Lia Noviana
BAGIMU, PENGABDIANKU:
GELIAT AKSI BINA DESA BINADE, NGRAYUN,
PONOROGO
ii
BAGIMU, PENGABDIANKU:
GELIAT AKSI BINA DESA BINADE, NGRAYUN, PONOROGO
Penulis:
Alfani Roman Hidayat, Annisa Nur Mawaddah,
Aprilia Septyaningsih, Bondan Satria Ajie,
Danendra Daniswara, Dedi Saputro, Fatimah Nailis Sa’adah,
Iksan Nawawi, M Amir Ahsani, Muhammad Liwaudin,
Muhammad Ikhsan, Muhamad Muhibbudin, Muhammad Tohir,
Muhammad Rizky Novianto, Moh Iza Syaiful Fuad,
Novita Indriyani, Rois Muamar Ma’ruf Muhtadi,
Risma Wigati, Rizki Prakosoh
Ulfa Hamidah Malik
Copyright© 2022
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
Atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit, kecuali kutipan kecil dengan menyebutkan
sumbernya dengan layak.
Diterbitkan oleh:
IAIN Ponorogo Press
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAIN Ponorogo
Jln. Pramuka No.156, Ronowijayan Ponorogo
Telp. (0352) 481277
iii
KATA PENGANTAR
Bismillàhir-rahmànir-rahìm
iv
mengembangkan ide-ide segar para mahasiswa ini, hadirlah sebuah
antologi yang bisa dinikmati oleh para pembaca.
Buku yang hadir di hadapan pembaca ini merupakan
pengalaman berharga dan di dalamnya bisa dieksplorasi kisah para
civitas akademika ketika berkhidmah kepada masyarakat. Suka
duka mereka tertuang apik dalam kompilasi cerita-cerita dengan
bahasa khas yang juga sarat akan hikmah.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Rektor dan
LPPM IAIN Ponorogo yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan penuh sehingga KPM 2022 ini dapat terlaksana dengan
baik. Tak lupa juga kami haturkan ribuan apresiasi kepada
Perangkat Desa dan seluruh masyarakat Desa Binade yang
menerima mahasiswa KPM dengan penuh suka cita serta banyak
memberikan pelajaran yang berharga untuk bekal di masa datang.
Akhirnya, semoga para pembaca Budiman dapat memetik
manfaat darinya, sambil ditemani segelas kopi hangat tentunya.
Selamat Membaca !!!
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
viii
9
CERITA HIDUP SAYA (YA KKN YA LIBURAN)
Alfani Roman Hidayat
10
PENDEKATAN TERHADAP WARGA KAMPUNG DAMAI DI
DESA BINADE KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN
PONOROGO
Annisa Nur Mawaddah
19
40 HARI BERSAMA KPM (KAMI PEDULI MASYARAKAT)
Aprilia Septyaningsih
23
Minggu pertama hari pertama yakni pada tanggal 04 Juli 2022
kami berangkat ke lokasi sekitar jam 09.00 kemudian sampai di
lokasi kurang lebih jam 10.30. Setelah sampai di posko KPM kami
membersihkan posko dan menata barang bawaan baik barang
pribadi maupun kelompok. Setelah itu kami menyiapkan keperluan
untuk acara pembukaan di Balai Desa. Kegiatan kami hari kedua di
sini yaitu pembukaan KPM di Balai Desa dimana pembukaan ini
merupakan acara gabungan dengan kelompok 63 Multi Disiplin.
Acara pembukaan ini dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) masing-masing kelompok, segenap perangkat Desa Binade
dan tentunya bapak kepala Desa Binade yaitu Bapak Sunarwicahyo,
S.H. Acara pembukaan ini terlaksana dengan lancar dari awal
sampai dengan akhir. Setelah pembukaan kemudian kami kembali
ke posko masing-masing bersama dengan DPL. Sampai di posko
kami di berikan bimbingan dan arahan oleh DPL kami yakni Ibu Lia
Noviana, M.H. Untuk hari berikutnya kami melakukan inkulturasi
atau perkenalan dengan masyarakat setempat. Kegiatan ini berupa
silaturrahmi ke tokoh-tokoh masyarakat dan juga masyarakat
umum sekitar. Tujuan dari kegitan ini adalah supaya masyarakat
mengetahui maksud dan kehadiran mahasiswa KPM. Tahap ini
merupakan hal utama yang harus dilakukan karena diketahui
bahwa kami melakukan KPM di daerah baru yang pastinya antara
peserta KPM dan masyarakat belum saling mengenal. Untuk itu
kami perlu melakukan perkenalan dan bersosialiasi dengan
masyarakat sehingga chemistry di antara kami bisa terjalin. Adapun
kegiatan lain yang dilakukan selain silaturrahmi yaitu mengikuti
sholat jama’ah di masjid, pengajian rutinan dan latihan karawitan di
Balai Desa. Hari berikutnya yakni ketika hari raya Qurban tepatnya
pada hari Sabtu, 09 Juli 2022 kami bersama masyarakat
melaksanakan Shalat Ied Adha di masjid dimana salah satu dari
kami diminta untuk mengisi khutbah yang kemudian di isi dengan
materi tentang “Keutamaan Berkurban”. Setelah selesai shalat ied
kami berpartisipasi dalam penyembelihan hewan kurban di dua
24
dusun, yaitu Dusun Blumbang dan Dusun Krajan dimulai dari
penyembelihan sampai dengan pembagian daging kurban kepada
masyarakat. Melalui kegiatan ini kami bisa bersosialisasi dan
mengenal lebih dekat dengan masyarakat setempat.
Selanjutnya untuk minggu kedua kami melakukan pemetaan
aset melalui diskusi-diskusi bersama tokoh-tokoh masyarakat
beserta warga setempat. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi aset dan potensi yang ada di masyarakat sekitar.
Disamping itu kami juga membantu mengajar Taman Pendidikan
Alquran (TPA) di Dusun Krajan. TPA ini memiliki murid kurang
lebih 30 anak, yang bertempat di rumah salah satu warga dusun
Krajan yakni bernama Bu Asih. Adapun TPA ini dilaksanakan setiap
hari Senin, Rabu dan Jumat yang sudah berjalan sekitar 6 tahun.
Hari berikutnya kami berpartisipasi dalam kegiatan Penyaluran
Dana Bantuan Langsung Tunai(BLT) di Balai Desa Binade.
Selanjutnya pada akhir pekan kami melakukan kerja bakti bersama
masyarakat dusun Krajan. Di sela-sela kesibukan tak lupa kami juga
menyempatkan waktu untuk menghilangkan penat salah satunya
yaitu dengan memancing. Tujuan utama kami memancing disini
sebenarnya bukan untuk mencari Ikan, akan tetapi untuk
menghibur diri dan menghilangkan penat atau bisa juga kalau anak
jaman sekarang menyebutnys dengan healing.
Minggu ketiga di sini kami mengadakan kunjungan ke SMPN 5
Ngrayun dan SMKN 1 Ngrayun dengan maksud dan tujuan meminta
izin kepada pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan dan Bahaya Narkotika Psikotropika
& Zat Adiktif (NAPZA) kepada para peserta didik. Pihak sekolah
menyambut hangat kedatangan kami, selain diberikan izin
mengadakan sosialisasi di sekolah kami juga dimintai tolong untuk
memberikan pendampingan BTQ, mengisi materi di kegiatan Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), dan membimbing
eksrakurikuler pramuka. Hari berikutnya kami mengisi materi di
kegiatan MPLS dan mengisi sosialisasi di SMK dengan tema
25
“ Pendewasaan Usia Perkawinan, Bahaya NAPZA, dan Manajemen
Keorganisasian. Adapun alasan kami memilih materi ini yaitu,
karena sasaran sosialisasi kita adalah para remaja dimana masa
remaja ini rentan terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa, di masa ini rasa ingin tahu seseorang semakin tinggi dan
masa pencarian jati diri dimulai. Apabila masa remaja ini tidak
terkendali dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif
seperti pergaulan bebas. Faktor penyebab pergaulan bebas di
kalangan remaja yaitu rendahnya taraf pendidikan keluarga, kurang
pandai dalam memilih teman dan kondisi ekonomi keluarga yang
tidak stabil. Adapun bentuk dari pergaulan bebas diantaranya
mengonsumsi alkohol, tawuran, menggunakan obat-obatan
terlarang bahkan ada juga seks bebas. Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas maka kami memilih materi ini yang bertujuan
untuk memberikan edukasi kepada para remaja akan terhindar dari
pergaulan bebas. Disamping itu materi terkait Manajemen
Keorganisasian ini juga penting karena bisa menjadi bekal mereka
dalam menjalankan organisasi di sekolah. Selain itu dengan belajar
manajemen keorganisasian dapat menumbuhkan jiwa
kepemimpinan dan rasa tanggung jawab dari dalam diri siswa.
Sehingga hal itu bisa menghindarkan para siswa dari tindakan
buruk yang yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
Kebetulan dalam sosialisasi ini saya merupakan salah satu pemateri
yang menyampaikan materi tentang Pendewasaan Usia Perkawinan
dan Bahaya NAPZA. Jadi sebisa mungkin saya mempersiapkan dan
mempelajari materi tersebut supaya bisa menyampaikan materi
secara maksimal. Saya merasa sedikit takut sebelum acara dimulai,
karena belum memahami materi dengan matang, maka dari itu saya
merasa takut jika saya tidak bisa menyampaikan materi dengan
maksimal. Pada akhirnya siap tidak siap saya harus tetap
menyampaikan materi, karena itu sudah menjadi tanggung jawab
saya. Setelah acara selesai saya merasa sedikit lega, meski merasa
26
sedikit kurang puas dengan penyampaian materi saya. Hari
berikutnya seperti biasa kami melakukan pendampingan BTQ,
mengajar TPA, mengikuti yasinan rutinan, dan membimbing
ekstrakurikuler pramuka. Adapun BTQ di SMPN 1 Ngrayun
dilaksanakan setiap hari Rabu, Kamis dan Sabtu pukul 12.00-13.30
WIB, sedangkan BTQ di SMKN 1 Ngrayun dilaksanakan setiap hari
Senin sampai dengan Jum’at pukul 08.15-09.45 WIB.
Memasuki minggu keempat kami di sini, kegiatan di minggu
keempat yaitu merealisasikan atau melaksanakan program kerja
prioritas yang telah kami pilih bersama-sama. Di hari pertama
minggu keempat kami melakukan sosialisasi tentang Pendewasaan
Usia Perkawinan dan Bahaya NAPZA di SMPN 5 Ngrayun. Sosialisasi
ini dimulai sekitar pukul 08.30-10.30 WIB yang terbagi menjadi tiga
kelompok yakni kelas X, XII dan XII. Hari selanjutnya kami
mengadakan program kerja proiritas yakni seminar Bina Keluarga
Remaja di Balai Desa Binade. Seminar ini menghadirkan pemateri
dari pihak BKKBN yaitu Ipah Sumarah,S.Sos, Tri Wahyudi
Hernawan, S.E, dan Heri Gunawan. Acara ini dihadiri oleh seluruh
jajaran perangkat desa, serta mengundang Bapak dan Ibu Ketua RT
se-Desa Binade. Acara seminar ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli
2022 pukul 09.00-11.00 WIB. Tujuan dari diadakannya seminar ini
yaitu untuk mencegah pernikahan dini, mengingat kembali bahwa
di desa ini angka pernikahan dini cukup tinggi maka kami
melakukan pembinaan kepada remaja melalui seminar Bina
Keluarga Remaja (BKR) ini yang ditujukan kepada para orang tua.
Dengan pembinaan melalui orang tua ini diharapkan dapat
membina anak-anak remaja yang ada di lingkungan ini untuk tidak
menikah di usia dini. Seperti halnya yang disampaikan oleh
pemateri kita Ibu Ipah bahwasannya remasja sangat rawan
terhadap kenakalan remaja, pernikahan dini, pergaulan bebas
hingga aborsi. Sehingga kita perlu membangun kesadaran para
orang tua agar lebih mengawasi dan memperhatikan pergaulan
anaknya. Konsep Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan
27
pembinaan yang ditujukan pada keluarga yang memiliki usia 10-24
tahun dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengasuhan orang tua terhadap anak. Pembinaan ini bertujuan
untuk mengendalikan remaja agar tidak mudah terjerumus ke
dalam kenakalan remaja dan perilaku menyimpang lainnya.
Kegiatan seminar pada hari itu berjalan dengan lancar dari awal
sampai akhir, saya sangat bersyukur akan hal itu, karena sebelum
acara diselenggarakan saya merasa cemas karena saya berperan
sebagai pembawa acara dalam acara tersebut. Saya khawatir jika
nantinya saya akan membuat masalah di acara tersebut. Namun
yang saya khawatirkan tidak terjadi, acara berjalan dengan lancar
dan saya merasa lega karena acara itu merupakan program kerja
prioritas kami. Hari berikutnya kegiatan kami yaitu mengajar BTQ,
mengajar TPA, rutinan yasinan dan kerja bakti.
Minggu kelima kami di sini agendanya yaitu melakukan
evaluasi terkait program kerja yang telah dilaksanakan bersama.
Kegiatan evaluasi ini membahas tentang rangkaian acara yang telah
kita laksanakan bersama baik program kerja prioritas maupun
program kerja penunjang. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai
apakah program kerja yang telah kita laksankan sesuai dengan
rencana atau tidak, serta mencari apakah ada yang sekiranya dapat
kami perbaiki untuk kedepannya.
Menuju minggu terakhir pelaksanaan Kuliah Pengabdian
Masyarakat. Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu dan sebentar
lagi kami akan kembali ke rumah masing-masing. Minggu terakhir
ini kami disibukkan dengan pembuatan tugas individu yakni essay
dan juga penyusunan artikel jurnal. Karena kami sepakat bahwa
baik laporan kelompok dan laporan individu harus selesai ketika
kegiatan KPM ini selesai, supaya kita tidak memiliki beban
tanggung jawab lagi terkait penyusunan laporan. Biasanya jika
setelah kegiatan KPM selesai dan penyusunan laporan belum
selesai maka akan terbengkalai dan bahkan yang menyusun laporan
28
hanya satu atau dua orang. Untuk itu kami sepakat untuk
menyelesaikan penyusunan laporan di minggu terakhir KPM.
Selama pelaksanaan Kuliah Pengabdian Masyarakat ini
banyak hal yang saya dapatkan baik itu pengalaman, ilmu, teman,
motivasi dan nilai sosial yang tidak akan pernah saya dapatkan di
tempat lain. Saya bisa menemukan teman-teman baru yang berasal
dari berbagai daerah sehingga kami bisa saing bertukar pikiran,
pengalaman, adat serta budaya satu sama lain. Karena pada
dasarnya meski berasal dari rumpun keilmuan yang sama
kebanyakan dari kami masih belum saling mengenal satu sama lain.
Banyak perbedaan di antara kami tidak membuat kami saling acuh,
justru karena perbedaan itulah kami bisa menjadi lebih akrab satu
sama lain.
Banyak kesan yang saya dapatkan selama pelaksanaan Kuliah
Pengabdian Masyarakat ini, mulai dari pertama tiba di sini saya
merasa bersyukur karena warga setempat menyambut dan
menerima kami dengan baik. Hingga saat ini masyarakat setempat
selalu memperlakukan kami dengan baik, sehingga kami bisa
merasa nyaman berada di sini. Saya banyak belajar selama di sini
yakni tentang kebersamaan, tanggung jawab, saling menghargai,
kekompakan, kerja sama tim. Dimana pelajaran berharga ini belum
tentu bisa saya dapatkan di bangku kuliah.
Pesan saya kepada Desa Binade jangan pernah melupakan
kenangan-kenangan bersama kami selama berada di sini.
Manfaatkan aset yang telah ada di desa ini sebaik mungkin
kembangkan potensi yang ada supaya desa ini bisa menjadi lebih
maju lagi. Tetap jaga persaudaraan dan solidaritas karena hal itu
berperan penting dalam membangun dan mengembangkan desa ini.
Saya pribadi mengucapkan banyak terimakasih kepada masyarakat
Desa Binade karena telah menerima dan memperlakukan kami
dengan baik selama di sini. Terimakasih telah memberikan
pengalaman yang sangat berharga, saya tidak akan pernah
melupakan kenangan serta kebaikan yang saya dapatkan selama di
29
sini. Saya juga meminta maaf kepada segenap masyarakat Desa
Binade jika selama di sini saya dan teman-teman telah banyak
berbuat kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja.
30
KULIAH PENGABDIAN MASYARAKAT DI DESA DAMAI BINADE
KECAMATAN NGRAYUN
Bondan Satria Ajie
40
CATATAN KECIL DI DESA UJUNG BARAT SELATAN PONOROGO
Danendra Daniswara
46
mengoreki satu sama lain dalam hal bacaan juga berdiskusi terkait
permasalahan keagamaan di lingkungan sekitaran RT tersebut.
Dari KPM ini saya benar- benar belajar banyak tentang
budaya, kebiasaan, karakter lingkungan masyarakat Desa Binade
secara umum juga dengan teman-teman sekelompok saya yang
memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya, secara umum
hasil dari KPM kami di Desa Binade berjalan cukup baik dan lancar,
mulai dari program kerja yang kami laksanakan dan bagaimana
kami bisa berbaur di masyarakat Desa Binade.
Proker-proker kami juga mendapat dukungan dari
masyarakat setempat yang membuat kami jadi lebih bersemangat
untuk menjalankan setiap proker kami dengan semaksimal
mungkin, mulai dari Bapak Kepala Desa yang sangat terbuka
memberikan kami dukungan juga fasilitas terkait dengan kegiatan-
kegiatan yang kami lakukan lalu bapak Kepala Dusun Krajan yang
sangat baik serta Bapak RT lingkungan setempat kami yang
memberikan kesempatan kami untuk memaksimalkan kegiatan
kami selama KPM di Desa Binade ini.
Juga kepada pemilik rumah tempat kami tinggal atau posko
kami yang telah bersedia menerima kami untuk tinggal dan hidup
sementara di rumah beliau ini, sejujurnya saya benar-benar merasa
sangat terbantu dengan semua kebaikan yang telah dibeerikan oleh
seluruh masyarakat Desa Binade dan teman-teman sekelomok saya
yang sudah pasti merasakan hal sama seperti yang saya rasakan ini.
47
KURANGNYA PENDIDIKAN AGAMA DI LINGKUNGAN DESA
BINADE
Dedi Saputro
52
Pada tanggal 25 Juli 2022 kami melakukan sosialisai di SMPN
5 Ngrayun materi yang kami sampaikan di SMPN 5 Ngrayun yaitu
NAPZA ( Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif) dan PUP, mengapa
kami membawakan atau memilih 2 materi tersebut karena agar
mereka tau betapa bahaya atau jahatnya dunia di luar sana dan agar
tidak salah pergaulan atau memilh teman dan mencegah terjadinya
pernikahan dini karena hamil di luar nikah, di usia mereka juga
rawan dengan kasus itu. Karena pergaulan saat ini sangat bebas,
terkadang orang tua pun kuwalahan untuk memantau pergaulan
anak di era saat ini dengan adanya alat komunikasi yang sangat
canggih ini. Bahkan adanya alat elektonik yang berupa HP ini, kalau
salah untuk menggunakannya akan menjadikan masalah yang
sangat besar.
Kami mengajar BTQ juga di SMP dan SMK karena mayoritas
banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dan banyak juga yang
belum tau perbedaan huruf hijaiyah dan banyak yang putus TPA
mungkin karena lingkungannya dan banyak juga orang tua mereka
yang tidak bisa mengaji makanya mereka tidak di ajarkan mengaji
saat di rumah yang bisa membaca Al- Qur’an bisa di hitung dengan
jari dan itu pun yang bisa membaca Al-Qur’an ada yang sudah
lancar dan ada yang masih terbata-bata.
Metode pembelajaran BTQ dan TPA di Desa Binade ini yaitu
menggunakn Metode sorogan yaitu maju satu-persatu. Metode ini
berkembang menjadi sorogan FGD ketika personil pendamping
bertambah dengan adanya mahasiswa kelompok 62 menjadi lebih
mudah karena banyak yang membantu guru saat waktu mengajar
BTQ atau TPA dan mempersingkat waktu.
Setelah satu bulan setengah lamanya saya tinggal di Desa
Binade tentunya saya memiliki banyak pengalaman yang saya
dapatkan di Desa tersebut, kami memulai kehidupan
bermasyarakat baru, banyak cerita, kisah yang saya dapatkan
selama di Desa Binade, saya dari kelompok 62 banyak mendapatkan
53
kesan tersendiri, disamping kesan saya juga memiliki pesan untuk
masyarakat Desa Binade, diantaranya:
Kesan saya selama KPM di Desa Binade, saya banyak
mendapatkan pengalaman, pelajaran, jujur dari pribadi saya
sendiri, masyarakat Desa Binade sangat baik, dimana masyarakat
sangat senang akan kedatangan kami dari peserta KPM, awal saya
sampai di Desa tersebut saya tidak bisa berfikir bagaimana caranya
saya beradaptasi dengan masyarakat, ternyata dari hari ke hari saya
merasa nyaman ditempat tersebut, kami dianggap sebagai keluarga
merka sendiri, kami tinggal bersama Simbah Sibun, kami
diperlakukan sangat baik, kami sangat senang tinggal bersama
beliau, kami sudah menganggap beliau sebagai orang tua saya
sendiri, tidak kami sangka beliau menerima kami dirumahnya
dengan tulus, tidak akan kami lupakan jasa-jasa beliau, semua
kebaikan beliau kepada kami, semoga apa yang telah beliau berikan
kepada kami akan dibalas oleh Allah SWT. Dan selama satu bulan
setengah di Desa Binade yang berada di Kecamatan Ngrayun ini
sangatlah kagum dengan tetangga-tetangganya simbah Sibun,
Selama ini banyak tetangga yang hamper setiap minggu mengasih
buah, seperti pisang, papaya dan lain sebagainya.
Kemudian disini saya juga banyak belajar, bahwa mengajar itu
tidak segampang yang saya bayangkan, walaupun mengajar anak-
anak SMP mengkoordinirnya juga tidah semudah anak SMK.
Padahal siswa di SMP 5 Ngarun ini tidak sebanyak di kota-kota
besar, hanya 130 siswa dalam satu sekolahan. Namun, dari situlah
salah satu cara saya untuk melatih kesabaran dan keikhlasan dalam
melaksanakan tugas mengajar. Walaupun begitu saya sangat senang
bisa belajar mengajar dan bisa mendapatkan ilmu yang ilmu itu
belum saya ketahui.
Pesan kami, kami berharap kepada masyarakat Desa Binade,
didiklah putra-putrinya dengan pengetahuan agama sebaik
mungkin dengan harapan apa yang telah orang tua harapkan
kepada anak, karena apa yang telah dilakukan oleh anak kelak
54
orang tua juga akan merasakannya. Dan kami juga berharap jangan
pernah melupakan kami, walaupun kami telah jauh dari Desa ini,
terimalah kami kapan pun kami datang di Desa Binade ini dengan
senang hati.
Sekali lagi untuk saya pribadi sangat mengucapkan banyak
terimakasih yang sudah menerima, memperlakukan dengan baik
kepada saya khusunya, dan umumnya untuk semua anggota KPM,
semoga kebaikan beliau-beliau menjadi amal sholeh yang diterima
oleh Allah SWT. Amiiiiin
55
SEKELUMIT AKSI MENGABDI DI KAMPUNG DAMAI
Fatimah Nailis Sa’adah
57
Kali ini saya akan mencetikan tentang pengalam KPM saya di
Desa Binade. Desa Binade adalah salah satu desa yang ada di
kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.Binade juga merupakan
perbatasan Ponorogo dengan Pacitan. Memiliki luas daerah seluas
722,76 dengan presentase terhadap luas kecamatan yaitu
3,91%. Ketika kami sudah tiba di Desa Binade, di minggu pertama
kami mencari informasi ke ketua RT, RW, dan ke Kepala Dusun
bahkan sampai ke Kepala Desa tentang Desa Binade.Tidak hanya
kelebihan yang banyak dimiliki desa binade ternyata banyak
masalah yang sangat sulit untuk di selesaikan di Desa Binade
tersebut.Masalah atau kasus yang sulit untuk diatasi oleh
masyarakat binade adalah pernikahan dini atau menikah di bawah
umur.Maka dari itu kami sebagai kelompok KPM yang ingin
mengambil progam kerja Mono Disiplin yang mayoritasnya adalah
mahasiswa yang mengambil jurusan Hukum Keluarga Islam dan itu
tugas yang berat bagi kami.
Selain seringnya terjadi pernikahan dini yaitu masyarakatnya
kurang berkompeten dalam bidang agama sehingga kami harus bisa
menyesuaikan dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar.Di
Desa Binade budaya dan tradisinya juga cukup kental.Sehingga
kami harus menjaga sikap dan perkataaan dan mematuhi larangan
atau pantangan di Desa Binade. Pada zaman dahulu desa binade
hutan belum ada penghuninya kemudian datanglah seorang yang
menamakan dirinya sebagai Sang Nabi ( dalam bahasa jawa
dimaksud yaitu Wong Sing Linuwuh) yang artinya punya
kepandaian dan kesaktian. Kemudian beliau menancapkan sebuah
batu atau PAL yang sampai saat ini batu tersebut dikramatkan oleh
masyarakat. Batu tersebut bertulisakan tulisan jawa kuno dan
bergambar burung perkutut, sehingga menyerupai sebuah arca dan
hingga saat ini diberi nama Ngreco yang diabadikan untuk sebuah
nama lingkungan di dukuh krajan Desa Binade. Banyak patangan
yang tidak boleh dilanggar ketika di Ngreco atau tempat batu
disimpan sekarang, seperti tidak boleh mengintip arca tersebut
58
ketika berada ditempat arca disimpan.Dan ada juga yang
mengatakan jika penasaran dengan bentuk batu atau arca itu lebih
baik langsung dibuka pintu tersebut tidak boleh mengintipnya
karena jika pantangan tersebut dilanggar dapat menyebabkan
terjadinya balak bagi desa binade.
Dengan melihat kondisi desa yang seperti itu kami berdiskusi
untuk menetukan langkah apa yang harus diambil untuk
menjalankan progam kami, setelah kami berdiskusi kami
memutuskan bersilahturahmi ke masyarakat di Desa Binade
sebelum kami melakukan progam kami yang berjuan menjalin
keakraban dengan warga sekitar agar progam kami berjalan dengan
lancar tanpa adanya hambatan. Setelah kami mendapatkan banyak
informasi dari pak RT, pak RW, Bapak Kepala Dusun dan Bapak
Kepala Desa, kami sepakat untuk mengambil progam inti yang
bertujuan mempersiapkan remaja menyambut masa dewasa dan
pendewasaan usia pernikahan guna mencegah pernikahan dini
khususnya di Desa Binade. Langkah yang kami tempuh adalah
sosialisasi di Blai Desa yang ssarannya tokoh penting desa agar bisa
disampaikan kepada anak-anaknya atau para remaja, tidak hanya
itu kami juga bersosialisasi di sekolah yaitu SMPN 5 Ngrayun dan
SMKN 1 Ngrayun. Tidak hanya itu, kami juga memiliki beberapa
progam penunjang seperti mengikuti kegiatan masyarakat sekitar
yaitu kerja bakti lingkungan, ikut membantu penyembelihan hewan
qurban pada saat Hari Raya Idul Adha, dan mengikuti rutinan
yasinan RT setiap hari Jum’at, dan membantu mengajar TPA.
Saya akan menceritakan kegiatan tentang kegiatan progam
inti kelompok kami yaitu penyuluhan dib alai Desa Binade tentang
Bina Keluarga Remaja (BKR) oleh Tim Badan Kependudukan
Keluarga Berencana ( BKKBN). Kegiatan itu menghadirkan Bapak
RT beserta Istrinya, Bapak RW, serta pihak balai Desa Binade.
Sebelum kegiatan dimulai kami berkonsultasi terlebih dahulu
kepada Bapak Kepala Desa Binade, tentang rencana progam inti
kami yang akan di laksanakan di Balai Desa, dan setelah
59
mendapatkan izin dan masukan dari Bapak Kepala Desa yang
bernama Bapak Sunawri Cahyo S.H, kami memutuskan untuk
mengadakan musyawarah untuk menentukan hari progam kami
untuk di laksanakan. Hasil dari musyawarah tersebut adalah
progam inti dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2022 karena sudah
mempertimbangkan banyak hal terutama mencari waktu senggan,
undangan bisa hadir karena hari itu bertepatan dengan hajatan
warga sekitar. Pada kegiatan itu Tim penyuluhan menyampaikan
tentang Pendewasaan Usia Perkawinan dan Manajemen
Keorganisasian.
Setelah penyuluhan di Balai Desa Binade dilaksanakan
diharapkan bapak/ibu RT atau bapak RW bisa menyampaikan
kepada warganya sehingga bisa dijadikan sebagai ilmu dan dapat
disampaikan kepada anak-anak muda di Desa Binade.Dengan hal
tersebut juga diharapkan dapat menurunkan angka pernikahan dini
di Desa Binade. Karena itu merupakan salah satu cara kami untuk
mencegah terjadinya pernikahan di bawah umur yang sering terjadi
di Desa Binade.
Tidak hanya penyuluhan di Balai Desa tetapi kami juga
melakukan sosialisai di sekolah yaitu di SMPN 5 Ngrayun dan di
SMKN 1 Ngrayun.Sebelum kami melaksanakan sosialisai kami
terlebih dahulu pergi kesekolah trersebut untuk meminta izin
untuk melakukan sosialisasi. Setelah mendapat izin dari pihak
sekolah kami memutruskan untuk mengadakan sosialisasi di SMPN
5 Ngrayun pada tanggal 22 Juli 2022 di SMKN 1 Ngrayun dan 25 Juli
2022 di SMPN 5Ngrayun. Di SMKN 1 Ngrayun ada 6 kelas yaitu
setiap angkatan ada 2 jurusan.Yang pertama sosialisasi
dilaksanakan untuk kelas 10 dan yang kedua kelas 11-12. Kenapa
sosialisasi di pisah karena pada tanggal 20 juli 2022 bertepatan
dengan hari pertama masuk sekolah bagi siswa baru atau yang
biasa di sebut MPLS, sedangkan bagi kelas 11-12 dilaksanakan pada
tanggal 22 Juli 2022.
60
Materi yang disampaikan yaitu tentang Manajemen
Keorganisasian dan Pendewasaan Usia Pernikahan. Tujuan
mengambil 2 materi tersebut karena agar memahami pentingnya
sebuah organisasi bagi siswa khususnya bagi siswa baru, baik
organisasi didalam sekolah atau luar sekolah. Dan tujuan
menyampaikan materi tentang Pendewasaan Usia Perniukahan
yaitu agar para siswi SMKN 1 Ngrayun setelah lulus sekolah tidak
terbiuru-buru menikah di usia mudah dan bagi siswa SMKN 1
Ngrayun agar bisa lebih menjaga pergaulan supaya tidak
melakukan pergaulan secara bebas, karena dengan pergaulan bebas
banyak dampak buruk yang terjadi seperti hamil diluar nikah,
tindak kejahatan dimana-mana.
Kami juga melakukan penyuluhan di SMPN 5 Ngrayun, hal-hal
yang kami lakukan sebelum melakukan sosialisasi kami melakukan
musyawarah untuk menentukan tema apa yang akan kita
sampaikan kepada siswa siswi SMPN 5 Ngrayun. Dan kami
memutuskan kami akan membawakan atau menyampaikan materi
NAPZA ( Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif). Setelah kami
mendapatkan tema yang tepat kami berangkat ke SMPN 5 Ngrayun
untuk meminta izin untuk melakukan sosialisasi, akhirnya kami
mendapatkan waktu yang tepat yaitu pada hari Senin, 25 Juli
2022.Ketika sosialisasi di SMPN 5 Ngrayun kami juga
mengklasifikasikannya perkelas supaya mudah untuk
menyampaikan materi. Kami memilih tema NAPZA agar mereka
mengetahui tebtang bahayanya obat-obatan terlarang dan agar
mereka bisa menjauhi hal tersebut apa yang dilarang oleh undang-
undang. Serta kami juga memiliki tema PUP adalah agar mereka
bisa menahan bahwa nafsunya untuk menikah di usia muda
meskipun mereka cinta kepada lawan jenisnya. Karena jika
melakukan pernikahan di usia yang sangat muda akan
mendatangkan mudharat yang banyak bagi dirinmya baik dalam
dirinya dari lingkungan.
61
Salah satu kegiatan penunjang yang menarik bagi saya ialah
kegiatan Taman Pembelajaran Al- Qur’an baik di dusun Krajan
maupun Baca Tulis Qur’an di SMPN 5 Ngrayun. Langkah pertama
yang saya ambil dalam mengajar anak-anak di TPQ, saya dan
teman-teman pergi ke TPQ untuk melihat metode yang digunakan
untuk mengajar itu seperti apa. Setelah kami mengetahui
metodenya seperti apa kami langsung turun tangan untuk
membantu mengajar dengan metode yang sudah berjalan. Tetapi
hal itu tidak mudah seperti apa yang kami bayangkan selama ini.
Setelah observasi di Tempat Pembelajaran Al- Qur’an (TPQ),
saya menemukan bahwa anak-anak yang saya ajar itu sangat
kurang sekali baik dari kesopanan, tata krama, dan pemahaman
terhadap apa yang di ajarkan. Seperti ketika saya menyimak satu
anak yang lainnya tidak bisa tertib seperti main sendiri, dan
ngobrol sama temennya jadi yang sedang membaca tidak bisa fokus
dan saat gurunya menjelaskan tidak pernah di dengarkan alias
ramai sendiri. Mungkin hal itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
atau bahkan pengaruh smartphone sehingga menjadikan anak-anak
zama sekarang sulit untuk diajak belajar.
Ketiaka saya mengajar Baca Tulis Al- Qur’an (BTQ) di SMPN 5
Ngrayun, tidak jauh beda dengan mengajar TPQ anak-anak di Dusun
Krajan, bisa dikatakan seperti itu karena ketika di tes mengaji
banyak anak yang sudah usia SMP pun belum bisa membvaca Al-
Qur’an jangankan membaca Al- Qur’an membaca iqro pun mereka
masih kesulitan. Dengan hal itu, maka dapat di simpulkan bahwa
SDM di Desa Binade pada masa sekarang sangat rendah ( menurut
saya kemampuan membaca Al- Qur’an bagi anak-anak dan remaja
di Desa Binade khususnya di TPA Dusun Krajan dan siswa SMPN 5
Ngrayun masih kurang dan harus ditingkatkan). Dalam hal ini aksi
pengabdian yang saya lakukan yaitu ikut membantu proses
pembelajaran Al-Qur’an dan iqro’ di TPA Dusun Krajan dan SMPN 5
Ngrayun. Tetapi ada kendala yang saya rasakan yaitu saya sendiri
tidak bisa mengetahui perkembangan anak-anak tersebut karena
62
terbatasnya waktu serta pembagian jadwal yang harus
merata.Sebenernya masalah pengajaran agama kepada anak-anak
di Desa Binade tersebut pasti bisa diatasi asalkan adanya guru
agama yang benar-benar mengawal anak-anak tersebut. Dengan
otomatis pemahaman atas ajaran agama islam di Desa Binade dapat
dimengerti dengan sepenuhnya. Kendala lainnya ketika mengajar
BTQ di SMPN 5 Ngrayun adalah media belajarnya ketika mereka
disuruh untuk mencari iqro yang tujuannya untuk pembelajaran
mereka, mereka tidak mau berusaha untuk mencari.Sedamgkan
yang mau berusaha untuk membaw iqro hanya sebagian kecil bisa
dikatakan dapat dihitung dengan jari.
Dalam aksi pengabdian pada kegiatan mentoring BTQ di
Dusun Krajan dan di SMPN 5 Ngrayun ada bebefrapa kesan saya.Hal
yang paling berkesan bagi saya adalah bisa mengajarkan mengaji
kepada anak-anak karena perasaan begitu bahagia sekali bisa
mengajarkan ilmu yang didapatkan.Hal yang paling berkesan
lainnya yaitu orang-orang Desa Binade sangat ramah-ramah, dan
setiap ada tamu dirumahnya semua makanan yang ada disuguhkan
semua.
Hal yang saya dapatkan selama KPM di Desa Binadeadalah
bahwa generasi sekarang sangatlah kurang sekali kualitasnya baik
dalam bidang pendidikan juga bidang agama khususnya di daerah
pegunungan.Karena hal itu disebabkan seperti letak dan kondisi
geografisnya serta kurangnya pengajar atau guru yang benar-benar
mumpuni untuk bisa memajukan generasi sekarang khususnya bagi
masyarakat pegunungan dan plosok. Maka dari itu kita sebagai
mahasiswa setelah lulus atau wisuda harus berani untuk berjuang
di daerah plosok untuk membuat maju SDM di daerah tersebut.
Sehingga dengan majunya SDM maka hal tersebut juga dapat
mendorong bangsa agar bisa menjadi bangsa yang maju.
Dalam pembelajaran Al-Qur’an, salah satu bagian yang
penting ialah metode.Metode BTQ yang selama ini banyak
diterapkan baik di TPA Dusun Kraja, SMPN 5 Ngrayun, SMKN 1
63
Ngrayun iyalah metode sorogan (ngaji dihadapan guru atau maju
satu persatu).Dan metode ini berkembang menjadi Sorogan FGD
(Focus Group Discussion) ketika personil pendamping bertambah
dengan adanya mahasiswa KPM 62.Metode ini sendiri memiliki
kelebihan dan kekurangan menurut pengamatan penulis selama ini.
1. Kelebihan, metode sorogan dapat mempermudah
pembelajaran siswa karena siswa langsung
menghadap guru one by one. Dengan demikian,
pembacaan siswa dapat langsung didengar, di
benarkan, dan diajari lansung oleh guru. Hal ini
memudahkan siswa belajar dan memahami bacaan Al-
quran. Selain itu, guru juga bisa lebih mudah
memantau perkembangan setiap siswa dan dapat
menjalin keakraban karena bisa bertatap muka secara
intensif. Progres tiap siswa dapat dilacak dengan
metode ini, karena guru dapat memerhatikan satu
persatu kemampuan siswa. Hali ini juga bermanfaat
untuk memetakan kemampuan siswa agar dapat di
kategorikan mana yang sudah lancar dan mana yang
belum bisa membaca Al-quran.
2. Kekurangan, selain kelebihan, metode sorogan juga
memiliki kekurangan. Pertama, mengingat banyaknya
siswa yang mengikuti pembelajaran BTQ, maka untuk
menangani semua siswa satu persatu memerlukan
guru atau pengajar yang cukup banyak. Paling tidak
satu guru memegang lima sampai enam siswa agar
lebih efektif. Jika jumlah guru sangat minim, maka
metode sorogan dapat memakan waktu yang lama.
Akibatnya, setiap siswa memiliki bagian waktu yang
singkat untuk belajar di hadapan guru. Sehingga,
metode sorogan hendaknya diimbangi dengan jumlah
tenaga pendidik yang mencukupi serta waktu yang
memadai.
64
Kesan yang saya dapatkan selama KPM di Desa Binade dari
pertama saya tiba pada tanggal 3 Juli saya merasa senang karena
masyarakat dan yang punya rumah sangat ramah dan baik,
terutama tuan rumah beliau memperlakukan kami seperti cucunya
sendiri.
Pesan yang sampaikan kepada pembaca atau calon peserta
KPM tahun depan di Desa Binade yaitu ciptakanlah sesuatu yang
baru dan bawa perubahan yang positif buat masyarakat desa
Binade terutama tentang agama dan jaga etika jangan sembrono.
Sedangkan pesan untuk masyarakat Binade didiklah anak-anak
kalian atau damping dalam belajar umum maupun belajar tentang
agama paling utama ya itu ngajinya dan batasi dalam penggunaan
smartphone serta ajarkan tata krama dan cara menghargai orang
lain saat menyampaikan materi.
65
TOTALITAS DALAM PENGABDIAN DI DESA BINADE
KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO
Iksan Nawawi
74
SEUTAS KISAH YANG TERTUANG DALAM KEGIATAN KPM
M Amir Ahsani
77
Kasus pernikahan di bawah umur atau yang akrab disebut
dengan pernikahan dini yang ada di Desa Binade sudah menjadi hal
biasa atau sangatlah wajar bagi masyarakat Ponorogo. Hal ini
dikarenakan banyak anak yang masih belum cukup umur untuk
menikah seperti yang diatur dalam Undang-undang Pasal 7 Undang-
undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menjelaskan bahwa batas
minimal usia perkawinan yaitu masing-masing 19 tahun baik
perempuan maupun laki-laki. Jika diambil rata-rata untuk usia
perkawinan di Desa Binade ini masih kurang dari batas usia yang
telah ditentukan tersebut. Selain tentang pernikahan dini
permasalahan yang ada di desa ini yaitu masih rendahnya taraf
pendidikan terkhusus tentang pengetahuan agama. Hal ini dapat
kami lihat ketika kami survey ke sekolah-sekolah untuk melakukan
pendampingan Baca Tulis Quran (BTQ). Hampir sebagian besar
siswa-siswinya masih kesulitan dalam membaca Alquran,
kebanyakan dari mereka masih sampai pada tahap Jilid atau Iqro’.
Untuk itu selain berfokus pada pencegahan pernikahan dini kami
juga fokus dalam membantu anak-anak belajar membaca Alquran.
Adapun faktor yang memengaruhi pernikahan dini di desa ini
adalah faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Faktor pendidikan
dapat kita lihat ketika anak telah lulus SMP/ SMA kemudian tidak
melanjutkan pedidikan ke jenjang selanjutnya biasanya langkah
yang mereka ambil adalah pernikahan karena pengaruh ekonomi,
banyak anak yang tidak melanjutkan pendidikan salah satunya
karena keterbatasan ekonomi sehingga mereka mau tidak mau
harus mengubur keinginan untuk melanjutkan pendidikan. Selain
karena faktor ekonomi juga dipengaruhi oleh kurangnya motivasi
dalam diri serta dukungan dari orang tua akan pentingnya
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor
yang memengaruhi tingginya angka pernikahan dini di Desa Binade.
Sedangkan dalam hal keterampilan membaca dan menulis Alquran
di latar belakangi oleh minimnya dorongan dari orang tua mengenai
78
pentingnya keterampilan dalam membaca Alquran. Belajar
membaca dan menulis Alquran seharusnya dimulai sejak dini
supaya anak menjadi terbiasa.
Berdasarkan permasalahan di atas maka kami memiliki
program kerja yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang
ada. Adapun program kerja yang kami susun adalah dengan
mengadakan seminar dan sosialisasi di beberapa tempat yakni Balai
Desa Binade, SMKN 1 Ngrayun dan SMPN 5 Ngrayun. Untuk di balai
desa kami mengusung tema Bina Keluarga Remaja (BKR) dimana
seminar ini kami bekerja sama dengan pemerintah desa dan pihak
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sedangkan sosialisasi di sekolah-sekolah kami bekerja sama dengan
pihak sekolah dan untuk penyampaian materi berasal dari kami.
Kemudian untuk mengatasi kurangnya kemampuan anak dalam
membaca Alquran kami melakukan pendampingan Baca Tulis
Quran (BTQ) di sekolah-sekolah dan Taman Pendidikan Alquran
(TPA). Dengan tujuan memperdalam dan mengasah keilmuan
sehingga bisa menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup
bermsyarakat dan hidup menyongsong masa yang akan datang.
Kami meyakini bahwa upaya ini belum bisa sepenuhnya dapat
mengatasi permasalahan namun setidaknya upaya ini dapat
membantu mengurangi permasalahan. Karena mengingat
keberadaan kami disini hanya 40 hari, rasanya tidak mungkin jika
kami bisa langsung membuat perubahan secara signifikan. Namun
setidaknya kami bisa memberikan edukasi kepada masyarakat
sehingga nantinya bisa menumbuhkan motivasi dan mengubah pola
pikir mereka secara perlahan.
Pada Minggu pertama hari pertama kami mengawali kegiatan
KPM dengan berangkat ke lokasi sekitar jam 09.00 kemudian
sampai di lokasi kurang lebih jam 10.30. Setelah sampai di posko
KPM kami membersihkn posko dan menata barang bawaan baik
barang pribadi maupun kelompok. Setelah itu kami menyiapkan
keperluan untuk acara pembukaan di Balai Desa. pada hari kedua
79
kami melaksanakan pembukaan KPM di Balai Desa binade dimana
pembukaan ini merupakan acara gabungan dengan kelompok 63
Multi Disiplin. Acara pembukaan ini dihadiri oleh Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL) masing-masing kelompok, segenap
perangkat Desa Binade dan tentunya bapak kepala Desa Binade
yaitu Bapak Sunarwicahyo, S.H. Acara pembukaan ini terlaksana
dengan lancar dari awal sampai dengan akhir. Setelah pembukaan
kemudian kami kembali ke posko masing-masing bersama dengan
DPL. Sampai di posko kami di berikan bimbingan dan arahan oleh
DPL kami yakni Ibu Lia Noviana, M.H. Untuk hari berikutnya kami
melakukan inkulturasi atau perkenalan dengan masyarakat
setempat. Kegiatan ini berupa silaturrahmi ke tokoh-tokoh
masyarakat dan juga masyarakat umum sekitar. Tujuan dari
kegitan ini adalah supaya masyarakat mengetahui maksud dan
kehadiran mahasiswa KPM. Tahap ini merupakan hal utama yang
harus dilakukan karena diketahui bahwa kami melakukan KPM di
daerah baru yang pastinya antara peserta KPM dan masyarakat
belum saling mengenal. Untuk itu kami perlu melakukan
perkenalan dan bersosialiasi dengan masyarakat sehingga
hubungan baik di antara kami bisa terjalin. Adapun kegiatan lain
yang dilakukan selain silaturrahmi yaitu mengikuti sholat jamaah di
masjid, pengajian rutinan dan latihan karawitan di Balai Desa. Hari
berikutnya yakni ketika hari raya Qurban tepatnya pada hari Sabtu,
09 Juli 2022 kami bersama masyarakat melaksanakan Shalat Ied
Adha di masjid dimana salah satu dari kami diminta untuk mengisi
khutbah yang kemudian di isi dengan materi tentang “Keutamaan
Berkurban. Setelah selesai shalat ied kami berpartisipasi dalam
penyembelihan hewan kurban di dua dusun, yaitu Dusun Blumbang
dan Dusun Krajan dimulai dari penyembelihan sampai dengan
pembagian daging kurban kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini
kami bisa bersosialisasi dan mengenal lebih dekat dengan
masyarakat setempat.
80
Selanjutnya untuk minggu kedua kami melakukan pemetaan
aset melalui diskusi-diskusi bersama tokoh-tokoh masyarakat
beserta warga setempat. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi aset dan potensi yang ada di masyarakat sekitar.
Disamping itu kami juga membantu mengajar Taman Pendidikan
Alquran (TPA) di Dusun Krajan. TPA ini memiliki murid kurang
lebih 30 anak, yang bertempat di rumah salah satu warga dusun
Krajan yakni bernama Bu Asih. Adapun TPA ini dilaksanakan setiap
hari Senin, Rabu dan Jumat yang sudah berjalan sekitar 6 tahun.
Pada Kamis malam saya mengikuti kegiatan rutinan bapak-bapak
yang terbagi menjadi dua lokasi yaitu di dusun Blumbang dan
dusun Krajan. Selanjutnya pada akhir pekan kami melakukan kerja
bakti bersama masyarakat dusun Krajan.
Minggu ketiga di sini kami mengadakan kunjungan ke SMPN 5
Ngrayun dan SMKN 1 Ngrayun dengan maksud dan tujuan meminta
izin kepada pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan dan Bahaya Narkotika Psikotropika
& Zat Adiktif (NAPZA) kepada para peserta didik. Kami diberikan
izin untuk mengadakan sosialisasi di sekolah selain itu kami juga
dimintai tolong untuk mengajar BTQ, mengisi materi di kegiatan
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), dan membimbing
eksrakurikuler pramuka. Hari berikutnya saya mengisi materi di
kegiatan MPLS dan mengisi sosialisasi di SMK dengan materi
bahaya NAPZA. Hal ini kami lakukan dengan arah tujuan
menciptakan generasi muda yang memiliki kepribadian sesuai
dengan syari’at agama islam dan berbudi luhur layaknya
masyarakat indonesia yang berideologi pancasila. Adapun tujuan
lainya yaitu untuk meningkatkan kekebalan generasi muda dari
berbagai gempuran era modern seperti globalisasi dan milenial
yang kian hari semakin tidak beratur arahnya.
Pada minggu keempat kami langsung melaksanakan program
kerja utama yang telah kami sepakati bersama-sama. Di hari
pertama minggu keempat kami melakukan sosialisasi tentang
81
Pendewasaan Usia Perkawinan dan Bahaya NAPZA di SMPN 5
Ngrayun. Dilanjutkan dengan mensosialisakinnya di SMKN 1
ngerayun. Pada Hari selanjutnya kami mengadakan program kerja
proiritas yakni seminar Bina Keluarga Remaja di Balai Desa Binade.
Seminar ini secara langsung dihadiri oleh pemateri pusat
kecamatan dari pihak BKKBN yaitu Ipah Sumarah,S.Sos, Tri
Wahyudi Hernawan, S.E, dan Heri Gunawan.
Minggu kelima kami disini suda mulai menyelesaikan laporan
yang terdiri dari berbagai macam, selanjutnya kami juga masih
terus melaksanakan program penunjang seperti halnya di TPA,
SMPN, SMKN, dan lain sebagainya. Selanjutnya kami juga mulai
merancang konsep penutupan acara KPM nanti kiranya akan
diarahkan seperti mana kiranya yang pantas dan baik jika
dipandang dari berbagai sisi, selain itu kami juga memaksimalkan
rutinitas program yang telah kami bentuk walaupun itu hanya
berbentuk program penunjang ataupun hanya sebatas kegiatan
bermasyarakat dengan lingkungan sekitar. Tidak lupa kami
melakukan evaluasi dengan dosen pembimbing lapangan terkait
apa yang sudah kami laksanakan walaupun biasanya setiap hari
kami juga melukan evaluasi kelompok selepas kegiatan.
Minggu keenam merupakan puncak dari kegiatan kuliah
pengabdian masyarakat IAIN PONOROGO kami sudah mulai
menyelesaikan berbagi macam laporan dan juga diminggu ini kami
melaksanakan penutupan. Banyak sekali kesan dan pesan yang saya
pribadi dapatkan di fase ini baik itu berupa ilmu, pengalaman, dan
juga pembelajara dan itu saya kategorikan dalam suatu golongan
kisah yang sebenarnya sangat sulit untuk saya deskripsikan secara
detail ataupun kongkrit apalagi secara signifikan. Yang jelas saya
menghaturkan banyak-banyak rasa terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperan dalam terwujudnya dan terlaksanya
kegiatan KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) sehingga sangat
membantu dan memberikan bekal yang tak ternilai bagi saya. Pesan
saya jangan pernah melupakan kenangan-kenangan yang telah kita
82
lalui bersama selama di sini. Tetap jaga kekompakan, persaudaraan
dan kearifan desa ini, karena itu sangat berperan penting dalam
membangun dan mengembangkan desa ini untuk menjadi lebih
baik lagi.
88
Untuk pertemuan selanjutnya, kami memberikan materi
penanaman nilai disiplin melalui kegiatan Peraturan Baris Berbaris
(PBB). Peraturan Baris Berbaris merupakan suatu wujud latihan
fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara
kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan
tertentu.PBB bisa menjadi metode yang digunakan dalam
menanamkan kedisiplinan siswa baik secara teori maupun praktik.
Setelah pemberian materi selesai diberikan, siswa akan diberi
kesempatan untuk mempraktikkan materi yang telah diberikan
sebelumnya. Metode pemberian materi dalam kegiatan
kepramukaan dengan praktik cukup efektif, karena dengan metode
penyampaian seperti ini peserta pramuka menjadi lebih mengerti
dan membuat penyampaian materi menjadi lebih menarik, tidak
membosankan serta tidak menimbulkan kantuk.
Kegiatan Baris Berbaris ini merupakan suatu kegiatan dalam
kepramukaan yang didominasi oleh kerja sama kelompok alih-alih
bekerja sendiri-sendiri. Hal ini tentu akan bermanfaat untuk
mengasah dan meningkatkan keterampilan dalam bekerja
sama.Bagaimanapun, kemampuan bekerja sama dengan orang lain
merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kehidupan
dalam jangka panjang. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia yang
diciptakan sebagai makhluk sosial dan juga slogan bangsa Indonesia
“Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh”.Ketika para peserta didik
telah terbiasa untuk bekerja sama, maka akan tumbuh pula rasa
empati dalam diri mereka. Dengan rasa empati ini, mereka akan
mampu menempatkan diri di posisi yang tepat saat berhadapan
dengan siapa pun, serta menentukan sikap yang sesuai dengan
situasi dan kondisi.Rasa empati yang terasah dengan baik juga akan
menjauhkan peserta didik dari rasa egois dan rasa ingin benar
sendiri yang membantu mereka untuk terus berkembang di tengah-
tengah lingkungan mereka.
Dengan kegiatan pramuka yang ada di SMPN 5 NGRAYUN ini,
maka saya berharap para siswa-siswi mampu untuk menjadi remaja
89
yang berkualitas dari segi moral, intelektual, dan spiritual sehingga
mampu mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat
serta menjadi generasi muda yang mampu menjadi pemimpin masa
depan. Sebab, ada kekhawatiran yang saya rasakan akhir-akhir ini,
yaitu perkembangan generasi muda yang semakin acuh tak acuh
dengan kemajuan negara dan justru mengisi kemerdekaan ini
dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat.Bahkan, banyak
generasi muda yang terbawa arus globalisasi yang condong dengan
budaya barat akibat ketidaksiapan mental dan rohani mereka
menghadapi pengaruh-pengaruh gaya hidup yang kurang baik.
Maka, dengan kepramukaan ini siswa-siswi diajak untuk
mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat.
Kepramukaan juga dapat membantu menanamkan nilai-nilai
kebangsaan juga membantu para anggotanya membentengi diri
dari ancaman-ancaman globalisasi yang mungkin berpengaruh
buruk untuk kemajuan karakter bangsa kita.
Dengan dihidupkan kembali Pramuka yang ada di SMPN 5
Ngrayun ini, saya pribadi berharap kegiatan semacam ini dapat
terus dilakukan secara berkelanjutan. Bukan hanya itu, saya juga
berharap akan ada kegiatan-kegiatan besar di kemudian hari yang
melibatkan Pramuka ini entah itu Kemah Besar atau perlombaan
Pramuka yang diikuti oleh siswa-siswi SMPN 5 NGRAYUN. Saya
pribadi sangat senang bisa membantu mendampingi dan membuka
kembali Pramuka yang vakum selama dua tahun ke belakang.
Setelah melakukan pengabdian, maka saya
mengajukanbeberapa saran yang diharapkan bisa
diimplementasikan dalam membantu proses pembelajaran
ekstrakurikuler pramuka di SMPN 5 NGRAYUN ini dalam proses
pengambilan kebijakan pendidikan yaitu, Pertama, pihak sekolah
diharapkan untuk mengisi kekosongan pembina pramuka sehingga
pelaksanaan kegiatan latihan pramuka lebih aktif dan lebih intensif.
Siswa-siswi akan merasa lebih diperhatikan. Nilai-nilai kedisiplinan
akan lebih ditanamkan dan diterapkan. Seluruh warga sekolah
90
hendaknya selalu berusaha untuk konsisten dalam menegakkan
kedisiplinan karena kedisiplinan adalah modal utama untuk
mencapai hasil yang maksimal dari suatu tujuan pendidikan.
Kedua, ketika suda ada Pembina pramuka maka pembina
tersebut dan seluruh pihak yang ada di SMPN 5 NGRAYUN
diharapkan untuk bisa lebih kreatif dan inovatif lagi dalam
menerapkan berbagai macam metode kegiatan pramuka yang bisa
digunakan dalam kegiatan kepramukaan sehingga dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa supaya untuk lebih aktif lagi
dalam mengikuti kegiatan kepramukaan, terutama dalam
menerapkan nilai disiplin sehingga kegiatan kepramukaan yang ada
tidak membosankan dan menjenuhkan siswa-siswi.Ketiga,
hendaknya siswa-siswi diberi motivasi yang lebih agar mereka mau
mengikuti kegiatan latihan pramuka dengan baik dan sungguh-
sungguh. Sehingga proses penanaman kedisiplinan akan lebih baik
dan lancar.
Terakhir, untuk seluruh masyarakat Indonesia supaya lebih
memperhatikan lagi kegiatan pramuka, agar kegiatan kepramukaan
yang ada di Indonesia bisa lebih diminati lagi dalam
mengembangkan kegiatan kepramukaan baik itu pada tingkat
nasional sampai pada tingkat Internasional. Harapannya, Pramuka
bisa menjadi wadah pengembangan karakter remaja sehingga bisa
menjadi remaja yang bermoral dan berkualitas baik intelektual,
sosial, maupun spiritual.
91
HARAPAN KULIAH PENGABDIAN MASYARAKAT DI DESA
BINADE
Muhammad Liwaudin
96
Ada juga kegiatan penunjang yang dilakukan dalam satu
minggu tiga kali pertemuan yaitu, mengajar anak-anak TPQ untuk
membaca menulis dan menghafal al-Quran dengan baik dan benar.
Kegiatan itu di mulai pada waktu ba'da sholat dhuhur sekitar jam
14.00 sampai jam 16.00 sore.
Di dalam pembelajaran ini banyak juga anak-anak pada awal
pertemuan pembelajaran TPQ tersebut masih banyak yang takut
dikarenakan masih dalam awal pertemuan dengan
mahasiswa/mahasiswi KPM IAIN Ponorogo yang ditugaskan di desa
ini.
Pada hari minggu ada juga kegiatan kerja bakti yang di adakan
di tiga dusun, di antaranya dusun blumbang, krajan dan petung.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk menyambut 17 Agustus agar
lebih bersih dan indah di desa tersebut jika sewaktu-waktu
terdapat kunjungan dari atasan.
Kerja bakti ini sudah dilaksanakan sejak dulu sebelum bulan
Agustus. Yang selanjutnya di selenggarakan dengan rutin oleh
mahasiswa/mahasiswi dan juga warga sekitar yang ikut serta
dalam kerja bakti ini. Selain melakukan kerja bakti peserta KPM dan
juga para warga desa memasang umbul-umbul dan juga bendera
merah putih.
Disetiap tepi jalan yang mengarah ke desa Binade, kegiatan ini
di dukung banyak masyarakat yang mengikuti untuk memperbaiki
jalan jalan yang rusak dan berlubang, jika kerja bakti tersebut tidak
sampai satu dua hari maka di lakukan secara berkelanjutan hingga
sampai dengan selesai.
Ada juga kegiatan yang membantu pak rt untuk mengisi data
data yang di tugaskan oleh pak kepala desa untuk mereka jumlah
penduduk yang belum mendapatkan bantuan PKH atau bantuan
yang lain serta mengumpulkan orang orang yang belum dapat
saluran air bersih supaya mendapat dari pemerintah.
Karena kurangnya pemahaman dari pak rt tentang alat
komunikasi memasukkan data data melalui jalur internet, dan dari
97
desa untuk rt hanya di fasilitasi wifi sebagai alat jalur pengiriman
data akan tetapi jika hanya memanfaatkan itu saja dari rt pun belum
cukup.
Karena belum ada leptop hanya mengunakan HP saja
sedangkan HP dari rt tersebut belum memadai untuk input data
yang di tugas kan oleh kepala desa untuk merangkum semua data
yang ada di aplikasi yang sudah terkirim tersebut.
Menurut saya di desa Binade ini memiliki pesan dan saran
agar lebih baik, lebih maju, dan lebih ber-Agamadi Desa Binade ini
termasuk Desa yang cukup dalam sistem agam yang mengakibatkan
para generasi penerus yang seharus lebih paham terhadap agama,
malah sebaliknya para pemuda yang sudah besar seperti SMK
itupun sangat alah memperhatikan kalau dilihat.
Oleh karena itu saya mempunyai pesan untuk masyarakat
kusinya untuk menambahkan ustad atau ustazah di berbagai dukuh
atau dusun agar pembelajaran agama nya selalu berjalan dengan
baik dan menghasilkan generasi pemuda yang cerdas terhadap
agama lalu bisa merubah masyarakat yng masih awam hukum
menjadi tau hukum.
Selain dari pesan dan saran ada juga kesan yang terdapat
pada desa Binade ini Yang saya rasakan selama KPM kuliah
pengabdian masyarakat selama 45 hari ini Yaitu dengan adanya
masyarakat yang selalu ramah terhadap kita. Saya sebagai
mahasiswa IAIN Ponorogo sangat berterimakasih terhadap warga
sekitar yang menyabut dengan baik.
Selain itu masyarakat di daerah pedesaan seperti di desa ini
kesukaannya ialah memperbanyak bicara agar cepat ramah
terhadap satu sama lain, itulah yang di lakukan ketika ada
pendatang baru agar cepat cakap terhadap lingkungan.
Disetiap masyarakat Binade ini pun sangat baik, ketika ada
makanan yang sekiranya lebih bisa di berikan kepada orang yang
mereka berikan seperti contoh pisang yang sekali memberi bisa
98
mencapai sampai dua tundun dan yang lain masih ada banyak juga
seperti kelapa muda maupun yang sudah tua.
Saya sangat berterimakasih banyak terhadap masyarakat dan
khususnya terhadap desa Binade yang telah menerima serta
membuat pengalaman yang lebih banyak terhadap kemasyarakatan
yang dapat saya terapkan dan sebagai pengalaman yang baik untuk
ke masa depan nanti ketika sudah berkeluarga supaya tidak terlalu
kaget mengahadapi permasalahan yang ada di lingkungan
masyarakat, Sekian terimakasih dari cerita essay yang saya buat ini.
109
SECUIL KISAH ANAK KPM
Muhammad Tohir
117
selesai. Setelah itu saya istirahat dan malamya mengunjungi ke
posko lainya biasalah untuk jalan-jalan. Dan meneui kerabat dekat.
Dan pada akhirnya tidak tersa sebentar lagi hampir usai
KPMnya akan tetapi di di dalam satu kelompok saya banyak belajar
karna di setiap permasalahan pasti ada solusi baik itu
permasalahan yang berat atupun ringan karna setiap pemikiran
seseorang berbeda dan jika satu masalah belum terpecahkan semua
ikut mecahkan perkara tersebut, dan sampi usainya KPM di desa
binade,kec.ngrayun, kab. Ponorogo. Mungkin nanti jika sudah usai
kita merasakan apa yang pernah kita lakukan bersama untuk
mewujudkan apa yang pernah kita tuju bersama.
Kesan dan pesan di dalam KKN/KPM di desa binade,
kec.Ngryun, kab. Ponorogo. Segala puji kehdirat allah swt. Yang di
mana itu telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya yang
telah di berikan kepada kita. Alhamdulillah kita masih di beri
kesehatan jasmani dan rohani dari allah swt. Langsung saja kesan
dan pesan saya. Aya sangat senang telah mengikuti pembelajaran di
dalam KPM ini karna saya dapat belajar lebih dari pada itu seperti
kita di didik menjadi orang yang benar-benar menjadi masyarakat,
seperti bagaimana nih cara berintraksi kepada masyarakat dan
hidup dalam satu kelompok supaya rukun, damai, tentram.serta
bangaimana cara biar kompak untuk melaksanakan tugas yang di
berikan dari kampus IAIN Ponorogo.dan yang lain, dan dari desa
pun orang ya ramah-ramah dan mudah untuk berbincang-bincang
serta tukar pikiran. Sangat sulit menemukan momen seperti itu.
Sekian dan terima kasih atas apa yang di berikan kepada saya
yang dimana itu belum pernah saya rasakan, baik dari teman-teman
maupun masyarakatnya.
118
PENGALAMAN SELAMA KULIAH PENGABDIAN MASYARAKAT DI
DESA DAMAI BINADE
Muhammad Rizky Novianto
124
melepas dahaga selama kerja bakti. Dimana canda tawa saling
terlontarkan.
Selain kerja bakti banyak pula kegiatan keduanya yaitu
mengajar anak anak mengaji di Tempat Pengajian Anak (TPA).
Perlu diketahui bahwa Tempat Pengajian Anak ini tidak di punggut
biaya sepeserpun karena sudah di biaya oleh pihak desa.
Banyak juga anak anak yang mengikuti kegiatan mengaji ini.
Dari mulai yang kecil kelas TK A sampai dengan kelas 6 sekolah
dasar. Tetapi TPA ini tidak setiap hari mengajar hanya 3 kali dalam
seminggu, yaitu hari senin, rabu dan jumat. Meskipun banyak anak
yang sudah menginjak iqro 5 dan 6 tapi cara bacanya tetap sama
dengan membaca iqro 1 dan 2. Tetapi kita tidak menyayangkan cara
bacanya, karena yang sudah mau hadir di tempat atau ikut
berpatisapasi kami sudah merasa senang. Karena mengigat banyak
orang tua yang kurang berpendidikan atau berilmu khususnya di
bidang agama.
Selain kegiatan yang diatas kami juga dimohon untuk
mengisi Baca Tulis Quran (BTQ) di SMP 5 NGRAYUN dan SMK 5
NGRAYUN. Yang dimana jadwal SMP 5 Ngrayun hari, selasa, rabu
dan sabtu. Untuk waktunya sehabis sholat dhuhur. Pukul 13.00
sampai 14.30. Untuk yang hari selasa khusus kelas 8 SMP, hari rabu
untuk kelas 7 SMP dan hari sabtu untuk kelas 9 SMP. Rata – rata
untuk siswa SMP bagi yang laki – laki banyak yang masih iqro
adapun yang sudah quran cara membacanya masih belum lancar.
Dan bagi siswa yang wanita sudah semua quran dan cara
membacanya lancar semua.
Sedangkan BTQ di SMK jadwalnya yaitu setiap hari hari
senin sampai jumat. Untuk yang diajar adalah semua kelas dan
semua jurusan. Yang dimana ada 2 jurusan yaitu Teknik Kendaraan
Ringan (TKR) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Dan untuk
kelasnya semua kelas 10 sampai dengan 12. Untuk jamnya pukul
08.00. sampai pukul 09.30. Sekalian sholat sunnah dhuha bersama
sama setelah sholat dhuha langsung berkumpul perkelas untuk
125
belajar mengaji. Tetap sama dengan SMP banyak juga yang laki –
laki masih iqro. Dan yang perempuan semuanya sudah menginjak
quran dan alhamdulilah semua rata – rata sudah pernah khatam jus
30.
Dan ada satu kegiatan yang diluar ekspektasi kita yaitu
dimohon untuk mengajar program pramuka di SMP 5 Ngrayun.
Untuk jadwalnya dilaksanakan pada hari jumat pukul 13.00 sampai
15.00. Meskipun diluar ekepetasi kita semua kita tetap mengajar
secara profesional. Karena kita sebelumnya juga pernah di latih
pramuka saat duduk di bangku sekolah SD, SMP maupun SMK.
Kami juga mengajar dasar – dasarnya saja karena selama pandemi
tahun lalu pramukanya lagi berjalan pada tahun ini. Maka dari itu
yang ikut pramuka kelas 7,8 dan 9. Yang kami sampaikan tidak lain
adalah tentang cara baris bebaris dan asal usul pramuka dan siapa
yang menemukan pramuka. Siswa sangat antusias dengan pelajaran
pramuka karena dua tahun tidak dapat pelajaran tentang
kepramukaan.
Kesan
kesan saya selama disana, saya banyak mendapatkan
pengalaman,pelajaran, serta ilmu ilmu baru, jujur dari saya sendiri,
masyarakat Binade dimata saya sangat baik,dimana semua
masyarakat sangat senang akan kedatangan kami, saya merasa
terharu, awal saya sampai di kampung tersebut saya tak bisa
berpikir bagaimana caranya saya beradaptasi disana, ternyata dari
hari ke hari saya merasa nyaman disana, saya sudah merasa di
tempat asli saya, orang-orang saya, dan keluarga saya,kebaikan
masyarakat sangat luar biasa,kami dianggap sebagai keluarga
mereka, dimana orang tua menganggap kami sebagai anak, pemuda
mengnggap kami sebagai teman, dan anak-anak menganggap kami
sebagai guru sekalian teman, kami tinggaal bersama Mbah Sibun
kami diperlakukan sangat baik, kami sangat senang tinggal bersama
mereka, kami sudah menganggap mereka sebagai orang tua kami
sendiri, sikap mereka kepada kami sangatlah luar biasa, tidak kami
126
sangka mereka menerima kami dirumahnya dengan ketulusan,
tidak akan kami lupakan jasa-jasa mereka, semua kebaikan akan
kami ingat selama kami masi ada, walaupun tidak dengan harta
ataupun benda tapi kami akan selalau berdoa kepada mereka,
semoga apa yang mereka berikan kepada kami akan dibalas lebih
oleh Allah swt.
Pesan
kami berharap kepada masyarakat Bintang Kekelip jangan pernah
melupakan kami, anggap kami sebagai keluarga walaupun kami
telah jauh dari kampung, terimalah kami kapan pun kami datang ke
kampung, kami menganggap kalian keluarga kami.
134
Selain dari proker utama yang kami jalankan, kami pun juga
melakukan proker-proker penungjang lainnya yaitu gotong royong
membersihkan desa, mengikuti yasinan rutinan di malam jumat di
dukuh krajan dan blumbang dan jumat sorenya di dukuh krajan,
selain itu juga kami berusaha mengikuti andil dikegiatan masjid
yang meliputi adzan, sholat berjamaah, mengadakan khataman al-
quran, mengisi khutbah sholat idul adha sekaligus mengimami
sholatnya, kemudian menyembelih hewan qurban bersama-sama,
disamping itu hal yang sering kami lakukan ialah memperbaiki
aliran sumber air yang sering putus ditengah jalan, kemudian
mencari kayu bakar digunung dan pekarangan rumah.
Kesan yang saya dapatkan dalam tugas Kuliah Pengabdian
Masyarakat di desa Binade sangatlah senang dan sangat menambah
wawasan keilmuan saya mengenai bagaimana cara bertutur kata
yang baik kepada masyarakat, bagaimana cara mengatasi suatu
masalah, dan lain sebagainya. Kenangan yang tak akan bisa terulang
kembali. Pesan saya untuk semua teman-teman kelompok 62,
selama 45 hari kita bercanda, dan melaksanakan tugas dengan
bersama-sama, seusai tugas ini saya berharap kalian tidak akan
melupakan kenangan kita bersama-sama dalam menjalankan
pengabdian masyarakat ini, meski kita hanya sesaat dalam
kebersamaan satu rumah semoga kebersamaan dan jalinan
silaturahmi diantara kita tetaplah utuh sampai besok kita di
pertemukan lagi dalam keadaan bahagia dan sukses semua. Aamiin.
Mungkin inilah secarik cerita saya selama tugas Kuliah Pengabdian
Masyarakat ini berlangsung, semoga bisa memberikan manfaat
untuk saya pribadi dan kepada orang yang membaca cerita ini,
sekian dari saya dan see you nex time...
135
SOSIALISASI,EDUKASI, IMPLEMENTASI TENTANG PERNIKAHAN
DINI DI DESA BINADE
Novita Indriyani
146
membimbing dan sangat membantu dalam kegiatansangatlah
memotivasi kami untuk melaksanakan setiap program KPM
dengansebaik-baiknya.
Sebagai hasilnya, semua program KPM dapat berjalan
denganlancar sesuai rencana. Tak lupa pada kesempatan kali ini
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu menyelesaikan KPM ini. Ucapan terimakasih saya
sampaikan kepada iain ponorogo dan ibu Lia NovianaM.H.I. Yang
telah memberikan kesempatan dan membantu kami, terutama saya
pribadi untuk melaksanakan kuliah pengabdian masyarakat (kpm).
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya membantu dalam
proses belajar dimasyarakat serta berbagai macam kegiatan selama
pelaksanaan program kegiatan Kuliah pengabian masyarakat (kpm)
mendapat Ridho dan balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa esay ini masih jauh dari sempurna.
Olehkarena itu segala kritik dan saran dari dosen pembimbing
lapangan (DPL), masyarakat dan saiapapun yang membaca esay ini,
yang sifatnyamembangun, diterima dengan senang hati, demi
kesempurnaan dan kemajuan bersama. Penulis berharap semoga
esay ini berguna bagi pembaca padaumumya dan masyarakat
khususnya. Amin:
Sebelum saya menceritakan pengalaman kuliah pengabdian
masyarakat (KPM) Di Desa Binade Kecamatan Ngrayun Kabupaten
Ponorogo. Alangkah baiknya saya menceritakan sedikit tentang
sejarah, letak, dan permasalahan yang ada didesa tersebut sehingga
kampus iain ponorogo mengutus kami mahasiswa jurusan Hukum
Keluarga Islam (HKI) dalam bentuk kuliah pengabdian masyarakat
(KPM).
Lokasi desa binade yaitu berada dikecamatan ngrayun
kabupaten ponorogo provinsi jawa timur.Indonesia Kode pos:
36464. Binade juga merupakan daerah perbatasan ponorogo
dengan pacitan.Awal mula desa binade ini menurut cerita-cerita
yang beredar, cukup menarik untuk disimak. Berikut sejarahnya;
147
Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali, asal-usul
desa Binade Kecamatan Ngrayun dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada sekitar abad 16 ada seorang pendatang dari sebuah kerajaan
yang menamakan diri Kanjeng Kendang. Beliau datang bersama
pengikutnya menginap beberapa hari di daerah ini. Berhubung
daerah ini belum diberi nama, kemudian dia memberi nama daerah
yang merupakan hutan belantara dengan nama Binade, yang
dikandung maksud mengambil dari nama orang pertama yang
datang di wilayah ini bernama sang nabi yang merupakan orang
yang sakti dan besar (gedhe) pengaruhnya. Maka beliau mengambil
nama dari istilah Nabine Gedhe yang kemudian menjadi Binade.
Desa Binade nan permai berada di perbukitan di wilayah
Kecamatan Ngrayun. Binade desa kecil dan kontur tanah desanya
naik turun, berkelok dengan jalan beraspal sempit penuh lubang,
tapi penuh kesan dengan puncak-puncak bukit hijau yang tersebar
ditiap sudut desa menyambut. Jalan-jalan desa Binade begitu
lengang, tak banyak kendaraan, hanya beberapa warga yang
ngumpul melepas lelah dari ladang bercengkrama. Desa Binade ini
bisa dijangkau melalui dua jalur, dari Slahung melewati Mrayan dan
dari Gemah Harjo Kabupaten Pacitan yang langsung bisa sampai ke
Binade. Kedua jalur ini jaraknya hampir sama, tapi jika ingin lebih
nyaman bisa memilih jalur dari Gemah Harjo, karena lumayan lebih
landai. Selain itu Desa Binade juga memiliki situs peninggalan kuno
yang disebut arca ganesa, konon kata masyarakat setempat lebih
tua dari kerajaan Majapahit. Desa Binade termasuk desa maju
menempati nomor urut 2 sekabupaten Ponorogo. mungkin itu
sedikit ulasan tentang Desa Binade.
Sedangkan permasalahan yang ada di desa tersebut, selain
menempati urutan kedua sebagai desa maju sekabupaten ponorogo
ternyata Desa Binade juga menempati urutan kedua sebagai kasus
pernikahan dini tertinggi sekabupaten ponorogo. Dari hasil data
yang ada di kantor desa selama tiga tahun terakhir, rata rata
pernikahan yang ada di desa terbut adalah usia 15 bagi perempuan
148
dan 18 tahun bagi laki laki, sehingga maksud dari kampus iain
ponorogo mengirim kami yang sejurusan dengan permasalahan
desa tersebut, untuk melaksanakan KPM di desa binade guna
mengurangi kasus pernikahan dini yang ada di desa tersebut
Langsung saja,minggu pertama adalah pembukaan KPM di
balai desa binade bersama sama dengan kelompok kpm multi
disiplin. Kemudian yang saya lakukan di desa binade setelah
pembukaan adalah jalan jalan dan melihat lihat desa guna untuk
mengenal tempat tempat yang ada di desa tersebut serambi
mengobati rasa penasaran kerena letak desa tersebut berada di
pegunungan dan perbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan.
Sewaktu dengan jalan jalan tersebut, saking asiknya menelusuri
jalan bersama teman saya yang bernama Alfani Roman Hidayat
tersesat ke Desa Puncangombo Kabupaten Pacitan dan tidak bisa
pulang, alhasil minta shere loc ke temen yang ada diposko agar bisa
pulang. Selain hal yang ada diatas saya dan temen saya bernama
Rizki Novianto juga mengunjungi situs kuno yang dinamakan arca
ganesa, dan ternyata tempat itu dikeramatkan oleh masyarakat
setempat.
Dalam upaya saling kenal berbaur dan diterima masyarakat
kami dibagi menjadi beberapa kelompok guna untuk bersilaturahmi
dari pintu ke pintu masyarakat setempat terutama bersilaturahmi
kepada RT, RW dan Kamituwo sekaligus mencari informasi yang
sekiranya penting dan dibutuhkan untuk melaksanakan proker
penunjang maupun proker inti. Hasil dari bersilaturahmi pintu ke
pintu, tak disangka masyarakat sangat antusias menyambut kami
dengan hangat, bahkan juga dipersilahkan untuk mengisi tausiah,
memimpin tahlildan dipersilahkan untuk menghidupkan masjid
dari adzan untuk sholat lima waktu, imam, dan khutbah jum’at.
Minggu kedua,seperti yang disarankan oleh bapak kepala desa
agar tidak fokus ke satu RT saja tetapi kalau bisa seluruh RT yang
ada di Desa Binade. Berhubung jumlah RT yang ada di desa binade
banyak, maka minggu kedua ini melanjutkan bersilaturahmi dari
149
pintu ke pintu yang belum sempat didatangi. Kemudian karena
bertepatan dengan hari raya qurban maka pada hari jum’at malam
sabtu tanggal 8 juli saya bersama teman teman KPM mengadakan
takbir bersama di masjid sampai jam 02:00 dini hari dilanjutkan
sabtu paginya aalah membantu masyarakat dalam menyembelih
hewan hewan qurban dan alhamdulillah kami mendapat daging
kambing dan sapi yang lumayan banyak.
Karena sangat banyak mendapatkan daging dengan senang
hati saya dan teman teman KPM mengadakan bakar bakaran pada
malam minggunya. Setelah hari itu saya dan teman teman KPM,
juga berencana membuat bakso, akan tetapi harapan berpesta
bakso itu sirna karena kurangnya ilmu dan praktek membuat bakso,
yang seharusnya jadi bakso malah jadi bubur sapi dan itu terjadi
dua kali dan semua jadi bubur sapi. Melihat hal itu ketua kelompok
kami yang bernama Iza Syaiful Fuad atau yang biasa dipanggil Mbah
Iza, sangat prihatin melihat bakso gagal alias bubur sapi tersebut,
dengan tidak banyak berfikir, Mbah Iza langsung memanaskan
wajan yang berisi minyak goreng dan langsong menggoreng bubur
sapi tersebut. Pada akhirnya yang terjadi adalah, kami makan
semacam lentho entah apa namanya, yang jelas bubur sapi itu tadi
digoreng dan bentuknya seperti lentho dan bakwan. Patut disyukuri
karena masih bisa makan daging.
Kegiatan KPM minggu kedua ini saya bersama teman KPM
mengikuti acara yasinan di RT blumbang. Yasinan perdana bagi
kami yang cukup mengukir cerita. Bagaimana tidak di yasinan yang
pertama saya sudah menumpahkan dua gelas kopi yang cukup
membuat panik teman teman KPM. Selain itu juga diminggu ketiga
ini saya di beri amanat oleh Mbah Iza selaku ketua kelompok untuk
sowan ke SMK guna untuk menjelaskan tujuan kami untuk
sosialisasi Penewasaan Usia Perkawinan (PUP). PihakSMK sangat
antusias justru kami juga diamanati untuk mengisi Baca Tulis
Qur’an (BTQ) selama kami KPM di Desa Binade. Setelah saya
melaporkan hasil sowan SMK ke Mbah Iza . Saya ditujuk sebagai
150
penanggung jawab sosialisasi PUP yang akan dilaksanakan pada
minggu ke empat.
Kegiatan KPM minggu ketiga ini saya mulai dari mengajar BTQ
di SMK. Pada hari Senin minggu keempat saya bersama ketiga
teman saya mengajar BTQ yang diawali sholat dhuha dan
dilanjutkan dengan menyeleksi anak anak SMK, dimana akan
dibedakan antara yang sudah lancar membaca qur’an dengan yang
masih iqra. Dari hasil itu ternyata mayoritas anak anaknya belum
ada yang bisa membaca qur’an, mayoritas mereka masih ditahap
iqra, dari keseluruhan anak SMK yang bisa membaca qur’an hanya
10% dan sisanya belum bisa, cukup memperhatinkan juga.
Kegiatan minggu ketiga selanjutnya adalah yasinan malam
jum’at dirumah pak RT. Bersama temen teman KPM saya berangkat
ke rumah pak RT untuk mengikuti kegiatan masyarakat, yaitu
yasinan. Untuk kali ini yasinan berjalan dengan lancar tanpa ada
drama yang terjadi, hanya saja ketika pak RT menunjuk salah satu
dari kami untuk memimpin do’a, kami saling tunjuk dan akhirnya
teman saya yang bernama Amir Hasani lah yang menjadi korban
dan seperti biasa setelah pulang tiba diposko Amir Hasani pun
ngoceh ngoceh timur kebarat selatan keutara, ocehannya tersebut
justru dijaikan bahan candaan sama teman teman KPM alhasil Amir
Hasani juga ikut ketawa. Sebelumnya juga hari senin sore ikut serta
mengajar TPQ dirumah ibu Asih dari jam 14:30-15:30.
Selanjutnya kegiatan saya minggu keempat ini adalah saya
sebagai penanggung jawab sosialisasi PUP bersama ketiga teman
saya. Pada hari jumat minggu keempat saya bersama ketiga teman
saya berangkat lebih awal karena posisi kami yng sebagai
penanggung jawab PUP. Setelah kami tiba di SMK, kami langsung
menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk sosialisasi seperti meja
pembicara, proyektor, konsumsi dan mengondisikan anak anak
SMK setelah siap semua dan pembicara memulai
mempresentasikan materinya saya bersama teman saya yang
bernama Rizki Novianto pergi ke warong terdekat guna untuk
151
mencari asupan perut, maklum karena berangkat terlalu pagi dan
belum sarapan, jadi sosialisasi saya tinggal sebentar dan saya
serahkan kepada pembicara sosialisasi. Walaupun begitu saya sama
teman saya kembali ke SMK sebelum acara selesai, jadi acara tetap
berjalan dengan lancar.
Kegiatan saya minggu keempat yaitu di hari Selasa mengisi
BTQ di SMP jam 13:00- 14:00 dikelas 1 atau 7 SMP. Sama seperti di
SMK mayoritas anak anak smp juga belum bisa membaca qur’an.
Mereka mengaku sudah bisa membaca qur’an tapi setelah dites
banyak yang belum bisa. Setelah kami berpamitan ternyata sama
kepala sekolah SMP disuruh menghidupkan pramuka karena
pramuka di SMP tersebut sudah lama mati karena adanya pandemi
covid 19. Dengan sangat senang hati akhirnya kami menyanggupi
permintaan kepala sekolah SMP tersebut, itung itung juga untuk
mengisi waktu dari pada tidur tiduran diposko.
Akhirnya pramuka dimulai pada hari jumat minggu keempat.
Jadi pagi mengisi PUP di SMK sore langsung pembukaan pramuka di
SMP. Kebetulan saya pribadi mendapat tugas sebagai pengibar
bendera di acara pembukaan pramuka. Setelah upacara saya
bersama dua teman saya langsung menuju ke lapangan serambi
mengonisikan kelas 2 atau 8 untuk mengajarinya materi
kepramukaan. Kemudian setelah itu bukannya diisi dengan materi
kepramukaan justru isi materinya adalah ketawa ketiwi sampai
habis waktu tidak jelas karena ternyata anak anaknya aktif dan sulit
dikondisikan.
Diminggu keempat ini kegiatan saya yaitu yasinan malam
jum’at dikrajan. Pada malam jum’at nya sebelum kegiatan pramuka
tersebut saya dan teman teman saya ber empat ke krajan dalam
rangka mengikuti yasinan di rumah pak RT. Disini terjadi drama
kedua kalinya. Hal itu terjadi ketika teman saya yang bernama
Muhibbudin yang aslinya tidak tau tempat rumah yang akan dipakai
yasinan mengaku tau alias sok tau yang akhirnya masuk ke dusun
lain. Pada hakikatnya lebih dekat justru naik lebih jauh dari tempat
152
yang direncanakan. Ya seperti biasa setelah selesai yasinan dan
pulang ke posko Muhibbudin ini habis dibully satu kelompok hal itu
terjadi karena temen temen mengalami kecewe ganda, yang
pertama tempat yasinan yang salah, keduanya pergi dengan
keadaan lapar karena belum makan berharap dapat makan, eh
ternyata hanya dapat jajan gorengan saja. Bukan minta maaf si
Muhibbudin ini malah ketawa ketiwi gak jelas menganggap semua
itu hiburan KPM.
Kegiatan KPM diminggu kelima yaitu, untuk saya pribadi
mungkin sudah tidak terlalu bingung karena sudah sedikit hafal
dengan kondisi yang ada di desa Binade. Seperti mengisi BTQ di
SMK waktu pagi dan mengisi BTQ di SMP waktu sore. Kemudian
malam jum’at menghadiri yasinan di blumbang. Mungkin yang beda
yasinan minggu kelima ini bertepatan dengan Amir Hasani sebagai
pengisi tausiah, jadi ketika mengisi tausiah saya vidio kemudian
saya kiremkan ke group watsap, berbagai komentar dari teman
teman KPM, sesampainya diposko Amir Hasani dengan nada
bercanda ngoceh ngoceh dengan senang hati saya pun juga
mengetawakannya.
Kegiatan KPM diminggu kelima yaitu evaluasi kekurangan
maupun kelebihan terhadap kegiatan kegiatan inti yang telah
terlaksanakan serta merencanakan kegiatan penutup diminggu
keenam. Alhamdulillah semua kegiatan inti kami di Desa Binade
sudah terlaksanakan dengan lancar tanpa ada halangan suatu
apapun. Agenda saya bersama teman teman KPM yaitu
menghabiskan sisa waktu KPM dengan proker penunjang seperti
yasinan, mengajar BTQ di SMP maupun SMK juga serambi
menyelesaikan esay indiviu
Untuk kegiatan KPM diminggu keenam adalah menghabiskan
waktu dengan program penunjang seperti yasinan, mengajar BTQ di
SMP maupun SMK serta berpamitan kepada mereka bahwa tugas
saya dan teman teman KPM di Desa Binade sudah selesai dan
berteima kasih karena sudah menerima kami dan menganggap
153
kami sebagai kelarga dari Desa Binade. Kemudian juga ada kegiatan
penutupan yang diadakan dibalai desa Binade sebagai ucapan
perpisahan dari saya dan teman teman KPM. Tepat tanggal 12 hari
jum’at saya dan teman teman meninggalkan Desa Binade untuk
pulang kerumah masing masing
Sesuai dengan jurusan kami yaitu Hukum Keluarga Islam
(HKI) bahwa tugas kami KPM di Desa Binade ini adalah mencegah
atau setidaknya mengurangi kasus pernikahan dini yang ada didesa
ini, mengingat desa ini menempati nomor dua tertinggi di Ponorogo
dengan kasus pernikahan dini. Mengenai hal tersebut, dengan
intruksi ketua KPM, kami mengambil inisiatif sosialisasi kepada
masyarakat, SMK dan SMP tentang pendewasaan usia perkawinan
(PUP) dengan bekerja sama dengan BKKBN. Alhamdulillah semua
berjalan dengan lancar sesuai yang direncanakan. Untuk hasil dari
sosialisai mungkin belum kelihatan karena sifatnya yang hanya
memberi wawasan atau pemahaman tentang bahaya-bahaya
pernikahan dini, semoga saja dengan adanya sosialisasi ini bisa
menyadarkan masyarakat akan bahaya dan resiko akan pernikahan
dini dengan begitu maka kasus pernikahan dini bisa berkurang alih-
alih bisa tercegah.
Selanjutnya kesan saya bersama masyarakat selama KPM di
Desa Binade adalah, saya banyak mendapatkan
pengalaman,pelajaran,serta ilmu-ilmu baru, jujur dari sya sendiri,
masyarakat Bintang kekelip dimata saya sangat baik,dimana semua
masyarakat sangat senang akan kedatangan kami, saya merasa
terharu, awal saya sampai di kampung tersebut saya tak bisa
berpikir bagaimana caranya saya beradaptasi disana, ternyata dari
hari ke hari saya merasa nyaman disana, saya sudah merasa di
tempat asli saya, orang-orang saya, dan keluarga saya,kebaikan
masyarakat sangat luar biasa,kami dianggap sebagai keluarga
mereka, dimana orang tua menganggap kami sebagai anak, pemuda
mengnggap kami sebagai teman, dan anak-anak menganggap kami
sebagai guru sekalian teman.
154
Kesan Kami tinggaal bersama Mbah Sibun kami diperlakukan
sangat baik, kami sangat senang tinggal bersama mereka, kami
sudah menganggap beliau sebagai orang tua kami sendiri, sikap
mereka kepada kami sangatlah luar biasa, tidak kami sangka
mereka menerima kami dirumahnya dengan ketuluulusan, tidak
akan kami lupakan jasa-jasa mereka, semua kebaikan akan kami
ingat selama kami masi ada, akan tetapi selama saya dan teman
teman KPM tinggal dirumah Mbah Sibun terjadi kehoror hororan
reperti hampir semua teman teman KPM bermimpi dikejar kejar
hantu dan lain sebagainya. Di Desa Binade hawanya sangat sejuk
tetapi sangat dingin ketika musim dingin samapi samapi pernah gak
mandi selama 2 hari.
Kesan saya melakukan kegiatan di SMK dan SMP bercampur
suka dan duka saya rasakan kesan dukanya adalah mengetahui
bahwa anak anak Desa Binade minim akan paham agama.
Sedangkan kesan sukannya adalah kenal dengan ceweknya yang
cantik cantik salah satunya anak nya pak RT yang bernama Annisa
kelas 3 atau 12 SMK dan alhamdulillah dapat juga nomer handpond
nya
Pesan saya terhadap masyarakat desa binade adalah saya
pribadi mengucapkan banyak terima kasih karena sudi menerima
kami serta menganggap kami sebagai keluarga sendiri. Dan juga
berterima kasih karena sudah memberikan ilmu serta pengalaman
yang sangat berharga bagi kami khususnya saya pribadi semoga
ilmu serta perlakuan yang kalian berikan menjadi amal jariyah di
akhirat serta mendapat balasan yang baik dari Alloh SWT dan
semoga ilmu yang kalian berikan bermanfaat bagi kami didunia
maupun akhirat.Terkhusus untuk Mbah Sibun sekeluarga kami
sangat berterima kasih karena telah menyediakan tempat tinggal
untuk kami berkegiatan KPM dan juga sudah menggap kami sebagai
keluarga.
Terkhir teruntuk pak kades dan masyarakat Binade sekali lagi
kami mengucapkan beribu ribu terima kasih untuk semuanya.
155
Semoga yang dicita cita kan terwujud. Terimakasih Mbah Sibun,
terimaksih Binade terima kasih semuanya, semoga bisa ketemu
dilain waktu, Amiin.!
Risma Wigati
156
Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) merupakan
agenda tahunan sebagai bagian penting dari kegiatan perkuliahan
di Perguruan Tinggi termasuk di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo. KPM merupakan bentuk penerapan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kegiatan pengabdian
merupakan manifestasi peran civitas akademika Perguruan Tinggi
yang tidak hanya berkutat pada peningkatan kompetensi secara
intelektual, tetapi harus memiliki kepekaan, kepedulian, dan
kesadaran untuk melaksanakan aksi sosial guna memperbaiki
keadaan dan kehidupan masyarakat. Dharma pengabdian ini pula
yang menjadi sarana implementasi kompetensi keilmuan yang
diperoleh dari bangku perkuliahan di tengah-tengah masyarakat.
Dengan kata lain, aksi pengabdian ialah sarana menjembatani
tataran teori dengan tataran praktis sehingga ilmu pengetahuan
dapat memiliki daya guna untuk memperbaiki keadaan hidup
masyarakat luas.
Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di IAIN Ponorogo
ialah kegiatan intrakurikuler yang wajib ditempuh setiap
mahasiswa IAIN Ponorogo. KPM menjadi wahana pengabdian
mahasiswa dalam bentuk belajar, meneliti, dan bekerja sama
dengan masyarakat. KPM sendiri bertujuan sebagai sarana
menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan
dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sehingga menghasilkan
kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat meningkat. Selain
tujuan umum, KPM memiliki tujuan khusus di antaranya melatih
penalaran dan kepekaan mahasiswa dengan bekerja sama,
mengembangkan potensi, dan melatih kemampuan berbaur dengan
masyarakat.
Dua tahun silam pada masa pandemi, IAIN Ponorogo
menyelenggarakan kegiatan KPM secara daring dari rumah dan
fokus pada lingkungan masing-masing mahasiswa. Kemudian era
pasca pandemi, tahun 2022 ini IAIN Ponorogo telah
157
menyelenggarakan KPM secara luring yaitu dengan bermukim di
lokasi selama kurang lebih 45 hari. Mahasiswa peserta KPM disebar
di lima kecamatan se-Ponorogo yaitu Kecamatan Sambit, Slahung,
Bungkal, Ngrayun, dan Sawo. Tahun ini, pembagian kelompok
peserta dan metode pengabdian memiliki perbedaan dari
sebelumnya. Pembagian kelompok mengacu pada opsi KPM Mono
Disiplin dan KPM Multi Disiplin. Mahasiswa ketika mendaftar
dipersilakan memilih antara Mono dan Multi Disiplin. KPM Mono
Disiplin yaitu kegiatan KPM yang dilakukan oleh sekelompok
mahasiswa dengan bidang keilmuan atau rumpun keilmuan yang
sama. Program kerja utama KPM Mono Disiplin tidak harus berbasis
kebutuhan utama dan permasalahan di masyarakat melainkan
disesuaikan dengan program studi yang dipelajari. Sementara, KPM
Multi Disiplin adalah kegiatan KPM yang dilakukan oleh kelompok
peserta KPM yang beranggotakan mahasiswa dengan bidang
keilmuan dan rumpun keilmuan yang berbeda-beda. Program kerja
utama KPM Multi Disiplin disesuaikan dengan kebutuhan utama
dan permasalahan yang ada di masyarakat setempat.
Sementara itu, metode pengabdian yang dahulu
pendekatan berbasis masalah, maka tahun ini KPM menggunakan
metode ABCD (Assets Based Community Development). Metode
ABCD ini menggunakan pendekata berbasis aset atau potensi yang
dimiliki masyarakat setempat. Dengan demikian, mahasiswa KPM
tidak selalu harus selalu memulai dengan masalah tetapi harus
melihat potensi yang bisa dikembangkan di lingkungan setempat.
Salah satu wilayah yang dijadikan lokasi KPM ialah
Kecamatan Ngrayun. Lokasi ini merupakan wilayah Ponorogo
sebelah paling selatan yang berbatasan langsung dengan wilayah
Kabupaten Pacitan. Kecamatan Ngrayun menaungi sebelas desa
salah satunya Desa Binade yang menjadi wilayah pengabdian
mahasiswa KPM 62 Mono Disiplin.
Desa Binade merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Ngrayun yang terletak di sebelah paling selatan dan
158
barat wilayah Kecamatan Ngrayun serta berbatasan langsung
dengan wilayah Kabupaten Pacitan. Desa Binade terbagi menjadi
tiga wilayah dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Petung, dan Dusun
Blumbang. Topografi Desa Binade terdiri dari pegunungan dan
hutan pinus yang indah dan asri. Tak heran jika Desa Binade
terkenal memiliki udara yang dingin. Suasana pedesaan terasa
kental karena masyarakat Binade sangat ramah dan terbuka
menerima kedatangan mahasiswa KPM 62. Hal lain yang cukup
menarik perhatian kami ialah sosok Kepala Desa Binade Bapak
Sunarwicahyo, S.H., yang sangat ramah, visioner, dan kooperatif.
Sikap yang demikian menjadikan mahasiswa KPM 62 merasa
dipermudah dalam menjalankan program kerja di Desa Binade. Tak
hanya itu, meskipun Desa Binade jauh dari keramaian kota,
pembangunan desa tak kalah dengan kota. Keadaan ini dibuktikan
dengan adanya pembangunan desa yang maju terutama dalam
bidang ekonomi dan pendidikan. Dalam bidang ekonomi ditandai
dengan berkembangnya Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang
pesat. Selain itu, banyak masyarakat Binade yang memiliki UMKM
dan usaha di rumah-rumah, misalnya toko kelontong, toko
bangunan, maupun warung makan. Hal ini tentunya menjadi
penopang ekonomi masyarakat di samping sektor pertanian.
Seperti halnya wilayah lain, Desa Binade selain memiliki
potensi juga mempunyai permasalahan yang harus diselesaikan.
Salah satunya terkait remaja dan pernikahan usia remaja. Data
pernikahan Kecamatan Ngrayun per bulan Juni 2022 menunjukkan
bahwa dari 151 pernikahan, 47 perempuan di antaranya menikah
di usia kurang dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan angka
pernikahan dini memang cukup banyak di wilayah Kecamatan
Ngrayun dan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah
pernikahan yang terjadi. Ternyata, adanya pernikahan usia remaja
ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Tingkat
pendidikan remaja yang menikah di bawah usia 20 tahun umumnya
SMP atau SMA/SMK. Ditambah adanya stigma tokoh masyarakat
159
setempat bahwa pernikahan dini tidaklah dilarang agama dan
dianggap menyegerakan hal baik karena menikah itu sendiri adalah
hal yang baik.
Selain persoalan pernikahan usia remaja, permasalahan
juga terjadi dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan
keagamaan. Hal ini terbukti pada tingkat kemampuan Baca Tulis
Alquran (BTQ) anak-anak hingga remaja. Berdasarkan observasi
awal di tiga ruang lingkup lingkungan pendidikan yaitu Taman
Pembelajaran Alquran (TPA) Dusun Krajan, SMPN 5 Ngrayun, dan
SMKN 1 Ngrayun, presentase siswa yang dapat membaca Alquran
dengan lancar baru sekitar 40%, sementara sisanya masih belajar
Iqro’. Bahkan, untuk siswa jenjang menengah atas masih ada
lumayan banyak yang belum bisa membaca Alquran dengan baik
dan benar, terutama siswa laki-laki. Padahal, kemampuan membaca
tulis Alquran merupakan kompetensi wajib yang harus dikuasai
siswa jenjang menengah pertama maupun menengah atas sesuai
Instruksi Bupati Ponorogo. Hal ini sebenarnya menjadi
keprihatinan bersama, karena remaja usia sekolah menengah atas
merupakan remaja usia produktif atau dapat disebut masa
keemasan remaja untuk mengembangkan diri dan kualitas diri,
tetapi sayang kemampuan membaca Alqurannya belum memadai.
Sementara bagi siswa yang sudah lancar membaca Alquran,
terkadang belum memiliki penguasaan yang matang dalam hal
tajwid dan makharijul huruf. Penulis pernah menanyakan tentang
hukum bacaan tajwid, rata-rata siswa yang telah lancar membaca
Alquran mampu membaca dengan benar tetapi sebagian lupa
tentang hukum bacaan tajwidnya. Maka, permasalahan bersama ini
harus dicarikan solusi alternatif yang tepat.
Permasalahan terkait pembelajaran BTQ menjadi salah
satu fokus pengabdian mahasiswa KPM 62 Mono Disiplin. Bahkan,
pihak SMPN 5 Ngrayun dan SMKN 1 Ngrayun sendiri yang meminta
bantuan kepada mahasiswa KPM 62 untuk bekerja sama dan
mendampingi dalam pembelajaran BTQ di kedua institusi tersebut.
160
Kegiatan pendampingan BTQ akhirnya menjadi salah satu program
kerja penunjang kelompok KPM 62. Masalah utama yang terjadi
dalam kegiatan BTQ ini ialah kemampuan membaca Alquran yang
cukup rendah bagi anak-anak dan remaja. Ruang lingkup mentoring
BTQ ini ada tiga, yaitu Taman Pembelajaran Alquran (TPA) di
Dusun Krajan, BTQ di SMPN 5 Ngrayun, dan BTQ SMKN 1 Ngrayun.
TPA di Dusun Krajan dilaksanakan tiga kali dalam
seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat sore. TPA Dusun
Krajan diperuntukkan bagi anak-anak usia TK dan SD. Kemampuan
baca tulis Alquran di TPA ini sudah lumayan baik. Dari total semua
siswa, sudah ada 45% yang lancar membaca Alquran di usia mereka
yang masih masa Sekolah Dasar. Sementara sisanya, masih belajar
Iqro'. Untuk anak-anak yang sudah lancar membaca Alquran, secara
umum tajwid-nya sudah baik dan benar, hanya saja rata-rata
makharijul hurufnya belum sempurna.
Namun, menurut penulis pembelajaran Alquran di TPA
Dusun Krajan yang biasa disebut "TPA Bu Asih" karena memang
lokasi kelasnya di samping kios Bu Asih, masih perlu dievaluasi.
Salah satunya terkait efektivitas pembelajaran. Karena siswa yang
ada mencapai 40 orang sementara hanya diampu 1 guru yaitu Ibu
Asih sendiri. Hal ini tentu memerlukan waktu yang cukup lama dan
setiap anak hanya memiliki waktu belajar yang cukup singkat sebab
menggunakan metode sorogan (mengaji menghadap guru).
Kehadiran mahasiswa KPM 62 setidaknya dapat mendampingi
pembelajaran karena adanya tambahan personil pengajar sehingga
setiap anak memiliki waktu yang lebih longgar untuk mengaji.
Kemudian, BTQ di SMPN 5 Ngrayun merupakan program
yang baru dirintis sebagai bagian dari kurikulum pendidikan saat
ini. Awalnya, BTQ di SMPN 5 Ngrayun ini dilaksanakan setiap hari
untuk semua kelas. Tetapi pada minggu berikutnya, BTQ
dilaksanakan tiga kali dalam seminggu pada hari Selasa untuk kelas
8, Rabu untuk kelas 7, dan Sabtu untuk kelas 9. Program ini diawali
dengan ujian klasifikasi kemampuan membaca Alquran untuk
161
semua siswa guna mempermudah pembelajaran. Namun, hal yang
saya rasa memprihatinkan ialah, dari total 135 siswa, baru 40%
siswa yang dapat membaca Alquran dengan lancar. Padahal,
kemampuan membaca Alquran menjadi salah satu kemampuan
yang harus dipenuhi saat kelulusan sekolah. Hal lain yang
memprihatinkan ialah mengingat usia mereka yang sudah baligh
tetapi belum lancar membaca Alquran dengan baik dan benar.
Serupa dengan kegiatan BTQ di SMPN 5 Ngrayun, kegiatan BTQ di
SMKN 1 Ngrayun setidaknya ada 40% siswa yang mampu membaca
Alquran. Siswa yang telah lancar membaca Alquran ini didominasi
siswa perempuan, sedangkan hanya sebagian kecil siswa putra yang
lancar membaca Alquran.
Menurut pengamatan yang penulis lakukan, setidaknya
ada beberapa faktor yang melatarbelakangi rendahnya kemampuan
membaca Alquran beberapa remaja di kedua lembaga pendidikan
tersebut.
1. Faktor pendidikan keagamaan
Sebagian besar anak yang belum lancar membaca Alquran
ketika ditanyai lebih lanjut, mereka mengatakan jika pernah
mengikuti kegiatan TPA tetapi sudah lama atau saat masih usia
anak-anak. Dengan demikian, mereka mengaku lupa dengan
pembelajaran baca Alquran. Terlebih, latar belakang
pendidikan mereka yang bukan alumni pondok pesantren turut
memengaruhi kemampuan mereka membaca Alquran.
2. Faktor Individu
Faktor individu menurut penulis menjadi faktor yang
dominan berpengaruh. Sebab, hal ini berkaitan dengan minat
dan motivasi belajar. Ketika para siswa beralasan lupa dengan
materi baca Alquran karena TPA sudah beberapa tahun silam,
sejatinya menunjukkan menurunnya minat dan motivasi
belajar mereka. Sebab, jika dilogika belajar Alquran ialah
pembelajaran yang tidak pernah berhenti dan dilakukan
sebagai ibadah sepanjang waktu. Jikalau beralasan lupa, maka
162
berarti selama ini mereka kurang mempelajari dan meluangkan
waktu untuk mengaji.
3. Faktor lingkungan pergaulan
Rata-rata anak yang belum bisa membaca Alquran dengan
lancar bergaul dengan sesamanya. Ketika ditanya, mengapa
tidak mengikuti TPA lagi agar kemampuannya lebih baik,
mereka mengatakan tidak bersedia karena malu sebab usianya
sudah bukan anak-anak lagi. Hal ini menunjukkan, kemauan
belajar mereka di TPA telah pupus karena perasaan malu
belajar kembali di komunitas TPA yang notabene diisi oleh
anak-anak.
4. Keterbatasan Tenaga Pendidik dan Efektivitas Pembelajaran
Salah satu penyebab kurangnya kompetensi baca Alquran
para remaja ialah faktor tenaga pendidik. Di lembaga tersebut
masih sangat minim tenaga yang benar-benar berkompeten
untuk mengajar Baca Tulis Alquran. Padahal, di sisi lain siswa
yang harus menjalani pembelajaran cukup banyak. Sehingga,
pihak sekolah merasa kesulitan untuk mengkondisikan
pembelajaran BTQ dengan kondisi keterbatasan tenaga
pendidik. Hal ini tentu saja menghambat efektivitas
pembelajaran BTQ. Sama halnya dengan SMPN 5 Ngrayun, salah
satu tenaga pendidik di SMKN 1 Ngrayun pun mengeluhkan
minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten
untuk mengajar BTQ dan memegang kendali para siswa di
lembaga tersebut. Sebab, hanya ada dua atau tiga guru yang
biasa membimbing kelas BTQ di SMKN 1 Ngrayun.
5. Rintisan Program Baru
Program BTQ di SMPN 5 Ngrayun dan SMKN 1 Ngrayun
terbilang masih sangat baru. Hal ini sebagai akibat dari adanya
kewajiban adanya pelajaran BTQ di sekolah-sekolah sesuai
Instruksi Bupati Ponorogo. Merintis program baru ini
memerlukan pertimbangan ketersediaan tenaga pendidik yang
kompeten, metode dan program yang tepat. Keadaan demikian
163
menjadikan pihak sekolah belum menemukan susunan
program BTQ yang mapan dan tepat untuk diterapkan. Baik di
SMPN 5 Ngrayun maupun SMKN 1 Ngrayun, keduanya sama-
sama masih merancang program BTQ yang sekiranya dapat
diterapkan, akan tetapi kedua institusi tersebut terkendala
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni dan berkompeten
untuk mengajar BTQ. Tak hanya itu, pihak sekolah masih
kesulitan menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran
BTQ yang efektif.
Dalam pembelajaran Alquran, salah satu bagian yang
penting ialah metode. Metode BTQ yang selama ini banyak
diterapkan baik di TPA Dusun Krajan, SMPN 5 Ngrayun, dan SMKN
1 Ngrayun ialah metode sorogan (mengaji di hadapan guru). Dalam
praktiknya, ketika jumlah guru memadai, maka membentuk
kelompok-kelompok kecil antara guru dengan siswa dengan
perbandingan 1:5. Penulis pun menyebutnya dengan metode
Sorogan FGD (Focus Group Discussion). Hal ini juga dipraktikkan
ketika ada kehadiran pendamping bertambah dari mahasiswa KPM
62. Menurut pengamatan penulis, metode sorogan ini sendiri
memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dari sisi kelebihannya, metode sorogan FGD dapat
mempermudah pembelajaran siswa, karena siswa langsung
menghadap guru one by one. Dengan demikian, guru dapat langsung
mendengarkan, mengajari, dan membenarkan bacaan Alquran
siswa yang berada di hadapannya. Hal ini memudahkan siswa
belajar dan memahami bacaan Alquran. Selain itu, guru bisa lebih
mudah memantau perkembangan setiap siswa dan dapat menjalin
keakraban, karena bisa bertatap muka secara intensif. Progress
setiap siswa dapat dilacak dengan metode ini, karena guru dapat
memerhatikan satu per satu kemampuan siswa. Hal ini juga
bermanfaat untuk memetakan kemampuan siswa agar dapat
dikategorikan mana yang sudah lancar membaca Alquran dan mana
yang belum.
164
Selain kelebihan, metode sorogan juga memiliki
kekurangan. Pertama, mengingat banyaknya siswa yang mengikuti
pembelajaran BTQ, maka untuk menangani semua siswa satu per
satu memerlukan tenaga pendidik yang cukup banyak. Paling tidak
satu guru memegang lima sampai enam siswa agar lebih efektif. Jika
jumlah guru sangat minim, maka metode sorogan dapat memakan
waktu yang lama. Apabila jumlah guru sedikit sementara siswa
lebih banyak, akibatnya setiap siswa memiliki bagian waktu yang
singkat untuk belajar di hadapan guru. Sehingga, metode sorogan
hendaknya diimbangi dengan jumlah tenaga pendidik yang
mencukupi serta waktu yang memadai.
Mengamati kondisi pembelajaran BTQ baik di TPA
Dusun Krajan, SMPN 5 Ngrayun, dan SMKN 1 Ngrayun, penulis
sebagai bagian dari mahasiswa kelompok KPM 62 Mono Disiplin
berupaya melakukan aksi pengabdian dalam pembelajaran BTQ
bagi anak-anak dan remaja. Aksi pengabdian dalam bentuk
pendampingan pembelajaran BTQ ini diawali dengan kegiatan
mengklasifikasikan siswa sesuai kemampuannya dalam membaca
Alquran, menjadi tiga kategori yaitu kategori lancar Alquran, belum
lancar, kurang lancar/Iqro'. Bagi siswa yang sudah bisa membaca
Alquran kategori kurang lancar dan lancar akan dibina dalam
kelompok tersendiri. Sementara, siswa yang belum lancar atau
belum bisa membaca Alquran dengan baik, maka akan dimasukkan
dalam kelompok pembelajaran Iqro'. Sementara itu, pihak sekolah
untuk SMPN 5 Ngrayun menyerahkan metode pembelajaran kepada
mahasiswa KPM 62 dan tidak memaksa untuk menggunakan
metode tertentu. Sementara, untuk pihak SMKN 1 Ngrayun, setelah
proses pembelajaran tahap pertama yang bertujuan
mengkategorikan siswa menurut kemampuan bacaan Alqurannya,
metode yang diterapkan yaitu sorogan dalam kelompok-kelompok
kecil dengan pencatatan progress kegiatan dalam kartu belajar yang
diisi oleh guru atau mahasiswa pendamping.
165
Melalui aksi pengabdian tersebut, penulis sebagai bagian
dari mahasiswa KPM 62 berupaya memberikan sedikit sumbangan
pemikiran tentang penyusunan metode dan program BTQ.
Mahasiswa KPM 62 menerapkan metode sorogan FGD (Focus Group
Discussion) untuk BTQ di SMKN 1 Ngrayun, SMPN 5 Ngrayun,
maupun TPA di Dusun Krajan. Dengan tambahan tenaga
pendamping dari mahasiswa KPM 62, harapannya dapat membantu
efektivitas pembelajaran BTQ.
Persoalan pendidikan keagamaan tidak berhenti pada
pembelajaran BTQ. Aksi pengabdian masyarakat dalam bidang ini
dilakukan melalui kegiatan yasinan baik yang diikuti oleh kaum
Bapak-Bapak maupun Ibu-Ibu. Dalam kegiatan yasinan Ibu-Ibu yang
penulis ikuti setiap hari Jumat sore ba'da Ashar, diselipkan tausiah-
tausiah singkat untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan bagi
para Ibu-Ibu. Begitupun dengan kegiatan yasinan Bapak-Bapak juga
ada materi tausiah untuk peningkatan pengetahuan agama bagi
warga. Tentunya, dalam hal ini ada tujuan lain yang hendak dicapai.
Selain meningkatkan pengetahuan agama Bapak Ibu peserta
yasinan, materi tausiah yang didapatkan dari kegiatan yasinan
dapat disampaikan kepada anak-anak dan remaja yang ada di
sekitarnya.
Menanggapi persoalan kurangnya kompetensi membaca
Alquran pada remaja di Desa Binade, penulis mengalami beberapa
kendala dalam menjalankan aksi pengabdian untuk meningkatkan
kemampuan baca tulis Alquran. Adapun kendala-kendala yang
penulis alami selama mengajar BTQ baik di TPA Dusun Krajan,
SMPN 5 Ngrayun, maupun SMKN 1 Ngrayun, yaitu sebagai berikut.
1. Keterbatasan waktu
Waktu pendampingan BTQ sangat terbatas. Selain
karena jam pelajaran BTQ hanya 1-2 jam, juga karena jadwal
yang bergiliran sebab menyesuaikan penempatan jadwal yang
dibuat pihak sekolah. Pelaksanaan BTQ di SMKN 1 Ngrayun
dilaksanakan hari Senin sampai Jumat tetapi hanya dalam
166
waktu 1 jam. Sementara BTQ di SMPN 5 Ngrayun dilaksanakan
tiga kali dalam seminggu dengan waktu 1-2 jam dan bergiliran
antar kelas. Artinya, setiap siswa SMPN 5 Ngrayun hanya
melaksanakan satu kali BTQ dalam seminggu. Hal ini menjadi
kendala bagi efektivitas pembelajaran BTQ itu sendiri karena
keterbatasan waktu. Dengan demikian, perkembangan
kemampuan siswa menjadi lebih lambat karena frekuensi
pertemuan pembelajaran lebih singkat, terutama di SMPN 5
Ngrayun. Sementara itu, kendala ini bertambah ketika
pendampingan yang dapat kami lakukan hanya dalam masa
KPM selama kurang lebih 40 hari.
2. Keterbatasan tenaga pendidik yang berkompeten mengajar
BTQ
BTQ di SMKN 1 Ngrayun dan SMPN 5 Ngrayun
terkendala minimnya SDM yang berkompeten dalam bidang
BTQ. Kedua lembaga tersebut masih memerlukan tenaga
pendidik yang berkompeten di bidangnya, yang bersedia
menangani pembelajaran BTQ.
3. Keterbatasan rancangan program dan metode
BTQ merupakan program yang baru dirintis baik di
SMPN 5 Ngrayun maupun di SMKN 1 Ngrayun, sehingga pihak
sekolah belum menemukan metode yang matang dan tepat
untuk mempercepat peningkatan kompetensi baca Alquran
para siswanya. Sementara ini, metode pembelajaran yang
diterapkan ialah metode sorogan. Tetapi, metode ini juga masih
memiliki kekurangan di beberapa sisi.
Menanggapi beberapa persoalan tersebut, penulis
mengusulkan beberapa alternatif solusi yaitu sebagai berikut.
1. Mengadakan pembelajaran tajwid dan makharijul huruf
hijaiyah secara intensif
Salah satu pondasi kemampuan membaca Alquran yaitu
penguasaan ilmu tajwid dan makharijul huruf. Maka, bagi siswa
yang sudah mempelajari Iqro' 5 sampai jenjang Alquran
167
sebaiknya diberikan kembali pembelajaran tajwid untuk
mematangkan kemampuan bacaannya.
2. Penyediaan waktu yang lebih banyak dan rutin
Keterbatasan waktu menjadi salah satu kendala
pelaksanaan BTQ baik di TPA, SMPN 5 Ngrayun, dan SMKN 1
Ngrayun. Maka, penulis menyarankan sebaiknya ada
sinkronisasi yang baik antara jadwal mata pelajaran umum
dengan kegiaa BTQ. Hal ini bertujuan untuk menyediakan
waktu luang untuk pelaksanaan BTQ sehingga ada waktu lebih
banyak dan tentunya harus dijadwal secara rutin agar para
siswa terbiasa belajar setiap hari. Hal ini bertujuan merangsang
motivasi belajar siswa agar lebih semangat dan mempunyai
kemauan yang tinggi untuk belajar lebih baik.
3. Tutor Sebaya dalam Pembelajaran BTQ
Siswa yang lancar membaca Alquran, kemampuannya
harus benar-benar dimatangkan. Jika kemampuan mereka
sudah benar-benar baik, maka keberadaan siswa yang sudah
bisa membaca Alquran dengan baik dan benar ini bisa dijadikan
tutor sebaya bagi siswa lain yang bacaannya kurang lancar.
Dengan adanya tutor sebaya dalam kegiatan BTQ, setidaknya
dapat memberikan solusi bagi keterbatasan tenaga pendidik
untuk menangani BTQ. Manfaat lainnya adalah membuka
peluang berbagi ilmu dan berdiskusi antar sesame siswa.
Kegiatan pengabdian dalam bidang pendampingan BTQ di
TPA Dusun Krajan, SMPN 5 Ngrayun, dan SMKN 1 Ngrayun menjadi
pengalaman yang bermakna bagi penulis. Kesan pertama yang
penulis rasakan ialah adanya kebersamaan dengan para siswa
ketika belajar Alquran ataupun Iqro’ bersama. Siswa yang penulis
temui semuanya bisa menjalin keakraban dengan mahasiswa
pendamping. Tingkah laku mereka, mengingatkan penulis pada
masa-masa sekolah di SMP dan SMA. Kesan lain yang penulis
rasakan ialah adanya sambutan pihak sekolah baik SMPN 5
Ngrayun dan SMKN 1 Ngrayun yang sangat hangat dan kooperatif
168
dengan kami. Di satu sisi, pihak sekolah mengharapkan adanya
kerja sama yang baik antara mahasiswa KPM 62 dengan pihak
sekolah terutama dalam bidang BTQ. Sementara, di sisi yang lain
kelompok KPM 62 mendapatkan wadah untuk mengabdikan ilmu
dengan mendampingi kegiatan BTQ di kedua lembaga tersebut.
Dengan kata lain, ada simbiosis mutualisme antara pihak sekolah
dengan kami sebagai mahasiswa KPM 62. Penulis dan teman-teman
tidak hanya merasa dibutuhkan kehadirannya, tetapi juga dihargai
dengan diberi kesempatan dan kepercayaan untuk mengabdi.
Makan ketan di Dusun Krajan, setelah kesan tentu ada
“pesan”. Menurut penulis, Kampung Damai Desa Binade ialah
tempat yang indah dan memiliki segudang potensi yang bisa
dimanfaatkan. Untuk mahasiswa atau pihak lain yang hendak
mengabdi di Desa Binade, sebaiknya tidak hanya menggali
persoalan yang ada, tetapi juga memerhatikan potensi-potensi yang
ada. Baik potensi alam maupun sosialnya. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada masyarakat
Binade yang sudah bersedia menerima kehadiran kami,
menyediakan tempat tinggal, dan memberikan kesempatan untuk
mengabdi. Untuk para siswa BTQ baik di TPA Dusun Krajan, SMPN
5 Ngrayun, dan SMKN 1 Ngrayun, tetaplah semangat untuk belajar
dan meningkatkan kemampuan baca Alquran sampai bisa membaca
dengan baik dan benar. Tiada gading yang tak retak, tiada
perkenalan tanpa perpisahan, tiada kesempurnaan tanpa
kekurangan. Satu pesan bermakna yang penulis ingat, berbunyi,
“Mungkin kami masih gagal dalam menerapkan, tapi setidaknya
kami tidak gagal dalam menyampaikan.”
169
RELASI KULIAH PENGABDIAN MASYARAKAT TERHADAP
PERMASALAHAN AKIBAT PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR DI
DESA BINADE KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO
Rizki Prakosoh
181
keluarganya terdahulu (bapak dan ibunya). Selain itu, ketika
bekerja maka anaknya juga dititipkan pada pihak keluarga di rumah.
Kesimpulan dan solusi, dilihat dari kegiatan KPM selama 40
hari di Desa Binade Kecamatan Ngrayun Kabupaten
Ponorogo,disitujuga terdapat permasalahan-permasalahan yang
kami minimalisir terutama mengenaipernikahan dini. Saya dapat
mengambil kesimpulan dan solusi, diantaranyakelekatan dengan
keluarga harus tetap lebih ditingkatkan. Dengan masih banyaknya
pernikahan di bawah umur ini, seharusnya ibu atau orang tua bisa
menjadi role model bagi anaknya dengan melindungianak dari
pernikahan di bawah umur. Selain itu jugadapat memberikan
nasihat serta gambaran bagaimanakehidupan berumah tangga yang
harus dihadapi setelah melakukan pernikahan. Hal ini dapat
memberikan kontribusi positif untuk mengurangi angka
pernikahan di bawah umur serta dampak negatif yang
ditimbulkan.Sosialisasi pendewasaan usia pernikahan Undang
undang No.16 tahun 2019 harus terus dilaksanakan kepada
masyarakat. Dengan adanya program-program tertentu yang
dilaksanakan oleh aparat pemerintah dan masyarakat, diharapkan
dapat memperkecil angka pernikahan di bawah umur dan
menjauhkan remaja dari perbuatan zina. Untuk itu, aparat
pemerintah dan masyarakat harus lebih peduli dengan keadaan
lingkungan sekitar dan tegas dalam menegakkan hukum.
Pesan dan kesan, hal pertama yang ingin saya sampaikan
ketika pelaksanaan KPM ini telah saya jalani adalah ucapan syukur
karena seluruh program kerja dapat terlaksana dengan cukup baik.
Tidak hanya bermodalkan pengetahuan akademik yang saya
dapatkan di bangku perkuliahan yang diterapkan disini, namun juga
pengetahuan- pengetahuan hidup kitasehari-hari. Menurut saya
pelaksanaan KPM ini sangat berkesan membuat saya belajar banyak
hal yakni kebersamaan, kekeluargaan, kekompakan dan solidaritas.
Disini saya juga belajar untuk bersosialisasi, bagaimana bekerja
dalam tim serta belajar bertanggung jawab dalam suatu hal.
182
Selama KPM saya merasakan ada di tengah-tengah keluarga
dimana itu adalah keluarga yang baru. perbedaan dimana masing-
masing individu ingin terlihat menonjol dapat terhapuskan dengan
kebersamaan yang tak kunjung usai hingga KPM ini berakhir.
Pengalaman baru dengan lingkungan dan manusia serta cuaca yang
berbeda menjadikansaya mengerti akan kehidupan yang dialami
orang diluar keluarga saya yang sebenarnya. Desa Binade
merupakan desa yang akan selalu dikenang didalam hidup saya.
Disini saya belajar bagaimana menghadapi masyarakat di pedesaan
yang umumnya berbeda dengan masyarakat di kota. Pada saat
berkunjung ke dusun-dusun kami disambut dengan baik oleh
masyarakat. Mereka sangat antusias ketika kedatangan mahasiswa
yang akan mengabdi di Desa Binade. Lalu yang membuat saya salut
terhadap Desa tersebut adalah gotong royong. Ketika kami akan
melaksanakan proker mereka berbondong bondong membantu
proker yang akan kita laksanakan. Bahkan mereka tidak meminta
upah dalam pengerjaan proker tersebut.Disinijuga saya sangat
senang karena masyarakat aktif dalam berolahraga seperti volley
yang dilakukan setiap hari. Hal ini membuat saya rindu suasana
disana dan akan selalu dikenang.
Saya juga sangat berterimakasih kepada teman-teman yang
sudah memberikan motivasi, menegur saya ketika salah dan
berusaha untuk tetap menjadi tim yang solid selama 40hari,
masyarakat di Parakantilu yang sudah membantu kami
menjalankan proker dan memberikan kami suguhan makanan
selama disini. Tak lupa kepada Mbah Sibunselaku yang sudah
menampung kami dengan penuh kasih sayang seperti keluarga
sendiri seta masyarakat yang selalu ramah terhadap kami.
Pesan jangan pernah lupakan perjuangan kita dalam
mengabdi kepada Desa Binade. Jangan pernah lupa akan kenangan
manis, maupun kenangan pahit. Mohon maaf kepada semuanya.
Bersenanglah karena hari-hari seperti ini akan kita rindukan. Maaf
buat teman-teman jika selama KPM saya banyak salah yang
183
disengaja maupun yang tidak dan pada malam perpisahan saya
mengecewakan kalian tiada yang lain yang dapat saya lakukan
selain mengucap maaf. Harapan kami kepada desa ini tetap menjaga
budaya, persaudaraan, tetapbersemangat untuk memgembangan
"ArchaNgreco Petilasan Desa Binade" menjadi
wisata,mengembangkan wisata-wisata lain yang ada di Desa Binade
dan tetap mengenangkami meskipun kami disini hanya dalam
waktu yang singkat.
192
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN KPM
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205