Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

KULINER DAN PARIWISATA


“KM 0 DAN RUJAK”

Dosen Pengampu :

Dr. Esi Emilia.M,Si


Dra. Lelly Fridayati. M,Pd
Ajeng Inggit Anugrah. S.Pd , M,Pd
Yuzia Eka Putri. S,Pd, M,Pd, M,Par

DISUSUN OLEH:

Bella Hassa 5191142005


Khofifah 5191142014
Keyko fisabillah 5193342017
Mawar Harahap 5193342036
Mulyani 5193342012
Nurul Aulia Munthe 5191142015
Rafika Nanda Gilang Kencana 5193342010
Tria Shinta 5193342001

PENDIDIKAN TATA BOGA


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Salam Sejahtera bagi kita semua,


Alhamdulillah, puji dan syukur kepada TuhanYang Maha Kuasa atas segala nikmat dan
karunia yang masih diberikan kepada kami sehingga dapat membuat laporan hasil Mini Riset
ini pada tenggat waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih sebesar besarnya juga kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Kuliner & Industri Parawisata yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kelas kami
dari awal melakukan riset hingga pembuatan laporan.
Sebagai mahasiswa yang masih dalam tahapan belajar, kami sadar banyaknya
kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan laporan ini. Maka dari itu, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami butuhkan dalam pembuatan laporan
laporan berikutnya.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Medan, Juni 2022


Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Sejarah............................................................................................................................3
a. KM 0...............................................................................................................................3

b. Rujak KM 0.....................................................................................................................4

B. Daya Tarik Kuliner.........................................................................................................5


C. Wisata KM 0 dan Rujak KM 0.......................................................................................7

BAB III HASIL MINIRISET...................................................................................................10


A. LOKASI DAN WAKTU..............................................................................................10
a. KM 0 ............................................................................................................................10
b. Rujak KM 0...................................................................................................................10
1. Metode Observasi.........................................................................................................10
2. Metode Study Dokumentasi.........................................................................................11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................12


A. KESIMPULAN............................................................................................................12
B. SARAN.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15

LAMPIRAN...............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol merupakan sebuah
penanda geografis yang unik di Indonesia. Hal ini berkaitan perannya sebagai simbol perekat
Nusantara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua.
Tugu ini bukan saja menjadi penanda ujung terjauh bagian barat di Indonesia, tetapi juga
menjadi objek wisata sejarah bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tugu 0 kilometer terletak di Pulau Sabang, Aceh. Pulau tersebut dikenal memiliki
pemandangan alam yang sangat mempesona. Memiliki keistimewaan yaitu digunakan sebagai
tanda batas wilayah Indonesia bagian paling barat.

Dahulu sejarah Tugu 0 Kilometer Sabang merupakan kawasan yang tak terawat. Tempat
tersebut dipenuhi dengan hewan monyet. Hewan tersebut selalu menyambut para wisatawan
yang datang, meminta makanan kepada pengunjung, sehingga para pengunjung Tugu Nol
Kilometer memberikan camilan untuk mereka, hal ini membuat kawasan Tugu tampak kotor

Melihat keadaan tempat wisata sejarah Tugu 0 Kilometer Sabang yang kurang terawat,
pihak pemerintah melakukan gerakan renovasi terhadap bangunan tersebut. Proses melakukan
renovasi dilakukan cukup lama karena pihak pengelola wisata sekalian memperbaiki kerusakan
yang berada di sekitar tugu.

Selesai melakukan renovasi bangunan Tugu 0 Kilometer diresmikan 9 September 1997 oleh
presiden Try Sutrisno. Bapak Try Sutrisno meresmikan telah dibukanya Tugu 0 Kilometer
dengan menandatangani pilar yang berbentuk bulat. Letak pilar tersebut berada di lantai pertama
bangunan tugu.

Lokasi
Lokasi tugu ini terletak di areal Hutan Wisata Sabang tepatnya di Desa Iboih Ujong Ba’u,
Kecamatan Sukakarya, Sabang. Letaknya di sebelah barat Kota Sabang sekira 29 kilometer atau
memakan waktu sekira 40 menit berkendara.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pengunjung ketika mengunjungi


Kilometer Nol

2. Apa faktor dominan yang mempengaruhi pengunjung ketika mengunjungi Kilometer


Nol

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengunjung


ketika mengunjungi Kilometer Nol

2. Mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi pengunjung ketik mengunjungi


Kilometer Nol
.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kilometer 0

Tugu Nol Kilometer diresmikan pada 9 September 1997 oleh Wakil Presiden RI Try
Sutrisno. Monumen ini menjadi simbol perekat dari Sabang sampai Merauke. Seiring waktu,
pemerintah beberapa kali merenovasi tugu tersebut. Desain Tugu Kilometer Nol memiliki
beberapa filosofi.
Empat pilar yang menjadi penyangga merupakan simbol batas-batas negara yaitu
Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau Rote. Lingkaran besar pada tugu
merupakan analogi dari angka nol. Ada pula motif senjata rencong menjadi simbol bahwa
Aceh juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ornamen lainnya berbentuk segi delapan menggambarkan landasan ajaran Islam,
Kebudayaan Aceh dan Nusantara dalam lingkup yang luas sesuai delapan penjuru mata
angin. Setiap bagian tugu ini memiliki pesan-pesan kebangsaan yang tanpa keberagaman
Indonesia.
Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol merupakan sebuah
penanda geografis yang unik di Indonesia. Hal ini berkaitan perannya sebagai simbol perekat
Nusantara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua.
Tugu ini bukan saja menjadi penanda ujung terjauh bagian barat di Indonesia, tetapi juga

6
menjadi objek wisata sejarah bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tugu 0 kilometer terletak di Pulau Sabang, Aceh. Pulau tersebut dikenal memiliki
pemandangan alam yang sangat mempesona. Memiliki keistimewaan yaitu digunakan sebagai
tanda batas wilayah Indonesia bagian paling barat.

Dahulu sejarah Tugu 0 Kilometer Sabang merupakan kawasan yang tak terawat. Tempat
tersebut dipenuhi dengan hewan monyet. Hewan tersebut selalu menyambut para wisatawan
yang datang, meminta makanan kepada pengunjung, sehingga para pengunjung Tugu Nol
Kilometer memberikan camilan untuk mereka, hal ini membuat kawasan Tugu tampak kotor

Melihat keadaan tempat wisata sejarah Tugu 0 Kilometer Sabang yang kurang terawat,
pihak pemerintah melakukan gerakan renovasi terhadap bangunan tersebut. Proses melakukan
renovasi dilakukan cukup lama karena pihak pengelola wisata sekalian memperbaiki kerusakan
yang berada di sekitar tugu.

Selesai melakukan renovasi bangunan Tugu 0 Kilometer diresmikan 9 September 1997 oleh
presiden Try Sutrisno. Bapak Try Sutrisno meresmikan telah dibukanya Tugu 0 Kilometer
dengan menandatangani pilar yang berbentuk bulat. Letak pilar tersebut berada di lantai pertama
bangunan tugu.

B. SEJARAH RUJAK KM 0 SABANG

Rujak Kilometer Nol merupakan salah satu makanan khas Sabang yang ada di sekitar Tugu
Kilometer Nol Indonesia. Tugu ini adalah salah satu tempat wisata paling populer di
Sabang. Tugu KM Nol Indonesia merupakan salah satu monumen penanda dimana Indonesia
dimulai di titik paling barat Indonesia. Tugu yang sama juga dibagun di titik paling timur

7
Indonesia yaitu di Merauke, Papua.
Sebenarnya titik paling barat Indonesia berada di Pulau Rondo yang juga bagian dari Pulau
Sabang. Namun karena akses yang jauh dan jarang orang kunjungi karena pulau ini
merupakan salah satu pulau terluar Indonesia maka Tugu Kilometer Nol dibangun di Pulau
Weh karena mudah diakses oleh wisatawan. Karena tempat ini cukup terkenal, terdapat
banyak pedagang menjual jajanan dan oleh-oleh khas Aceh & Sabang salah satu makanan
khas disini adalah Rujak Kilometer Nol Indonesia.
Rujak Khas Kilometer Nol Sabang ini merupakan makanan yang berupa aneka buah
yang dipotong kecil-kecil dengan bumbu khas yaitu dibuat dengan perpaduan buah rumbia,
manisan, cabai dan lain sebagainya. Buah-buah tersebut terdiri dari mangga, jambu, timun,
nenas, kuini dan lain sebagainya dan kemudian dicampur dengan bumbu diatas dan
ditambahkan sedikit kacang tanah yang sudah digongseng.
Rujak Km 0 Indonesia ini sangat nikmat jika disajikan bersama dengan minuman kelapa
muda atau kopi Aceh. Hidangan ini sangat cocok disajikan sambil bersantai di dekat tugu
karena dipersekitaran monument merupakan hutan lindung. Udaranya sejuk dan kedai rujak
umumnya berada dibawah pepohonan besar.
Jika biasanya rujak dibuat dengan mencampurkan gula, cabai, dan asam, maka lain lagi
di Tugu 0 Kilimeter. Di sini bumbunya terbuat dari campuran buah rumbia yang terkenal
dengan rasa sepatnya, gula aren, kacang serta cabai.
Cara membuat sambalnya sangat sederhana, pertama kacang dan cabai dihaluskan,
berikutnya buah rumbia dimasukkan. Setelah halus, buah-buahan dipotong-potong di atas
cobek dan disiram dengan gula aren cair. Setelah itu, buah, kuah gula aren, dan bumbu kacang
dicampur rata dan dipindahkan ke piring saji.
Buah Rumbia

8
Buah-buahan yang disajikan mayoritas sama dengan rujak biasanya yaitu jambu, dondong,
mangga, dan bengkoang tapi karena bumbu rujak 0 kilometer ini berbeda maka rasanya pun
juga berbeda. Sedikit sepat, pedas, dan manis.
Sambal Rujak
Rujak 0 kilometer ini ada di kawasan Tugu 0 Kilometer yang memiliki pohon kelapa yang
berjajaran. Agar makin nikmat, jangan lupa menikmati rujak ini dengan kelapa muda yang
biasanya langsung dipetik dari pohonnya.Hidangan ini sangat cocok dinikmati sambil melihat
pemandangan pantai yang biru di bawah pohon yang kadang banyak monyetnya.Harga rujak
ini cukup terjangkau yaitu mulai dari Rp 10.000 untuk satu porsi rujak dan segelas air putih
dingin.
DAYA TARIK RUJAK KM 0 SABANG
Di tugu km 0 juga terdapat kuliner yang wajib dicicipi, yaitu rujak. Buah-buahan yang
disajikan sama dengan rujak biasanya yaitu jambu, dondong, mangga, dan bengkoang tapi
yang membedakannya terletak pada bumbunya. Bumbu rujak kilometer nol ini berbeda, maka
rasanya pun juga berbeda.

Buah Rumbia ditambahkan dalam sambal rujak digerus halus dengan gula aren dan
cabainya. Rasa sambalnya sedikit sepat tapi tetap saja terasa nikmat apalagi saat buah-buahan
dicocol dengan sambal.

Akan lebih nikmat jika menikmati rujak ini di warung makannya, karena wisatawan
dapat menikmati hembusan pantai dengan pemandangan monyet-monyet yang sering
bermunculan di pepohonan.

Daftar Kuliner yang berada di Kilometer Nol

9
 Rujak Kilometer Nol

Rujak Kilometer Nol merupakan salah satu makanan khas Sabang yang ada di sekitar Tugu
Kilometer Nol Indonesia. Tugu ini adalah salah satu tempat wisata paling populer di Sabang.
Tugu KM Nol Indonesia merupakan salah satu monumen penanda dimana Indonesia dimulai
di titik paling barat Indonesia. Tugu yang sama juga dibagun di titik paling timur Indonesia
yaitu di Merauke, Papua.

Salah satu ciri khas yang langsung nampak dari rujak aceh ini adalah buahnya yang
dipotong kecil- kecil, terlihat potongan aneka buah seperti: timun, mangga muda, jambu air,
bengkuang, belimbing, nanas dan pepaya. Bumbu baru disiapkan setelah kita pesan, di atas
cobek potongan buah disandingkan dengan kacang tanah yang sudah dihaluskan dan
ditambahkan garam dan cabai sesuai selera. Setelah digerus barulah ditambahkan gula merah
yang sudah dicairkan kemudian diaduk rata dengan potongan buah yang sudah disiapkan
sebelumnya. Terakhir taburan potongan kacang tanah melengkapi sajian Rujak Aceh ini. Rasa
manis, pedas dan asam yang khas langsung menyeruak di rongga mulut saya begitu saya
pertama mencicipinya. Ini bukan rujak biasa, ada rasa yang beda.

1
"Jangan pernah bilang namanya Rujak Aceh kalau tidak pake buah kawista dan buah
rumbia, rasa asam dari rujak aceh itu asalnya dari buah itu", begitu ujar sang ibu penjual rujak
aceh ini. Saya kemudian mencicipi buah kawista, atau sering disebut sebagai buah batok
karena bentuknya seperti batok kelapa kecil. Rasa asam sepat yang kuat dan aroma harum
langsung terasa dari potongan kecil buah kawista ini yang diberikan oleh sang ibu. Sementara
buah rumbia wujudnya sepintas mirip buah sirsak tapi dengan kulit yang keras dan ukuran
yang lebih kecil. "Rujak Aceh punya rasa asam segar yang berbeda ya gara-gara buah kawista
dan rumbia ini", sambungnya. Satu porsi Rujak Aceh ini dapat ditebus dengan harga Rp.
9.000,-. Dan kesegarannya dapat membantu kita melawan sengatnya terik matahari di Tugu
KM-0 ini.
Rujak Km 0 Indonesia ini sangat nikmat jika disajikan bersama dengan minuman kelapa muda
atau kopi Aceh. Hidangan ini sangat cocok disajikan sambil bersantai di dekat tugu karena
dipersekitaran monument merupakan hutan lindung. Udaranya sejuk dan kedai rujak umumnya
berada dibawah pepohonan besar.
Rujak Aceh merupakan salah satu kuliner Aceh yang wajib dicicipi jika berkunjung ke
Serambi Mekah ini. Tidak hanya di Sabang, penjaja rujak Aceh juga dapat kita temui di kota-
kota lainnya termasuk di ibu kota provinsi, Banda Aceh. Tapi menikmati Rujak Aceh di KM 0,
titik paling barat Indonesia memang memberikan nuansa lain. Paling tidak selesai menyantap
rujak kita dapat langsung mengabadikan kehadiran kita di Tugu KM-0.
Rujak Kilometer Nol Indonesia Sabang sangat patut dicoba agar perjalanan anda lebih
berkesan. Agar bisa menikmati hidangan ini, anda harus berkunjung ke tugu km 0
Indonesia dengan nyebrang ke sabang terlebih dahulu dari Banda Aceh melalui Pelabuhan Ulee
Lheue. Untuk menuju ke Pelabuhan Ulee Lheue baik dari Bandara maupun dari terminal bus
Banda Aceh anda bisa rental mobil Banda Aceh atau antar jemput Bandara Banda Aceh Setiba
di Pelabuhan Ulee Lheue anda bisa menaiki kapal cepat ataupun kapal lambat menuju ke
Pelabuhan Balohan Sabang. Setiba di Pelabuhan Balohan, anda bisa rental mobil di Sabang atau
juga memesan paket tour sebelum anda datang ke Aceh. Dari pelabuhan hanya perlu sekitar 50
menit saja untuk tiba di tugu unik ini.

1
Kendala pengembangan usaha kulier

 Kurangnya modal usaha


Modal jadi salah satu masalah yang paling sering dialami.Minim modal
usaha menyebabkan kegiatan produksi terhambat sehingga menurunkan pemasukan.

 Kurangnya pengetahuan tentang caraa mengembangkan usahaPemilik usaha

1
mikro, kecil, dan menengah tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai cara
mengembangkan bisnis. Mereka pun hanya fokus terhadap proses produksi
tanpa berusaha meningkatkan kualitas produk.
 Tidak ada inovasi produk
Jika ingin bersaing di tengah gempuran bisnis, cobalah untuk membuat
inovasi produk. Sayangnya, masalah yang kerap dihadapi adalah
ketidakmampuan dalam melakukan inovasi. Padahal tanpa inovasi, pesaing
akan dengan mudah mengambil pasar kamu.
BAB III
HASIL MINIRISET
A. LOKASI DAN WAKTU

1
A. TUGU KILOMETER 0

Terletak di lokasi W648 + 9PC,Iboih,SUKAKARYA,Kota Sabang,Aceh 24411


Jam buka : 08:00 – 18:00 WIB

Waktu terbaik : 10:00 WIB

B. RUJAK KILOMETER 0

Lokasi Riset : Tugu Kilometer 0

Alamat Lokasi : W648 + 9PC,Iboih,SUKAKARYA,Kota Sabang,Aceh 24411


Jam Buka-Tutup : 10:00-22:00

1. Metode Observasi

Metode Observasi ini merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan


pengamatan pada obyek penelitian. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun secara
tidak langsung . Dalam hal ini hal ini penulis menggunakan observasi langsung dan
mengamati secara langsung kelokasi ataupun sumber penelitian.

2. Metode Study Dokumentasi

Metode ini adalah metode pengumpulan data berbentuk tulisan, gambar dan karangan
seperti foto, dokumen kejadian ataupun sumber-sumber yang dapat dipercaya (Koran/majalah)
hasil penelitian dan lain-lain.

BAB IV

KESIMPULAN

1
Kesimpulan

Desain Tugu Kilometer Nol memiliki beberapa filosofi.Empat pilar yang menjadi penyangga
merupakan simbol batas-batas negara yaitu Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau
Rote. Lingkaran besar pada tugu merupakan analogi dari angka nol. Ada pula motif senjata
rencong menjadi simbol bahwa Aceh juga turut memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia.Ornamen lainnya berbentuk segi delapan menggambarkan landasan ajaran Islam,
Kebudayaan Aceh dan Nusantara dalam lingkup yang luas sesuai delapan penjuru mata
angin. Setiap bagian tugu ini memiliki pesan-pesan kebangsaan yang tanpa keberagaman
Indonesia.

Di sekitar tugu kilometer nol, tepatnya di pinggir jalan sebelum tujuan terdapat kuliner khas
tempat tersebut yakni Rujak, rujak tersebut terlihat seperti pada rujak umumnya. Namun terdapat
bahan yang membuat rujak tersebut menjadi kekhasan rujak kilometer nol yang terdapat pada
bumbunya. Bumbu pada rujak tidak hanya menggunakan gula merah dan cabai tetapi
menggunakan buah rumbia. Cita rasa buah rumbia yang asam dan sepat membuat saus sambal
rujak menjadi segar dan unik.Tugu Kilometer Nol (0) di Kota Sabang, Provinsi Aceh (NAD), di
ujung paling barat Negara Republik Indonesia menarik dikunjungi dan bisa menjadi objek wisata
sejarah nusantara jika dikembangkan sesuai potensinya secara maksimal.

Lokasi ini (kilometer Nol) banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara, apalagi
setelah jalan menuju tempat bersejarah tersebut kini sudah mulus. Kini yang diperlukan kiat
untuk mempromosikannya,dan banyak dapat kita lihat rujak yang ada di kilometer nol tsb
dengan variasi buah masing-masing dan kilo meter nol mampu memikili kuliner yang di sebut
dengan rujak kilometer.Tugu kilometer nol, tempat dimulainya penghitungan kilometer pertama
di Indonesia,Pemerintah sedang berupaya menata kembali lokasi tugu kilometer nol tersebut.
Telah dialokasikan Rp 60 juta dari APBK 2013 untuk membiayai pembangunan letter
KILOMETER 0 itu. Masih akan ditambah dengan taman dan penyempurnaan detail lainnya
supaya daya tariknya sempurna. Selain itu tentunya termasuk dengan pembangunan jalan,
sehingga akses jalan ke lokasi ini menjadi lancar. Pemerintah Kota Sabang selain berupaya
mengembangkan berbagai potensi wisata yang terdapat di Sabang, termasuk objek tugu Nol
kilometer, juga terhadap objek wisata lainnya yang memilikindaya tarik, seperti wisata bawah
laut di Gapang-Iboih.Pengembangan potensi wisata diprioritaskan untuk mendongkrak

1
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

.KESIMPULAN KULINER

Rujak Kilometer Nol merupakan salah satu makanan khas Sabang yang ada di sekitar Tugu Kilometer
Nol Indonesia. Tugu ini adalah salah satu tempat wisata paling populer di Sabang.Rujak Khas Kilometer
Nol Sabang ini merupakan makanan yang berupa aneka buah yang dipotong kecil-kecil dengan bumbu
khas yaitu dibuat dengan perpaduan buah rumbia, manisan, cabai dan lain sebagainya. Buah-buah
tersebut terdiri dari mangga, jambu, timun, nenas, kuini dan lain sebagainya dan kemudian dicampur
dengan bumbu diatas dan ditambahkan sedikit kacang tanah yang sudah digongseng.

Jika biasanya rujak dibuat dengan mencampurkan gula, cabai, dan asam, maka lain lagi di Tugu 0
Kilimeter. Di sini bumbunya terbuat dari campuran buah rumbia yang buah-buahan dipotong-potong di
atas cobek dan disiram dengan gula aren cair. Setelah itu, buah, kuah gula aren, dan bumbu kacang
dicampur rata dan dipindahkan ke piring saji.

Buah-buahan yang disajikan mayoritas sama dengan rujak biasanya yaitu jambu, dondong, mangga,
dan bengkoang tapi karena bumbu rujak 0 kilometer ini berbeda maka rasanya pun juga berbeda. Sedikit
sepat, pedas, dan manis.

LAMPIRAN

1
1

Anda mungkin juga menyukai