil evaluasi pembelajaran sehingga
hasil evaluasi dapat memberikan kepuasan bagi berbagai pihak. Di lingkungan
pendidikan formal, guru juga harus dapat menggunakan berbagai inovasi dalam
modelpenilaian yang diamanatkan oleh pemerintah melalui kurikulum berbasis
kompetensi tahun 2004, yaitu penilaian berbasis kelas dengan salah satu jenisnya
adalah penilain portofolio.

B.Tujuan Penulisan CBR


1.Memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia.

2.Mengkritisi isi buku yang dibaca.

3.Merekomendasikan buku.

C.Manfaat Penulisan CBR


1.Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

2.Berbagai informasi dengan pembaca.

1
D.Identitas Buku
Buku Utama

Judul : Evaluasi Hasil Belajar

Pengarang : Dr.Purwanto,M.Pd.

Tahun Terbit : 2008

Penerbit : Pustaka Belajar

Kota Terbit : Yogyakarta

ISBN : 978-602-8479-05-9

Buku Pembanding

Judul : Evalusasi Pembelajaran

Pengarang : Drs. Asrul, M.Si

Rusydi Ananda, M.Pd

Dra. Rosnita, MA

Tahun Terbit : 2014

Penerbit : Citapustaka Media

Kota Terbit : Medan

ISBN : 978-602-1317-49-5

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A.Buku Utama
BAB 1.Pengukuran dan Evaluasi Dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah program yang melibatkan sejumlah komponen


yang bekerjasama dalam sebauh proses untuk mencapai tujuan yang
diprogramkan.Evaluasi adalah hasil pengambilan keputusanberdasarkan hasil
pengukuran dan standar kriteria.Evaluasi dilaksanakan setelah dilakukan pengukuran
terjadap kemampuan dari peserta didik.

Setiap kegiatan membutuhkan evaluasi apabila dikehendaki untuk mengetahui


apakah kegiatan berjalan sebagaimana yang diharapkan.Pengambilan keputusan
evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria.Menurut Keerlinger
(Purwanto,2008:2) pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang akan diukur
dengan alat ukurnya dan kemudian menerangkan angka menurut system aturan
tertentu.Kriteria adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan
kriteria tertentu.

Pengukuran dilakukan agar pengambilan keputusan evaluasi dapat dilakukan


secara tepat yang menyangkut nasib akademik siswa.Evaluasi hasil belajar dapat
dilakukan dengan baik apabila kegiatan evaluasi itu didahului dengan
pengukuran.Pengukuran dan evaluasi memiliki fungsi sebagai
penempatan,seleksi,diagnostic,dan pengukur keberhasilan.

Ciri-ciri pengukuran dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Meniru model pengukuran dalam ilmu alam.


2) Brsifat tidak langsung.
3) Menggunakan ukuran kuantitatif.
4) Mengandung kesalahan

3
BAB 2.Komponen dan Model-Model Evaluasi Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang terbentuk dari kata
“pais” yang berarti anak dan “again” yang berarti membimbing.Jadi dapat
didefinisikan secara leksikal bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan
yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi
dewasa.Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.Dalam
perkembangannya.pendidikan tidak lagi bersifat natural-instinktif.

Pendidikan merupakan sebuah program yang terdiri dari beberapa komponen


yang bekerja dalam sebuah system.Dalam pendidikan siswa memasuki sebuah proses
transformasi pembelajaran yang menimbulkan kegiatan belajar bagi siswa.

Menggunakan analogi proses produksi ,komponen pendidikan meliputi


konteks,input,proses,dan output.Dalam usaha memudahkan memahami dan
mengukur perubahan perilaku maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi 3
domaian atau ranah: kognitif,afektif,dan psikomotoris.

Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti penilaian.Evaluasi program


adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program.Setiap
program yang dijalankan harus dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya.Terdaoat
banyak program evaluasi program pendidikan yang masing-masing memiliki
asumsi,pembagian,komponen dan cara pelaksanaan yang berbeda.Model tersebut
dapat secara singkat dijelaskan sebagai model pengukuran,model kesesuaian,model
evaluasi system,model iluminatif,

BAB III.Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar : Domain dan Taksonomi

Untuk dapat melakukan evaluasi hasil belajar maka diadakan pengukuran


terhadap hasil belajar.Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat
belajar.Dalam pengembangan alat ukur hasil belajar perlu dipahami domaian yang

4
akan diukur sebelum menyusun alat ukur.Kepribadian manusia secara teoretik untuk
kepentingan memahami perubahan perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain atau
ranah yaitu kognitif,afektif,dan psikomotorik.Perubahan setiap domain tidaklah
tunggal.Untuk itu tulisan ini membahas tentang tujuan pendidikan,hasil
belajar,domaian,dan taksonominya.

Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah


siswa belajar.Tujuan nasional pendidikan adalah cita-cita negara terhadap warga
negara setelah mengikuti pendidikan.Tujuan nasional merupakan tujuan yang terlalu
luas untuk dilihat perubahan perilakunya dan diukur dan dioperasionalkan kedalam
tujuan institusional.Tujuan institusional juga belum dapat dilihat perubahan
perilakunya sehingga belum dapat diukur.

Tujuan kurikuler juga belum dapat dilihat perubahan perilaku dan diukur
sehingga dijabarkan lagi ke dalam tujuan pendidikan pada tingkat pengajaran yang
disebut tujuan instruksional.

Tujuan instruksional umum adalah tujuan pengajaran yang perubahan perilaku


siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan
diukur.Sedangkan tujuan instruksional khusus adalah tujuan pengajaran dimana
perubahan perilaku sudah dapat dilihat dan diukur.

Tujuan pengajaran dirumuskan dengan rumusan ABCD A (audience) adalah


siswa yang belajar,B (Behaviour),perubahan perilaku yang diinginkan terjadi,C
(condition) adalah kondisi yang menimbulkan perubahan perilaku yang
dinginkan,dan D (degree) derajat ketercapaian perubahan perilaku.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan


lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.Minat terhadap kajian
terhadap proses belajar dilandasi oleh keinginan untuk memberikan pelayanan
pengajaran dengan hasil yang maksimal.Kajian intensif tentang bagaimana manusia

5
belajar telah banyak dilakukan oleh para ahli,mulsi dari tinjauan yang bersifat
spekulatif oleh para filsuf hingga tinjauan pendekatan modern oleh para ahli psikolog
modern.

Pendekatan spekulatiif sebelum abad XX tidak didasarkan atas metode ilmiah


yang dapat dipertanggungjawabkan.Teori ini diilhami oleh aliran empirisme dalam
pendidikan yang dipelopori oleh John Locke.Dalam pandangan behavioristic,belajar
merupakan sebuah perilaku membuat hubungan antara stimulus dan respon.Para
behavioris menyakini bahwa hasil belajar akan lebih baik dikuasai kalau dihafal
secara berulang-ulang.Teori belajar kognitif diilhami oleh aliran rasionalisme dalam
filsafat.

Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar


mengajar.Hasil belajar perlu dievaluasi.Belajar dalam arti luas adalah semua
persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan
perilaku.Meskipun pembelajaran dapat terjadi di lingkungan manapun namun satu-
satunya pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dilakukan di sekolah.Domaian
hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses
pendidikan.Hasil belajar atau perunahan perilaku yang menimbulkan kemampuan
dapat berupa hasil utama pengujaran maupun hasil sampingan pengiring.

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terdiri dalam kawasan
kognisi.Hasil belajar kognitif merupakan kemampuan tunggal.Kemampuan
menghafal merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah.

Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Ktathwohl dan membagi


hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu
penerimaan,partisipasi,penilaian,organisasi,dan internalisasi..

Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyususn hierarkhi hasil belajar


pesikomotorik.Persepsi adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik paling rendah.

6
BAB IV.Tes Sebagai Instrumen Pengumpulan Data Hasil Belajar

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam rangka
pengumpulan data.Sebagai sebuah tes,tes hasil belajar merupakan salah satu alat ukur
yang mengukur penampilan maksimal.Data yang benar haruslah memenuhi beberapa
persyaratan dasar seperti: positif,nyata,bebas dari prasangka subjektivitas dan selalu
diragukan untuk diuji ulang kebenarannya.Usaha mencapai objektivitas sebagai
syarat kebenaran ilmiah menuntut data diubah kedlaam ukuran bilangan.

Sistem pengukuran sebagai usaha mendapatkan hasil pengamatan yang


objektif mendorong segala usaha pengukuran atas gejala sosial.Pengukuran dalam
pendidikan melibatkan objek-objek yang terdapat dalam proses pendidikan.Instrumen
alat ukur pendidikan sangat berhubungan dengan variable yang hendak diukur.Alat
ukur juga berhubungan dengan penampilan variable yang diukur.

Alat ukur yang digunakan dalam ilmu alam merupakan contoh yang baik bagi
instrument pengukuran dalam ilmu sosial.Instrumen alat ukur yang hendak digunakan
untuk mengukur variable dalam ilmu sosial dan juga harus mempunyai ciri
sebagaimana dimiliki oleh alat ukur dalam ilmu alam.Validitas adalah kemampuan
yang diliki oleh sebuah alat ukur untuk mengukur secara tepat keadaan yang akan
diukur.Instrumen juga harus memenuhi syarat reliabilitas.

Tes sebagai instrument dapat dibedakan dari instrument jenis nontes.Tes


merupakan instrument alat ukur untuk pengumpulan data dimana dalam memebrikan
respons atas pertanyaan dalam instrument.Instrumen berupa tes berhubungan dengan
pengukuran variable performansi maksimal.Dari berbagai jenis tes,secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu tespenguasaan dan tes kemmapuan.

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan karena tes ini mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh
siswa.Mengajar adalah mengorganisasikan fasilitas dan lingkungan yang

7
memungkinkan siswa belajar.Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil
belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang dinginkan dalam tujuan
pembelajaran.

Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran,tes hasil belajar dapat


dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif,tes sumatif,tes diagnostic,dan tes
penempatan.Berdasarkan bentuk pertanyaannya,tes hasil belajar berbentuk objektif
dan esai.Dibandingkan tes objektif,soal esai mempunyai banyak keunggulan.Tes
objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes
telah tersedia.Tes objektif mempunyai beberapa komponen,yaitu:

1.Perangkat soal

2.Petunjuk pengerjaan

3.Butir soal

4.Pilihan

5.Kunci jawaban

6.Pengecoh

Pelaksanaan pengukuran menggunakan THB dapat dilakukan dengan


menggunakan pengamatan,wawancara,ujian tertulis,atau analisis dokumen.Untuk
memperoleh data yang objektif,maka pengumpulannya dilakukan dengan
carapengukuran.Tes merupakan salah satu jenis instrument disamping nontes.

BAB V.Pengembangan Tes Hasil Belajar

Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru
untuk siswa atas kegiatan belajarnya.Siswa sering mengeluhka ketidakpuasannya
terhadap perolehan hasil belajar.Setiap alat ukur yanh hendak digunakan untuk
mengukur,termasuk THB harus dipastikan kemampuannya untuk mengukur secara

8
baik.Pengumpulan data hasil belajar adalah model pengumpulan data yang
dipengaruhi oleh cara bekerja pengumpulan data dalam ilmu alam yang dilakukan
dengan mengukur.Alat ukur atau instrument THB dapat dipilih bila alat itu ada dan
memenuhi kebutuhan pengukuran yang disebut instrument baku.

a.Menentukan jenis THB

b.Menentukan banyak butir THB

c.Menentukan waktu pengerjaan

d.Menentukan peserta uji coba

e.Menentukan waktu uji coba

f.Menentukan aturan scenario

g.Menentukan kritesia kualitas THB

h.Menentukan tujuan instruksional umum

i.Menentukan tujuan instruksional khusus

j.Menyusun kisi-kisi tes

BAB VI.Analisis Butir Tes Hasil Belajar

Setelah butir tes hasil belajar ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir
THB yang baik dan kisi-kisi yang direncanakan,maka THB tersebut secara teoritik
sudah baik.THB merupakan instrument atau alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar dengan cara mengukur dan menyajikannya.Dalam
pengujian validitas dan reabilitas,THB diuji kualitasnya sebagai sebuah perangkat
secara keseluruhan.Analisis butir dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara
tergantung teori tes yang digunakan.Pada analisis butir,butir akan dilihat
karakteristiknya dan dipilih butir-butir yang baik.

9
Teori tes klasik adalah teori mengenai analisis butir tes dimana analisis
dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan butir dalam suatu kelas atau
kelompok.Teori tes klasik mempunyai beberapa kelemahan.Untuk mengatasi
keterbatasan tes klasik,maka ada yang harus dipertimbangkan.

Dalam teori tes klasik,ada sejumlah karakteristik butir yang diuji yaitu tingkat
kesukaran,daya beda,dan efektifitas pengeco.Sehubungan dengan analisis butir secara
kalsik,dapat diberikan contoh dengan 10 butir soal tes.

Sebagai sebuah alat ukur,THB harus memenuhi syarat alat ukur yang baik
yaitu validitas dan reabilitas.Dalam analisis butir menggunakan teori
klasik,karakteristik butir yang diuji adalah tingkat kesukaran,daya beda,dan
efektivitas pengeco.

BAB VII.Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk melakukan
pengukuran gunapengumpulan data hasil belajar.Pengujian validitas dan reliabilitas
dapat dilakukan dengan beberapa cara.Validitas berhubungan dengan kemampuan
untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur.Sebelum tes hasil belajar
digunakan untuk mengumpulkan data,terlebih dulu harus diperiksa bahwa THB telah
valid.Pengujian validitas dapat menggunakan beberapa metode.

Korelasi berasal dari kata koyang berarti saling dan relasi yang berarati
hubungan,sehingga korelasi berarti saling berhubungan.Gejala-gejala dalam korelasi
terdiri dari variable bebas dan terikat.Korelasi dapat terjadi pada berbagai
keadaan.Pengujian signifikansi korelasi dilakukan dengan membandingkan antara
korelasi hitung pada tabel.Validitas isi adalah pengujian vaditas dilakukan atas isinya
untuk memastikan apakah butir THB mengukur secara tepat keadaan yang ingin
diukur.Untuk keperluan pengembangan butir-butir THB yang representative maka

10
pengembangan butir-butir THB harus didasarkan pada perencanaan kisi-
kisi.Pengujian vaiditas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli.

Hasil korelasi skor kedua rater menunjukkan indeks korelasi hitung sebesar
0,667.Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan melihat korelasi butir dengan
total.

Valididtas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan


membandingkan THB dengan kriteria tertentu diluar THB.Validitas konkuren adalah
pengujian validitas menggunakan kriteria eksternal dimana kritesia yang digunakan
telah ada pada saat pengujian THB dilakukan.Validitas prediktif adalah pengujian
validitas menggunakan kritesia eksternal dimana kritesia pembandingnya belum ada
pada saat THB dikembangkan.

Validitas konstruk adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat


kesesuaian konsekuensi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya.Beberapa metode dapat
digunakan untuk menguji validitas konstruk.Pengujian valididtas konstruk dapat
dilakukan dengan cara menelaah kesesuaian butir THB dengan kisi-kisi dalam hal
konstruksinya.Pengujian validitas konstruk dapat dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli atau professional atau rater.Pengujian validitas konstruk dengan
metode konvergensi dan diskriminabilitas adalah menguji validitas dengan
menggunakan prinsip bahwa sebuah butir bersifat konvergen.koefisien relasi
dinyatakan signifikan.

BAB VIII.Pengujian Validitas Konstruk Hasil Belajar Dengan Analisis Faktor

Analisis factor telah dikenal luas di kalanagan ilmuan sosial kuantitatif.Dunia


mempunyai kompleksitas sangat rumiy yang sulit untuk dijelaskan dan
dipahami.Dalam evaluasi model pengukuran,pengumpulan data hasil belajar
dilakukan dengan melakukan pengukuran menggunakan tes hasil belajar.Cara kerja
dalam ilmu alam memengaruhi ilmu sosial,termasuk pendidikan.Sebagaimana alat

11
ukur dalam ilmu alam,maka THB juga harus memengaruhi syarat alat ukur dalam
system pengukuran.

Berbagai metode dikembangkan dalam pengujian validitas.Ananlisis factor


merupakan analisis untuk membuat kerumitan dunia menjadi ukuran yang lebih
sederhana sehingga lebih mudah dijelaskan.Menurut Kerlinger,AF merupakan
keiritan upaya ilmiah yaitu mengurangi kelipatgandaan tes dan pengukuran sehingga
jatuh menjadi lebih sederhana dengan jalan memberitahukan hal-hal/AF mempolakan
begitu banyak butir tes ke dalam pola-pola yang lebih sederhana.Ditinjau dari
penggunaanya,terdapat dua macam AF yaitu eksploratori dan
konfirmatori.Kebanyakan AF bersifat eksploratif bila digunakan sebagai suatu alat
untuk mengurangi jumlah variable atau mengetahui pola-pola korelasi antara variable
tanpa tujuan untuk menguji teori.

AF mengenal beberapa istilah teknis yang harus diketahui.Sebelum melakukan


prosedur dan memberikan interpretasi hasil analisis maka perlu diketahui beberapa
hal tentang.

1) Variable/butir
2) Factor
3) Ekstraksi
4) Eigenvalues
5) Rotasi
6) Total common variance
7) Factor loadings

Sebelum analisis dilakukan beberapa asumsi harus terpenuhi,sehingga secara


keseluruhan langkah-langkah uji AF adalah :

1) Menguji kelayakan analisis


2) Menyajikan matriks korelasi

12
3) Melakukan ekstraksi
4) Melakukan rotasi
5) Memberikan penanaman factor

Matriks merupakan analisis uji validitas konstruk.Dalam penggunaanya AF dapat


dilakukan secara eksploratif maupun konfirmatif.AF ditempuh dengan prosedur yang
melibatkan beberapa langkah.Faktor hasil ekstraksi akan dipertahankan apabila
memiliki eigenvalues 1,00.Faktor hasil rotasi selanjutnya diberi nama atau label
sesuai dengan sifat butir-butir muatannya.

BAB IX.Pengujian Realibitas Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar tertentu pada
sejumlah siswa peserta tes.Keandalan (reliability) berasal dari kata rely yang artinya
percaya dan reliable yang artinya dapat dipercaya.Beberapa ahli memberikan batasan
reliabilitas.Menurut Thorndike dan Hagen (1977),reliabilitas berhubungan dengan
akurasi instrument dalam mengukur apa yang dikukur,kecermatan hasil ukur,dan
seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang.Sebagai alat ukur THB harus
memenuhi persyaratan reliabilitas.

Banyak metode yang dapat dipilih untuk menguji reliabilitas .Pertama


Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran apabila THB diujikan beberapa
kali.Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil pengukuran butir-butir THB.

Reliabilitas dapat dipandang sebagi koefisien yang menunjukkan dimilikinya


stabilitas eksternal oleh THB.Beberapa metode pengujian reliabilitas yang
memandang bahwa reliabilitas merupakan koefisien stabilitas eksternal adalah
metode tes ulang dan parallel.Pandangan lain melihat reliabilitas sebagai koefisien
yang menunjukkan dimilikinya konsistensi internal oleh THB.

Metode pengujian reliabilitas ini dilakukan atas THB yang mempunyai jumlah
butir genap sehingga butir dapat dibelah menjadi dua bagian yang sama

13
besar.Reliabilitas adalah satu syarat THB yang baik Reliabilitas adalah koefisien yang
menunjukkan kemampuan THB untuk memberikan hasil pengukuran yang relative
tetap dan konsisten.Keputusan reliabilitas dilakukan dengan mengonfirmasikan
koefisien reliabilitas hasil perhitungan dengan kriteria batas tertentu.Disamping
koefisien reliabilitas,dalam THB yang digunakan untuk mengukur skor-skor yang
dibandingkan secara individual.

BAB X.Pengumpulan Data Hasil Belajar

Setelah tes hasil belajar diuji coba dan dibakukan,maka THB tersebut telah
menjadi alat ukur yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.Evaluasi hasil
belajar dilakukan untuk membuat keputusan mengenai hasil belajar siswa.

Data adalah keterangan mengenai suatu keadaan pada sejumlah


responden.Data hasil belajar adalah keterangan mengenai hasil belajar pada sejumlah
siswa yang menjadi peserta tes.Keterangan mengenai suatu keadaan disajikan dalam
ukuran kuantitatif.Pembelajaran adalah pengorganisasian sumber daya,fasilitas dan
lingkungan untuk mengusahan kegiatan belajar siswa.

Data hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu menurut
cara mengumpulkan yaitu primer dan sekunder.Serta menurut sumber yang menjadi
obejk pengumpulan data,dapat dikumpulkan dari populasi atau dari sampel.

Pengukuran adalah membandingkan keadaan tertentu objek yang diukur


dengan alat ukurnya dan menerakan bilangan pada objek menurut aturan
tertentu.Skor hasil belajar yang diperoleh oleh seorang siswa merupakan bilangan
yang diterakan atas jawaban yang diberikan oleh siswa.

Pengukuran adalah memberikan skor pada sejumlah objek pada keadaan


tertentu menurut aturan tertentu.Aturan skoring yang digunakan sangat tergantung
dua hal .

14
Skor menurut unsurnya dapat dibagi menjadi tiga yaitu skor murni,skor
amatan,dan skor kesalahan.Sedangkan menurut jumlah unsur,skor dapat dibagi
menjadi dua yaitu skor tunggal dan skor gabungan.Pengukuran akan menghasilkan
data dalam bentuk skor.Pengukuran dan pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan skor atas jawaban siswa pada setiap butir,kemudian menjumlahkan
untuk semua butir.

BAB XI.Statistika Untuk Analisis Data Hasil Belajar

Pengukuran menghasilkan skor yang akan diubah menjadi nilai melalui proses
penilaian.Pengolahan data hasil belajar dilakukan menggunakan statistika deskriptif
yang prosesnya meliputi kegiatan pengumpulan,penyajian,dan pengolahan
data.Penyajian data dalam statistika dapat dilakukan menggunakan tabel/daftar dan
grafik/diagram.Menurut tujuan pengolahan data,statistika untuk analisis data hasil
belajar ini bertujuan untuk memberikan deskripsi.Penyajian data hasil belajar
dilakukan menggunakan tabel distribusi frekuensi bergolong.

Pengolahan data hasil belajar hanya memerlukan ukuran tendensi sentral


berupa mean dan ukuran simpangan berupa standar deviasi.Statistika membantu
mengolah skor data hasil belajat menjadi nilai melalui proses penilaian.Dalam
melakukan analisis data belajar,statistika melibatkan proses
pengumpulan,penyajian,dan pengolahan data.Pengumpulan data dilakuakan dengan
mengukur menggunakan tes hasil belajar.Penyajian data dilakukan menggunakan
tabel dan grafik,khususnya tabel distribusi frekuensi dan kurva.Pengolahan data
dilakukan menggunakan statistika deskriptif khususnya mean dan standar deviasi.

BAB XII.Penilaian Hasil Belajar

Skor hasil pengukuran yang merupakan data hasil belajar yang dikumpulkan
dari proses testing sebelum dapat digunakan untuk membuat pengambilan
keputusan.Penilain berhubungan dengan pengambila keputusan.Pengambila

15
keputusan didasarkan pada nilai.Nilai adalah ubahan skor hasil pengukuran menurut
acuan dan skala tertentu.Penilaian mengubah skor menjadi nilai menggunaka skala
dan acuan tertentu.

Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian.Dalam penilaian hasil


belajar skala yang dapat digunakan seperti skala 0-10,0-100,0-4,A-E,dan
sebagainya.Nilai diberikan makna berdasarkan skala yang digunakan.Acuan juga
sangat menentukan dalam penilaian.Skor yang sama dapat diubah menjadi nilai yang
berbeda dan dapat menimbulkan keputusan penilaian yang berbeda pada acuan yang
berbeda.Dalam praktik penilaian,terdapat dua macam acuan yang dapat digunakan
yaitu penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma.Proses penilaian dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyajikan tabel
2) Menghitung rata-rata
3) Menghitung standar deviasi
4) Menentukan rentang nilai
5) Menghitung nilai dan membuat keputusan

B.Buku Pembanding
BAB I.Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian.Meskipun


saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya.
Istilah tes, pengukuran (measurement), penilaian (assesment) dan evaluasi sering
disalahartikan dan disalahgunakan dalam praktik evaluasi. Tes adalah pemberian
suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang
harus dikerjakan oleh peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu proses
untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sedangkan penilaian (assesment)
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka

16
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu
(Arifin, 2013:4). Selanjutnya, istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara
berbeda meskipun maknanya relatif sama.

Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin (2013:5)


mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu
keputusan.

Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa hal tentang


evaluasi, bahwa:

1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).Hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang menyangkut
tentang nilai atau arti.Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada pemberian nilai dan
arti itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud merupakan konsekuensi
logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses tersebut tentu dilakukan secara
sistematis dan berkelanjutan, dalam arti terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan,
dan terus menerus.

2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama yang
berkenaan dengan nilai dan arti.

3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).Pemberian


pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi. Melalui
pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari sesuatu yang
sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan bukanlah termasuk
kategori kegiatan evaluasi.

4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria


tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan

17
bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini
penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan (a) hasil evaluasi dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah (b) evaluator lebih percaya diri (c) menghindari
adanya unsur subjektifitas (d) memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun
dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda, dan (e) memberikan kemudahan bagi
evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.

Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi


(2002:11), yaitu:Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua
dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Ciri ketiga dari
penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit
untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Ciri kempat
dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu
tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan
adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Evaluasi yang dijalankan oleh seorang guru mungkin berjalan dengan baik.
Tetapi mungkin hasil penilaian yang mereka lakukan itu buruk mutunya. Bila belajar
itu telah dimulai, diteruskan kearah pencapaian tujuan. Dalam belajar tidak pula luput
adanya hambatan dan kesulitan. Seorang pelajar diharapkan dengan sepenuh hatinya
bisa menyadari hasil-hasil pelajaran yang dicapainya. Memang dalam penyampaian
nilai yang dicapai seorang anak terdapat cara-cara yang berbeda-beda.

Telah dikatakan bahwa belajar adalah ditentukan oleh tujuan murid.Ia harus
merasakan adanya problema yang perlu dipecahkannya. Ini tercapai kalau ia
memperoleh insight atau pemahaman. Jadi evaluasi yang baik harus membantu anak
mencapai tujuan belajar. Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan,

18
maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian ada
beberapa hal:

1. Penilaian berfungsi selektif.


2. Penilaian berfungsi diagnotik.
3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan.
4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Selain dari itu penilaian juga berguna bagi semua pihak pemangku kepentingan,
mulai dari peserta didik, tenaga pengajar, sekolah dan juga masyarakat. Aspek-aspek
yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik meliputi:

a. Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi, ingatan, cara


menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran logis.

b. Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan nilai-nilai


sosial, cara menghadapi dan cara berpartisipasi dalam kenyataan sosial.

c. Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandangan hidupnya terhadap


masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.

d. Apresiasi seni dan budaya.

e. Minat, bakat dan hobby.

f. Perkembangan sosial dan personal.

BAB II. Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Kurikulum 2013 (Penilaian


Otentik)

Pendekatan saintifik sudah lama diyakini sebagai jembatan bagi pertumbuhan


dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Ilmuan
Muslim era klasik seperti Ibnu Tufail (wafat 1138 M) misalnya, telah
mengetengahkan pemikiran bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat diperoleh

19
dengan sendirinya melalui pengamatan terhadap fenomena yang spesifik sekalipun
tanpa bersumber dari guru dengan mengamati fenomena-fenomena spesifik secara
terfokus, mempertanyakannya, menalar dan kemudian menarik kesimpulan (Siddik,
2011: 60).

Proses penalaran induktif menempatkan fenomena atau situasi spesifik untuk


kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Buktibukti spesifik sebagai
fenomena yang khas ditempatkan ke dalam relasi idea yang lebih luas. Pendekatan
saintifik berkelindan pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya. Jadi, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang mengupayakan agar peserta didik dapat secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip.

Pendekatan saintifik tersebut ditujukan untuk memberikan pemahaman


kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dari berbagai informasi yang mereka
peroleh. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Secara teoretik, pendekatan saintifik ini dapat
dilacak pada teoriteori belajar populer seperti teori Piaget yang dikembangkan oleh
Jean Piaget (1896-1980).

Teori Piaget berpandangan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan


perkembangan skema (jamak skemata). Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan, dalam beberapa hal mirip dengan teori Piaget. Sebagai teori belajar
penemuan, maka dalam proses pembelajaran, peserta didik sengaja dihadapkan pada
permasalahan (boleh jadi membingungkan).

Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta


didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya. Untuk

20
menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut adanya
perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan
pembelajaran konvensional. Metode-metode tersebut pada umumnya menekankan
pembelajaran peserta didik untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari
solusi atau menguji jawaban.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dikonsepsikan oleh


Kemendikbud (2013) meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

Salah satu tuntutan kurikulum 2013 adalah meminta peserta didik untuk
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta. Guna memperoleh penggambaran yang lebih objektif terhadap pencapaian
peserta didik terhadap berbagai kegiatan tersebut, makamdituntut diterapkannya
penilaian otentik. Istilah penilaian otentik (authentic assessment) mulai masyhur
setelah disuarakan oleh Grant Wiggins sekitar awal tahun 1990 sebagai reaksi
terhadap penilaian berbasis sekolah yang cenderung hanya mengisi titik-titik, tes
tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat.

Senada dengan itu, Richard J. Stiggins mengemukakan bahwa penilaian


otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk
menampilkan performansinya pada situasi yang sesungguhnya. Penamaan terhadap
penilaian otentik itu cukup beragam. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat sejumlah
padanan nama bagi istilah penilaian otentik. Dengan demikian, penilaian otentik
dengan nama yang beragam itu merupakan proses evaluasi pembelajaran untuk
mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas
yang relevan dalam pembelajaran.

Istilah otentik tersebut digunakan dalam pengertian aslinya yaitu nyata, valid,
atau reliabel. Dengan demikian, penilaian otentik harus mampu untuk
menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum

21
dimiliki oleh peserta didik secara memuaskan, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya dalam dunia nyata.

Penilaian otentik yang sering dikontradiksikan dengan penilaian konvensional


yang seringkali berpatokan pada ukuran-ukuran atau standar. Sedangkan penilaian
otentik berangkat dari alasan praksis, bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, peserta
didik harus mampu menampilkan sejumlah task yang bermakna di dunia
sesungguhnya.

Penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung


(Mueller, 2006:1). Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan akan menjadi lebih
jelas apabila dinilai langsung, misalnya dalam hal kemampuan berargumentasi atau
berdebat, keterampilan menggunakan media seperti komputer dan keterampilan
melaksanakan percobaan. Dalam hal-hal tertentu mungkin saja ada tugas-tugas yang
tidak dapat dikerjakan di dalam kelas yang menyebabkan tugas-tugas tersebut harus
dikerjakan di luar jam pelajaran bahkan di luar sekolah. Penilaian otentik
mengharuskan proses pembelajaran yang otentik pula, yang sering disebut sebagai
tugas-tugas otentik.

Dengan kata lain, penugasan akan dapat disebut sebagai tugas otentik apabila
dengan sengaja peserta didik diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri,
dan bukan sekedar memilih dari yang tersedia. Penilaian terhadap pemberian tugas
semacam ini akan menampilkan tugas-tugas yang kompleks dan kontekstual, yang
memungkinkan peserta didik secara nyata menunjukkan kompetensi atau
keterampilan yang mereka miliki. Dengan demikian, penilaian otentik akan bermakna
bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil
akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Untuk melaksanakan penilaian
otentik yang baik harus menguasai jenis-jenis penilaian otentik, yang antara lain
terdiri atas: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian proyek, (3) penilaian portofolio, dan
(4) penilaian tertulis.

22
BAB III.Instrumen Evaluasi Bentuk Tes

A. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)

Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban


uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini,
khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk
mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata
sendiri.

B. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif

Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam


terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan
istilah tes jawaban pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing masing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan
untuk masing-masing butir yang bersangkutan.Terdapat beberapa jenis tes bentuk
objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion test), pilihan ganda (multifle
chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true false).

C. Tes Tindakan(Performance Test)

Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang dihasilkannya atau ditampikannya.Peserta didik bertindak sesuai dengan apa
yang diperintahkan dan ditanyakan. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai
kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk

23
juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.

Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/ perilaku


peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk praktik
selanjutnya.

BAB IV.Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes

A. Daftar Cek

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. B. Skala Rentang Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

C. Penilaian Sikap

Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait. dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif.

D. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang


harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan

24
dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan
peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.

Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:kemmapuan pengelolaan,relevansi,dan keaslian.

E. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat


suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh
dari hasil akhir saja tetapi juga proses pembuatannya.Penilaian produk meliputi
penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan
seni, seperti: makanan,pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.Pengembangan produk meliputi
3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:tahap
persiapan,tahap pembuatan,dan tahap penilaian.

F. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada


kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat
berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya,hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran.penggunaan portofolio di sekolah, antara lain :

- Saling percaya antara guru dan peserta didik.Dalam proses penilaian guru dan
peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik,

25
- Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.Kerahasiaan hasil pengumpulan
informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak
disampaikan kepada pihakpihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi
dampak negative proses pendidikan.

- Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.Guru dan peserta
didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan
merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya.

- Kepuasan.Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.

- Kesesuaian.Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

- Penilaian proses dan hasil.Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil.
Proses

G. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian,yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

BAB V.Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan


pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan,otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas. Oleh karena itulah evaluasi atau

26
penilaian berbasis kelas yang dimaksudkan hanya mungkin dilakukan pada
penyelenggaraan pendidikan yang berbasis kompetensi. Dikatakan sebagai penilaian
berbasis kelas karena penilaian yang dilaksanakan adalah untuk memperoleh
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan
setelah kegiatan belajar mengajar terselenggara.

PBK menggunakan arti penilaian sebagai “assessment”, yaitu kegiatan yang


dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar
siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan
bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan
penggunaan informasi mengenai hasil belajar siswa pada tingkat kelas dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian dengan pelaksanaan yang berkelanjutan, dan
disertai dengan bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

Jadi, PBK mencakup kegiatan pengumpulan informasi tentang pencapaian


hasil belajar siswa dan pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan
informasi tersebut. Secara agak terperinci tujuan penilaian berbasis kelas pada intinya

adalah untuk:

1. Memberikan informasi mengenai kemajuan hasil belajar siswa secara individual


dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kegiatan belajar yang
dilakukannya.

2. Memberikan informasi yang akurat guna lebih memberdayakan kegiatan belajar


lebih lanjut, baik terhadap individu siswa masingmasing, maupun untuk keseluruhan
siswa.

3. Memberikan informasi yang memungkinkan dapat digunakan guru dan siswa


untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dan sekaligus menetapkan tingkat
kesukaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman dan
pengayaan pengalaman belajar.

27
4. Memberikan dorongan atau motivasi belajar siswa melalui pemberian informasi
tentang kemajuan belajamya dan merangsangnya untuk melakukan perbaikan belajar.

5. Memberikan informasi semua aspek kemajuan setiap siswa yang pada gilirannya
guru dapat memberikan bantuan bagi pertumbuhannya secara lebih efektif ke arah
pengembangan kepribadian siswa pada masa depannya.

6. Memberikan bimbingan yang tepat dalam memilih sekolah atau jabatan yang
sesuai dengan minat, keterampilan dan kemampuannya.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian ini dilaksanakan oleh guru secara
variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu disebut
penilaian berbasis kelas (PBK). Harus disadari oleh semua pihak, bahwa
sesungguhnya guru itulah yang paling mengetahui kemampuan atau kemajuan belajar
siswa, bukan kepala sekolah, pengawas, apalagi pejabat struktural di Departemen atau
Dinas.

Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsipprinsip berikut:

1) Valid
2) Mendidik
3) Berorientasi pada kompetensi
4) Adil dan objektif
5) Terbuka
6) Berkesinambungan
7) Menyeluruh
8) Bermakna

Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana


yang tercantum dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok dari setiap
mata pelajaran. Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu:

28
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hal yang
perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip kontinuitas,yaitu guru secara terus
menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa.

Bentuk instrument dan penskoran.

1.Instrumen tes

a) Pertanyaan lisan

b) Pilihan ganda

c) Uraian objektif

d) Uraian bebas

e) Jawaban singkat

f) Menjodohkan

g) Portofolio

h) Permormans/unjuk kerja

2.Instrumen Non-tes

Instrumen nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi:angket, inventori dan


pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap
mata pelajaran, konsep diri dan nilai.

Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan.Ada dua


model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat
karakteristik butir instrumen dengan mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari
besarnya harga sensitivitas.

29
BAB VI.Pengukuran Ranah Kognitif,Afektif,dan Psikomotorik

A.Pengukuran Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup mental (otak).Bloom


mengelompokkan ranah kognitif menjadi 6 kategori dari yang sederhana sampai yang
paling kompleks. Tingkatan pengetahuan ialah kemampuan mengingat kembali,
misalnya, pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenai klasifikasi
dan sejenisnya. Jadi, tingkatan pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Singkatnya dapat dikatakan bahwa
pengetahuan yang disimpan dalam ingatan itu, dapat digali kembali pada saat
dibutuhkan melalui bentuk ingatan (recall) atau mengingatkan kembali (recognition).
Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: mengenal,
mendiskripsikan,menamakan, memasangkan, membuat daftar, memilih dan yang
sejenis. Berkenaan dengan pengukuran terhadap ranah kognitif ini banyak dijumpai,
dan hampir sebagian besar contoh-contoh yang dikemukakan dalam buku ini adalah
berkenaan dengan hal itu.

B. Pengukuran Ranah Afetktif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap
adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan
tingkah laku. Dari pendapat Ellis tersebut, sikap melibatkan pengetahuan tentang
situasi termasuk situasi. Sikap juga diartikan sebagai “suatu konstruk untuk
memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas”. Tiap orang mempunyai sikap yang
berbeda-beda terhadap suatu objek.

C. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan
perilaku orang lain sebagai pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah.

30
Harrow (1972) menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima tingkat
sebagai berikut: (1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini diharapkan peserta
didik dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya, (2) Manipulasi. Tujuan
pembelajaran pada tingkat ini menuntut peserta didik untuk melakukan suatu perilaku
tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Tetapi diberi petunjuk
berupa tulisan atau instruksi verbal, (3) Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran
pada level ini peserta didik mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan
contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat,
seimbang dan akurat, (4) Artikulasi.

Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain:

1) Daftar cek
2) Skala rentang

BAB VII.Analisis Instrumen Penilaian

A. Analisis Logis/Rasional

Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa.


Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi
keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan
soal.

B. Analisis Empirik

Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan


menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Valid artinya sah
atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut merupakan alat ukur yang tepat
untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan pengertian ini, maka validitas tes pada
dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian antara tes sebagai alat ukur
dengan objek yang diukur. Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya.

31
Berdasarkan arti kata tersebut, maka instrumen yang reliabel adalah instrument yang
hasil pengukurannya dapat dipecaya.

C. Tarap Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan


antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya beda pembeda disebut
indeks Diskriminasi, disingkat D.

BAB VIII.Penilaian Acuan Patokan Pada Norma

A. Penilaian Acuan Patokan

Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion


Referenced Test adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu
kepada kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya
(Slameto, 1988). Noeng Muhadjir (1994) menjelaskan bahwa PAP ini lebih tepat
digunakan untuk mata pelajaran yang bersifat teknologik atau keterampilan tertentu
yang di dalamnya dituntut kemampuan peserta didik secara tepat sesuai dengan
rumusan ilmu pengetahuan, yang apabila salah bisa berakibat fatal.

Lembaga pendidikan yang membuat kriteria atau patokan penilaian


berdasarkan persentase dengan skala nilai 0 – 100, maka peserta didik yang
memperoleh nilai atau skor 75 dipandang telah memiliki 75% kemampuan atau
penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang
bersangkutan. Demikian pula misalnya dalam kegiatan belajar mandiri yang

32
mempergunakan modul sebagai bahan ajar, maka di dalam modul tersebut dinyatakan
bahwa untuk dapat dinyatakan lulas maka peserta didik harus memperoleh nilai
minimal 80% dari tes akhir yang terdapat dalam modul.

Dari contoh di atas dapat dimaknai bahwa lembaga pendidikan menggunakan


kriteria penilaian tertentu. yaitu berdasarkan kriteria tingkat kemampuan penggunaan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan kurikulum. Tujuan PAP adalah
untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.

B. Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced
Test adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-
nilai yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik
lainnya yang termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988).

Penilaian acuan norma dapat diilustrasikan sebagai berikut: hasil ujian


nasional (UN) dikenal adanya nilai UN murni yang berasl dari penilaian yang
dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan persentase yang menunjukkan
tingkat kemampuan atau penguasaan peserta didik tentang materi ajar yang diujikan.
Pengolahan nilai dengan cara PAN dapat dilakukan dengan statistik.

Dengan demikian hasil tes dari suatu kelompok menunjukkan kurva yang
mendekati normal, maka untuk menyatakan norma kelompok sebaliknya digunakan
mead dan hasil tes menunjukkan kurba yang miring positif atau negatif. Pendidik
yang menggunakan acuan norma sebagai dasar penilaian,berpatokan pada asumsi
psikologis yaknik pandangan yang menyadari bahwa tidak semua orang itu memiliki
kesamaan kemampuan, individu itu memiliki kemampuan yang beragam. Penilaian
dengan acuan norma dapat digunakan apabila guru menghadapi kurikulum yang
bersifat dinamis, artiya materi ajar yang dikembangkan selalu berubah sesuai dengan

33
tuntutan perkembangan kekinian, sehingga pendidik mengalami kesulitan tersendiri
menetapkan kriteria “benar” dan “salah” secara kaku.

C. Pengolahan Tes Acuan Norma

Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah sampling materi tes,
dan penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilan, maka dalam PAN adalah pengolahan data statistiknya. Standar yang
digunakan dalam PAN adlah skor ratarata kelompok yang mengikuti tes, sehingga
penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak dapat
menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP.Langkah-langkah yang
ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan PAN sebagai berikut: (1)
memberi skor mentah, (2) mencari nilai rata-rata kelompok, (3) mencari nilai
simpangan baku,(4) menentukan pedoman konversi, dan (5) menentukan nilai peserta
didik.

Pada dasarnya pengolahan nilai tersebut adalah nilai mentah peserta tes,
artinya sebelum dijadikan nilai standar, terlebih dahulu diperbandingkan dengan nilai
rata-rata kelompok. Dengan demikian pada sedikit pada pengolahan hasil evaluasi
yang menggunakan acuan norma (PAN), baik dan tidak nya nilai sangat dipengaruhi
dan ditentukan oleh katateristik kelompok.

34
BAB III
ANALISIS ISI BUKU

A.Analisis Buku Utama


Buku utama menyajikan materi dalam 12 bab.Dimulai dari bab 1 yang
membahas pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan.Pembahasan yang tidak
terdapat dalam buku ini adalah penilaian berbasis kelas,serta tak mengulas hakikat
dari evaluasi pembelajaran.Penilaian pembelajaran yang ditentukan oleh kurikulum
2013 juga tak dibahas.Namun buku ini menjbarkan secara rinci tentang
pengembangan ,pengumpulan,dan pengujian tes hasil belajar.Materi dibahas sangat
dalam dan luas sehingga tidak harus mencari refrensi lain.

Kelebihan pada buku ini adalah dari segi cover yang menarik minat
pembaca.diterbitkan secara legal,serta mudah diperoleh ditoko buku ataupun toko
online.Pada buku ini juga terdapat daftar pustaka,lampiran,indeks,dan riwayat hidup
pengarang yang memenuhi kelayakan sebuah buku.

Tidak begitu banyak kekurangan yang ditemukan dalam buku ini.Hanya saja
terdapat banyak istilah-istilah yang sulit dipahami,terutama oleh orang
awam.Sehingga perlu mencarinya ditempat lain.

B.Ananlisis Buku Pembanding


Buku pembanding ini menyajikan pembahasan tentang evaluasi pembelajaran
dalam 8 bab.Dimulai dari bab 1 yang membahas hakikat evaluasi pembelajaran
sampai bab 8 yang membahas penilaian acuan patokan dan penilaian acuan
norma.Buku ini tergolong baru sehingga membahas secara khusus evaluasi
pembelajaran dalam perspektif kurikulum 2013.Buku ini tidak membahas penilaian
reliabilitas dan validitas hasil belajar.

35
Kelebihan buku ini adalah mudah diperoleh karena tersedia dalam bentuk
elektronik.Buku ini juga tergolong baru sehingga pembahasannya dapat
menyesuaikan dengan kurikulum 2013.

Terdapat beberapa kekurangan dalam buku ini,yaitu tidak terdapat daftar


pustaka yang menyajikan sumber informasi buku ini.Riwayat pengarang dan indeks
juga tidak ditemukan.Pembahasan materi juga kurang luas.

36
BAB IV
PENUTUP

A.Simpulan
Setelah membandingkan masing-masing buku, yakni “Evaluasi Hasil Belajar”
karya Dr.Purwanto,M.Pd. dan buku yang pembanding berjudul “Evaluasi
Pembelajaran” karya Drs.Asrul,M.Si. Rusyadi Ananda,M.Pd. dan
Dra.Rosnita.MA,saya menyimpulkan bahwa kedua buku tersebut layak dan cocok
sebagai acuan bagi mahasiswa. Kedua buku sama-sama menuliskan materi dengan
versinya masing-masing, sehingga membantu mahasiswa memperoleh pengetahuan
yang lebih banyak. Terlepas dari kelebihan serta kekurangan yang ada, sesungguhnya
penulis-penulis buku ini hanya berniat untuk memberikan dan menyebar luaskan ilmu
yang mereka miliki kepada khalayak, semata-mata untuk terciptanya masa depan
bangsa yang cerdas dan terampil.

B.Saran
Semoga pada tulisan selanjutnya, saya mampu meningkatkan kualitas karya
tulis saya, memberikan definisi secara lebih jelas dan terperinci serta menggunakan
tulisan yang mudah dimengerti oleh pembaca.

37
DAFTAR PUSTAKA

Asrul,Rusyadi Ananda dan Rosnita.2014. Evalusasi

Pembelajaran.Medan:Citapustaka Media.

Purwanto.2008.Evaluasi Hasil Belajar.Surakarta: Pustaka Pelajar.

38

Anda mungkin juga menyukai