Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

STRATEGI PENGEMBANGAN LOKASI WISATA DESA ADAT

PENGLIPURAN BANGLI BERBASIS POTENSI PENDUDUK SETEMPAT

Disusun Oleh:

DICKY ARIF NUR WAHYUDI

20190410371

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

JUNI 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

STRATEGI PENGEMBANGAN LOKASI WISATA DESA ADAT


PENGLIPURAN BANGLI BERBASIS POTENSI PENDUDUK SETEMPAT

Disusun oleh

DICKY ARIF NUR WAHYUDI

20190410371

Telah disetujui Dosen Pembimbing Lapangan

Pembimbing

Misbahul Anwar, S.E., M.Si.


NIK. 19670916199202143014

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji semoga selalu kita limpahkan bagi Allah SWT yang dimana

senantiasa selalu memberikan limpahan rahmat serta kemudahan karunia dalam

penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan dengan judul “STRATEGI

PENGEMBANGAN LOKASI WISATA DESA ADAT PENGLIPURAN

BANGLI BERBASIS POTENSI PENDUDUK SETEMPAT”.

Laporan Hasil Kuliah Kerja Lapangan yang dimana dibuat untuk

memenuhi persyaratan untuk perkuliahan kuliah KKL ini. Dalam laporan ini saya

mengambil topik tema ini dengan harapan agar dapat memberikan bahan masukan

serta bahan pertimbangan untuk kedepanya bagi perusahaan tentunya dalam

upaya peningkatan minat berwisata ataupun promosi desa wisata ke khalayak

umum dan juga menambah ide pengembangan bagi mahasiswa tentunya.

Dalam proses pengerjaan laporan ini tentunya tidak terlepas oleh

bimbingan dan juga dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini saya selaku penulis laporan mengucapkan terimakasih

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam

penulisan laporan.

2. Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Rr. Sri Handari

iii
Wahyuningsih, SE., M.Si. yang dimana telah memberikan dukungan serta

petunjuk bimbingan dalam penulisan laporan.

3. Bapak Misbahul Anwar, S.E., M.Si. Dosen Pembimbing Lapangan yang

dimana dengan penuh kesabaran senantiasa memberikan masukan dan

juga bimbingan dalam proses penyelesaian laporan KKL.

4. Bapakdan Ibu serta teman teman semua yang dimana senantiasa

memberikan dorongan serta semangat kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan KKL ini.

5. Semua pihak yang dimana telah memberikan dukungan, bantuan,

kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian laporan KKL ini.

Tidak ada kesempurnaan melainkan hanya dimiliki Allah SWT, Saya selaku

penulis menyadari bahwasanya tidak sedikit kekurangan dalam proses penulisan

laporan KKL ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan akan sangat

dibutuhkan dalam proses pengembangan laporan KKL selanjutnya.

Yogyakarta, 13 Juni 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN.................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE OBSERVASI ................................... 6
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 6
A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 6
B. Konsep Pembangunan Wisata Berbasis Masyarakat Setempat ( Strategi
Pengelolaan) ........................................................................................................ 8
1.2 Metode Observasi ................................................................................... 10
A. Objek .......................................................................................................... 10
B. Jenis Data ................................................................................................... 10
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 10
1.3 Definisi Operasional Variabel ................................................................ 11
BAB III ................................................................................................................. 12
PEMBAHASAN .................................................................................................. 12
3.1 Gambaran Umum Objek Observasi .......................................................... 12
3.2 Pembahasan ............................................................................................ 13
BAB IV ................................................................................................................. 15
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 15

v
4.1 Simpulan................................................................................................. 15
4.2 Saran ....................................................................................................... 15

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 1 Desa Wisata Penglipuran ............................................................... 12

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sudah menjadi kancah

internasional yang ada di Indonesia, Bali menjadi salah satu primadona wisata

yang sangat digemari oleh para wisatawan baik domestic maupun luar negeri

yang datang ke Indonesia. Proses pembangunan kepariwisataan yang ada di

Bali sendiri akan lebih memfokuskan ke pembangunan kepariwisataan

budaya. Dalam peraturan daerah nomor 3 tahun 1991 yang dimana

pembangunan budaya yang dimaksudkan adalah pariwisata yang dimana

pengembangannya diukur oleh beberapa faktor berdasar kebudayaan yang ada

di Bali.

Semakin berkembangnya zaman sektor pariwisata yang ada di Bali sendiri

memberikan banyak kontribusi kepada PRDB (Produk Domestic Regional

Bruto) yang berada di area Bali. Pada tahun 1996-2000 Bali melakukan

sumbangan ke PDRB secara berurut sebesar

30,51%,30,78%,30,50%30,49% serta 31,29%. Sektor pariwisata Bali

memberikan banyak kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan-

pembangunan yang berada di Bali. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Erawan (1994) bahwasanya sektor pariwisata yang

berada di Bali menjadi leading sector. Hal ini dikarenakan dampaknya

menyebar ke sektor industry kecil, indutri kerajinan serta sektor pertanian

yang berada di Bali khusunya.

2
Desa Wisata Penglipuran dapat dikatakan sebagai salah satu destinasi

wisata yang cukup digemari wisatawan yang sedang berlibur ke Bali, desa ini

sendiri berada di daerah Kubu, kabupaten Bangli. Desa Wisata Penglipuran

merupakan Desa wisata ini menjadi salah satu pioneer sebagai pengembangan

desa wisata yang berada di Bali. Menjadi salah satu destinasi wisata desa adat

yang berada di Bali yang dimana desa wisata ini menawarkan keunikan yang

ada di desanya seperti rumah adat Bali tradisional, system adat sitiadat yang

ada di Bali, kerajinan hasil karya warga local, serta para warga desa yang

menjajakan makanan serta minuman yang ada di setiap rumah yang ada.

Permasalahan yang muncul di Desa Wisata Adat Penglipuran ini adalah

kualitas dari sumber daya manusia sendiri yang belum bisa menjadi seperti

yang diharapkan para wisatawan. Seperti halnya warga local yang sudah

mampu menguasai tentang seluk beluk di Desa Wisata Penglipuran ini dan

dapat menjelaskan kepada para wisatawan dengan menggunakan Bahasa asing

maupun Bahasa Indonesia. Selain itu juga kurang lengkapnya fasilitas yang

ada di Desa Wisata ini seperti rumah makan yang disediakan masih sedikit.

Berdasar permasalahan yang terkait dengan hal pertama yang harus

dilakukan adalah membenahi warga sekitar terlebih dahulu untuk upaya

pengembangan desa wisata ini. Kualitas kehidupan para warga harus

ditingkatkan terlebih dahulu oleh para pengembangan kepariwisataan dan

budaya. Dimana dalam arti lain masyarakat sendiri lah yang harus mendapat

manfaat dari segi ekonomis, baik bentuk lapangan kerja serta sektor

perdagangan. Dalam upaya peningkatan infrastruktur juga harus memeberikan

manfaat bagi masyarakat di Desa Wisata Penglipuran ini.

3
1.2 Rumusan Masalah

Perumasan masalah dalam laporan KKL ini adalah :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan Desa Wisata Penglipuran untuk

menciptakan masyarakat yang berkualitas unggul dalam upaya

pengembangan Desa Wisata?

2. Bagaimana strategi yang diterapkan Desa Wisata Penglipuran agar

dapat bertahan sebagai destinasi wisata desa adat di Bali?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari dilakukan laporan ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara yang dilakukan oleh pengelola pengembangan

Desa Wisata dalam upaya peningkatan kualitas masyarakat desa

setempat.

2. Untuk mengetahui penerapan strategi yang diterapkan Desa Wisata

Penglipuran agar dapat bertahan sebagai desatinasi wisata desa adat di

Bali.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari dilakukanya laporan ini adalah :

1. Bidang teoritis

4
Manfaat penelitian ini diharapkan agar menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya .

2. Bidang praktik

Manfaat dari penelitian ini agar dapat memberikan informasi

menegenai pengelolaan SDM di Desa Wisata Penglipuran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE OBSERVASI

2.1 Landasan Teori

A. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Upaya yang dilakukan agar menjadikan masyarakat Desa Wisata Adat

Penglipuran Bali ini menjadi unggul adalah dilakukanya pemberdayaan

masyarakat setempat. Karena masyarakat setempatlah yang memiliki

pengaruh yang cukup besar secara sosial maupun organisasi

kemasyarakatan yang dimana hal ini mampu memengaruhi lingkungan

hidup mereka. Dalam lingkungan hidup yang dimaksud meliputi beberapa

hal campuran antara penggunaan sumber daya serta social capital yang

berada dengan berbagai aktivitas penggunaan sumber daya yang ada

seharusnya bersifat berkelanjutan agar dapat digunakan untuk masa

mendatang.

Pemberdayaan masyarakat sendiri akan sangat dipengaruhi oleh

partisipasi dari setiap individu. Partisipasi yang dimaksudkan disini ialah

keikutsertaan pemangku kepentingan kunci dalam proses perencaan serta

pembuat suatu keputusan. Partisipasi yang dimaksutkan berupa partisipasi

aktif atau seperti pemberian suatu informasi ataupun berupa konsultasi dan

partisipasi aktif atau seperti bergabung dalam sebuah pengambilan keputusan

dan bergabung dengan manajemen pemberdayaan masyarakat.

Pitana (2006: 137) menyatakan bahwa ada beberapa unsur dalam proses

peningkatan partisipasi masyarakat, maka diperlukan program program

6
pembangunan atupun inovasi seperti berikut ini :

1. memberikan beberapa keuntungan secara relative, yang terjangkau secara

ekonomi dimana biaya yang akan dikeluarkan lebih kecil atau bisa

diminimalisirkan dari hasil yang diperoleh nantinya (relative adventage)

2. terdapat beberapa unsur inovasi dianggap tidak bertentangan dengan nilai

serta dengan kepercayaan setempat (compability)

3. munculnya gagasan baru serta praktek baru yang telah dibicarakan secara

mudah dapat dipahami serta dipraktekkan (complexity and practicability)

4. adanya unsur inovasi membuat mudah di observasi hasilnya akan lewat

demonstrasi ataupun praktek peragaan (observability)

Pitana 2006, menegaskan bahwa “local people participationis a prerequisite

for sustainable tourism”. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat terdapat

tiga buah komponen yang harus ada, yaitu :

1. enabling setting

yaitu memperkuat situasi kondisi di tingkat lokal menjadi baik, sehingga

masyarakat lokal bisa berkreativitas. Ibaratnya, membuat panggung yang

baik, sehingga masyarakat lokal bisa menari diatas panggung tersebut.

2. empowering local community

Setelah ada panggung yang baik untuk menari, maka masyarakat setempat

harus ditingkatkan kemampuannya menari. Artinya, setelah local setting

disiapkan, masyarakat lokal harus ditingkatkan pengetahuan dan

ketrampilannya, sehingga mampu memanfaatkan setting dengan baik. Hal

ini antara lain dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan berbagai

bentuk pengembangan sumber daya manusia lainnya.

7
3. socio political support

Kalau panggung sudah baik, masyarakat lokal sudah bisa menari, maka

diperlukan adanya perangkat pendukung lain, seperti perlengkapan,

penonton dan seterusnya, yang tidak lain berupa dukungan sosial,

dukungan politik, networking, dan sebagainya. Tanpa dukungan sosial

politik yang memadai, masyarakat lokal tidak akan bisa “menari” dengan

baik di “panggung”, meskipun masyarakat tersebut sesungguhnya pintar

“menari”.

B. Konsep Pembangunan Wisata Berbasis Masyarakat Setempat (

Strategi Pengelolaan)

Pembangunan tempat wisata tentunya akan membuat tempat wisata

akan lebih menjadi menari untuk dikunjungi. pembangunan sebagai

social-learning yang menuntut adanya partisipasi masyarakat lokal,

sehingga pengelolaan pembangunan benar-benar dilakukan oleh mereka

yang hidup dan kehidupannya paling dipengaruhi oleh pembangunan

tersebut (Pitana, 1999). World Tourism Organization

mengungkapkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus menganut

tiga prinsip, yaitu: Ecological Sustainability, Social and Cultural

Sustainability, dan Economic Sustainability, yang dimana dari ketiga item

baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Selain hal itu keberlanjutan sumber daya alam dan ekonomi, maka

keberlanjutan kebudayaan merupakan sumber daya yang sangat penting

8
dalam pembangunan kepariwisataan. Pariwisata keberlanjutan akan

tercapai bilamana ada kesinambungan pemanfaatan sumber daya alam,

sumber daya budaya, dan sumber daya manusia, dan keberlanjutan

ekonomi secara adil dan merata. Konsep pariwisata kerakyatan (Pitana,

2000) yang memiliki karakteristik ideal, yaitu:

1. Skala usaha yang dikembangkan adalah skala kecil, sehingga lebih mudah

dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah di dalam pengusahaannya.

2. Pelakunya adalah masyarakat menengah ke bawah atau biasanya

didominasi oleh masyarakat lokal (locally owned and managed).

3. Input yang digunakan, baik sewaktu konstruksi maupun operasional

berasal dari daerah setempat atau komponen impornya kecil.

4. Aktivitas berantai (spin off activity) yang ditimbulkan sangat banyak, baik

secara individu maupun melembaga akan semakin besar yang

konsekuensinya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal

akan besar

5. Berbasiskan kebudayaan lokal karena pelakunya adalah masyarakat lokal.

6. Ramah lingkungan, karena terkait dengan tidak adanya konversi lahan

secara besar besaran, serta tidak adanya pengubahan bentang alam yang

berarti.

7. Tidak seragam, karena bercirikan keunikan daerah setempat.

8. Menyebar di berbagai daerah.

9
1.2 Metode Observasi

A. Objek

Dalam sebuah penelitian tentunya terdapat objek dari penelitian

yang dilakukan. Objek sendiri memiliki makna sebagai bagain dari sebuah

populasi. Dimana objek dikatakan sebuah atribut perilaku atau nilai dari

individu yang memiliki variasi untuk dipelajari dan dapat ditarik sebuah

kesimpulan (Sekaran & Bougie, 2017). Objek dalam penelitian yang

dilakukan ini adalah pada Desa Wisata Adat Bali.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam laporan ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang mengacu pada suatu

informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada seperti publikasi

pemerintah, informasi yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dari

dalam maupun luar suatu organisasi, data yang tersedia dari penelitian

terdahulu, studi kasus dan dokumen, perpustakaan, data online, situs web,

dan internet pada umumnya (Sekaran & Bougie, 2017).

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah adalah

observasi. Observasi merupakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan pengamatan, pencatatan, analisis, interpretasi perilaku, tindakan

atau kejadian yang telah terencana (Sekaran & Bougie, 2017).

10
1.3 Definisi Operasional Variabel

1. Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan(2003), berpendapat bahwa sumber daya

manusia memiliki arti keahlian terpadu yang berasal dari daya pikir serta

daya fisik yang dimana dimiliki oleh setiap orang, yang melakukan serta

sifatnya yang dilakukan masih memiliki hubungan yang erat seperti

keturunan dan lingkungannya, sedangkan untuk prestasi kerjanya

dimotivasi oleh sebuah keinginan dalam memenuhi keinginannya. Dalam

hal ini SDM di desa wisata adat Penglipuran Bali sangat penting karena

menjadi salah satu penunjang adanya wisata ini.

2. Strategi

Kenichi Ohmae (Kurniawan dan Hamdani, 2000) seorang pakar

pemasaran sekaligus konsultan manajemen tersohor dan penulis buku The

End of Nation State mengatakan : “Strategi adalah “keunggulan bersaing

guna mengubah kekuatan perusahaan menjadi sebanding atau melebihi

kekuatan pesaing melalui cara yang paling efisien”.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Objek Observasi

Gambar 3.1 1 Desa Wisata Penglipuran

Desa Wisata Adat Penglipuran adalah salah satu desa wisata yang

terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dengan

luas wilayah 112 Ha dengan penggunaan wilayah berupa pertanian 50 Ha

untuk lahan pertanian, hutan bambu 45 Ha, hutan kayu 4 Ha, pemukiman 9

Ha, tempat suci 4 Ha dan fasilitas umum dan memiliki ciri khas tersendiri

dengan bentuk arsitektur bangunan rumah tradisional yang serupa dan

tersusun rapimulai dari ujung utama desa sampai bagian hilir desa.

12
Posisi daerah utama letaknya lebih tinggi dan semakin menurun

sampai kedaerah hilir. Pintu gerbang khas Bali (angkul-angkul) yang

merupakan akses menuju rumah penduduk yang berada setiap pekarangan

terlihat seragam, saling berhadapan dan dipisahkan dengan jalan utama

desa menambah keteraturan letak bangunan Desa Penglipuran. Penataan

fisik dan struktur desa ini tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang

sudah diwariskan secara turun temurun dan tetap menganut falsafah Tri

Hita Karana. Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga

keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan

lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Desa Wisata Adat Penglipuran ini

telah mendapat penghargaan sebagai desa Pada 2016 sebagai desa

terbersih ke-3 dunia versi majalah internasional Boombastic dan pada

2017 mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism

Award) 2017 dengan peringkat terbaik untuk kategori pelestarian budaya.

3.2 Pembahasan

Dengan ditetapkannya Desa Penglipuran sebagai desa wisata,

masyarakat setempat secara langsung dan tidak langsung mendapatkan

manfaat ekonomi, manfaat secara langsung didapatkannya tambahan

penghasilan dari hasil penjualan cendera mata kepada wisatawan yang

berkunjung ke rumah penduduk. Berdasarkan Surat Keputusan dari Bupati

Bangli ditetapkan pembagian hasil penjualan restibusi masuk sebesar 40%

untuk Desa Adat Penglipuran, sedangkan 60% masuk ke kas daerah. Dari

40% yang diterima Desa Adat yang hanya 20% saja yang benar-benar masuk

13
ke kas adat, sedangkan 5% untuk tukang pungut dan 15% lagi masuk ke kas

Sekaa Taruna.

1. Menciptakan masyarakat unggul

Setiap perencanaan pembangunan, apalagi perubahan dari yang sudah

ada, masyarakat Penglipuran harus dilibatkan secara dini, agar dapat dikaji

apakah bertentangan dengan awig-awig. Masyarakat Penglipuran cukup

berani mengambil sikap, misalnya melarang wisatawan untuk masuk ke pura.

Hal itu dilakukan dalam rangka melestarikan budaya. Aspek lingkungan

sangat penting dalam pengembangan pariwisata, mengingat trend dari

wisatawan yang akan mengunjungi suatu destinasi wisata adalah sangat

sensitif terhadap masalah-masalah lingkungan disamping memang tingkat

pendidikan dari wisatawan dewasa ini cenderung mereka berpendidikan

tinggi sehingga sifat ingin tahunya pun bertambah besar

2. Strategi Desa Wisata Penglipuran

Adanya larangan kendaraan roda empat melewati jalan utama desa,

membuat jalan utama desa menjadi terhindar dari kerusakan berat dan

mencegah terjadinya polusi udara. Melihat segala keunikan yang dimiliki

oleh Desa adat Penglipuran, Pemerintah rupanya telah pro aktif dalam

menyikapi dengan ditetapkannya desa ini sebagai salah satu objek pariwisata

di Kabupaten Bangli dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Nomor

115 tanggal 29 April 1993 yang menetapkan Desa Penglipuran sebagai Desa

Wisata.

14
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Desa Wisata Adat Penglipuran Bali menjadi salah satu destinasi

wisata yang ada di Bali, Semakin majunya wisata ini menjadi tanggung jawab

masyarakat yang tinggal di desa ini. Upaya peningkatan kualitas masyarakat

desa terus digencarkan agar masyarakat dapat membantu proses memajukan

desa wisata ini.

Penerapan strategi yang baik sangat diperlukan agar Desa Wisata

Penglipuran dapat terus berkembang, Adanya beberapa aturan yang

diterapkan di desa ini membuat keindahan serta kenyamanan menjadi hal

yang dapat dinikmati ketika berwisata didesa ini. Hal ini akan menjadi salah

satu daya tarik wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran.

4.2 Saran

Berkembangnya Desa Wisata Penglipuran didukung oleh masyarakat

yang memiliki kualitas unggul. Dengan diberikanya wawasan serta pelatihan

agar masyarakat desa khususnya generasi muda dapat terus meningkatakan

potensi Desa Wisata Penglipuran ini sehingga manjadi destinasi wisata yang

harus dikunjungi ketika di Bali. Pemberian papan peraturan di area Desa

Wisata Penglipuran sangat penting agar pengunjung dapat mengetahui aturan

15
yang ada di lokasi wisata ini. Denah lokasi juga menjadi penting untuk di

pertimbangkan agar para wisatawan tidak kesulitan dalam berkeliling di lokasi

wisata.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arismayanti, Ni Ketut dan Irma Rahyuda, I Nyoman Jamin Ariana, Ni Made

Ariani, Ni

Denpasar: Upada Sastra

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi: Bali Sebagai

Kasus.

Jakarta: Salemba Empat.

Kurniawan, Fitri Lukiastuti dan Hamdani, Muliawan, 2000. Manajemen Stratejik

dalam Organisasi. Yogyakarta: MedPress

Ni ketut arismati, saptono Nugroho, dan I putu sudana(2014), strategi

pengembangan desa wisata berbasis masyarakat di desa wisata adat

penglipuran Bali.

Nyoman Sri Aryanti. 2013. “Pembinaan Kepariwisataan Melalui

Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Inggris Bagi Generasi Muda di Desa

Wisata Pengliputan Kabupaten Bangli Bali”. Sebuah Laporan Pengabdian

Masyarakat. Denpasar: Universitas Udayana.

Pitana 2006. Kepariwisataan Bali Dalam Wacana Otonomi Daerah.

Jakarta:Puslitbang Kepariwisataan.

Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post.

17
Putu agus prayogi, I putu bagus suthanaya, dan nil uh komang julyanti paramita

sari (2022), pengelolaan desa wisata penglipuran dengan konsep green

economy berbasis masyarakat local di era pandemi covid19.

Reza nurul ichsan, S.E, M.M, dkk(2001), Bahan ajar manajemen sumber daya

manusia (MSDM)

Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode penelitian Untuk Bisnis, edisi 6 jilid 2.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Bimbingan Kuliah Lapangan

19
LAMPIRAN

Lampiran 2 : Foto Kegiatan

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai