DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia, ibu Dra. Rumasi Simaremare, M. Pd yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalampengerjaan tugas ini.
Dalam makalah ini kami memaparkan mengenai bahasa baku dan bahasa nonbaku.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawawsan serta
pengetahuan kita mengenai bahasa baku dan bahasa nonbaku.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Dan
sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan di
dalam makalah yang kami buat tersebut.
Penulis / Disusun :
KELOMPOK 10
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………….…………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………..7
B. SARAN …………………………………..........................................................7
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..8
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
Lebih mengetahui dan memahami tentang bahasa baku dan nonbaku, utamanya
tentang pengertian, fungsi, kriteria, dan cirri-ciri dari bahasa baku dan nonbaku.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa
Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930,
B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka
berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima
dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah
ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku
atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan
bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam
masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan
maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada
sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi.
Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa
tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar dan
digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu harus
diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.
Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa
baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada
situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam
bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari terutama dalam percakapan.
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap
masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi
dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua
penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan
mereka menjadi satu masyarakat bangsa.
2. Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa
yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
3. Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau
prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai
kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku
sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
4. Fungsi kerangka acuan. Sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan
adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasi) yang jelas. Norma dan kaidah itu
menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau golongan.
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak resmi)
sehari-hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi penggunaan
bahasa nonbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan serta
kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah dan aturan
yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa
lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan
masuk akal.
c. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf
tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau
penyeragaman variasi bahasa.
Selain cirri-ciri tersebut, bahasa baku masih memiliki cirri-ciri lain, diantaranya :
1. walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan. Dengan
bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain. Pada
bahasa terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa nonbaku.
Bahasa baku merupakan bahasa standar atau pokok yang digunakan oleh
masyarakat pada suatu negara. Sedangkan bahasa nonbaku adalah bahasa yang
berbeda dengan struktur atau gaya baku, dan biasanya digunakan pada
lingkungan atau keadaan tidak resmi. Masing-masing bahasa baku dan nonbaku
memiliki fungsi dan ciri yang berbeda.
B. SARAN
. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.