Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REPORT

EVALUASI HASIL BELAJAR


Dosen pengampu :

Dra. Nikmat Akmal S.Pd M.Pd

Yuzia Eka Putri S.St, M.Pd M.Par

Di Susun Oleh :

NOVI NUR HERIYA (5193142021)

kelas : 4B

PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA


JURUSAN PEND. KESEJAHTERAAN
KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report Evaluasi
Hasil Belajar.

Tugas Critical Book Report ini telah saya usahakan dengan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu Saya dalam pembuatan tugas Critical book report..

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga tugas ini dapat bermanfaat. saya
menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari para teman-teman sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Medan, Maret 2021

Penulis

i|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2. Tujuan Penulisan Critical Book Report ..............................................................1
1.3. Manfaat Critical Book Report ............................................................................ 1
1.4. Identitas Buku ..................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.................................................................................. 3

2.1. Ringkasan isi buku ...................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................. 23

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku .............................................................................. 23

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 25

4.1. Kesimpulan ……........................................................................................................25

4.2. Saran ..........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

ii | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang CBR

Evaluasi Hasil Belajar merupakan salah satu komponen yang penting yang
merupakan tugas professional guru dalam pembelajaran adalah melaksanakan
evaluasi pembelajaran. Istilah “evaluasi” sengaja digunakan oleh penulis untuk
membedakannya dengan istilah “penilaian”. Alasannya, pembelajaran sebagai
suatu sistem tidak hanya terdiri atas hasil belajar tatapi juga komponen-komponen
penting lainnya, seperti guru, strategi, dean media.

Sebagai bentuk akuntabilitas guru dalam melaksanakan pembelajaran,


maka setiap guru dan tenaga kependidikan lainya harus memahami konsep,
prinsip, teknik, dan procedur evaluasi pembelajaran sehingga hasil evaluasi
pembelajaran sehingga hasil evaluasi dapat memberikan kepuasan bagi berbagai
pihak. Di lingkungan pendidikan formal, guru juga harus dapat menggunakan
berbagai inovasi dalam modelpenilaian yang diamanatkan oleh pemerintah
melalui kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, yaitu penilaian berbasis kelas
dengan salah satu jenisnya adalah penilain portofolio.

Dalam tulisan ini, akan dipaparkan tentang ringkasan dan tanggapan penulis
tentang isi buku Evaluasi Hasil Belajar karya Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.

1.2 Tujuan Penulisan CBR

1. Menuntut setiap mahasiswa untuk berfikir sistematis dan kritis;

2. Sebagai penyelesaian tugas dari mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.

1.3 Manfaat Penulisan CBR

1. Agar mengetahui kelebihan dan kelemahan buku.

2. Melatih berfikir kritis.

1|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


1.4 Identitas buku

BUKU UTAMA

Judul buku  :  DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN  

Penulis :  Prof. Dr. Suharsimi Arikunto

Penerbit  : Bumi Aksara

ISBN :  9786022172475

Tahun Terbit : 2012

BUKU PEMBANDING 2

JUDUL : Evaluasi Pembelajaran

PENGARANG : Drs.AsepJihad, M.Pd. Dr. Abdul Haris,M.Sc

PENERBIT : Multi Media

TAHUN TERBIT : 2008

ISBN : 978-979-17732-3-2

2|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN ISI KEDUA BUKU

BAB I : PENDAHULUAN

1. Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya dasar-dasar


evaluasi pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan penilain
sebelum kita mengadakan pengukuran.

 Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.


Pengukuran bersifat kuantitatif.
 Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
 Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan
menilai

Jadi, dalam istilah asing pengukuran adalah Measurement, sedang


penilaian adalah Evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata evaluasi
yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Jadi
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk
membantu para guru dalam pengambil keputusan dalam usaha menjawab
pertanyaan atau permasalahan yang ada. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini
adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker
untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan.

2. Penilaian Pendidikan

3|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


Dalam pendidikan, ada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu
dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan
oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagian mana tujuan tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa
sebabnya. Definisi ini diperluaskan oleh dua ahli lain, yakni Cronbach dan
Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, digunakan untuk membuat
keputusan.

3. Tujuan atau Fungsi Penilaian

Dengan diketahuinya makna dari penilaian, maka dapat dikatakan bahwa


fungsi penilaian adalah sebagai berikut:

a. Penilaian berfungsi selektif .

Dengan cara penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan


seleksiatau penilaian terhadap siswanya.

b.Penilaian berfungsi diagnostik.

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi syarat,


maka dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui kelemahan siswa.
Disamping itu akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan
mengadakan penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis kepada siswanya.

c.Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga


belajar akan lebih efektif jika di sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk
dapat menentukan dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan
siswa, maka digunakan suatu penilaian.

d.Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

4|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu mana suatu program
berhasil diterapkan kepada siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian
berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.

BAB II : Subjek dan sasaran Evaluasi

1. Subjek Evaluasi

Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah


orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai
subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
atau ketentuan yang berlaku.

Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni
orang yang di evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi
adalah mata pelajarannya. Pandangan lain mengatakan siswa sebagai objek
evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.

2.Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk


unsure-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.

a.In Put

Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk
mencapai hasil yang di inginkan, yaitu :

 Kemampuan
Jika sebuah institusi menginginkan out put yang berguna bagi nusa dan
bangsa maka haruslah memperhatikan atau memilah-milah kemampuan
dari beberapa calon murid. Adapun tes yang di gunakan adalah tes
kemampuan.
 Kepribadian

5|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


Kepribadian adalah sesuatau yang terdapat pada diri manusia serta tampak
bentuknya dalam tingkah laku, sehingga seorang pendidik akan
mengetahui satu-persatu calon peserta didiknya. Adapun alat yang di pakai
adalah tes kepribadian.
 Sikap
Sikap adalah bagian dari tingkah laku manusia yang menggambarkan
kepribadian seseorang, akan tetapi karena sikap ini sangat menonjol dalam
pergaulan maka banyak orang yang ingin tahu lebih dalam informasi
khusus terkait dengannya. Adapun alat yang di pakai adalah tes sikap.
 Intelegensi
Dalam hal ini para ahli seperti binet dan simon menciptakan tes buatan
yang di kenal dengan tes binet-simon yang dapat mengetahui IQ
seseorang, karena IQ bukanlah intelegensi.

b.Transformasi

Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek
pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :

 Kurikulum/materi
 Metode dan cara penilaian
 Media
 Sistem administrasi
 Pendidik dan anggotahnya.

c.Out Put

Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa


jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program
tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.

6|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


BAB III : PRINSIP DAN ALAT EVALUASI

1. Prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya
triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:

a.Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar


disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah
pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga
mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan
pemikirannya ke KBM.

b.Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana


tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari
evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun
alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c.Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan dalam poin (a), KBM dirancang dan
disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Telah disebutkan
pula dalam poin (b) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada
tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau
disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar-
mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan,
evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek
pengetahuan.

2.Alat Evaluasi

7|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara
rinci macam-macam tes dan non tes.

a.Teknik Non Tes. Ada beberapa teknik non-tes yaitu:

1) Skala Bertingkat:

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu


hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor yang diberikan oleh guru di
sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa.

2)Kuesioner:

Kuesioner (questionaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada


dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur.

b.Teknik Tes. Dibawah ini ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai
pengertian tes.

1. Dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”, Drs. Amin Daien Indrakusuma


mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan
cepat.
2. Dalam bukunya “ Teknik-teknik Evaluasi”, Mucthar Bukhori mengatakan
tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok
murid.
3. Dalam buku “Encyclopedia of Educational Evaluation”, diterangkan “Test
is comprehensive assessment of an individual or to an entire program
evaluation effort” (tes adalah penilaian yang kompherensif terhadap
seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.

8|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes
merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-
alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya
tiga macam tes, yaitu:

1) Tes diagnostic. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk


mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan
kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang
tepat.
2) Tes Formatif. Dari kata “form” yang merupakan dasar dari istilah
“formatif”maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai
tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif mempunyai manfaat
baik bagi siswa, guru, maupun bagi program itu sendiri.
3) Tes Sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya
sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

BAB IV : MASALAH TES

1. Pengertian

Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti
piring untuk menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes
diterjemahkan sebagai ujian atau percobaan. Menurut Arikunto (2010: 53), tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

2.Ciri-Ciri Tes yang Baik

Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat


dikatakan baik apabila memenuhi lima syarat yaitu:

9|CBR EHB.NOVI NUR HERIYA. 4B


a. Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur
dikatakan valid jika tes itu tepat pada hasil belajar dan akan
menghasilkan yang valid pula.
b. Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak
terpengaruh oleh apapun.
c. Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang
mempengaruhinya, tidak ada unsur subjektifitas yang
mempengaruhi tes tersebut.
d. Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan
tidak mengecoh. Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan
dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat diberikan kepada orang
lain.
e. Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang
mahal dan tidak membuang waktu.

BAB V : VALIDITAS

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan


atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. (Suharsimi Arikunto 2006).

Macam -Macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan
validitas empiris. Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas
isi, validitas konstrak, validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.

a. Validitas isi (content validity)

Yaitu pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar
tersebut. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan
khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan.Validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui

10 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari
jawabannya dalam validasi ini adalah “sejauh mana item-item dalam suatu alat
ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur
yang bersangkutan?” atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan
kawasan.

Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan


cara merinci materi kurikulum atau meteri buku pelajaran. Yaitu sejauh mana tes
hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat
mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran
yang harus diuji.

b. Validitas Konstruksi (Contruct validity)

Secara etimologis, kata kontruksi mengandung arti susunan, kerangka atau


rekaan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir- butir soal
yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang
disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus. Pengujian validitas konstrak
merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep
mengenai trait yang diukur. Hasil estimasi validitas konstrak tidak dinyatakan
dalam bentuk suatu koefisien validitas.

Dengan kata lain jika butir- butir soal mengukur aspek berfikir tersebut
sudah sesuai dengan aspek berfikir yang menjadi tujuan instruksional. Sebagai
contoh jika rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK), “Siswa dapat mengenal
tata cara memandikan mayat”, maka butir soal pada tes merupakan perintah
bagaimana cara memandikan mayat dengan baik.

c. Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya


“pengalaman” sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Yang dimaksud dengan validitas empiris
adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat
empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity adalah validitas yang

11 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut
adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh
pengukuran.

Jadi empirical validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan


antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan
langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. Bertitik tolak dari
itu maka tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas empirik apabila
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil pengamatan
dilapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat
mengukur hasil belajar yang seharusnya diungkap atau diukur lewat tes hasil
belajar tersebut.

d. Validitas Ramalan (Predictive Validity)

Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan” maka didalamnya akan


terkandung pengertian mengenai “sesuatu yang bakal terjadi masa yang akan
datang “ atau sesuatu yang pada saat sekarang belum terjadi dan baru akan terjadi
pada waktu-waktu yang akan datang. Apabila istilah ramalan dikaitkan dengan
validitas tes maka yang dimaksut dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah
suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat dengan
secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal
terjadi pada masa yang akan datang. Jadi pada dasarnya tes yang dilakukan adalah
dengan memberikan bentuk soal, item dan sarat yang diberikan harus memiliki
tujuan akhir yang akan ditempuh sehingga proses atau hasil yang dicapai dapat
diprediksi sebelumnya.

e. Validitas Bandingan (concurrent validity)

Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas


bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat
telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah antara tes pertama
dengan tes berikutnya. Menurut Suharsimi dalam hal ini tes dipasangkan dengan
hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga
data pengalaman tersebut sekarang sudah ada.

12 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
Jadi dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang mencerminkan
pengalaman yang diperoleh masa yang lalu itu, kita bandingkan dengan data hasil
tes yang diperoleh sekarang ini. Jika hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai
hubungan searah dengan hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes
yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan.

BAB VI : REALIBILITAS

1. Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subyek


yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil. Kriterium yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada yang berada
diluar tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency internal).

a. Metode bentuk Paralel (equivalen)


Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang
mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, dan susunan,
tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa inggris
disebut alternate-forms method (parallel forms).
b. Metode tes ulang (test-retest method)
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan
dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes
hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Oleh karena
tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat
disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil
dari kedua tes tersebut dihitung korelasinya.
c. Metode belah dua atau split-half method
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan
satu tes dua kali percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu
metode belah dua. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya

13 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh karena
itu, disebut juga single-test-single-trial method.

BAB VII : TAKSONOMI

Taksonomi Bloom

Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa


domain (ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut
antara lain:

a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation).

b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. Dalam ranah ini hirarkinya adalah pandangan atau pendapat (opinion) dan
sikap atau nilai (attitude, value)

c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang


menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill)
dan kemampuan ( abilities)

BAB VIII : TES STANDAR DAN TES BUATAN GURU

1. Pengertian Tes Standar

Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa
besar kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi

14 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
yang sudah diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian
disebut tes buatan guru dan ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan
pendidikan maupun lembaga pendidikan yang kemudian disebut tes terstandar.

Tes kemampuan pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Aptitude test

b. Achievement tes

Perbedaan antara dua tes ini sebenearnya tidak tegas, soal – soal mengenai
kedua tes tersebut sering kali saling melingkupi ( overlap ). Untuk kedua macam
tes ini biasanya menggunakan hitung – hitungan dan perbendaharaan kata – kata
dan sekelompok tes dari kedua macam tes ini biasanya juga menguji tentang
keterampilan membaca. Kesamaan yang lain adalah bahwa keduanya telah
digunakan untuk meramalkan hasil untuk yang masa akan dating, walaupun pada
umumnya jika kita menggunakan tes prestasi penilai melihat apa yang telah
diperoleh setelah siswa ( tercoba ) itu diberi suatu pelajaran.

2. Tes Prestasi Standar

Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes
prestasi standar. Dalam salah satu kamus, arti kata ”standar” adalah: “A degree of
level of requirement, excellence, or attainment”. Standar untuk siswa dapat
dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu
program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. Jadi
standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai
kebijaksanaan.

Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi
melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas.
Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat
biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan
tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat
yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya
tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.

15 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
3. Perbandingan Antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru

Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan
atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang
dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes
buatan guru, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar?

BAB IX : TES TERTULIS UNTUK PRESTASI BELAJAR

1. Bentuk-Bentuk Tes

a. Tes subyektif.

Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta


didik menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah
soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal
dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal bentuk ini menuntut
kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, dan
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.

b. Tes objektif.

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya
dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk
memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan
salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka
respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi
sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa
bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).

16 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
2. Macam-Macam Tes Objektif

a. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test).

Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B
yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut
salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau
salah.

Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah

 Dengan Denda. Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban Salah


 Tanpa Denda. Skor = Jumlah jawaban yang benar

b. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).

Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/


pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.

c. Menjodohkan (Matching Test).

Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap
pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk
memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai
jawaban yang benar.

ü Cara Memberikan Skor: Penskoran pada tes menjodohkan tidak diberikan


denda terhadap jawaban yang salah. Skor = Jumlah jawaban benar

d. Tes Isian (Complementary Test).

Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian
yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang
diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.

Contoh:

17 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
(1) Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..

(2) Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari
kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri
manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat.
Aliran ……………….. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio:
kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya,
meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi.

3. Pengukuran Ranah Afektif

Pengukuran ranah afktif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu
nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif adalah :

a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun


siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak
didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang
dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah
laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan
lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang
tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta
karakteristik anak didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah
laku anak didik.

18 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
BAB X : MENGANALISISS HASIL TES

1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengajar dan menyusun soal-soal tes,
juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena
itu cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh
siswa. Cara untuk menilai tes, yaitu:

 Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat


diperoleh jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf
kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut antara lain:
 Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu
prosedur Yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi
yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Faedah
mengadakan analisis soal:

2. Analisis Butir Soal(Item Analysis)

Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis
dilakukan terhadap empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila
suatu tes telah dilaksanakan dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita
peroleh. Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang
jelek sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya
pembeda, dan pola jawaban soal.

a. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan
siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi
karena di luar jangkauannya.

19 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal
yang indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi). Rumus


mencari P adalah : P = B JS

Dimana :

P = indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan


sebagai berikut :

 Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar


 Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
 Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

b. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan


antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, indeks diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar
antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda
negatif tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.

Jika seluruh kelompok atas (pandai) dapat menjawab soal dengan benar,
sedang seluruh kelompok bawah (bodoh) menjawab salah, maka soal tersebut
mempunyai diskriminasi paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua
kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul,
maka nilai diskriminasinya adalah -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan

20 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab
salah, maka soal tersebut mempunyai nilai diskriminasi 0,00 karena tidak
mempunyai daya pembeda sama sekali.

Rumus mencari nilai Diskriminasi adalah :

D = BA/JA – BB/JB = PA – PB

Dimana :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB BA/JA = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar.

PA = BB/JB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( P sebagai


indeks kesukaran).

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

c. Pola Jawaban Soal

Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal


menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal
diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a,
b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun.

Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor)


berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih
sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya sebuah
distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut – pengikut tes yang kurang
memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

21 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :

a. Taraf kesukaran soal

b. Daya pembeda soal

c. Baik dan tidaknya distraktor

Kekurangan suatu soal mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya


sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.

22 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU UTAMA

KELEBIHAN

 Ukuran buku ini standart (normal: tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
juga)
 Materi yang ada pada buku utama cara penjelasannya jelas dan tidak
bertele-tele / tidak merambat kemana-kemana.
 Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti di kalangan
pelajar maupun dikalangan mahasiswa

KELEMAHAN

Di setiap bab nya buku ini tidak mempunyai rangkumann yang mencakup seluruh
materi pada perbabnya. Buku ini di setiap babnya tidak mempunyai soal untuk
mengasah kemampuan siswa.

3.2. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU PEMBANDING

KELEBIHAN

 Ukuran buku ini standart (normal) tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil juga).
 Kata-kata yang digunakan mudah dipahami
 Penulisan yang ada pada buku ini juga bagus tertata rapi tidak ada kata-
kata yang salah maupun kekurangan huruf·
 Materi – materi yang dijelaskan dari buku pembanding lebih lengkap
karena dari setiap bab itu berkesinambungan, dari pengertian evaluasi
sampai syarat-syarat tes yang baik dalam evaluasi pembelajaran.
 Di setiap bab nya buku ini mempunyai soal-soal latihan untuk mengasah
pemahaman siswa.
 Buku pembanding juga menggunakan kata-kata yang sederhana untuk
dimengerti di kalangan pelajar maupun dikalangan mahasiswa.

23 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
 Tata penulisan pada buku ini rapi.

KELEMAHAN

Materi-materi yang dijelaskan dari buku pembanding berkesinambungan tetapi


pada setiap babnya dalam pembahasannya tidak to the point ,pembahasannya
lebih seperti mendeskripsikan jadi harus dibaca berulang-ulang baru bisa paham
inti sari dari pembahasan tersebut. Di setiap bab nya buku ini tidak mempunyai
rangkumann yang mencakup seluruh materi pada perbabnya.

24 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh


guru selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan siswa, selain untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan
evaluasi hendaknya memperhatikan konsep dasar evaluasi yang berguna untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi yang harus dikuasai oleh
pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar
tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik evaluasi, teknik- teknik evaluasi,
dan terakhir macam-macam alat evaluasi yang telah diuraikan di atas. Tanpa
mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat
menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar
tentang konsep dasar evaluasi.

Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi pembelajaran


tidak hanya dapat dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru.
Untuk itu, pemahaman tentang konsep dasar evaluasi dan pembalajaran sangat
diperlukan oleg guru demi tercapainya tujuan pembelajaran yang baik, efektif, dan
efisisien

4.2. Saran
Sebaiknya untuk para mahasiswa, menggunakan banyak buku untuk
pembelajaran, agar bisa mendapatkan penjelasan yang lengkap dari banyak
buku yang dibaca. Dan juga saya sebagai penulis menyaran buku pertama dan
kedua sebagai rekomendasinya.

25 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B
DAFTAR PUSTAKA

Drs.AsepJihad, M.Pd. Dr. Abdul Haris,M.Sc, 2008. Evaluasi Pembelajaran.


Jakarta. Penerbit: Multi Media.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2012. DASAR-DASAR EVALUASI PENDIDIKAN.


Jakarta. Penerbit: Bumi Aksara.

26 | C B R E H B . N O V I N U R H E R I Y A . 4 B

Anda mungkin juga menyukai