Anda di halaman 1dari 62

MINI RISET CIREBONOLOGI

PERAN KAWASAN WISATA BELANJA BATIK DALAM MENINGKATKAN


KESEJAHTERAAN EKONOMI PENGRAJIN BATIK DI DESA TRUSMI
KULON KECAMATAN PLERED KABUPATEN CIREBON

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah study Cirebonologi Dosen
Pengampu : Syaeful Bakhri SE, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 4 Kabupaten Cirebon

1. Muhammad Fadhil F 2108204064


2. Ahmad Nadvy Ziany 2108204070
3. Juleha 2108204082
4. Novita Tries Wandani 2108204094

EKONOMI SYARIAH 4B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON TAHUN 2022 M/1442 H
Jl. Perjuangan ByPass Sunyaragi Cirebon Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat
45131
Email : info@syekhnurjati.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Swt, karena dengan rahmat dn
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas ujian akhir
semester dengan mini riset Cirebonologi ini. Tidak lupa juga kami capkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepad dosen pengampu mata kuliah Cirebonologi yaitu Bapak
Syaeful Bakhri, SE. M.Si yang telah membimbing kami dengan penuh kesabaran agar kami
dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun mini riset ini dengan baik dan benar.
Penelitian ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan mengenai Peran
Kawasan Wisata Belanja Batik Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin
Batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, yang kami sajikan
bedasarkan data primer seperti wawamcara, observasi dan kuesioner. Kami pula
mengambil dari data sekunder berupa jurnal, internet dari berbagai sumber.

Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT, akhirnya mini
riset ini dapat terselesaikan selam kurang lebih 2 bulan. Semoga mini riset kami dapat
bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya pada diri kami sendiri dan semua yang membaca
mini riset kami ini. Mudah-mudahan mini riset ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada embaca.

Akhir kata, kami menyadari mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan mini riset ini.

Cirebon, 10 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 3
C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 4
F. Metode Penelitian ................................................................................................... 4
G. Analisis SWOT........................................................................................................ 8
H. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 9
I. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 10
A. Peran Kawasan Wisata .......................................................................................... 10
B. Objek Wisata ......................................................................................................... 10
C. Pengertian Wisata di lihat di dalam Undang-undang ............................................ 11
D. Tujuan Pembangunan Wisata................................................................................ 12
E. Daya Tarik Wisata ................................................................................................ 12
F. Jenis-jenis Wisata.................................................................................................. 13
G. Manfaat Kawasan Wisata ...................................................................................... 14
H. Fungsi Kawasan Wisata ........................................................................................ 15
I. Pengertian Kesejahteraan ...................................................................................... 15
J. Tinjauan Strategi Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi ....................................... 17
K. Perencanaan Meningkatkan Ekonomi ................................................................... 17
L. Dampak Wisata Terhadap Ekonomi Masyarakat .................................................. 18
M. Dampak Wisata Terhadap Sosial Masyarakat ....................................................... 18
N. Penelitian Terdahulu (Literatur Review)............................................................... 19
O. Kerangka Berfikir .................................................................................................. 23
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ............................................ 26
A. Profil, Sejarah, Letak Geografi, Dan Keadaan Ekonomi serta Aktivitas Budaya
Masyarkat di Batik Trusmi Kulon ................................................................................ 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 36

ii
A. Peran Kawasan Batik Trusmi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Trusmi
Kulon ............................................................................................................................ 36
B. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peran Kawasan Batik Trusmi
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Trusmi Kulon ............................................ 45
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 54
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 54
B. Saran ..................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56
LAMPIRAN..................................................................................................................... 58

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar. Hamparan laut dan alamnya
sangat melimpah sampai pepatah mengatakan Nusantara adalah Surganya dunia.
Karena begitu indah dan melimpahnya anugerah tuhan di negeri ini, seperti
indahnya pantai-pantai pulau Dewata Bali. Rentetan pulau kecil yang indah seperti
di Raja Ampat Papua. Pegunungan yang indah dan hijau seperti di Pegunungan
Bromo, dan Hutan Hujan yang luas berada di Sumatra dan Kalimantan. Serta di
lengkapinya oleh flora dan fauna yang membuat mata terpesona karena keindahan
anugrah tuhan yang di berikan kepada negeri Indonesia ini. Indoneisa selain kaya
akan flora dan fauna, juga kaya akan Budaya dan Kearifan lokal mulai dari tradisi
yang ada di setiap wilayah serta potensi sumber daya manusia yang kreatif seperti
dalam pembuatan Batik, kain tenun, gerabah dan banyak lain nya.

Kita ketahui bersama pendapatan devisa dari sektor pariwisata memasuki


10 besar sektor yang menyumbang pendapatan Negara selain minyak dan gas.
Selain meningkatkan pendapatan untuk Negara sektor pariwisata juga bertujuan
untuk mensejahterakan rakyat banyak sesuai dengan Undang Undang Republik
Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan Pasal 4 poin (b) ialah untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tujuan pariwisata ialah untuk
mensejahterakan masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan wisata.
Kegiatan pariwisata juga menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun
investasi yang pada kenyataan nya akan menimbulkan kegiatan produksi barang
dan jasa. Prof. Dr. Salah Wahab mengatakan bahwa pariwisata merupakan faktor
penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara, karena kegiatannya
mendorong perkembangan beberapa sektor perekonomian nasional. Selama
berwisata, wisatawan akan melakukan belanja, sehingga secara langsung
menimbulkan permintaan pasar barang dan jasa. Selanjutnya wisatawan secara
tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku untuk
berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut.

Cirebon adalah kabupaten yang memiliki banyak tempat wisata mulai dari
wisata alam kawah panas di palimanan. Wisata religi di komplek makam sunan
gunung jati. Wisata sejarah di Keraton Kasepuhan Keraton Kanoman serta Keraton

1
Kacirebonan dan Gua Sunyaragi yang berlokasi di kota Cirebon, sampai wisata
belanja dan kuliner dan kawasan wisata belanja batik yang ada di Desa Trusmi
Kecamatan Plered.

Kabupaten Cirebon memiliki luas wilayah (daerah administrasi), 990,36


2
Km Kabupaten Cirebon juga di kenal sebagai kota/kabupaten sebagai penghasil
batik selain kota batik pekalongan yaitu batik trusmi dengan motif mega mendung
nya, batik trusmi dengan motif mega mendungnya telah ada sejak abad 14. Dengan
keberadaan para pengrajin batik di Desa Trusmi dan sekitarnya membuat
pemerintah kabupaten Cirebon dan pihak Swasta mengembangkan sentral Batik
dengan pembangunan kawasan wisata Belanja Batik serta mendirikan Pusat Pasar
Batik Plered.

Lembaga Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang menaungi masalah


kebudayaan UNESCO, telah mengakui bahwa Batik adalah warisan dunia budaya
tak benda dari Indonesia. Dalam sebuah Convention For The Safeguarding Of The
Intangible Cultural Heritage yang di laksanakan di Paris 17 Oktober 2003 oleh
UNESCO bahwa Budaya tak benda diartikan sebagai praktek-praktek,
representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan,seperti alat-alat, objek, artefak,
dan ruang kultural yang melekat pada komunitas, kelompok, dan dalam kasus yang
lain individu yang diakui sebagai bagian dari budaya tersebut. Sejak peresmian
batik sebagai warisan budaya tak benda dari UNESCO yang diselenggarakan
dalam rangkaian acara pada 28 September 2009 hingga 2 Oktober 2009 di Abu
Dhabi, Uni Emirat Arab dan di pertegas dengan keluarnya Peraturan Presiden
Tentang tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Menjadikan Batik makin
menjadi primadona masyarakat Indonesia dan luar negeri. Dengan ditetapkan dan
di akuinya batik sebagai warisan dunia oleh UNESCO banyak wisatawan yang
berkunjung ke sentra pengrajin batik untuk belajar atau keingintahuan mereka.
Membuat kain hasil jadi batik kian popular dan banyak di buru masyarakat.
Menambah destinasi wisata baru untuk para pelancong ke Cirebon.

Berdasarkan penelitian terdahulu (Awan Saefudin, 2014) dampak dari


adanya kawasan wisata akan memberikan dampak yang positif terhadap
lingkungan khususnya sekitar kawasan wisata seperti dampak peningkatan
kesempatan kerja, dampak peningkatan pendapatan masyarakat, dampak
penerimaan pendapatan daerah, dampak terhadap pendapatan devisa Negara. Dari
kawasan wisata belanja batik tersebut bertujuan untuk menambah pendapatan

2
masyarakat sekitar kawasan wisata khususnya pengrajin batik. Sehingga bisa
diharapkan adanya sumbangsih dari kawasan wisata belanja batik tersebut ke pada
para pengrajin batik. Sesuai dengan tujuan undang undang kepariwisataan. Dengan
demikian semenjak keberadaan kawasan wisata belanja batik di desa Trusmi Kulon
sudah adakah dampak yang dirasakan oleh para pengrajin batik terhadap
kesejahteraan sektor perekonomian di sekitar wilayah kawasan wisata tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis berniat untuk melakukan Sebuah
penelitian dengan judul ”Peran Kawasan Wisata Belanja Batik dalam
meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin Batik di D e s a T r u s m i
Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon”.
B. Identifikasi Masalah
1. Wilayah kajian
Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah pengembangan/pemberdayaan
ekonomi lokal dalam penelitian kali ini yang berkaitan dengan potensi wisata
belanja batik trusmi di kabupaten cirebon. ”Peran Kawasan Wisata Belanja
Batik dalammeningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin Batik di Desa
Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon”.
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empiric field
research (penelitian lapangan) yang dilakukan peneliti di kawasan Wisata
Belanja Batik Trusmi Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon .
3. Jenis masalah
Jenis masalah dalam penelitian yang peneliti angkat adalah berkaitan dengan
bagaimana peran kawasan belanja batik di desa Trusmi kulon .
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini yang akan dilakukan peneliti agar tidak melebar permasalahan
nya maka peneliti mencoba untuk membatasi masalah yaitu seputar dampak
Kawasan Wisata Belanja Batik Terhadap Kesejahteraan ekonomi yang peneliti
ukur dari segi pendapatan nya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan nya sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis peran kawasan wisata belanja batik di desa Trusmi
Kulon?
2. Bagaimana analisis SWOT dalam peran kawasan wisata belanja batik di

3
desa Trusmi Kulon?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran kawasan wisata belanja batik di
desa Trusmi Kulon.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis SWOT dalam Peran Kawasan Wisata
Belanja Batik di Desa Trusmi Kulon.
F. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat dari objek tertentu. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan fakta-fakta
berdasarkan cara pandang atau kerangka pemikiran tertentu (Nur Arifah, 2018).
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran secara
sistematis, rinci dan menyeluruh terhadap hal yang berkaitan dengan Peran
Kawasan Wisata Belanja Batik Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.
Untuk mendapatkan data yang jelas dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan berbagai metode penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu Penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek
penelitian secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan metode ilmiah.
2. Jenis Jenelitian
Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian lapangan dan memanfaatkan
metode deskriptif naratif. Penelitian deskriptif yaitupenelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data
data. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu situasi kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskriptif atau gambaran atau lukisan secara sistematis,
factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antara
fenomena yang di selidiki.

4
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menurut Burhan Bungin, menjelaskan bahwa metode
pengumpulan data adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang
diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu
menyajikan informasi yang valid dan reliable.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Observasi, merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh
peneliti terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan untuk
memahami pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya. Menurut Uhar suharsa putra bahwa observasi harus
dilakukan secara teliti dan sistematis untuk mendapatkan hasil
yang bisa diandalkan dan peneliti harus mempunyai latar belakang
atau pengetahuan yang lebih luas tentang objek penelitian
mempunyai dasar teori dan sikap objektif. Peneliti melakukan
observasi di sekitar kawasan wisata belanja batik di desa trusmi
kulon.
b. Wawancara, merupakan suatu alat pengumpulan informasi
langsung tentang beberapa jenis data. Wawancara yang dilakukan
dimaksudkan untuk mendapatkan data secara keseluruhan yang
mencakup perkembangan kawasan wisata belanja batik trusmi,
pendapatan pengrajin, serta mengetahui mengenai kondisi
ekonomimasyarakat khususnya pengrajin batik pada saat sebelum
batik diakui dunia dan setelah diakui dunia oleh UNESCO sebagai
warisan dunia tak benda, Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui
perbedaan kondisi dan pengaruh ada atau tidaknya terhadap
kondisi kesejahteraan ekonomi pengrajin batik.
c. Dokumentasi, Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal- hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Metode ini
digunakan sebagai pelengkap guna memperoleh data sebagai
bahan informasi yang berupa latar belakang, tugas, tata kerja,
struktur organisasi serta data yang lainnya. Data data yang
dihasilkan dari penelitian ini yaitu data primer yang berupa hasil
wawancara dengan informan serta hasil obesrvasi dan data
sekunder di dapat dari buku buku, literature maupun dokumen

5
dokumen resmi dari berbagai instansi atau lembaga.
d. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah sebuah alat yang digunakan oleh
penliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan nya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik pengumpulan
data yang digunakan maka penelitian ini menggunakan dua
panduan instrument penelitian yang digunakan adalah wawancara
dan dokumentasi.
e. Uji Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkapkan kebenaran yang
objektif, karena itu keabsahan data adalah sebuah penelitian
kualitatif sangatlah penting. Melalui keabsahan data kredibilitas
(kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam
penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dengan
triangulasi. Triangulasi adalah sebuah teknik pemeriksaaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan
sebagai pengecakan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu, dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa
sumber. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
f. Teknik analisis data
Teknis analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengoordinasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Sedangkan metode kualitiatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata kata
tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang diamati.

6
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknis analisis model
Miles dan Huberman dimana analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang di wawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi,
sampai tahap tertentu, hingga diperoleh data yang dianggap
kredibel.
Analisis data Model Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa
aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan dengan model
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas
sehingga datanya sudah jenuh.
a. Selanjutnya model interaktif tersdebut dianalisis data terdiri
dari data reduction, data display dan data
drawing/verification. Berikut langkah langkah analisis
datanya. Reduksi data yaitu kegiatan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal yang penting,
dicari tema dan polanya dari data data yang sudah di
kumpulkan sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas
kepada peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
b. Penyajian data dilakukan setelah mereduksi data yaitu dengan
cara menampilkan hasil reduksi data dalam bentuk tabel
maupun grafik sehingga data tersebut lebih terorganisasi,
tersusun dalam pola hubungan dan akan semakin mudah
untuk di pahami.
c. Verifikasi data yaitu penarikan kesimpulan yang dapat
ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Tetapi apabila
kesimpulan data pada awal masih bersifat sementara, maka
perlu ditemukan bukt-bukti yang kuat untuk pengumpulan
data selanjutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam

7
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian
berada dalam lapangan.
G. Analisis SWOT
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Analisis
SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki (Rangkuti 2013).
Delita, (2017) SWOT merupakan alat yang dipakai untuk
menyusun strategi pengembangan objek wisata. Matriks SWOT ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi
sehingga dapat disesuaikan dengan kekuatan serta kelemahan yang dimiliki
pariwisata. Melalui matriks SWOT dapat ditetapkan strategi pengembangan
yang tepat. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategis pengembangan yang tepat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar
dibawah ini:
Tabel 1.1 Matriks SWOT (Rangkuti, 2006 dalam Lucyanti et al 2014)
Internal dan Eksternal STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
Faktor-faktor Faktor-faktor
kekuatan internal kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) (SO) ciptakan (WO) ciptakan
Faktor-faktor peluang strategi yang strategi yang
eksternal menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan untuk
memnfaatkan memanfaatkan
peluang. peluang.
THEREATS (T) (ST) ciptakan (WT) ciptakan
Faktor-faktor ancaman strategi yang strategi yang
eksternal menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemhan dan
mengatasi menghindari
ancaman ancaman

8
H. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti:
a. Sebagai sarana atau media pembelajaran untuk memahami sebuah peran
atau dampak kawasan wisata atau industri pariwisata dan penetapan
batik sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO terhadap
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar wisata.
b. Sebagai alat untuk mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan
diperkuliahan.
2. Bagi Dunia Akademis:
a. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi dunia keilmuan pada
umumnya IAIN Syekh Nurjati Cirebon, dan khusunya bagi jurusan
Ekonomi Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
b. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa dalam penelitian selanjutnya
yang lebih komprehensif.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan
memberi gambaran kepada pembaca tentang penelitian yang diuraikan oleh
penulis.

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini antara


lain: bab I menjelaskan secara garis besar permasalahan penelitian yang meliputi
latar belakang masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori yang
didahului dengan kajian teori yang menjelaskan teori tentang peran kawasan
wisata, teori aspek-aspek wisata, teori kesejahteraan ekonomi. Bab III
menjelaskan profil batik trusmi, geografis, dan perkembangan kawasan wisata
belanja batik di Desa Trusmi Kulon. Bab IV menjelaskan pembahasan hasil
penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian skripsi
ini. Adapun bab V sebagai penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

9
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Peran Kawasan Wisata

Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status
(Horton, 1999: 118). Status atau kedudukan didefinisikan sebagai suatu peringkat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lainnya. Setiap orang mungkin mempunyai sejumlah
status dan diharapkan mengisi peran sesuai dengan status tersebut. Dalam arti tertentu,
status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah seperangkat hak
dan kewajiban, sedangkan peran adalah pemeranan dari seperangkat kewajiban dan
hak-hak tersebut (Horton, 1999: 119).

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social-position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi
masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai
suatu proses. Jadi, seseorang menduduki satu posisi dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat


seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002: 244).

B. Objek Wisata
Pengertian Objek Wisata menurut Ridwan (2012:5) merupakan segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaean atau tujuan kunjungan
wisatawan. Selain itu, pengertian objek wisata lainnya adalah tempat yang dikunjungi
dengan berbagai keindahan yang didapatkan, tempat untuk melakukan kegiatan
pariwisata, tempat untuk bersenang-senang dengan waktu yang cukup lama demi

10
mendapatkan kepuasan, pelayanan yang baik, serta kenangan yang indah di tempat
wisata.
Sedang menurut SK Menparpostel No. Km 98 PW. 102 MPPT-87, pengertian Objek
wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang diusahakan sebagai
tempat yang dikunjungi wisatawan.
Selain itu, menutip dari salah satu penelitian uny.ac.id, pengertian objek wisata yang
lainnya adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya
tarik wisata menurut Undang-Undang No.10 tentang kepariwisataan.
C. Pengertian Wisata di lihat di dalam Undang-undang
Bila dilihat dari sisi Undang- Undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990, tentang
kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan :
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata..
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
2. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut.
3. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
4. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut.
5. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
6. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa yang


di maksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang
sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri,
dengan tujuan bukan untuk berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi
untuk melihat atau menikmati suatu obyek yang tidak didapatkannya dari asal
tempat tinggalnya.

11
D. Tujuan Pembangunan Wisata
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan memiliki setidaknya 12 tujuan utama
yang telah dirumuskan oleh WTO dan United Nations Environment Program (2005),
di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Economic Viability, memastikan kelangsungan dan daya saing destinasi


wisata sehingga mereka dapat menerima manfaat ekonomi dalam jangka
panjang.
2. Local Prosperity, memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi
masyarakat lokal di lingkungan destinasi.
3. Employment Quality, memastikan bahwa pekerjaan yang tersedia di sektor
pariwisata adalah pekerjaan yang layak.
4. Social Equity, memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat sosial bagi
masyarakat lokal.
5. Visitor Fulfillment, memastikan bahwa pengunjung memiliki pengalaman
yang memuaskan selama mengunjungi destinasi wisata.
6. Local Control, memastikan bahwa masyarakat lokal memiliki kendali atas
pengembangan pariwisata di lingkungan mereka.
7. Community Well-being, memastikan bahwa pariwisata tidak merusak
kesejahteraan masyarakat lokal.
8. Cultural Richness, memastikan bahwa pariwisata mendukung dan
mempromosikan kekayaan budaya lokal.
9. Physical Integrity, memastikan bahwa lingkungan fisik destinasi wisata terjaga
dengan baik.
10. Biological Diversity, memastikan bahwa keanekaragaman hayati di
lingkungan destinasi wisata terjaga dengan baik.
11. Resource Efficiency, memastikan bahwa sumber daya alam yang digunakan
dalam sektor pariwisata digunakan secara efisien dan berkelanjutan.
12. Environmental Purity, memastikan bahwa lingkungan alam di lingkungan
destinasi wisata terjaga dengan baik.

E. Daya Tarik Wisata


Masalah daya tarik tujuan wisata memang ada ketergantungannya pada motivasi
wisatawan itu sendiri. Apa yang dikehendaki seseorang mungkin tidak oleh yang
lainnya, tetapi mungkin pula ada orang-orang yang sama seleranya. Para ahli yang
turut merencanakan obyek-obyek wisata tentulah memahami hal ini sehingga produk-

12
produk wisata yang hendak dikembangkan tidak melupakan kelengkapan yang
menjadi daya tarik banyak orang. (Samsuridjal, 1997: 20).
Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW)
menurut Samsuridjal (1997: 21) sangat tergantung kepada 3 faktor utama, yaitu;
1. Atraksi
Dapat dibedakan menjadi:
• Tempat, misalnya tempat dengan iklim yang baik, pemnadangan yang
indah atau tempat-tempat bersejarah,
• Kejadian/peristiwa, kongres, pameran atau peristiwa-peristiwa olahraga,
festifal dan lain sebagainya.
• Mudah dicapai (aksesibilitas)
• Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya transportasi ke tempat
itu secara teratur, sering, murah, nyaman dan aman.
2. Amenitas
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat-tempat penginapan, restora-
restoran, hiburan, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan
bepergian di tempat itu serta alat-alat komunikasi lain.

F. Jenis-jenis Wisata
Untuk kepentingan pemasaran kegiatan wisata dibagi ke dalam berbagai jenis.
Pembagian ini didasarkan pada motif utama seseorang dalam merencanakan kegiatan
wisata. Bagi pengelola obyek wisata pemahaman mengenai jenis wisata ini akan
membantu dalam usaha menarik wisatawan yang sesuai dengan produk wisata yang
dihasilkan. Jenis wisata berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Jika pada tahap awal perkembangan pariwisata, jenis wisata yang disukai
adalah bahari, wisata olah raga dan berbagai jenis wisata untuk kesenangan, maka
kemudian lahir jenis-jenis wisata yang lain.
Beberapa jenis wisata menurut Samsuridjal (1997: 24-29)
1. Wisata untuk rekreasi
Jenis wisata ini tergolong yang paling populer. Kebanyakan wisatawan yang
menggemari wisata ini hanya menikmati keindahan alam
2. Wisata bahari
Yang termasuk dalam jenis wisata bahari ini seperti; menyelam (diving),
berselancar (surfing), berlayar dan memancing
3. Wisata alam

13
Jenis wisata ini banyak menarik kaum remaja karena mempunyai unsur
petualangan, seperti; mendaki gunung yang tinggi, bukit yang terjal, gua-gua
yang dalam, dan sungai yang deras untuk kegiatan arung jeram. Keindahan
alam negeri kita dengan berbagai flora dan faunanya merupakan salah satu
daya tarik utama pariwisata Indonesia.
4. Wisata Olahraga
Berbagai pertandingan olahraga baik yang bertaraf nasional maupun
internasional menarik perhatian wisatawan untuk melihatnya. Karena itu
adalah menjadi kehormatan bagi suatu Negara menjadi tuan rumah suatu
pertandingan atau pekan olahraga bertaraf internasional seperti Olympiade,
World Cup, dan Thomas Cup.
5. Wisata belanja
Kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk membeli barang maupun jasa
dilokasi tertentu. Wisata belanja muncul karena sebagian orang menganggp
kegiatan belanja merupakan salah satu kegiatan belanja yang menyenangkan
bahkan dianggap kegiatan rekreasi atau menghibur diri dari kegiatan rutinitas
sehari-hari. Wisata belanja di Indonesia dibagi menjadi dua jenis: pusat
perbelanjaan tradisional dan pusat perbelanjaan modern.

G. Manfaat Kawasan Wisata


Kawasan wisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lokal di sekitarnya.
Beberapa manfaat tersebut antara lain:
a. Sarana promosi produk lokal menjadi salah satu manfaat dari adanya desa
wisata. Selain menekan urbanisasi, desa wisata juga memungkinkan dijadikan
sebagai tempat mengenalkan produk lokal. Masyarakat bisa mengenalkan
produk yang menjadi ciri khas desa tersebut.
b. Pariwisata bahari dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar kawasan
wisata secara langsung dan pemerintah daerah secara tidak langsung.
Pemerintah daerah, mendapat pemasukan uang dari bea masuk di pelabuhan
dan bandara. Sedangkan masyarakat, mendapat manfaat ekonomi dengan
menjual cinderamata atau sebagai pemandu wisata.
c. Sektor pariwisata bisa atau dapat menyerap tenaga kerja yang bisa
meningkatkan perolehan atau pendapatan dan juga kesejahteraan penduduk.
d. Preservasi budaya dan penguatan masyarakat lokal merupakan aspek penting
yang akan menjadi konsep pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism)
di masa mendatang

14
H. Fungsi Kawasan Wisata
Fungsi kawasan wisata adalah sebagai tempat untuk kegiatan pariwisata atau jasa
wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan budaya. Kawasan wisata
dapat memberikan manfaat seperti rekreasi, pendidikan, penelitian, pelestarian alam
dan kebudayaan. Kawasan wisata juga dapat meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Kawasan wisata memiliki peranan penting dalam proses pembangunan dan
pengembangan wilayah yaitu dalam memberikan kontribusi bagi pendapatan suatu
daerah maupun bagi masyarakat. Sektor pariwisata memiliki peranan penting sebagai
salah satu sumber bagi penerimaan devisa, serta dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional, khususnya dalam mengurangi jumlah pengangguran dan
meningkatkan produktivitas suatu negara. Sektor pariwisata (travel and tourism) secara
nyata mampu menyumbang kontribusi signifikan bagi perekonomian. Destinasi wisata
yang tersebar diseluruh penjuru dunia juga memberi andil bagi pertumbuhan sektor lain
diluar pariwisata itu sendiri

I. Pengertian Kesejahteraan
Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan.
Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat
kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas.
Kesejahteraan adalah kondisi agregat dari kepuasan individu- individu. Menurut
Walter A. Friedlander, 1961 dalam Pengantar Kesejahteraan Sosial oleh Drs. Syarif
Muhidin, Msc. “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan
kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-
relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras
dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.”
Menurut Dwi Heru Sukoco, 1995 dari buku Introduction to Social Work Practice
oleh Max Siporin. “Kesejahteraan sosial mencakup semua bentuk intervensi sosial
yang secara pokok dan langsung untuk meningkatkan keadaan yang baik antara
individu dan masyarakat secara keseluruan. Kesejahteraan sosial mencakup semua
tindakan dan proses secara langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan masalah
sosial, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas hidup.”
Kesejahteraan sosial adalah sebuah sistem yang meliputi program dan pelayanan yang
membantu orang agar dapat memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi, pendidikan dan

15
kesehatan yang sangat mendasar untuk memelihara masyarakat (Zastrow, 2000).
Sebagaimana batasan 36 PBB, kesejahteraan sosial adalah kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi yang betujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi
kebutuhankebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan
kepentingan keluarga dan masyarakat (Suharto, 2005).
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini
menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan
dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.
Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi
sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Konsep
kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari
konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indicator yaitu : (1) rasa aman
(security), (2) Kesejahteraan (welfare), (3) Kebebasan (freedom), dan (4) jati diri
(Identity)
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan
ukuruan, antara lain adalah :
1. Tingkat pendapatan keluarga
2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk
pangan dengan non-pangan
3. Tingkat pendidikan keluarga
4. Tingkat kesehatan keluarga
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.

Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa


factor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain : (1)
social ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi sektoral
yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat, (3) potensi
regional (sumberdaya alam, lingkungan dan insfrastruktur) yang mempengaruhi
perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi kelembagaan yang
membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan
global (Taslim, 2004

16
J. Tinjauan Strategi Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi
a. Strategi
Ditinjau dari segi etimologi, strategi berasal dari Bahasa Yunani yakni
“strato” yang artinya pasukan dan “agenis-agenis” yang berarti memimpin.
Strategi mulanya berasal dari peristiwa peperangan sebagai suatu siasat untuk
mengalahkan lawan.didalam hal ini strategi juga untuk mengatasi perang atau
siasat lainya.
b. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi
Menurut Arthur Dunham Kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai
kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi
sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan didalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga, dan anak,
kesehatan penyesuaian sosial, waktu senggang. Standar-standar kehidupan, dan
hubungan-hubungan sosial.
Ekonomi sebagaimana yang kita ketahui yaitu kegiatan beberapa manusia
dengan sejumlah masyarakat untuk memanfaakan dan menggunakan unsure-
unsure produksi dengan sebaik-baiknya guna memenuhi beberapa rupa
kebutuhan,
Pengertian umum tentang strategi peningkatan kesejahteraan ekonomi itu
sendiri adalah dalam hal ini cara atau siasat yang akan dilaksanakan oleh
masyarakat guna membuat perbaikan dan kemakmuran yang dapat dilaksanakan
oleh seluruh masyarakat itu diharapkan berkembang dan dapat meningkatkan
taraf hidupnya dalam hal ekonomi.
Dalam pencapaian kesejahteraan ini, maka tidak lepas dari faktor-faktor
yang mendukung usaha peningkatan pendapatan serta pemanfaatan
sumbersumber serta sarana yang ada. Faktor itu seperti : Modal, Ketrampilan,
Tegnologi, Lahan Usaha,

K. Perencanaan Meningkatkan Ekonomi


Kesejahteraan Ekonomi oleh sebagian masyarakat selalu dikaitkan dengan konsep
kualitas hidup. Konsep kualitas hidup merupakan gambaran tentang keadaan
kehidupan yang baik. World Health Organization mengartikan kualitas hidup sebagai
sebuah persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya
dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga
perhatian terhadap kehidupan. Konsep ini memberikan makna yang lebih luas karena

17
dipengaruhi oleh kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, dan hubungan
sosial individu dengan lingkungannya.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 menjelaskan juga tentang arti dari
kesejahteraan. Kesejahteraan didefinisikan sebagai suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara
untuk mengadakan pemenuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi
manusia sesuai dengan Pancasila.
Dalam konteks kenegaraan, kesejahteraan digunakan dalam rangka menunjukkan
bahwa pemerintahannya menyediakan pelayanan-pelayanan sosial secara luas kepada
warga negaranya. Negara kesejahteraan diartikan sebagai sebuah proyek sosialis
demokrat yang dihasilkan oleh perjuangan orang-orang kelas pekerja untuk
menciptakan masyarakat yang adil. Ide negara kesejahteraan barat ini dianggap sebagai
perubahan yang dilakukan oleh sistem kapitalis menuju kepada aspirasi yang dibawa
dalam sistem sosialis.
Kesejahteraan juga bermakna terpenuhinya segala kebutuhan hidup, baik material
maupun spritual secara merata bagi segenap rakyat. Dalam arti yang lebih luas,
kesejahteraan juga terpenuhinya hak-hak asasi manusia, terutama kebebasan sipil.

L. Dampak Wisata Terhadap Ekonomi Masyarakat


Ekonomi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Bidang
industri, perdagangan, jasa, transportasi, hingga pariwisata tidak terlepas dari ekonomi.
Saat ini pariwisata menjadi industri yang menjanjikan untuk dikembangkan dan
diambil manfaatnya. Dampak terhadap ekonomi menjadi harapan bagi kesejahteraan
masyarakat. Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pariwisata juga dapat
meningkatkan devisa negara. Akan tetapi selain berdampak positif, pariwisata juga
berdampak negatif. Seperti adanya kenaikan harga tanah, dan pengkavelingan tempat
hanya bagi orang yang mempunyai uang. Namun apabila pengembangan pariwisata
ditangani secara benar dapat memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan
permasalahan.

M. Dampak Wisata Terhadap Sosial Masyarakat


Secara teoretikal-idealistis, antara dampak sosial dan budaya dapat dibedakan.
Namun demikian, Matheison and Wall menyebutkan bahwa “there is no clear
distinction between social and cultural phenomena,” yang apabila diterjemahkan dalam

18
bahasa ialah bahwa tidak ada kejelasan perbedaan antara gejala sosial dan budaya,
sehingga sebagian besar ahli menggabungkan dampak sosial dan dampak budaya di
dalam pariwisata ke dalam judul “dampak sosial budaya” (the sociocultural impact of
tourism in context). Dalam kaitannya dengan dampak pariwisata terhadap kehidupan
sosial-budaya masyarakat, terdapat faktor lain yang berperan dalam perubahan kondisi
sosial budaya tersebut, seperti pendidikan, media masa, transportasi, komunikasi, serta
dinamika masyarakat itu sendiri.
Menurut I Gede Pitana dan Putu G. Gayatri mengutip pendapat Cohen dampak
sosial budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
a. Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan
masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b. Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat;
c. Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial;
d. Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata;
e. Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat;
f. Dampak terhadap pola pembagian kerja;
g. Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial;
h. Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan;
i. Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan
j. Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.

N. Penelitian Terdahulu (Literatur Review)


Dalam penelusuran yang dilakukan oleh penulis terkait dengan karya ilmiah yang
membahas tentang “Peran Kawasan Wisata Belanja Batik dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon”. Dalam penelitian ini, penyusun memperoleh ide mengenai penelitian
ini dari fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar penelitian dan hasil review serta
bahasan dari buku-buku, artikel, jurnal serta karya ilmiah lainnya. Sebagai bahan
pertimbangan lain. Dalam penelitian ini, penyusun menyertakan hasil penelitian terdahulu
(literatur review) sebagai perbandingan tinjauan kajian materi sebagai berikut:

19
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Relavan 1
Judul Penelitian Pengaruh Perkembangan Terhadap Kinerja Perekonomian dan
Perubahan Struktur Ekonomi serta Kesejahteraan Masyarakat di
Provinsi Bali
Nama Penulis Made Suyani
Metode Penelitian Kuantitaif dengan menerapkan analisis jalur (path analysis)
dengan variable laten
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini secara umum menyimpulkan
bahwa perkembangan pariwisata berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap perubahan struktur ekonomi. Tetapi terhadap
kesejahteraan masyarakat, perkembangan pariwisata tidak
berpengaruh signifikan. Perkembangan pariwisata berpengaruh
secara tidak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat melalui
kinerja perekonomian dan perubahan struktur ekonomi.
Penelitian Relavan 2
Judul Penelitian Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masarakat di Sektor
Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian Tahun 2009-2013
Nama Penulis Renaldy Rakhman Luthfi (2013)
Metode Penelitian Metode penelitian kualitiatif
Hasil Penelitian Dalam penelitian ini menunjukan bahwa peran pariwiwsata
memiliki peran positif terhadap kesejahteraan masyarakat kota
Batu di sektor lapangan pekerjaan dan perekonomian. Dengan
adanya pembangunan di sektor pariwisata dapat meningkatkan
perekonomian dan lapangan pekerjaan meskipun dampak
negatifnya sektor pertanianagak turun, jalanan macet macet dan
tanah semakin tidak subur.
Penelitian Relavan 3
Judul Penelitian Dampak Pariwisata Bukit Alam Hejo Terhadap Kehihdupan
Sosial Ekonomi Masyarakat desa Pasirayu
Nama Penulis Elma Lucyanti
Metode Penelitian Metode penelitian kualitatif
Hasil Penelitian Dengan adanya pariwisata Bukit Alam Hejo di desa Pasirayu ini
hanya menimbulkan sedikit pengaruh terhadap ekonomi
masyarakat, dan dengan adanya Bukit Alam Hejo ini juga tidak
berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya. Namun
demikian, beberapa masyarakat mendapatkan manfaat dari
adanya objek wisata tersebut, misalnya mencari nafkah dengan
bekerja disana
Penelitian Relavan 4
Judul Penelitian Peran Pengembangan Wisata Bahari Terhadap Kesejahteraan
Nelayan di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemuja Kabupaten
Jepara
Nama Penulis Budi Aryono
Metode Penelitian Peneltian menggunakan metode deskriptif eksploratif dengan
didalami oleh analisis data
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian menjelaskan bahwa pulau Karimunjawa dan
sekitarnya dengan panjang pantai berpasir 2.500 meter yang dapat
ditampung sekitar 63.900 warga dan terdapat perbedaan yang
nyata antara nelayan yang memanfaatkan wisata dengan yang

20
tidak memanfaatkan nya. Serta adanya pengaruh besar terhadap
kesejahteraan masyarakat nelayan yang memanfaatkan potensi
wisata.
Penelitian Relavan 5
Judul Penelitian Pengaruh Pariwisata Ziarah Terhadap Kondisi Ekonomi
Masyarakat di Desa Astana Gunung Jati Cirebon
Nama Penulis Siti Patmawat
Metode Penelitian Teknik pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini ialah
dengan teknik kepustakaan, sedangkan untuk data empirik
dilakukan dengan teknik observasi wawancara dan angket
Hasil Penelitian Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat
Astana Gunung Jati yaitu kurangnya perhatian aparat desa dan
wisatawan yang datang dari berbagai daerah dalam mendukung
potensi dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar pariwisata
ziarah.
Penelitian Relavan 6
Judul Penelitian Peran Pengembangan Kawasan Wisata Jawa Timur Park II
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya
Nama Penulis Siska Angraeni
Metode Penelitian Metode Kualitatif
Hasil Penelitian Adapun peran pembangunan kawasan wisata JTP 2 terhadap
kondisi sosial masyarakat antara lain munculnya keramaian yang
bisa memberikan tambahan pendapatan bagi pihak pengelola dan
bagi warga sekitar yang membuaka usaha bidang pariwisata
karena jumlah pengunjug yang terus mengalami peningkatan.
Selain itu, makin variatifnya dagangan yang ditawarkan juga
menjadi pemicu banyaknya wisatwan yang mampir untuk
berbelanja pada pedagang di sekitar lokasi wisata
Penelitian Relavan 7
Judul Penelitian Peran Sentra Batik Kauman dan Pesindon untuk Mencapai Kota
Pekalogan sebagai Kota Kreatif Kerajinan
Nama Penulis Rifdahastuti Andriani (2020)
Metode Penelitian Deskriptif Kuantitaif dengan analisis statistik deskriptif
Hasil Penelitian Bertujuan untuk menganalisis perubahan di Sentra Batik Kauman
dan Pesindon sejak penetapan Kota Pekalongan sebagai kota
kreatif kerajinan. Ada beberapa aspek yang dilihat perubahannya
yaitu: (1) pemeliharaan ekonomi kreatif, (2) komunitas kreatif (3)
lingkungan kreatif dan (4) penyelenggaraan event
Penelitian Relavan 8
Judul Penelitian Strategi Pengembangan Batik Berbasis Ekonomi Kreatif
KampungBatik Kauman Pekalongan
Nama Penulis Anita Listiyaningrum (2020)
Metode Penelitian Analisis SWOT
Hasil Penelitian Pengembangan pada Kampung Batik Kauman mengacu pada
lima aspek. Dalam pengembangannya, ditemukan hambatan yang
ada dalam pengembangan Kampung Batik Kauman. Hambatan
dalam sumber daya yaitukreativitas yang terbatas karena
pemikiran sumbr daya manusia ang masih bersifat empirisme.
Hambatan dalam industri yaitu ketergantungan pada bahan baku
impor serta kemunculan batik printing. Hambatan dalam
pemasaran yaitu belum menggunakan internet secara maksimal
sebagai media pemasaran dan promosi. Hambatan dalam

21
pembiayaan yaitu manajemen keungan masih dilakukan secara
sederhana. Hambatan teknologi dan infastruktur yaitu sarnan
prasarana yang belum memadai.
Penelitian Relavan 9
Judul Penelitian Peran Kearifan Lokal Masyarakat Dayak dalam Menegmbangkan
Batik Benang Bintik di Kalimantan Tengah
Nama Penulis Linggua Sanjaya Usop
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian Temuan penelitian ini adalah rumusan cara pelestarian batik
tradisi di Kalimantan Tengah dengan kekuatan efektifitas
peran kearifan lokal masyarakat bersumber Kaharingan yang
selalu menjaga keseimbangan kosmos. Batang garing tidak
hanya berisi ajaran yang bernilai filosofis, tetapi menyangkut
dimensi mikrokosmos untuk tiap-tiap individu masyarakat
Dayak, serta makrokosmos di luar aktivitas di luar. Pada
perkembangannya batik tradisi di Kalimantan Tengah
membentuk dirinya sendiri dalam format kearifan lokal khas
Kalimantan Tengah. Batik menjadi media untuk membentuk
hubungan sosial dan komunikasi yang baik. Topik yang ringan
namun memiliki muatan budaya sebagai identitas sebuah negara
besar bernama Indonesia adalah batik. Masyarakat menjadi bukti
pola pikir anti arus utama yang memposisikan batik sebagai
komoditas ekonomi dan aktivitas penopang hidup. Batik tradisi
Kalimantan Tengah merupakan sarana eskpresi, kontemplasi, dan
rekreasi bagi masyarakat. Para perajin mampu mengembangkan
macam-macam jenis, motif dan pakem penggunaaanya untuk
pengembangan ke depan dengan memamhami nilai-nilai
simbol dan tanda batang garing. Simbol pohon hidup kalpataru
mempengaruhi pelakunya untuk menjaga sikap agar tidak
melanggar adat dan menjaga keseimbangan alam menjadi ide
motif batik
Penelitian Relavan 10
Judul Penelitian Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Usaha Senra
Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo
Nama Penulis Nike Tanzila Hardiyanti
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat beberapa
hal yang dapat disimpulkan. Pertama, peran modal sosial
pengrajin dan pelaku usaha yang ada di sentra
industrikampungBatik Jetis terdiri dari kepercayaan dan
jaringan. Kepercayaan yang timbul berupa kepercayaan antara
pengrajin dengan pekerja lainnya, pengrajin dengan pelaku
usaha, antar pelaku usaha yakni pengusaha batik dan pengusaha
bahan baku, pelaku usaha/pengrajin dan konsumen, dan tidak
terlepas dari kepercayaan warga sekitar akan hubungan timbal
balik dalam membantu pengembangan usaha di
KampoengBatik Jetis Sidoarjo. Kedua,yakniperan modal sosial
jaringan yakni hubungan para pengrajin dan pengusaha dengan
pihak-pihak luar seperi pengrajin dari daerah yang berbeda,
wisatawan lokal maupun wisatawan asing, serta hubungan
dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sidoarjo. Ketiga,terdapat beberapa hambatan dalam

22
pengembangan usaha di KampoengBatik Jetis diantaranya
kurangnya keseriusan para pengrajin dan pelaku usaha dalam
menjalankan usaha, menurunnya jumlah pengrajin yang ada di
KampoengBatik Jetis, rendahnya SDM dalam hal pemasaran
produk dan kurangnya konsistensi dan perhatian pemerintah
daerah. Kerjasama antara pengrajin, pelaku usaha, masyarakat
setempat, dan pemerintah daerah perlu direkatkan lagi. Selain
itu kesadaran dalam tiap individu juga lebih di tingkatkan
lagi mengingat kampungJetis yang sudah lama terkenal dengan
industribatiknya sejak tahun 1675,supaya warisan budaya yang
ada tidak luntur dan tetap dijaga demi kemajuan bersama dan
dapat mengangkat perekonomian di wilayah tersebut. Tidak
lupa dengan harapan para pengrajin dan pelaku usaha bagi
pemerintah daerah agar selalu membantu dan mengayomi
masyarakatnya dalam mengembangkan usaha.

O. Kerangka Berfikir
Menurut Uma (dalam Sugiyono 2014, hlm. 91) mengatakan “bahwa kerangka
berfikir ialah metode konseptual teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka berpikir yang baik secara
teoretis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Demikian menurut, Sugiyono
(2011, hlm. 9) mengatakan bahwa, “kerangka berpikir ialah model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai
masalah ”. Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan, penelaah mengemukakan
bahwa kerangka berpikir ialah berhubungan dengan teori-teori yang ada dengan
masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini penelaah mencoba memetakan fokus kajian
dalam penelitian ini.

Industri pariwisata merupakan sektor yang penting dalam perekonomian suatu


Negara berkembang sebagai sumber perekonomian Negara dan masyarakat,
keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan potensi lokal akan turut menentukan
keberhasilan pembangunan nasional di berbagai sektor salah satu sektor nya adalah
sekor pariwisata. Sementara menurut UU No 10 Tahun 2009 dijelaskan bahwa
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas
serta layanan yang di sediakan oleh Masyarakat, Pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.

sektor industri pariwisata meliputi bidang usaha: Hotel, Restoran rumah makan
sederhana, biro perjalanan wisata, industry kreatif (cendra mata, oleh oleh khas daerah
wisata dan lain sebagainya). Dari bidang bidang usaha yang ada di sektor pariwista
tersebut akan menyerap banyak tenaga kerja khususnya di sekitar lokasi wisata.

23
Sektor pariwisata memberikan banyak dampak positif terhadap perekonomian
sekitar kawasan wisata di antarannya:

1. Pendapatan dari penukaran valuta asing

2. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri

3. Pendapatan bagi usaha/bisnis pariwisata

4. Pendapatan pemerintah

5. Penyerapan tenaga kerja

6. Multiffle effects

7. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat sekitar.

Dalam undang undang nomor 10 tahun 2009 tentang pariwisata pasal (4) poin
(b) menjelaskan bahwa dengan adanya pembangunan nasional dalam sektor pariwisata
ialah untuk mensejahterakan rakyat kususnya masyarakat sekitar objek wisata

Sadono sukirno dalam buku Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalahdan Dasar


Kebijakan. Menjelaskan kemakmuran (kesejahteraan) yaitu di refleksikan dengan
pendapatan rata rata yang di terima oleh penduduknya. Semakin tinggi pendapatan
tersebut semakin tinggi daya beli penduduk, dan daya beli bertambah ini meningkat
kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan atau dalam istilah islam Maslahah yang cakupan nya lebih luas.
Imam As Shatibi menjelaskan Maslahah adalah sifat atau kemampuan dalam membeli
akan barang dan jasa yang mendukung elemen elemen dan tujuan dari kehidupan
masunia dimuka bumi ini. Menurut beliauada lima elemen dasar maslahah, yakni;
kehidupan atau jiwa (al-nafs), property atau harta benda (al-mall), keyakinan (al-
din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau keturunan (al-nasl). Kelima elemen itulah
disebut dengan maslahah. Kegiatan ekonomi meliputi produksi, konsumsi, dan
pertukaran menyangkut kemaslahatan tersebut harus dikerjakan sebagai ibadah.

Imam Al ghzali merumuskan konsep kesejahteraan beliau mengemukakan 5 aspek


yang tercapainya kesejahteraan sosial adalah Agama (bebas melaksanakan Ibadan
serta terjaminnya keamanan sosial), jiwa (kesehatan jasmani dan rohani), akal
(mendapatkan hak pendidikan yang tinggi), keturunan, harta (hak dalam mengelola
harta kekayaan dan hak milik benda).

Dalam meningkatkatkan kesejahteraaan ekonomi pengrajin batik di kawasan

24
wisata belanja batik Trusmi, selain pengelolaan tempat wisata belanja batik yang baik
dibutuhkan juga promosi yang kreatif dan efektif sehingga informasi mengenai
kawasan batik Trusmi dapat dikenal lebih luas. Hal ini bukan hanya menjadi peran
pemerintah (Pasar Batik), melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh
masyarakat kecamatan Plered khususnya generasi muda yang memiliki tingkat
kreatifitas yang tinggi. Salah satu yang harus dikembangkan saat ini oleh pemerintah
kawasan batik trusmi ialah mencetak generasi muda untuk lebih menojolkan minatnya
di bidang membatik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti membuat kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

SENI BUDAYA
MEMBATIK KAIN
(Pengrajin Batik)
(X)

PEMERINTAH SWASTA
(Pasar Batik) (Showroom Batik)

KAWASAN WISATA
BELANJA BATIK
TRUSMI

KESEJAHTERAAN
EKONOMI PENGRAJIN
BATIK
1. Pendapatan Pengrajin
2. Daya beli pengrajin

25
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Profil, Sejarah, Letak Geografi, Dan Keadaan Ekonomi serta Aktivitas Budaya
Masyarkat di Batik Trusmi Kulon
1. Sejarah Batik Trusmi
Dahulu Mbah Kuwu Cirebon yang bernama Pangeran Cakrabuana
hijrah dari Cirebon ke suatu daerah yang sekarang disebut Trusmi. Mbah
Kuwu Cirebon yang sekarang dikenal dengan nama Mbah Buyut Trusmi
adalah putra dari Raja Pajajaran Prabu Siliwangi yang datang ke Trusmi di
samping menyebarkan agama Islam juga untuk memperbaiki lingkungan
kehidupan masyarakat dengan mengajarkan bercocok tanam.
Pada saat itu Mbah Buyut Trusmi mengasuh Pangeran Manggarajati
atau Bung Cikal yang merupakan putra pertama dari Pangeran Cerbon Girang.
Bung Cikal merupakan orang yang memiliki kesaktian mandraguna sejak
masih kecil. Salah satu kebiasaan Bung Cikal adalah merusak tanaman yang
ditanam oleh Mbah Buyut Trusmi. Teguran dan nasehat Mbah Buyut Trusmi
selalu tidak dihiraukannya, namun yang mengherankan, setiap tanaman yang
dirusak Bung Cikal tumbuh dan bersemi kembali sehingga lama kelamaan
pedukuhan itu dinamakan TRUSMI yang berarti terus bersemi.
Desa Trusmi Kulon adalah Desa hasil Pemekaran dari Desa Induk
yaitu Trusmi. Dasar pemekaran pada waktu itu adalah jika suatu Desa jumlah
penduduknya diatas 5000 Jiwa maka harus dimekarkan, sedangkan pada
waktu itu jumah penduduk Desa Trusmi sudah melebihi 5000 Jiwa oleh sebab
itu sesuai dengan peraturan yang ada pada saat itu, maka pada tahun 1984
terjadilah Desa Trusmi menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Desa Induk dengan nama Desa Trusmi Wetan
b. Desa Pemekaran dengan nama Desa Trusmi Kulon
Pemisahan Desa Trusmi menjadi dua yaitu Trusmi Wetan dan Desa
Trusmi Kulon hanyalah pemisahan mengenai pelayanan masyarakat saja
adapun mengenai adat istiadat/culture budayanya masih sama
mengedepankan musyawarah untuk mufakat dan hidup secara bergotong
royong.
2. Letak Geografis
Desa Trusmi Kulon adalah salah desa yang berada di wilayah
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 58,4572 Ha

26
dengan jumlah penduduk sebanyak 3246 jiwa yang terdiri dari 1640 lakilaki
dan 1606 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 997 kepala keluarga.
Adapun batas-batas wilayah Desa Trusmi Kulon adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa
Batas Desa Kecamatan
Sebelah Utara Wotgali Plered
Sebelah Timur Trusmi Wetan Plered
Sebelah Selatan Weru Lor Weru
Sebelah Barat Wotgali Plered
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

Dilihat dari topografi dan kontur tanah Desa Trusmi Kulon


Kecamatan Plered secara umum berupa tanah seluas 58,4572 Ha, tanah darat
seluas 58,4572 Ha , yang berada pada ketinggian laut antara 120 m diatas
permukaan laut dengan suhu berkisar antara 34-40 derajat celcius. Desa
Trusmi Kulon terdiri dari 3 (Tiga) Dusun/Blok , dengan 4 RW dan 16 RT.

Gambar 3.1 Peta Desa Trusmi Kulon


Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

27
3. Iklim
Iklim desa Trusmi Kulon, sebagai mana desa-desa lain di wilayah
Indonesia mempunyai Iklim Kemarau dan Penghujan, hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Trusmi
Kulon pada umumnya. Dalam riset Makna Filosofis Tari Babak Yaso ba’so
atau baksa iklim atau cuaca berpengaruh pada saat dilakukan arak-arakan yang
biasanya akan dilakukan saat musim kemarau yang akan berganti dengan
musim penghujan dengan kata lain arak-arakan ini tradisi meminta hujan, jadi
patokan nya adalah iklim.
4. Potensi Sumber Daya Alam
Tabel 3.2
Luas Wilayah Menurut Penggunaan

Luas pemukiman 35,2782 Ha/m2


Luas persawahan 21,914 Ha/m2
Luas kuburan 0,285 Ha/m2
Luas taman 0,944 Ha/m2
Luas perkantoran 0,036 Ha/m2
Luas prasanara umum lainnya 0 Ha/m2
Total luas 58,4572 Ha/m2

TANAH SAWAH
Sawah irigasi Teknis 0 Ha/m2
Sawah irigasi ½ teknis 21,914 Ha/m2
Total Luas Ha/m2

TANAH KERING
Pemukiman 35,2782 Ha/m2
Pekarangan 0 Ha/m2
Total luas 0 Ha/m2

TANAH FASILITAS UMUM


Kas Desa
a. Tanah bengkok 21,914 Ha/m2
b. Tanah titisara 0 Ha/m2
Perkantoran pemerintah 0,036 Ha/m2
Tempat pemakanam Desa/umum 0,285 Ha/m2
Bangunan sekolah 0 Ha/m2
Jalan 0 Ha/m2
Total luas Ha/m2
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

28
5. Potensi Sumber Daya Manusia
a) Jumlah
Tabel 3.3 Potensi SDM menurut jumlah

Jumlah laki-laki 1640 Orang


Jumlah perempuan 1606 Orang
Jumlah total 3246 Orang
Jumlah kepala keluarga 997 Orang
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon
b) Usia
Tabel 3.4 Potensi SDM menurut usia

Kelompok
No. Laki-laki Perempuan L+P
Umur
1. 00 – 01 64 57 121
2. 02 – 05 87 81 168
3. 06 – 09 129 108 237
4. 10 – 14 156 158 314
5. 15 – 19 139 149 288
6. 20 – 24 131 130 261
7. 25 – 29 129 124 253
8. 30 – 34 122 117 239
9. 35 – 39 107 108 215
10. 40 – 44 102 101 203
11. 45 – 49 101 96 197
12. 50 – 54 101 104 205
13. 55 – 59 94 82 176
14. 60 – 64 79 81 160
15. 65 – 69 42 39 81
16. 70 – 74 21 22 43
17. 75 – 79 16 20 36
18. 80 – 84 13 10 24
19. 85 – ke atas 7 19 26
Jumlah 1640 1606 3246
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

29
c) Pendidikan
Tabel 3.5 Usia Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan


Usia 3-6 tahun yang belum masuk 91 orang orang
TK
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play 34 orang orang
group
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah 0 orang orang
sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 125 orang orang
Usia 18-56 tahun yang tidak pernah 0 orang orang
sekolah
Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi 17 orang orang
tidak tamat
Tamat SD/sederajat 423 orang 359 orang
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat 32 orang 23 orang
SLTP
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat orang orang
SLTA
Tamat SLTP/Sederajat 312 orang 251 orang
Tamat SLTA/sederajat 199 orang 192 orang
Tamat D-1/sederajat 13 orang 15 orang
Tamat D-2/sederajat 23 orang 12 orang
Tamat D-3/sederajat 12 orang 14 orang
Tamat S-1/sederajat 24 orang 22 orang
Tamat S-2/sederajat 3 orang 2 orang
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon
6. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Mata pencaharian Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon mayoritas merupakan karyawan perusahaan
swasta dan pengusaha baik keci, menengah atau besar, karena Desa
Trusmi Kulon merupakan salah satu penghasil kerajinan batik Trusmi
Cirebon, untuk itu mayoritas pekerjaan masyarakat di Desa Trusmi
Kulon selain sebagai karyawan perusahaan swasta adalah pengrajin

30
atau pembuat batik Trusmi, baik batik tulis, batik cap, ataupun batik
printing.
Tabel 3.6 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Trusmi Kulon Kecamatan
Plered Kabubaten Cirebon

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah


1 Petani 2 1 3
2 Buruh 2 3 5
3 Pegawai Negeri Sipil 9 8 17
4 Peternak 8 0 8
5 Dokter swasta 1 0 1
6 Perawat swasta 2 0 2
7 Bidan swasta 0 1 1
8 TNI 3 0 3
9 POLRI 10 0 10
10 Pengusaha Kecil, 33 5 38
menengah dan besar
11 Guru swasta 2 8 10
12 Dosen swasta 0 3 3
13 Pedagang keliling 7 25 32
14 Pembantu rumah tagga 2 7 9
15 Arsitektur/Desainer 1 0 1
16 Karyawan Perusahaan 34 15 49
Swasta
17 Karyawan Perusahaan 8 7 15
Pemerintah
18 Jasa pengobatan 1 0 1
alternative
19 Pengrajin industri rumah 11 9 20
tangga lainnya
Jumlah Total (Orang) 136 92 228
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

31
7. Profil Batik Trusmi
BT” merupakan singkat dari Batik Trusmi salah satu showroom
terbesar yang berada pada objek wisata kawasan batik Trusmi juga merupakan
showroom terbesar di Indonesia dengan menghasilkan produk kerajinan
tradisional batik yang memiliki luas mencapai 1,5 hektar dengan jumlah
pengerajin kurang lebih 500 orang yang bekerjasama dengan BT Batik
Trusmi. Berbagai jenis dan motif batik tersedia pada BT Batik Trusmi ini,
selain produk batik, pada BT Batik Trusmi ini juga terdapat berbagai kerajinan
tangan yang bisa dijadikan buah tangan saat berkunjung di kawasan batik
Trusmi, selain kerajinan juga terdapat berbagai kuliner khas Cirebon.
8. Kawasan Batik Trusmi
Kawasan batik Trusmi merupakan sentral batik juga merupakan
wisata belanja batik yang berada di Plered Kabupaten Cirebon, pada kawasan
batik Trusmi berbagai kegiatan yang Berkaitan dengan kegiatan wisata
belanja yang terjadi tentunya terdapat wisatawan belanja sebagai pelaku dari
kegiatan tersebut. Kegiatan berbelanja biasanya dilakukan oleh wisatawan
karena bersifat sebagai rekreasi dan membeli barang yang memiliki ciri khas
atau berkaitan dengan daerah dimana wisatawan tersebut melakukan
perjalanan wisata. Pada kawasan batik Trusmi sendiri terdapat beberapa
showroom yang menjual produk batik. Berkumpulnya showroom yang
menjual produk batik di kawasan batik Trusmi menjadikan adanya pilihan
bagi wisatawan belanja. Setiap showroom memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik dari segi produk yang ditawarkan, kondisi fisik dari
showroom tersebut, serta lokasi suatu showroo Berbagai jenis batik dengan
variasi motif dan harga tersedia pada showroom yang berada pada kawasan
batik Trusmi, salah satunya batik Mega Mendung, dan motif – motif batik
Cirebon lainnya yang bisa dijadikan pilihan dalam berwisata batik di kawasan
batik Trusmi, selain itu pada kawasan batik Trusmi sendiri terdapat berbagai
kerajian tangan yang bisa dijadikan buah tangan saat berkunjung ke Cirebon,
dan juga oleh – oleh khas dari Cirebon, juga pada kawasan batik Trusmi dapat
dijadikan wisata kuliner, berbagai jenis makanan khas Cirebon dapat ditemui
pada kawasan batik Trusmi seperti empal gentong, nasi jamblang, dan lainnya.
Pada kawasan batik Trusmi juga selain menjadi wisata belanja dan kuliner,
juga menjadi wisata pengetahuan mengenai batik, sejarah batik, bahkan proses
pembuatan batik dapati dilakukan pada kawasan batik Trusmi, seperti pada

32
Sanggar Katura yang berada pada kawasan batik Trusmi yang menjadi wisata
bertanya, bagi para wisatawan maupun warga lokal yang ingin bertanya
mengenai batik, khususnya batik Cirebon, mulai dari prosesnya hingga
berbagai jenis batik yang tersedia. Selain sarana untuk bertanya dan
menambah pengatahuan mengenai batik, pada kawasan batik Trusmi juga
terdapat berbagai pertunjukan kesenian Cirebon yang dipertontonkan pada
hati – hari tertentu seperti hari besar dan hari libur, kesenian seperti tari topeng
dapat dilihat pada kawasan batik Trusmi. Pada kawasan batik Trusmi terdapat
beberapa showroom yang juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum
yang dapat menunjang pengembangan pariwisata dan sebagai kelengkapan
dari sebuah kawasan wisata, seperti mushola, toilet, tempat parkir, hingga
tempat makan dan fasilitas lainnya yang menjadi penunjang dari kawasan
wisata batik Trusmi.
9. Fasilitas Showroom Batik Trusmi
BT Batik Trusmi merupakan sebuah showroom dan pusat oleh - oleh
terbesar dan terlengkap yang ada di Cirebon. Sebagai showroom terbesar di
Indonesia juga merupakan pusat oleh – oleh dan batik yang berada di kawasan
wisata tentu fasilitas dari showroom harus diperhatikan. Pada BT Batik
Trusmi dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas yang dapat menunjang menjadi
tempat wisata juga untuk memfasilitasi wisatawan yang berkunjung pada
showroom BT, fasilitas yang terdapat pada BT Batik Trusmi ialah toilet, atm
center, mushola, kamar pas, Trusmiland, museum Trupark, bagian informasi,
kasir, dan juga fasilitas media informasi penanda dan penunjuk arah yang
digunakan untuk petunjuk dan penanda setiap tempat dan fasilitas yang ada
pada BT Batik Trusmi. Berikut merupakan fasilitas yang ada pada BT Batik
Trusmi.
1. Toilet
Pada BT Batik Trusmi dilengkapi dengan toilet yang berada pada gedung
utama dari BT Batik Trusmi yang terletak pada area belakang bagian
gedung utama.
2. Musholla
Pada BT Batik Trusmi dilengkapi Musholla bagi para pengunjung untuk
melaksanakan ibadah salat, pada BT Batik Trusmi mushola dibagi menjadi
2 untuk wanita dan pria, terletak bagian belakang pada gedung utama BT
Batik Trusmi.

33
3. Kamar Pas
Pada BT Batik Trusmi terdapat fasilitas kamar pas untuk para pengunjung
yang ingin mencoba pakaian, kamar pas terletak pada gedung utama BT
Batik Trusmi.
4. Informasi
Pada BT Batik Trusmi terdapat fasilitas yang dapat membantu mengenai
informasi pada BT, seperti menanyakan produk,tempat, dan fasilitas dari
BT Batik Trusmi.
5. Trusmi Land
Pada BT Batik Trusmi terdapat Trusmi Land yang merupakan tempat
bermain anak – anak yang berada pada bagian dalam gedung utama.
6. Sistem Tanda
Pada BT Batik Trusmi dilengkapi dengan papan sistem tanda yang menjadi
petanda dan berfungsi sebagai media informasi dalam menunjukan arah
disetiap lokasi dan fasilitas pada BT Batik Trusmi.
10. Identitas Visual Batik Trusmi
Identitas Visual adalah elemen yang termasuk kedalam bagian dari
merek, seperti warna, bentuk, dan gaya yang disederhanakan dan
menyampaikan arti simbolik yang tak bisa digambarkan hanya dengan kata
(Pahlevi, 2014:h.12). Logo merupakan identitas dari sebuah perusahaan,
organisasi, daerah, produk, ataupun hal lainnya. Logo berasal dari Bahasa
Yunani dari kata logos yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budaya.
Logo merupakan singkatan dari logotype muncul tahun 1810-1840, diartikan
sebagai sebuah tulisan nama identitas yang di desain secara khusus dengan
menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf tertentu dengan
logotype adalah elemen tulisan saja (Rustan, 2009: 12)

Gambar merupakan logo dari BT Batik Trusmi, logo ini termasuk kedalam
insial logo dengan mengambil huruf depan dari BT Batik Trusmi, yaitu hurup
B dan huruf T, dengan menggunakan warna dasar hitam dan huruf B dan T
yang berwarna kuning keemasan memberikan kesan mewah dan mahal,

34
penggunaan warna hitam sebagai dasar dari warna logo membuat huruf BT
lebih terlihat menonjol, penggunaan inisial membuat logo mudah dihapal.
Pada huruf T terdapat gambar menyerupai ujung dari canting yang merupakan
salah satu alat untuk membatik yang menjadikanya ciri khas dari logo dari
perusahaan batik.

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Peran Kawasan Batik Trusmi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa
Trusmi Kulon
Peran merupakan tindakan berupa serangkaian usaha usaha atau kegiatan yang
dijalankan oleh suatu kawasan wisata karena kedudukannya sebagai gerakan
ekonomi masyarakat berdasarkan asas kerjasama yang diharapkan dapat
memberikat manfaat bagi masyarakat di desa trusmi kulon. Kawasan batik
merupakan komoditas yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan
ekonomi mikro di suatu daerah, seperti Kawasan Batik Trusmi yang ada di Desa
Trusmi Kulon dengan terus dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakatnya
dapat membantu persoalan yang ada di Desa Trusmi Kulon.
Peran unruk meningkatkan perekonomian masyarakat dilakukan oleh kawasan
batik trusmi. Pengambilan peran yang dilakukan oleh kawasan batik trusmi yaitu
dengan cara terjun langsung dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar,membuka dan menerima lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar. Diharapkan dengan adanya kawasan batik trusmi dapat membuka
lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga masyarakat dapat hidup
dengan sejahtera dan tidak ada kemiskinan serta dapat mengurangi angka
pengangguran.
Dalam penelitian untuk mendapatkan peran kawasan batik trusmi dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat, di bawah ini merupakan daftar nama-
nama narasumber yang telah diwawancara.
Tabel 4.1
Daftar Nama-nama Narasumber
No. Nama Keterangan
1. Roipah Pengrajin dan Pengelola
2. Feby Sekretaris Desa/Pemerintah Daerah
3. Widi Customer Service
4. David Security
5. Rosa Masyarakat Setempat
6. Yusuf Karyawan
7. Eni Pengrajin

36
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di kawasan batik
trusmi di Desa Trusmi Kulon sangan disadari bahwa pengembangan ekonomi
masyarakat melalu kawasan batik trusmi ini terbukti dapat membantu masyarakat
sekitar diantaranya:
1. Menciptakan Lapangan Kerja Bagi Masyarakat Sekitar
Kawasan batik trusmi mempunyai pengaruh yang dapat menimbulkan
akibat fisik di suatu masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat
dengan adanya kawasan batik trusmi bisa dalam berbagai bentuk yang
berbeda-beda. Munculnya kawasan batik trusmi dalam suatu masyarakat atau
wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap penyerapan tenaga kerja.
Kawasan batik trusmi merupakan saran yang paling diandalkan dalam
memberikan pekerjaan dan menambahkan penghasilan bagi masyarakat
sekitar terutama masyarakat yang tidak mempunyai penghasiln dan tidak
memiliki ijazah sekolah. Hal ini diungkapkan oleh salah satu
pengelola,berkembangnya industri ini berdampak positif bagi masyarakat
setempat.
Melalui wawancara dengan salah satu pengelola batik trusmi beliau
mengatakan:
“Peranannya sangat membantu perekonomian masyarakat karena dengan
adanya kawasan batik ini dapat dijadikan lapangan pekerjaan terhadap
masyarakat sekitar,terutama bagi ibu-ibu yang tidak menunjang pendidikan
ataupun tidak tamat sekolah bagi mereka industri ini dapat membantu mencari
penghasilan untuk membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga,yang
berarti bahwa kawasan batik trusmi ini membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Desa Trusmi Kulon.” ( Roipah, 2 juni 2023)
Keberadaan kawasan batik trusmi di desa trusmi kulon ini sangat
memberikan kontribusi sebagai salah satu usaha yang mampu menyerap tenaga
kerja dan mengurangi angka pengangguran di Desa Trusmi Kulon.
2. Pendapatan perekonomian masyarakat
Pendapatan merupakan hasil kerja yang dialokasikan untuk konsumsi,
pendidikan, kesehatan, ataupun kebutuhan lainnya. Ketersediaan lapangan
pekerjaan otomatis akan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat di desa
trusmi kulon dengan bekerja disana mereka akan mendapatkan penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

37
Industri kreatif juga dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, produksi, penyalur dan
pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Industri kreatif berfungsi
sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun
belakang.
Selanjutnya kenaikan pendapatan perekonomian dirasakan oleh pemilik
pengrajin batik trusmi agar terlihat dari kemampuan mereka memenuhi
kebutuhan keluarga mereka dan kebutuhan dalam bidang pendidikan dan
kesehatan. Dengan meningkatnya pendapatan maka mereka mempunyai
tabungan yang lebih untuk menunjang biaya pendidikan anak-anak mereka dan
biaya kesehatan keluarga mereka.
Berdasarkan hasil wawancara ibu roipah tentang membantu masyarakat
dalam meningkatkan perekonomian, mengatakan bahwa.
"Dengan adanya kawasan batik trusmi ini membantu pendapatan para
pengrajin setelah menjadi pengrajin batik, meskipun dengan bayaran tidak
besar seperti bekerja di industri industri lainnya namun saja bisa mengurangi
angka pengangguran di desa ini dan juga menjadikan masayarakat desa ini
memiliki skill atau kemampuan meskipun sudah tidak muda lagi atau sudah
berumur" (Roipah, 2 Juni 2023)
Begitu juga dengan pemerintah daerah yaitu Bapak Feby selaku sekretaris
desa di Desa Trusmi Kulon mengatakan:
"Adanya kawasan batik trusmi ini sangat membantu masyarakat sekitar dalam
meningkatkan perekonomiannya, sekitar 90/% warga trusmi kulon merupakan
pengrajin maupun pengelola batik artinya kawasan batik trusmi ini sangat
signifikan meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat di Desa
Trusmi Kulon. Selain menjadi pengrajin keberadaan kawasan wisata belanja
batik ini membantu UMKM dan pekerja lainnya seperti tukang becak dan
pedagang kaki lima di sekitar desa ini. "
(Feby, 2 Juni 2023)
Selain dalam bidang perekonomian masyarakat juga mendapatkan suatu
pembelajaran yang mampu dijadikan sebagai kemampuan diri untuk
melestarikan budaya daerah maupun untuk bekerja, Seperti yang Bapak Feby
katakan bahwa:
“pengembangan kemampuan diri dengan mengikuti pelatihan seperti swadya
dari pemerintahan desa yang memberikan pelatihan kepada masyarakat

38
sekitar sebagai bentuk inovasi dalam pengembangan dan pelestarian batik”
(Feby, 2 Juni 2023).
Kawasan wisata belanja di Desa Trusmi Kulon mempunyai arti yang
penting dalam kerangka pembangunan nasional. Karena keberadaan kawasan
belanja batik ini menjadi solusi bagi tenaga kerja yang belum terampung dan
perbaikan ekonomi masyarakat desa. Di dalam peranannya kawasan wisata
belanja batik trusmi di Desa Trusmi Kulon selalu mengedepankan usahanya
untuk meningkatkan pendapatan perekonomian para pengrajin, dapat dilihat
dari semakin banyaknya industri industri batik di Desa Trusmi Kulon.
Penghasilan para pengrajin yang sebelumnya pas pasan bahkan ada yang
tidak berpenghasilan dengan adanya kawasan belanja batik trusmi ini manjadi
meningkat dan kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi, seperti bisa
menyekolahkan anak anaknya seperti menbayar SPP maupun membeli
perlengkapan sekolah dan kebutuhan sembako serta tidak sedikit yang bisa
menabung.
Seperti dalam wawancara salah satu pengrajin batik yaitu ibu Eni, beliau
mengatakan bahwa:
"Lumayan saja, dengan adanya kawasan batik ini saya jadi tidak menganggur,
saya dapat membantu sedikit kebutuhan rumah tangga seperti membayar SPP
anak saya dan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. " (Eni, 2 Juni)
Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa rata rata pengrajin
yang bekerja dikawasan belanja batik trusmi yang hanya mengenyam
pendidikan SD hingga SMP bahkan tidak sedikit pula yang tidak bersekolah,
dan dengan mereka bekerja disana sangat membantu dalam memenuhi
pemasukan keuangan mereka dalam memenuhi kebutuhan keluarganya dan
mengurangi angka pengangguran di desa sekitar.

39
Tabel 4.2
Pendapatan Pengrajin Batik
Kategori Pendapatan pengrajin Batik sebelum dan
sesudah adanya Kawasan Belanja Batik
Sebelum Pasca
Pengrajin Kategori 1 - Rp. 15 Juta
Pengrajin Kategori 2 Rp. 3-5 Juta RPp. 5-8 Juta
Pengrajin Kategori 3 Rp. 25.000x30 (hari) = Rp. 30.000x30 (hari)
Rp. 750.000.00.- = Rp. 900.000.00.-
Sumber: Profil Desa Trusmi Kulon

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah


adanya kawasan belanja batik trusmi ini, menyebabkan ramainya kawasan
wisata belanja batik yang akhirnya meningkatkan pendapatan pengrajin batik.
Ini digambarkan dengan naiknya pendapatan pengrajin batik kategori 1 yaitu
sekitar Rp. 15.000.000.- setiap harinya dengan kondisi dan keramaian
pengunjung ke lokasi showroom yang beragam. Kemudian diikuti pada
pengrajin kategori 2 yaitu sebesar Rp. 5.000.000.- sampai dengan Rp.
8000.000.-/bulan sebelum diakuinya oleh unesco dan ramainya showroom
batik pendapatan mereka tembus keangka Rp. 3.000.000.- sampai Rp.
5.000.000.- setiap bulannya karena penjualan mereka biasaya ke bos China
yang ada di kota Cirebon tetapi semenjak ramainya kawasan sentra batik
trusmi banyak showroom bermunculan yang mengakibatkan mudahnya dalam
menjual kain batik pengrajin dan terakhir pengrajin batik kategori 3 mengalami
kenaikan pendapatan penghasilam sebesar Rp. 30.000.000.- per harinya atau
seminggu Rp. 225.000.- yang mulanya, dulu sebelum diakuinya batik oleh
UNESCO dan ramainya kawasan wisata belanja batik trusmi mereka
dibayarkan setiap minggu sebesar Rp. 150.000.000 atau sebesar Rp.23.000.-
atau Rp. 25.000.- per harinya yang di bayarkan selepaskerja usai di sore hari
dengan jam kerja dari jam 8 pagi sampai 4 sore.
3. Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam Pengembangan Kawasan Belanja
Batik Trusmi di Desa Trusmi Kulon
Secara umum, konsep partisipasi dalam pembangunan masyarakat adalah
keikutsertaan seluruh anggota atau perwakilan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pengelolaan pembangunan dalam pengambilan keputusan,

40
termasuk memutuskan rencana aksi yang akan dilaksanakan, manfaat yang
akan dicapai dan pengoperasiannya yang akan
dilaksanakan serta evaluasi hasil pelaksanaan.
Partisipasi masyarakat digambarkan sebagai kesempatan bagi masyarakat
lokal untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan pariwisata. Artinya
masyarakat berperan aktif untuk mengelola sumber daya yang ada, aktif dalam
pengambilan keputusan dan mengontrol tindakannya yang mempengaruhi
tempat. Menurut Sumarto (2003), partisipasi masyarakat adalah suatu proses
dimana masyarakat sebagai individu dan kelompok sosial serta organisasi turut
serta mempengaruhi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan
yang secara langsung mempengaruhi kehidupan masyarakat;
Sedangkan menurut Pitana (2002: 56), partisipasi bukan hanya sekedar
sumbangan tenaga kerja lokal, waktu dan material secara cuma-cuma untuk
mendukung berbagai program dan proyek pembangunan, melainkan
partisipasi aktif dalam setiap proses. Peran aktif tersebut dimulai dari
perencanaan, pendefinisian proyek, pelaksanaan hingga pemantauan hasil dan
tenaga ahli yaitu. yang disebut "partisipasi nyata", yaitu. masyarakat sebagai
pengusaha pariwisata.
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan suatu kesempatan bagi masyarakat untuk mengelola
sumber daya yang tersedia dengan berperan aktif dalam pengembangan
destinasi wisata. Partisipasi yang ada merupakan bentuk pemberdayaan
masyarakat lokal, yang secara alamiah memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dan terlibat dalam mengembangkan potensi
tempat tinggalnya. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam penelitian ini
mengacu pada partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata
belanja batik trusmi. Partisipasi merupakan tujuan dari proses demokrasi,
artinya berasal dari masyarakat dan dipimpin oleh masyarakat, sehingga
partisipasi merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat setempat,
yang tentunya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dan terlibat dalam mengembangkan potensi. . yang merupakan
tujuannya.
Berdasarkan wawancara dengan pengelola kawasan wisata belanja
batik mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata
belanja batik, mengatakan bahwa:

41
“Peran masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata belanja batik
trusmi ini yaitu dengan cara meningkatkan serta melestarikan apa yang sudah
dimiliki yaitu budaya batik trusmi yang ada sejak puluhan tahun yang lalu
dengan cara memperbanyak cabang sentra batik baik didalam kota maupun
luar kota serta memberikan inovasi baru dalam pengembangan batik trusmi.
Selain melestarikan masyarakat juga ikut mempromosikan batik dari kawasan
batik trusmi dengan menggunakan batik pada acara tertentu serta
mengenalkan batik pada masyarakat lain.”(Feby, 2 Juni 2023)

Selain Bapak Feby selaku pemerintah daerah setempat, ada juga yang
mengatakan bahwa:

“saya sebagai salah satu pengelola batik dan masyarakat setempat juga
turut berperan dalam pengembangan kasawasan batik trusmi ini yaitu dengan
cara memperkenalkan batik terhadap manca negara. Pada saat saya menjadi
relawan tsunami aceh pada tahun 2004 saya sempat memperkenalkan batik
trusmi pada rekan saya yang dari jepang maupun korea, alhasil mereka setiap
kali dating ke Indonesia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi
kawasan batik ini,secara langsung dapat meningkatkan pendapatan
perekonomian warga sekitar. Karena mereka tidak saja membeli batik
melainkan juga mereka mencoba kuliner dan trasnportasi yang ada di
wilayah ini.”(Roipah, 3 Juni 2023)

Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa untuk partisipasi


masyarakat sekitar dalam pengembangan kawasan wisata batik trusmi,yaitu
dengan memperbanyak sentra batik dan mengenalkan serta mempromosikan
batik terhadap masyarakat lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar.
4. Pengelolaan Kawasan Wisata Belanja Batik di Desa Trusmi Kulon yang
Efektif dan Efisien
Implementasi, atau eksekusi, merupakan kelanjutan dari perencanaan,
dimana semua rencana yang telah ditetapkan diperhitungkan secara efektif dan
efisien dalam pengelolaan dan pengembangan suatu daerah kawasan wisata
belanja. Pengelolaan dan pengembangan potensi wisata belanja agar lebih
banyak dikunjungi wisatawan local maupun luar negeri.
Berdasarkan wawancara dengan pengelola wisata mengenai pengelolaan
efektif dan efisien kawasan wisata belanja batik trusmi, mengatakan bahwa:

42
“yang saya inginkan sebagai pemerintah desa yang berperan untuk
menganyomi seluruh masyarakat desa,menurut saya pengelolaan kawasan
batik trusmi yg efektif dan efesien yaitu dengan cara dengan memeberikan
kebebasan kepada pengunjung unntuk memilih sentra batik mana yang ingin
dikunjungi, seperti kawasan wisata belanja Malioboro, jadi kita akan
menyediakan area parkir untuk pengunjung serta menyediakan transportasi
kecil seperti becak untuk digunakan pengunjung mengelilingi kawasan batik
trusmi. Jadi semua sentra batik yang ada dikawasan ini dapat dikunjungi oleh
para wisatawan tidak hanya sentra besar yang ada didepan saja. Namun
Kembali lagi banyak beberapa faktor yang mejadi penghambat seperti
kurangnya lahan dan anggaran dari pemerintah.” (Feby. 3 Juni 2023)
Dari wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa untuk mengelola
kawasan wisata yang efektif dan efesien yaitu dengan cara menjadikan
kawasan wisata belanja batik yang bebas di kunjungi tidak hanya beberapa
sentra saja. Sehingga kawasan wisata belanja batik trusmi ini menjadi
kawasan wisata belanja batik yang efektif dan efesien.
5. Dampak Kawasan Wisata Belanja Batik Trusmi Terhadap Masyarakat
Sekitar
Adanya sektor pariwisata di suatu daerah akan berdampak positif baik bagi
pemerintah daerah seperti dapat meningkatkan PAD Kabupaten maupun bagi
masyarakat sekitar seperti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat penyerapan tenaga kerja, memberikan peluang usaha, dan lain
sebagainya (Indahsari Kuniyati, 2014).
Pembangunan sektor kepariwisataan menurut Spillane (1994:14) akan
terkait dengan aspek sosial budaya, politik dan ekonomi yang diarahkan untuk
meningakatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang no. 9 tahun 1990 disebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan
ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui perluasan dan pemerataan
kesempatan berusaha dan bekerja serta mendorong pembangunan infrastruktur
daerah dalam rangka kemudahan untuk memperkenalkan Obyek dan daya tarik
wisata. Disamping itu pembangunan pariwisata juga dimaksudkan untuk
memupuk rasa cinta tanah air dan memparerat persahabatan umat manusia
dalam negeri dan antar bangsa (Nandi: 2008).

43
Berdasarkan wawancara dengan pemerintah daerah setempat yaitu
sekretaris Desa Trusmi Kulon , mengatakan bahwa:
“Menurut saya semuanya dampak positif tidak ada negatifnya karena 90%
penduduk kawasan wisata belanja batik itu seorang pengrajin maupun
pengelola batik, jadi kawasan batik in sangat membantu mensejahterakan
perekonomian warga sekitar dan mampu meningkatkan PAD kabupaten.”
(Feby, 3 Juni 2023)
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata batik
trusmi berdampak positif bagi masyarakat Desa Trusmi Kulon untuk
mensejahterakan perekonomian khususnya para pengelola, pengrajin dan
pedagang.

44
B. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peran Kawasan Batik Trusmi
Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Trusmi Kulon
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Batik Trusmi Roipa yang
dilakukan peneliti, maka berikut adalah beberapa Faktor Strategi Internal (dalam
Kawasan Batik Trusmi) yaitu Kekuatan (Strenght) dan Kelemahan (Weakness),
Faktor Strategi Eksternal (luar Kawasan Batik Trusmi) yaitu Peluang
(Opportunity) dan Ancaman (Threats).
Adapun faktor-faktor tersebut akan dianalisis menggunakan analisis SWOT
sebagai berikut:
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
a. Faktor Internal
1) Kekuatan (Strength)
a) Bahan baku yang digunakan berkualitas baik.
b) Ketersediaan bahan baku cukup.
c) Produk batik trusmi memiliki ciri khas tersendiri.
d) Produk batik yang unik dan berkualitas.
e) Pengakuan merk lokal yang kuat.
2) Kelemahan (Weakness)
a) Bahan baku batik trusmi berasal dari luar kota.
b) Keterbatasan kapasitas produk.
c) Ketergantungan pada mode pembuatan batik tradisinal dapat
membatasi inovasi dan efesiensi.
d) Akses terbatas ke saluran distribusi diluar pasar lokal.
e) Skalanya relative kecil dibandingkan dengan sentra batik
lainnya.
b. Faktor Eksternal
1) Peluang (Opportunity)
a) Penggunaan teknologi untuk inovasi dan kreativitas alam
bisnis batik trusmi.
b) Tumbuhnya pengakuan dan permintaan akan keahlian
tradisional dan produk buatan tangan.
c) Meningkatkan minat dan kode yang berkelanjutan dan etis.
d) Potensi kemitraan dengan bisnis local lainnya dan industry
pariwisata.
2) Ancaman (Threats)

45
a) Persaingan bisnis yang semakin ketat dari industry batik yang
lebih besar dan mapan diIndonesia maupun luar negeri.
b) Potensi gangguan rantai pasok dan sumber bahan baku.
c) Ketidakstabilan ekonomi dan fluktualisasi.
d) Kemungkinan dampak negative, globalisasi dan homogenisasi
budaya.

Tabel 4.3

Analisis SWOT Peran Kawasan Wisata Belanja Batik Dalam Meningkatkan


Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered
Kabupaten Citebon

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


1. Bahan baku yang digunakan 1. Bahan baku batik trusmi berasal dari
berkualitas baik. luar kota.
2. Ketersediaan bahan baku cukup. 2. Keterbatasan kapasitas produk.
3. Produk batik trusmi memiliki ciri 3. Ketergantungan pada mode
khas tersendiri. pembuatan batik tradisinal dapat
4. Produk batik yang unik dan membatasi inovasi dan efesiensi.
berkualitas. 4. Akses terbatas ke saluran distribusi
5. Pengakuan merk lokal yang kuat. diluar pasar lokal.
5. Skalanya relative kecil
dibandingkan dengan sentra batik
lainnya.

Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats)


1. Penggunaan teknologi untuk inovasi 1. Persaingan bisnis yang semakin
dan kreativitas alam bisnis batik ketat dari industry batik yang lebih
trusmi. besar dan mapan diIndonesia
2. Tumbuhnya pengakuan dan maupun luar negeri.
permintaan akan keahlian 2. Potensi gangguan rantai pasok dan
tradisional dan produk buatan sumber bahan baku.
tangan. 3. Ketidakstabilan ekonomi dan
3. Meningkatkan minat dan kode yang fluktualisasi.
berkelanjutan dan etis. 4. Kemungkinan dampak negative,
4. Potensi kemitraan dengan bisnis globalisasi dan homogenisasi
local lainnya dan industry budaya.
pariwisata.
5. Kemungkinan untuk ekspansi ke
platform online dan e-commerce

46
2. Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS
(Eksternal Factor Analisis Summary)
Matriks IFAS Dan EFAS bertujuan untuk memberikan penilaian
bbot dan rating masing-masing factor internal dan eksternal yang dimiliki.
Penilaian didasarkan hasil dari wawancara atau pertanyaan langsung
dengan informan terkait permasalahan dalam penelitian ini. Hasil nilai
IFAS dan EFAS pada peran kawasan batik trusmi terhadap kesejahteraan
masyarakat Desa Trusmi Kulon dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.4 Matriks IFAS

No. Faktor Internal Bobot Rating Skor


Kekuatan
1. Bahan baku yang digunakan berkualitas 0,2 2,1 0,42
baik.

2. Ketersediaan bahan baku cukup. 0,2 2,0 0,4

3 Produk batik trusmi memiliki ciri khas 0,2 2,3 0,46


tersendiri.
4. Produk batik yang unik dan berkualitas. 0.2 2,3 0,46
5. Pengakuan merk lokal yang kuat. 0,2 2,4 0,48

Total Kekuatan 1 2,22


No. Kelemahan
1. Bahan baku batik trusmi berasal dari 0,06 0,9 0,054
luar kota.

2. Keterbatasan kapasitas produk. 0,06 0,9 0,054

3. Ketergantungan pada mode pembuatan 0,06 1,0 0,06


batik tradisional dapat membatasi
inovasi dan efesiensi.

4. Akses terbatas ke saluran distribusi 0,06 0,9 0,054


diluar pasar lokal.

5. Skalanya relative kecil dibandingkan 0,06 1,0 0,06


dengan sentra batik lainnya.

Total Kelemahan 0,3 0,282


Total Kekuatan dan Kelemahan 1,3 2,502

47
Table 4.5
Matriks EFAS

No. Peluang Bobot Rating Skor


1. Penggunaan teknologi untuk inovasi dan 0,2 2,1 0,42
kreativitas alam bisnis batik trusmi.

2. Tumbuhnya pengakuan dan permintaan 0,2 2,2 0,44


akan keahlian tradisional dan produk
buatan tangan.

3 Meningkatkan minat dan kode yang 0,2 2,0 0,4


berkelanjutan dan etis.

4. Potensi kemitraan dengan bisnis lokal 0,2 2,2 0,44


lainnya dan industry pariwisata.
5 Kemungkinan untuk ekspansi ke 0,2 2,0 0,4
platform online dan e-commerce
Total Peluang 1 2,1
No. Ancaman Bobot Rating Skor
1. Persaingan bisnis yang semakin ketat 0,3 2,0 0,6
dari industry batik yang lebih besar dan
mapan diIndonesia maupun luar negeri.

2. Potensi gangguan rantai pasok dan 0,2 1,6 0,32


sumber bahan baku.
3. Ketidakstabilan ekonomi dan 0,2 1,9 0,38
fluktualisasi.

4. Kemungkinan dampak negative, 0,2 1,6 0,32


globalisasi dan homogenisasi budaya.

Total Ancamin 0,9 1,62


Total Peluang dan Ancaman 1,9 3,72

Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS menunjukan bahwa


Peran Kawasan Wisata Belanja Batik merupakan kekuatan terbesar karena
memiliki nilai rating terbesar yaitu 2,4 dan sebagai kelemahan yang paling
besar dalam peran kawasan wisata belanja batik karena memiliki nilai
rating terendah yaitu sebesar 0,9. Sedangkan peluang terbesar yang
dimiliki peran kawasan wisata belanja batik adalah dengan nilai rating
sebesar 2,2 dan ancaman terbesar bagi peran kawasan wisata belanja batik
adalah dengan nilai rating terbesar 2,00

48
3. Matriks SWOT
Berdasarkan pengelolaan pada matriks EFAS dan IFAS di atas, didapat
nilai skor dari masing-masing factor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman.
Nilai matriks internal
= total skor kekuatan – total skor kelemahan
= 2,22 – 0,282 =1,93
Nilai matriks eksternal
= total skor peluang – total skor ancaman
= 2,1 – 1,62 = 0,48
Hal ini menunjukan bahwa posisi peran kawasan wisata belanja batik
didesa trusmi berada pada kuadran 1, dimana kekuatan dan peluang yang
dimiliki lebih besar dari pada kelemahan dan ancaman. Adapun posisi
tersebut digambarkan pada diagram di bawah ini:

Gambar 4.1
Grafik Diagram SWOT
peluang

Agresif

0,48
kelemahan kekuatan
0 1,93

ancaman

Strategi agresif adalah strategi yang mendukung perusahaan untuk


memaksimalkan kekuatan serta peluang yang ada untuk terus maju dan
meraih kesuksesan yang lebih besar (Rangkuti, 2014).

Kemudian melakukan penyesesuaian pada matriks SWOT, agar


menemukan strategi alternatif yang paling menonjol dari keempat strategi

49
SWOT. Berikut matriks SWOT obyek wisata alam bumi perkemahan
palutungan :

Tabel 4.6
Matriks SWOT

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


IFAS 1. Bahan baku yang 1. Bahan baku batik
digunakan berkualitas trusmi berasal dari
baik. luar kota
2. Ketersediaan bahan 2. Keterbarasan
baku cukup. kapasitas produk
3. Produk batik trusmi 3. Ketergantungan
memiliki ciri khas pada mode
tersendiri pembuaan batik
4. Produk batik yang tradisional dapat
unik dan berkualitas membatasi inovasi
EFAS 5. Pengakuan merk lokal dan efisiensi
yang kuat 4. Akses terbatas
kesaluran distribusi
diluar pasar lokal
5. Skalanya relatif kecil
dibandingkan
dengan sental batik
lainnya
Peluang (Opportunity) Strategi SO Strategi WO
1. Penggunaan teknologi 1. mengolah bahan baku 1. Meningkatkan
untuk inovasi dan dengan teknologi inovasi bahan baku lokal
kreatifitas alam bisnis dan kreatifitas yang baru untuk menciptakan
batik trusmi 2. ketersediaan bahan baku teknologi inovasi
2. Tumbuhnya untukmeningkatkan 2. Meningkatkan
pengakuan dan permintaan kapasitas produk
permintaan akan 3. ciri khas batik trusmi untuk memenuhi
keahlian tradisional mempertahankan dan permintaan
dan produk buatan meningkatkan minat 3. Mencoba teknologi
tangan pembeli inovasi untuk
3. Meningkatkan minat 4. Menciptakan kemitraan meningkatkan
dan mode kode yang bisnis karena produk minat yang
berkelanjutan dan etis yang unik dan berkelanjutan
4. Potensi kemitraan berkualitas 4. Meningkatkan
dengan bisnis lokal 5. Merk lokal yang kuat akses saluran
lainnya menciptakan ekspansi ke distribusi untuk
5. Kemungkinan untuk platform online memenuhi
ekspansi ke platform kemitraan bisnis
online dan e-commerce lokal
5. Meningkatkan
skala untuk ekpansi
ke platform

50
Ancaman (Threath) Strategi ST Strategi WT
1. Persaingan bisnis 1. Bahan baku berkualitas 1. Meningkatkan bahan
yang semakin ketat dapat meningkatkan baku lokal untuk bersaing
dari industri batik persaingan dengan industri dengan industri batik
yang semakin besar batik yang lebih besar yang lebih besar
dan mapan di 2. Ketersediaan bahan baku 2. Meningkatkan kapasitas
Indonesia maupun yang cukup mampu produk untuk menjaga
luar negeri mengatasi gangguan rantai rantai pasok
2. Potensi gangguan pasok 3. Penggunaan pembuatan
rantai pasok dan 3. Ciri khas batik trusmi batik dengan teknologi
sumber bahan baku menjadi pilihan saat inovatif menjadikan batik
3. Ketidakstabilan ketidakstabilan ekonomi trusmi menjadi pilihan
ekonomi dan terjadi saat ketidakstabilan
fluktualisasi 4. Produk batik yang unik ekonomi
4. Kemungkinan dan berkualitas mampu 4. Meningkatkan saluran
dampak negativ, bersaing dengan distribusi untuk
globalisasi dan globalisasi budaya mencegah dampak
homogenisasi negative globalisasi
budaya

Berikut ini merupakan pengembangan strategi pemasaran dan hasil


interpretasi analisis SWOT Peran Kawasan Wisata Belanja Batik dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin Batik di Desa Trusmi
Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.

1. Strategi S-O (Strengths-Opportunity)


Strategi ini digunakan dengan melihat kekuatan yang paling mungkin
digunakan dengan memanfaatkan peluang eksternal yaitu :
a. Mengolah bahan baku dengan teknologi inovasi dan kreatifitas yang
baru.
b. Ketersediaan bahan baku meningkatkan permintaan.
c. Ciri khas batik trusmi mempertahankan dan meningkatkan minat
pembeli.
d. Menciptakan kemitraan bisnis karena produk yang unik dan berkualitas.
e. Merk lokal yang kuat menciptakan ekspansi ke platform online.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi ini dipergunakan untuk memperkecil kelemahan internal
kawasan wisata belanja batik trusmi dengan memanfaatkan peluang
eksternal. Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam strategi
W-O yaitu :

51
a. Meningkatkan bahan baku lokal untuk menciptakan teknologi inovasi.
b. Meningkatkan kapasitas produk untuk memenuhi permintaan.
c. Mencoba teknologi inovasi untuk meningkatkan minat yang
berkelanjutan.
d. Meningkatkan akses saluran distribusi untuk memenuhi kemitraan
bisnis lokal.
e. Meningkatkan skala untuk ekspansi ke platform.
3. Strategi W-T (Weakness-Threath)
Strategi W-T merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan
kelemahan serta ancaman bagi wisata alam bumi perkemahan palutungan.
a. Meningkatkan bahan baku lokal untuk bersaing dengan industri batik
yang lebih besar.
b. Menigkatkan kapasitas produk untuk menjaga rantai pasok.
c. Penggunaan pembuatan batik dengan teknologi inovatif menjadikan
batik trusmi menjadi pilihan saat ketidakstabilan ekonomi.
d. Menigkatkan saluran distribusi untuk mencegah dampak negative
globalisasi.
4. Strategi S-T (Strengths-Threath)
Strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman adalah :
a. Bahan baku berkualitas dapat meningkatkan persaingan dengan industri
batik yang lebih besar.
b. Ketersediaan bahan baku yang cukup mampu mengatasi gangguan
rantai pasok.
c. Ciri khas batik trusmi menjadi pilihan saat ketidakstabilan ekonomi
terjadi.
d. Produk batik yang unik dan berkualitas mampu bersaing dengan
globalisasi budaya.
Dari uraian diatas berdasarkan diagram matriks SWOT menunjukkan
kuadran I dimana kekuatan dan peluang yang dimiliki lebih besar daripada
kelemahan dan ancaman. Oleh sebab itu, dengan kondisi seperti itu Obyek

52
Wisata Alam Bumi Perkemahan Palutungan harusnya sudah cukup mampu
untuk bersaing dengan yang lainnya.

53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari rumusan masalah yang ada mengenai Peran
Kawasan Wisata Belanja Batik dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi
Pengrajin Batik di Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon
1. Pengembangan Kawasan Wisata Belanja Batik Trusmi di Desa Trusmi
Kulon merupakan kawasan yang mampu memberikan dampak positif
terhadap masyarakat, terutama mampu memperluas lapangan pekerjaan
dan memberikan pelayanan ekonomi kepada masyarakat Desa Trusmi
Kulon. Pengembangan kawasan wisata belanja juga berperan dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat serta mengurangi
pengangguran. Peningkatan perekonomia masyarakat dapat dilihat dari
pendapatan para pengrajin dan meningkatkanya jumlah sentra batik serta
berkurangnya tingkat pengangguran. Partisipasi masyarakat sekitar juga
dibutuhkan dalam pengembangan wisata belanja.
2. Berdasarkan analisis SWOT yaitu menunjukkan strategi yang dilakukan
adalah strategi agresif (growth oriented strategy) dengan memaksimalkan
kekuatan dan mengoptimalkan peluang. Maka jenis yang digunakan
perusahaan adalah straegi S-O. strategi ini digunakan dengan melihat
kekuatan yang paling mungkin digunakan dengan memanfaatkan
peluang eksternal yaitu dengan cara:
1. Mengolah bahan baku dengan teknologi inovasi dan kreatifitas
yang baru
2. Ketersediaan bahan baku untuk meningkatkan permintaan
3. Ciri khas batik trusmi mempertahankan dan meningkatkan
minat pembeli
4. Mencptakan kemtraan bisnis karena produk yang uni dan
berkualitas
5. Merk lokal yang kuat menciptakan ekspansi ke platform online

B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan terkait dengan
Pengembangan kawasan wisata belanja Batik Trusmi di Cirebon, berikut
adalah beberapa saran yang dapat membantu Pengembangan Infrastruktur

54
• Tingkatkan aksesibilitas ke kawasan nelanja batik dengan dengan
memperbaiki infrastruktur jalan, tanda petunjuk yang jelas, dan
peningkatan transportasi umum.
• Pastikan bahwa kawasan mudah di jangkau oleh wisatawan lokal
maupun mancanegara.
• Penyediaan fasilitas pariwisata: buatlah fasilitas yang nyaman dan
lengkap untuk pengunjung, seperti tempat parkir yang luas, toilet
yang bersih, rest area, dan tempat makan/restoran yang menawarkan
kuliner khas daerah.
• Penyuluhan dan pelatihan: dukung pelatihan dan pengembangan bagi
para pengrajin batik trusmi agar mereka dapat mempertahankan
kualitas batik dan mengembangkan desain yang lebih inovatif. Selain
itu, adakan juga program penyuluhan kepada masyarakat lokal dan
pengunjung tentang sejarah dan proses pembuatan batik.
• Penyajian pengalaman budaya: selain hanya berfokus pada belanja,
kawasan wisata batik trusmi dapat menyajikan pengalaman budaya
yang lebih kaya.
• Pertimbangkan untuk menyelenggarakan pameran batik, pertunjukan
seni tradisional, dan workshop pembuatan batik bagi pengunjung.
Dengan acara ini, pengunjung dapat merasakan keunikan budaya
lokal.

55
DAFTAR PUSTAKA

Deperindag, 1996. Konsesus Nasional. 12 Maret 1996


Fahrudin, Adi. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gatut, Budiono, dan Vincent Aryanto. (2010). Batik Industry of Indonesia: The Rise, Fall,
and Prospects. Studies in Business & Economics, vol. 5 issue 3, p. 156. D. J. Beebe,
“Signal conversion (Book style with paper title and editor),” in Biomedical Digital
Signal Processing, W. J. Tompkins, Ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1993,
ch. 3, pp. 61–74.

Hidayat, Agi Syarif. (2015). Optimalisasi Ekspor Batik Cirebon, Pasca Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Pada Tahun 2015. Journal and Proceeding
Feb UNSOED, 5(1).

Horton, Paul B, Chester, Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1999

Ismayanti (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Musman, A., dan A. B. Arini. Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta:penerbit


Andi

Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.

Polnaya, G. A., & DARWANTO, D. (2015). Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk
Meningkatkan Daya Saing Pada Ukm Ekonomi Kreatif Batik Bakaran Di Pati, Jawa
Tengah (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).

Proyek Pembinaan Pendidikan dan Kemasyarakatan Dinas P dan K DIY, Pedoman


Penyelenggaraan Kursus Manajemen Rumah Tangga, 1987.

Purba, G. M. (2018). Peran Pemerintah Daerah Dalam Memberdayakan UMKM di Kota


Semarang (Studi Kasus Kampung Batik Kota Semarang). Journal of Politic and
Government Studies, 7(04), 191-200.

Purba, G. M. (2018). Peran Pemerintah Daerah Dalam Memberdayakan UMKM di Kota


Semarang (Studi Kasus Kampung Batik Kota Semarang). Journal of Politic and
Government Studies, 7(04), 191-200.

Roostika, Ratna. (2012). Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Produk Cindera Mata
terhadap Kepuasan Wisatawan Domestik di Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan
Akuntansi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2012.

56
Sitaniapessy, R. H. 2013. Membangun model kinerja bisnis dari orientasi konsumen: Peran
Diferensiasi asosiatif dan keunggulan positional. Disertai Program Doktor Ilmu
Ekonomi Universitas Diponegoro.

Soekanto, Suryono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Steen, G. L. 1996. Batik: A Play of Light and Shades. Jakarta: Gaya Faourite Press

Sudono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, lembaga Penerbit fak. Ekonomi UI,
1982.

Sumiarsa, F. F., Yustikasari, K., & Novianti, E. (2022). WISATA BUDAYA BERBASIS
EKONOMI KREATIF DI KAMPUNG BATIK TRUSMI CIREBON. KABILAH: Journal
of Social Community, 7(2), 519-527.

Timothy, Dallen J. (2005). Shopping Tourism, Retailing and Leisure. USA: Channel View
Publications

Undang undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan lanjut
Usia

Wijaya, M. I. H., Ariani, N. M., & Priambudi, B. N. (2020). Identifikasi Peran Kewilayahan
Dalam Pengembangan Produk Unggulan Batik di Kawasan Pekalongan. Kajen J.
Penelit. dan Pengemb. Pembang, 4(02), 112-122.

57
LAMPIRAN

58

Anda mungkin juga menyukai